Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PROSES INDUSTRI KIMIA

SULFUR DAN INDUSTRI ASAM SULFAT


15 OKTOBER 2020

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1 :
1. AJENG KUSUMANINGRUM NPM : 08.2018.1.01803
2. M. AMIRUL FATAH NPM : 08.2018.1.01811
3. BREENDA DEWANGGI SUBEKTI NPM : 08.2019.1.90249

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA
2020
Sulfur dan Industri Asam Sulfat

DAFTAR ISI
COVER .............................................................................................................. i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan .................................................................................... 2
BAB II ISI .............................................................................................................. 3
2.1 Bahan Baku Industri Belerang dan Asam Sulfat ...................................... 3
2.2 Karakteristik Bahan Baku dari Industri Belerang dan Asam Sulfat ......... 4
2.3 Proses Industri Belerang dan Asam Sulfat ............................................... 6
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 15
3.1 Kesimpulan............................................................................................. 15

FTI – ITATS ii
Sulfur dan Industri Asam Sulfat

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Belerang atau sulfur adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang S dan nomor atom 16. Belerang ditemukan dalam meteorit. R.W. Wood
mengusulkan bahwa terdapat simpanan belerang pada daerah gelap di kawah
Aristarchus. Belerang terjadi secara alamiah di sekitar daerah pegunungan dan
hutan tropis. Sulfir tersebar di alam sebagai pirit, galena, sinabar, stibnite, gipsum,
garam epsom, selestit, barit dan lain-lain. Bentuknya adalah non-metal yang tak
berasa, tak berbau dan multivalent. Belerang dalam bentuk aslinya, adalah sebuah
zat padat kristalin kuning. Di alam belerang dapat ditemukan sebagai unsur murni
atau sebagai mineralmineral sulfide dan sulfate. Ia adalah unsur penting untuk
kehidupan dan ditemukan dalam dua asam amino. Penggunaan komersilnya
terutama dalam fertilizer namun juga dalam bubuk mesiu, korek api, insektisida dan
fungisida. Belerang dikenal masyarakat (khususnya para petani) adalah sejenis
bahan untuk digunakan pembasmi tikus. Dengan alat khusus, belerang diubah untuk
menjadi asap yang dimasukkan pada lubang-lubang tikus di persawahan, sehingga
tikus dibuatnya semaput. Manfaat belerang padahal cukup banyak khususnya untuk
dunia industri.
Asam sulfat adalah suatu bahan penting untuk berbagai proses produksi, antara
lain industri pupuk, bahan kimia maupun untuk analisa labotarorium. Asam sulfat
merupakan asam anorganik yang bisa diproduksi secara massal dan dalam kapasitas
besar. Pada umumnya setiap pabrik memiliki unit pabrik pengolahan asam sulfat
agar mengurangi biaya pembelian bahan baku. Oleh karena itu, agar kita lebih
memahami mengenai industri belerang 2 dan asam sulfat, maka makalah ini akan
membahas mengenai industri belerang dan asam sulfat.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Apa karakteristik bahan baku yang digunakan dalam industri belerang dan
asam sulfat?
2. Bagaimana proses industri belerang dan asam sulfat?

FTI – ITATS 1
Sulfur dan Industri Asam Sulfat

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk:
1. Mengetahui karakteristik bahan baku yang digunakan dalam industri
belerang dan asam sulfat.
2. Memahami proses industri belerang dan asam sulfat.

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat dari penulisan makalah ini adalah dapat:
1. Mengetahui karakteristik bahan baku yang digunakan dalam industri
belerang dan asam sulfat.
2. Memahami proses industri belerang dan asam sulfat.

FTI – ITATS 2
Sulfur dan Industri Asam Sulfat

BAB II
ISI
2.1 Bahan Baku Industri Belerang dan Asam Sulfat
Belerang terdapat dalam keadaan unsur bebas ataupun dalam senyawa sulfida
Bahan baku utama pembuatan asam sulfat adalah sulfur atau belerang, yang
berwarna kuning. Belerang di alam terdapat di kulit bumi meliputi kira-kira 0,1%
dari massa kulit bumi. Belerang dalam keadaan unsur bebas terdapat di alam
(daerah gunung berapi dan dalam tanah). Dalam bentuk senyawa, belerang terdapat
pada bijih-bijih seperti pyrit (FeS2), sfalerit (ZnS), kalkoprit (CuFeS2), galena
(PbS), atau pada garamgaram sulfat seperti gips CaSO4, barium sulfat (BaSO4),
maupun magnesium sulfat (MgSO4). Sekitar 56% belerang diperoleh dengan
penambangan dari sulfur alam, 19% diperoleh dari senyawa-senyawa sulfur seperti
pyrite atau batuan sulfida/ sulfat lainnya, dan dari gas buangan industri minyak
bumi/ batu bara (H2S, SO2) 25%.
Penyebaran penambangan endapan belerang di Indonesia saat ini baru
diketahui terdapat dienam propinsi, dengan total cadangan sekitar 5,4 juta. Untuk
belerang tipe sublimasi, karena proses terjadinya didasarkan kepada aktivitas
gunung berapi, maka selama gunung berapi aktif, belerang tipe ini dapat diproduksi.
Dengan demikian sumber daya belerang sublimasi dapat dianggap tidak terbatas.
Saat ini belerang termurah dihasilkan dari China dan India.
Berikut daerah yang memiliki sumber belerang, antara lain:
1. Jawa Barat : Gunung Tangkuban Perahu, Danau Putri, Galunggung,
Ceremai, Telaga Bodas.
2. Jawa Tengah : Gunung Dieng.
3. Jawa Timur : Gunung Arjuno, Gunung Welirang, Kawah Ijen.
4. Sumatera Utara : Gunung Namora.
5. Sulawesi Utara : Gunung Mahawu, Soputan.
6. Maluku : Pulau Damar.
Dari total jumlah sulfur yang diproduksi tersebut, sekitar 70-85% digunakan
untuk pembuatan asam sulfat. Sedangkan asam sulfat banyak digunakan untuk
industri pupuk (37%), industri bahan kimia (18%), industri bahan warna (8%), pulp
dan kertas (7%), besi baja, serat sintetis, minyak bumi dan lain-lain.

FTI – ITATS 3
Sulfur dan Industri Asam Sulfat

Skema bahan baku dan penggunaan asam sulfat

2.2 Karakteristik Bahan Baku dari Industri Belerang dan Asam Sulfat
2.2.1 Karakteristik Bahan Baku Penambangan dan Pembuatan Belerang
A. Mineral Sulfida
1. Bijih Pyrit (FeS2)
Sistem Kristal : isometrik seperti dadu atau kubus (striated)
Kekerasan : 6 – 6,5 mohs
Berat Jenis : 4,95 – 5,10
Warna : emas pucat

2. Sfalerit (ZnS)
Sistem Kristal : isomeristik
Kekerasan : 3,5 – 4 mohs
Berat Jenis : 4,0
Warna : biasanya hitam tetapi bisa
berwarna soklat, kuning,
kemerahan, hijau, dan
putih atau kurang umum berwarna.
Sifat : submetalik
Keberadaan : Joplin, Missouri, Rosiclare, Illinois, Elmwood,
Tennessee, Amerika Serikat, Broken Hill,
Australia, Italia, Spanyol, Burma, Peru, Maroko,
Jerman, dan Inggris.

FTI – ITATS 4
Sulfur dan Industri Asam Sulfat

3. Kalkoprit (CuFeS2)
Sistem Kristal : Tertragonal
Kekerasan : 3,5 – 4 mohs
Berat Jenis : 4,2
Warna : kuning keemasan
Sifat : logam
Keberadaan : Chile, Peru, Meksiko, Eropa, dan Afrika Selatan,
dan USA.
4. Galena (PbS)
Sistem Kristal : isometric heksoktahedral
Kekerasan : 2,5 – 2,75 mohs
Berat Jenis : 7,58
Warna : abu-abu timah
Sifat : semikonduktor
Keberadaan : Perancis, Romania, Austria,
Belgium, Italia, Spanyol,
Scotland, Inggris, Australia, Mexico, Gunung
Hermon (Israel sebelah utara), Amerika Serikat
(lembah Mississippi, di bagian tenggara Missouri
dan di Illinois, Iowa dan Wisconsin)

B. Gas Buang Minyak Bumi/ Batubara


1. Hidrogen Sulfat (H2S)
Berat Molekul : 34,08 g/mol
Auto Ignition : 260℃
Titik Didih : -60,2℃
Berat Jenis : 1,189 g/cm3
Kelarutan : 437 mL/100 mL air pada 0℃ dan 186 mL/100 mL
air pada 40℃
Sifat : gas beracun, korosif, dan tidak berwarna
2. Belerang Dioksida (SO2)
Berat Molekul : 64,08 g/mol

FTI – ITATS 5
Sulfur dan Industri Asam Sulfat

Titik Leleh : 28℃


Titik Didih : -10℃
Kelarutan : sekitar 80 volume gas larut dalam satu volume air
pada 0℃
Sifat : berbau tajam, beracun, dan tidak mudah terbakar diudara

2.2.2 Karakteristik Bahan Baku Pembuatan Asam Sulfat


Sifat Fisik dan Kimia:
Berat Atom : 32,07 g/mol
Titik Leleh : 112,8℃ (rhombik)
119,0℃ (monoklin)
Titik Didih : 446℃
Kekerasan : 1,5 – 2,5 skala mohs
Ketahanan : getas/ mudah hancur (brittle)
Pecahan : berbentuk konkoidal dan tidak rata
Kilap : damar
Gores : berwarna putih
Nyala Lampu : biru dan jika dibakar menghasilkan gas SO2 yang berbau
busuk
Warna : kuning gelap atau kehitaman
Daya Hantar : penghantar panas dan listrik yang buruk
Kelarutan : tidak larut dalam air (larut dalam CS2, CCl4, minyak bumi,
minyak tanah, dan anilin)

2.3 Proses Industri Belerang dan Asam Sulfat


1. Penambangan dan Pembuatan Belerang
a. Pengambilan Belerang Alam Dari Tanag (Proses Frasch)
Sebelum proses Frasch dikembangkan, belerang unsur ditambang
dengan cara manual, yaitu belerang dalam bijih dikonsentrasi dengan
membakar sebagian belerang itu dalam tumpukan agar sebagian
belerang lainnya melebur dan zat cairnya ditarik keluar, kemudian
dicetak dalam cetakan. Proses Frasch. Sejak akhir tahun 1890-an,

FTI – ITATS 6
Sulfur dan Industri Asam Sulfat

Herman Frasch telah menciptakan cara yang cerdik untuk melebur


belerang di bawah tanah atau di bawah laut, untuk kemudian
dipompakan ke permukaan.
Lubang-lubang bor digali
sampai ke dasar lapisan yang
mengandung belerang
dengan menggunakan
peralatan pemboran minyak
biasa, sampai kedalaman 150
– 750 m. Kemudian suatu
sarangan yang terdiri dari
tiga pipa dengan diameter
berkisar antara 3 cm sampai
20 cm dilewatkan melelui
strata yang mengandung
belerang dan berhenti 12 di bagian atas anhidrat yang tidak
mengandungnya, seperti pada gambar.
Sebuah pipa 10 cm dimasukkan ke dalam pipa 20 cm, sehingga
terbentuk sebuah ruang anulus di antara keduanya yang menjangkau
sampai hampir ke dasar batuan yang mengandung belerang, dan duduk
pada suatu kalung yang menutup rapat ruang anulus antara pipa 20 cm
dan 10 cm tersebut. Sebuah pipa dengan diameter 3 cm dijulurkan di
tengah-tengah sampai sedikit di atas kalung. Luban-lubang dibagian
atas digunakan untuk air panas keluar dan lubang dibagian bawah untuk
belerang lebur masuk.
Untuk mengoperasikan proses Frasch ini, air panas bersuhu 160℃
dilewatkan melalui ruang anulus antara pipa 20 cm dan pipa 10 cm. Air
itu akan keluar melalui perforasi (lubang-lubang) ke dalam formasi
berpori di dasar sumur. Batuan yang mengandung belerang di sekitar
sumur, yang dilalui oleh sirkulasi air panas tersebut akan menjadi panas
dan suhunya naik sampai di atas titik cair belerang, yaitu kira-kira
115oC. Belerang cair yang lebih berat dari air akan tenggelam dan

FTI – ITATS 7
Sulfur dan Industri Asam Sulfat

membentuk suatu kolam di sekitar dasar sumur, kemudian masuk


melalui perforasi sebelah bawah, lalu naik ke atas melelui ruang antara
pipa 10 cm dan pipa 3 cm. belerang cair itu didorong ke atas oleh
tekanan air panas sampai kira-kira separuh ketinggian ke permukaan.
Udara bekanan air panas dipompakan melalui pipa 3 cm untuk
mengaerasi belerang cair dan menurunkan densitasnya sehingga naik
kepermukaan.
Sedangkan air ditarik keluar dari formasi itu dengan laju aliran
kirakira sama dengan laju injeksinya, agar tidak terjadi peningkatan
tekanan yang dapat menyebabkan pemasukannya terhenti. Setelah
sampai dipermukaan, belerang cair itu dialirkan melalui pipa-pipa yang
dipanaskan dengan uap ke dalam pemisah (separator), dimana 13 udara
dikeluarkan. Belerang itu kemudian dibiarkan memadat di dalam tong-
tong penimbunan atau tetap dalam keadan cair di dalm tangki
penimbunan yang dipanaskan dengan uap.
b. Pengambilan Belerang Alam Dari Gunung Berapi (Indonesia)
Deposit sulfur di gunung berapi dapat berupa batuan, lumpur
sedimen atau lumpur sublimasi, kadarnya tidak begitu tinggi (30 – 60%)
dan jumlahnya tidak begitu banyak (600 - 1000 juta ton). Untuk
pemanfaatan sumber alam ini diperlukan peningkatan kadar sulfur
terlebih dahulu, antara lain dengan cara flotasi dan benefication proses.
Dalam flotasi dilakukan penambahan air dan frother, sehingga sulfur
akan terapung dan dapat dipisahkan. Prinsip kerja dari proses flotasi
didasarkan pada perbedaan tegangan permukaan dari mineral di dalam
air (aqua) dengan cara mengapungkan mineral ke permukaan. Secara
garis besar pemisahan dengan cara flotasi dilakukan dalam 2 tahap, yaitu
tahap conditioning dan tahap pengapungan mineral (flotasi). Tahap
conditioning bertujuan untuk membuat suatu mineral tertentu bersifat
hidrofobik dan mempertahankan mineral lainnya bersifat hidrofilik.
Pada tahap conditioning ini, ke dalam pulp dimasukkan beberapa reagen
flotasi. Sedangakan tahap flotasi atau aerasi adalah tahap pengaliran
udara kedalam pulp secara mekanis baik agitasi maupun injeksi udara.

FTI – ITATS 8
Sulfur dan Industri Asam Sulfat

Dari gambar di atas terlihat bahwa pada proses flotasi mineral yang
akan dipisahkan bersama dengan reagen akan menempel pada
gelembung udara dan naik ke permukaan, sedangkan sisanya berupa
pasir halus dan air yang disebut tailing. Sedangkan dalam benefication
proses, sulfur setelah ditambahkan air dan reagenreagen dipanaskan
dalam autoklaf selama ½ - ¾ jam pada tekanan 3 atm, sehingga setiap
partikel kecil sulfur terkumpul, kemudian dilakukan pencucian dengan
air untuk menghilangkan tanah, lalu dipanaskan kembali dalam autoklaf
sehingga sulfur terpisah sebagai lapisan sulfur dengan kadar 80 – 90%.
c. Pengambilan Belerang Dari Gas Buang Bahan Bakar
Sulfur dapat diperoleh dari gas buang pembakaran batubara atau
pengilangan minyak bumi yang tidak boleh dibuang ke udara karena
dapat menimbulkan pencemaran. Pengolahan gas buang untuk
memperoleh sulfur ini biasa dilakukan dengan menggunakan proses
Claus. Pada proses ini, gas-gas tersebut (H2S) terlebih dahulu diadsorpsi
dengan menggunakan etanolamin untuk memisahkannya dari gas-gas
lain, yang kemudian akan masuk ke unit Claus. Terdapat dua tahapan
pada proses Clause, yaitu thermal step dan catalityc step.

FTI – ITATS 9
Sulfur dan Industri Asam Sulfat

Pada thermal step, sebagian gas H2S akan teroksidasi dengan udara, ini
dilakukan dalam tungku reaksi pada suhu tinggi (1000 – 1400℃).
Sehingga sulfur akan terbentuk dan akan dihasilkan pula gas SO2,
namun beberapa gas H2S tetap tidak bereaksi. Dengan reaksi sebagai
berikut:

Kemudian pada catalityc step, gas H2S yang belum teroksidasi pada
thermal step direaksikan dengan SO2 pada suhu yang lebih rendah
(sekitar 200 – 350℃) selama katalis untuk memperoleh belerang.
Dengan reaksi sebagai berikut:

Pada tahap kedua dibutuhkan katalis untuk membantu gas H2S


bereaksi lebih cepat dengan SO2. Tetapi pada tahap ini tidak semua gas
H2S dapat cepat bereaksi sehingga dibutuhkan dua atau tiga tahap
katalitik, seperti yang terlihat pada gambar. Setelah melalui kedua tahap
tersebut masih ada sejumlah kecil gas H2S yang masih tertinggal dalam
tail gas, dan biasanya dapat ditangani dengan proses unit tail gas,
sehingga secara keseluruhan akan didapatkan sekitar 99,8% sulfur.
d. Pengambilan Belerang Dari Batuan Sulfide
Sulfur dapat pula diambil dari batuan sulfida atau sulfat, seperti
pyrite FeS2, colcopyrite CuFeS2, covelite CuS, galena PbS, Zn blende
ZnS, gips CaSO4, anglesite PbSO4, dan lain-lain. Proses yang dapat
digunakan untuk pemulihan belerang unsur dari pyrite adalah proses
peleburan-kilat Outokumpu, proses Orkla, dan proses Noranda, tetapi
dewasa ini hanya proses Outokumpu yang masih beroperasi secara
komersial. Pada proses ini akan dihasilkan gas yang mengandung sulfur
dioksida (SO2) cukup tinggi untuk pembuatan asam sulfat. Contoh
reaksi utama pengolahan pyrite:

FTI – ITATS 10
Sulfur dan Industri Asam Sulfat

2. Asam Sulfat
a. Proses Kontak
Salah satu cara pembuatan asam sulfat melalui proses industri
dengan produk yang cukup besar adalah dengan proses kontak. Prinsip
proses kontak adalah reaksi oksidasi gas SO2 dengan oksigen dari udara
dengan memakai katalis padat dilanjutkan dengan absorpsi gas SO3
yang dihasilkan untuk membentuk asam sulfat.
Reaksi Utama:

Pt merupakan katalis yang mula-mula dipakai karena katalis ini aktif


pada suhu di atas 400℃. Reaksinya merupakan reaksi keseimbangan
dan ekoterm sehingga digunakan sejumlah konverter adiakat yang
dipasang secara seri dan dipasang pendingin di antara masingmasing
konverter untuk mendapatkan konversi sampai 95%. Konversi reaksi
harus tinggi karena SO2 yang tak bereaksi menimbulkan polusi udara.
- Proses Kontak dengan Absorpsi Tunggal
Bila menggunakan bahan baku seperti bijih sulfida, asam
bekas pakai atau lumpur asam, diperlukan pemurnian gas yang
cukup ekstensif. Kalor yang dilepas pada waktu reaksi katalitik
dimanfaatkan untuk memanaskan gas SO2 di dalam penukar kalor
sebelum masuk konversi katalitik. Kalor yang keluar dalam
pemanggangan bijih atau dalam pembakaran asam bekas biasanya
dipulihkan dalam bentuk uap bertekanan rendah. Bahan yang
digunakan pada proses ini adalah belerang dan melalui proses
berikut.
1. Belerang dibakar di udara, sehingga bereaksi dengan oksigen
dan menghasilkan gas belerang dioksida.

FTI – ITATS 11
Sulfur dan Industri Asam Sulfat

2. Belerang dioksida direaksikan dengan oksigen dan dihasilkan


belerang trioksida.

Reaksi ini berlangsung lambat, maka dipercepat dengan katalis


vanadium pentaoksida (V2O5) pada suhu ± 450°C.
3. SO3 yang dihasilkan, kemudian dipisahkan, dan direaksikan
dengan air untuk menghasilkan asam sulfat.

4. Reaksi tersebut berlangsung hebat sekali dan menghasilkan


asam sulfat yang sangat korosif. Untuk mengatasi hal ini, gas
SO3 dialirkan melalui menara yang di dalamnya terdapat aliran
H2SO4 pekat, sehingga terbentuk asam pirosulfat (H2S2O7) atau
disebut “oleum”. Asam pirosulfat direaksikan dengan air
sehingga menghasilkan asam sulfat dengan kadar 98%.

- Proses Kontak dengan Absorpsi Ganda


Proses kontak kemudian mengalami modifikasi secara
berangsur-angsur dan menggunakan absorpsi ganda (juga disebut
katalis ganda), sehingga hasilnya lebih tinggi dan emisi SO2 yang
belum terkonversi dari cerobong asap berkurang.
Dalam konfigurasi aliran ini, gas yang keluar dari menara
absorpsi pertama dipanaskan lagi melalui pertukaran kalor dengan
gas konverter bawah dan masuk kembali dalam tahap akhir
konverter itu. Oleh karena itu, kadar sulfur trioksidanya rendah,
reaksinya:

Reaksi dapat berlangsung lebih jauh pada arah yang dihendaki dan
pemulihan dapat lebih tinggi dan mencapai 99,7%.

FTI – ITATS 12
Sulfur dan Industri Asam Sulfat

b. Proses Bilik Timbal


Proses bilik timbal yang dikembangkan pada pertengahan kedua
abad ke-18, membakar sulfur dalam bejana tanah liat. Sejumlah kecil
SO3 yang dihasilkan (bersamaan dengan SO2 yang menjadi produk
utamanya) diembunkan dan dimasukan ke dalam air untuk membuat
asam sulfat. Suatu penemuan yang tak sengaja mengungkapkan bahwa
penambahan natrium nitrat dan kalium nitrat meningkatkan rendemen
SO3. Garam-garam ini terurai untuk menghasilkan nitrogen dioksida
yang bereaksi dengan SO2 dan menghasilkan SO3:
SO2(g) + NO2(g) → SO3(g) + NO(g)
Pada tahun 1736, Joshua Ward mengambil langkah penting
berikutnya dengan mengganti bejana tanah liat tempat sulfur dibakar
dengan botol kaca besar yang disusun berseri, untuk mempercepat
proses. Pengembangan bilik-timbal (lead chamber) berukuran kamar,
yang digunakan pertama kali oleh John Roebuck pada tahun 1746,
secara dramatis memperluas manufaktur asam sulfat. Produk dari bejana
tanah liat yang kuno itu hanya beberapa gram, dan botol kaca Ward
dapat menghasilkan beberapa kilogram. Sebaliknya, bilik-timbal dapat
memproduk asam sulfat dalam jumlah ratusan pound hingga berton-ton,
menurunkan harga produk karena skalanya yang besar serta
menurunkan biaya tenaga kerja. Dalam proses bilik-timbal, campuran
sulfur dan kalium nitrat diletakan dalam cedok (ladle) dan dibakar di
dalam bilik besar yang dilapisi timbal, lantainya digenangi dengan air.
Gas mengembun pada dinding dan diabsorpsi oleh air. Sesudah proses
ini diulang beberapa kali, asam sulfat encer diambil dan dididihkan
untuk memekatkannya lebih lanjut. Pengembangan terakhir meliputi
penghembusan uap air untuk mempercepat reaksi dengan air dan
menyebarkan gas serta memisahkan bilik pembakar dari bilik absorpsi.
Joseph Gay Lussac mengambil langkah maju yang nyata pada tahun
1835 ketika ia membangun menara untuk mengambil kembali NO yang
sebelumnya telah dihembuskan keluar dan dan mengkonversinya
kembali menjadi NO2 melalui reaksi dengan oksigen. Tepatnya, dalam

FTI – ITATS 13
Sulfur dan Industri Asam Sulfat

menara Gay Lussac, NO dikonversikan menjadi asam Nitrit (HNO2)


yang dilarutkan dalam asam sulfat berair;
2NO(g) + ½ O2(g) + H2O(l) → 2HNO2(aq)
Asam nitrit kemudian direaksikan dalam menara kedua yang diberi
nama sesuai dengan pengembangannya, John Glover untuk
mengoksidasi sulfur dioksida :
2HNO2(aq) + SO2(g) → H2SO4(g) + 2NO(g)
Reaksi keseluruhan langkah-langkah ini ternyata :
SO2(g) + ½ O2(g) + H2O(l) → H2SO4(aq)
Pendaur ulangan oksida nitrogen sangat mengurangi konsumsi natrium
nitrat atau kalium nitrat, yang hanya sekarang diperlukan untuk
menggantikan dalam kehilangan dalam proses. Disamping itu, menara
Glover memproduksi asam sulfat yang lebih pekat 75 sampai 85 persen
H2SO4 berdasar massa dibandingkan 60 sampai 70 persen yang
diperoleh dengan metode terdahulu.

FTI – ITATS 14
Sulfur dan Industri Asam Sulfat

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh mengenai industri belerang dan asam
sulfat, antara lain:
1. Belerang merupakan salah satu bahan dasar yang paling penting dalam industri
pengolahan kimia.
2. Bahan baku yang digunakan dalam industri asam sulfat adalah belerang.
3. Proses industri asam sulfat terdiri dari proses kontak (absorpsi tunggal dan
ganda) dan proses bilik timbal.
4. Proses kontak dan bilik timbal memakai bahan dasar SO2 dari pembakaran
belera

FTI – ITATS 15

Anda mungkin juga menyukai