Anda di halaman 1dari 43

Farmakoterapi Gangguan

Tiroid
Anisa Rachmita Arianti
Doni Maradona
Kelenjar Tiroid Vs Hormon Tiroid
• Kelenjar endokrin besar yang terletak di pangkal leher bagian depan,

Pengertian dibawah lapisan kulit dan otot


• Kelenjar dalam sistem manusia yang memproduksi 3 hormon yaitu tiroksin
(T4) Triodotiron (T3) -> di sel folikel , Kalsitonin -> di sel C

Kelenjar Tiroid • Fungsi tunggal : membuat hormon tiroid (T4 dan T3)
• Dikontrol oleh Thyrotropin Releasing Hormone (TRH) dari hipotalamus dan
TSH dari Hipofisis

• Hormon Tiroid tidak memiliki sel target spesifik sehingga dapat berkerja

Fungsi di semua sel -> mempengaruhi hampir semua metabolime tubuh


• Fungsi : mengontrol pencernaan, mengatur irama dan denyut jantung,
menaikkan dan mengontrol suhu tubuh, mengontrol kecepatan tubuh

Hormon Tiroid dalam melakukan reporoduksi, membantu pertumbuhan anak ,


optimalkan pertumbuhan otak dan mengaktifkan system saraf untuk
meningkatkan fokus
Umpan Balik Hormon Tiroid
Definisi Penyakit Gangguan Tiroid

Gangguan tiroid merupakan kondisi penyakit yang


mempengaruhi produksi atau sekresi hormon tiroid
sehingga menyebabkan perubahan stabilitas
metbolisme. Klasifikasi Gangguan Tiroid Berdasarkan
Kelainan Fungsi:
• Eutiroid adalah keadaan tiroid berbentuk tidak
normal tetapi fungsinya normal
Berdasarkan Klinis : • Hipertiroid atau disebut tirotoksikosis merupakan
• Struma Toksik kumpulan manifestasi klinis akibat kelebihan
• Struma Non Toksik hormon tiroid
Berdasarkan Bentuknya • Hipotorid merupakan kumpulan manifestasi klinis
• Difus akibat berkurang atau berhentinya produksi hormon
• Nodul tiroid
Dignosa Hipertiroid dan Hipotiroid
Manifestasi Klinis
HIPERTIROID HIPOTIROID
• Simptom : gugup, emosi labil, • Simptom : mudah lelah dan
mudah pingsan, tidak tahan pusing, sembelit atau susah
panas, turunnya berat buang air besar, otot – otot
bersamaan dengan peningkatan lemah, nyeri dan kaku, sensitive
nafsu makan, palpitasi, pada cuaca dingin,
kelemahan otot, menstruasi • Tanda fisik : kulit kering, kasar,
tidak teratur serta kuantitanya mudah mengelupas dan keriput,
kecil berat badan naik tanpa
• Tanda fisik : rasa hangat, kulit penyebab jelas, wajah bengkak,
lembab dan kondisi rambut yang suara parau dan rambut rontok,
tidak biasanya bagus, lepasnya tipis
ujung kaki tangan, kelopak mata
atas masuk ke dalam rongga.
Hipertiroid : kondisi klinis yang disebabkan oleh
Patofisiologi
peningkatan konsentrasi hormon tiroid dalam jaringan Patofisiologi hipertiroid terdapat beberapa,
akibat peningkatan sintesis hormon oleh kelenjar tiroid tergantung etiologinya.
berupa peningkatan pelepasan hormon tiroid Pada dasarnya pada hipotalamus – hipofisis
endogenous atau sumber ekstratiroidal eksogen ada feedback negatif -> inhibiting sekresi
• Etiologi : Grave Disease (Autoimun), Goiter (gondok) dan
hormon tiroid. Tapi ketika hormon tiroid
adenoma toksik. ada defect -> feedback negatif tidak terjadi
• Pravelensi : di Indonesia berkisar 6.9% (Indonesian Basic Autoimun (yang menghasilkan autoantibodi
Health Research Data, 2007) dan di Amerika Serikat, terhadap thyroid stimulating hormone
prevalensi keseluruhan hipertiroidisme adalah 1,2%. 1
dan 0,8% di Eropa. receptor (TSHE-Ab))
• Faktor resiko : ↓
- Usia > 60 tahun keatas
Produksi antibody TSHE yang mampu
- Memiliki riwayat gangguan tiroid sebelumnya beraksi dengan reseptor TSH
- Memiliki riwayat penyakit autoimun

- Adanya riwayat tiroid di keluarga
- Konsumsi iodin dalam jumlah berlebihan secara kronik
TSH terus merangsang reseptor TSH tanpa
pengaruh umpan balik negatif
- Mengkonsumsi obat –obatan yang mengandung iodin

Peningkatan kadar tiroid
Tirotoksikosis
• Tirotoksikosis : manifestasi klinis • Gejala: gugup, kecemasan,
berupa tingginya kadar tiroid penurunan BB bersamaan
dalam darah. dengan peningkatan nafsu makan,
• Tirotoksikosis tidak selalu peningkatan frekuensi buang air
disebabkan oleh hipertiroid bisa besar, kelemahan otot proksimal,
juga peradangan kelenjar tiroid, menstruasi tidak teratur pada
infeksi virus dan bakteri, wanita.
pengaruh penggunaan obat
seperti lithium .
Hipertiroid Berdasarkan Etiologi :
2. Goiter (Gondok)
1. Penyakit Grave • Pembengkakan pada leher oleh karena pembesaran
• Penyebab hipertiroid yang paling sering ditemukan. kelenjar tiroid akibat kelainan glandula tiroid dapat
Karena hiperfungsi kelenjar ini berasal dari seluruh bagian berupa gangguan fungsi atau perubahan susunan kelenjar
kelenjar maka bentuk gondok umumnya rata. dan morfologinya.

• Biasanya terjadi pada usia sekitar 30-40 tahun dan lebih • Goiter bisa terjadi pada kelenjar yang memproduksi
sering ditemukan pada perempuan daripada laki – laki terlalu banyak hormon (hipertiroidisme) terlalu sedikit
(hipotiroidisme) atau jumlah hormone yang benar
• Manifestasi klinis pembesaran kelenjar tiroid (struma), (euthyroidism)
kelainan pada mata (oftalmopati), dan kulit (dermopati)
• Goiter terjadi akibat kekurangan yodium yang dapat
• Patofisiologi : Ikatan autoantibodi terhadap TSHR di menghambat pembentukan hormon tiroid oleh kelenjar
kelenjar tiroid -> Ketika TSHR distimulasi, hormon tiroid tiroid.
akan disekresikan dalam jumlah yang banyak, yang
kemudian akan menyebabkan hipertiroid. • Patogenesis : Defisiensi iodium, peradangan atau
autoimun dan neoplasma
• Hingga saat ini, patogenesis penyakit Graves belum
dipahami sepenuhnya. Efek kombinasi faktor lingkungan
dan predisposisi genetik akan mengganggu toleransi
terhadap self-antigen, sehingga menimbulkan reaksi
autoimun 3. Nodul Otonom Toksik (Plummer)
• Kasus ini disebabkan karena adanya satu daerah kelenjar tiroid
tertentu yang membesar, fungsinya hiperaktif dalam membuat
hormon yang tidak seperti biasanya,sama sekali diluar kelenjar
hipofisis.
• Nodul ini bersifat otonom. Penyakit ini tidak disertai gejala mata
yang menonjol
Hipertiroid Pada Berbagai Kondisi Khusus
1. Hipertiroid Neonatal 2. Hipertiroid Pada Anak
• Bayi yang dilahirkan dari seorang ibu yang • Riwayat penyakit autoimun pada penderita
menderita penyakit graves yang aktif akan
menunjukan gejala dan tanda hipertiroidisme juga,
dan keluarga.
meskipun berjangka lebih pendek. • Pemeriksaan laboratorium = dengan kasus
• Hal ini disebakan karena faktor pencetusnya, yaitu neonatal
bahan yang merangsang kelenjar tiroid (TSI:thyroid • Pemeriksaaan radiologi : Skintigrafi dan USG
stimulating immunoglobulin), Melalui plasenta
• Pemeriksaan Laboratorium - Peningkatan kadar
• Manifestasi Klinis : Goiter, takikardia, rambut
T4/FT4, T3/FT3, kadar TSH menurun, TRAb positif rontok, palpitasi, hiperaktif, emosi labil.
pada ibu dan anak.
• Pemeriksaan TRAb pada ibu hamil sebaiknya
dilakukan pada kehamilan 20 – 24 minggu. Bila
TRAb ibu tinggi, sangat berisiko bayi yang
dilahirkan mengalami tirotoksikosis neonatal. Bila
TRAb ibu negatif, tidak akan ada risiko
tirotoksikosis neonatal.
• Manifestasi Klinis : takikardia, bayi tidak
tenang/rewel, pada kasus yang berat terjadi
penurunan BB drastis
3. Hipertiroid Pada Wanita Hamil
• Keadaan ini termasuk jarang sebab hipertiroidisme sendiri menyebabkan seorang jarang hamil
karena fertilitasnya berkurang.
• Ditemukan 0,1 -0,4% dalam kehamilan dan banyak disebabkan oleh penyakit Graves (85%)
• Hipertiroid dalam kehamilan pada umumnya disebabkan oleh penyakit autoimun Graves.
• Penyebab yang lainnya, adalah struma multinodular, adenoma toksik, tiroiditis
• Grave’ disease → proses autoimun → antibodi tiroid → menempel dan mengaktivasi reseptor TSH
→hiperfungsi dari kelenjar tiroid
• Episode kekambuhan → riwayat hipertiroid
• Hipertiroid yang tidak terdeteksi dan diberi penanganan maksimal → Meningkatkan risiko
keguguran, solusio plasenta, persalinan prematur
• Tetapi apabila terjadi juga maka dokter dalam memutuskan segala sesuatunya harus
mempertimbangkan keselamatan ibu dan janinnya.
Krisis Tiroid
• Krisis tiroid terjadi ketika hipertiroidisme tidak ditangani dengan baik dan
menyebabkan tingginya kadar hormon tiroid dalam tubuh.
• Krisis tiroid selama kehamilan, baik pada primipara maupun multipara
dapat mengancam nyawa ibu maupun janin. Tingkat mortalitas berkisar
dari 20% hingga 30%
• Faktor pencetus terjadinya krisis tiroid adalah tindakan bedah, infeksi,
trauma, kehamilan dan persalinan. Kehamilan trimester pertama biasanya
mencetuskan terjadinya krisis tiroid dimana terjadinya kadar hCG yang
paling tinggi pada usia kehamilan tersebut. Namun, beberapa kasus krisis
tiroid pada kehamilan disebabkan oleh preeklamsi, persalinan dan seksio
cesarean. Krisis tiroid dilaporkan disebabkan juga oleh penghentian terapi
hipertiroid
Next…
• Berdasarkan The American Thyroid Association Guidelines, salah satu
terapi untuk krisis tiroid selama kehamilan adalah obat antitiroid.
Pilihan pertama adalah propylthiouracil (PTU). Obat anti tiroid dapat
menembus sawar darah plasenta.
• Edukasi untuk pasien ini adalah cara untuk mengetahui terjadinya
krisis tiroid. Ibu pada awal kehamilan yang melewati fase krisis tiroid
memiliki 84% resiko berulang pada periode postpartum. Oleh karena
itu, sangat direkomendasikan untuk melakukan persalinan di
pelayanan kesehatan yang memiliki tim untuk terjadinya krisis tiroid
berulang
Tata Laksana Terapi Hipertiroid
Poin Penting Penggobatan Hipertiroid : • Secara Farmakologi Penatalaksanaan
1. Faktor penyebab hipertiroidi Terapi Meliputi :
2. Umur penderita 1. Obat : Antitiroid, golongan beta
blocker, Obat Penenang (Bila
3. Berat ringannya penyakit Diperlukan)
4. Ada tidaknya penyakit lain yang 2. Terapi Radioaktif
menyertai
3. Pembedahaan
5. Respon penderita terhadap
pengobatannya Secara Non Farmakologi :
6. Sarana diagnostik dan pengobatan 1. Istirahat
serta pengalaman dokter dan klinik 2. Diit
yang bersangkutan
Obat Anti Tiroid
Terdapat 2 kelas obat golongan tionamid, yaitu tiourasil dan imidazol.
Tiourasil dipasarkan dengan nama propiltiourasil (PTU) dan imidazol dipasarkan dengan nama metimazol dan
karbimazol.Obat golongan tionamid lain yang baru beredar ialah tiamazol yang isinya sama dengan metimazol.
Obat Anti Tiroid : Propylthiourasil (PTU), carbimazole, tiamazole, methimazole
Mekanisme Kerja : Memblok sintesis hormon tiroid dengan inhibisi sistem enzim peroksidase dari kelenjar
tiroid
Obat dan Dosis :
-PTU (Propylthiourasil) :Dosis harian penjagaan 300-600 mg/hari, 3-4 dosis terbagi
- Methimazole : 30–60 mg/hari (3 kali sehari)
- Carbimazole : 20-60 mg/hari (3 kali sehari)
Maintenance :
PTU 50-300mg dan Methimazole 5-30mg
Carbimazole : 5 - 15 mg/hari (3 kali sehari)
• Terapi obat antitiroid sebaiknya dilanjutkan sampai 12-24 bulan untuk memicu remisi jangka panjang.
Pasien sebaiknya diawasi tiap 6-12 bulan setelah remisi.
• Jika terjadi serangan ulang terapi alternatif dengan radioactive iodine (RAI) karena terapi lanjutan biasanya
jarang memicu remisi.
First Line Terapi pada anak, dewasa dan kehamilan. Terapi awal pada kasus berat maupun pre op
Efek samping Minor
(sakit pada persendian, demam, lukopenia) reaksi antat obat terjadi 50% pada pasien
Efek samping mayor
(agranulositosis, anemia aplastik,) jika pasien telah merasakan efek mayor, maka sebaiknya tidak beralih ke
obat lain karena reaksi sensitifitas antar obat , Hepatotoksik (PTU)
KI: pasien dg goiter besar, pasien dg gangguan ginjal dpt diberikan dosis yg sangat rendah
Beta – Blocker
• Banyak manifestasi hipertiroid dimediasi oleh reseptor –adrenergic.
• β -blocker (terutama propranolol) telah digunakan secara luas untuk memperbaiki gejala
hipertiroid seperti palpitasi, kecemasan, tremor, dan intoleransi panas
• β -blocker biasanya digunakan sebagai terapi tambahan dengan obat antitiroid, RAI, atau
iodida saat mengobati penyakit Graves atau nodul toksik; persiapan op; atau badai tiroid.
• Satu-satunya kondisi di mana -blocker merupakan terapi primer untuk tirotoksikosis
adalah tiroiditis dan hipertiroidisme yang diinduksi yodium.
• Mekanisme kerja : Propanolol atau Atenolol mengurangi denyut jantung dan
secara parsial menghambat konversi T4 menjadi T3 (mengurangi gejala
simpatis dari hipertiroidisme)
• Dosis : Propanolol dosis awal ( 20-40mg/hari), dosis kondisi toksik ( 240-
480mg/hari)
• β - bloker dikontraindikasikan pada pasien dengan gagal jantung kongestif, dan
pada pasien yang mengembangkan cardiomyopati
• Pilihan Terapi lain : Simpatolitik central (Clonidine), CCB (Diltiazem)
Terapi Radioaktif Iodin
• Radioisotop digunakan untuk mengikis jaringan tiroid
• Natrium iodida 131 (131I) dianggap sebagai agen pilihan untukPenyakit
Graves, nodul otonom toksik, dan multinodular toksikgondo
• Pilihan terapi untuk penyakit Graves, nodul otonom toksik, dan gondok
multinodular toksik.
• Tujuan terapi: untuk menghancurkan sel –sel tiroid yang sangat reaktif.
• RAI : senyawa pilihan untuk penyakit Grave, nodul autonom toksik, dan
gondok multinodular toksik.
• Kehamilan merupakan kontraindikasi absolut untuk penggunaan RAI.
• Dosis tunggal 4000-8000 rad, dengan target terapi menghancurkan sel tiroid yang
hiperaktif
• Hipotiroid umum terjadi setelah RAI, efek samping akut, jangka pendek, termasuk
pelunakan tiroidal ringan dan dysphagia
Iodida
• Iodida adalah bentuk pertama terapi obat untuk hipertiroid.
• Mekanisme Kerja memblokir pelepasan hormon tiroid secara akut, menghambat biosintesis
hormon tiroid dengan mengganggu penggunaan iodida intratiroid (efek Wolf-Chaik), dan
mengurangi ukuran dan vaskularisasi kelenjar.
• Efek penghambatan awal ini memberikan perbaikan gejala dalam 2 sampai 7 hari setelah memulai
terapi
• Indikasi : Untuk tirotoksikosis dan krisis tirotoksikosis tapi tidak dapat digunakan untuk terapi
hipertiroidisme jangka panjang karena efek anitiroidnya cenderung menghilang
• Perklorat kalium (sudah tidak digunakan lagi karena resiko anemia aplastik)
• Kontra Indikasi: ibu menyusui, krn dapat menyebabkan goiter pd bayinya
• Sediaan : Kalium iodida tersedia baik sebagai larutan jenuh yang mengandung 38 mg iodida per
tetes, atau sebagai larutan Lugol, yang mengandung 6,3 mg iodida per tetes.
• Dosis: Iodine (larutan potassium iodine) : dosis : 3-10 tetes (120-400mg) oral tiap 6 jam tiap tetes
mengandung 38 mg Iodida atau 6,3 mg Iodida dalam larutan Lugol
Diberikan 1 jam setelah pemberian obat anti-tiroid.
• Bila digunakan untuk persiapan op , obat ini harus diberikan 7 sampai 14 hari sebelum operasi.
• Sebagai tambahan untuk RAI, SSKI tidak boleh digunakan sebelum, melainkan 3 sampai 7 hari
setelah pengobatan RAI, sehingga radioaktivitas iodida dapat terkonsentrasi di tiroid
• Efek samping : reaksi hipersensitivitas, ‘iodisme’ (rasa logam, mulut dan tenggorokan terbakar,
nyeri pada gigi dan gusi, terkadang gangguan perut dan diare), ginekomastia
Pembedahan
• Pembedahan harus dipertimbangkan pada pasien dengan kelenjar
tiroid yang besar (>80g), oftalmopati parah, dan kurangnya remisi
pada pengobatan obat antitiroid, untuk cold nodule yang sudah ada,
goiter yang sangat besar, dan pasien KI untuk thionamide (yaitu, alergi
atau efek samping) dan RAI (yaitu, kehamilan).
• Morbiditas 2,7 %, hipertiroid berulang 0,6% - 17,9%
• Komplikasi pembedahan hipotiroidisme (hingga sekitar 49%),
hipoparatiroidisme (hingga 3,9%), dan pita suara kelainan (hingga
5,4%)
Terapi Hipertiroid Pada Populasi Khusus
Anak
Neonatal • Obat antitiroid sebagai first line therapy:
methimazole 0.2-0.5 mg/kg/bb durasi 1-2
• Segera diberikan terapi u/t mencengah tahun.Dosis titrasi
gg.jantung dan kraniosinositosis
• Sebelum di terapi antitiroid cek darah tepi lengkap
• Pilihan terapi : methimazole 0.2-0.5 dan fungsi hepar
mg/kg/bb dibagi 1 – 3 dosis salama 2 -4
minggu hingga 3 bulan • Hentikan obat jika anak demam, attalgia, luka di
mulut, faringitis atau malaise dan dilakukan
• Jika methimazol KI bisa diberikan PTU pengukuran jumlah leukosit
jangka pendek
• Lugol 1-3 tetes /hari bisa ditambahkan • Jika setlah 2 tahun tidak remisi, cek kepatuhan
pada kasus berat pengobatan
• Perawatan NICU untuk kondisi khusus • Jika methimazol tidak tersedia maka bisa gunakan
PTU dosis awal 5-7mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis
• Pemberian terapi sebaiknya titrasi
• Dosis propranolol 0.5 – 2 mg/kg/hari.
• ASI disarankan tetap diberikan.
• Terapi pembedahan pada special case
• Radioterapi bukan firs line therapy di Indonesia
Pada Wanita Hamil dan Menyusui
• Radioaktif adalah kontra indikasi, kalau diperlukan operasi dapat dilakukan pada trimester kedua, obat
antitiroid dapat diberikan dengan dosis minimal yang masih efektif.
• Karena aksis tiroid-hipofisis baru mulai berfungsi setelah 12 minggu gestasi, maka penggunaan obat
antitiroid penuh di trimester pertama masih aman
• Golongan tioamid dapat menembus sawar plasenta dan terkonsentrasi di tiroid janin sehingga
pemakaiannya pada wanita hamil perlu berhati-hati. Propiltiourasil (PTU) lebih dianjurkan selama trimester
pertama kehamilan karena terikat lebih kuat ke protein dan karenanya lebih sulit menembus plasenta.
Ibu Menyusui
• PTU atau Propiltiourasil merupakan obat yang direkomendasikan bagi ibu menyusui dengan hipertiroid.
Obat ini terdapat dalam ASI ibu yang mengkonsumsinya dengan kadar yang lebih rendah daripada jenis obat
hipertiroid lainnya yakni Methimazole. Sedangkan obat hipertiroid lainnya yakni carbimazole tidak
direkomendasikan bagi ibu hamil dan menyusui.
• Namun ada beberapa penelitian lainnya yang menguji coba antara efek samping penggunaan PTU dan
Methimazole. Didapatkan hasil bahwa efek samping gangguan liver / hati yang ditimbulkan PTU cenderung
lebih berat , sehingga beberapa dokter lebih merekomendasikan penggunaan Methamizole bagi pasien
dengan hipertiroid.
Hipotiroid
• Etiologi Hipoteroid : • Faktor Resiko
a. Hipoteroid Primer : Kelainan - Riwayat Penyakit sekarang
kelenjar tiroid - Riwayat keluarga dengan penyakit
b. Hipoteroid Sekunder : Defisiensi tiroid
hormon TSH yang dihasilkan - Diagnosa penyakit autoimun
hipofisis - Riwayat radiasi leher
c. Hipoteroid Tersier : Defisiensi - Terapi obat
hipotalamus
- Perempuan diatas 50 tahun
• Pravalensi Kejadian 1 : 3000 - 5000 - Pasien lanjut usia
• Pravelensi kejadian wanita > pria - Perempuan post partum 6 minggu
sampai 6 bulan
• Pravelensi kejadian primer >
sekunder
Manifestasi Klinis
• Hipotiroid mempengaruhi hampir seluruh metabolisme -> menurun metabolisme
energi dan prod. panas. Metabolisme basal rendah -> tidak tahan hawa dingin
• Onset perlahan sehingga sering diketahui terlambat
• Neonatal : Ikterus
• Anak : gg. Pertumbuhan seperti badan pendek, maturase lambat, pubertas lambat
• Dewasa :Kontipasi, letargi dingin, mudah lelah
• Sebagian besar pasien dengan hipotiroidisme sekunder karena produksi TSH yang
tidak adekuat memiliki tanda klinis insufisiensi hipofisis umum, seperti menstruasi
abnormal dan penurunan libido, atau bukti adenoma hipofisis, seperti cacat bidang
visual, galaktorea, atau acromegaloid.
• Tanda khas -> Myxedema
• Myxedema coma adalah konsekuensi yang jarang dari hipotiroidisme
dekompensasi yang terwujud dengan hipotermia, stadium lanjut gejala hipotiroid,
dan sensgia yang berubah mulai dari delirium hingga koma
Next Patofisiologi Hipotiroid ….
Tata Laksana Terapi Hipotiroid
• Tujuan terapi : mengembalikan konsentrasi hormon tiroid normal dalam jaringan, meringankan
symptom, mencegah defisit neurologis pada bayi baru lahir &anak, dan mencengah kelainan
biokimia hipotiroid.
• First Line Therapy Levotiroksn (l-tiroksin)
• Sediaan Tiroid :
1. Berasal dari alam (yaitu, tiroid kering dan tiroglobulin), Thyroglobulin USP harus mengandung
36 mcg (±15%) levothyroxine dan 12 mcg (±10%) liothyronine untuk setiap 65mg (1grain)
konten berlabel tiroglobulin. Mengandung ekstrak kelenjar babi yang dimurnikan, tetapi tidak
memiliki keuntungan klinis dan tidak banyak digunakan.
2. Sintetis (levothyroxine, liothyronine, dan liotrix)
• Berdasarkan penelitian RCT levothyroxine dibandingkan Levoxine -> lebih memberi manfaat
levothyroxine.
• Liothyronine , insiden jantung lebih tinggi , biaya relative mahal
• Liotrix, stabil secara kimia, harga relative mahal
3. Terapi Non Farmakologi : Atur pola makan (makanan sayur, buah, biji – bijan, ikan) dan olahraga
yan ringan
Hipotiroid Pada Kondisi Khusus
1. Myxedema coma
• End stage hipotiroid yang tidak terdeteksi dari awal.
• Gambaran klinis : hipotermia, gejala hipotiroid stadium lanjut dan gg. sensorium
mulai dari delirium hingga koma
• Resiko mortalitas 60 – 70 %
• Terapi harus diberikan segera mungkin dan agresif : Bolus tiroksin 3-500 mcg iv
• Terapi glukokortikoid hidrokortison iv 100 mg tiap 8 jam diberikan sampai supresi
adrenal teratasi
• TTV normal, kadar TSH, kesadaran dipantau -> target perbaikan setelah 24 jam
terapi obat diberikan
• Maintance 75 – 100 mcg iv -> pasien stabil dan tx po dimulai
• Berikan Tx suportif
• Jika ada kelainan seperti sepsis, infark miokardium segera di diagnosis dan di
terapi
Next
2. Hipotiroid Congenital
• 95 % bayi baru lahir tidak memiliki gejala klinis saat lahir. Dimana bayi yang
tidak dpat membuat hormon tiroid tetap memiliki kadar T4 20 -25 % dari
bayi normal
• Panjang dan berat badan normal, tetapi ubun-ubun besar&lebar.
• Usia selanjutnya terlihat fontanel posterior yang terbuka persisten, letargi,
hipotonia, tangisan yang serak, konstipasi, masalah minum, makroglosia,
hernia umbilical, kutis marmorata, hipotermia, dan ikterik neonatorum
yang berkepanjangan.
• Kecatatan maupun gagal tumbuh kembang karena pemberian tx yang
terlambat( > 3 bulan )
• Terapi maintanace diberikan sedini mungkin -> u/t meningkatkan prognosis
perkembangan mental dan fisik
• Tx levothyroxine yang agresif berguna u/t perkembangan normal bayi
• Tx terbaik di mulai 2 minggu post kelahiran dosis 10 -15 mcg/kg per hari
agar kons T4 terjaga (Dosis maintance ditentukkan oleh BB dan usia )
• Dosis ini digunakan untuk menjaga konsentrasi T4 sekitar 10 mcg/dl dalam waktu
30 hari setelah memulai terapi dan dikaitkan dengan peningkatan IQ pada bayi
yang dirawat.
• Dosis secara progresif diturunkan ke dosis dewasa yang khas seiring
bertambahnya usia anak, dosis dewasa diberikan dalam kisaran usia 11 hingga 20
tahun.
• Dalam rahim pengobatan gondok janin dan hipotiroidisme telah dicapai dengan
injeksi tiroksin ke dalam cairan ketuban.
• Re – evaluasi : evaluasi ulang mencari penyebab pasti (permanen/ transien) pada
usia 3 tahun. Evaluasi ulang :pemeriksaan fx tiroid dan radiologi oleh konsultan
endokrinologi anak.
3. Hipotiroid Kehamilan
• Pravalensi Kejadian 2 -5 %, antara 2,2 – 2,5 % ditemukan kadar serum
TSH 6 mU/L atau lebih besar pada usia 15 – 18 minggu
• Jika tidak di terapi ->preklampsia, plasenta solutio, abortus, BBLR,
kematian prinatal
• Gejala : kelelahan ekstrem, intoleransi dingin, kram otot, sembelit,
dan masalah dengan memori atau konsentrasi.
• Tujuan pengobatan : menurunkan TSH menjadi 2,5 unit/mL dan
mempertahankan konsentrasi T4 bebas dalam kisaran normal.
• First line Therapy levotiroksin (aman) , dosis 1,5‒2 mcg/kgBB/hari
sebagai full replacement dose
STUDI KASUS HIPERTIROID DENGAN RPD HIPOTIROID
Pasien Ny. N (56 tahun) dirawat inap dengan keluhan gemetaran, cemas, seperti
ada benjolan di area leher, kesulitan tidur, jantung berdebar – debar, sering
berkeringat walaupun tidak aktivitas berat atau cuaca panas, tangan lembab seperti
berkeringat, penurunan BB, dan diare.
Riwayat Penyakit Dahulu : Hipotiroid
Riwayat Alergi obat : -
Riwayat pengobatan : lobectomy dextra tahun 2015, tiroidektomi tahun 2017,
konsumsi levotiroksin 100 mcg 1 x sehari 1 tablet 2 jam setelah makan
Kesadaran : Baik
Riwayat Keluarga : Tidak ada , anggota keluarga dengan riwayat penyakit yang sama
dengan pasien.
Obat yang dibawa pasien : levotiroksin 100 mcg 23 tablet dan sirup antasida 1
botol
Pemeriksaan USG : menujukkan adanya struma
Gambaran Radiologi Hemoglobin 14,2 g/dL 12 – 16 g/dL

Hematokrit 42,7 % 39 – 52 %

Leukosit 7900 rb/dL 5000 -10000 rb/dL

Eritrosit 5.02 x 10 6 /uL 4.5 -5.5 x 10 6 /uL

Trombosit 272.000 140 – 450 rb

MCH 28 – 34 pg 28,1 pg

MCV 84 – 96 fL 85,1 fL

MCHC 32 - 36 33 g

Hasil Laboraturium SGPT 38 0.5 – 40U/L

SGOT 33 0,5 – 35 U/L

TSH 0,1 0,5 – 4,7 mIU/L Ureum 24 mg/dL 15 – 45 mg/dL

Tiroglobulin 3000 mg/ml 50 mg/mL Kreatinin 0,9 mg/dL 0,70 – 1.20 mg/dL

FT3 22,03 2,3-4,2 pg/mL GDS 116 g/dL < 200 g/dl

FT4 43,49 0,7-1,9 ng/dL Cholesterol 127 mg/dL < 200 mg/dL

Trygliserida 113 mg/dL < 150 mg/dL

LDL 73 mg/dL < 130 g/dL

Anti Rapid Antigen Non Reaktif Non Reaktif


Next…
Setelah dilakukan pemeriksaan penunjang Ny. N didiagnosa hipertiroid
dengan adanya goiter pada leher, Terapi yang diberikan sebagai berikut:
Metimazole 15 mg/ hari
Propanolol 10 mg -> 3 x sehari 1 tablet
Potasium iodide 65 mg -> 2 x sehari 1 tablet
Alprazolam 0,5 mg 1 x 1 sesudah makan / malam jika sulit tidur
Infus RL
TTV
TTV Nilai
TD 120/80 mmHg
RR 24 x menit
Suhu 36,7
Nadi 88 x/menit
Analisa SOAP
1. Subyektif
• Pasien Ny. N (56 tahun) dirawat inap dengan keluhan gemetaran,
cemas, seperti ada benjolan di area leher, kesulitan tidur, jantung
berdebar – debar, sering berkeringat walaupun tidak aktivitas berat
atau cuaca panas, tangan lembab seperti berkeringat, penurunan BB,
dan diare.
• Riwayat Penyakit Dahulu : Hipotiroid
• Riwayat Alergi obat : -
• Riwayat Keluarga : Tidak ada anggota keluarga dengan riwayat
penyakit yang sama dengan pasien.
• Obat yang dibawa pasien : levotiroksin 100 mcg 23 tablet dan sirup
antasida 1 botol
2. Obyektif

TSH 0,1 0,5 – 4,7 mIU/L

Tiroglobulin 3000 mg/ml 50 mg/mL

FT3 22,03 2,3-4,2 pg/mL

FT4 43,49 0,7-1,9 ng/dL

Pemeriksaan USG : menunjukkan adanya struma

3. Assesment
• Methimazole 15 mg/hari, merupakan first line therapy pada pengobatan hipertiroid pasien dewasa dengan efektivitas pengobatan
yang memberikan outcome baik. Pemilihan obat sudah tepat pasien, indikasi, dosis
• Propanolol merupakan obat golongan β – blocker. Pemberian propranolol pada kasus hipertiroid untuk mengatasi gejala tremor/
gemetaran, berdebar – debar dan intoleransi panas.
• Alprazolam 0,5 mg 1 x sehari 1 tablet merupakan obat golongan psikotropika. Pemberian pada kasus hipertiroid bertujuan untuk
mengatasi gangguan tidur pada pasien. Pemberian jika perlu sudah tepat yakni ketika pasien sudah konsumsi terapi utama pada
hipertiroid tapi pasien tetap mengalami gg. tidur dan cemas.
• Potasium Iodida 65 mg 2 x sehari 1 tablet, merupakan terapi untuk goiter, sesuai dengan kasus ini. Pemilihan tepat obat, pasien,
dosis, dan indikasi.
• DRPs -> Indikasi belum diterapi, pasien mengeluh diare. Namun belum ada terapi untuk mengatasi keluhan tersebut
• Rekonsiliasi obat : levotiroksin 100 mcg 1 x sehari 1 tablet (23 tablet) dan sirup antasida 3 x sehari 5 cc 1 botol konsul DPJP
4. Planning
• Monitoring kepatuhan penggobatan methimazole, lakukan follow up
pemeriksaan setelah penggunaan obat. Monitoring TSH, FT3, FT4 dan
Tiroglobulin
• Monitoring penggunaan propranolol, edukasi pasien jika kondisi cemas,
kesulitan tidur, gemetar dan berdebar – debar membaik untuk konsul
dokter.
• Indikasi belum diterapi dimana pasien mengeluh diare, bisa di berikan
attapulgit (new diatab) 3 x sehari 2 tablet setelah BAB atau loperamid dosis
awal 4 mg diikuti 2 mg setelah BAB maksimal sehari 16 mg. hentikan obat
jika kondisi diare membaik
• Rekonsiliasi obat di hentikan sesuai dengan DPJP , karena pemberian
levotiroksin jangka panjang bisa menyebabkan hipertiroid dan pemberian
antasida dapat menyebabkan gg. saluran cerna seperti diare.
• Terapi Non Farmakologi : Diet tinggi kalori, yaitu memberikan kalori 2600-
3000 kalori per hari baik dari makanan maupun suplemen, Konsumsi
protein harus tinggi, yaitu 100-125 gr (2,5 gr/ kg BB), Olahraga secara
teratur, hindari stress
Kasus Hipotiroid
• Pasien Ny S usia 35 tahun BB 68 kg datang ke polikilik peny. dalam, Ny S
mengeluhkan mudah lelah, kontipasi, kulit kering, kenaikan berat badan ,
sering merasa dingin padahal cuaca panas, dan rambutnya menipis. Ny S
memiliki balita usia 2,5 tahun, sudah tidak meberikan asi sejak usia 1
tahun. Ny S merasa memiliki lemas sepanjang hari tidak memiliki energi 6
bulan terakhir ini, padahal sebelumnya ia rajin aerobik dengan durasi 3 x
seminggu. Riwayat alergi obat : tidak ada. Riwayat Penyakit dahulu: tidak
ada, Riwayat keluarga : tidak ada keluarga yang memiliki keluhan seperti
pasien. Setelah dilakukan pemeriksaan penunjang, dokter mendiagnosa
Ny S mengalami disfungsi tiroid yakni hipotiroid.
• Hasil EKG low voltage pada QRS kompleks
• Dokter meresepkan pasien :
Levotiroksin 100 mg 1 x sehari 1 tablet
Lactulax sirup 3 x sehari 15 cc k/p
TTV
Parameter Hasil Nilai Rujukan
Hemoglobin 14,8 g/dL 12 – 16 g/dL
TD 110/80 mmHg
Hematokrit 42,7 % 39 – 52 %
Suhu 36,1 C
Leukosit 6900 rb/dL 5000 -10000 rb/dL
Nadi 88 x/menit
Eritrosit 5.02 x 10 6 /uL 4.5 -5.5 x 10 6 /uL
RR 24 x /menit
Trombosit 372.000 140 – 450 rb

SGPT 38 0.5 – 40U/L

SGOT 33 0,5 – 35 U/L

Ureum 24 mg/dL 15 – 45 mg/dL

Kreatinin 0,9 mg/dL 0,70 – 1.20 mg/dL

GDS 1160 g/dL < 200 g/dl


Hasil
Laboraturium Cholesterol total 127 mg/dL < 200 mg/dL

Trygliserida 113 mg/dL < 150 mg/dL

TSHS 6,0 mU/l 0,270 – 4,3 mU/L

FT4 3,9 µg/dl 4,5 – 12,6 µg/dl

Ft3 0,6 µg/dl 0,8 – 2,0 µg/dl


Analisa SOAP
1. Suyektif
• Pasien mudah lelah, kontipasi, kulit kering, kenaikan berat badan ,
sering merasa dingin padahal cuaca panas, dan rambutnya menipis
• Riwayat alergi obat : -
• Kondisi khusus menyusui/ hamil : -
• Riwayat Penyakit Dahulu :-
• Riwayat Keluarga : Tidak ada keluarga yang memiliki keluahan sama
seperti pasien.
2. Obyektif
TSHS 6,0 mU/l 0,270 – 4,3 mU/L

T4 3,9 µg/dl 4,5 – 12,6 µg/dl

T3 0,6 µg/dl 0,8 – 2,0 µg/dl

Hasil EKG low voltage pada QRS kompleks


3. Assesment
• Levotiroksin 100 mg 1 x sehari 1 tablet pemberian obat tepat dosis,
indikasi, pasien. Levotiroksin merupakan first line pada terapi hipotiroid.
• Lactulac sirup 3 x sehari 15 cc k/p pemberian obat tepat dosis, indikasi,
pasien. Lactulax merupakan obat pencahar untuk mengatasi kontispasi.
Pada pasien konstipasi yang dialami pasien merupakan salah satu
manifestasi klinis hipotiroid, Namun jika kondisi konstipasi menggangu
kenyamanan pasien, bisa di berikan terapi obat pencahar yang diminum
jika perlu.
4. Plan
- Edukasi kepatuhan minum obat pada pasien dimana pemberian
levotiroksin sebaiknya dikonsumsi pada saat perut kosong bertujuan
untuk menghilangkan gejala klinis pasien dan mempertahankan
konsentrasi TSH dalam rentang normal
- Edukasi penggunaan lactulax jika perlu, bila keluhan hilang segera
hentikan
- Edukasi pasien, jika terjadi efek samping yang tidak bisa di toleransi
seperti nyeri, takikardia, dan berkeringat dingin. Segera hentikan obat
dan menghubungi dokter
Daftar Pustaka
• Dipiro.JT., 2015, Pharmacoterapy Handbook 7th edition, Mc Graw Hill,
New. York.
• Katzung B G. Basic Clinical Pharmacology. 14th Ed. North America : Mc.
Graw Education. 2018. P. 2-8, 642-643.
• INFODATIN. Situasi dan Analisis Penyakit Tiroid. Pusat Data dan. Informasi
Kementerian Kesehatan RI. 2015
• American Diabetes Association, 2011, ... P.A.,Kradjan, W.A., 2013, Koda-
Kimble & Young's Applied Therapeutics
• Aberg, J.A., Lacy,C.F, Amstrong, L.L, Goldman, M.P, and Lance, L.L., 2009,
Drug. Information Handbook, 17 edition, Lexi-Comp
• Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II edisi V. Jakarta: Interna Publishing; 2009
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai