net/publication/331258028
CITATIONS READS
0 2,907
4 authors, including:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
EVALUASI DAMPAK PROGRAM LISTRIK PERDESAAN DAN PELUANG PENGEMBANGAN ECO-TOURISM MELALUI ENERGI TERBARUKAN View project
All content following this page was uploaded by Felix Wisnu Handoyo on 21 February 2019.
POLA SPESIALISASI PERDAGANGAN
INDONESIA DENGAN JEPANG DAN CINA
Tim Peneliti
Laurensius Williem
Felix Wisnu Handoyo
Resha Yudistira
Dwi Andi R.
Pspd
Pusat Studi
Perdagangan
Dunia
Universitas Gadjah Mada
Center for World Trade Studies
Universitas Gadjah Mada
Pspd
Pusat Studi
Perdagangan
Dunia
Universitas Gadjah Mada
Center for World Trade Studies
Universitas Gadjah Mada
PENGANTAR
v
persoalan dan tantangan perdagangan internasional Indonesia. Untuk para pelaku,
pengambil kebijakan dan pemerhati perdagangan internasional, kajian dalam
keempat klaster itu bermanfaat sekurang-kurangnya dalam menyediakan peta
persoalan dan bagaimana posisi dan peran para pemangku kepentingan terkait
dalam menghadapi persoalan-persoalan itu. Analisis dan kesimpulan yang diambil
serta rekomendasi yang diajukan tentu saja masih memerlukan kritik, masukan,
komentar dan umpan balik yang berguna untuk mengembangkan kegiatan-
kegiatan lanjutan (follow-up activities).
vi
DAFTAR ISI
PENGANTAR v
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL ii
DAFTAR GRAFIK xi
DAFTAR BAGAN xiii
DAFTAR LAMPIRAN xv
DAFTAR SINGKATAN xvii
ABSTRAK ixx
vii
4.2.1 Perkembangan Ekspor Indonesia ke Jepang 28
4.2.2 Perkembangan Ekspor Jepang ke Indonesia 29
4.2.3 Analisis Perkembangan Ekspor Indonesia dan Jepang 31
4.2.4 Analisis Perhitungan RSCA Indonesia Dan Jepang 33
5. KESIMPULAN DAN SARAN 43
5.1 Kesimpulan 43
5.2 Saran 44
DAFTAR PUSTAKA 45
LAMPIRAN-LAMPIRAN 47
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GRAFIK
xi
DAFTAR BAGAN
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xv
DAFTAR SINGKATAN
xvii
ABSTRAK
ABSTRACT
xix
PENGANTAR PEREKONOMIAN 1
CINA DAN JEPANG
Indonesia semakin terintegrasi dengan Cina dan Jepang tentu berpotensi meningkatkan
perekonomian dunia. Stat ist ik menunjukkan daya saing ekspor Indonesia.
bahwa ekspor dan impor Indonesia mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Berdasarkan
1.1. LATAR BELAKANG
data dari Internat ional Financial Stat ist ic (IFS),
ekspor dan impor Indonesia pada tahun 1981 adalah Perekonomian Jepang
senilai USD 23,348.00 mill ion dan USD -16,542.00
mill ion. Sedangkan, pada tahun 2008, ekspor dan Pada tahun 2010, Jepang memiliki perekonomian
impor Indonesia adalah USD 139,606.00 mill ion dan terbesar ketiga di dunia setelah Amerika Serikat
USD -116,690.00 mill ion. Laju pertumbuhan dan Cina. Jepang bahkan mengungguli Jerman
ekspor dari periode 1981-2008 adalah 497,94%, yang berada di urutan keempat. Gross Domestic
sedangkan untuk impor adalah 605,42%. Hasil Product (GDP) per kapita Jepang pada tahun 2009
perhitungan menyatakan bahwa selama periode sebesar US$ 32,608, yang menempati urutan 23
tersebut, Indonesia lebih banyak mengimpor dunia (International Monetary Fund). Sementara,
daripada mengeskpor. GDP Jepang adalah US$ 5,068 trillion (World Bank).
Peningkatan ekspor dapat terjadi jika ada Dimulai dari keterbukaan perekonomian oleh
penambahan daya saing dari barang-barang yang restorasi Meiji pada tahun 1868, kini Jepang
diekspor. Selain itu, kebijakan pemerintah dan menjadi negara yang turut mempengaruhi
harga barang-barang eskpor turun mempengaruhi perekonomian dunia. Menurut Carl Mosk dari Uni-
transaksi ekspor. Gencarnya Indonesia bergabung versity of Victoria, ada empat f itur dari
dalam kerja sama internasional, baik bilateral, re- industrialisasi pembangunan Jepang1:
gional maupun multilateral, memperbesar peluang
meningkatkan ekspor. 1. Basis industri proto
Produkt ivitas pertanian Jepang mampu
Salah satu kerja sama tersebut adalah Free Trade mempertahankan produksi kerajinan
Agreement (FTA). FTA membuat komoditas suatu substansial (industri proto) di daerah pedesaan
negara menjadi semakin kompet it if, karena dan perkotaan.
adanya pengurangan tarif, bahkan penghapusan
tarif, sehingga suatu barang ekspor t idak 2. Pertumbuhan yang dipimpin investasi
dikenakan bea masuk. Indonesia sebagai anggota Investasi domest ik dalam industri dan
Association South East Asia Nation (ASEAN) ikut infrastruktur merupakan faktor penentu
serta dalam ASEAN-China Free Trade Area kesuksesan pertumbuhan output Jepang. Baik
(ACFTA) dan ASEAN-Korea Free Trade Area sektor swasta maupun sektor publik dalam
(AKFTA), serta kerja sama internasional bilateral investasi infrastruktur, serta pemerintah lokal
dengan Jepang, yakni Indonesia-Japan Economic dan nasional berperan sebagai koordinator
Partnership Agreement (IJ-EPA). Kemitraan dalam pembangunan infrastruktur.
dengan negara-negara tersebut, terutama dengan
Laporan Akhir Hibah Penel itian PSPD Tahun Anggaran 2011 - Kluster: Ekonomi
3. Pertumbuhan faktor produktivitas total tahun 2010 merupakan yang tertinggi di dunia (Lat-
Hal ini dipengaruhi oleh kapasitas sosial dalam est News and Statistics on China’s Economy and
beradaptasi dengan teknologi luar negeri: Business Climate, 2010). Cadangan devisa Cina juga
- Level rumah tangga:investasi dalam yang terbesar dengan nilai 2,452 miliar USD pada
pendidikan anak-anak tahun 2009 (World Bank).
- Level perusahaan: menciptakan pasar
tenaga kerja yang terinternalisasi, Menurut John Ross dari Jiao Tong University Shang-
sehingga memberikan kemudahan untuk hai, ada t iga alasan di balik kesuksesan
beradaptasi dengan teknologi baru perekonomian Cina2:
- Level pemerintahan:kebijakan di bidang
1. Proporsi ekspor dalam perekonomian Cina
industri yang mengurangi biaya
Tingkat ekspor yang tinggi merupakan salah
perusahaan dalam mengadopsi teknologi
satu jalan untuk mencapai division of labour.
baru
Division of labour adalah spesialisasi pekerja
4. Dualisme dalam proses produksi. Dengan demikian,
Setelah tahun 1910 Jepang melakukan t ingkat ekspor yang t inggi juga mengambil
segmentasi pasar tenaga kerja dan modal keuntungan dari adanya economies of scale.
secara masif. Sektor capital-intensive Economies of scale adalah efisiensi produksi di
menerima rasio yang besar antara modal mana pemakaian input tertentu menghasilkan
dengan tenaga kerja yang diupah t inggi, output lebih banyak dari input tersebut.
sedangkan pekerja di sektor labor-intensive Berart i, implikasi dari spesialisasi pekerja
menerima upah yang rendah. Hal ini berakibat adalah adanya peluang peningkatan output.
pada kesenjangan sosial dan distribusi Hal inilah yang dimanfaatkan Cina.
pendapatan yang tak merata. Pada akhirnya,
2. Level investasi
setelah Perang Dunia II yang menghancurkan
Dale Jorgenson dari John F. Kennedy School of
perekonomian, banyak kebijakan publik yang
Government menyatakan “investment in tan-
diambil pemerintah Jepang untuk mengurangi
gible assets is the most important source of eco-
kesenjangan sosial dan menghapus
nomic growth in the G7 nations. The contribu-
ketimpangan distribusi pendapatan.
tion of capital inputs exceeds that of total fac-
Perekonomian Cina tor productivity for all countries for all periods.”
Hal ini menjadi hipotesis bahwa input modal
Saat ini Cina merupakan negara dengan lebih banyak menghasil kan return
perekonomian terbesar kedua di dunia, setelah dibandingkan input lainnya dalam proses
Amerika Serikat. Pada tahun 2010, GDP Cina produksi.
adalah sekitar US$ 5,745,133 mill ion (International
Monetary Fund). Adapun, untuk ukuran GDP per 3. “Ekonomi Pasar Sosialis”
kapita, Cina menempati urutan 95 dengan nomi- Dalam General Theory of Employment, Inter-
nal sebesar US$ 4,283. Walaupun perekonomian est, Money, Keynes mengatakan bahwa dalam
Cina adalah yang terbesar kedua di dunia, situasi di mana tingkat pengangguran sangat
banyaknya penduduk menjadi alasan rendahnya t inggi, “a somewhat comprehensive
GPD per kapita Cina. Pada tahun 2010 diestimasi social isation of investment will prove the only
penduduk Cina sekitar 1,3 miliar jiwa. Hal ini means of securing an approximation to full em-
menjadi peluang bagi Indonesia untuk memenuhi ployment”. “Somewhat comprehensive
kebutuhan penduduk Cina, yang akan memberikan social isation of investment” sulit dicapai dalam
devisa yang besar. Selain memiliki catatan rekor perekonomian yang didominasi sektor swasta.
dalam kependudukan, Cina juga memiliki rekor di Cina dapat menggunakan sektor BUMN-nya
bidang lain. Pertumbuhan ekonomi Cina 9,6% di untuk meningkatkan investasi dan
2
Pola Spesial isasi Perdagangan Indonesia dengan Jepang dan Cina
menginstruksikan bank pemerintah untuk migas terbesar bagi Indonesia, yakni sebesar
memberikan pinjaman. 6.892,4 juta USD. Bandingkan dengan Cina yang
pada saat itu masih mengekspor 4.551,3 juta USD
Indonesia, Jepang, dan Cina ke Indonesia. Bahkan, hanya satu tahun waktu
yang diperlukan Cina untuk melampaui Jepang.
Eratnya hubungan Jepang dan Cina dengan Indo-
Tahun 2006, Cina mengekspor non-migas ke Indo-
nesia dapat dilihat dari dua hal. Pertama, Jepang
nesia senilai 5.502,0 juta USD. Adapun Jepang
dan Cina menjadi negara tujuan ekspor non-migas
mengekspor non-migas sebesar 5.488,0 juta USD.
terbesar sejak tahun 2005 hingga November 2010.
Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan
Jepang berada di urutan pertama, diikuti Amerika
perkembangan impor non-migas Indonesia
Serikat dan Cina. Berikut ini adalah tabel yang
menurut negara asal.
menunjukkan perkembangan ekspor non-migas
Indonesia menurut negara tujuan: Dapat dilihat pada tabel 1.2, peran Cina, Jepang,
Peran Peran
No Negara Jan-Nov Jan-Nov (%) (%)
2005 2006 2007 2008 2009 2009 2010 2009 2010
1 Jepang 9.561,8 12.198,6 13.092,8 13.795,3 11.979,0 10.728,7 14.778,6 12,29 12,72
2 Amerika
Serikat 9.507,9 10.682,5 11.311,3 12.531,1 10.470,1 9.425,9 12.026,4 10,74 10,35
3 Cina 3.959,8 5.466,6 6.664,1 7.787,2 8.920,1 7.713,3 12.377,2 9,15 10,65
4 Singapura 7.068,6 7.824,2 8.990,4 10.104,6 7.947,6 7.233,8 8.695,7 8,15 7,49
5 India 2.865,4 3.326,5 4.885,0 7.060,9 7.351,4 6.443,2 8.712,4 7,54 7,50
(nilai: juta US$)
Sumber: Badan Pusat Statist ik, diolah Kementerian Perdagangan
3
Laporan Akhir Hibah Penel itian PSPD Tahun Anggaran 2011 - Kluster: Ekonomi
sociation of East Asia Nation (ASEAN) ikut ambil caranya adalah dengan meli hat neraca
bagian untuk berdagang dengan Cina. perdagangan. Neraca perdagangan
Peran Peran
No Negara Jan-Nov Jan-Nov (%) (%)
2005 2006 2007 2008 2009 2009 2010 2009 2010
1 Cina 4.551,3 5.502,0 7.957,3 14.947,9 13.491,4 12.008,8 17.681,9 17,33 1 18,09
2 Jepang 6.892,4 5.488,0 6.472,7 14.864,7 9.810,5 8.746,1 15.325,3 12,60 15,68
3 Singapura 2.936,9 3.733,4 3.908,3 11.095,6 9.236,6 8.451,7 9.142,2 11,86 9,35
4 AS 3.810,6 3.968,2 4.711,8 7.731,5 7.037,6 5.944,2 8.527,4 9,04 8,72
5 Thailand 3.082,0 2.962,3 4.194,8 6.269,9 4.570,8 4.104,3 6.799,0 5,87 6,96
(nilai: juta US$)
Sumber: Badan Pusat Statist ik, diolah Kementerian Perdagangan
Peningkatan daya saing komoditas ekspor Indo- mendeskripsikan transaksi suatu negara dengan
nesia akan berpengaruh pada kemampuan negara lain. Pos neraca berjalan sebagai bagian
spesialisasi Indonesia. Pada periode 1970-1980, dari neraca perdagangan menunjukkan transaksi
Indonesia menerapkan kebijakan substitusi impor, ekspor dan impor suatu negara dalam periode satu
yang didukung oleh oil boom. Periode tersebut tahun.
adalah periode di mana Indonesia sebagai negara
yang berupaya memenuhi kebutuhannya sendiri. Neraca perdagangan Indonesia-Jepang mengalami
Pada akhir 1980-an, kebijakan perdagangan Indo- pasang surut pada tahun 2005-2010. Akan tetapi,
nesia berorientasi ekspor. Hal ini diikuti perubahan neraca perdagangan Indonesia-Jepang tetap
dan evolusi industri dari pertanian menuju bernilai posit if. Hal ini karena ditopang oleh
industrialisasi. Kemitraan Indonesia dengan transaksi ekspor migas Indonesia yang sangat
negara lain, didukung dengan masifnya besar. Walaupun perubahan transaksi non-migas
pengurangan/penghapusan tarif, turut Indonesia mengalami def isit pada tahun 2009/
membentuk pola spesialisasi Indonesia. 2010, yaitu sebesar -127,57%, perubahan transaksi
migas mengalami kenaikan sebesar 43,57%.
Pola spesialisasi erat kaitannya dengan keunggulan Sehingga, perubahan neraca perdagangan Indo-
komparatif (comparative advantage) suatu negara. nesia-Jepang tahun 2009/2010 adalah 0,04%.
Dalam menghadapi persaingan global, suatu Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan
negara harus menjalankan strategi yang cerdas. perkembangan neraca perdagangan Indonesia
Suatu negara perlu mengetahui klasifikasi produk dengan Jepang:
yang memiliki keunggulan komparatif. Salah satu
4
Pola Spesial isasi Perdagangan Indonesia dengan Jepang dan Cina
5
PERKEMBANGAN EVOLUSI TEORI 2
PERDAGANGAN INTERNASIONAL
Ilmu perdagangan internasional adalah ilmu yang Dalam penelit ian ini, teori yang dipakai adalah
mengkaji bagaimana perdagangan antarnegara merkantilisme, keunggulan absolut, keunggulan
terjadi dan tingkat ketergantungan suatu negara komparatif, dan faktor proporsi.
terhadap negara lain (Rina Oktaviani dan Tanti
Novianti, 2009: viii). Berikut ini bagan evolusi teori
2.1 EVOLUSI TEORI PERDAGANGAN
perdagangan:
8
Pola Spesial isasi Perdagangan Indonesia dengan Jepang dan Cina
memproduksi suatu komoditas secara lebih efisien - t iada intervensi pemerintah dalam aktivitas
dibandingkan dengan negara lain dalam ekonomi
memproduksi komoditas sejenis. Set iap negara - biaya transportasi domestik dan internasional
akan memperoleh manfaat perdagangan adalah nol
internasional. Caranya adalah dengan mengekspor - analisis dua negara, dua komoditas
komoditas yang memiliki keunggulan absolut dan
mengimpor komoditas yang t idak memiliki Analisis Ricardo merupakan penyempurnaan dari
keunggulan absolut. Dengan kata lain, set iap pemikiran Smith. Menurut Ricardo, sekalipun
negara melakukan spesialisasi, yakni suatu negara tidak memiliki keunggulan absolut,
memproduksi komoditas yang memiliki perdagangan dapat tetap terjadi, selama rasio
keunggulan absolut. harga antarnegara berbeda jika dibandingkan
dengan t iada perdagangan (Rina Oktaviani dan
Asumsi-asumsi yang digunakan Smith antara lain Tanti Novianti, 2009: 19). Perbedaan rasio harga
(Rina Oktaviani dan Tanti Novianti, 2009: 18): tersebut merefleksikan t ingkat ef isiensi.
Perbedaan tingkat efisiensi antarnegara menjadi
- dua negara, dua komoditas dasar teori keunggulan komparatif.
- faktor produksi berupa tenaga kerja
- kualitas barang produksi kedua negara sama Dengan pengaplikasian teori nilai tenaga kerja,
- pertukaran barang secara barter (tanpa uang) nilai atau harga dari barang bergantung pada
- biaya transportasi diabaikan jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam proses
produksi (Salvatore, 1995: 37). Hal ini berart i
Perdagangan hanya bisa terjadi jika kedua negara tenaga kerja merupakan faktor produksi yang
memiliki keunggulan absolut. Jika hanya satu menentukan harga barang.
negara yang memiliki keunggulan absolut,
perdagangan sulit dilakukan. Dengan kata lain, Menurut teori ini, suatu negara akan memperoleh
tiada terjadi perdagangan internasional. manfaat dari perdagangan internasional jika
melakukan spesialisasi produksi. Artinya, dengan
2.1.3 Comparative Advantage (David jumlah faktor produksi (endowment) yang tetap,
Ricardo) negara menentukan proporsi hasil proses produksi.
Negara melakukan spesialisasi pada produksi
Asumsi yang digunakan dalam model dasar
barang yang paling efisien. Perdagangan menjadi
Ricardian adalah sebagai berikut (Appleyard et al,
menguntungkan jika negara mengekspor barang
2006: 28):
yang memiliki efisiensi dalam proses produksi dan
- tiap negara memiliki jumlah faktor produksi mengimpor barang yang relat if kurang ef isien
(endowment) identik yang tetap dalam proses produksi negara tersebut.
- faktor produksi dapat digunakan secara
2.1.4 Factor Proportion (Heckscher-ohl in)
fleksibel untuk produksi alternat if dalam
sebuah negara Eli Heckscher (1919) dan Bert il Ohlin (1933)
- faktor produksi t idak dapat berpindah menganalisis tentang efek kepemilikan faktor
antarnegara produksi (endowment) dalam perdagangan
- pengaplikasian teori nilai tenaga kerja (labor internasional. Asumsi-asumsi yang digunakan
theory of value) antara lain (Appleyard et al, 2006: 125):
- level teknologi di kedua negara adalah sama
- biaya unit produksi (unit cost of product ion) - dua negara, dua barang homogen, dan dua
konstan faktor produksi homogen, yang jumlahnya
- sumber daya digunakan secara penuh (full tetap dan diasumsikan relatif berbeda untuk
employment) tiap negara
- kompetisi pasar persaingan sempurna
9
Laporan Akhir Hibah Penel itian PSPD Tahun Anggaran 2011 - Kluster: Ekonomi
- teknologi di kedua negara adalah ident ik; jika harga kapital lebih rendah daripada harga
fungsi produksi kedua negara adalah sama tenaga kerja di negara tersebut, dan rasionya lebih
- karakter produksi adalah constant return to rendah daripada di negara II. Sebaliknya, negara II
scale untuk kedua komoditas di kedua negara dikatakan labor-abundant bila harga tenaga kerja
- kedua negara memiliki faktor intensitas yang lebih rendah daripada harga kapital, dan rasionya
berbeda, dan faktor intensitas masing-masing lebih rendah daripada di negara I.
komoditas adalah sama untuk semua rasio
faktor harga Dalam perdagangan internasional, sesuai dengan
- selera dan preferensi adalah sama di kedua teori H-O, negara I akan mengekspor barang yang
negara capital-intensive. Sedangkan, negara II akan
- kompet isi pasar persaingan sempurna di mengekspor barang yang labor-intensive. Dengan
kedua negara demikian, kedua negara melakukan spesialisasi
· faktor produksi dapat digunakan secara dan memperoleh manfaat dari perdagangan
fleksibel di dalam negara dan t idak dapat internasional.
berpindah antarnegara
- tiada biaya transportasi 2.2 PENELITIAN TERKAIT
- tiada kebijakan untuk merestriksi pergerakan KEUNGGULAN KOMPARATIF
barang di antara negara-negara
Penelitian terkait Revealed Comparat ive Advan-
Inti dari teori Heckscher-Ohlin (H-O) adalah suatu tage (RCA) dan Revealed Symmetric Comparative
negara akan mengekspor komoditas yang Advantage (RSCA) telah banyak dilakukan. Batra
produksinya lebih banyak menyerap faktor dan Khan (2005) mencari kemiripan pola RCA di
produksi yang relat if melimpah dan murah di antara India dan China. Ident if ikasi pola RCA
negara tersebut, dan mengimpor komoditas yang menggunakan indeks Balassa (1965) untuk data
membutuhkan faktor produksi yang relatif dan ekspor. Indeks tersebut dihitung pada t ingkat
langka di negara itu (Rina Oktaviani dan Tant i sektor dan komoditas berdasarkan klasifikasi Har-
Novianti, 2009: 77). monized System (HS). Batra dan Khan (2005) juga
menganalisis keunggulan komparatif berdasarkan
Berbedanya faktor proporsi di kedua negara dapat
faktor intensitas. Hasil analisis menunjukkan
dilihat melalui dua penjelasan: def inisi menurut
bahwa India dan China memiliki struktur
f isik dan def inisi menurut harga. Penjelasan
keunggulan komparatif yang relatif sama: dalam
menurut fisik menjelaskan ketersediaan unit fisik
pasar global, India dan China mempunyai
faktor produksi di kedua negara (Appleyard et al,
keunggulan komparatif pada sektor labour and re-
2006: 126). Misalnya, negara I memiliki jumlah
source intensive.
kapital yang melebihi jumlah tenaga kerja di negara
II. Rasio kapital terhadap tenaga kerja di negara I Utkulu dan Seymen (2004) melakukan analisis daya
lebih besar daripada negara II. Maka, negara I saing dan pola perdagangan dari Turki ke Uni Eropa
dikatakan sebagai negara yang capital-abundant. pada tingkat sektor. Penelitian ini menggunakan
Sebaliknya, negara II memiliki jumlah tenaga kerja berbagai ukuran dari Revealed Comparat ive Ad-
lebih banyak daripada negara I. Rasio tenaga kerja vantage (RCA) dengan periode waktu 1990-2003.
terhadap kapital di negara II lebih besar daripada Ada tujuh indeks perhitungan yang dipergunakan.
negara I. Maka, negara II dikatakan sebagai negara Hasil perhitungan tujuh indeks menunjukkan
yang labor-abundant. Adapun, penjelasan menurut sektor-sektor yang memiliki RCA dari Turki: veg-
harga bergantung pada harga relatif kapital dan etables and fruit; sugar, sugar preparation, honey;
tenaga kerja untuk menentukan tipe ketersediaan tobacco; oil seeds and oleaginous fruits; rubber
(abundance) dari kedua negara (Appleyard et al, manufacture; textile yarn, fabrics, and related prod-
2006: 126). Negara I dikatakan capital-abundant ucts; clothing and clothing accessories.
10
Pola Spesial isasi Perdagangan Indonesia dengan Jepang dan Cina
11
ANALISIS INDEKS REVEALED SYMMET- 3
RICCOMPARATIVEADVANTAGE
Salah satu cara untuk mengetahui keunggulan Akan tetapi, RCA memiliki nilai yang tak simetris.
komparatif produk suatu negara adalah dengan Laursen (1998) memodif ikasi RCA menjadi Re-
menghitung indeks Revealed Comparative Advan- vealed Symmetric Comparat ive Advantage
tage (RCA). Indeks ini dikembangkan oleh Balassa (RSCA). Berikut ini adalah rumus RSCA:
(1965; 1979; 1986). Secara sederhana, indeks ini
menggambarkan proporsi dari barang yang 3.2.2 Revealed Symmetric Comparat ive
diproduksi atau diekspor ke negara lain. Advantage (RSCA)
RCA ij - 1
X ij ∑X ij RSCA iat =
RCA ij = i RCA ij + 1
X iw ∑X
i
iw
komparatif bilateral (bilateral comparative advan- Nilai RCA adalah 0 < RCAij < ∞
tage) di antara Indonesia-Cina dan Indonesia-
Jepang. Berikut ini RCA yang telah dimodifikasi: a) RCA > 1 berarti negara j memiliki keunggulan
komparatif untuk produk i.
3.2.3 Revealed Comparative Advantage b) RCA < 1 berart i negara tak memiliki
(RCA) keunggulan komparatif untuk produk i.
Hal ini bertujuan untuk mengetahui keunggulan 3.2.4 Revealed Symmetric Comparat ive
komparatif produk Indonesia terhadap Jepang dan Advantage (RSCA)
Cina. Perhitungan RCA Indonesia terhadap Cina:
RSCA perhitungan indeks RCA yang lebih simetris.
Perhitungan RSCA:
X iat X kat
RCA iat =
X iact X kact a) RSCA Indonesia terhadap Cina
14
Pola Spesial isasi Perdagangan Indonesia dengan Jepang dan Cina
15
ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF 4
INDONESIA DENGAN CINA DAN JEPANG
Berdasarkan Tabel 1, ditunjukkan nilai ekspor In- itu pun tidak mampu menjelaskan keterpurukan
donesia ke Cina terus mengalami peningkatan. ekonomi Indonesia. Pasalnya, nilai kurs pada saat
Terhitung sejak 1994 nilai ekspor Indonesia itu sangat tinggi disusul dengan nilai inflasi yang
mencapai $1,321 miliar. Pada tahun 2009, nilai ikut melonjak tajam. Alhasil, memungkinkan nilai
nominal ekspor Indonesia ke Cina menembus angka ekspor riil Indonesia ket ika itu jauh dibawa dari
dua digit, yaitu $11, 499 miliar. Kondisi ini memang nilai nominal yang diterima ketika itu. Runtuhnya
tidak bisa mencerminkan apakah kenaikan nilai perekonomian Indonesia ket ika itu memang
ekspor Indonesia ke Cina, menandakan kenaikan merobohkan fundamental ekonomi yang tampak
neraca perdagangan Indonesia. Terlepas dari itu kokoh namun rapuh.
semua, peningkatan volume perdagangan Indone-
sia ke Cina setidaknya menunjukkan produk Indo- Fenomena yang menarik selama periode
nesia masih dapat diterima dan berkualitas ekspor. penelit ian, yaitu sejak tahun 2002 hingga 2008
lonjakan volume ekspor mencapai $2 miliar. Angka
Tabel 4.1 Total Ekspor Indonesia ke Cina yang cukup fantastis, mengingat Indonesia selalu
Periode 1994-2009 dipandang sebagai pasar bagi produk asing.
Realita yang terjadi selama periode tersebut,
No Tahun Total Ekspor ($) ditengarai didukung oleh peningkatan
1 1994 1.321.669.898 pertumbuhan ekonomi Cina yang mencapai 9%.
2 1995 1.741.710.458 Akibatnya, permintaan akan bahan mentah, dan
3 1996 2.057.466.937 material penunjang lainnya mengalami
4 1997 2.229.333.725 peningkatan. Tak ayal ekspor Indonesia ke Cina
5 1998 1.832.031.343 terus mengalami peningkatan volume yang cukup
6 1999 2.008.915.480 fantast is.
7 2000 2.767.707.562
Namun, ada hal yang cukup mencengangkan pada
8 2001 2.200.670.391
tahun 2009, ekspor menuju Negara Tirai Bambu
9 2002 2.902.947.738
mengalami penurunan sebesar 1,17% atau senilai
10 2003 3.802.530.088 $137,176 juta. Hal ini memungkinkan terjadi karena
11 2004 4.604.733.108 adanya krisis global yang sempat mengguncang
12 2005 6.662.353.805 perekonomian dunia. Eskpor Indonesia ke Cina pun
13 2006 8.343.571.336 sempat terguncang meski tidak parah. Penurunan
14 2007 9.675.512.723 ekspor ini tidak meresahkan perekonomian Indo-
15 2008 11.636.503.721 nesia. Penerapan zona bebas bea masuk
16 2009 11.499.327.261 diterapkan 2010 menjadi angin segar bagi
pemulihan ekonomi pasca krisis global melanda.
Source: comtrade.un.org, Author’s Calculation Di sisi lain, keberadaan dan penerapan FTA (Free
Trade Area) ASEAN-Cina memberikan sinyal
negat if bagi ekspor Indonesia. Pasalnya,
penurunan tarif dari FTA dapat melemahkan daya
Perkembangan nilai nominal ekspor Indonesia ke
saing produk Indonesia terhadap sejumlah negara
Cina selama periode penelit ian memang relat if
mengalami peningkatan. Namun, ada hal yang yang terlibat, terutama Cina.
menarik, yaitu menurunnya nilai ekspor pada
Meski analisis yang dilakukan menggunakan
tahun 1998. Terjadi penurunan volume ekspor
angka nominal, Indonesia sebagai negara anggota
sebesar 17,81% atau senilai $397,302 juta. Gejolak
FTA ASEAN-Cina perlu waspada. Kemampuan
perekonomian dan ketidakstabilan yang terjadi
untuk meningkatkan daya saing produk menjadi
mengambil peranan yang besar bagi penurunan
hal yang utama dan mendesak. Jika tidak dalam
volume ekspor Indonesia. Nilai ekspor pada tahun
beberapa tahun ke depan ekspor Indonesia dapat
18
Pola Spesial isasi Perdagangan Indonesia dengan Jepang dan Cina
meningkat namun dengan peningkatan nilai ekspor negara anggota, juga memiliki dampak negatif.
yang lebih rendah dari impor yang dilakukan Persaingan yang ketat memberikan pengaruh
dengan Cina. Secara lebih rinci perubahan nilai negatif bagi negara yang tidak mampu bersaing.
ekspor Indonesia ke Cina selama periode penelitian Akhirnya, keberadaan FTA ASEAN-Cina pun perlu
dapat dilihat pada Graf ik 4.1. Graf ik tersebut disikapi secara bijak, demi peningkatan kualitas
menunjukkan perubahan nilai ekspor nominal In- dan kuantitas produk. Tak hayal persaingan yang
donesia ke Cina, yang secara garis besar ketat pun menuntut ef isiensi dan efet ivitas
mengalami tren positif. Dengan peningkatan vol- produksi. Hal ini jelas tampak pula dalam pola
ume ekspor yang terjadi dari tahun ke tahun perdagangan Cina ke Indonesia.
selama periode 1994-2009.
4.1.2 Perkembangan Ekspor Cina ke Volume ekspor Cina menuju Indonesia mengalami
Indonesia tren yang terus meningkat. Selama periode
penelit ian tahun 1994-2009, ekspor Cina
Perkembangan ekspor Cina ke Indonesia pun
cenderung meningkat seiring pemberlakuan FTA.
memiliki tren yang sama, di mana terjadi
Lonjakan nilai ekspor terjadi pada beberapa tahun
kecenderungan peningkatan ekspor selama
selama periode penelitian. Di mana pada tahun
periode penelitian. Hal ini mengindikasikan bahwa
2008, nilai ekpor Cina meningkat hingga $17,193
adanya perdagangan dengan melibatkan dua
miliar. Kondisi terjadi akibat kemajuan pesat
negara atau lebih, akan memberikan manfaat bagi
perekonomian Cina. Akibatnya, nilai ekspor ke
negara-negara yang terlibat. Kondisi ini tampak
sejumlah negara, terutama Indonesia mengalami
dari perdagangan antara Indonesia dan Cina,
peningkatan yang cukup besar.
melalui ASEAN-Cina FTA. Peningkatan volume
perdagangan menjadi indikasi yang nyata terjadi. Krisis ekonomi yang melanda ASEAN periode
Maka, t idaklah mengherankan apabila upaya tahun 1998-1999 membawa dampak bagi
penerapan perdagangan bebas terus diperluas. penurunan ekspor Cina. Ket ika itu Indonesia
merasakan keterpurukan yang mendalam.
Namun, adanya perdagangan yang melibatkan
19
Laporan Akhir Hibah Penel itian PSPD Tahun Anggaran 2011 - Kluster: Ekonomi
Peningkatan inflasi, melemahnya nilai rupiah, Sedangkan, selama periode pemulihan ekonomi
kolapsnya sejumlah bank, dan ket idakstabilan atau setelah krisis ekonomi usai, ekspor Cina ke
politik menjadi indikator yang tampak jelas. Tak Indonesia mengalami lonjakan. Sejak tahun 2000
ayal permintaan produk-produk Cina pun turun pascakrisis ekonomi 1998, permintaan impor atas
cukup tajam. Penurunan nilai ekspor yang terjadi produk Cina pun kembali meningkat. Peningkatan
sebesar $670,971 juta atau 36,43 % dari periode yang terjadi mencapai $1,88 miliar atau sebesar
1997 hingga 1998. Kondisi ini menggambarkan 159,68%. Lonjakan ekspor Cina pada periode
dampak gejolak ekonomi global ikut dirasakan tersebut memang sangat mencengangkan. Hal ini
negara-negara ASEAN dengan penurunan volume pula mengindikasikan Indonesia menjadi pasar
perdagangan, khususnya Indonesia. Di mana yang menarik bagi produk-produk ekspor Cina.
permintaan dalam negeri menurun, sehingga nilai
ekspor Cina ke Indonesia pun menurun drast is. Menjelang penerapan FTA ASEAN-Cina di tahun
Pasalnya, krisis keuangan yang berawal dari Thai- 2010, terjadi krisis ekonomi global. Situasi tersebut
land berdampak pada krisi multidimensional bagi menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi
Indonesia. Setidaknya Indonesia mengalami hingga di sejumlah negara. Tidak sedikit negara yang
tujuh krisis. Mulai dari krisis keuangan, politik, mengalami pertumbuhan ekonomi negatif. Kondisi
ekonomi, sosial, moral, kepemimpinan, dan mata ini pun berimbas pada ekspor Cina menuju Indone-
uang. Situasi tersebut meluluhlantahkan sia. Sempat mengalami tren positif di tahun 2008,
kestabilan ekonomi, sosial dan pemerintahan In- pada tahun berikutnya (2009) ekspor Cina ke Indo-
donesia. Akibatnya, akt ivitas ekonomi turun nesia mengalami penurunan yang cukup besar
drast is dan permintaan impor dari China pun mencapai $3 miliar. Krisis keuangan global yang
menurun tajam. diawali dengan runtuhnya pasar keuangan
Amerika merambas Asia setahun berikutnya.
Tabel 4.2 Total Ekspor Cina ke Indonesia Alhasil, krisis keuangan Amerika menurunkan
Periode 1994-2009 pertumbuhan ekonomi sejumlah negara di dunia,
termasuk perekonomian China.
No Tahun Total Ekspor ($)
Keadaan ini mengindikasikan fluktuasi volume
1 1994 1.051.687.941
perdagangan dunia, sangat dipengaruhi oleh
2 1995 1.434.210.805
fluktuasi perekonomian global. Kondisi yang sama
3 1996 1.427.555.371 terjadi pada Indonesia-Cina. Selama periode krisis
4 1997 1.840.971.266 Asia Tenggara maupun krisis global, sedikit banyak
5 1998 1.170.155.779 memberikan dampak negatif bagi perekonomian
6 1999 1.179.047.386 suatu negara. Akibatnya, gejolak sosial dan
7 2000 3.061.823.512 ekonomi terus bermunculan. Ditandai dengan
meningkatnya angka pengangguran, kemiskinan,
8 2001 2.835.706.342
dan kelaparan.
9 2002 3.426.451.699
10 2003 4.481.889.970 Terkait dengan ekspor Cina ke Indonesia dapat
11 2004 6.256.422.956 dilihat pada Graf ik 2. Dalam graf ik tersebut
12 2005 8.350.368.154 tampak bahwa tren ekspor Cina ke Indonesia
13 2006 9.449.711.801
mengalami peningkatan. Pada periode tahun
tertentu saat krisis melanda, ekspor Cina ke Indo-
14 2007 12.695.661.139
nesia pun mengalami penurunan.
15 2008 17.193.114.300
16 2009 14.720.623.749 4.1.3 Anal isis Perkembangan Ekspor
Source: comtrade.un.org, Author’s Calculation Indonesia dan Cina
20
Pola Spesial isasi Perdagangan Indonesia dengan Jepang dan Cina
Transaksi perdagangan yang dilakukan Indonesia- dan 7,9% (2000), 7,3% (2001), dan 6,8% (2004).
Cina memberikan manfaat bagi keduanya. Meski cenderung mengalami penurunan
Peningkatan volume perdagangan yang terjadi pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan PDB riil Cina
pada set iap negara tampak jelas. Hal ini masih tetap tertinggi di dunia. Hal inilah yang
mencerminkan bahwa perdagangan akan menyebabkan gempuran produk asal Cina di Indo-
meningkatkan volume perdagangan antar negara nesia tidak terelakan lagi. Artinya, kesiapan Cina
yang terlibat. Dengan tetap dipengaruhi oleh menghadapi liberalisasi perdagangan
kondisi perekonomian global. menyebabkan ekspor Cina melonjak. Alhasil, net
Kendati perdagangan memberikan manfaat yang ekspor Indonesia ke Cina mengalami penurunan,
besar bagi kedua negara. Namun, besarnya bahkan sampai negatif.
manfaat yang diterima oleh kedua negara
mungkinkan terjadi ketimpangan. Di satu sisi ada Pada dasarnya ada beberapa hal utama yang
yang mendapatkan manfaat yang lebih besar, sisi menyebabkan net ekspor Indonesia negat if.
lain manfaat yang diterimanya lebi h rendah. Pertama, ket idaksiapan Indonesia untuk
Dalam perdagangan Indonesia–Cina, manfaat lebih menghadapi perdagangan bebas. Pasalnya, sejak
besar diperoleh Cina. Pada Grafik 3, tampak bahwa tahun 2003 ASEAN telah memberlakukan Com-
ekspor neto Indonesia terhadap Cina negatif sejak mon Effect ive Preferent ial Tariff (CEPT). CEPT
tahun 2000. Meski sebelumnya selama periode merupakan skema penurunan tarif bagi negara-
1994 hingga 1999, ekspor neto Indonesia terhadap negara anggota yang terlibat dalam FTA ASEAN.
Cina mengalami tren positif. Pemberlakukan CEPT membuat tarif untuk
beberapa jenis komoditas mengalami penurunan
Reformasi dan liberalisasi yang dilakukan Cina hingga penghapusan. Kondisi jelas menuntut
dalam kebijakan ekonomi sejak tahun 1979 kesiapan produk domestik, apabila ingin bersaing
mendorong pertumbuhan ekonomi Cina yang dengan produk asing.
cukup signifikan. Pertumbuhan ekonomi Cina rata-
rata mencapai 9% (1978-1994), 8,3% (1996-2000) Kedua, rendahnya efisiensi dan efektivitas dalam
21
Laporan Akhir Hibah Penel itian PSPD Tahun Anggaran 2011 - Kluster: Ekonomi
berproduksi memicu ketidakmampuan produk In- Tabel 4.3 Net Ekspor Indonesia-Cina
Periode 1994-2009
donesia bersaing dengan Cina. Besarnya biaya
produksi, distribusi, hingga pemasaran membuat
Tahun Selisih Ekspor
beberapa jenis produk kalah bersaing. Biaya
eksternal yang tinggi ikut menurunkan daya saing 1994 269,981,957
produk lokal. Akibatnya, produk Indonesia tidak 1995 307,499,653
mampu bersaing dengan produk Cina, yang 1996 629,911,566
memiliki tingkat efisiensi dan efektivitas produksi 1997 388,362,459
yang tinggi. Ketidakmampuan produk Indonesia 1998 661,875,564
bersaing dengan produk China tidak terlepas dari 1999 829,868,094
produktivitas produksi yang relatif lebih rendah. 2000 -294,115,950
Akibatnya, harga produk yang di produksi relatif 2001 -635,035,951
lebih mahal dibandingkan produk China. Hal ini 2002 -523,503,961
yang mengakibatkan produk China menggempur 2003 -679,359,882
Indonesia karena memiliki daya saing harga yang 2004 -1,651,689,848
relatif lebih murah.
2005 -1,688,014,349
Ketiga, nilai tambah produk domestik yang dapat 2006 -1,106,140,465
dikategorikan cukup rendah. Produk ekspor Indo- 2007 -3,020,148,416
nesia ke sejumlah negara di dunia cenderung 2008 -5,556,610,579
didominasi oleh bahan mentah. Dengan nilai 2009 -3,221,296,488
tambah produk yang terbilang cukup rendah. Source: comtrade.un.org, Author’s Calculation
Akibatnya, nilai ekspor Indonesia t idak mampu
melonjak tajam, kendat i jumlah yang diekspor Rendahnya daya saing produk Indonesia
cukup besar. Hal ini akan secara jelas dibuktikan menyebabkan gempuran produk China kian
dalam pembahasan selanjutnya mengenai RSCA tampak. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai
produk Indonesia ke Cina. pasar bagi produk China. Sejak tahun 2000 hingga
22
Pola Spesial isasi Perdagangan Indonesia dengan Jepang dan Cina
2009, net ekspor Indonesia terus mengalami bres; copper ores and concentrates; copper mattes,
penurunan. Net ekspor terendah terjadi pada cement copper; dan nickel ores and concentrates;
tahun 2008 mencapai negat if $5,556 miliar. nickel mattes, nickel oxide sinters. Dengan rata-
Kendat i di tahun 2009 mengalami penurunan, rata nilai RSCA pada komoditas tersebut sebesar
namun net ekspor Indonesia tetap menunjukkan 0,27827.
angka negatif sebesar $3,221 miliar. Nilai tersebut
menjadi angka terendah kedua apabila Untuk kompilasi komoditas yang memiliki share
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Untuk terbesar kedua, yaitu produk food and l ive ani-
lebih rinci dapat dili hat pada Tabel 3, yang mals, dengan share sebesar 25%. Selanjutnya,
menunjukkan nilai nominal net ekspor Indonesia untuk produk animal and vegetable oils, fats, and
dengan Cina. waxes menempat i posisi ket iga dengan share
sebesar 15%. Sedangkan, untuk manufactured
4.1.4 Anal isis Perhitungan RSCA Indonesia goods classif ied chiefly by material; dan mineral
terhadap Cina fuels, lubricants, and related materials masing-
masing memiliki share sebesar 10%. Sisanya,
Berdasarkan hasil penghitungan RSCA Indonesia
ekspor untuk commod it ies and transact ions
terhadap Cina selama periode 1994-1997, diperoleh
sebesar 5%. Untuk lebih rinci dapat dilihat pada
dua puluh komoditas yang memiliki RSCA
bagan di bawah ini.
tert inggi. Pada periode ini ekspor Indonesia
terbesar didominasi oleh materials, inedible, ex- Untuk nilai per komoditas berdasarkan SITC Revisi
cept fuels dengan persentase sebesar 35%. Adapun 3 tiga digit menempatkan komoditas kakao (co-
komoditas yang termasuk di dalamnya, yaitu coa); fuel wood (excluding wood waste), and wood
natural rubber, balata, gutta-percha, chicle, etc, in charcoal; copper ores, and concentrates; copper
primary forms; fuel wood (excluding wood waste) mattes, cement copper; nickel ores and concen-
and wood charcoal; Wood in the rough or roughly trates; l iquef ied propane and butane; dan natural
squared; pulp and waste paper; other man-made gas dengan nilai RSCA sebesar 2,81324. Lebih rinci
fibres suitable for spinning; waste of man-made fi- dapat dilihat pada tabel berikut, yang memuat dua
23
Laporan Akhir Hibah Penel itian PSPD Tahun Anggaran 2011 - Kluster: Ekonomi
puluh produk dengan nilai RSCA terbesar selama Dengan memiliki nilai RSCA yang relat if lebih
periode 1994-1997. besar, pada periode ini keunggulan komparatif In-
donesia akan produk mentah kian kuat. Namun,
Berdasarkan pemaparan mengenai share dan dengan kombinasi share pada produk yang
untuk setiap komoditas menunjukkan bahwa In- berbeda.
donesia memiliki keunggulan komparat if pada
natural resources. Kondisi ini sejalan dengan Pada periode ini terdapat sepuluh jenis produk
kekayaan alam yang dimiliki Indonesia. Selama dengan SITC Revisi 3, dengan tiga digit memiliki
periode ini kekuatan ekspor Indonesia lebih nilai RSCA tertinggi, yaitu sebesar 0.33448. Produk-
ditunjang oleh produk-produk mentah. Dengan produk itu, meliputi chocolate and other food prepa-
bergantung pada kekayaan alam yang dimiliki. rations containing cocoa, nes; margarine and short-
Tidak heran apabila nilai tambah dari produk ekspor ening; jute, other textile bast fibres, nes, not spun;
Indonesia cukup rendah, mengingat tidak ada tow and waste; iron ore and concentrates; copper
penambahan nilai tambah untuk set iap ores and concentrates; copper mattes, cement; l iq-
produknya. Alhasil, hal ini tak memberikan nilai uef ied propane and butane; meat, edible offal,
ekspor yang tidak cukup besar jika dibandingkan salted, in brine, dried; furskins, raw (including heads,
dengan nilai tambahnya. Keunggulan komparatif tails, paws, etc); dan oil seeds and oleaginous fruits.
Indonesia pada natural resources product Untuk lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut.
menunjukkan kekayaan alam memberikan Potensi alam dan hasil perkebunan Indonesia
jaminan bagi potensi ekonomi ke depan. Meski memberikan jaminan keunggulan kompararif yang
demikian, perlu ada pengembangan dan nilai dimiliki.
tambah dari produk ekspor Indonesia untuk
meningkatkan nilai ekonomi produk. Keunggulan komparat if Indonesia t idak hanya
terhadap Cina namun sejumlah negara, khususnya
Kondisi yang berbeda terjadi pada periode 1998- untuk Crude Palm Oil (CPO), kakao, batu bara, gas
2001. Selama periode ini terjadi pergeseran nilai alam, dan karet. Kelima produk tersebut
share dan RSCA untuk masing-masing komoditas. merupakan penyumbang terbesar dari total ekspor
24
Pola Spesial isasi Perdagangan Indonesia dengan Jepang dan Cina
Indonesia. Maka, basis kekayaan alam Indonesia Dua puluh jenis produk dengan RSCA tert inggi
memberikan harapan besar bagi neraca dikelompokkan. Tujuannya untuk melihat sebaran
perdagangan. Meski perlu ada pengembangan nilai produk yang menyumbang volume ekspor
tambah untuk masing-masing produk yang terbesar selama periode 1998-2001. Pada Bagan
diekspor, khususnya bagi natural resources product. 4.2 ditunjukkan komposisi yang berbeda dari
25
Laporan Akhir Hibah Penel itian PSPD Tahun Anggaran 2011 - Kluster: Ekonomi
periode sebelumnya. Sumbangan crude materials, semakin mampu bersaing dengan Cina. Namun,
inedible, except fuels mengalami peningkatan share tampaknya permasalahan yang muncul pada
menjadi 50%. Untuk food and l ive animals t idak periode ini masih tetap sama. Pasalnya, untuk
mengalami perubahan share, meski terdapat set iap produk hanya mengandalkan produk
perubahan kompilasi produk penyusunnya. Produk mentah, dan minim nilai tambah.
ini member share sebesar 25% dan memberikan
sumbangan share terbesar kedua. Sedangkan, Pada periode ini komoditas kakao (cocoa), diikuti
untuk produk lainnya dapat dilihat pada bagan dengan beberapa komoditas lainnya memiliki nilai
berikut, yang menunjukkan share pada masing- RSCA yang sama. Namun, dengan nilai yang relatif
masing jenis komoditas. Pada periode penelitian lebih t inggi dibandingkan dengan dua periode
ini sumbangan crude materials, inedible, except fu- penelitian sebelumnya. Untuk lebih rincinya dapat
els meningkat. Hal ini menunjukkan keunggulan dili hat pada tabel selanjutnya. Tabel ini yang
Indonesia terhadap Cina untuk kelompok produk menunjukkan nilai RSCA komoditas Indonesia yang
tersebut kian besar. Art inya, ekspor Indonesia memiliki keunggulan komparatif terhadap produk
sangat bergantung pada bahan mentah, Cina. Keunggulan dan ketergantungan ekspor In-
khususnya untuk hasil perkebunan. donesia untuk produk mentah kian besar. Pada
periode ini terjadi peningkatan share barang
Kondisi yang sedikit berbeda terjadi pula pada mentah terhadap ekspor Indonesia ke Cina. Kondisi
periode 2002-2005. Pada periode ini keunggulan menunjukkan ketergantungan terhadap kekayaan
komparatif Indonesia untuk natural resources kian alam kian meningkat. Maka, peningkatan dan
besar. Hal itu tampak dari nilai RSCA yang kian pembukaan lahan perkebunan pun kian meningkat.
besar jika dibandingkan dengan periode
sebelumnya. Besarnya nilai RSCA menandakan Dari dua puluh komoditas tert inggi, kemudian
nilai ekspor Indonesia untuk jenis produk tersebut dikelompokkan dalam beberapa jenis. Pada
kian besar. Artinya, keunggulan komparatif Indo- periode ini terdapat enam kelompok produk
nesia untuk dua puluh produk unggulannya dengan mengikuti SITC Revisi 3 digit satu. Kondisi
26
Pola Spesial isasi Perdagangan Indonesia dengan Jepang dan Cina
yang tidak jauh berbeda terjadi dalam share produk fuels terus mengalami peningkatan. Untuk periode
ekspor Indonesia ke Cina. Dominasi produk ini saja share meningkat 5% menjadi 55% terhadap
pertanian, dan bahan mentah tetap menjadi dua puluh produk ekspor yang memiliki RSCA
keunggulan komparat if Indonesia. Namun, tertinggi. Permintaan akan barang mentah kian
terdapat fenomena yang menarik bahwa share meningkat dan memiliki share yang cukup besar
untuk produk crude, materials, inedible, and except dalam ekspor Indonesia ke Cina.
27
Laporan Akhir Hibah Penel itian PSPD Tahun Anggaran 2011 - Kluster: Ekonomi
Fenomena ini terjadi karena ekspansi ekonomi tampak dari besarnya porsi atas produk-produk
yang dilakukan oleh Cina. Sejak reformasi tersebut kian besar.
perekonomian, Cina terus mengembangkan
industrinya sehingga membutuhkan bahan-bahan Berdasarkan bagan di atas, share untuk crude,
mentah. Tak ayal ekspor Indonesia untuk produk materials. inedible, except fuels kian besar. Pada
mentah terus mengalami peningkatan. Bahkan, periode ini saja tercatat share sebesar 60%, yang
cederung memiliki keunggulan komparat if diikut i food and l ive animals sebesar 20%, min-
terhadap Cina. Terbukt i sejak itu, pertumbuhan eral, fuels, lubricants, and related materials sebesar
ekonomi Cina melonjak tajam. Saat ini, Cina bahkan 10%. Sisanya masing-masing 5% ditempati oleh
menjadi negara pengekspor terbesar di dunia manufactured goods, dan animals, and vegetable
untuk produk-produk industri. oils, fat and waxes.
28
Pola Spesial isasi Perdagangan Indonesia dengan Jepang dan Cina
untuk bahan mentah dan makanan. Hal ini termasuk dalam salah satu negara yang juga
menjadikan Jepang sebagai saudara tua Indone- terkena imbasnya. Meski demikian, sejak tahun
sia karena negara tersebut menjadi salah satu 1999 total nilai ekspor Indonesia menuju Jepang
negara tujuan ekspor terbesar Indonesia. Maka, relatif selalu mengalami peningkatan. Menariknya,
tidak heran jika ekspor Indonesia ke Jepang terus terjadi dua kali masa di mana total ekspor Indone-
mengalami peningkatan. sia mengalami margin peningkatan yang cukup
besar, yakni sebesar $4 miliar pada tahun 2000
Berdasarkan Tabel 4.4, ditunjukkan nilai ekspor dan 2008. Sedangkan, margin penurunan terbesar
Indonesia ke Jepang terus mengalami terjadi pada tahun 2009, di mana terjadi penurunan
peningkatan. Pada tahun 1994, nilai ekspor Indo- sebesar $9 miliar atau sebesar 33%.
nesia mencapai $10,9 miliar dan pada tahun 2009
nilai ekspor Indonesia ke Jepang mencapai $18 Secara lebih rinci perubahan nilai ekspor Indone-
miliar%walaupun sebelumnya sempat mencapai sia menuju Jepang selama periode penelitian dapat
titik tertinggi pada tahun 2008 dengan mencapai dilihat pada Graf ik 4.4. Pada graf ik tersebut,
$27,7 miliar. ditunjukkan bagaimana nilai ekspor nominal Indo-
nesia ke Jepang relat if mengalami tren posit if
Tabel 4.8 Total Ekspor Indonesia ke Jepang meskipun mengalami lonjakan penurunan yang
Periode 1994-2009
sangat mencolok pada tahun 2009. Berdasarkan
Graf ik 4.4, tampak bahwa ekspor Indonesia ke
No Tahun Total Eksport ($)
Jepang terus mengalami peningkatan. Hal itu
1 1994 10,929,009,706
disebabkan karena Jepang merupakan salah satu
2 1995 12,288,270,405
negara tujuan ekspor terbesar. Namun, gejolak
3 1996 12,885,219,683
ekonomi global yang mulai dirasakan di Asia pada
4 1997 12,484,951,249 2009, berdampak pada penurunan volume
5 1998 9,116,024,580 perdagangan. Keadaan ini pun menurunkan ekspor
6 1999 10,397,181,547 Indonesia ke sejumlah negara, khususnya ke
7 2000 14,415,189,665 Jepang.
8 2001 13,010,175,403
9 2002 12,045,115,461 4.2.2 Perkembangan Ekspor Jepang ke
Indonesia
10 2003 13,603,494,172
11 2004 15,962,109,263 Perkembangan ekspor Jepang ke Indonesia
12 2005 18,049,139,737 memiliki tren yang berbeda dengan Indonesia,
13 2006 21,732,122,929 yaitu memiliki tren yang fluktuatif dan cenderung
14 2007 23,632,789,875 stasioner. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat
15 2008 27,743,856,152 pasang-surut pada hubungan perdagangan antara
16 2009 18,574,730,417 Jepang menuju Indonesia. Pasang surut ekspor
Jepang tidak terlepas dari kebijakan ekonomi yang
Source: comtrade.un.org, Author’s Calculation
diterapkannya. Kebijakan fragmentasi produk
Pada periode 1994-2009, angka total ekspor Indo- menjadi cara agar dapat masuk ke pasar Asean,
nesia ke Jepang berada di tit ik terendah, yakni khususnya Indonesia. Pasalnya, CEPT
pada tahun 1998 dengan nilai $9 miliar. Pada tahun mensyaratkan empat puluh persen produk ekspor
itu, nilai ekspor Indonesia ke Jepang mengalami dari negara luar harus berasal negara anggota
penurunan sebesar $3 miliar atau kira-kira sebesar ASEAN. Peraturan tersebut dikenal dengan rule
25%. Hal ini dilatarbelakangi oleh situasi of origin. Maka, volume perdagangan Jepang ke
perekonomian Indonesia yang sedang bergejolak Indonesia mengalami fluktuasi.
dan t idak stabil. Saat itu beberapa negara Asia
sedang mengalami krisis ekonomi dan Indonesia Volume perdagangan ekspor Jepang ke Indonesia
29
Laporan Akhir Hibah Penel itian PSPD Tahun Anggaran 2011 - Kluster: Ekonomi
30
Pola Spesial isasi Perdagangan Indonesia dengan Jepang dan Cina
Tabel 4.9 Total Ekspor Jepang ke Indonesia selalu posit if. Hal ini mengindikasikan bahwa
Periode 1994-2009 walaupun perdagangan antara Indonesia dan
Jepang akan memberikan manfaat bagi kedua
No Tahun Total Eksport ($) negara, Indonesia-lah yang mendapatkan manfaat
1 1994 7,652,713,304 lebih besar daripada Jepang. Hal ini tampak dari
2 1995 9,968,200,492 nilai net ekspor Indonesia terhadap Jepang selalu
3 1996 9,058,514,069 posit if, bila diperhat ikan dari pergerakannya
menunjukkan bahwa nilai net ekspornya fluktuatif.
4 1997 10,168,623,256
Contohnya adalah pada tahun 1994, nilai net
5 1998 948,459,532
ekspornya sebesar $3,3 miliar lalu turun menjadi
6 1999 3,875,840,501
$2,3 miliar pada tahun 1995. Kemudian naik
7 2000 8,250,008,180
menjadi sebesar $3,8 miliar pada tahun 1996, lalu
8 2001 10,057,690,683
turun menjadi $2,3 miliar di tahun 1997. Pada tahun
9 2002 688,911,085 1998, net ekspor naik drastis menjadi $8 miliar.
10 2003 4,503,212,641 Kenaikan ini disebabkan oleh krisis moneter tahun
11 2004 11,986,345,389 1997-1998 yang menghantam Indonesia, membuat
12 2005 14,537,047,572 nilai tukar Rupiah jatuh terhadap US Dollar dan
13 2006 874,098,291 membuat harga-harga barang Indonesia menjadi
14 2007 5,795,466,147 lebih murah dibanding keaadaan sebelumnya. Hal
15 2008 16,794,798,759 tersebut membuat Jepang mengalami kenaikan
16 2009 14,863,849,311 impor barang-barang dari Indonesia. Alhasil, di
Source: comtrade.un.org, Author’s Calculation
tengah guncangan ekonomi Indonesia, ekspor ke
Jepang menjadi salah satu penguatan ekonomi.
4.2.3 Anal isis Perkembangan Ekspor Pada periode tersebut tercatat net ekspor Indo-
Indonesia dan Jepang nesia ke Jepang meningkat tajam dibandingkan
tahun sebelumnya. Keadaan ini menjadi hal yang
Tampak dalam grafik bahwa net ekspor Indonesia cukup menggembirakan meski ekspor Indonesia
terhadap Jepang pada periode tahun 1994-2009 terbatas pada resources product.
31
Laporan Akhir Hibah Penel itian PSPD Tahun Anggaran 2011 - Kluster: Ekonomi
32
Pola Spesial isasi Perdagangan Indonesia dengan Jepang dan Cina
33
Laporan Akhir Hibah Penel itian PSPD Tahun Anggaran 2011 - Kluster: Ekonomi
Untuk nilai per komoditas sesuai SITC Revisi 3 tiga dua puluh produk dengan nilai RSCA terbesar
digit menempatkan beberapa komoditas yang selama periode 1994-1997.
menempat i posisi pertama sebagai komoditas
yang sama-sama memiliki nilai RSCA tertingi pada Pada periode tahun selanjutnya yaitu 1998-2001,
komoditas-komoditas yang diekspor dari Indone- terjadi kondisi yang berbeda dari periode 1994-
sia menuju Jepang sebesar 0.274938361 seperti: 1997, di mana pada periode sebelumnya produk
Food and l ive animals menjadi penyumbang share
- meat, edible offal, salted, in brine, dried, etc; terbesar bagi produk-produk yang diekspor oleh
flours, meals Indonesia menuju Jepang. Pada periode 1998-2001
- maize (not including sweet corn), unmilled terjadi pergeseran posisi di mana posisi satu kini
- cocoa diambil alih oleh produk Crude materials, inedible,
- tobacco, unmanufactured; tobacco refuse except fuels menggantikan produk Food and l ive
- silk animals yang harus turun ke posisi kedua.
- copper ores and concentrates; copper mattes,
cement copper Produk Crude materials, inedible, except fuels
- briquettes, l ignite and peat menempati posisi pertama dengan share sebesar
- petroleum oils and oils obtained from bitumi- 50% atau dua kali lebih besar dari Food and l ive
nous minerals, crude animals yang menempati tempat kedua dengan
- cereals, unmilled (other than wheat, rice, barley share sebesar 25%. Adapun komoditas-komoditas
and maize) yang ada di dalam produk crude materials, ined-
- oil seeds and oleaginous fruits used for the ex- ible, except fuels di antaranya:
traction of other fixed oils
- hides and skins (except furskins), raw
- ores, concentrates precious metals; waste,
scrap and sweepings (no gold) - furskins, raw (including heads, tails, paws, etc),
- natural gas, whether or not l iquef ied. other than those of 211
- oil seeds and oleaginous fruits used for the ex-
Lebih rinci dapat dilihat pada tabel yang memuat
traction of other fixed oils
34
Pola Spesial isasi Perdagangan Indonesia dengan Jepang dan Cina
Tahun 1994-1997
RSCA
No Komoditas Keterangan INA-JPG
1 16 Meat, edible offal, salted, in brine, dried, etc; flours, meals 0.274938361
2 44 Maize (not including sweet corn), unmilled 0.274938361
3 72 Cocoa 0.274938361
4 121 Tobacco, unmanufactured; tobacco refuse 0.274938361
5 261 Silk 0.274938361
6 283 Copper ores and concentrates; copper mattes, cement copper 0.274938361
7 322 Briquettes, lignite and peat 0.274938361
Petroleum oils and oils obtained from bituminous minerals,
8 333 crude 0.274938361
9 45 Cereals, unmilled (other than wheat, rice, barley and maize) 0.274938361
Oil seeds and oleaginous fruits used for the extraction of other
10 223 fixed oils 0.274938361
Ores, concentrates precious metals; waste, scrap and
11 289 sweepings (no gold) 0.274938361
12 343 Natural gas, whether or not liquefied 0.274938361
13 342 Liquefied propane and butane 0.274936069
14 284 Nickel ores and concentrates; nickel mattes, nickel oxide sinters 0.274930577
15 71 Coffee and coffee substitutes 0.274916341
Women's or girls' outerwear, of textile fabrics, not knitted or
16 842 crocheted 0.274848111
17 12 Other meat, meat offal, fresh, chilled, frozen (for human) 0.274830406
18 843 Men's or boys' outerwear, of textile fabrics, knitted or crocheted 0.274830286
19 321 Coal, whether or not pulverized, but not agglomerated 0.274817106
20 36 Crustaceans, molluscs, aquatic invertebrates; flours and pellets 0.274708019
Source: comtrade.un.org, Author’s Calculation
- fuel wood (excluding wood waste) and wood terbesar kedua ditempati oleh Food and l ive ani-
charcoal mals dengan nilai rata-rata RSCA sebesar
- wood in chips or particles and wood waste 0.197694. Adapun komoditas-komoditas yang
- silk termasuk dalam produk tersebut adalah:
- jute, other text ile bast f ibres, nes, not spun;
tow and waste - other meat, meat offal, fresh, chilled, frozen (for
- vegetable text ile f ibres (other than cotton or human)
jute) not spun; waste - meat, edible offal, salted, in brine, dried, etc;
- uranium, thorium ore, conc flours, meals
- ores, concentrates precious metals; waste, - butter and other fats and oils derived from milk
scrap and sweepings (no gold). - maize (not including sweet corn), unmilled
- cocoa.
Rata-rata nilai RSCA pada komoditas tersebut
adalah sebesar 0.197694 Nilai rata-rata RSCA pada komoditas tersebut
adalah sebesar 0.197694.
Untuk kompilasi komoditas yang memiliki share
35
Laporan Akhir Hibah Penel itian PSPD Tahun Anggaran 2011 - Kluster: Ekonomi
Pada posisi ketiga ditempati oleh produk Mineral donesia terhadap Jepang. Produk Crude material,
fuels, lubricants and related materials dengan share inedible, except fuels tetap menempat i posisi
sebesar 15%. Lalu di posisi keempat dan kelima pertama akan tetapi share-nya berkurang menjadi
ditempati oleh produk miscellanous manufactured 30% setelah sebelumnya memiliki share sebesar
articles dan Beverages and tobacco dengan share 50% pada periode 1998-2001. Adapun komoditas-
masing-masing sebesar 5%. komoditas yang ada di dalam produk tersebut
antara lain:
Kendati terjadi perubahan persentase share dari
kelompok komoditas. Pada dasarnya periode - furskins, raw (including heads, tails, paws, etc),
1998-2001 masih menunjukkan keunggulan other than those of 211
komparatif Indonesia pada sektor bahan mentah. - oil-seeds and oleaginous fruits used for extrac-
Peningkatan tajam share terjadi pada kelompok tion of ‘soft’ fixed oils
crude, materials, except fuels dengan persentase - oil seeds and oleaginous fruits used for the ex-
mencapai 50%. Namun, keunggulan komparat if traction of other fixed oils
Indonesia t idak berubah dibandingkan periode - jute, other text ile bast f ibres, nes, not spun;
penelitian sebelumnya. tow and waste
Untuk nilai per komoditas sesuai SITC Revisi 3 tiga - copper ores and concentrates; copper mattes,
digit menempatkan seluruh komoditas yang cement copper
berada pada 20 besar komoditas RSCA tertinggi - nickel ores and concentrates; nickel mattes,
pada posisi pertama sebagai komoditas yang nickel oxide sinters.
sama-sama memiliki nilai RSCA tert inggi pada
komoditas-komoditas yang diekspor dari Indone- Rata-rata nilai RSCA komoditas-komoditas di
sia menuju Jepang sebesar 0.197693946 seperti atas adalah sebesar 0.209985.
yang terlihat pada tabel.
Selanjutnya pada posisi-posisi kedua dan ketiga
Berikutnya di periode tahun 2002-2005 terdapat terdapat dua produk yang memiliki share sama
beberapa perubahan di komposisi share RSCA In- besarnya, yaitu produk food and l ive animals dan
36
Pola Spesial isasi Perdagangan Indonesia dengan Jepang dan Cina
Tahun 1998-2001
RSCA
No Komoditas Keterangan INA-JPG
1 16 Meat, edible offal, salted, in brine, dried, etc; flours, meals 0.197693946
2 44 Maize (not including sweet corn), unmilled 0.197693946
Furskins, raw (including heads, tails, paws, etc), other than
3 212 those of 211 0.197693946
4 245 Fuel wood (excluding wood waste) and wood charcoal 0.197693946
5 261 Silk 0.197693946
6 286 uranium, thorium ore, conc 0.197693946
Ores, concentrates precious metals; waste, scrap and sweepings
7 289 (no gold) 0.197693946
8 344 Petroleum gases and other gaseous hydrocarbons, 0.197693946
Women's or girls' outerwear, of textile fabrics, knitted or
9 844 crocheted 0.197693946
10 12 Other meat, meat offal, fresh, chilled, frozen (for human) 0.197693946
11 23 Butter and other fats and oils derived from milk 0.197693946
12 72 Cocoa 0.197693946
13 121 Tobacco, unmanufactured; tobacco refuse 0.197693946
14 211 Hides and skins (except furskins), raw 0.197693946
Oil seeds and oleaginous fruits used for the extraction of other
15 223 fixed oils 0.197693946
16 246 Wood in chips or particles and wood waste 0.197693946
17 264 Jute, other textile bast fibres, nes, not spun; tow and waste 0.197693946
Vegetable textile fibres (other than cotton or jute) not spun;
18 265 waste 0.197693946
19 322 Briquettes, lignite and peat 0.197693946
20 343 Natural gas, whether or not liquefied 0.197693946
Source: comtrade.un.org, Author’s Calculation
produk mineral fuels, lubricant and related materi- dengan produk tersebut dari negara Jepang.
als, yaitu sebesar 25%. Tidak terdapat perubahan Adapun komoditas-komoditas yang merupakan
besarnya share pada produk food and l ive animals produk mineral fuels, lubricant and related materi-
dari periode 1998-2001 ke periode 2002-2005. als antara lain:
Sedangkan pada produk mineral fuels, lubricant and
related materials yang sebelumnya hanya memiliki - briquettes, l ignite and peat
bagian share sebesar 15% pada periode tahun - petroleum oils and oils obtained from bitumi-
sebelumnya, yaitu tahun 1998-2001 mengalami nous minerals, crude
peningkatan menjadi 25% pada periode 2002- - l iquefied propane and butane
2005. Hal ini dimungkinkan karena pada tahun itu - natural gas, whether or not l iquefied
pemerintah Indonesia memutuskan untuk mulai - coal gas, water gas, producer gas, etc.
meningkatkan kembali ekspor barang-barang
Rata-rata nilai RSCA pada komoditas di atas
produk mineral fuels, lubricant and related materi-
adalah sebesar 0.209987.
als ke negara Jepang karena adanya permintaan
akan komoditas-komoditas yang berkaitan
37
Laporan Akhir Hibah Penel itian PSPD Tahun Anggaran 2011 - Kluster: Ekonomi
Di posisi keempat produk Miscellanous manufac- sama memiliki nilai RSCA tert inggi pada
tured articles dengan share sebesar 10% dan hal ini komoditas-komoditas yang diekspor dari Indone-
berart i produk tersebut mengalami kenaikan sia menuju Jepang sebesar 0.209987536, seperti
sebesar 5% dari periode 1998-2001. Berikutnya di yang terlihat pada Tabel 4.13.
posisi kelima adalah produk Beverages and tobacco
dan produk baru yang sebelumnya tidak memiliki Pada periode tahun 2006-2009, t iga peringkat
share pada periode-periode tahun sebelumnya, pertama penyumbang share RSCA Indonesia
yaitu produk Manufactured goods classified chiefly terhadap Indonesia t idak mengalami perubahan
by material. Produk tersebut memiliki share posisi. Produk Crude materials, inedible, except fu-
sebesar 5%. els tetap menempati posisi pertama dengan share
Pada periode penelit ian 2002-2005 komposisi sebesar 35% atau mengalami peningkatan sebesar
ekspor Indonesia terjadi perubahan yang cukup 5 dari periode tahun sebelumnya. Sama seperti
besar. Penurunan share crude, materials, except produk Crude materials, inedible, except fuels,
fuels pada komposisi ekspor Indonesia t idak produk Food and l ive animals yang menempat i
mengurangi keunggulan komparatif atas Jepang. posisi kedua pun juga mengalami peningkatan
Pasalnya, untuk produk natural resources mineral, share sebesar 5% dari periode tahun sebelumnya
fuels, lubricants and materials mengalami menjadi 30%. Di posisi ket iga, mineral fuels,
peningkatan hingga 25%. Hal ini menunjukkan lubt icant and related materials memiliki share
keunggulan komparat if Indonesia tetap terjaga sebesar 15% atau mengalami penurunan share
terhadap Jepang. sebesar 10% dari periode tahun sebelumnya. Untuk
berikutnya, di posisi keempat terdapat 4 produk
Untuk nilai per komoditas sesuai SITC Revisi 3 tiga yang menempati posisi ini karena memiliki share
digit menempatkan 17 komoditas yang berada yang sama besarnya, yaitu sebesar 5% yakni
pada 20 besar komoditas RSCA tert inggi pada produk Beverages and tobacco, produk Manufac-
posisi pertama sebagai komoditas yang sama- ture goods classif ied chiefly by material, dan dua
38
Pola Spesial isasi Perdagangan Indonesia dengan Jepang dan Cina
Tahun 2002-2005
RSCA
No Komoditas Keterangan INA-JPG
1 45 Cereals, unmilled (other than wheat, rice, barley and maize) 0.209987536
2 121 Tobacco, unmanufactured; tobacco refuse 0.209987536
3 342 Liquefied propane and butane 0.209987536
4 343 Natural gas, whether or not liquefied 0.209987536
5 16 Meat, edible offal, salted, in brine, dried, etc; flours, meals 0.209987536
6 23 Butter and other fats and oils derived from milk 0.209987536
7 43 Barley, unmilled 0.209987536
8 44 Maize (not including sweet corn), unmilled 0.209987536
Furskins, raw (including heads, tails, paws, etc), other than
9 212 those of 211 0.209987536
Oil-seeds and oleaginous fruits used for extraction of 'soft' fixed
10 222 oils 0.209987536
11 264 Jute, other textile bast fibres, nes, not spun; tow and waste 0.209987536
12 322 Briquettes, lignite and peat 0.209987536
13 345 coal gas, water gas, producer gas, etc 0.209987536
14 613 Furskins, tanned or dressed, other than those of heading 84831 0.209987536
15 843 Men's or boys' outerwear, of textile fabrics, knitted or crocheted 0.209987536
16 891 Arms and ammunition 0.209987536
Oil seeds and oleaginous fruits used for the extraction of other
17 223 fixed oils 0.209987536
18 283 Copper ores and concentrates; copper mattes, cement copper 0.209986887
Petroleum oils and oils obtained from bituminous minerals,
19 333 crude 0.209986884
20 284 Nickel ores and concentrates; nickel mattes, nickel oxide sinters 0.209972586
Source: comtrade.un.org, Author’s Calculation
produk baru yang sebelumnya tidak memiliki share tahun 1994-2009 Indonesia memiliki keunggulan
pada periode-periode tahun sebelumnya, yaitu: komparatif atas produk natural resources. Selama
produk Chemicals and related products, n.e.s. dan periode penelit ian yang dibagi ke dalam lima
produk Commodit ies and transactions not classi- kelompok, hanya menunjukkan perubahan
fied elsewhere in the SITC. komposisi. Hal ini t idak terlepas dari
perkembangan kondisi ekonomi Jepang dan
Untuk nilai per komoditas sesuai SITC Revisi 3 tiga
kebijakan yang diterapkan. Meski demikian,
digit menempatkan 16 komoditas yang berada
kelemahan Indonesia atas produk ekspornya
pada 20 besar komoditas RSCA tert inggi pada
belum menunjukkan perkembangan yang
posisi pertama sebagai komoditas yang sama-
menggembirakan. Ekspor Indonesia masi h
sama memiliki nilai RSCA tert inggi pada
didominasi oleh bahan mentah yang minim akan
komoditas-komoditas yang diekspor dari Indone-
nilai tambah. Alhasil, jika dikomparasikan dengan
sia menuju Jepang sebesar 0.172886966, seperti
impor Indonesia terhadap Jepang memungkinkan
yang terlihat pada tabel.
terjadi net ekspor yang negatif. Secara rinci dapat
Pada dasarnya, selama periode penelit ian dari dilihat pada Tabel 4.14.
39
Laporan Akhir Hibah Penel itian PSPD Tahun Anggaran 2011 - Kluster: Ekonomi
RSCA
Komoditas Keterangan ina-jpg
Meat, edible offal, salted, in brine, dried, etc; flours,
1 16 meals 0.172886966
2 23 Butter and other fats and oils derived from milk 0.172886966
3 41 Wheat (including spelt) and meslin, unmilled 0.172886966
4 44 Maize (not including sweet corn), unmilled 0.172886966
Cereals, unmilled (other than wheat, rice, barley and
5 45 maize) 0.172886966
6 47 Other cereal meals and flours 0.172886966
7 121 Tobacco, unmanufactured; tobacco refuse 0.172886966
Furskins, raw (including heads, tails, paws, etc), other
8 212 than those of 211 0.172886966
Copper ores and concentrates; copper mattes, cement
9 283 copper 0.172886966
10 322 Briquettes, lignite and peat 0.172886966
11 593 Explosives and pyrotechnic products 0.172886966
Furskins, tanned or dressed, other than those of heading
12 613 84831 0.172886966
13 961 coin nongold, noncurrent 0.172886966
Jute, other textile bast fibres, nes, not spun; tow and
14 264 waste 0.172886966
40
Pola Spesial isasi Perdagangan Indonesia dengan Jepang dan Cina
No Tahun 2006-2009
RSCA
Komoditas Keterangan ina-jpg
15 281 Iron ore and concentrates 0.172886966
Ores, concentrates precious metals; waste, scrap and
16 289 sweepings (no gold) 0.172886966
Petroleum oils and oils obtained from bituminous
17 333 minerals, crude 0.172886952
18 343 Natural gas, whether or not liquefied 0.17288649
Nickel ores and concentrates; nickel mattes, nickel oxide
19 284 sinters 0.172881145
Natural rubber, balata, gutta-percha, chicle, etc, in
20 231 primary forms 0.172751668
Source: comtrade.un.org, Author’s Calculation
41
KESIMPULAN DAN SARAN 5
produk crude materials, inedible, except 2. Perlu adanya peningkatan jumlah negara yang
fuels, tren ini menunjukkan bahwa Indo- terlibat dalam penelit ian. Hal ini akan
nesia semakin terspesialisasi pada bahan memberikan keanekaragaman dalam proses
mentah (natural resources). mengetahui t ingkat spesialisasi Indonesia,
c. Untuk periode 2002-2005 dominasi ekspor dalam menghadapi perdagangan bebas.
Indonesia masih pada produk crude mate- 3. Penerapan perdagangan bebas yang telah
rials, inedible, except fuels. Untuk ekspor diterapkan di dunia, perlu mendapat perhatian
ke Cina terus mengalami peningkatan khusus oleh pemerintah Indonesia, agar
share hingga 55%. Sedangkan, ekspor ke serbuan barang impor t idak melemahkan
Jepang mengalami penurunan share neraca perdagangan Indonesia.
menjadi 30%. 4. Perlu adanya kesiapan pemerintah dalam
d. Pada periode 2006-2009 keunggulan menciptakan nilai tambah terhadap produk
komparatif yang dimiliki Indonesia masih ekspor, agar nilai ekspor Indonesia lebih tinggi
didominasi oleh produk crude materials, dan menjadi insent if untuk mendorong
ined ible, except fuels. Keunggulan peningkatan ekspor yang signifikan.
komparatif Indonesia pada produk ini kian 5. Keberadaan perdagangan bebas dunia
meningkat masing-masing sebesar 5% memungkin memberikan keuntungan bagi
dari periode sebelumnya. Dengan kesejahteraan masyarakat dengan mampu
besarnya terhadap Cina sebesar 60%, dan meningkatkan daya saingnya.
terhadap Jepang sebesar 35%. .
9. Dengan memerhatikan dominasi ekspor Indo-
nesia terhadap Cina dan Jepang, keunggulan
komparat if Indonesia terspesialisasi pada
produk atau komoditas mentah (raw materi-
als), dan kekayaan alam (natural resources).
10. Pada dasarnya perdagangan bebas
memberikan peningkatan pada volume
transaksi dengan peningkatan ekspor pada
komoditas tertentu. Namun, keberadaan
perdagangan bebas t idak memberikan
manfaat yang besar bagi Indonesia, karena
neraca perdagangan Indonesia relatif berada
dalam posisi negat if. Hal ini menunjukkan
produk Indonesia relatif memiliki nilai tambah
yang kecil, dan kalah bersaing dengan Cina dan
Jepang.
5.2 SARAN
44
DAFTAR PUSTAKA
Appleyard, Dennis, Alfred F., and, Steven C. 2006. International Economics. Fifth Edition. McGraw-
Hill International Edition. New York: McGraw-Hill Companies.
Amita, Batra, and Zeba K. 2005. Revealed Comparat ive Advantage: An Analysis for India and China.
Working Paper No. 168. New Delhi: Indian Council for Research on International Economic
Relations.
CIA. 2011. The World Factbook. https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/ch.html.
Diakses pada 24 Februari 2011.
EH. 2010. Japanese Industrializat ion and Economic Growth. http://eh.net/encyclopedia/art icle/
mosk.japan.final. Diakses pada 22 Februari 2011.
IB Times. 2010. Consumer Spending Boosts Japan’s GDP Growth in Q3, Export Remain Sluggish. http://
hken.ibtimes.com/articles/81871/20101115/japan-gdp-yen-consumer-eco-friendly-tobacco-ex-
ports-stimulus-naoto-kan.htm. Diakses pada 22 Februari 2011.
Kemendag. 2011. Stat ist ik Perkembangan Ekspor Nonmigas. http://www.kemendag.go.id/
statistik_perkembangan_ekspor_nonmigas_%28negara_tujuan%29/. Diakses pada 24 Februari
2011.
Ross J. 2009. No Secrets to China’s Succes. http://www.guardian.co.uk/comment isfree/2009/aug/18/
china-economic-growth. Diakses pada 5 Maret 2011.
Sjamsul A., Dian ER., Charles PR., Joseph. 2007. Kerja Sama Perdagangan Internasional: Peluang dan
Tantangan bagi Indonesia. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Oktaviani, Rina, dan Tanti N. 2009. Teori Perdagangan Internasional dan Aplikasinya di Indonesia:
Bagian I. Bogor: Departemen Ilmu Ekonomi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut
Pertanian Bogor.
Utami, DR. 2010. Analisis Comparative Advantage Perdagangan Indonesia-Cina Tahun 2001, 2005, dan
2009.
Utku, Utkulu, and Dilek S. 2004. Revealed Comparative Advantage and Competitiveness: Evidence
for Turkey via-a-vis the EU/15 diakses pada 25 Februari 2011
Virmani A. 2006. China’s Socialis Market Economy: Lesson for Democratic Developing Countries!. http:/
/planningcommission.nic.in/reports/wrkpapers/wp_pc6china.doc. Diakses pada 5 Maret 2011.
World Bank. 2011. Total Reserves (Include Gold, Current US$). http://data.worldbank.org/indicator/
FI.RES.TOTL.CD. Diakses pada 24 Februari 2011.
Widodo T. 2008. Shifts in Pattern of Specialization: Case Studies of India and China. Gadjah Mada Interna-
tional Journal of Business. Vol 10, No.1, pp 47-75.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1. RSCA Ekspor Indonesia ke Cina
48
Lampiran 1. Lanjutan
49
Lampiran 1. Lanjutan
50
Lampiran 1. Lanjutan
51
Lampiran 2. RSCA Ekspor Indonesia ke Jepang
52
Lampiran 2. Lanjutan
53
Lampiran 2. Lanjutan
54
Lampiran 2. Lanjutan
55
Lampiran 3. RSCA Ekspor China ke Indonesia
56
Lampiran 3. Lanjutan
57
Lampiran 3. Lanjutan
58
Lampiran 3. Lanjutan
59
Lampiran 4. RSCA Ekspor Jepang ke Indonesia
60
Lampiran 4. Lanjutan
61
Lampiran 4. Lanjutan
62
Lampiran 4. Lanjutan
63
View publication stats