Anda di halaman 1dari 20

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/327883307

ANALISIS SURVEI KEPATUHAN PENERAPAN SAK IFRS UNTUK PSAK NO. 1 Studi
Empiris Perusahaan Jasa di Bursa Efek Indonesia

Conference Paper · September 2015

CITATIONS READS

0 917

2 authors:

Chandra Susilo Siti Ita Rosita


University of Indonesia Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kesatuan, Indonesia, Bogor
1 PUBLICATION   0 CITATIONS    27 PUBLICATIONS   134 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Accounting Project View project

All content following this page was uploaded by Siti Ita Rosita on 26 September 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ANALISIS SURVEI KEPATUHAN PENERAPAN SAK IFRS UNTUK
PSAK NO. 1
Studi Empiris Perusahaan Jasa di Bursa Efek Indonesia

Chandra Susilo
Siti Ita Rosita
Jurusan Akuntansi – Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kesatuan Bogor

ABSTRAK

Dalam era globalisasi, peran akuntansi keuangan sebagai sumber informasi


keuangan secara geografis makin meluas dan melampaui batas wilayah negara. Standar
akuntansi yang semula bersifat nasional, dituntut untuk bersifat internasional. Meski
begitu, kehadiran suatu standar akuntansi berstandar global tidak serta merta
meningkatkan kualitas suatu laporan keuangan yang dihasilkan tanpa peran serta dari
penegakan dan pengawasan yang ketat.
Studi ini menyelidiki kepatuhan penerapan IFRS untuk Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 konvergensi pada perusahaan jasa tercatat di Bursa
Efek Indonesia (BEI).
Tingkat kepatuhan ditelusuri melalui review dan analisa terhadap laporan
keuangan perusahaan sampel dengan bantuan Delloitte IFRS Presentation and Disclosure
Checklist 2009.
Hasil studi yang melibatkan 70 perusahaan sampel menunjukkan bahwa PSAK 1
dipatuhi perusahaan jasa tercatat di BEI secara cukup (mean 2011: 77,45%, 2012:
79,23%) dan menunjukkan peningkatan kepatuhan antar tahun. Item pengungkapan
yang paling banyak dipatuhi perusahaan adalah pengungkapan terkait komponen laporan
keuangan dan identifikasi laporan keuangan (mean 2011,2012:100%). Perusahaan
menunjukkan kendala saat mematuhi aturan terkait dengan karakteristik umum laporan
keuangan. Dari sisi sektor, perusahaan di bidang property, real estate dan buiding
construction paling patuh terhadap PSAK 1 konvergensi, diikuti oleh perusahaan dari
sektor infrastructure, utilities and transportation, finance, dan trade, sevices and
investment.

Key words: PSAK 1, Kepatuhan, Indonesia

-1-
1. PENDAHULUAN
Dalam era globalisasi, peran akuntansi keuangan sebagai sumber
informasi keuangan secara geografis makin meluas dan melampaui batas wilayah
negara. Modernisasi dan gerakan pasar bebas memfasilitasi arus pergerakan
dana, barang, jasa dan tenaga kerja secara global. Pelaku dan transaksi pasar
uang dan pasar modal datang dan terjadi dengan melintas batas negara. Di
tengah kondisi seperti ini ruang lingkup pengguna laporan keuangan makin
meluas dan membawanya bergerak ke suatu arah yang makin global. Di abad
ke-21 laporan keuangan suatu perusahaan tidak saja harus dapat digunakan,
diperbandingkan, dan dimengerti di suatu wilayah atau negara, tapi juga oleh
para pemangku kepentingan global. Standar akuntansi juga yang semula bersifat
nasional, dituntut untuk bersifat internasional.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 1 (revisi 2009) adalah
salah satu standar akuntansi keuangan yang dihasilkan dalam proses adopsi IFRS
yang terjadi di Indonesia. PSAK ini sejalan dengan esensi dari karakteristik dapat
diperbandingkan (comparability), suatu hal yang dapat disebut sebagai alasan
bagi eksistensi suatu standar akuntansi internasional; agar laporan keuangan
dapat diperbandingkan secara global.
Namun tentunya, proses adopsi standar akuntansi internasional yang
berjalan tentu tidak mudah secara teori dan praktik. Indonesia turut menghadapi
tantangan semacam ini. Beberapa studi internasional juga melaporkan masalah
seperti kepatuhan yang buruk oleh perusahaan (Street and Gray, 2001; Street et
al. 1999, Tower et al. 1999, dan Street and Bryant, 2000 dalam Al-Jabri dan
Hussain (2009)).
Sekali lagi, kehadiran suatu standar akuntansi berstandar global tidak
serta merta meningkatkan kualitas suatu laporan keuangan yang dihasilkan
tanpa peran serta dari penegakan dan pengawasan yang ketat. Penelitian
dengan judul “Analisis Survei Kepatuhan Penerapan SAK IFRS untuk PSAK No. 1:
Studi Empiris Perusahaan Jasa di Bursa Efek Indonesia” ini berusaha memberikan
gambaran tentang sejauh mana kepatuhan kepada PSAK konvergensi, khususnya
PSAK No. 1 di lapangan.

-2-
1.1 Identifikasi Masalah
Penelitian berupa studi empiris untuk menganalisa bagaimana kepatuhan
penerapan IFRS, khususnya PSAK No. 1 konvergensi, pada laporan keuangan
perusahaan jasa tercatat di BEI.

1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian


Sesuai dengan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian adalah untuk
mengetahui tingkat kepatuhan penerapan IFRS, khususnya PSAK 1 konvergensi,
pada laporan keuangan perusahaan jasa tercatat di BEI.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Adopsi IFRS di Indonesia


Dalam adopsi IFRS, Indonesia (DSAK IAI) mengambil sikap untuk
melakukan pendekatan konvergensi dibanding adopsi penuh dan berkomitmen
mendukung IFRS sebagai sebuah standar akuntansi internasional. Perusahaan
domestik maupun asing tidak diwajibkan atau diizinkan untuk menggunakan
IFRS dalam laporan keuangannya, penggunaan PSAK adalah hal yang pasti.
Rencana untuk adopsi penuh dan pelaksanaan penerapan untuk perusahaan yang
melakukan usaha di Indonesia akan mengikuti perkembangan proses
konvergensi yang sedang terjadi.

2.2 Laporan Keuangan


Laporan keuangan dapat didefinisikan sebagai penyajian terstruktur
tentang posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas, atau output dan
hasil akhir dari proses akuntansi (Kartikahadi, et al., 2012; Harahap, S.S., 2011).
IAI dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
(IAI, 2012) menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah menyediakan
informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi
keuangan suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam
pengambilan keputusan ekonomi. Berbagai pengguna laporan keuangan meliputi:
i) investor, ii) karyawan, iii) pemberi pinjaman, iv) pemasok dan kreditor usaha
lainnya, v) pelanggan, vi) pemerintah, dan vii) masyarakat.

-3-
Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen
(stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang
dipercayakan kepadanya. Pengguna yang ingin menilai apa yang telah dilakukan
atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat
membuat keputusan ekonomi.
Empat karakteristik kualitatif pokok laporan keuangan (Kartikahadi, et al,
2012; DeFond, et al., 2010):
i. Dapat dipahami (understandability)
ii. Relevan (relevance)
iii. Keandalan (reliability)
iv. Dapat dibandingkan (comparability)
Laporan keuangan bertujuan umum adalah “laporan keuangan yang
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna
laporan keuangan” (IAI, 2012). Sedangkan dalam pendahuluan Kerangka Dasar
Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan:
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan bersifat umum.
Dengan demikian tidak sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan
informasi setiap pengguna. Berhubung para investor merupakan
penanam modal berisiko ke entitas, maka ketentuan laporan
keuangan memenuhi kebutuhan mereka juga akan memenuhi
sebagian besar kebutuhan pengguna lain.

3. METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif. Penelitian hanya melibatkan satu variabel
sehingga tidak dimaksudkan untuk mengungkapkan hubungan antar variabel.
Oleh karena itu, penelitian ini tidak melibatkan pengujian hipotesis.
Dalam penelitian ini penulis melakukan survei terhadap entitas jasa
tercatat di BEI menelusuri tingkat kepatuhan penerapan IFRS, khususnya
terhadap PSAK 1, dalam pelaporan keuangan entitas. Tingkat kepatuhan
ditelusuri melalui review dan analisa terhadap laporan keuangan perusahaan
sampel dengan bantuan disclosure checklist.
Dalam studi ini, penulis menggunakan IFRS presentation and disclosure
checklist 2009 (Delloitte, 2009) yang tersedia di website www.iasplus.com.
Instrumen asli dalam bahasa inggris berbasis IAS/IFRS disesuaikan kembali
untuk memenuhi kebutuhan penulis. Instrumen diterjemahkan kembali

-4-
menggunakan terjemahan PSAK 1 atas IAS 1 sebagai acuan. Validitas isi
instrumen terjamin karena materi disclosure item dalam instrumen asli dan akhir
dikembangkan dari PSAK/IAS yang ada.
Dalam desain penelitian penulis, item-item pengungkapan terkait
materialitas dan agregasi, saling hapus, dan pembedaan aset lancar dan tidak
lancar serta liabilitas jangka pendek dan jangka panjang dikecualikan dari
instrumen akhir.

3.1.1 Operasionalisasi Variabel


Tabel 1. Operasionalisasi variabel
Variabel Indikator Skala/ukuran
Tingkat kepatuhan a. Komponen laporan Skala nominal
laporan keuangan
keuangan
perusahaan jasa
tercatat terhadap PSAK b. Karakteristik umum
No. 1 (revisi 2009)
laporan keuangan
c. Identifikasi laporan
keuangan
d. Pengungkapan dan
penyajian laporan
posisi keuangan
e. Pengungkapan dan
penyajian laporan
laba rugi
komprehensif
f. Pengungkapan dan
penyajian laporan
perubahan ekuitas
g. Pengungkapan dan
penyajian catatan
atas laporan
keuangan

3.1.2 Jenis dan Sumber Data

-5-
Data yang digunakan dalam penelitian merupakan data sekunder berupa
laporan keuangan tahunan entitas tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Populasi penelitian diambil dari perusahaan yang tercatat pada tahun 2011 dan
2012. Populasi diambil dengan mempertimbangkan beberapa alasan:
1. Sesuai dengan tinjauan teoritis, status penerapan IFRS di Indonesia yang
tidak mengadopsi penuh IFRS, DSAK IAI tetap mengharuskan kepatuhan
terhadap PSAK (yang dikonvergen dengan IFRS). Dengan kondisi yang
seperti itu, dalam melakukan penelitian mengenai penerapan IFRS, harus
tetap didasarkan atas perkembangan PSAK di Indonesia.
Pada tahun 2011, tepatnya 1 Januari 2011, PSAK 1 (revisi 2009) berbasis
IFRS baru berlaku efektif untuk diterapkan pada laporan keuangan
perusahaan-perusahaan tercatat di BEI. Pendekatan konvergensi yang
berlaku di Indonesia juga berdampak pada tidak diadopsinya opsi penerapan
dini yang aslinya dicantumkan di IAS 1: Presentation of Financial Statements
(lihat point 11 perbedaan PSAK 1 dengan IFRS). Sebelum titik ini, entitas
tidak memiliki kewajiban hukum dan tidak diperkenankan untuk menerapkan
PSAK 1 (revisi 2009) dalam proses penyusunan laporan keuangannya.
2. Fase pertama konvergensi IFRS di Indonesia dimulai sejak komitmen
Indonesia pada tahun 2008 dimana per 1 Januari 2012 sudah memasuki
tahap implementasi. Pemilihan tahun 2012 dimaksudkan guna melihat kinerja
implementasi PSAK di Indonesia.
3. Untuk dapat dibandingkan (comparibility), penelitian perlu mencakup periode
yang lebih dari satu tahun.
Untuk keperluan pengolahan data berikutnya, perusahaan dari sektor
tertier (jasa) diambil sebagai populasi penelitian, dengan alasan bahwa
perusahaan jasa mewakili proporsi terbesar dari perusahaan yang tercatat di BEI.
Komposisi perusahaan tercatat di BEI berdasarkan klasifikasi JASICA (Jakarta
Stock Industrial Classification) dalam IDX Fact Book 2011.

Sampling
Proses sampling dimulai dengan penentuan ukuran sampel dengan
menggunakan rumus Slovin.
𝑁
𝑛=
(1 + 𝑁𝑒 2 )

-6-
Dimana:
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = tingkat kesalahan/margin of error

Dengan N sebesar 233, e = 0,1 maka didapat ukuran sampel minimum


sebesar 69,97, dibulatkan menjadi 70 sampel. Sampling dilakukan dengan
metode disproportionate stratified random sampling.

3.1.3 Prosedur Pengumpulan Data


Laporan keuangan entitas tercatat di BEI pada umumnya dipublikasikan
dan dapat diakses melalui website resmi BEI, www.idx.co.id. Pengumpulan data
dilakukan dengan mengunduh laporan keuangan perusahaan jasa yang telah
dipublikasikan di sumber data di atas untuk kemudian dianalisa.

3.1.4 Metode Analisis


Instrumen disclosure checklist berisikan disclosure item berupa
ketentuan-ketentuan pengungkapan dan penyajian yang diharuskan oleh PSAK 1.
Melalui proses review atau evaluasi terhadap laporan keuangan perusahaan
sampel, penerapan oleh perusahaan ini dibandingkan dengan standar yang ada.
Disclosure checklist digunakan untuk membantu mengukur tingkat
kepatuhan laporan keuangan terhadap PSAK 1.
Jika suatu disclosure item diterapkan perusahaan (YES) maka item akan
mendapat skor 1. Skor 0 diberikan ketika perusahaan tidak menerapkan item
standar (NO). Jika suatu item tidak relevan bagi perusahaan, maka item
dianggap N/A. Item-item N/A tidak ikut diperhitungkan dalam perhitungan akhir
tingkat kepatuhan. Total skor penerapan pada suatu perusahaan kemudian
dihitung dengan metode dikotomi (Cooke’s), dimana:

𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒊𝒕𝒆𝒎 𝒀𝑬𝑺 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒔𝒕𝒂𝒏𝒅𝒂𝒓


𝑻𝒊𝒏𝒈𝒌𝒂𝒕 𝑲𝒆𝒑𝒂𝒕𝒖𝒉𝒂𝒏 = × 𝟏𝟎𝟎%
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒊𝒕𝒆𝒎 𝒀𝑬𝑺 𝒅𝒂𝒏 𝑵𝑶 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒔𝒕𝒂𝒏𝒅𝒂𝒓

(Sumber: diadaptasi dari Al-Jabri dan Husain, 2012)

-7-
Dari proses ini kemudian tingkat kepatuhan tiap perusahaan sampel dapat
diukur dalam suatu persentase. Dalam studi ini penulis tidak hanya berusaha
mencari tingkat kepatuhan ini saja. Sesuai dengan kerangka kerja konseptual
penelitian, kepatuhan ini dijabarkan lebih jauh dalam 7 aspek:
1. Komponen laporan keuangan
2. Karakteristik umum laporan keuangan
3. Identifikasi laporan keuangan
4. Pengungkapan dan penyajian laporan posisi keuangan
5. Pengungkapan dan penyajian laporan laba rugi komprehensif
6. Pengungkapan dan penyajian laporan perubahan ekuitas
7. Pengungkapan dan penyajian catatan atas laporan keuangan
Disclosure item yang ada pada disclosure checklist dikelompokkan dalam
7 kelompok untuk keperluan ini. Kepatuhan terhadap masing-masing kelompok
ini turut dihitung selain kepatuhan keseluruhan item. Dengan pendekatan ini,
tidak hanya diketahui tingkat kepatuhan tetapi juga aspek mana yang telah
dipatuhi dengan baik oleh perusahaan dan aspek dimana kendala kepatuhan
ditemui.
Pada akhir analisa, penulis mengelompokkan entitas jasa menurut
subsektornya dan memperbandingkan tingkat kepatuhan antar subsektor.
Analisa atas data tingkat kepatuhan ini dibantu dengan analisis statistik
deskriptif.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Tingkat Kepatuhan terhadap 7 Aspek Penyajian Laporan Keuangan
1. Komponen laporan keuangan
Hasil survei terkait kepatuhan atas ketentuan terkait komponen laporan
keuangan seperti ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Kepatuhan atas pengungkapan komponen laporan keuangan


Tahun N Minimum Maximum Mean Std. Deviasi
2011 70 1,0000 1,0000 1,000000 0E-7
2012 70 1,0000 1,0000 1,000000 0E-7

-8-
Survei menunjukkan bahwa seluruh entitas telah menunjukkan kepatuhan
penuh (100%) terhadap ketentuan terkait komponen laporan keuangan.
2. Karakteristik umum laporan keuangan
Karakteristik umum laporan keuangan menurut PSAK 1, mencakup
penyajian wajar dan kepatuhan terhadap SAK, kelangsungan usaha, dasar
akrual, materialitas dan agregasi, saling hapus, frekuensi pelaporan, informasi
komparatif, dan konsistensi penyajian.
PSAK 1 mengatur hal-hal yang bersifat umum dengan pengaturan spesifik
pada PSAK lain yang bersangkutan. Analisis dan review yang diadakan penulis
atas PSAK 1 lebih diarahkan kepada item-item yang sifatnya mengatur
pengungkapan dan penyajian. Penulis tidak melakukan analisis secara mendalam
dalam hal pengakuan dan pengukuran ataupun metode tertentu yang digunakan
entitas dalam laporan keuangannya, yang diatur secara spesifik di PSAK lain.
Penulis menganggap bahwa pos-pos yang disajikan di laporan keuangan
telah diakui dan diukur dengan cara atau metode yang tepat oleh entitas dan
keterkaitan review penulis hanya dalam apakah pos-pos ini disajikan dan
diungkapkan sesuai hal yang diatur pada PSAK 1. Ketentuan PSAK 1 yang
berhubungan dengan materialitas dan agregasi serta saling hapus tidak termasuk
dalam review studi yang dilakukan penulis. Penulis turut memasukkan dasar lain
di luar interpretasi PSAK sebagai pertimbangan dalam menilai pemenuhan item
penyajian secara wajar.
Dengan memperhatikan kondisi seperti di atas, survei yang diadakan
penulis untuk meneliti kepatuhan atas ketentuan terkait karakteristik umum
laporan keuangan menghasilkan hasil-hasil seperti yang disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Kepatuhan atas pengungkapan karakteristik umum laporan keuangan


Tahun N Minimum Maximum Mean Std. Deviasi
2011 70 0,3571 1,0000 0,597379 0,1683789
2012 70 0,4545 1,0000 0,598606 0,1605200

Pada tabel 3, terlihat rata-rata pengungkapan tergolong kurang baik,


dengan 59,74% pada tahun 2011 dan 59,86% pada tahun 2012. Kenaikan yang
terjadi ini bersifat insignifikan. Rentangan kepatuhan cukup jauh, dimana ada
perusahaan yang dapat mencapai skor 100% namun ada juga yang hanya
mendapat 35,71% (2011) dan 45,45% (2012). Kondisi data beragam dengan
simpangan baku sebesar 16,83% (2011) dan 16,05% (2012).

-9-
3. Identifikasi laporan keuangan
Berdasarkan survei, seluruh perusahaan telah mematuhi ketentuan atas
kelompok item ini secara penuh (100%) seperti yang terlihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Kepatuhan atas pengungkapan identifikasi laporan keuangan


Tahun N Minimum Maximum Mean Std. Deviasi
2011 70 1,0000 1,0000 1,000000 0E-7
2012 70 1,0000 1,0000 1,000000 0E-7

4. Pengungkapan dan penyajian laporan posisi keuangan


Tabel 5 menunjukkan hasil survei kepatuhan terkait pengungkapan dan
penyajian laporan posisi keuangan.

Tabel 5. Kepatuhan atas pengungkapan dan penyajian laporan posisi keuangan


Tahun N Minimum Maximum Mean Std. Deviasi
2011 70 0,6296 1,0000 0,762589 0,0778169
2012 70 0,6552 1,0000 0,770983 0,0786701

Rata-rata kepatuhan atas item pengungkapan dan penyajian laporan


posisi keuangan sesuai PSAK 1 pada tahun 2011 mencapai 76,25%. Pada tahun
berikutnya, terjadi sedikit kenaikan hingga mencapai 77,10%. Nilai kepatuhan
tertinggi yang dapat dicapai perusahaan pada tingkat 100% dan nilai terendah
pada 62,96% (2011) dan 65,52% (2012).

5. Pengungkapan dan penyajian laporan laba rugi komprehensif

Tabel 6. Kepatuhan atas pengungkapan dan penyajian laporan laba rugi


komprehensif
Tahun N Minimum Maximum Mean Std. Deviasi
2011 70 0,5000 0,8571 0,722869 0,0786708
2012 70 0,5714 0,9000 0,737371 0,0721327

Tabel 6 menunjukkan tingkat kepatuhan pengungkapan PSAK 1 terkait


pengungkapan dan penyajian dalam laporan laba rugi komprehensif. Rata-rata
tingkat kepatuhan naik dari 72,29% ke 73,74%. Hal ini diiringi oleh kenaikan
nilai kepatuhan maksimum yang di tahun 2012 dapat menyentuh angka 90%

- 10 -
dari sebelumnya 85,71%. Nilai terendah juga naik dari 50% di tahun 2011 ke
57,14% pada tahun 2012.

6. Pengungkapan dan penyajian laporan perubahan ekuitas


Hasil survei kepatuhan pengungkapan dan penyajian laporan perubahan ekuitas
ditampilkan pada Tabel 7.

Tabel 7. Kepatuhan atas pengungkapan dan penyajian laporan perubahan ekuitas


Tahun N Minimum Maximum Mean Std. Deviasi
2011 70 0,6000 1,0000 0,927273 0,1107069
2012 70 0,6500 1,0000 0,933743 0,0984599
Nilai rata-rata pengungkapan cukup tinggi untuk item terkait
pengungkapan dan penyajian laporan perubahan ekuitas. Sejak tahun 2011,
tingkat kepatuhan sudah mencapai 92,73% dan naik ke angka 93,37%. Nilai
tertinggi kepatuhan pada angka 100% dan terendah pada angka 60% (2011)
dan 65% (2012).

7. Pengungkapan dan penyajian catatan atas laporan keuangan


Tabel 8 menunjukkan hasil survei tingkat kepatuhan PSAK 1 atas
ketentuan mengenai Catatan atas Laporan Keuangan (CALK) pada perusahaan
sampel. Terjadi trend kenaikan kepatuhan dari rata-rata kepatuhan 81,27%
(2011) ke 85,92% (2012). Kenaikan kepatuhan minimum yang cukup besar
terjadi dari 36% kepatuhan ke 52%.

Tabel 8. Kepatuhan atas pengungkapan dan penyajian CALK


Tahun N Minimum Maximum Mean Std. Deviasi
2011 70 0,3600 1,0000 0,812694 0,1322211
2012 70 0,5200 1,0000 0,859217 0,1067431

4.2. Tingkat Kepatuhan Keseluruhan


Tabel 9 memperbandingkan rata-rata kepatuhan per item antar tahun. Item
pengungkapan dengan kepatuhan paling banyak pada tahun 2011 adalah
pengungkapan tentang komponen laporan keuangan dan identifikasi laporan
keuangan dengan nilai sempurna (100%). Tingkat kepatuhan terendah untuk
item pengungkapan berkaitan dengan karakteristik umum laporan keuangan. Hal
yang sama terjadi pada tahun 2012.

- 11 -
Tabel 9. Perbandingan rata-rata kepatuhan per item antar tahun
2011 2012
Komponen laporan keuangan 1,000000 1,000000
Karakteristik umum laporan keuangan 0,597379 0,598606
Identifikasi laporan keuangan 1,000000 1,000000
Pengungkapan dan penyajian laporan posisi keuangan 0,762589 0,770983
Pengungkapan dan penyajian laporan laba rugi 0,722869 0,737371
komprehensif
Pengungkapan dan penyajian laporan perubahan ekuitas 0,927273 0,933743
Pengungkapan dan penyajian catatan atas laporan 0,812694 0,859217
keuangan
Kepatuhan keseluruhan 0,774484 0,792286

Hasil survei atas tingkat kepatuhan tiap perusahaan sampel pada tahun
2011 dan 2012 ditampilkan pada Tabel 10.

Tabel 10. Tingkat kepatuhan per sampel


Tingkat Kepatuhan
No. Entitas Kode
2011 2012
1 Agung Podomoro Land Tbk. APLN 86,92% 87,04%
2 Alam Sutera Realty Tbk. ASRI 75,00% 78,90%
3 Ciputra Property Tbk. CTRP 78,70% 77,78%
4 Cowell Development Tbk. COWL 72,90% 78,30%
5 Danayasa Arthatama Tbk. SCBD 81,37% 83,00%
6 Intiland Development Tbk. DILD 78,38% 83,81%
7 Jakarta International Hotel & Dev. Tbk. JIHD 83,65% 82,00%
8 Lippo Karawaci Tbk. LPKR 76,79% 80,18%
9 Pakuwon Jati Tbk. PWON 81,13% 81,31%
10 Sentul City Tbk. BKSL 78,38% 80,18%
11 Suryamas Dutamakmur Tbk. SMDM 77,36% 81,13%
12 Adhi Karya (Persero) Tbk. ADHI 77,88% 78,57%
13 Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk. JKON 72,22% 74,77%
14 Leyand International Tbk. LAPD 79,63% 79,63%
15 Jasa Marga (Persero) Tbk. JSMR 64,29% 81,25%
16 Telekomunikasi Indonesia Tbk. TLKM 81,98% 81,98%
17 XL Axiata Tbk. EXCL 78,00% 77,98%
18 Garuda Indonesia (Persero) Tbk. GIAA 79,82% 83,33%
19 Indonesia Air Transport Tbk. IATA 82,80% 83,67%
20 Panorama Transportasi Tbk. WEHA 81,37% 81,00%
21 Rig Tenders Tbk. RIGS 77,88% 81,31%
22 Samudera Indonesia Tbk. SMDR 79,82% 80,36%
23 Tower Bersama Infrastructure Tbk. TBIG 74,11% 77,68%

- 12 -
Tingkat Kepatuhan
No. Entitas Kode
2011 2012
24 Bank Agroniaga Tbk. AGRO 82,00% 81,91%
25 Bank Central Asia Tbk. BBCA 77,57% 80,18%
26 Bank Danamon Indonesia Tbk. BDMN 84,68% 88,68%
27 Bank International Indonesia Tbk. BNII 88,07% 85,44%
28 Bank Mandiri (Persero) Tbk. BMRI 78,45% 80,36%
29 Bank Negara Indonesia Tbk. BBNI 88,68% 81,65%
30 Bank OCBC NISP Tbk. NISP 81,73% 80,39%
31 Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. BTPN 78,70% 80,00%
32 Bank Windu Kentjana International Tbk. MCOR 76,84% 84,04%
33 Adira Dinamika Multi Finance Tbk. ADMF 77,36% 78,00%
34 BFI Finance Indonesia Tbk. BFIN 71,00% 74,74%
35 Verena Multi Finance Tbk. VRNA 75,00% 80,61%
36 HD Capital Tbk. HADE 66,98% 65,31%
37 Majapahit Securities Tbk. AKSI 68,27% 72,82%
38 Panin Sekuritas Tbk. PANS 78,30% 79,05%
39 Asuransi Bina Dana Artha Tbk. ABDA 77,23% 78,30%
40 Asuransi Dayin Mitra Tbk. ASDM 75,25% 74,77%
41 Lippo General Insurance Tbk. LPGI 73,00% 77,14%
42 Bhakti Capital Indonesia Tbk. BCAP 75,45% 78,57%
43 Royal Oak Development Asia Tbk. RODA 76,77% 78,79%
44 Ancora Indonesia Resources Tbk. OKAS 74,31% 78,50%
45 Colorpak Indonesia Tbk. CLPI 79,25% 79,25%
46 Evergreen Invesco Tbk. GREN 74,04% 74,75%
47 Intraco Penta Tbk. INTA 80,73% 75,70%
48 Modern Internasional Tbk. MDRN 75,93% 78,50%
49 Tigaraksa Satria Tbk. TGKA 77,57% 79,21%
50 Triwira Insanlestari Tbk. TRIL 74,75% 74,75%
51 Hero Supermarket Tbk. HERO 74,75% 80,77%
52 Matahari Department Store Tbk. LPPF 72,82% 78,79%
53 Metro Realty Tbk. MTSM 66,04% 64,36%
54 Sumber Alfaria Trijaya Tbk. AMRT 77,23% 77,57%
55 Toko Gunung Agung Tbk. TKGA 81,37% 76,77%
56 Bayu Buana Tbk. BAYU 74,77% 76,92%
57 Fast Food Indonesia Tbk. FAST 78,35% 78,35%
58 Indonesian Paradise Property Tbk. INPP 75,47% 80,19%
59 Pembangunan Jaya Ancol Tbk. PJAA 76,70% 77,57%
60 Plaza Indonesia Realty Tbk. PLIN 77,88% 80,53%
61 Pudjiadi Prestige Limited Tbk. PUDP 71,70% 74,26%
62 Elang Mahkota Teknologi Tbk. EMTK 81,65% 83,93%
63 Media Nusantara Citra Tbk. MNCN 79,13% 81,65%
64 Tempo Inti Media Tbk. TMPO 75,25% 79,25%
65 Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk. SRAJ 69,81% 68,87%
66 Astra Graphia Tbk. ASGR 79,61% 83,65%
67 Metrodata Electronics Tbk. MTDL 80,53% 81,42%
68 Bakrie & Brothers Tbk. UNSP 84,11% 86,14%
69 Bumi Resources Minerals Tbk. BUMI 85,45% 83,19%
70 Multifilling Mitra Indonesia Tbk. MFMI 70,48% 75,25%

- 13 -
Distribusi skor dari hasil survei pada Tabel 10 dapat dilihat pada Tabel 11.
Terdapat kecenderungan kepatuhan yang lebih baik pada tahun 2012. Pada
tahun 2011, perusahaan dengan skor diantara 80,00% - 84,99% hanya sebesar
14 perusahaan atau mewakili 20% dari total sampel dan pada tahun berikutnya
jumlah perusahaan dengan skor tersebut berlipat ganda menjadi 30 perusahaan,
mencapai 42,9% dari total sampel. Kenaikan jumlah perusahaan yang mencapai
skor ini disumbang dari perusahaan-perusahaan yang sebelumnya hanya mampu
mencetak skor 65%-79%. Sedangkan untuk jumlah perusahaan yang masuk
kelas teratas dan terbawah masih tetap sama untuk kedua tahun tersebut.

Tabel 11. Frekuensi dan distribusi skor tingkat kepatuhan


2011 2012
Skor
N % N %
60,00% - 64,99% 1 1,4 1 1,4
65,00% - 69,99% 4 5,7 2 2,9
70,00% - 74,99% 13 18,6 7 10,0
75,00% - 79,99% 34 48,6 26 37,1
80,00% - 84,99% 14 20,0 30 42,9
85,00% - 89,99% 4 5,7 4 5,7
Total 70 100,0 70 100,0

Tabel 12 menyajikan analisis deskriptif atas keseluruhan sampel pada


tahun 2011 dan 2012. Jika dilihat dari rata-rata (mean) tingkat kepatuhan,
terjadi kenaikan tingkat kepatuhan dari 77,45% di tahun 2011 ke 79,23% di
tahun 2012. Namun kenaikan ini tidak diiringi kenaikan skor tertinggi yang dapat
dicapai perusahaan. Skor tertinggi yang dicapai perusahaan untuk tahun 2011
dan 2012 tetap sama pada angka 88,68%. Sedangkan, skor terendah yang
dicapai pada tahun 2011 (64,29%) tidak jauh berbeda dengan tahun 2012
(64,36%). Skor kepatuhan tidak terlalu variatif terlihat dari simpangan baku
sebesar 4,8% pada tahun 2011 dan 4,1% pada tahun 2012.

Tabel 12. Analisis deskriptif


Tahun N Minimum Maximum Mean Std. Deviasi
2011 70 0,6429 0,8868 0,774484 0,0482261
2012 70 0,6436 0,8868 0,792286 0,0419044

4.3. Tingkat Kepatuhan antar Sektor

- 14 -
Untuk tingkat kepatuhan per sub sektor disajikan pada Tabel 13. Pada
tahun 2011, perusahaan-perusahaan yang berusaha di sektor property, real
estate dan buiding construction memiliki rata-rata tingkat kepatuhan tertinggi,
disusul sub sektor infrastructure, utilities and transportation, finance, terakhir
diikuti sektor trade, sevices and investment. Nilai rata-rata tingkat kepatuhan
juga cenderung merata untuk tahun ini, tidak terlalu jauh perbedaan rata-rata
antar sektornya (76-78%). Pada tahun 2012, sub sektor infrastructure, utilities
and transportation berhasil mengungguli nilai rata-rata kepatuhan dengan mean
80,82%. Namun, nilai kepatuhan tertinggi yang pernah dicapai suatu entitas
secara individual selama 2 tahun berturut-turut ada di sektor finance.

Tabel 13. Tingkat kepatuhan per sub sektor


Std.
Tahun N Minimum Maximum Mean
Deviasi
Property, Real 13 0,7222 0,8692 0,785138 0,0408550
Estate and Building
Construction
(2011)
Property, Real 13 0,7477 0,8704 0,805362 0,0309334
Estate and Building
Construction
(2012)
Infrastructure, 10 0,6429 0,8280 0,779700 0,0540186
Utilities and
Transportation
(2011)
Infrastructure, 10 0,7768 0,8367 0,808190 0,0199384
Utilities and
Transportation
(2012)
Finance (2011) 20 0,6698 0,8868 0,775665 0,0563939
Finance (2012) 20 0,6531 0,8868 0,790375 0,0487548
Trade, Services 27 0,6604 0,8545 0,766548 0,0439773
and Investment
(2011)
Trade, Services 27 0,6436 0,8614 0,781515 0,0451412
and Investment
(2012)

5. SIMPULAN DAN SARAN


5.1 Simpulan

- 15 -
Penelitian dengan melibatkan sampel 70 perusahaan jasa tercatat di BEI pada
tahun 2011 dan 2012, menghasilkan simpulan sebagai berikut:
1. Item pengungkapan yang paling banyak dipatuhi perusahaan adalah
pengungkapan terkait komponen laporan keuangan dan identifikasi laporan
keuangan (mean 2011,2012:100%). Perusahaan menunjukkan kendala saat
mematuhi aturan terkait dengan karakteristik umum laporan keuangan.
2. PSAK 1 dipatuhi perusahaan jasa tercatat di BEI secara cukup (mean 2011:
77,45%, 2012: 79,23%) dan menunjukkan peningkatan kepatuhan antar
tahun. Dengan peningkatan kepatuhan memasuki tahun 2012, dapat
disimpulkan bahwa implementasi IFRS di Indonesia menunjukkan kinerja
yang baik.
3. Dari sisi sektor, perusahaan di bidang property, real estate dan buiding
construction paling patuh terhadap PSAK 1 konvergensi, diikuti oleh
perusahaan dari sektor infrastructure, utilities and transportation, finance,
dan trade, sevices and investment.

5.2 Saran
1. Penelitian ini terbatas pada sektor jasa. Untuk penelitian selanjutnya,
sebaiknya mengambil sampel dari total populasi seluruh perusahaan tercatat
di BEI dengan margin of error yang lebih kecil.
2. Pengukuran kepatuhan dapat dilakukan atas penerapan PSAK 1 revisi terbaru
(revisi 2013) saat data laporan keuangan tersedia di BEI.
3. Sebaiknya studi atas pengukuran kepatuhan menggunakan PSAK lain selain
PSAK 1. Ketentuan PSAK 1 lebih bersifat umum dan luas, ke depannya
sebaiknya meneliti PSAK yang lebih spesifik dan lebih baik menguji lebih dari
satu PSAK.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. & Minhat, M. 2013. Measuring Compliance with IFRS Mandatory
Disclosure Requirements: Some Evidence. Australian Journal of Basic
and Applied Sciences, 7(8): 163-169, 2013.
Al-Jabri, H. & Hussain, M.M. Compliance with International Accounting Standard
Requirements among Omani Listed Companies. Paper dipresentasikan di
IFRS Conference-Challenges & Opportunities 1-2 May, 2012.

- 16 -
Al-Shammari, B., Brown, P., dan Tarca, A. 2008. An Investigation of Compliance
with International Accounting Standards by Listed Companies in the Gulf
Co-Operation Council Member States. The International Journal of
Accounting 43 (2008), 425-447.
Alfian, D., Iriyadi, I. and Pramiudi, U., 2013. Anggaran Biaya Sebagai Alat
Pengendalian Manajemen Pada PT Asuransi Jiwasraya (Persero)
Bogor. Jurnal Ilmiah Akuntansi Kesatuan, 1(3).
DeFond, M., Hu, X., Hung, W., dan Li, S. 2010. The Impact of Mandatory IFRS
Adoption on Foreign Mutual Fund Ownership: The Role of Comparability.
Tersedia pada: http://ssrn.com/abstract=1473889
Ernst & Young. 2014. International GAAP Disclosure Checklist 2014. Tersedia
pada:http://www.ey.com/Publication/vwLUAssets/EY_International_GAA
P_Disclosure_Checklist/$File/EY-CTools-DC-March-2014.pdf
Harahap, S.S. 2011. Teori Akuntansi. Rajagrafindo Persada, Jakarta.
IFRS Foundation. 2014. IFRS Application around the World: Jurisdictional Profile:
Indonesia. Tersedia pada: http://www.ifrs.org/Use-around-the-
world/Documents/Jurisdiction-profiles/Indonesia-IFRS-Profile.pdf
Ikatan Akuntan Indonesia. 2012. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan per 1
Juni 2012. Ikatan Akuntan Indonesia.
Imam, A. 2013. Analisis Survei Penerapan SAK IFRS untuk PSAK No. 1 dan PSAK
No. 2 (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang Listing di BEI.
Universitas Negeri Padang.
Indonesia Stock Exchange. 2011. IDX Fact Book 2011. Indonesia Stock
Exchange. Tersedia pada: http://www.idx.co.id/en-
us/home/publication/factbook.aspx
Iriyadi, I. and Rosita, S.I., 2013. Evaluasi Penerapan Sistem Pengendalian
Internal Penjualan dan Kas Pada Perusahaan Jasa Penerbangan. Jurnal
Ilmiah Akuntansi Kesatuan, 1(1).
Joshi, P.L. & Al-Mudhahki, J. 2013. Empirical Study of Compliance with
International Accounting Standards (IAS-1) by Stock Exchange Listed
Companies in Bahrain. Journal of Financial Management & Analysis, Jul-
Dec 2013, p.44
Kartikahadi, H., Sinaga, R.U., Syamsul, M., dan Siregar, S.V. 2012. Akuntansi
Keuangan berdasarkan SAK berbasis IFRS. Salemba Empat, Jakarta.
KPMG. 2009. Disclosure Checklist. Tersedia di: https://www.kpmg.com/CN/
en/IssuesAndInsights/ArticlesPublications/Documents/Disclosure-
Checklist-O-200906.pdf
Meiflowerina, Darmayanti, Y., dan Fauziati P. 2014. Peran Corporate Governance
terhadap Tingkat Kepatuhan Mandatory Disclosure Konvergensi IFRS
pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Universitas Bung Hatta e-journal, Vol 4, No. 1, 2014.
Mulyana, M., 2012. Consumer Behaviour: Sukses Dengan Memahami Konsumen.
ISBN 978-979-18531-6-3, Bogor: Kesatuan Press.

- 17 -
Ng, E.J. dan Wahyuni, E.T. 2012. Panduan Praktis Standar Akuntansi Keuangan.
Salemba Empat, Jakarta.
Nurendah, Y. and Mulyana, M., 2012. Analysis of Retailer’s Location and Store
Image of Giant Botani Square Bogor. Jurnal Ilmiah Kesatuan, 14(1),
pp.21-31.
Pitasari, A. & Septiani A. 2014. Analisis Pengaruh Struktur Corporate Governance
terhadap Tingkat Kepatuhan Pengungkapan Konvergensi IFRS pada
Laporan Laba Rugi Komprehensif. Diponegoro Journal of Accounting, Vol
3, No. 2, 2014.
Purba, J.H.V., 2015. Metodologi Penelitian. Bogor: Universitas Pakuan (Diktat
Kuliah).
Prawinandi, W., Suhardjanto, D., dan Triatmoko, H. 2012. Peran Struktur
Corporate Governance dalam Tingkat Kepatuhan Mandatory Disclosure
Konvergensi IFRS Indonesia. Universitas Sebelas Maret.
Purba, J.H.V., 2006. Analisis Kinerja Keuangan Emiten Sebelum dan Sesudah
Masuk Bursa: Studi Kasus Pada PT X. Jurnal Ilmiah Ranggagading
(JIR), 6(1), pp.31-35.
Purba, J.H.V. and Munawar, A., 2008. Kajian Dampak Pelatihan terhadap Kinerja
Karyawan. Jurnal Ilmiah Ranggagading (JIR), 8(2), pp.95-102.
Street, D. L. dan S. M. Bryant. 2000. Disclosure Level and Compliance with IASs:
A Comparison of Companies with and without U.S. Listings and Fillings.
The International Journal of Accounting 35 (3), 305-329.
Street, D.L., Gray, S.J., dan Bryant, S.M. 1999. Acceptance and Observance of
International Accounting Standards: An Empirical Study of Companies
Claiming to Comply with IASs. The International Journal of Accounting,
Vol. 34, No. 1, 11-48.
Sulistiono, S. and Bawono, S., 2009. Membangun Strategi Promosi Dalam
Pengembangan Bisnis. Jurnal Ilmiah Kesatuan (JIK), 11(2).
Supriadi, Y. and Sofyana, A., 2012. Analisis Pengaruh Likuiditas dan Solvabilitas
terhadap Rentabilitas pada Koperasi Karyawan PLN Cipta Usaha. Jurnal
Ilmiah Ranggagading (JIR), 12(2), pp.186-192.
Tatsumi Yamada. The Long Path to Convergence. A Plus + September 2006.
Tersedia pada: http://app1.hkicpa.org.hk/APLUS/06_sept/34.pdf
Tsalavoutas, I. dan Evans, L. 2010. Comparison of two methods for measuring
compliance with IFRS mandatory disclosure requirements. Journal of
Applied Accounting Research, Vol. 11 Iss 3 pp. 213 – 228.
Utami,W.D., Suhardjanto, D., dan Hartoko, S. 2012. Investigasi dalam
Konvergensi IFRS di Indonesia: Tingkat Kepatuhan Pengungkapan Wajib
dan Kaitannya dengan Mekanisme Corporate Governance. Universitas
Sebelas Maret.
Wahyuni, E. 2013. The Role of Institutional Entrepreneur in IFRS diffusion: The
Case Study of IFRS Convergence in Indonesia. University of Manchester.

- 18 -
Wulan, S. 2013. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Disclosure
(Studi pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2009-2012). Universitas Kristen Satya Wacana.
www.iasplus.com
www. idx.co.id

- 19 -

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai