Anda di halaman 1dari 89

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/331258028

Pola Spesialisasi Perdagangan Indonesia dengan Jepang dan China

Book · December 2011

CITATIONS READS

0 2,907

4 authors, including:

Felix Wisnu Handoyo


the National Research and Innovation Republic of Indonesia
23 PUBLICATIONS   7 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

EVALUASI DAMPAK PROGRAM LISTRIK PERDESAAN DAN PELUANG PENGEMBANGAN ECO-TOURISM MELALUI ENERGI TERBARUKAN View project

All content following this page was uploaded by Felix Wisnu Handoyo on 21 February 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


MONOGRAPH SERIES:
TRADE POLICY DIMENSION
2011

POLA SPESIALISASI PERDAGANGAN 
INDONESIA DENGAN JEPANG DAN CINA

Tim Peneliti
Laurensius Williem
Felix Wisnu Handoyo
Resha Yudistira
Dwi Andi R.

Pspd
Pusat Studi
Perdagangan
Dunia
Universitas Gadjah Mada
Center for World Trade Studies
Universitas Gadjah Mada
Pspd
Pusat Studi
Perdagangan
Dunia
Universitas Gadjah Mada
Center for World Trade Studies
Universitas Gadjah Mada
PENGANTAR

RIZA NOER ARFANI


KETUA WCP UGM/INDONESIA

WTO (World Trade organization) Chairs Programme (WCP) Universitas Gadjah


Mada (UGM)/Indonesia (selanjutnya disebut dengan WCP UGM/Indonesia)
merancang kegiatan penelit ian klaster yang hasilnya diterbitkan dalam seri
monograf ini sebagai bagian dari program peningkatan kapasitas Pusat Studi
Perdagangan Dunia (PSPD) UGM dalam bidang penelit ian perdagangan
internasional. Terdapat 4 (empat) tema klaster yang dikembangkan, yaitu Klaster
Hukum, Klaster Agro-Industri, Klaster Dinamika Kebijakan, dan Klaster Diplomasi.
Keempatnya mewakili bidang keahlian dan kompetensi para peneliti PSPD UGM
yang berasal dari fakultas-fakultas yang beragam: Fakultas Pertanian/Teknologi
Pertanian, Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik (khususnya Jurusan Ilmu Hubungan Internasional).

Penelitian klaster dimaksudkan untuk memperkuat kapasitas metodologi plus


kemampuan menangkap isu-isu dan kebijakan kontemporer dalam kajian tentang
perdagangan internasional, terutama dalam konteks peningkatan daya saing In-
donesia. Tema-tema yang diambil dalam keempat klaster tersebut, oleh
karenanya, mencerminkan keperluan akan peningkatan kapasitas dimaksud.
Klaster Agro-Industri mendalami kajian tentang Analisis Daya Saing Komoditas
Ekspor Perkebunan Indonesia yang mencakup komoditi-komoditi seperti Minyak
Kelapa Sawit atau Crude Palm Oil (CPO), Karet dan Kakao. Klaster Hukum
melakukan kajian tentang Kebijakan Standarisasi Produk CPO dalam skema In-
donesia Sustainable Palm Oil (ISPO) yang mencakup implikasi legal dalam
penerapan standarisasi tersebut terhadap perdagangan ekspor produk CPO In-
donesia. Klaster Dinamika Kebijakan mengambil tema Pola Spesialisasi
Perdagangan Indonesia dengan Jepang dan Cina untuk mengkaji secara mendalam
beragam aspek keunggulan komparatif komoditi-komoditi perdagangan Indo-
nesia dengan Jepang dan Cina. Klaster Diplomasi mengetengahkan tema Birokrasi
Kementerian Perdagangan dalam Kebijakan Perdagangan Internasional dengan
mengambil studi kasus putaran perundingan Doha atau yang lebih dikenal dengan
Doha Development Agenda (DDA) dalam forum perdagangan multilateral WTO.

Meskipun keempat tema tersebut t idak mewakili keseluruhan persoalan dan


tantangan yang dihadapi para pemangku kepentingan di Indonesia, beragam isu
yang dikaji di dalamnya cukup menggambarkan secara cukup rinci beragam ranah

v
persoalan dan tantangan perdagangan internasional Indonesia. Untuk para pelaku,
pengambil kebijakan dan pemerhati perdagangan internasional, kajian dalam
keempat klaster itu bermanfaat sekurang-kurangnya dalam menyediakan peta
persoalan dan bagaimana posisi dan peran para pemangku kepentingan terkait
dalam menghadapi persoalan-persoalan itu. Analisis dan kesimpulan yang diambil
serta rekomendasi yang diajukan tentu saja masih memerlukan kritik, masukan,
komentar dan umpan balik yang berguna untuk mengembangkan kegiatan-
kegiatan lanjutan (follow-up activities).

Dalam skema WCP UGM/Indonesia, kegiatan-kegiatan lanjutan itu dirancang


sebagai bagian dari 2 (dua) program peningkatan kapasitas lainnnya, yaitu
Peningkatan Kapasitas Akademik dan Peningkatan Kapasitas Jaringan. Dalam
program peningkatan kapasitas akademik, WCP UGM/Indonesia tengah
mengembangkan program MITS (Masters in International Trade Studies) yang
merupakan program studi Strata 2 (S2) multi-disiplin dalam bidang Perdagangan
Internasional dan menawarkan gelar MA (Masters of Arts). Dalam program
peningkatan kapasitas jaringan, WCP UGM/Indonesia menawarkan beragam
skema kerjasama, kolaborasi dan konsultansi yang terutama diwujudkan dalam
bentuk penyelenggaraan seri pelatihan dan kursus singkat (short courses) yang
bermuara pada pembentukan Indonesia Trade Forum (Indo Trade Forum) pada level
domestik dan Southeast Asia Trade Trade Forum (SEA Trade Forum) pada level
kawasan/regional dengan memanfaatkan jaringan WCP di kawasan Asia
Tenggara/Timur.

Melalui kedua skema itulah diharapkan kegiatan-kegiatan lanjutan dari hasil


penelitian klaster yang diterbitkan dalam seri monograf ini dapat direalisasikan.
Sebagai Ketua WCP UGM/Indonesia, saya berharap dan mengundang partisipasi
dan peran para pembaca –segenap pemangku kepent ingan perdagangan
internasional di Indonesia— dalam kegiatan-kegiatan lanjutan WCP UGM/Indone-
sia dan PSPD UGM.

Yogyakarta, 11 Januari 2012

vi
DAFTAR ISI

PENGANTAR v
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL ii
DAFTAR GRAFIK xi
DAFTAR BAGAN xiii
DAFTAR LAMPIRAN xv
DAFTAR SINGKATAN xvii
ABSTRAK ixx

1. PENGANTAR PEREKONOMIAN CINA DAN JEPANG 1


1.1. Latar Belakang 1
Perekonomian Jepang 1
Perekonomian Cina 2
Indonesia, Jepang, dan Cina 3
2. PERKEMBANGAN EVOLUSI TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL 7
2.1 Evolusi Teori Perdagangan 7
2.1.1 Merkantilisme 8
2.1.2 Absolute Advantage (Adam Smith) 8
2.1.3 Comparative Advantage (David Ricardo) 9
2.1.4 Factor Proportion (Heckscher-ohlin) 9
2.2 Penelitian Terkait Keunggulan Komparatif 10
3. ANALISIS INDEKS REVEALED SYMMETRIC COMPARATIVE ADVANTAGE 13
3.1 Deskripsi Data 13
3.2 Alat Analisis 13
3.2.1 Revealed Comparative Advantage (RCA) 13
3.2.2 Revealed Symmetric Comparative Advantage (RSCA) 13
3.2.3 Revealed Comparative Advantage (RCA) 14
3.2.4 Revealed Symmetric Comparative Advantage (RSCA) 14
3.3 Pemeringkatan Produk Berdasarkan Nilai RSCA 14
4. ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF INDONESIA DENGAN CINA DAN JEPANG 17
4.1 Hubungan Perdagangan Indonesia-Cina 17
4.1.1 Perkembangan Ekspor Indonesia Ke Cina 17
4.1.2 Perkembangan Ekspor Cina ke Indonesia 19
4.1.3 Analisis Perkembangan Ekspor Indonesia dan Cina 20
4.1.4 Analisis Perhitungan RSCA Indonesia terhadap Cina 23
4.2 Hubungan Perdagangan Indonesia-Jepang 28

vii
4.2.1 Perkembangan Ekspor Indonesia ke Jepang 28
4.2.2 Perkembangan Ekspor Jepang ke Indonesia 29
4.2.3 Analisis Perkembangan Ekspor Indonesia dan Jepang 31
4.2.4 Analisis Perhitungan RSCA Indonesia Dan Jepang 33
5. KESIMPULAN DAN SARAN 43
5.1 Kesimpulan 43
5.2 Saran 44
DAFTAR PUSTAKA 45

LAMPIRAN-LAMPIRAN 47

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perkembangan Ekspor Non-migas Indonesia Menurut Negara Tujuan 3


Tabel 1.2 Perkembangan Impor Non-migas Indonesia Menurut Negara Asal 4
Tabel 1.3 Neraca Perdagangan Indonesia dengan Jepang 4
Tabel 1.4 Neraca Perdagangan Indonesia dengan Cina 5
Tabel 4.1 Total Ekspor Indonesia ke Cina Periode 1994-2009 18
Tabel 4.2 Total Ekspor Cina ke Indonesia Periode 1994-2009 20
Tabel 4.3 Net Ekspor Indonesia-Cina Periode 1994-2009 22
Tabel 4.4 RSCA Indonesia terhadap Cina Periode 1994-1997 24
Tabel 4.5 RSCA Indonesia terhadap Cina Periode 1998-2001 25
Tabel 4.6 RSCA Indonesia terhadap Cina Periode 2002-2005 26
Tabel 4.7 RSCA Indonesia terhadap Cina Periode 2006-2009 27
Tabel 4.8 Total Ekspor Indonesia ke Jepang Periode 1994-2009 29
Tabel 4.9 Total Ekspor Jepang ke Indonesia Periode 1994-2009 31
Tabel 4.10 Net Ekspor Indonesia-Jepang Periode 1994-2009 32
Tabel 4.11 RSCA Indonesia terhadap Jepang Periode 1994-1997 35
Tabel 4.12 RSCA Indonesia terhadap Jepang Periode 1998-2001 37
Tabel 4.13 RSCA Indonesia terhadap Jepang Periode 2002-2005 39
Tabel 4.14 RSCA Indonesia terhadap Jepang Periode 2006-2009 40

ix
DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Total Ekspor Indonesia ke Cina Periode 1994-2009 19


Grafik 4.2 Total Ekspor Cina ke Indonesia Periode 1994-2009 21
Grafik 4.3 Net Ekspor Indonesia-Cina Periode 1994-2009 22
Grafik 4.4 Total Ekspor Indonesia ke Jepang 1994-2009 30
Grafik 4.5 Total Ekspor Jepang ke Indonesia Periode 1994-2009 31
Grafik 4.6 Net Ekspor Indonesia-Jepang Periode 1994-2009 32

xi
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Evolusi Teori Perdagangan 7


Bagan 4.1 RSCA Indonesia terhadap Cina Periode 1994-1997 23
Bagan 4.2 RSCA Indonesia terhadap Cina Periode 1998-2001 25
Bagan 4.3 RSCA Indonesia terhadap Cina Periode 2002-2005 27
Bagan 4.4 RSCA Indonesia terhadap Cina Periode 2006-2009 28
Bagan 4.5 RSCA Indonesia terhadap Jepang Periode 1994-1997 34
Bagan 4.6 RSCA Indonesia terhadap Jepang Periode 1998-2001 36
Bagan 4.7 RSCA Indonesia terhadap Jepang Periode 2002-2005 38
Bagan 4.8 RSCA Indonesia terhadap Jepang Periode 2006-2009 40

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. RSCA Ekspor Indonesia ke Cina 48


Lampiran 2. RSCA Ekspor Indonesia ke Jepang 52
Lampiran 3. RSCA Ekspor China ke Indonesia 56
Lampiran 4. RSCA Ekspor Jepang ke Indonesia 60

xv
DAFTAR SINGKATAN

ACFTA ASEAN-China Free Trade Area


AKFTA ASEAN-Korea Free Trade Area
ASEAN Association South East Asia Nation
BBM Bahan Bakar Minyak
CEPT Common Effective Preferential Tariff
CPO Crude Palm Oil
FTA Free Trade Agreement
GDP Gross Domestic Product
H-O Heckscher-Ohlin
HS Harmonized System
IFS International Financial Statistic
IJ-EPA Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement
ITSY International Trade Statistics Yearbook
PBB Persatuan Bangsa-Bangsa
RCA Revealed Comparative Advantage
RSCA Revealed Symmetric Comparative Advantage
SITC Standard International Trade Classification
UN-COMTRADE United Nations Commodity Trade Statistics Database

xvii
ABSTRAK
ABSTRACT

Penelitian ini bertujuan untuk menganalis keunggulan komparatif Indonesia dengan


Cina dan Jepang. Periode penelitian adalah tahun 1994-2009 dengan pembagian
sebagai berikut: 1994-1997, 1998-2001, 2002-2005, dan 2006-2009. Data
penelitian diambil dari statitistik perdagangan yang dipublikasikan oleh Persatuan
Bangsa-Bangsa (PBB), dengan nama International Trade Statistics Yearbook (ITSY)
dan United Nat ions Commodity Trade Statistics Database (UN-COMTRADE).
Penelitian ini menggunakan 3 digit Standard International Trade Classification
(SITC) Revision 3. Hasil penelitan menyatakan bahwa sejak tahun 1994-2009,
ekspor Indonesia ke Jepang dan Cina masih ditopang oleh produk crude materials,
inedible, except fuels. Dominasi ekspor Indonesia ke Jepang dan Cina menunjukkan
bahwa keunggulan komparatif Indonesia ada pada komoditas mentah (raw mate-
rials) dan kekayaan alam (natural resources).

This research aims to analyze Indonesia’s comparative advantage to China and


Japan. The scope of the research covers the years between 1994 and 2009, which
can be divided into several periods: 1994-1997, 1998-2001, 2002-2005, and 2006-
2009. The data are gathered from trade statistics, publ ished by United Nations,
including International Trade Statistics Yearbook (ITSY) and United Nations Com-
modity Trade Stat istics Database (UN-COMTRADE). This research employs 3 dig-
its Standard International Trade Classif ication (SITC) Revision 3. The findings dem-
onstrate that between 1994 and 2009, Indonesia’s exports were mainly in products
that can be categorized as crude materials, inedible, except fuels. This research also
concludes that Indonesia’s comparat ive advantage to China and Japan is st ill in
raw materials and natural resources.

xix
PENGANTAR PEREKONOMIAN 1
CINA DAN JEPANG

Indonesia semakin terintegrasi dengan Cina dan Jepang tentu berpotensi meningkatkan
perekonomian dunia. Stat ist ik menunjukkan daya saing ekspor Indonesia.
bahwa ekspor dan impor Indonesia mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Berdasarkan
1.1. LATAR BELAKANG
data dari Internat ional Financial Stat ist ic (IFS),
ekspor dan impor Indonesia pada tahun 1981 adalah Perekonomian Jepang
senilai USD 23,348.00 mill ion dan USD -16,542.00
mill ion. Sedangkan, pada tahun 2008, ekspor dan Pada tahun 2010, Jepang memiliki perekonomian
impor Indonesia adalah USD 139,606.00 mill ion dan terbesar ketiga di dunia setelah Amerika Serikat
USD -116,690.00 mill ion. Laju pertumbuhan dan Cina. Jepang bahkan mengungguli Jerman
ekspor dari periode 1981-2008 adalah 497,94%, yang berada di urutan keempat. Gross Domestic
sedangkan untuk impor adalah 605,42%. Hasil Product (GDP) per kapita Jepang pada tahun 2009
perhitungan menyatakan bahwa selama periode sebesar US$ 32,608, yang menempati urutan 23
tersebut, Indonesia lebih banyak mengimpor dunia (International Monetary Fund). Sementara,
daripada mengeskpor. GDP Jepang adalah US$ 5,068 trillion (World Bank).

Peningkatan ekspor dapat terjadi jika ada Dimulai dari keterbukaan perekonomian oleh
penambahan daya saing dari barang-barang yang restorasi Meiji pada tahun 1868, kini Jepang
diekspor. Selain itu, kebijakan pemerintah dan menjadi negara yang turut mempengaruhi
harga barang-barang eskpor turun mempengaruhi perekonomian dunia. Menurut Carl Mosk dari Uni-
transaksi ekspor. Gencarnya Indonesia bergabung versity of Victoria, ada empat f itur dari
dalam kerja sama internasional, baik bilateral, re- industrialisasi pembangunan Jepang1:
gional maupun multilateral, memperbesar peluang
meningkatkan ekspor. 1. Basis industri proto
Produkt ivitas pertanian Jepang mampu
Salah satu kerja sama tersebut adalah Free Trade mempertahankan produksi kerajinan
Agreement (FTA). FTA membuat komoditas suatu substansial (industri proto) di daerah pedesaan
negara menjadi semakin kompet it if, karena dan perkotaan.
adanya pengurangan tarif, bahkan penghapusan
tarif, sehingga suatu barang ekspor t idak 2. Pertumbuhan yang dipimpin investasi
dikenakan bea masuk. Indonesia sebagai anggota Investasi domest ik dalam industri dan
Association South East Asia Nation (ASEAN) ikut infrastruktur merupakan faktor penentu
serta dalam ASEAN-China Free Trade Area kesuksesan pertumbuhan output Jepang. Baik
(ACFTA) dan ASEAN-Korea Free Trade Area sektor swasta maupun sektor publik dalam
(AKFTA), serta kerja sama internasional bilateral investasi infrastruktur, serta pemerintah lokal
dengan Jepang, yakni Indonesia-Japan Economic dan nasional berperan sebagai koordinator
Partnership Agreement (IJ-EPA). Kemitraan dalam pembangunan infrastruktur.
dengan negara-negara tersebut, terutama dengan
Laporan Akhir Hibah Penel itian PSPD Tahun Anggaran 2011 - Kluster: Ekonomi

3. Pertumbuhan faktor produktivitas total tahun 2010 merupakan yang tertinggi di dunia (Lat-
Hal ini dipengaruhi oleh kapasitas sosial dalam est News and Statistics on China’s Economy and
beradaptasi dengan teknologi luar negeri: Business Climate, 2010). Cadangan devisa Cina juga
- Level rumah tangga:investasi dalam yang terbesar dengan nilai 2,452 miliar USD pada
pendidikan anak-anak tahun 2009 (World Bank).
- Level perusahaan: menciptakan pasar
tenaga kerja yang terinternalisasi, Menurut John Ross dari Jiao Tong University Shang-
sehingga memberikan kemudahan untuk hai, ada t iga alasan di balik kesuksesan
beradaptasi dengan teknologi baru perekonomian Cina2:
- Level pemerintahan:kebijakan di bidang
1. Proporsi ekspor dalam perekonomian Cina
industri yang mengurangi biaya
Tingkat ekspor yang tinggi merupakan salah
perusahaan dalam mengadopsi teknologi
satu jalan untuk mencapai division of labour.
baru
Division of labour adalah spesialisasi pekerja
4. Dualisme dalam proses produksi. Dengan demikian,
Setelah tahun 1910 Jepang melakukan t ingkat ekspor yang t inggi juga mengambil
segmentasi pasar tenaga kerja dan modal keuntungan dari adanya economies of scale.
secara masif. Sektor capital-intensive Economies of scale adalah efisiensi produksi di
menerima rasio yang besar antara modal mana pemakaian input tertentu menghasilkan
dengan tenaga kerja yang diupah t inggi, output lebih banyak dari input tersebut.
sedangkan pekerja di sektor labor-intensive Berart i, implikasi dari spesialisasi pekerja
menerima upah yang rendah. Hal ini berakibat adalah adanya peluang peningkatan output.
pada kesenjangan sosial dan distribusi Hal inilah yang dimanfaatkan Cina.
pendapatan yang tak merata. Pada akhirnya,
2. Level investasi
setelah Perang Dunia II yang menghancurkan
Dale Jorgenson dari John F. Kennedy School of
perekonomian, banyak kebijakan publik yang
Government menyatakan “investment in tan-
diambil pemerintah Jepang untuk mengurangi
gible assets is the most important source of eco-
kesenjangan sosial dan menghapus
nomic growth in the G7 nations. The contribu-
ketimpangan distribusi pendapatan.
tion of capital inputs exceeds that of total fac-
Perekonomian Cina tor productivity for all countries for all periods.”
Hal ini menjadi hipotesis bahwa input modal
Saat ini Cina merupakan negara dengan lebih banyak menghasil kan return
perekonomian terbesar kedua di dunia, setelah dibandingkan input lainnya dalam proses
Amerika Serikat. Pada tahun 2010, GDP Cina produksi.
adalah sekitar US$ 5,745,133 mill ion (International
Monetary Fund). Adapun, untuk ukuran GDP per 3. “Ekonomi Pasar Sosialis”
kapita, Cina menempati urutan 95 dengan nomi- Dalam General Theory of Employment, Inter-
nal sebesar US$ 4,283. Walaupun perekonomian est, Money, Keynes mengatakan bahwa dalam
Cina adalah yang terbesar kedua di dunia, situasi di mana tingkat pengangguran sangat
banyaknya penduduk menjadi alasan rendahnya t inggi, “a somewhat comprehensive
GPD per kapita Cina. Pada tahun 2010 diestimasi social isation of investment will prove the only
penduduk Cina sekitar 1,3 miliar jiwa. Hal ini means of securing an approximation to full em-
menjadi peluang bagi Indonesia untuk memenuhi ployment”. “Somewhat comprehensive
kebutuhan penduduk Cina, yang akan memberikan social isation of investment” sulit dicapai dalam
devisa yang besar. Selain memiliki catatan rekor perekonomian yang didominasi sektor swasta.
dalam kependudukan, Cina juga memiliki rekor di Cina dapat menggunakan sektor BUMN-nya
bidang lain. Pertumbuhan ekonomi Cina 9,6% di untuk meningkatkan investasi dan

2
Pola Spesial isasi Perdagangan Indonesia dengan Jepang dan Cina

menginstruksikan bank pemerintah untuk migas terbesar bagi Indonesia, yakni sebesar
memberikan pinjaman. 6.892,4 juta USD. Bandingkan dengan Cina yang
pada saat itu masih mengekspor 4.551,3 juta USD
Indonesia, Jepang, dan Cina ke Indonesia. Bahkan, hanya satu tahun waktu
yang diperlukan Cina untuk melampaui Jepang.
Eratnya hubungan Jepang dan Cina dengan Indo-
Tahun 2006, Cina mengekspor non-migas ke Indo-
nesia dapat dilihat dari dua hal. Pertama, Jepang
nesia senilai 5.502,0 juta USD. Adapun Jepang
dan Cina menjadi negara tujuan ekspor non-migas
mengekspor non-migas sebesar 5.488,0 juta USD.
terbesar sejak tahun 2005 hingga November 2010.
Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan
Jepang berada di urutan pertama, diikuti Amerika
perkembangan impor non-migas Indonesia
Serikat dan Cina. Berikut ini adalah tabel yang
menurut negara asal.
menunjukkan perkembangan ekspor non-migas
Indonesia menurut negara tujuan: Dapat dilihat pada tabel 1.2, peran Cina, Jepang,

Tabel 1.1 Perkembangan Ekspor Non-migas Indonesia Menurut Negara Tujuan

Peran Peran
No Negara Jan-Nov Jan-Nov (%) (%)
2005 2006 2007 2008 2009 2009 2010 2009 2010
1 Jepang 9.561,8 12.198,6 13.092,8 13.795,3 11.979,0 10.728,7 14.778,6 12,29 12,72
2 Amerika
Serikat 9.507,9 10.682,5 11.311,3 12.531,1 10.470,1 9.425,9 12.026,4 10,74 10,35
3 Cina 3.959,8 5.466,6 6.664,1 7.787,2 8.920,1 7.713,3 12.377,2 9,15 10,65
4 Singapura 7.068,6 7.824,2 8.990,4 10.104,6 7.947,6 7.233,8 8.695,7 8,15 7,49
5 India 2.865,4 3.326,5 4.885,0 7.060,9 7.351,4 6.443,2 8.712,4 7,54 7,50
(nilai: juta US$)
Sumber: Badan Pusat Statist ik, diolah Kementerian Perdagangan

dan Thailand sebagai eksportir non-migas bagi In-


Dapat dilihat bahwa ket ika terjadi penurunan
donesia mengalami peningkatan dari tahun 2009
ekspor dari Indonesia ke Amerika Serikat,
ke tahun 2010. Terutama Jepang, yang mengalami
Singapura, dan India pada tahun 2009 ke 2010,
kenaikan tert inggi, dari 12,60% (2009) menjadi
ekspor Indonesia ke Jepang dan Cina justru
15,68% (2010). Sedangkan Singapura dan Amerika
mengalami peningkatan. Sebagai contoh, peran
Serikat mengalami penurunan peran dari tahun
Amerika Serikat terhadap ekspor Indonesia pada
2009 ke tahun 2010.
2009 adalah 10,74%, dan berkurang menjadi
10,35% pada tahun 2010. Sebaliknya, Jepang Oleh karena itu, Jepang dan Cina memiliki
mengalami peningkatan dari 12,29% menjadi pengaruh yang besar bagi perekonomian Indone-
12,72%. Sedangkan peran Cina naik dari 9,15% sia. Pengaruh ini akan sangat bermanfaat bila In-
menjadi 10,65%. donesia mampu mengopt imalkan peluang dan
kesempatan yang ada. Hal ini berkat adanya Indo-
Kedua, Jepang menempati urutan kedua sebagai
nesia-Japan Economic Partnership Agreement/IJ-
negara dengan ekspor non-migas terbesar ke In-
EPA) yang ditandatangani tahun 2007 dalam kerja
donesia. Sebagai eksport ir non-migas terbesar
sama bilateral, dan ASEAN-China Free Trade Area
kedua bagi Indonesia, posisi Jepang dikalahkan oleh
(ACFTA) dalam kerja sama regional. ACFTA sendiri
Cina yang berada di posisi pertama. Cina mulai
sesungguhnya merupakan salah bentuk perjanjian
menggeser Jepang sejak tahun 2006 hingga No-
perdagangan bilateral di antara ASEAN dengan
vember 2010. Sementara, pada tahun 2005,
Cina (Arifin, 2007). Indonesia sebagai anggota As-
Jepang masih tercatat sebagai eksport ir non-

3
Laporan Akhir Hibah Penel itian PSPD Tahun Anggaran 2011 - Kluster: Ekonomi

sociation of East Asia Nation (ASEAN) ikut ambil caranya adalah dengan meli hat neraca
bagian untuk berdagang dengan Cina. perdagangan. Neraca perdagangan

Tabel 1.2 Perkembangan Impor Non-migas Indonesia Menurut Negara Asal

Peran Peran
No Negara Jan-Nov Jan-Nov (%) (%)
2005 2006 2007 2008 2009 2009 2010 2009 2010
1 Cina 4.551,3 5.502,0 7.957,3 14.947,9 13.491,4 12.008,8 17.681,9 17,33 1 18,09
2 Jepang 6.892,4 5.488,0 6.472,7 14.864,7 9.810,5 8.746,1 15.325,3 12,60 15,68
3 Singapura 2.936,9 3.733,4 3.908,3 11.095,6 9.236,6 8.451,7 9.142,2 11,86 9,35
4 AS 3.810,6 3.968,2 4.711,8 7.731,5 7.037,6 5.944,2 8.527,4 9,04 8,72
5 Thailand 3.082,0 2.962,3 4.194,8 6.269,9 4.570,8 4.104,3 6.799,0 5,87 6,96
(nilai: juta US$)
Sumber: Badan Pusat Statist ik, diolah Kementerian Perdagangan

Peningkatan daya saing komoditas ekspor Indo- mendeskripsikan transaksi suatu negara dengan
nesia akan berpengaruh pada kemampuan negara lain. Pos neraca berjalan sebagai bagian
spesialisasi Indonesia. Pada periode 1970-1980, dari neraca perdagangan menunjukkan transaksi
Indonesia menerapkan kebijakan substitusi impor, ekspor dan impor suatu negara dalam periode satu
yang didukung oleh oil boom. Periode tersebut tahun.
adalah periode di mana Indonesia sebagai negara
yang berupaya memenuhi kebutuhannya sendiri. Neraca perdagangan Indonesia-Jepang mengalami
Pada akhir 1980-an, kebijakan perdagangan Indo- pasang surut pada tahun 2005-2010. Akan tetapi,
nesia berorientasi ekspor. Hal ini diikuti perubahan neraca perdagangan Indonesia-Jepang tetap
dan evolusi industri dari pertanian menuju bernilai posit if. Hal ini karena ditopang oleh
industrialisasi. Kemitraan Indonesia dengan transaksi ekspor migas Indonesia yang sangat
negara lain, didukung dengan masifnya besar. Walaupun perubahan transaksi non-migas
pengurangan/penghapusan tarif, turut Indonesia mengalami def isit pada tahun 2009/
membentuk pola spesialisasi Indonesia. 2010, yaitu sebesar -127,57%, perubahan transaksi
migas mengalami kenaikan sebesar 43,57%.
Pola spesialisasi erat kaitannya dengan keunggulan Sehingga, perubahan neraca perdagangan Indo-
komparatif (comparative advantage) suatu negara. nesia-Jepang tahun 2009/2010 adalah 0,04%.
Dalam menghadapi persaingan global, suatu Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan
negara harus menjalankan strategi yang cerdas. perkembangan neraca perdagangan Indonesia
Suatu negara perlu mengetahui klasifikasi produk dengan Jepang:
yang memiliki keunggulan komparatif. Salah satu

Tabel 1.3 Neraca Perdagangan Indonesia dengan Jepang


Perubahan
Uraian 2005 2006 2007 2008 2009 Jan-Nov (%)
2009 2010 2009/2010
Neraca
Perdagangan 11.142.884,6 16.216.349,3 17.106.123,0 12.615.840,9 8.731.001,7 7.794.522,5 7.797.351,1 0,04
Migas 8.473.479,3 9.505.756,4 10.485.937,3 13.685.230,9 6.562.561,0 5.811.845,7 8.344.045,4 43,57
Non-migas 2.669.405,3 6.710.592,9 6.620.185,7 -1.069.390,0 2.168.440,7 1.982.676,8 -546.694,3 -127,57

(nilai: ribu US$)


Periode: 2005-2010
Sumber: Badan Pusat Statist ik, diolah Kementerian Perdagangan

4
Pola Spesial isasi Perdagangan Indonesia dengan Jepang dan Cina

Neraca perdagangan Indonesia-Cina menunjukkan


Indonesia mengalami arus devisa keluar (neraca
def isit). Walaupun transaksi migas mengalami
peningkatan arus devisa masuk dari tahun 2005-
2009, hal ini tidak diimbangi oleh transaksi non-
migas. Transaksi non-migas justru mengalami
peningkatan defisit tiap tahunnya, kecuali di tahun
2009. Pada Januari-November 2009, neraca
perdagangan Indonesia-Cina adalah -2.355.006,0
ribu US$. Di tahun selanjutnya pada periode yang
sama, neraca perdagangan Indonesia-Cina menjadi
-4.783.977,1 ribu US$. Dengan demikian, terjadi
kenaikan transaksi 103,14% dari tahun 2009 ke
tahun 2010. Berikut ini adalah tabel yang
menunjukkan perkembangan neraca perdagangan
Indonesia dengan Cina:

Tabel 1.4 Neraca Perdagangan Indonesia dengan Cina

Jan-Nov Perubahan (%)


Uraian 2005 2006 2007 2008 2009
2009 2010 2009/2010
Neraca - - -
Perdagangan 819.491,3 1.706.676,2 1.117.635,6 -3.610.665,2 2.502.843,2 2.355.006,0 4.783.977,1 103,14
Migas 1.410.998,9 1.742.048,8 2.410.790,1 3.550.069,7 2.068.433,4 1.940.477,6 520.783,2 -73,16
- - -
Non-migas -591.507,7 -35.372,5 -1.293.154,5 -7.160.734,9 4.571.276,6 4.295.483,6 5.304.760,2 23,50

(nilai: ribu US$)


Periode: 2005-2010
Sumber: Badan Pusat Statist ik, diolah Kementerian Perdagangan

Dari pemaparan di atas dapat dikatakan Indone-


sia harus meli hat kembali strategi dalam
perdagangan internasional. Salah satu cara adalah
dengan mengident if ikasi dan mengetahui tren
barang-barang ekspor Indonesia yang memiliki
keunggulan komparatif. Oleh karena itu, penelitian
ini bertujuan untuk mengident if ikasi barang-
barang ekspor Indonesia yang memiliki keunggulan
komparat if. Barang-barang ekspor diklasif ikasi
dalam 3 digit Standard International Trade Classi-
fication (SITC) Revisi 3 dari United Nations Com-
modity Trade Stat ist ics Database (UN-
COMTRADE).

5
PERKEMBANGAN EVOLUSI TEORI 2
PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Ilmu perdagangan internasional adalah ilmu yang Dalam penelit ian ini, teori yang dipakai adalah
mengkaji bagaimana perdagangan antarnegara merkantilisme, keunggulan absolut, keunggulan
terjadi dan tingkat ketergantungan suatu negara komparatif, dan faktor proporsi.
terhadap negara lain (Rina Oktaviani dan Tanti
Novianti, 2009: viii). Berikut ini bagan evolusi teori
2.1 EVOLUSI TEORI PERDAGANGAN
perdagangan:

The Theory of Mercantilism

The Theory of Absolute


Advantage Adam Smith

The Theory of Comparative


Advantage David Ricard

The Theory of Factor


Proportions Eli Heckscher dan
Bertil Ohlin

The Leontief Paradox Overlapping Product Theory


Wassily Leontief Ranges Staffan Burenstam Linde

Product Cycle Theory Imperfect Market and Trade


Raymond Vernon Theory Paul Krugma

The Competitive Advantage of


Nations Michael Porte

Bagan 2.1 Evolusi Teori Perdagangan


Sumber: Utami (2010), dimodif ikasi
Laporan Akhir Hibah Penel itian PSPD Tahun Anggaran 2011 - Kluster: Ekonomi

2.1.1 Merkant il isme meningkatkan kekayaan negara tersebut. Demi


mengejar tujuannya, negara tidak hanya menjaga
Merkantilisme berkembang dengan pesat di Eropa neraca perdagangan, tetapi juga membuat
Barat dari abad ke 16 hingga abad ke 18. Pada peraturan yang menetapkan logam mulia sebagai
abad ke 17, perdagangan antarnegara masih komoditas yang istimewa. Sehingga ekspor logam
merupakan bisnis yang spekulatif dan berisiko mulia dibatasi dan pencurian logam mulia akan
tinggi, sehingga merkantilis mencari perlindungan dikenakan sanksi. Bahkan, t idak jarang berupa
dari negara dalam bentuk bantuan militer, hukuman mat i (Appleyard et al, 2006: 19).
angkatan laut, atau dukungan diplomatik (Utami, Akt ivitas pemerintah dalam mengontrol
2010). penggunaan dan pertukaran logam mulia disebut
bull ionism.
Menurut paham merkant ilisme, logam mulia
sepert i emas dan perak menjadi esensial bagi Upah buruh dijaga agar tetap rendah. Dalam proses
kekayaan dan kekuatan suatu negara. Ide pokok produksi, tenaga kerja dianggap sebagai faktor
yang mendasari merkant ilisme antara lain (Rina yang penting. Sehingga dengan rendahnya upah
Oktaviani dan Tanti Novianti, 2009): tenaga kerja, harga barang yang diproduksi juga
turut rendah (murah). Harga barang yang murah
a. Suatu negara akan makmur bila ekspor lebih
membuat negara memiliki daya saing dalam
besar daripada impor.
perdagangan internasional. Harga barang eskpor
b. Ekspor neto yang positif diselesaikan dengan
yang rendah berimplikasi pada besarnya volume
pemasukan logam mulia, terutama emas dan
ekspor. Hal ini berdampak pada derasnya arus
perak dari luar negeri.
masuk logam mulia dan meningkatkan
c. Logam mulia digunakan sebagai alat
kesejahteraan negara.
pembayaran dan membiayai armada perang
guna memperluas perdagangan luar negeri dan 2.1.2 Absolute Advantage (Adam Smith)
penyebaran agama.
Paham merkantilisme mendapat kritik dari Adam
Untuk memperbesar ekspor neto (ekspor dikurangi Smith. Menurut Smith, kapasitas produksilah yang
impor), cara yang dilakukan suatu negara adalah merepresentasikan kesejahteraan negara, bukan
mendorong ekspor dan membatasi impor dengan kepemilikan logam mulia (Appleyard et al, 2006:
ketat. Logam mulia menjadi pengecualian dalam 23). Smith mengatakan bahwa produksi akan
ekspor sehingga tidak menjadi komoditas ekspor. tumbuh pesat dalam lingkungan yang bebas dari
Sedangkan, untuk komoditas impor, logam mulia intervensi pemerintah. Prinsip yang ditekankan
menjadi preferensi. Untuk impor barang konsumsi, Adam Smith adalah laissez faire (membiarkan
pemerintah menetapkan tarif yang tinggi dan individu bebas melakukan akt ivitas dalam
kuota. perekonomian, dengan restriksi hukum dan
penegakan hak kepemilikan). Prinsip ini
Akt ivitas perekonomian dalam merkant ilisme
berimplikasi pada minimnya intervensi pemerintah
dapat dipandang sebagai zero-sum game
dalam akt ivitas perekonomian. Sehingga,
(Appleyard et al, 2006: 18). Keuntungan yang
perekonomian digerakkan oleh mekanisme pasar
diperoleh suatu negara merupakan kerugian yang
atau tangan yang tidak terlihat (invisible hand).
dialami negara lain. Negara penganut paham
merkantilisme juga menjaga agar ekspor melebihi Berbeda dengan ide merkantilisme, perdagangan
impor, yakni neraca perdagangan yang bernilai menurut Smith menguntungkan kedua belah
posit if (posit ive trade balance). Neraca pihak, yakni posit ive-sum game. Hal ini karena
perdagangan yang posit if berdampak pada negara memperdagangkan barang ekspor yang
masuknya arus logam mulia. Bertambahnya memiliki keunggulan absolut. Keunggulan absolut
peredaran logam mulia di dalam suatu negara adalah kemampuan suatu negara untuk

8
Pola Spesial isasi Perdagangan Indonesia dengan Jepang dan Cina

memproduksi suatu komoditas secara lebih efisien - t iada intervensi pemerintah dalam aktivitas
dibandingkan dengan negara lain dalam ekonomi
memproduksi komoditas sejenis. Set iap negara - biaya transportasi domestik dan internasional
akan memperoleh manfaat perdagangan adalah nol
internasional. Caranya adalah dengan mengekspor - analisis dua negara, dua komoditas
komoditas yang memiliki keunggulan absolut dan
mengimpor komoditas yang t idak memiliki Analisis Ricardo merupakan penyempurnaan dari
keunggulan absolut. Dengan kata lain, set iap pemikiran Smith. Menurut Ricardo, sekalipun
negara melakukan spesialisasi, yakni suatu negara tidak memiliki keunggulan absolut,
memproduksi komoditas yang memiliki perdagangan dapat tetap terjadi, selama rasio
keunggulan absolut. harga antarnegara berbeda jika dibandingkan
dengan t iada perdagangan (Rina Oktaviani dan
Asumsi-asumsi yang digunakan Smith antara lain Tanti Novianti, 2009: 19). Perbedaan rasio harga
(Rina Oktaviani dan Tanti Novianti, 2009: 18): tersebut merefleksikan t ingkat ef isiensi.
Perbedaan tingkat efisiensi antarnegara menjadi
- dua negara, dua komoditas dasar teori keunggulan komparatif.
- faktor produksi berupa tenaga kerja
- kualitas barang produksi kedua negara sama Dengan pengaplikasian teori nilai tenaga kerja,
- pertukaran barang secara barter (tanpa uang) nilai atau harga dari barang bergantung pada
- biaya transportasi diabaikan jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam proses
produksi (Salvatore, 1995: 37). Hal ini berart i
Perdagangan hanya bisa terjadi jika kedua negara tenaga kerja merupakan faktor produksi yang
memiliki keunggulan absolut. Jika hanya satu menentukan harga barang.
negara yang memiliki keunggulan absolut,
perdagangan sulit dilakukan. Dengan kata lain, Menurut teori ini, suatu negara akan memperoleh
tiada terjadi perdagangan internasional. manfaat dari perdagangan internasional jika
melakukan spesialisasi produksi. Artinya, dengan
2.1.3 Comparative Advantage (David jumlah faktor produksi (endowment) yang tetap,
Ricardo) negara menentukan proporsi hasil proses produksi.
Negara melakukan spesialisasi pada produksi
Asumsi yang digunakan dalam model dasar
barang yang paling efisien. Perdagangan menjadi
Ricardian adalah sebagai berikut (Appleyard et al,
menguntungkan jika negara mengekspor barang
2006: 28):
yang memiliki efisiensi dalam proses produksi dan
- tiap negara memiliki jumlah faktor produksi mengimpor barang yang relat if kurang ef isien
(endowment) identik yang tetap dalam proses produksi negara tersebut.
- faktor produksi dapat digunakan secara
2.1.4 Factor Proportion (Heckscher-ohl in)
fleksibel untuk produksi alternat if dalam
sebuah negara Eli Heckscher (1919) dan Bert il Ohlin (1933)
- faktor produksi t idak dapat berpindah menganalisis tentang efek kepemilikan faktor
antarnegara produksi (endowment) dalam perdagangan
- pengaplikasian teori nilai tenaga kerja (labor internasional. Asumsi-asumsi yang digunakan
theory of value) antara lain (Appleyard et al, 2006: 125):
- level teknologi di kedua negara adalah sama
- biaya unit produksi (unit cost of product ion) - dua negara, dua barang homogen, dan dua
konstan faktor produksi homogen, yang jumlahnya
- sumber daya digunakan secara penuh (full tetap dan diasumsikan relatif berbeda untuk
employment) tiap negara
- kompetisi pasar persaingan sempurna

9
Laporan Akhir Hibah Penel itian PSPD Tahun Anggaran 2011 - Kluster: Ekonomi

- teknologi di kedua negara adalah ident ik; jika harga kapital lebih rendah daripada harga
fungsi produksi kedua negara adalah sama tenaga kerja di negara tersebut, dan rasionya lebih
- karakter produksi adalah constant return to rendah daripada di negara II. Sebaliknya, negara II
scale untuk kedua komoditas di kedua negara dikatakan labor-abundant bila harga tenaga kerja
- kedua negara memiliki faktor intensitas yang lebih rendah daripada harga kapital, dan rasionya
berbeda, dan faktor intensitas masing-masing lebih rendah daripada di negara I.
komoditas adalah sama untuk semua rasio
faktor harga Dalam perdagangan internasional, sesuai dengan
- selera dan preferensi adalah sama di kedua teori H-O, negara I akan mengekspor barang yang
negara capital-intensive. Sedangkan, negara II akan
- kompet isi pasar persaingan sempurna di mengekspor barang yang labor-intensive. Dengan
kedua negara demikian, kedua negara melakukan spesialisasi
· faktor produksi dapat digunakan secara dan memperoleh manfaat dari perdagangan
fleksibel di dalam negara dan t idak dapat internasional.
berpindah antarnegara
- tiada biaya transportasi 2.2 PENELITIAN TERKAIT
- tiada kebijakan untuk merestriksi pergerakan KEUNGGULAN KOMPARATIF
barang di antara negara-negara
Penelitian terkait Revealed Comparat ive Advan-
Inti dari teori Heckscher-Ohlin (H-O) adalah suatu tage (RCA) dan Revealed Symmetric Comparative
negara akan mengekspor komoditas yang Advantage (RSCA) telah banyak dilakukan. Batra
produksinya lebih banyak menyerap faktor dan Khan (2005) mencari kemiripan pola RCA di
produksi yang relat if melimpah dan murah di antara India dan China. Ident if ikasi pola RCA
negara tersebut, dan mengimpor komoditas yang menggunakan indeks Balassa (1965) untuk data
membutuhkan faktor produksi yang relatif dan ekspor. Indeks tersebut dihitung pada t ingkat
langka di negara itu (Rina Oktaviani dan Tant i sektor dan komoditas berdasarkan klasifikasi Har-
Novianti, 2009: 77). monized System (HS). Batra dan Khan (2005) juga
menganalisis keunggulan komparatif berdasarkan
Berbedanya faktor proporsi di kedua negara dapat
faktor intensitas. Hasil analisis menunjukkan
dilihat melalui dua penjelasan: def inisi menurut
bahwa India dan China memiliki struktur
f isik dan def inisi menurut harga. Penjelasan
keunggulan komparatif yang relatif sama: dalam
menurut fisik menjelaskan ketersediaan unit fisik
pasar global, India dan China mempunyai
faktor produksi di kedua negara (Appleyard et al,
keunggulan komparatif pada sektor labour and re-
2006: 126). Misalnya, negara I memiliki jumlah
source intensive.
kapital yang melebihi jumlah tenaga kerja di negara
II. Rasio kapital terhadap tenaga kerja di negara I Utkulu dan Seymen (2004) melakukan analisis daya
lebih besar daripada negara II. Maka, negara I saing dan pola perdagangan dari Turki ke Uni Eropa
dikatakan sebagai negara yang capital-abundant. pada tingkat sektor. Penelitian ini menggunakan
Sebaliknya, negara II memiliki jumlah tenaga kerja berbagai ukuran dari Revealed Comparat ive Ad-
lebih banyak daripada negara I. Rasio tenaga kerja vantage (RCA) dengan periode waktu 1990-2003.
terhadap kapital di negara II lebih besar daripada Ada tujuh indeks perhitungan yang dipergunakan.
negara I. Maka, negara II dikatakan sebagai negara Hasil perhitungan tujuh indeks menunjukkan
yang labor-abundant. Adapun, penjelasan menurut sektor-sektor yang memiliki RCA dari Turki: veg-
harga bergantung pada harga relatif kapital dan etables and fruit; sugar, sugar preparation, honey;
tenaga kerja untuk menentukan tipe ketersediaan tobacco; oil seeds and oleaginous fruits; rubber
(abundance) dari kedua negara (Appleyard et al, manufacture; textile yarn, fabrics, and related prod-
2006: 126). Negara I dikatakan capital-abundant ucts; clothing and clothing accessories.

10
Pola Spesial isasi Perdagangan Indonesia dengan Jepang dan Cina

Widodo (2008) melakukan penelitian tentang pola


spesialisasi barang ekspor China dan India yang
didef inisikan dalam kode Standard International
Trade Classification (SITC) Revisi 2 kode tiga digit
dari United Nations Commodity Trade Statistic Data
(UN-COMTRADE). Penelit ian ini menggunakan
indeks Revealed Symmetric Comparat ive Advan-
tage (RSCA) dan Spearman’s rank correlat ion.
Periode penelitian adalah tahun 1988-2003. Ada
t iga kesimpulan yang dikemukakan Widodo.
Pertama, keunggulan komparatif China dan India
secara rata-rata meningkat, kecuali untuk China
pada periode 1998-2003. Kedua, perubahan pola
keunggulan komparat if China lebih dinamis
daripada India. Ket iga, keunggulan komparat if
China dan India memiliki tren yang berbeda, yaitu
saling melengkapi (divergen).

Utami (2010) mengidentifikasi divisi produk Indo-


nesia dan Cina yang memiliki keunggulan
komparat if pada tahun 2001, 2005, dan 2009.
Utami menggunakan data 64 divisi produk yang
didasarkan pada Standard International Trade Clas-
sif ication (SITC) Revisi 3 kode 2 digit dari United
Nat ions Commodity Trade Stat ist ic Data (UN-
COMTRADE). Metode yang digunakan adalah Re-
vealed Symmetric Comparative Advantage (RSCA).
Hasil penelitian menyatakan Indonesia memiliki
keunggulan komparat if pada komoditas primer
pada tahun 2001, 2005, dan 2009. Sebaliknya, Cina
yang pada 2001 memiliki keunggulan komparatif
pada komoditas primer, semenjak 2005 mengalami
perubahan. Pada tahun 2005 dan 2009 keunggulan
komparatif Cina adalah komoditas manufaktur.

11
ANALISIS INDEKS REVEALED SYMMET- 3
RICCOMPARATIVEADVANTAGE

3.1 DESKRIPSI DATA Sisi numerator menyatakan persentase domestik


dari nilai ekspor untuk produk i dalam nilai total
Penelitian ini menggunakan data United Nations ekspor domest ik. Sisi denominator menyatakan
Commodity Trade Stat ist ic Database (UN- persentase dunia untuk produk i dalam total ekspor
COMTRADE). Data yang dipakai adalah 3 digit dunia. Dengan demikian, sisi numerator
Standard International Trade Classification (SITC) diperbandingkan dengan sisi denominator, yang
Revisi 3. Seluruh data ekspor Indonesia, Jepang, berarti adalah perbandingan ekspor dalam negeri
dan Cina diambil dari UN-COMTRADE dengan 3 (nasional) dengan ekspor dunia. Nilai RCA terletak
digit SITC Revisi 3. di antara nol hingga tak terhingga (0£RCAij£¥”).
RCAij yang bernilai lebih besar daripada satu berarti
3.2 ALAT ANALISIS negara j memiliki keunggulan komparat if pada
produk i. Sedangkan, RCAij yang bernilai kurang
3.2.1 Revealed Comparative Advantage daripada satu berart i negara j t idak memiliki
(RCA) keunggulan komparatif pada produk i.

Salah satu cara untuk mengetahui keunggulan Akan tetapi, RCA memiliki nilai yang tak simetris.
komparatif produk suatu negara adalah dengan Laursen (1998) memodif ikasi RCA menjadi Re-
menghitung indeks Revealed Comparative Advan- vealed Symmetric Comparat ive Advantage
tage (RCA). Indeks ini dikembangkan oleh Balassa (RSCA). Berikut ini adalah rumus RSCA:
(1965; 1979; 1986). Secara sederhana, indeks ini
menggambarkan proporsi dari barang yang 3.2.2 Revealed Symmetric Comparat ive
diproduksi atau diekspor ke negara lain. Advantage (RSCA)

RCA ij - 1
X ij ∑X ij RSCA iat =
RCA ij = i RCA ij + 1
X iw ∑X
i
iw

Sumber: Tri Widodo (2008)


RCAij = revealed comparative country j for group
RSCAij memiliki nilai dari minus satu hingga satu (-
of products (SITC) i
1 £RSCA ij£ 1). RSCA ij lebih besar daripada nol
Xij = export value of group of products i by
berarti negara j memiliki keunggulan komparatif
country j to p
pada produk i. Sedangkan, RSCA ij lebih kecil
ΣiXij = total export value of country j
daripada nol berart i negara j tak memiliki
Xiw = export value of group of products i of the
keunggulan komparatif pada produk i.
world (w)
ΣiXiw = total export value of the world (w) Penelitian ini menggunakan modifikasi RCA dalam
Utami (2010) untuk menghitung keunggulan
Sumber: Tri Widodo (2008)
Laporan Akhir Hibah Penel itian PSPD Tahun Anggaran 2011 - Kluster: Ekonomi

komparatif bilateral (bilateral comparative advan- Nilai RCA adalah 0 < RCAij < ∞
tage) di antara Indonesia-Cina dan Indonesia-
Jepang. Berikut ini RCA yang telah dimodifikasi: a) RCA > 1 berarti negara j memiliki keunggulan
komparatif untuk produk i.
3.2.3 Revealed Comparative Advantage b) RCA < 1 berart i negara tak memiliki
(RCA) keunggulan komparatif untuk produk i.

Hal ini bertujuan untuk mengetahui keunggulan 3.2.4 Revealed Symmetric Comparat ive
komparatif produk Indonesia terhadap Jepang dan Advantage (RSCA)
Cina. Perhitungan RCA Indonesia terhadap Cina:
RSCA perhitungan indeks RCA yang lebih simetris.
Perhitungan RSCA:
X iat X kat
RCA iat =
X iact X kact a) RSCA Indonesia terhadap Cina

Keterangan: (RCA iat - 1)


RSCA iat =
RCAiat : RCA Indonesia terhadap Cina untuk (RCA iat + 1)
produk i pada tahun t
Xiat : ekspor Indonesia ke Cina untuk produk i Keterangan:
pada tahun t
RSCA iat : RSCA Indonesia terhadap Cina
Xkat : total ekspor Indonesia ke Cina tahun t
untuk produk i pada tahun t
Xiact : ekspor Indonesia dan Cina untuk produk
i pada tahun t Sumber: Utami (2010)
Xkact : total ekspor Indonesia dan Cina pada
tahun t b) RSCA Indonesia terhadap Jepang

Sumber: Utami (2010)


(RCA ibt - 1)
RSCA ibt =
Perhitungan RCA Indonesia terhadap Jepang (RCA ibt + 1)

Xibt X kbt Keterangan:


RCA ibt =
X iajt X kajt RSCAibt: : RSCA Indonesia terhadap Jepang
untuk produk i pada tahun t
Keterangan:
Sumber: Utami (2010), dimodif ikasi
RCAibt : RCA Indonesia terhadap Jepang untuk
produk i pada tahun t
Xibt : ekspor Indonesia ke Jepang untuk produk
i pada tahun t Nilai RSCA adalah -1 < RSCA ij < 1
Xkbt : total ekspor Indonesia ke Jepang pada
a) RSCA > 0 berart i negara j memiliki
tahun t
keunggulan komparatif untuk produk i.
Xiajt : ekspor Indonesia dan Jepang untuk
b) RSCA < 0 berart i negara j tak memiliki
produk i pada tahun t
keunggulan komparatif untuk produk i.
Xkajt : total ekspor Indonesia dan Jepang pada
tahun t
3.3 PEMERINGKATAN PRODUK
Sumber: Utami (2010), dimodif ikasi BERDASARKAN NILAI RSCA

14
Pola Spesial isasi Perdagangan Indonesia dengan Jepang dan Cina

Pemeringkatan dilakukan untuk mengetahui


produk-produk Indonesia yang memiliki
keunggulan komparat if tertinggi, baik terhadap
Jepang maupun Cina. Dari produk-produk yang
memiliki keunggulan tersebut, akan dicari sepuluh
produk yang memiliki nilai RSCA terbesar; masing-
masing untuk produk ekspor Indonesia ke Cina dan
Jepang.

15
ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF 4
INDONESIA DENGAN CINA DAN JEPANG

Kemampuan suatu negara dalam melakukan mengenai keunggulan komparat if Indonesia


ekspor memang t idak terlepas dari keunggulan terhadap Cina dan Jepang.
komparat if yang dimilikinya. Keunggulan inilah
yang menciptakan spesialisasi dari suatu negara Keunggulan komparitif sangat penting bagi suatu
dalam berproduksi. Memang tidak bisa dimungkiri negara untuk menciptakan spesialisasi produk.
bahwa keunggulan komparat if suatu negara Kemampuan mengembangkan spesialisasi akan
berbeda-beda. Dipengaruhi oleh beberapa faktor, memberikan nilai posit if bagi negara tersebut.
yaitu (1) kondisi alam (sumber daya alam), (2) Sebab produk yang dihasil kan akan mampu
sumber daya manusia, dan (3) kemampuan dalam bersaing di pasar internasional. Maka, bagi Indo-
penguasaan teknologi. Bukan menjadi hal yang nesia kemampuan untuk mengenali keunggulan
mengherankan jika keunggulan kompararif suatu komparatif dapat menjadi basis peningkatan vol-
negara yang membuatnya mampu melakukan ume perdagangan.
ekspor ke sejumlah negara.
Pada penelit ian ini akan diulas mengenai
Dalam penelit ian ini akan diulas mengenai keunggulan komparatif (comparative advantage)
keunggulan komparat if yang dianalisis dari yang dimiliki Indonesia terhadap Cina dan Jepang,
perspekt if Indonesia terhadap negara Cina dan selama periode penelitian. Nilai yang diperoleh dari
Jepang. Menjadi hal yang menarik, mengingat RSCA berkisar -1 hingga 1, semakin mendekati 1
keberadaan FTA (Free Trade Area) mampu berarti semakin memiliki keunggulan komparatif
menggeser keunggulan komparat if Indonesia. pada komoditas tertentu. Secara lebih rinci akan
Dengan mengambil periode waktu enam belas dijelaskan pada pembahasan selanjutnya.
tahun, dibagi dalam empat periode, penelitian ini
diharapkan mampu memberikan gambaran 4.1 HUBUNGAN PERDAGANGAN
mengenai keunggulan kompartif yang dimiliki In- INDONESIA-CINA
donesia. Apakah keberadaan FTA menggeser
keunggulan komparatif yang dimiliki sebelumnya? 4.1.1 Perkembangan Ekspor Indonesia Ke
Cina
Penelitian ini akan mengulas rekam jejak ekspor
Indonesia terhadap Cina dan Jepang. Kemudian Pola perkembangan ekspor Indonesia menuju Cina
membandingkan t ingkat ekspor Indonesia pada sejak tahun 1994 hingga 2009 relatif mengalami
masing-masing periode waktu. Pasalnya, setiap peningkatan volume ekspor. Secara nominal angka
periode waktu mengindikasikan sebuah kondisi ekspor Indonesia ke Negara Tirai Bambu relatif
ekonomi dunia dan domest ik, pada saat krisis mengalami peningkatan selama periode
maupun t idak. Namun, hal itu belumlah cukup penelitian. Kondisi menggambarkan bahwa vol-
untuk menangkap bergeser atau t idaknya ume perdagangan antara Indonesia dengan Cina
keunggulan komparat if. Penggunaan metode mengalami peningkatan. Situasi ini jelas
analisis RSCA (Revealed Symmetric Comparative memberikan manfaat bagi kedua negara.
Advantage) diharapkan memberikan gambaran
Laporan Akhir Hibah Penel itian PSPD Tahun Anggaran 2011 - Kluster: Ekonomi

Berdasarkan Tabel 1, ditunjukkan nilai ekspor In- itu pun tidak mampu menjelaskan keterpurukan
donesia ke Cina terus mengalami peningkatan. ekonomi Indonesia. Pasalnya, nilai kurs pada saat
Terhitung sejak 1994 nilai ekspor Indonesia itu sangat tinggi disusul dengan nilai inflasi yang
mencapai $1,321 miliar. Pada tahun 2009, nilai ikut melonjak tajam. Alhasil, memungkinkan nilai
nominal ekspor Indonesia ke Cina menembus angka ekspor riil Indonesia ket ika itu jauh dibawa dari
dua digit, yaitu $11, 499 miliar. Kondisi ini memang nilai nominal yang diterima ketika itu. Runtuhnya
tidak bisa mencerminkan apakah kenaikan nilai perekonomian Indonesia ket ika itu memang
ekspor Indonesia ke Cina, menandakan kenaikan merobohkan fundamental ekonomi yang tampak
neraca perdagangan Indonesia. Terlepas dari itu kokoh namun rapuh.
semua, peningkatan volume perdagangan Indone-
sia ke Cina setidaknya menunjukkan produk Indo- Fenomena yang menarik selama periode
nesia masih dapat diterima dan berkualitas ekspor. penelit ian, yaitu sejak tahun 2002 hingga 2008
lonjakan volume ekspor mencapai $2 miliar. Angka
Tabel 4.1 Total Ekspor Indonesia ke Cina yang cukup fantastis, mengingat Indonesia selalu
Periode 1994-2009 dipandang sebagai pasar bagi produk asing.
Realita yang terjadi selama periode tersebut,
No Tahun Total Ekspor ($) ditengarai didukung oleh peningkatan
1 1994 1.321.669.898 pertumbuhan ekonomi Cina yang mencapai 9%.
2 1995 1.741.710.458 Akibatnya, permintaan akan bahan mentah, dan
3 1996 2.057.466.937 material penunjang lainnya mengalami
4 1997 2.229.333.725 peningkatan. Tak ayal ekspor Indonesia ke Cina
5 1998 1.832.031.343 terus mengalami peningkatan volume yang cukup
6 1999 2.008.915.480 fantast is.
7 2000 2.767.707.562
Namun, ada hal yang cukup mencengangkan pada
8 2001 2.200.670.391
tahun 2009, ekspor menuju Negara Tirai Bambu
9 2002 2.902.947.738
mengalami penurunan sebesar 1,17% atau senilai
10 2003 3.802.530.088 $137,176 juta. Hal ini memungkinkan terjadi karena
11 2004 4.604.733.108 adanya krisis global yang sempat mengguncang
12 2005 6.662.353.805 perekonomian dunia. Eskpor Indonesia ke Cina pun
13 2006 8.343.571.336 sempat terguncang meski tidak parah. Penurunan
14 2007 9.675.512.723 ekspor ini tidak meresahkan perekonomian Indo-
15 2008 11.636.503.721 nesia. Penerapan zona bebas bea masuk
16 2009 11.499.327.261 diterapkan 2010 menjadi angin segar bagi
pemulihan ekonomi pasca krisis global melanda.
Source: comtrade.un.org, Author’s Calculation Di sisi lain, keberadaan dan penerapan FTA (Free
Trade Area) ASEAN-Cina memberikan sinyal
negat if bagi ekspor Indonesia. Pasalnya,
penurunan tarif dari FTA dapat melemahkan daya
Perkembangan nilai nominal ekspor Indonesia ke
saing produk Indonesia terhadap sejumlah negara
Cina selama periode penelit ian memang relat if
mengalami peningkatan. Namun, ada hal yang yang terlibat, terutama Cina.
menarik, yaitu menurunnya nilai ekspor pada
Meski analisis yang dilakukan menggunakan
tahun 1998. Terjadi penurunan volume ekspor
angka nominal, Indonesia sebagai negara anggota
sebesar 17,81% atau senilai $397,302 juta. Gejolak
FTA ASEAN-Cina perlu waspada. Kemampuan
perekonomian dan ketidakstabilan yang terjadi
untuk meningkatkan daya saing produk menjadi
mengambil peranan yang besar bagi penurunan
hal yang utama dan mendesak. Jika tidak dalam
volume ekspor Indonesia. Nilai ekspor pada tahun
beberapa tahun ke depan ekspor Indonesia dapat

18
Pola Spesial isasi Perdagangan Indonesia dengan Jepang dan Cina

meningkat namun dengan peningkatan nilai ekspor negara anggota, juga memiliki dampak negatif.
yang lebih rendah dari impor yang dilakukan Persaingan yang ketat memberikan pengaruh
dengan Cina. Secara lebih rinci perubahan nilai negatif bagi negara yang tidak mampu bersaing.
ekspor Indonesia ke Cina selama periode penelitian Akhirnya, keberadaan FTA ASEAN-Cina pun perlu
dapat dilihat pada Graf ik 4.1. Graf ik tersebut disikapi secara bijak, demi peningkatan kualitas
menunjukkan perubahan nilai ekspor nominal In- dan kuantitas produk. Tak hayal persaingan yang
donesia ke Cina, yang secara garis besar ketat pun menuntut ef isiensi dan efet ivitas
mengalami tren positif. Dengan peningkatan vol- produksi. Hal ini jelas tampak pula dalam pola
ume ekspor yang terjadi dari tahun ke tahun perdagangan Cina ke Indonesia.
selama periode 1994-2009.

Grafik 4.1 Total Ekspor Indonesia ke Cina Periode 1994-2009

Source: comtrade.un.org, Author’s Calculation

4.1.2 Perkembangan Ekspor Cina ke Volume ekspor Cina menuju Indonesia mengalami
Indonesia tren yang terus meningkat. Selama periode
penelit ian tahun 1994-2009, ekspor Cina
Perkembangan ekspor Cina ke Indonesia pun
cenderung meningkat seiring pemberlakuan FTA.
memiliki tren yang sama, di mana terjadi
Lonjakan nilai ekspor terjadi pada beberapa tahun
kecenderungan peningkatan ekspor selama
selama periode penelitian. Di mana pada tahun
periode penelitian. Hal ini mengindikasikan bahwa
2008, nilai ekpor Cina meningkat hingga $17,193
adanya perdagangan dengan melibatkan dua
miliar. Kondisi terjadi akibat kemajuan pesat
negara atau lebih, akan memberikan manfaat bagi
perekonomian Cina. Akibatnya, nilai ekspor ke
negara-negara yang terlibat. Kondisi ini tampak
sejumlah negara, terutama Indonesia mengalami
dari perdagangan antara Indonesia dan Cina,
peningkatan yang cukup besar.
melalui ASEAN-Cina FTA. Peningkatan volume
perdagangan menjadi indikasi yang nyata terjadi. Krisis ekonomi yang melanda ASEAN periode
Maka, t idaklah mengherankan apabila upaya tahun 1998-1999 membawa dampak bagi
penerapan perdagangan bebas terus diperluas. penurunan ekspor Cina. Ket ika itu Indonesia
merasakan keterpurukan yang mendalam.
Namun, adanya perdagangan yang melibatkan

19
Laporan Akhir Hibah Penel itian PSPD Tahun Anggaran 2011 - Kluster: Ekonomi

Peningkatan inflasi, melemahnya nilai rupiah, Sedangkan, selama periode pemulihan ekonomi
kolapsnya sejumlah bank, dan ket idakstabilan atau setelah krisis ekonomi usai, ekspor Cina ke
politik menjadi indikator yang tampak jelas. Tak Indonesia mengalami lonjakan. Sejak tahun 2000
ayal permintaan produk-produk Cina pun turun pascakrisis ekonomi 1998, permintaan impor atas
cukup tajam. Penurunan nilai ekspor yang terjadi produk Cina pun kembali meningkat. Peningkatan
sebesar $670,971 juta atau 36,43 % dari periode yang terjadi mencapai $1,88 miliar atau sebesar
1997 hingga 1998. Kondisi ini menggambarkan 159,68%. Lonjakan ekspor Cina pada periode
dampak gejolak ekonomi global ikut dirasakan tersebut memang sangat mencengangkan. Hal ini
negara-negara ASEAN dengan penurunan volume pula mengindikasikan Indonesia menjadi pasar
perdagangan, khususnya Indonesia. Di mana yang menarik bagi produk-produk ekspor Cina.
permintaan dalam negeri menurun, sehingga nilai
ekspor Cina ke Indonesia pun menurun drast is. Menjelang penerapan FTA ASEAN-Cina di tahun
Pasalnya, krisis keuangan yang berawal dari Thai- 2010, terjadi krisis ekonomi global. Situasi tersebut
land berdampak pada krisi multidimensional bagi menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi
Indonesia. Setidaknya Indonesia mengalami hingga di sejumlah negara. Tidak sedikit negara yang
tujuh krisis. Mulai dari krisis keuangan, politik, mengalami pertumbuhan ekonomi negatif. Kondisi
ekonomi, sosial, moral, kepemimpinan, dan mata ini pun berimbas pada ekspor Cina menuju Indone-
uang. Situasi tersebut meluluhlantahkan sia. Sempat mengalami tren positif di tahun 2008,
kestabilan ekonomi, sosial dan pemerintahan In- pada tahun berikutnya (2009) ekspor Cina ke Indo-
donesia. Akibatnya, akt ivitas ekonomi turun nesia mengalami penurunan yang cukup besar
drast is dan permintaan impor dari China pun mencapai $3 miliar. Krisis keuangan global yang
menurun tajam. diawali dengan runtuhnya pasar keuangan
Amerika merambas Asia setahun berikutnya.
Tabel 4.2 Total Ekspor Cina ke Indonesia Alhasil, krisis keuangan Amerika menurunkan
Periode 1994-2009 pertumbuhan ekonomi sejumlah negara di dunia,
termasuk perekonomian China.
No Tahun Total Ekspor ($)
Keadaan ini mengindikasikan fluktuasi volume
1 1994 1.051.687.941
perdagangan dunia, sangat dipengaruhi oleh
2 1995 1.434.210.805
fluktuasi perekonomian global. Kondisi yang sama
3 1996 1.427.555.371 terjadi pada Indonesia-Cina. Selama periode krisis
4 1997 1.840.971.266 Asia Tenggara maupun krisis global, sedikit banyak
5 1998 1.170.155.779 memberikan dampak negatif bagi perekonomian
6 1999 1.179.047.386 suatu negara. Akibatnya, gejolak sosial dan
7 2000 3.061.823.512 ekonomi terus bermunculan. Ditandai dengan
meningkatnya angka pengangguran, kemiskinan,
8 2001 2.835.706.342
dan kelaparan.
9 2002 3.426.451.699
10 2003 4.481.889.970 Terkait dengan ekspor Cina ke Indonesia dapat
11 2004 6.256.422.956 dilihat pada Graf ik 2. Dalam graf ik tersebut
12 2005 8.350.368.154 tampak bahwa tren ekspor Cina ke Indonesia
13 2006 9.449.711.801
mengalami peningkatan. Pada periode tahun
tertentu saat krisis melanda, ekspor Cina ke Indo-
14 2007 12.695.661.139
nesia pun mengalami penurunan.
15 2008 17.193.114.300
16 2009 14.720.623.749 4.1.3 Anal isis Perkembangan Ekspor
Source: comtrade.un.org, Author’s Calculation Indonesia dan Cina

20
Pola Spesial isasi Perdagangan Indonesia dengan Jepang dan Cina

Transaksi perdagangan yang dilakukan Indonesia- dan 7,9% (2000), 7,3% (2001), dan 6,8% (2004).
Cina memberikan manfaat bagi keduanya. Meski cenderung mengalami penurunan
Peningkatan volume perdagangan yang terjadi pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan PDB riil Cina
pada set iap negara tampak jelas. Hal ini masih tetap tertinggi di dunia. Hal inilah yang
mencerminkan bahwa perdagangan akan menyebabkan gempuran produk asal Cina di Indo-
meningkatkan volume perdagangan antar negara nesia tidak terelakan lagi. Artinya, kesiapan Cina
yang terlibat. Dengan tetap dipengaruhi oleh menghadapi liberalisasi perdagangan
kondisi perekonomian global. menyebabkan ekspor Cina melonjak. Alhasil, net

Grafik 4.2 Total Ekspor Cina ke Indonesia Periode 1994-2009

Source: comtrade.un.org, Author’s Calculation

Kendati perdagangan memberikan manfaat yang ekspor Indonesia ke Cina mengalami penurunan,
besar bagi kedua negara. Namun, besarnya bahkan sampai negatif.
manfaat yang diterima oleh kedua negara
mungkinkan terjadi ketimpangan. Di satu sisi ada Pada dasarnya ada beberapa hal utama yang
yang mendapatkan manfaat yang lebih besar, sisi menyebabkan net ekspor Indonesia negat if.
lain manfaat yang diterimanya lebi h rendah. Pertama, ket idaksiapan Indonesia untuk
Dalam perdagangan Indonesia–Cina, manfaat lebih menghadapi perdagangan bebas. Pasalnya, sejak
besar diperoleh Cina. Pada Grafik 3, tampak bahwa tahun 2003 ASEAN telah memberlakukan Com-
ekspor neto Indonesia terhadap Cina negatif sejak mon Effect ive Preferent ial Tariff (CEPT). CEPT
tahun 2000. Meski sebelumnya selama periode merupakan skema penurunan tarif bagi negara-
1994 hingga 1999, ekspor neto Indonesia terhadap negara anggota yang terlibat dalam FTA ASEAN.
Cina mengalami tren positif. Pemberlakukan CEPT membuat tarif untuk
beberapa jenis komoditas mengalami penurunan
Reformasi dan liberalisasi yang dilakukan Cina hingga penghapusan. Kondisi jelas menuntut
dalam kebijakan ekonomi sejak tahun 1979 kesiapan produk domestik, apabila ingin bersaing
mendorong pertumbuhan ekonomi Cina yang dengan produk asing.
cukup signifikan. Pertumbuhan ekonomi Cina rata-
rata mencapai 9% (1978-1994), 8,3% (1996-2000) Kedua, rendahnya efisiensi dan efektivitas dalam

21
Laporan Akhir Hibah Penel itian PSPD Tahun Anggaran 2011 - Kluster: Ekonomi

Grafik 4.3 Net Ekspor Indonesia-Cina Periode 1994-2009

Source: comtrade.un.org, Author’s Calculation

berproduksi memicu ketidakmampuan produk In- Tabel 4.3 Net Ekspor Indonesia-Cina
Periode 1994-2009
donesia bersaing dengan Cina. Besarnya biaya
produksi, distribusi, hingga pemasaran membuat
Tahun Selisih Ekspor
beberapa jenis produk kalah bersaing. Biaya
eksternal yang tinggi ikut menurunkan daya saing 1994 269,981,957
produk lokal. Akibatnya, produk Indonesia tidak 1995 307,499,653
mampu bersaing dengan produk Cina, yang 1996 629,911,566
memiliki tingkat efisiensi dan efektivitas produksi 1997 388,362,459
yang tinggi. Ketidakmampuan produk Indonesia 1998 661,875,564
bersaing dengan produk China tidak terlepas dari 1999 829,868,094
produktivitas produksi yang relatif lebih rendah. 2000 -294,115,950
Akibatnya, harga produk yang di produksi relatif 2001 -635,035,951
lebih mahal dibandingkan produk China. Hal ini 2002 -523,503,961
yang mengakibatkan produk China menggempur 2003 -679,359,882
Indonesia karena memiliki daya saing harga yang 2004 -1,651,689,848
relatif lebih murah.
2005 -1,688,014,349
Ketiga, nilai tambah produk domestik yang dapat 2006 -1,106,140,465
dikategorikan cukup rendah. Produk ekspor Indo- 2007 -3,020,148,416
nesia ke sejumlah negara di dunia cenderung 2008 -5,556,610,579
didominasi oleh bahan mentah. Dengan nilai 2009 -3,221,296,488
tambah produk yang terbilang cukup rendah. Source: comtrade.un.org, Author’s Calculation
Akibatnya, nilai ekspor Indonesia t idak mampu
melonjak tajam, kendat i jumlah yang diekspor Rendahnya daya saing produk Indonesia
cukup besar. Hal ini akan secara jelas dibuktikan menyebabkan gempuran produk China kian
dalam pembahasan selanjutnya mengenai RSCA tampak. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai
produk Indonesia ke Cina. pasar bagi produk China. Sejak tahun 2000 hingga

22
Pola Spesial isasi Perdagangan Indonesia dengan Jepang dan Cina

2009, net ekspor Indonesia terus mengalami bres; copper ores and concentrates; copper mattes,
penurunan. Net ekspor terendah terjadi pada cement copper; dan nickel ores and concentrates;
tahun 2008 mencapai negat if $5,556 miliar. nickel mattes, nickel oxide sinters. Dengan rata-
Kendat i di tahun 2009 mengalami penurunan, rata nilai RSCA pada komoditas tersebut sebesar
namun net ekspor Indonesia tetap menunjukkan 0,27827.
angka negatif sebesar $3,221 miliar. Nilai tersebut
menjadi angka terendah kedua apabila Untuk kompilasi komoditas yang memiliki share
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Untuk terbesar kedua, yaitu produk food and l ive ani-
lebih rinci dapat dili hat pada Tabel 3, yang mals, dengan share sebesar 25%. Selanjutnya,
menunjukkan nilai nominal net ekspor Indonesia untuk produk animal and vegetable oils, fats, and
dengan Cina. waxes menempat i posisi ket iga dengan share
sebesar 15%. Sedangkan, untuk manufactured
4.1.4 Anal isis Perhitungan RSCA Indonesia goods classif ied chiefly by material; dan mineral
terhadap Cina fuels, lubricants, and related materials masing-
masing memiliki share sebesar 10%. Sisanya,
Berdasarkan hasil penghitungan RSCA Indonesia
ekspor untuk commod it ies and transact ions
terhadap Cina selama periode 1994-1997, diperoleh
sebesar 5%. Untuk lebih rinci dapat dilihat pada
dua puluh komoditas yang memiliki RSCA
bagan di bawah ini.
tert inggi. Pada periode ini ekspor Indonesia
terbesar didominasi oleh materials, inedible, ex- Untuk nilai per komoditas berdasarkan SITC Revisi
cept fuels dengan persentase sebesar 35%. Adapun 3 tiga digit menempatkan komoditas kakao (co-
komoditas yang termasuk di dalamnya, yaitu coa); fuel wood (excluding wood waste), and wood
natural rubber, balata, gutta-percha, chicle, etc, in charcoal; copper ores, and concentrates; copper
primary forms; fuel wood (excluding wood waste) mattes, cement copper; nickel ores and concen-
and wood charcoal; Wood in the rough or roughly trates; l iquef ied propane and butane; dan natural
squared; pulp and waste paper; other man-made gas dengan nilai RSCA sebesar 2,81324. Lebih rinci
fibres suitable for spinning; waste of man-made fi- dapat dilihat pada tabel berikut, yang memuat dua

Bagan 4.1 RSCA Indonesia terhadap Cina Periode 1994-1997

Source: comtrade.un.org, Author’s Calculation

23
Laporan Akhir Hibah Penel itian PSPD Tahun Anggaran 2011 - Kluster: Ekonomi

Tabel 4.4 RSCA Indonesia terhadap Cina Periode 1994-1997

Source: comtrade.un.org, Author’s Calculation

puluh produk dengan nilai RSCA terbesar selama Dengan memiliki nilai RSCA yang relat if lebih
periode 1994-1997. besar, pada periode ini keunggulan komparatif In-
donesia akan produk mentah kian kuat. Namun,
Berdasarkan pemaparan mengenai share dan dengan kombinasi share pada produk yang
untuk setiap komoditas menunjukkan bahwa In- berbeda.
donesia memiliki keunggulan komparat if pada
natural resources. Kondisi ini sejalan dengan Pada periode ini terdapat sepuluh jenis produk
kekayaan alam yang dimiliki Indonesia. Selama dengan SITC Revisi 3, dengan tiga digit memiliki
periode ini kekuatan ekspor Indonesia lebih nilai RSCA tertinggi, yaitu sebesar 0.33448. Produk-
ditunjang oleh produk-produk mentah. Dengan produk itu, meliputi chocolate and other food prepa-
bergantung pada kekayaan alam yang dimiliki. rations containing cocoa, nes; margarine and short-
Tidak heran apabila nilai tambah dari produk ekspor ening; jute, other textile bast fibres, nes, not spun;
Indonesia cukup rendah, mengingat tidak ada tow and waste; iron ore and concentrates; copper
penambahan nilai tambah untuk set iap ores and concentrates; copper mattes, cement; l iq-
produknya. Alhasil, hal ini tak memberikan nilai uef ied propane and butane; meat, edible offal,
ekspor yang tidak cukup besar jika dibandingkan salted, in brine, dried; furskins, raw (including heads,
dengan nilai tambahnya. Keunggulan komparatif tails, paws, etc); dan oil seeds and oleaginous fruits.
Indonesia pada natural resources product Untuk lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut.
menunjukkan kekayaan alam memberikan Potensi alam dan hasil perkebunan Indonesia
jaminan bagi potensi ekonomi ke depan. Meski memberikan jaminan keunggulan kompararif yang
demikian, perlu ada pengembangan dan nilai dimiliki.
tambah dari produk ekspor Indonesia untuk
meningkatkan nilai ekonomi produk. Keunggulan komparat if Indonesia t idak hanya
terhadap Cina namun sejumlah negara, khususnya
Kondisi yang berbeda terjadi pada periode 1998- untuk Crude Palm Oil (CPO), kakao, batu bara, gas
2001. Selama periode ini terjadi pergeseran nilai alam, dan karet. Kelima produk tersebut
share dan RSCA untuk masing-masing komoditas. merupakan penyumbang terbesar dari total ekspor

24
Pola Spesial isasi Perdagangan Indonesia dengan Jepang dan Cina

Tabel 4.5 RSCA Indonesia terhadap Cina Periode 1998-2001

Source: comtrade.un.org, Author’s Calculation

Indonesia. Maka, basis kekayaan alam Indonesia Dua puluh jenis produk dengan RSCA tert inggi
memberikan harapan besar bagi neraca dikelompokkan. Tujuannya untuk melihat sebaran
perdagangan. Meski perlu ada pengembangan nilai produk yang menyumbang volume ekspor
tambah untuk masing-masing produk yang terbesar selama periode 1998-2001. Pada Bagan
diekspor, khususnya bagi natural resources product. 4.2 ditunjukkan komposisi yang berbeda dari

Bagan 4.2 RSCA Indonesia terhadap Cina Periode 1998-2001

Source: comtrade.un.org, Author’s Calculation

25
Laporan Akhir Hibah Penel itian PSPD Tahun Anggaran 2011 - Kluster: Ekonomi

Tabel 4.6 RSCA Indonesia terhadap Cina Periode 2002-2005

Source: comtrade.un.org, Author’s Calculation

periode sebelumnya. Sumbangan crude materials, semakin mampu bersaing dengan Cina. Namun,
inedible, except fuels mengalami peningkatan share tampaknya permasalahan yang muncul pada
menjadi 50%. Untuk food and l ive animals t idak periode ini masih tetap sama. Pasalnya, untuk
mengalami perubahan share, meski terdapat set iap produk hanya mengandalkan produk
perubahan kompilasi produk penyusunnya. Produk mentah, dan minim nilai tambah.
ini member share sebesar 25% dan memberikan
sumbangan share terbesar kedua. Sedangkan, Pada periode ini komoditas kakao (cocoa), diikuti
untuk produk lainnya dapat dilihat pada bagan dengan beberapa komoditas lainnya memiliki nilai
berikut, yang menunjukkan share pada masing- RSCA yang sama. Namun, dengan nilai yang relatif
masing jenis komoditas. Pada periode penelitian lebih t inggi dibandingkan dengan dua periode
ini sumbangan crude materials, inedible, except fu- penelitian sebelumnya. Untuk lebih rincinya dapat
els meningkat. Hal ini menunjukkan keunggulan dili hat pada tabel selanjutnya. Tabel ini yang
Indonesia terhadap Cina untuk kelompok produk menunjukkan nilai RSCA komoditas Indonesia yang
tersebut kian besar. Art inya, ekspor Indonesia memiliki keunggulan komparatif terhadap produk
sangat bergantung pada bahan mentah, Cina. Keunggulan dan ketergantungan ekspor In-
khususnya untuk hasil perkebunan. donesia untuk produk mentah kian besar. Pada
periode ini terjadi peningkatan share barang
Kondisi yang sedikit berbeda terjadi pula pada mentah terhadap ekspor Indonesia ke Cina. Kondisi
periode 2002-2005. Pada periode ini keunggulan menunjukkan ketergantungan terhadap kekayaan
komparatif Indonesia untuk natural resources kian alam kian meningkat. Maka, peningkatan dan
besar. Hal itu tampak dari nilai RSCA yang kian pembukaan lahan perkebunan pun kian meningkat.
besar jika dibandingkan dengan periode
sebelumnya. Besarnya nilai RSCA menandakan Dari dua puluh komoditas tert inggi, kemudian
nilai ekspor Indonesia untuk jenis produk tersebut dikelompokkan dalam beberapa jenis. Pada
kian besar. Artinya, keunggulan komparatif Indo- periode ini terdapat enam kelompok produk
nesia untuk dua puluh produk unggulannya dengan mengikuti SITC Revisi 3 digit satu. Kondisi

26
Pola Spesial isasi Perdagangan Indonesia dengan Jepang dan Cina

Bagan 4.3 RSCA Indonesia terhadap Cina Periode 2002-2005

Source: comtrade.un.org, Author’s Calculation

yang tidak jauh berbeda terjadi dalam share produk fuels terus mengalami peningkatan. Untuk periode
ekspor Indonesia ke Cina. Dominasi produk ini saja share meningkat 5% menjadi 55% terhadap
pertanian, dan bahan mentah tetap menjadi dua puluh produk ekspor yang memiliki RSCA
keunggulan komparat if Indonesia. Namun, tertinggi. Permintaan akan barang mentah kian
terdapat fenomena yang menarik bahwa share meningkat dan memiliki share yang cukup besar
untuk produk crude, materials, inedible, and except dalam ekspor Indonesia ke Cina.

Tabel 4.7 RSCA Indonesia terhadap Cina Periode 2006-2009

Source: comtrade.un.org, Author’s Calculation

27
Laporan Akhir Hibah Penel itian PSPD Tahun Anggaran 2011 - Kluster: Ekonomi

Fenomena ini terjadi karena ekspansi ekonomi tampak dari besarnya porsi atas produk-produk
yang dilakukan oleh Cina. Sejak reformasi tersebut kian besar.
perekonomian, Cina terus mengembangkan
industrinya sehingga membutuhkan bahan-bahan Berdasarkan bagan di atas, share untuk crude,
mentah. Tak ayal ekspor Indonesia untuk produk materials. inedible, except fuels kian besar. Pada
mentah terus mengalami peningkatan. Bahkan, periode ini saja tercatat share sebesar 60%, yang
cederung memiliki keunggulan komparat if diikut i food and l ive animals sebesar 20%, min-
terhadap Cina. Terbukt i sejak itu, pertumbuhan eral, fuels, lubricants, and related materials sebesar
ekonomi Cina melonjak tajam. Saat ini, Cina bahkan 10%. Sisanya masing-masing 5% ditempati oleh
menjadi negara pengekspor terbesar di dunia manufactured goods, dan animals, and vegetable
untuk produk-produk industri. oils, fat and waxes.

Melimpahnya kekayaan alam Indonesia juga


4.2 HUBUNGAN PERDAGANGAN
terpancar dari nilai RSCA periode 2006-2009.
INDONESIA-JEPANG
Dominasi produk pertanian, dan bahan mentah
masih mendominasi ekspor Indonesia ke Cina. 4.2.1 Perkembangan Ekspor Indonesia ke
Keunggulan komparatif pun kian tampak dari nilai Jepang
RSCA yang kian besar. Art inya, keunggulan
komparatif Indonesia terhadap Cina untuk produk- Pada periode tahun 1994-2009, pola
produk tersebut kian menguat. Kendati angkanya perkembangan ekspor Indonesia menuju Jepang
masih terbilang cukup kecil. dapat dikatakan relatif mengalami peningkatan
volume ekspor%yang ditunjukkan secara nominal
Sedangkan, untuk share produk yang mendominasi oleh angka ekspor Indonesia ke negara Jepang
dua puluh produk teratas t idak jauh berbeda selama periode penelit ian. Jepang merupakan
dengan periode sebelumnya. Di mana dominasi pasar potensial bagi Indonesia. Pasalnya, Jepang
produk bahan mentah (natural resources). Hal itu menjadi basis ekspor produk Indonesia khususnya

Bagan 4.4 RSCA Indonesia terhadap Cina Periode 2006-2009

Source: comtrade.un.org, Author’s Calculation

28
Pola Spesial isasi Perdagangan Indonesia dengan Jepang dan Cina

untuk bahan mentah dan makanan. Hal ini termasuk dalam salah satu negara yang juga
menjadikan Jepang sebagai saudara tua Indone- terkena imbasnya. Meski demikian, sejak tahun
sia karena negara tersebut menjadi salah satu 1999 total nilai ekspor Indonesia menuju Jepang
negara tujuan ekspor terbesar Indonesia. Maka, relatif selalu mengalami peningkatan. Menariknya,
tidak heran jika ekspor Indonesia ke Jepang terus terjadi dua kali masa di mana total ekspor Indone-
mengalami peningkatan. sia mengalami margin peningkatan yang cukup
besar, yakni sebesar $4 miliar pada tahun 2000
Berdasarkan Tabel 4.4, ditunjukkan nilai ekspor dan 2008. Sedangkan, margin penurunan terbesar
Indonesia ke Jepang terus mengalami terjadi pada tahun 2009, di mana terjadi penurunan
peningkatan. Pada tahun 1994, nilai ekspor Indo- sebesar $9 miliar atau sebesar 33%.
nesia mencapai $10,9 miliar dan pada tahun 2009
nilai ekspor Indonesia ke Jepang mencapai $18 Secara lebih rinci perubahan nilai ekspor Indone-
miliar%walaupun sebelumnya sempat mencapai sia menuju Jepang selama periode penelitian dapat
titik tertinggi pada tahun 2008 dengan mencapai dilihat pada Graf ik 4.4. Pada graf ik tersebut,
$27,7 miliar. ditunjukkan bagaimana nilai ekspor nominal Indo-
nesia ke Jepang relat if mengalami tren posit if
Tabel 4.8 Total Ekspor Indonesia ke Jepang meskipun mengalami lonjakan penurunan yang
Periode 1994-2009
sangat mencolok pada tahun 2009. Berdasarkan
Graf ik 4.4, tampak bahwa ekspor Indonesia ke
No Tahun Total Eksport ($)
Jepang terus mengalami peningkatan. Hal itu
1 1994 10,929,009,706
disebabkan karena Jepang merupakan salah satu
2 1995 12,288,270,405
negara tujuan ekspor terbesar. Namun, gejolak
3 1996 12,885,219,683
ekonomi global yang mulai dirasakan di Asia pada
4 1997 12,484,951,249 2009, berdampak pada penurunan volume
5 1998 9,116,024,580 perdagangan. Keadaan ini pun menurunkan ekspor
6 1999 10,397,181,547 Indonesia ke sejumlah negara, khususnya ke
7 2000 14,415,189,665 Jepang.
8 2001 13,010,175,403
9 2002 12,045,115,461 4.2.2 Perkembangan Ekspor Jepang ke
Indonesia
10 2003 13,603,494,172
11 2004 15,962,109,263 Perkembangan ekspor Jepang ke Indonesia
12 2005 18,049,139,737 memiliki tren yang berbeda dengan Indonesia,
13 2006 21,732,122,929 yaitu memiliki tren yang fluktuatif dan cenderung
14 2007 23,632,789,875 stasioner. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat
15 2008 27,743,856,152 pasang-surut pada hubungan perdagangan antara
16 2009 18,574,730,417 Jepang menuju Indonesia. Pasang surut ekspor
Jepang tidak terlepas dari kebijakan ekonomi yang
Source: comtrade.un.org, Author’s Calculation
diterapkannya. Kebijakan fragmentasi produk
Pada periode 1994-2009, angka total ekspor Indo- menjadi cara agar dapat masuk ke pasar Asean,
nesia ke Jepang berada di tit ik terendah, yakni khususnya Indonesia. Pasalnya, CEPT
pada tahun 1998 dengan nilai $9 miliar. Pada tahun mensyaratkan empat puluh persen produk ekspor
itu, nilai ekspor Indonesia ke Jepang mengalami dari negara luar harus berasal negara anggota
penurunan sebesar $3 miliar atau kira-kira sebesar ASEAN. Peraturan tersebut dikenal dengan rule
25%. Hal ini dilatarbelakangi oleh situasi of origin. Maka, volume perdagangan Jepang ke
perekonomian Indonesia yang sedang bergejolak Indonesia mengalami fluktuasi.
dan t idak stabil. Saat itu beberapa negara Asia
sedang mengalami krisis ekonomi dan Indonesia Volume perdagangan ekspor Jepang ke Indonesia

29
Laporan Akhir Hibah Penel itian PSPD Tahun Anggaran 2011 - Kluster: Ekonomi

Grafik 4.4 Total Ekspor Indonesia ke Jepang 1994-2009

Source: comtrade.un.org, Author’s Calculation

mengalami peningkatan pada tahun-tahun


tertentu, lalu langsung mengalami penurunan daripada kejadian di tahun 1998. Pada tahun 2001,
yang drastis. Contohnya adalah pada tahun 1994 total ekspor turun hingga ke angka $688 juta dan
hingga tahun 1997 volume ekspor Jepang ke Indo- di tahun 2002 kembali anjlok ke angka $450 juta.
nesia relatif mengalami peningkatan dengan nilai Kondisi ini lebih parah daripada kejadian
total ekspor sebesar $7 miliar pada tahun 1994 sebelumnya di tahun 1998. Dan lagi-lagi kondisi
dan sebesar $10 miliar atau mengalami total ekspor Jepang pun kembali membaik pada
peningkatan sebesar 42% dari tahun 1994 ke tahun periode tahun 2002-2005 di mana total ekspor
1997. Lalu secara mengejutkan mengalami Jepang kembali meningkat sebesar $3,9 miliar pada
penurunan yang sangat drastis pada tahun 1998 tahun 2003 dari tahun 2002 dan pada akhir tahun
menjadi sebesar $948 juta atau mengalami 2004 berhasil memiliki nilai sebesar $14 miliar.
penurunan sebesar $9,2 miliar, menurun sebesar Lagi-lagi pada tahun setelahnya, yaitu tahun 2006,
92%. Pada tahun tersebut terjadi krisis moneter Jepang kembali mengalami penurunan total ekspor
yang mengguncang beberapa negara Asia, dan menuju Indonesia menjadi sebesar $874 juta. Pada
rupanya hal tersebut sangat mempengaruhi vol- tahun 2007-2009, total nilai ekspor Jepang ke In-
ume perdagangan Jepang menuju Indonesia. donesia mulai meningkat kembali hingga mencapai
nilai sebesar $14,8 miliar pada tahun 2009.
Kejadian tersebut berulang pada tahun 1998-2001,
volume ekspor negara Jepang ke Indonesia mulai Berkaitan dengan ekspor Jepang menuju ke Indo-
mengalami tren positif kembali. Pada tahun 1998, nesia yang cenderung mengalami fluktuasi, dapat
total ekspor Jepang ke Indonesia hanya sebesar dilihat pada Graf ik 4.5. Dalam graf ik tersebut
$948 juta dan pada tahun 2001 total ekspor sudah terlihat bahwa tren ekspor Jepang ke Indonesia
kembali naik mencapai $10 miliar. Akan tetapi, lagi- mengalami beberapa kali peningkatan lalu
lagi kondisi penurunan total ekpor yang sangat mengalami penurunan yang sangat drastis pada
drastis kembali terjadi, bahkan kali ini lebih parah periode-periode tahun tertentu.

30
Pola Spesial isasi Perdagangan Indonesia dengan Jepang dan Cina

Tabel 4.9 Total Ekspor Jepang ke Indonesia selalu posit if. Hal ini mengindikasikan bahwa
Periode 1994-2009 walaupun perdagangan antara Indonesia dan
Jepang akan memberikan manfaat bagi kedua
No Tahun Total Eksport ($) negara, Indonesia-lah yang mendapatkan manfaat
1 1994 7,652,713,304 lebih besar daripada Jepang. Hal ini tampak dari
2 1995 9,968,200,492 nilai net ekspor Indonesia terhadap Jepang selalu
3 1996 9,058,514,069 posit if, bila diperhat ikan dari pergerakannya
menunjukkan bahwa nilai net ekspornya fluktuatif.
4 1997 10,168,623,256
Contohnya adalah pada tahun 1994, nilai net
5 1998 948,459,532
ekspornya sebesar $3,3 miliar lalu turun menjadi
6 1999 3,875,840,501
$2,3 miliar pada tahun 1995. Kemudian naik
7 2000 8,250,008,180
menjadi sebesar $3,8 miliar pada tahun 1996, lalu
8 2001 10,057,690,683
turun menjadi $2,3 miliar di tahun 1997. Pada tahun
9 2002 688,911,085 1998, net ekspor naik drastis menjadi $8 miliar.
10 2003 4,503,212,641 Kenaikan ini disebabkan oleh krisis moneter tahun
11 2004 11,986,345,389 1997-1998 yang menghantam Indonesia, membuat
12 2005 14,537,047,572 nilai tukar Rupiah jatuh terhadap US Dollar dan
13 2006 874,098,291 membuat harga-harga barang Indonesia menjadi
14 2007 5,795,466,147 lebih murah dibanding keaadaan sebelumnya. Hal
15 2008 16,794,798,759 tersebut membuat Jepang mengalami kenaikan
16 2009 14,863,849,311 impor barang-barang dari Indonesia. Alhasil, di
Source: comtrade.un.org, Author’s Calculation
tengah guncangan ekonomi Indonesia, ekspor ke
Jepang menjadi salah satu penguatan ekonomi.

Grafik 4.5 Total Ekspor Jepang ke Indonesia Periode 1994-2009

Source: comtrade.un.org, Author’s Calculation

4.2.3 Anal isis Perkembangan Ekspor Pada periode tersebut tercatat net ekspor Indo-
Indonesia dan Jepang nesia ke Jepang meningkat tajam dibandingkan
tahun sebelumnya. Keadaan ini menjadi hal yang
Tampak dalam grafik bahwa net ekspor Indonesia cukup menggembirakan meski ekspor Indonesia
terhadap Jepang pada periode tahun 1994-2009 terbatas pada resources product.

31
Laporan Akhir Hibah Penel itian PSPD Tahun Anggaran 2011 - Kluster: Ekonomi

Grafik 4.6 Net Ekspor Indonesia-Jepang Periode 1994-2009

Source: comtrade.un.org, Author’s Calculation

oleh nilai tukar mata uang Rupiah terhadap Dollar


Tabel 4.10 Net Ekspor Indonesia-Jepang
Periode 1994-2009 yang semakin menguat. Secara mengejutkan,
pada tahun 2002 net ekspor Indonesia meningkat
Net Export hampir 4 kali lipat dari jumlah net ekspor Indone-
No Tahun Indonesia-Jepang sia pada tahun 2001. Di tahun tersebut net ekspor
1 1994 3,276,296,402 Indonesia mencapai nilai $11,3 miliar. Hal ini
2 1995 2,320,069,913 disebabkan karena terjadinya guncangan ekonomi
3 1996 3,826,705,614 di Indonesia yang membuat nilai tukar rupiah
4 1997 2,316,327,993 terhadap US$ melemah.
5 1998 8,167,565,048
Pada periode 2002-2005 net ekspor indonesia
6 1999 6,521,341,046
terhadap Jepang mengalami tren negatif karena
7 2000 6,165,181,485
semakin membaiknya nilai tukar rupiah terhadap
8 2001 2,952,484,720
US$. Di tahun 2005 nilai net ekspor menurun hingga
9 2002 11,356,204,376
mencapai $3,5 miliar.
10 2003 9,100,281,531
11 2004 3,975,763,874 Fluktuasi selanjutnya terjadi pada tahun-tahun
12 2005 3,512,092,165 berikutnya di mana pada tahun 2006 net ekspor
13 2006 20,858,024,638 melonjak sangat tinggi dan kemudian mengalami
14 2007 17,837,323,728 penurunan di tahun berikutnya. Pada tahun 2006
15 2008 10,949,057,393 nilai net ekspor Indonesia sebesar $20,8 miliar atau
16 2009 3,710,881,106 meningkat sebesar 494% dari tahun sebelumnya,
Source: comtrade.un.org, Author’s Calculation yang hanya sebesar $3,5 miliar. Hal ini berkaitan
dengan kebijakan peningkatan harga Bahan Bakar
Pada tahun-tahun berikutnya nilai net ekspor In- Minyak (BBM) di Indonesia pada tahun 2005 yang
donesia mulai menurun hingga mencapai $2,9 membuat impor Indonesia terhadap barang-
miliar pada tahun 2001. Hal ini disebabkan barang dari Jepang, terutama barang-barang yang
perekonomian Indonesia mulai membaik pasca membutuhkan konsumsi BBM menjadi turun
krisis moneter tahun 1997-1998 yang ditunjukkan drast is.

32
Pola Spesial isasi Perdagangan Indonesia dengan Jepang dan Cina

Pada tahun-tahun berikutnya, net ekspor Indone- - silk


sia kembali menurun. Pada tahun 2007 nilai net - copper ores and concentrates; copper mattes,
ekspor sebesar $17 miliar, tahun 2008 dengan nilai cement copper
net ekspor sebesar 10,9 miliar, dan tahun 2009 - nickel ores and concentrates; nickel mattes,
yang mengalami penurunan cukup drastis, yaitu nickel oxide sinters
menjadi sebesar $3,7 miliar. Penurunan yang cukup - ores, concentrates precious metals; waste,
drastis pada tahun 2009 disebabkan oleh adanya scrap and sweepings (no gold.)
krisis finansial yang berasal dari Amerika Serikat
ikut berdampak pada perekonomian Jepang. Rata-rata nilai RSCA pada komoditas tersebut
Lesunya pertumbuhan ekonomi dunia juga ikut sebesar 0.274937
dialami oleh Jepang dan berimplikasi pada
Selanjutnya, untuk produk Mineral fuels, lubricants
penurunan impor barang-barang Indonesia ke
and related materials menempat i posisi ket iga
Jepang.
dengan share sebesar 25% dengan komoditas-
4.2.4 Anal isis Perhitungan RSCA Indonesia komoditas yang ada di dalamnya seperti:
Dan Jepang
- coal, whether or not pulverized, but not agglom-
Berdasarkan hasil perhitungan RSCA Indoneisa erated
terhadap Jepang selama periode 1994-1997, - briquettes, l ignite and peat
diperoleh dua puluh komoditas yang memiliki - petroleum oils and oils obtained from bitumi-
RSCA tertinggi. Pada periode ini ekspor Indonesia nous minerals, crude
terbesar didominasi oleh food and l ive animals - l iquefied propane and butane
dengan persentase sebesar 35%. Adapun - natural gas, whether or not l iquefied.
komoditas yang termasuk di dalamnya yaitu:
Rata-rata nilai RSCA pada komoditas tersebut
- other meat, meat offal, fresh, chilled, frozen (for sebesar 0.274914
human),
- meat, edible offal, salted, in brine, dried, etc; Pada posisi keempat ditempat i oleh produk
flours, meals, Miscellanous manufactured articles dengan share
- crustaceans, molluscs, aquat ic invertebrates; sebesar 10% pada produk-produk komoditas
flours and pellets ekspor Indonesia ke Jepang. Sisanya pada
- maize (not including sweet corn), unmilled peringkat 5 dengan share sebesar 5% ditempati
- cereals, unmilled (other than wheat, rice, barley oleh produk Beverages and tobacco.
and maize)
Pada dasarnya ekspor Indonesia ke Jepang untuk
- coffee and coffee substitutes, and
periode 1994-1997, tersebar secara merata.
- cocoa.
Produk natural resources menjadi kekuataan ekspor
Rata-rata nilai RSCA untuk masing-masing Indonesia. Tak hayal share untuk produk tersebut
komoditas tersebut sebesar 0.274887. terbagi secara merata. Hal ini menunjukkan
keunggulan Indonesia sebagai negara yang kaya
Untuk kompilasi komoditas yang memiliki share sumber daya alam tampak atas Jepang. Meski
terbesar kedua adalah produk Crude materials, in- demikian, rendahnya nilai tambah masih menjadi
edible, except fuels dengan share sebesar 25%. kendala terhadap besar nilai ekspor Indonesia ke
Adapun komoditas yang termasuk di dalamnya Jepang. Hal ini tampak pada Bagan 4.5 yang
yaitu: menunjukkan komposisi RSCA Indonesia terhadap
Jepang.
- oil seeds and oleaginous fruits used for the ex-
traction of other fixed oils

33
Laporan Akhir Hibah Penel itian PSPD Tahun Anggaran 2011 - Kluster: Ekonomi

Bagan 4.5 RSCA Indonesia terhadap Jepang Periode 1994-1997

Source: comtrade.un.org, Author’s Calculation

Untuk nilai per komoditas sesuai SITC Revisi 3 tiga dua puluh produk dengan nilai RSCA terbesar
digit menempatkan beberapa komoditas yang selama periode 1994-1997.
menempat i posisi pertama sebagai komoditas
yang sama-sama memiliki nilai RSCA tertingi pada Pada periode tahun selanjutnya yaitu 1998-2001,
komoditas-komoditas yang diekspor dari Indone- terjadi kondisi yang berbeda dari periode 1994-
sia menuju Jepang sebesar 0.274938361 seperti: 1997, di mana pada periode sebelumnya produk
Food and l ive animals menjadi penyumbang share
- meat, edible offal, salted, in brine, dried, etc; terbesar bagi produk-produk yang diekspor oleh
flours, meals Indonesia menuju Jepang. Pada periode 1998-2001
- maize (not including sweet corn), unmilled terjadi pergeseran posisi di mana posisi satu kini
- cocoa diambil alih oleh produk Crude materials, inedible,
- tobacco, unmanufactured; tobacco refuse except fuels menggantikan produk Food and l ive
- silk animals yang harus turun ke posisi kedua.
- copper ores and concentrates; copper mattes,
cement copper Produk Crude materials, inedible, except fuels
- briquettes, l ignite and peat menempati posisi pertama dengan share sebesar
- petroleum oils and oils obtained from bitumi- 50% atau dua kali lebih besar dari Food and l ive
nous minerals, crude animals yang menempati tempat kedua dengan
- cereals, unmilled (other than wheat, rice, barley share sebesar 25%. Adapun komoditas-komoditas
and maize) yang ada di dalam produk crude materials, ined-
- oil seeds and oleaginous fruits used for the ex- ible, except fuels di antaranya:
traction of other fixed oils
- hides and skins (except furskins), raw
- ores, concentrates precious metals; waste,
scrap and sweepings (no gold) - furskins, raw (including heads, tails, paws, etc),
- natural gas, whether or not l iquef ied. other than those of 211
- oil seeds and oleaginous fruits used for the ex-
Lebih rinci dapat dilihat pada tabel yang memuat
traction of other fixed oils

34
Pola Spesial isasi Perdagangan Indonesia dengan Jepang dan Cina

Tabel 4.11 RSCA Indonesia terhadap Jepang Periode 1994-1997

Tahun 1994-1997
RSCA
No Komoditas Keterangan INA-JPG
1 16 Meat, edible offal, salted, in brine, dried, etc; flours, meals 0.274938361
2 44 Maize (not including sweet corn), unmilled 0.274938361
3 72 Cocoa 0.274938361
4 121 Tobacco, unmanufactured; tobacco refuse 0.274938361
5 261 Silk 0.274938361
6 283 Copper ores and concentrates; copper mattes, cement copper 0.274938361
7 322 Briquettes, lignite and peat 0.274938361
Petroleum oils and oils obtained from bituminous minerals,
8 333 crude 0.274938361
9 45 Cereals, unmilled (other than wheat, rice, barley and maize) 0.274938361
Oil seeds and oleaginous fruits used for the extraction of other
10 223 fixed oils 0.274938361
Ores, concentrates precious metals; waste, scrap and
11 289 sweepings (no gold) 0.274938361
12 343 Natural gas, whether or not liquefied 0.274938361
13 342 Liquefied propane and butane 0.274936069
14 284 Nickel ores and concentrates; nickel mattes, nickel oxide sinters 0.274930577
15 71 Coffee and coffee substitutes 0.274916341
Women's or girls' outerwear, of textile fabrics, not knitted or
16 842 crocheted 0.274848111
17 12 Other meat, meat offal, fresh, chilled, frozen (for human) 0.274830406
18 843 Men's or boys' outerwear, of textile fabrics, knitted or crocheted 0.274830286
19 321 Coal, whether or not pulverized, but not agglomerated 0.274817106
20 36 Crustaceans, molluscs, aquatic invertebrates; flours and pellets 0.274708019
Source: comtrade.un.org, Author’s Calculation

- fuel wood (excluding wood waste) and wood terbesar kedua ditempati oleh Food and l ive ani-
charcoal mals dengan nilai rata-rata RSCA sebesar
- wood in chips or particles and wood waste 0.197694. Adapun komoditas-komoditas yang
- silk termasuk dalam produk tersebut adalah:
- jute, other text ile bast f ibres, nes, not spun;
tow and waste - other meat, meat offal, fresh, chilled, frozen (for
- vegetable text ile f ibres (other than cotton or human)
jute) not spun; waste - meat, edible offal, salted, in brine, dried, etc;
- uranium, thorium ore, conc flours, meals
- ores, concentrates precious metals; waste, - butter and other fats and oils derived from milk
scrap and sweepings (no gold). - maize (not including sweet corn), unmilled
- cocoa.
Rata-rata nilai RSCA pada komoditas tersebut
adalah sebesar 0.197694 Nilai rata-rata RSCA pada komoditas tersebut
adalah sebesar 0.197694.
Untuk kompilasi komoditas yang memiliki share

35
Laporan Akhir Hibah Penel itian PSPD Tahun Anggaran 2011 - Kluster: Ekonomi

Pada posisi ketiga ditempati oleh produk Mineral donesia terhadap Jepang. Produk Crude material,
fuels, lubricants and related materials dengan share inedible, except fuels tetap menempat i posisi
sebesar 15%. Lalu di posisi keempat dan kelima pertama akan tetapi share-nya berkurang menjadi
ditempati oleh produk miscellanous manufactured 30% setelah sebelumnya memiliki share sebesar
articles dan Beverages and tobacco dengan share 50% pada periode 1998-2001. Adapun komoditas-
masing-masing sebesar 5%. komoditas yang ada di dalam produk tersebut
antara lain:
Kendati terjadi perubahan persentase share dari
kelompok komoditas. Pada dasarnya periode - furskins, raw (including heads, tails, paws, etc),
1998-2001 masih menunjukkan keunggulan other than those of 211
komparatif Indonesia pada sektor bahan mentah. - oil-seeds and oleaginous fruits used for extrac-
Peningkatan tajam share terjadi pada kelompok tion of ‘soft’ fixed oils
crude, materials, except fuels dengan persentase - oil seeds and oleaginous fruits used for the ex-
mencapai 50%. Namun, keunggulan komparat if traction of other fixed oils
Indonesia t idak berubah dibandingkan periode - jute, other text ile bast f ibres, nes, not spun;
penelitian sebelumnya. tow and waste

Bagan 4.6 RSCA Indonesia terhadap Jepang Periode 1998-2001

Source: comtrade.un.org, Author’s Calculation

Untuk nilai per komoditas sesuai SITC Revisi 3 tiga - copper ores and concentrates; copper mattes,
digit menempatkan seluruh komoditas yang cement copper
berada pada 20 besar komoditas RSCA tertinggi - nickel ores and concentrates; nickel mattes,
pada posisi pertama sebagai komoditas yang nickel oxide sinters.
sama-sama memiliki nilai RSCA tert inggi pada
komoditas-komoditas yang diekspor dari Indone- Rata-rata nilai RSCA komoditas-komoditas di
sia menuju Jepang sebesar 0.197693946 seperti atas adalah sebesar 0.209985.
yang terlihat pada tabel.
Selanjutnya pada posisi-posisi kedua dan ketiga
Berikutnya di periode tahun 2002-2005 terdapat terdapat dua produk yang memiliki share sama
beberapa perubahan di komposisi share RSCA In- besarnya, yaitu produk food and l ive animals dan

36
Pola Spesial isasi Perdagangan Indonesia dengan Jepang dan Cina

Tabel 4.12 RSCA Indonesia terhadap Jepang Periode 1998-2001

Tahun 1998-2001
RSCA
No Komoditas Keterangan INA-JPG
1 16 Meat, edible offal, salted, in brine, dried, etc; flours, meals 0.197693946
2 44 Maize (not including sweet corn), unmilled 0.197693946
Furskins, raw (including heads, tails, paws, etc), other than
3 212 those of 211 0.197693946
4 245 Fuel wood (excluding wood waste) and wood charcoal 0.197693946
5 261 Silk 0.197693946
6 286 uranium, thorium ore, conc 0.197693946
Ores, concentrates precious metals; waste, scrap and sweepings
7 289 (no gold) 0.197693946
8 344 Petroleum gases and other gaseous hydrocarbons, 0.197693946
Women's or girls' outerwear, of textile fabrics, knitted or
9 844 crocheted 0.197693946
10 12 Other meat, meat offal, fresh, chilled, frozen (for human) 0.197693946
11 23 Butter and other fats and oils derived from milk 0.197693946
12 72 Cocoa 0.197693946
13 121 Tobacco, unmanufactured; tobacco refuse 0.197693946
14 211 Hides and skins (except furskins), raw 0.197693946
Oil seeds and oleaginous fruits used for the extraction of other
15 223 fixed oils 0.197693946
16 246 Wood in chips or particles and wood waste 0.197693946
17 264 Jute, other textile bast fibres, nes, not spun; tow and waste 0.197693946
Vegetable textile fibres (other than cotton or jute) not spun;
18 265 waste 0.197693946
19 322 Briquettes, lignite and peat 0.197693946
20 343 Natural gas, whether or not liquefied 0.197693946
Source: comtrade.un.org, Author’s Calculation

produk mineral fuels, lubricant and related materi- dengan produk tersebut dari negara Jepang.
als, yaitu sebesar 25%. Tidak terdapat perubahan Adapun komoditas-komoditas yang merupakan
besarnya share pada produk food and l ive animals produk mineral fuels, lubricant and related materi-
dari periode 1998-2001 ke periode 2002-2005. als antara lain:
Sedangkan pada produk mineral fuels, lubricant and
related materials yang sebelumnya hanya memiliki - briquettes, l ignite and peat
bagian share sebesar 15% pada periode tahun - petroleum oils and oils obtained from bitumi-
sebelumnya, yaitu tahun 1998-2001 mengalami nous minerals, crude
peningkatan menjadi 25% pada periode 2002- - l iquefied propane and butane
2005. Hal ini dimungkinkan karena pada tahun itu - natural gas, whether or not l iquefied
pemerintah Indonesia memutuskan untuk mulai - coal gas, water gas, producer gas, etc.
meningkatkan kembali ekspor barang-barang
Rata-rata nilai RSCA pada komoditas di atas
produk mineral fuels, lubricant and related materi-
adalah sebesar 0.209987.
als ke negara Jepang karena adanya permintaan
akan komoditas-komoditas yang berkaitan

37
Laporan Akhir Hibah Penel itian PSPD Tahun Anggaran 2011 - Kluster: Ekonomi

Di posisi keempat produk Miscellanous manufac- sama memiliki nilai RSCA tert inggi pada
tured articles dengan share sebesar 10% dan hal ini komoditas-komoditas yang diekspor dari Indone-
berart i produk tersebut mengalami kenaikan sia menuju Jepang sebesar 0.209987536, seperti
sebesar 5% dari periode 1998-2001. Berikutnya di yang terlihat pada Tabel 4.13.
posisi kelima adalah produk Beverages and tobacco
dan produk baru yang sebelumnya tidak memiliki Pada periode tahun 2006-2009, t iga peringkat
share pada periode-periode tahun sebelumnya, pertama penyumbang share RSCA Indonesia
yaitu produk Manufactured goods classified chiefly terhadap Indonesia t idak mengalami perubahan
by material. Produk tersebut memiliki share posisi. Produk Crude materials, inedible, except fu-
sebesar 5%. els tetap menempati posisi pertama dengan share

Bagan 4.7 RSCA Indonesia terhadap Jepang Periode 2002-2005

Source: comtrade.un.org, Author’s Calculation

Pada periode penelit ian 2002-2005 komposisi sebesar 35% atau mengalami peningkatan sebesar
ekspor Indonesia terjadi perubahan yang cukup 5 dari periode tahun sebelumnya. Sama seperti
besar. Penurunan share crude, materials, except produk Crude materials, inedible, except fuels,
fuels pada komposisi ekspor Indonesia t idak produk Food and l ive animals yang menempat i
mengurangi keunggulan komparatif atas Jepang. posisi kedua pun juga mengalami peningkatan
Pasalnya, untuk produk natural resources mineral, share sebesar 5% dari periode tahun sebelumnya
fuels, lubricants and materials mengalami menjadi 30%. Di posisi ket iga, mineral fuels,
peningkatan hingga 25%. Hal ini menunjukkan lubt icant and related materials memiliki share
keunggulan komparat if Indonesia tetap terjaga sebesar 15% atau mengalami penurunan share
terhadap Jepang. sebesar 10% dari periode tahun sebelumnya. Untuk
berikutnya, di posisi keempat terdapat 4 produk
Untuk nilai per komoditas sesuai SITC Revisi 3 tiga yang menempati posisi ini karena memiliki share
digit menempatkan 17 komoditas yang berada yang sama besarnya, yaitu sebesar 5% yakni
pada 20 besar komoditas RSCA tert inggi pada produk Beverages and tobacco, produk Manufac-
posisi pertama sebagai komoditas yang sama- ture goods classif ied chiefly by material, dan dua

38
Pola Spesial isasi Perdagangan Indonesia dengan Jepang dan Cina

Tabel 4.13 RSCA Indonesia terhadap Jepang Periode 2002-2005

Tahun 2002-2005
RSCA
No Komoditas Keterangan INA-JPG
1 45 Cereals, unmilled (other than wheat, rice, barley and maize) 0.209987536
2 121 Tobacco, unmanufactured; tobacco refuse 0.209987536
3 342 Liquefied propane and butane 0.209987536
4 343 Natural gas, whether or not liquefied 0.209987536
5 16 Meat, edible offal, salted, in brine, dried, etc; flours, meals 0.209987536
6 23 Butter and other fats and oils derived from milk 0.209987536
7 43 Barley, unmilled 0.209987536
8 44 Maize (not including sweet corn), unmilled 0.209987536
Furskins, raw (including heads, tails, paws, etc), other than
9 212 those of 211 0.209987536
Oil-seeds and oleaginous fruits used for extraction of 'soft' fixed
10 222 oils 0.209987536
11 264 Jute, other textile bast fibres, nes, not spun; tow and waste 0.209987536
12 322 Briquettes, lignite and peat 0.209987536
13 345 coal gas, water gas, producer gas, etc 0.209987536
14 613 Furskins, tanned or dressed, other than those of heading 84831 0.209987536
15 843 Men's or boys' outerwear, of textile fabrics, knitted or crocheted 0.209987536
16 891 Arms and ammunition 0.209987536
Oil seeds and oleaginous fruits used for the extraction of other
17 223 fixed oils 0.209987536
18 283 Copper ores and concentrates; copper mattes, cement copper 0.209986887
Petroleum oils and oils obtained from bituminous minerals,
19 333 crude 0.209986884
20 284 Nickel ores and concentrates; nickel mattes, nickel oxide sinters 0.209972586
Source: comtrade.un.org, Author’s Calculation

produk baru yang sebelumnya tidak memiliki share tahun 1994-2009 Indonesia memiliki keunggulan
pada periode-periode tahun sebelumnya, yaitu: komparatif atas produk natural resources. Selama
produk Chemicals and related products, n.e.s. dan periode penelit ian yang dibagi ke dalam lima
produk Commodit ies and transactions not classi- kelompok, hanya menunjukkan perubahan
fied elsewhere in the SITC. komposisi. Hal ini t idak terlepas dari
perkembangan kondisi ekonomi Jepang dan
Untuk nilai per komoditas sesuai SITC Revisi 3 tiga
kebijakan yang diterapkan. Meski demikian,
digit menempatkan 16 komoditas yang berada
kelemahan Indonesia atas produk ekspornya
pada 20 besar komoditas RSCA tert inggi pada
belum menunjukkan perkembangan yang
posisi pertama sebagai komoditas yang sama-
menggembirakan. Ekspor Indonesia masi h
sama memiliki nilai RSCA tert inggi pada
didominasi oleh bahan mentah yang minim akan
komoditas-komoditas yang diekspor dari Indone-
nilai tambah. Alhasil, jika dikomparasikan dengan
sia menuju Jepang sebesar 0.172886966, seperti
impor Indonesia terhadap Jepang memungkinkan
yang terlihat pada tabel.
terjadi net ekspor yang negatif. Secara rinci dapat
Pada dasarnya, selama periode penelit ian dari dilihat pada Tabel 4.14.

39
Laporan Akhir Hibah Penel itian PSPD Tahun Anggaran 2011 - Kluster: Ekonomi

Bagan 4.8 RSCA Indonesia terhadap Jepang Periode 2006-2009

Source: comtrade.un.org, Author’s Calculation

Tabel 4.14 RSCA Indonesia terhadap Jepang Periode 2006-2009


No Tahun 2006-2009

RSCA
Komoditas Keterangan ina-jpg
Meat, edible offal, salted, in brine, dried, etc; flours,
1 16 meals 0.172886966
2 23 Butter and other fats and oils derived from milk 0.172886966
3 41 Wheat (including spelt) and meslin, unmilled 0.172886966
4 44 Maize (not including sweet corn), unmilled 0.172886966
Cereals, unmilled (other than wheat, rice, barley and
5 45 maize) 0.172886966
6 47 Other cereal meals and flours 0.172886966
7 121 Tobacco, unmanufactured; tobacco refuse 0.172886966
Furskins, raw (including heads, tails, paws, etc), other
8 212 than those of 211 0.172886966
Copper ores and concentrates; copper mattes, cement
9 283 copper 0.172886966
10 322 Briquettes, lignite and peat 0.172886966
11 593 Explosives and pyrotechnic products 0.172886966
Furskins, tanned or dressed, other than those of heading
12 613 84831 0.172886966
13 961 coin nongold, noncurrent 0.172886966
Jute, other textile bast fibres, nes, not spun; tow and
14 264 waste 0.172886966

40
Pola Spesial isasi Perdagangan Indonesia dengan Jepang dan Cina

Tabel 4.14 Lanjutan

No Tahun 2006-2009

RSCA
Komoditas Keterangan ina-jpg
15 281 Iron ore and concentrates 0.172886966
Ores, concentrates precious metals; waste, scrap and
16 289 sweepings (no gold) 0.172886966
Petroleum oils and oils obtained from bituminous
17 333 minerals, crude 0.172886952
18 343 Natural gas, whether or not liquefied 0.17288649
Nickel ores and concentrates; nickel mattes, nickel oxide
19 284 sinters 0.172881145
Natural rubber, balata, gutta-percha, chicle, etc, in
20 231 primary forms 0.172751668
Source: comtrade.un.org, Author’s Calculation

41
KESIMPULAN DAN SARAN 5

5.1 KESIMPULAN net ekspor Indonesia negatif terhadap Cina.


Penurunan (negat if) net ekspor Indonesia
Berdasarkan pemaparan yang telah dilakukan dengan Cina terbesar pada tahun 2008
dalam bab sebelumnya, ada beberapa hal yang mencapai U$D 5,566 miliar.
penting terkait perdagangan Indonesia dengan Cina 6. Kondisi berbeda terjadi pada net ekspor Indo-
dan Jepang, yaitu: nesia dengan Jepang. Selama periode
penelitian net ekspor Indonesia selalu positif
1. Selama periode penelit ian dari 1994-2009
terhadap Jepang. Hal ini mengindikasikan
ditunjukkan bahwa adanya perdagangan
bahwa perdagangan bebas antara Indonesia
bebas yang dilakukan Indonesia dengan Cina
dan Jepang memberikan manfaat yang lebih
dan Jepang memberikan peningkatan pada
besar bagi Indonesia.
ekspor Indonesia.
7. Kendati net ekspor Indonesia terhadap Jepang
2. Adanya perdagangan bebas yang digagas
selalu mengalami tren positif, nilai net ekspor
menyebabkan Indonesia menjadi lebih rentan
tersebut fluktuatif selama periode penelitian.
terhadap pengaruh perdagangan dunia. Pada
8. Munculnya perdagangan bebas yang terjadi
tahun 1998 dan 2009 menjadi bukt i yang
di dunia, baik secara bilateral, regional maupun
sangat tampak. Pada kedua tahun tersebut
antar-regional menciptakan spesialisasi dari
ekspor Indonesia ke sejumlah negara
setiap negara yang terlibat di dalamnya. Hal
termasuk, Cina dan Jepang mengalami
demikian terjadi pula pada Indonesia selama
penurunan akibat krisis Asia Tenggara dan
periode penelitian, meliputi:
Krisis Global, dengan pemicu yang berbeda.
a. Selama periode penelit ian 1994-1997
3. Perkembangan nilai ekspor Cina ke Indonesia
keunggulan komparat if Indonesia
juga mengalami peningkatan yang cukup besar
terhadap China dan Jepang didominasi
sejak tahun 2003 hingga 2008, pada 2009
komoditas yang bersifat natural resources.
mengalami penurunan dibandingkan dengan
Untuk keunggulan komparat if Indonesia
tahun sebelumnya.
terhadap Cina didominasi oleh produk
4. Sedangkan, ekspor Jepang ke Indonesia selama
crude materials, inedible, except fuels,
periode penelit ian mengalami fluktuatif, di
dengan share sebesar 35%. Sedangkan,
mana pada beberapa tahun pengamatan
untuk Indonesia terhadap Jepang di
mengalami peningkatan kemudian mengalami
dominasi oleh food and l ive animals,
penurunan yang cukup drast is pada tahun-
dengan share sebesar 35%, masing-masing
tahun berikutnya.
dari dua puluh komoditas dengan RSCA
5. Secara keseluruhan adanya perdagangan
tertinggi.
bebas yang dilakukan Indonesia, Cina, dan
b. Pada periode 1998-2001 keunggulan
Jepang meningkatkan volume perdagangan di
komparatif Indonesia terhadap Cina dan
negara yang bersangkutan. Namun, serangan
Jepang memiliki kesamaan, dengan share
produk Cina dan kesiapannya dalam
masing-masing sebesar 50%. Terjadi pada
menghasilkan produk murah menyebabkan
Laporan Akhir Hibah Penel itian PSPD Tahun Anggaran 2011 - Kluster: Ekonomi

produk crude materials, inedible, except 2. Perlu adanya peningkatan jumlah negara yang
fuels, tren ini menunjukkan bahwa Indo- terlibat dalam penelit ian. Hal ini akan
nesia semakin terspesialisasi pada bahan memberikan keanekaragaman dalam proses
mentah (natural resources). mengetahui t ingkat spesialisasi Indonesia,
c. Untuk periode 2002-2005 dominasi ekspor dalam menghadapi perdagangan bebas.
Indonesia masih pada produk crude mate- 3. Penerapan perdagangan bebas yang telah
rials, inedible, except fuels. Untuk ekspor diterapkan di dunia, perlu mendapat perhatian
ke Cina terus mengalami peningkatan khusus oleh pemerintah Indonesia, agar
share hingga 55%. Sedangkan, ekspor ke serbuan barang impor t idak melemahkan
Jepang mengalami penurunan share neraca perdagangan Indonesia.
menjadi 30%. 4. Perlu adanya kesiapan pemerintah dalam
d. Pada periode 2006-2009 keunggulan menciptakan nilai tambah terhadap produk
komparatif yang dimiliki Indonesia masih ekspor, agar nilai ekspor Indonesia lebih tinggi
didominasi oleh produk crude materials, dan menjadi insent if untuk mendorong
ined ible, except fuels. Keunggulan peningkatan ekspor yang signifikan.
komparatif Indonesia pada produk ini kian 5. Keberadaan perdagangan bebas dunia
meningkat masing-masing sebesar 5% memungkin memberikan keuntungan bagi
dari periode sebelumnya. Dengan kesejahteraan masyarakat dengan mampu
besarnya terhadap Cina sebesar 60%, dan meningkatkan daya saingnya.
terhadap Jepang sebesar 35%. .
9. Dengan memerhatikan dominasi ekspor Indo-
nesia terhadap Cina dan Jepang, keunggulan
komparat if Indonesia terspesialisasi pada
produk atau komoditas mentah (raw materi-
als), dan kekayaan alam (natural resources).
10. Pada dasarnya perdagangan bebas
memberikan peningkatan pada volume
transaksi dengan peningkatan ekspor pada
komoditas tertentu. Namun, keberadaan
perdagangan bebas t idak memberikan
manfaat yang besar bagi Indonesia, karena
neraca perdagangan Indonesia relatif berada
dalam posisi negat if. Hal ini menunjukkan
produk Indonesia relatif memiliki nilai tambah
yang kecil, dan kalah bersaing dengan Cina dan
Jepang.

5.2 SARAN

Berdasarkan penelit ian yang dilakukan, ada


beberapa masukan yang dapat dilakukan terkait
penelitian ini, yaitu

1. Perlu adanya perluasan metode penelit ian


sehingga memberikan informasi yang lebih
spesif ik dalam menjelaskan keunggulan
komparat if Indonesia dalam menghadapi
perdagangan bebas.

44
DAFTAR PUSTAKA

Appleyard, Dennis, Alfred F., and, Steven C. 2006. International Economics. Fifth Edition. McGraw-
Hill International Edition. New York: McGraw-Hill Companies.
Amita, Batra, and Zeba K. 2005. Revealed Comparat ive Advantage: An Analysis for India and China.
Working Paper No. 168. New Delhi: Indian Council for Research on International Economic
Relations.
CIA. 2011. The World Factbook. https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/ch.html.
Diakses pada 24 Februari 2011.
EH. 2010. Japanese Industrializat ion and Economic Growth. http://eh.net/encyclopedia/art icle/
mosk.japan.final. Diakses pada 22 Februari 2011.
IB Times. 2010. Consumer Spending Boosts Japan’s GDP Growth in Q3, Export Remain Sluggish. http://
hken.ibtimes.com/articles/81871/20101115/japan-gdp-yen-consumer-eco-friendly-tobacco-ex-
ports-stimulus-naoto-kan.htm. Diakses pada 22 Februari 2011.
Kemendag. 2011. Stat ist ik Perkembangan Ekspor Nonmigas. http://www.kemendag.go.id/
statistik_perkembangan_ekspor_nonmigas_%28negara_tujuan%29/. Diakses pada 24 Februari
2011.
Ross J. 2009. No Secrets to China’s Succes. http://www.guardian.co.uk/comment isfree/2009/aug/18/
china-economic-growth. Diakses pada 5 Maret 2011.
Sjamsul A., Dian ER., Charles PR., Joseph. 2007. Kerja Sama Perdagangan Internasional: Peluang dan
Tantangan bagi Indonesia. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Oktaviani, Rina, dan Tanti N. 2009. Teori Perdagangan Internasional dan Aplikasinya di Indonesia:
Bagian I. Bogor: Departemen Ilmu Ekonomi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut
Pertanian Bogor.
Utami, DR. 2010. Analisis Comparative Advantage Perdagangan Indonesia-Cina Tahun 2001, 2005, dan
2009.
Utku, Utkulu, and Dilek S. 2004. Revealed Comparative Advantage and Competitiveness: Evidence
for Turkey via-a-vis the EU/15 diakses pada 25 Februari 2011
Virmani A. 2006. China’s Socialis Market Economy: Lesson for Democratic Developing Countries!. http:/
/planningcommission.nic.in/reports/wrkpapers/wp_pc6china.doc. Diakses pada 5 Maret 2011.
World Bank. 2011. Total Reserves (Include Gold, Current US$). http://data.worldbank.org/indicator/
FI.RES.TOTL.CD. Diakses pada 24 Februari 2011.
Widodo T. 2008. Shifts in Pattern of Specialization: Case Studies of India and China. Gadjah Mada Interna-
tional Journal of Business. Vol 10, No.1, pp 47-75.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1. RSCA Ekspor Indonesia ke Cina

48
Lampiran 1. Lanjutan

49
Lampiran 1. Lanjutan

50
Lampiran 1. Lanjutan

51
Lampiran 2. RSCA Ekspor Indonesia ke Jepang

52
Lampiran 2. Lanjutan

53
Lampiran 2. Lanjutan

54
Lampiran 2. Lanjutan

55
Lampiran 3. RSCA Ekspor China ke Indonesia

56
Lampiran 3. Lanjutan

57
Lampiran 3. Lanjutan

58
Lampiran 3. Lanjutan

59
Lampiran 4. RSCA Ekspor Jepang ke Indonesia

60
Lampiran 4. Lanjutan

61
Lampiran 4. Lanjutan

62
Lampiran 4. Lanjutan

63
View publication stats

Anda mungkin juga menyukai