Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan bobby, hidayah, dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan laporan tugas kelompok kedua wawancara
tentang budidaya ikan bandeng dan udang milik Bapak Bobby.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan


mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih


ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini di waktu yang akan
datang.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang budidaya ikan
ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Surabaya, 21 september 2017

Penyusun
Kelompok 1/XI IPA 5

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................... i


Daftar Isi .............................................................................................................. ii

Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Tujuan dan Manfaat ....................................................................................... 1
1.3 Pertanyaan untuk Narasumber ..................................................................... 1

Bab II Kajian Teori


2.1 Udang Vaname ............................................................................................... 2
A. Klasifikasi Udang Vaname .................................................................................... 2
B. Proses Budidaya Udang Vaname .................................................................... 3
2.2 Ikan Bandeng .................................................................................................. 6
A. Klasifikasi Ikan Bandeng .................................................................................. 6
B. Proses Budidaya Ikan Bandeng ....................................................................... 6

Bab III Pelaksanaan Wawancara


3.1 Tempat ........................................................................................................... 17
3.2 Waktu ............................................................................................................ 17
3.3 Lama ............................................................................................................. 17
3.4 Hasil Wawancara .......................................................................................... 17

Bab IV Foto Dokumentasi, Caption, serta Video


4.1 Foto Kelompok .............................................................................................. 18
4.2 Foto Kelompok dan Narasumber .................................................................. 18

4.3 Biodata Narasumber ....................................................................................... 18

Bab V Penutup
5.1 Kesimpulan ................................................................................................... 19
5.2 Saran ............................................................................................................ 19

Daftar Pustaka
6.1 Link.................................................................................................................. 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Ikan bandeng dan udang sebagai ikan konsumsi memiliki rasa daging
yang enak dan harga yang terjangkau sehingga banyak dikonsumsi oleh
masyarakat. Karena itulah kami memilih ikan bandeng dan udang untuk
menjadi objek untuk observasi. Sedangkan teknik yang kami pilih adalah
teknik pembesaran ikan. Karena kami ingin mengetahui lebih banyak
mengenai teknik pembesaran ikan bandeng dan udang yang tidak semua
orang mengetahuinya. Untuk memperoleh informasi mengenai teknik
pembesaran ikan bandeng dan udang. Kami melakukan wawancara ditempat
orang yang mempunyai kolam budidaya ikan bandeng dan udang. Karena
menurut kami tempat tesebut lebih sesuai dengan teknik yang kami pilih.
1.2 TUJUAN DAN MANFAAT
Penulisan laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata pelajaran
Prakarya yang terkait dengan materi pembuidayaan ikan konsumsi air
tawar. Selain itu penulisan laporan ini juga bertujuan untuk mengetahui
teknik pembesaran ikan bandeng dan udang ditempat orang yang
mempunyai kolam budidaya ikan bandeng dan udang. Dalam hasil laporan
dari wawancara yang kami lakukan, kita mendapat pengalaman cara
berbudidaya ikan bandeng dan udang dengan teknik pemebesaran.

1.3 Pertanyaan untuk narasumber


1. Apa latar belakang bapak mendirikan usaha ini ?
2. Sejak kapan bapak melakukan usaha ini ?
3. Apakah usaha ini menjadi usaha pokok atau usaha sampingan ?
4. Berapakah modal awal yang bapak keluarkan ?
5. Jenis ikan apa yang bapak budidayakan ?
6. Jenis kolam apa yang bapak gunakan untuk memelihara ikan tersebut ?
7. Menurut bapak jenis ikan apa yang sulit dibudidayakan ?
8. Apa saja yang harus disiapkan sebelum melakukan pembudidayaan ?
9. Bagaimana dengan proses pemeliharaan ikan tersebut ?
10.Bagaimana proses pembenihan berlangsung ?
11.Dimana saja ikan tersebut akan dipasarkan ?
12.Apa harapan bapak untuk usaha ini kedepannya ?
13.Apa hambatan bapak dalam melakukan proses budidaya ?

1
BAB 2

KAJIAN TEORI

2.1 Udang Vaname


A. Klasifikasi Udang Vaname
Udang vannamei digolongkan kedalam genus Penaeid pada filum
Arthropoda. Ada ribuan spesies di filum ini namun, yang mendominasi
perairan berasal dari subfilum crustacea. Ciri-ciri subfilum crustacea yaitu
memiliki 3 pasang kaki berjalan yang berfungsi untuk mencapit, terutama
dari ordo Decapoda, seperti Litopenaeus chinensis, L. Indicus, L. Japonicus,
L. Monodon, L. Stylirostris dan Litopenaeus vannmei. Berikut tata nama
udang vannamei menurut Haliman dan Dian (2006):
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Metazoa
Filum : Arthropoda
Subfilum : Crustacea
Kelas : Malacostraca
Subkelas : Eumalacostraca
Superordo : Eucarida
Ordo : Decapoda
Subordo : Dendrobrachiata
Famili : Penaeidae
Genus : Litopenaeus
Spesies : Litopenaeus vannamei
Budidaya udang vaname – Udang vannamei, atau yang biasa dikenal
juga dengan sebutan udang vaname, merupakan seekor hewan yang
dikategorikan ke dalam keluarga udang (crustacea). Udang vaname ini
berasal dari daerah yang memiliki iklim sub tropis.

Ciri-ciri spesifik yang dimiliki udang satu ini adalah, ukurannya yang
lebih kecil, bila dibandingkan dengan udang-udang lain dan udang windu.

2
B. Proses Budidaya Udang Vaname

1. Persiapan Tambak Udang Vaname

Hal yang paling utama dalam langkah awal budidaya udang vaname
adalah, menyiapkan tempat budidaya dengan baik, baik itu dari segi
lingkungan, maupun bibit hewannya.

Langkah pertama, tambak harus dikeringkan terlebih dahulu sampai


air yang ada didalam tambak sudah benar-benar kering. Kemudian, biarkan
tambak tersebut selama 1 minggu penuh supaya bibit penyakit, patogen, dan
mikroorganisme lainnya yang dapat merugikan sudah hilang.

Selanjutnya, lakukan pembajakan tanah pada tambak tersebut.


Pembajakan ini berfungsi supaya mikroorganisme-mikroorganisme yang
bermanfaat untuk pengembangbiakan dapat hidup terlebih dahulu. Apalagi
kalau mengingat udang vaname hidup di dasar tanah, setidaknya dengan
melakukan pembajakan tersebut akan memberikan makanan alami untuk
udang vaname. Untuk PH tanah yang terlalu asam, kamu bisa melakukan
pengapuran untuk membuatnya lebih ideal.PH yang ideal untuk budidaya
udang vaname yaitu sekitar 6-7,5.

Selanjutnya, hal yang harus dilakukan dalam proses persiapan tambak


adalah, pemupukan. Supaya lebih ekonomis, kita bisa memberikan pupuk
kandang kedalam tambak yang hendak dipersiapkan, caranya ialah dengan
memberikan masing-masing tambak dengan dosis yang berkisar 150-200
kg/ha. Kemudian, campurkan pupuk secara menyeluruh dan merata pada
semua dasar tambak. Terakhir, mengisi air sampai dengan ketinggian 100
cm dan dibiarkan selama kurang lebih 5-7 hari. Baru setelah itu kita bisa
melakukan penebaran bibit udang vaname tersebut.

3
2. Pemilihan Bibit Dan Penebaran Bibit

Untuk pemilihan benihnya kamu bisa memilihnya dengan selektif,


supaya ketika pemeliharaan dan perkembangan udang nantinya dapat
tumbuh dengan baik dan seragam.

Bibit unggul memiliki karakteristik yang berbeda, yakni tidak


mempunyai luka pada tubuhnya, bisa berenang melawan arus, mempunyai
insang dan usus bisa terlihat, serta bentuk dan ukurannya seragam.Bibit
dengan kriteria tersebut dapat di peroleh dari pembudidaya bibit udang
vaname.

Cara pemeliharaan dan pengembangbiakan udang vaname ini berbeda


dengan jenis udang windu, yang mana ketika penebaran benihnya biasanya
dilakukan ketika di pagi hari. Jika bibit udang yang satu ini biasanya
dilakukan ketika matahari sedang berada dipuncaknya, yakni siang hari.

Sebelum melakukan penebaran bibit, kamu bisa melakukan proses


adaptasi terlebih dahulu untuk udang, atau biasa dikenal juga
dengan aklimitasi. Cara melakukannya adalah dengan memasukkan bibit
udang ke dalam plastik transparan yang sudah diisi dengan air tambak,
kemudian diapungkan di dalam tambak selama kurang lebih 30-60 menit.
Setelah proses aklimitasi selesai, kantung plastik yang tadi bisa kamu buka,
kemudian perlahan tebarkan bibit udang ke tambak yang sudah
dipersiapkan.Kepadatan tebar benih berkisar kurang lebih sekitar 10
ekor/m2.

4
3. Pemeliharaan Udang Vaname

Pada proses awal penebaran, kurang lebih selama 7 hari pertama,


udang tersebut tidak perlu diberikan pakan.Karena masih banyak makanan
alami yang terdapat pada air tambak.Setelah lewat satu pekan, kamu baru
bisa memberinya makan dengan pelet yang memiliki tingkat protein
sebanyak 30 % dari kadar pakan tersebut.

Untuk frekuensi pemberian pakannya, kamu bisa memberikannya


kurang lebih sebanyak 3-4 kali dalam satu hari. Untuk pemberian pakan juga
bisa diberikan sesuai dengan umur udang vaname tersebut.

4. Masa Panen Udang Vaname

Panen udang vaname sudah bisa dilakukan ketika si udang telah


berumur 2-3bulan. 2-3 hari sebelum proses pemanenan harus juga dilakukan
pengapuran pada tambak dengan dosis 50-70 kg/ha untuk menghindari
proses molting. Proses molting adalah pergantian kulit.

Udang yang ideal biasanya memiliki bobot 1 kg yang berisi 40-50


udang. Proses panen harus dilakukan ketika malam hari berlangsung, supaya
menghindari cahaya matahari karena dapat merusak kualitas udang.

5
2.2 Ikan Bandeng
A. Klasifikasi Ikan Bandeng ( Chanos chanos )
Kingdom : Animalia
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Gonorynchiformes
Famili : Chanidae
Genus : Chanos
Spesies : C. chanos

Ikan bandeng (Chanos chanos) adalah ikan pangan populer di Asia


Tenggara. Ikan ini merupakan satu-satunya spesies yang masih ada
dalam suku Chanidae bersama enam genus tambahan dilaporkan pernah ada
namun sudah punah. Dalam bahasa Bugis dan Makassar dikenal
sebagai ikan bolu, dan dalam bahasa Inggris (milkfish).

Mereka hidup di Samudera Hindia dan Samudera Pasifik dan


cenderung berkawanan di sekitar pesisir dan pulau-pulau dengan terumbu
koral. Ikan yang muda dan baru menetas hidup di laut selama 2–3 minggu,
lalu berpindah ke rawa-rawa bakau berair payau, dan kadangkala danau-
danau berair asin. Bandeng baru kembali ke laut kalau sudah dewasa dan
bisa berkembang biak.

B. Proses Budidaya Ikan Bandeng


1. Persiapan Tambak Bandeng

Bandeng konsumsi pada dasarnya dihasilkan melalui tiga tahap


budidaya yakni pembenihan, pendederan dan pembesaran. Bandeng
konsumsi dihasilkan dari tambak pembesaran. Bibit tambak pembesaran
adalah glondongan yang dihasilkan dari tambak pendederan. Tambak
pendederan memelihara nener yang dihasilkan oleh pembenihan.

Teknologi pemeliharaan bandeng dapat dilakukan secara tradisional,


semi intensif dan intensif. Sementara pola pemeliharaannya bisa monokultur
dan polikultur.

1. Pola pemeliharaan tradisional umumnya dilakukan secara monokultur


dan polikultur untuk berbagai tahap pemeliharaan.

6
2. Pola pemeliharaan secara intensif dan semi intensif pada umumnya
dilakukan secara monokultur, tetapi dijumpai juga pengelolaan secara
polikultur.
3. Pola polikultur semi intensif umumnya tidak dilakukan dengan
sesama ikan melainkan dengan hewan lain misalnya ayam.

Berdasarkan kondisi optimal maka studi ini selanjutnya memfokuskan


pada pola pemeliharaan intensif sebagai pola yang seharusnya dijalankan
untuk mendapatkan hasil optimal.

a. Fisik Tambak

Jika budidaya hanya usaha pembesaran atau pendederan maka petak


tambak hanya dua yakni petak pembagi air yang sekaligus berfungsi sebagai
areal pemanenan dan tambak pemeliharaan. Demikian juga untuk tambak
yang dikelola secara tradisional, walaupun budidaya dimulai dari menebar
nener namun tidak dilakukan pemisahan untuk berbagai umur bandeng.

Pematang adalah bagian penting dari tambak yang berfungsi sebagai


benteng ketika terjadi badai pasang, dan menjadi jalan untuk pengangkutan
sarana produksi maupun hasil tambak. Dengan demikian yang terpenting
dari pematang adalah kekuatan tambak, pada umumnya pematang utama
dibangun dengan lebar antara 2 sampai 2,5 meter dengan ketinggian 0,5m
diatas air pasang tertinggi. Sementara itu pematang antara bisa dibuat lebih
sempit, umumnya 0,5 sampai 1,5 m dengan ketinggian sekitar 0,25m.
Saluran air dibuat sedemikian rupa sehingga aliran air menjadi lancar.

7
Untuk membuat dan melengkapi tambak diperlukan beberapa bahan
dan peralatan. Bambu dan pipa paralon adalah bahan yang diperlukan untuk
membuat saluran air dari petak satu ke petak lainnya. Sementara di tambak
juga terdapat peralatan yang diperlukan untuk kelancaran usaha antara lain,
jaring hapa, seser/serok, ember plastik, tong fiber glass, keranjang, plastik
lembaran, cangkul, arit, timbangan, linggis dan pompa air. Pada tambak
pendederan diperlukan pula tabung gas untuk pengemasan saat panen.
Perlengkapan tambak yang lainnya adalah rumah pandega/penjaga.

b. Syarat Lahan dan Air Tambak

Untuk mendapatkan hasil optimal maka air dan tanah yang digunakan
untuk tambak harus memenuhi beberapa syarat. Tabel ini menyajikan mutu
air dan tanah optimal untuk pemeliharaan nener. Syarat teknis lahan dan air
untuk pembesaran tidak berbeda dengan peneneran.

Ambang
Peubah Kisaran atas Optimum
bawah
Oksigen terlarut (mg/l) 2,0 – Sekitar jenuh

Amoniak (mg/l) 0,0 0,1 0

Asam belerang (mg/l) 0,000 0,001 0

Bahan Organik total (mg/l) 10,0 30,0 15,0 – 20,0

pH 7,5 9,0 8,0-8,3

Temperatur(0C) 26,0 32,0 29-30

Salinitas (ppt) 20,0 35,0 29-32

Transparansi (cm) 30 50,0 35,0-40


Sumber : Ahmad dkk, 2002

8
c. Pengelolaan Tambak

Agar tambak berfungsi optimal maka tambak harus memenuhi syarat


lingkungan biologi tabel tersebut merupakan salah satu cara agar tambak
dapat memenuhi syarat lingkungan biologi adalah melakukan pengelolaan
tambak. Pengelolaan tambak meliputi pengolahan lahan dan pemberian
unsur tambahan serta pengaturan pengairan.

1. Pengolahan lahan
Tujuan pengolahan lahan tambak adalah:
a) Menghilangkan lumpur yang berlebihan terutama di daerah caren
yang merupakan arena mengendapnya lumpur.
b) Menghilangkan bahan organik yang merugikan.
c) Menutup lubang-lubang yang biasanya ada disisi tambak yang bisa
menjadi jalan masuk binatang pemangsa dan menjadi jalan
keluarbagi bandeng.
d) Pertumbuhan bahan makanan alami bandeng, untuk itu yang
dilakukan adalah pengeringan tambak dan pembalikan lahan.

Pengolahan lahan dilakukan setiap habis panen (menjelang masa tebar


berikutnya). Pengeringan yang dilakukan tergantung kepada kondisi lahan.
Jika lahan dalam kondisi buruk pengeringan bisa dilakukan sampai tanah
dasar menjadi pecah-pecah. Jika kondisi lahan normal maka pengeringan

dilakukan sampai tanah terbenam 1 cm jika diinjak. Setelah pengeringan


dilakukan pembalikan tanah melalui proses brojul (bahasa jawa).

2. Perbaikan dan pengontrolan pH


Tujuan pengontrolan pH adalah untuk menormalkan asam bebas
dalam air, menjadi penyangga dan menghindari terjadinya guncangan pH
air/tanah yang mencolok, memberi dukungan kegiatan bakteri pengurai
bahan organik dan mengendapkan koloid yang mengapung dalam air
sehingga kejernihan air terjaga.

9
Perbaikan pH dilakukan dengan dua cara yakni melalui pengeringan
dan pemberian kapur. Dengan pengeringan pH yang turun pada saat
pemeliharaan dapat ditingkatkan kembali. Pemberian kapur dilakukan saat
pengeringan yakni saat pembalikan lahan. Prosesnya, sebelum lahan dibalik
(dibrojul) taburkan kapur kemudian dilakukan pembalikan lahan, dengan
cara ini maka kapur akan tersebar merata. Untuk lahan yang berpasir maka 3
ton kapur untuk setiap ha lahan adalah optimal, tetapi jika lahan semakin liat
maka kapur yang diperlukan semakin banyak.

3. Pemupukan
Tujuan pemupukan adalah menumbuhkan makanan alami
bandeng yakni klekap (lab-lab), lumut dan fitoplankton dan menjaga
kecerahan air. Jika yang diharapkan tumbuh adalah klekap maka yang
diperlukan adalah pupuk kandang dengan dosis 350 kg/ha. Untuk
lumut diperlukan pupuk compund (NPK) dengan dosis 20 gram per
m3 air. Untuk pedoman praktis pemberian dilakukan 2 minggu sekali
dengan dosis 2 kg urea dan 15 kg TSP untuk setiap ha tambak. Untuk
fitoplankton flagellata dan fitoplankton diatoma pemberian pupuk
diberikan dengan perbandingan N dan P tertentu. Sebagai bahan
makanan alami, fitoplankton diatoma lebih disukai oleh bandeng.
4. Oksigen terlarut dan suhu air
Oksigen terlarut sangat penting untuk orgasnisme air, jika oksigen
terlalu banyak maka akan ada gelembung di lamela bandeng
sedangkan jika terlalu sedikit maka bandeng akan mati lemas.
Oksigen paling rendah terjadi pada waktu pagi yakni sesaat setelah
matahari terbit. Sementara oksigen tertinggi terjadi sekitar jam 14.00-
17.00. Untuk menjaga oksigen dalam kondisi optimal perlu dilakukan
pengadukan air sekitar jam 13.00-15.00 dan pada malam hari.
Pengadukan dan penambahan oksigen bisa dilakukan dengan
menggunakan aerator.

10
Oksigen dan suhu air saling berhubungan, pada saat suhu naik maka
oksigen turun. Pada suhu 120C bandeng akan mati kedinginan. Untuk
menjaga agar suhu dan oksigen dalam keadaan optimal dilakukan
pembuatan caren, sehingga saat suhu tinggi bandeng bisa bersembunyi
dalam caren yang relatif lebih dalam dengan suhu yang lebih rendah dan
oksigen tercukupi.

5.Amonia dan asam belerang


Dua zat ini terbentuk dari sisa pakan, kotoran ikan maupun plankton
dan bahan organik tersuspensi. Kedua zat ini bersifat meracuni bandeng.
Makin tinggi suhu kemungkinan makin besar kandungan kedua zat ini. Oleh
karena itu penjagaan suhu air sangatlah penting. Cara lain untuk
menghilangkan kedua zat ini adalah dengan melakukan pengadukan dan
pembuatan caren, pergantian air dan pengeringan lahan.

6.Salinitas
Salinitas adalah tingkat keasinan atau ketawaran air, walaupun
bandeng termasuk hewan air yang relatif bandel tetapi jika budidaya
dilakukan secara intensif maka tingkat salinitas harus diperhatikan. Pada
salinitas optimal energi yang digunakan untuk mengatur keseimbangan
kepekatan cairan tubuh dan air tambak cukup rendah sehingga sebagian
besar energi asal pakan dapat digunakan untuk pertumbuhan.Pengaturan
salinitas bisa dilakukan dengan cara penambahan air tawar dengan bantuan
aerator.

7.Logam berat dan pestisida


Logam berat dan pestisida berasal dari limbah pabrik atau sawah yang
telah menggunakan sistim perairan intensif sehingga menghasilkan residu
zat kimia. Kandungan logam berat dan pestisida akan menyebabkan
kematian bandeng secara masal. Jika bandeng tahan terhadap pencemaran
ini dan tidak mati maka akan menyebabkan keracunan bagi mereka yang
mengkonsumsi bandeng yang terkontaminasi. Solusi dari masalah ini hanya
menjauhkan tambak dari sumber polusi.

11
8. Hama dan penyakit
Ada empat golongan hama tambak yakni:

1. Predator/pemangsa yang terdiri dari ikan buas dan liar, kadal, kepiting
dan berang-berang.
2. Kompetitor/ pesaing yang terdiri dari ikan liar dan siput
3. Hama yakni penggali organisme pelapuk kayu dan kerang-kerang.
4. Penyakit parasiter, yakni penyakit yang disebabkan oleh virus bakteri
dan protozoa. Penyakit ini umumnya menyerang hewan air, tetapi
sampai saat ini belum dijumpai kasus penyakit ini dalam tambak
budidaya bandeng.

Predator masuk ke dalam tambak melalui saluran air atau lubang yang
terdapat pada dinding tambak. Pengeringan tambak adalah cara pengendalian
kompetitor dan hama. Untuk hama yang masuk melalui lubang air harus dilakukan
penyaringan air pada saat memasukkan air ke dalam tambak. Saringan harus cukup
kecil agar supaya tidak hanya binatangnya yang tidak masuk melainkan telurnya
pun tidak masuk.

2.Pembenihan

Benih bandeng disebut nener. Sebagian besar nener sampai saat ini
masih diperoleh dengan cara penangkapan secara alamiah, hanya sebagian
kecil benih nener yang dihasilkan oleh budidaya (hatchery). Potensi benih
nener alami tersebar di seluruh pantai Indonesia dengan konsentrasi di 15
provinsi mulai dari Aceh, Lampung, Kaltim, Kalsel, Jabar, Jatim, Jateng,
Bali, NTB, NTT, Sulsel, Sulteng, Sulut, Sulawesi Tenggara dan Maluku.
Diperkirakan potensi nener alami mencapai 1,5 miliar ekor setiap tahun,
padahal yang dimanfaatkan baru berkisar pada angka 1 milyar ekor setiap
tahun.

Nener yang dijual untuk dipelihara umumnya berumur antara 21 hari


sampai 28 hari. Secara fisik besar nener dengan umur tersebut adalah
seukuran jarum dan tubuhnya transparan dengan panjang sekitar 12 -13 mm.
Nener mempunyai tiga titik ditubuhnya yakni dua mata dan satu di perut.

12
Nener yang ditangkap berasal dari laut dalam. Bandeng dewasa
melepaskan telurnya ditengah laut yang berjarak sekitar 9 km dari garis
pantai. Telur itu mengambang dan dibawa ombak, dalam perjalanan telur
menetas dan terbawa ke pantai atau muara sungai. Nener inilah yang
ditangkap, penangkapan nener tidak sulit walaupun nener bergerak lincah
sebab umumnya nener berenang dalam kelompok.

3.Pendederan atau Pengglondongan

Pendederan adalah proses budidaya dari nener menjadi glondongan.


Pola pemeliharaan tahap pendederan umumnya dilakukan secara intensif
atau semi intensif. Hal ini dimaksudkan agar dapat mengatur waktu panen
sehingga sesuai dengan siklus permintaan tambak pembesaran. Glondongan
dijual dalam berbagai ukuran tergantung permintaan.

Pemeliharaan nener umumnya dilakukan sejak nener ditebar sampai


umur 8 minggu. Sebelum nener ditebar sebaiknya tambak ditancapi rumpon
yang berfungsi sebagai pelindung nener dari sengatan matahari dan
dilakukan aklimatisasi terhadap nener. Aklimatisasi atau penyesuaian
terhadap lingkungan merupakan hal yang penting dalam pemindahan dari
tahap satu ketahap berikutnya. Hal ini untuk mencegah stress yang
menyebabkan kematian. Aklimatisasi dapat dilakukan dengan cara
membiarkan kantong plastik mengapung di air tambak, setelah temperatur,
keasaman air dan salinitas air hampir sama, kantong plastik bisa dibuka.
Umumnya waktu yang diperlukan untuk aklimatisasi adalah setengah hari.
Pada saat penebaran nener usahakan agar salinitas berada pada kisaran 10-15
permil. Penebaran nener sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau sore hari
saat suhu masih rendah.

13
Angka kematian untuk pendederan berkisar pada 10% sampai 20%,
tergantung pada manajemen tambak. Jika tambak dikelola dengan baik maka
tingkat kematian bisa ditekan hingga 5%. Pemanenan nener pada umumnya
dilakukan secara aktif dan tidak serentak. Artinya nener dipanen sesuai
permintaan pasar. Ketika ada permintaan maka nener di jaring ke petak
penampungan, selanjutnya nener dihitung dengan menggunakan piring
plastik untuk glondongan dan serok kecil untuk kasaran dan semi. Hasil
hitungan langsung dimasukkan dalam plastik pengemas dan diberi oksigen
murni dengan isi 250 ekor per plastik. Glondongan yang sudah siap di
plastik kemudian diangkut dengan sepeda motor atau mobil untuk jarak
dekat menuju tambak pembesaran. Jika tambak pembesaran berjarak jauh
misalnya sampai keluar pulau maka pengangkutan dilakukan dengan
menggunakan truk tangki yang juga harus dilengkapi dengan oksigen murni.

4. Pembesaran
Output budidaya pembesaran adalah bandeng konsumsi atau bandeng
untuk umpan. Bandeng umpan umumnya berukuran 1 ons atau 10 ekor per
kg, ukuran ini juga bisa dihasilkan dari tambak pendederan yang disebut
balian. Untuk konsumsi umumnya bandeng dipanen ketika ukurannya
mencapai 2,5 sampai 3 ons atau 3-4 ekor per kg. Bandeng yang dipanen
pada ukuran diatas 0,5 kg per ekor biasa disebut bandeng super kualitas
prima.

Pembesaran dapat berasal dari tambak yang terintegrasi maupun


pembesaran yang memang hanya dirancang untuk tambak pembesaran. Jika
pembesaran dilakukan dari tambak yang terintegrasi maka yang harus
dilakukan hanyalah membuka tutup petak tambak dari petak pembuyaran.
Dalam melakukan pembukaan dari pembuyaran maka beberapa hal harus
diperhatikan:

14
1. Pemindahan dilakukan saat bulan waktu pasang surut paling besar.
2. Pemindahan sebaiknya dilakukan malam hari dengan menggunakan
cahaya untuk menarik bandeng muda ke arah pintu air petakan yang
langsung dengan petak pembuyaran atau pembesaran.
3. Mengubah kondisi tambak untuk membuat bandeng muda menjadi
aktif dan siap untuk dipindahkan ke petak buyaran atau pembesaran.
Caranya ialah dengan menurunkan ketinggian air tambak sehingga
temperatur air tambak meningkat.

Jika pembesaran dilakukan tidak terintegrasi maka penebaran ke


tambak pembesaran juga harus dilakukan melalui aklimatisasi. Cara
aklimatisasi penebaran nener dapat digunakan disini.

Dalam tambak pembesaran, 10% air tambak setiap hari harus diganti,
penggantian dilakukan dengan pompa dan pipa air sehingga air yang
terbuang dapat diatur dari bawah.

Panen dari tambak pembesaran dapat dilakukan dengan dua cara


yakni panen selektif dan panen total. Pada panen selektif dapat digunakan
jaring jala, atau penangkap elektrik. Untuk panen total dapat digunakan
jaring kantong atau dengan melakukan pengeringan secara bertahap.

15
5. Proses Panen

a. Panen Bertahap
Panen bandeng secara bertahap dapat dilakukan dengan metode
menyerang air atau yang dikenal dengan sebutan ngerocok. Hal ini sesuai
dengan sifat bandeng yang selalu menentang arus (aliran air). Caranya
adalah pada saat surut air tambak dikeluarkan sebagian. Kemudian pada saat
terjadi pasang yang cukup tinggi, air baru dimasukan ke tambak melalui
pintu air yang ditutup dengan saringan kasar, ikan bandeng akan segera
menyongsong datangnya air baru tersebut. Dengan demikian, ikan akan
terkumpul dalam petak penangkapan (catching pond). Selanjutnya ikan
tersebut ditangkap dengan menggunakan jaring.

b. Panen Total
Pada umumnya panen bandeng secara total dilakukan dengan cara
pengeringan tambak. Caranya adalah air dalam tambak dikeluarkan secara
perlahan-lahan sampai air yang ada didalam tambak hanya mengisi bagian
pada caren saja. Ikan bandeng akan berkumpul di caren tersebut. Pemanenan
dapat dilakukan dengan alat berupa jaring yang ditarik (diseret) sepanjang
caren. Dapat juga menggunakan kerai bambu yang didorong sepanjang caren
oleh beberapa orang. Dengan kerai ini, ikan dikumpulkan disuatu tempat
tertentu yang luasnya terbatas (sempit). Selanjutnya dilakukan penangkapan
dengan alat tanggok (scoop net).

16
BAB 3
3.1 Tempat : Sumbersari RT 01 RW 02
Sumberejo II
3.2 Waktu : Siang hari
3.3 Lama : 90 MENIT
3.4 Hasil wawancara :
Budidaya Ikan Bandeng dan Udang Oleh Pak Bobby
Nama lengkapnya adalah Bobby Bagus Prasetyo yang lahir pada tanggal 25
Januari 1983 di Surabaya dan sekarang bertempat tinggal di Sumberejo. Beliau
memulai usaha budidaya dengan modal 25 juta. Awal kali digunakan untuk
menyewa tambak dengan luas 1 hektar yang dibangun dengan kedalaman 1 m dan
membeli bibit ikan bandeng dan udang vaname. Latar belakang Pak Bobby
mendirikan usaha ini adalah ingin berwirausaha dan mencukupi kebutuhan
hidupnya. Usaha ini sudah dimulai sejak tahun 2007 dan berlangsung sampai saat
ini.

Pak Bobby memilih pembudidayaan sistem kolam tanah dengan air tawar
karena dianggap tidak sulit dalam proses pelaksanaannya dan memilih ikan
bandeng dan udang vaname dalam berbudidaya karena banyak masyarakat sekitar
yang mengkonsumsi ikan bandeng dan udang vaname.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam berbudidaya ikan menurut Pak Bobby
adalah lahan pembibitan, pakan, dan obat. Pakan yang digunakan adalah pakan
ayam 511 dan dedek (kader), dan obat utama lodan sebagai penetral air agar ikan
tidak stress.

Pemberian ikan dewasa yaitu 2 kali sehari pagi dan sore. Untuk pemberian
pakan bibit ikan yaitu 1kali sehari pada sore hari, panen akan dilakukan dalam
waktu 2 bulan atau paling lama 3 bulan sekali. Dan proses pemasaran dilakukan
disaat pengepul datang ke tambak langsung, dengan nilai harga jual tergantung
berat dan besar kecilnya hasil panen per kg. Nilai jual hasil panen adalah 70.000
per 10kg.. Kendala-kendala yang dihadapi Pak Bobby adalah jika ikan setress
namun Ia mengatasinya dengan memberi obat utama lodan. Dan wilayah ditempati
Pak Bobby juga sering mengalami gagal panen. Harapan dari Pak Bobby adalah
ingin usahanya maju dan lebih berkembang.

17
BAB 4
FOTO KEGIATAN + CAPTION VIDEO
4.1 Foto Kelompok :

4.2 Foto kelompok + Narasumber

4.3 Biodata narasumber


Nama : Bobby
Tempat tanggal lahir : Surabaya, 25 Januari 1984
Alamat : Sumberejo II RT 03 RW 02
Pendidikan : SMK

18
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Dari hasil wawancara, kami dapat menyimpulkan bahwa dalam


berbudidaya ikan konsumsi harus memerlukan jiwa kewirausahaan yang
besar, seperti berani mengambil resiko, pantang menyerah, ulet, dan
sikap tanggung jawab. Selain itu, dalam berbudidaya ikan ini harus ada
pengalaman tersendiri bagi pengusaha agar nantinya usaha budidaya
bisa berjalan dengan lancar.

5.2 Saran
Sebetulnya usaha Pak Bobby ini bisa lebih maju dengan cara
pemasaran yang lebih luas, namun Pak Bobby hanya menjual kepada
pengepul yang datang dan kepada konsumen yang menjadi
langganannya. Seharusnya Pak Bobby berusaha untuk mempromosikan
ikan udang dan bandeng di pasar tradisional maupun di supermarket
agar usahanya lebih maju dan mendapat keuntungan yang lebih besar.

19
DAFTAR PUSTAKA

6.1Link

 https://www.maudisini.com/cara-budidaya-udang-vaname/
 https://ikanmania.wordpress.com/2008/01/22/aspek-produksi-
budidaya-bandeng/

Link Youtube :
 https://youtu.be/P2j860Wc2rc

20

Anda mungkin juga menyukai