Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MINERAL PIRIT

Oleh:
FATA IQWAMUDDIN AL GHIFARI
NIM 16630024

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2020
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia dikenal sangat kaya dengan sumber daya alam, salah satunya adalah hasil
tambang seperti mineral. Mineral adalah benda padat homogen yang terdapat di alam terbentuk
secara anorganik, mempunyai komposisi kimia tertentu dan mempunyai atom-atom yang
tersusun secara teratur. Banyak bahan yang tidak dapat diproduksi tanpa menggunakan mineral.
Sebagai contoh, mineral yang terlibat dalam pembuatan kaca, kertas, dan cat. Hampir semua
jenis produk menggunakan bahan dasar dari mineral. Misalnya, proses manufaktur yang terlibat
dalam penyulingan minyak bumi, pembuatan baja, memproduksi tekstil, plastik, dan pupuk.
Semua tergantung pada bahan kimia yang dibuat dari mineral.
Mineral paling banyak ditemukan dalam batuan beku, batuan metamorf, batuan bauksit,
dan sedimentasi maupun mineral yang terbentuk sebagai aktifitas hidrotermal contohnya seperti
mineral sulfida. Mineral sulfida merupakan mineral hasil persenyawaan langsung sulfur
(belerang) dengan unsur tertentu seperti besi, perak, tembaga, timbal, seng, dan merkuri. Mineral
sulfida sering dijumpai berupa spalerit, galena, kalkopirit, dan pirit (Haris, 2014). Mineral sulfida
berupa ikatan antara sulfur dan logam dijumpai tersebar di alam dalam kadar dan dimensi kecil
sampai besar. Pemanfaatan cebakan mineral sulfida dengan mengekstrak bijih menjadi
komponen bernilai ekonomi yang dapat terdiri dari logam, bahan kimia dan bahan baku untuk
industri lain (Zulfitrah, 2018).
Beberapa jenis mineral memiliki sifat dan bentuk tertentu, serta susunan kristal
yangberbeda. Salah satu unsur logam yang memiliki kekristalan yang baik adalah besi. Bijih besi
di alam terbentuk dalam mineral pyrite, magnetite, hematite, limonite dan Cromite. Bijih
besimerupakan mineral yang keberadaannya melimpah dipermukaan bumi. Salah satu mineral
ikutan yang terdapat di wilayah Bontocani yaitu pyrite. Pyrite merupakan salah satu mineral
yang dapat dikembangkan sebagai sel fotovoltaik dan aplikasi elektrokimia. Pirit terbentuk di
sekitar wilayah gunung api yang memiliki kandungan sulfur yang tinggi. Proses mineralisasi
terjadi pada tempat - tempat keluarnya atau sumber sulfur. Selain itu pyrite juga dikenal sebagai
"Fool’s Gold” karena warnanya yang mirip dengan emas.
Pirit terdiri dari besi dan belerang (FeS2), namun mineral ini bukan merupakan sumber
utama dari elemen besi. Besi biasanya diperoleh dari bijih oksida seperti hematit dan magnetit.
Pirit digunakan sebagai bijih utama dalam memproduksi sulfur (belerang) dan asam sulfat. Saat
ini sebagian besar sulfur diperoleh sebagai produk sampingan dari pengolahan gas alam dan
minyak mentah. Beberapa sulfur terus diproduksi dari pirit sebagai produk sampingan dari
produksi emas. Penggunaan yang paling penting dari pirit sebenarnya adalah sebagai mineral
prospeksi yang dapat menunjukan keberadaan bijih emas. Emas dan pirit terbentuk pada kondisi
yang sama dan terbentuk bersama-sama dalam sebuah batuan. Dalam beberapa deposit, sejumlah
emas terbentuk sebagai inklusi dan substitusi dalam pirit.
Beberapa pirit dapat mengandung 0,25% berat emas ataupun lebih. Meskipun nilai ini
adalah nilai terkecil dari bijih, namun harga emas yang sangat tinggi ditambah produk pirit
mungkin akan membuat nilai tambang menjadi lebih ekonomis. Pada sekitar tahun 1800-an, Pirit
sangat populer di amerika dan eropa karena digunakan sebagai batu permata. Dahulu sebagian
besar batu perhiasan disebut "markasit", tetapi sebenarnya mereka adalah pirit. Markasit tidak
cocok untuk dijadikan perhiasan karena mineral ini cepat mengalami oksidasi, dan produk
oksidasinya sangat menyebabkan kerusakan fisik dari sebuah perhiasan. Namun, pirit pun
sebenarnya bukanlah batu perhiasan yang bagus karena mineral ini mudah terkorosi.
Berdasarkan uraian tersebut menunjukkan bahwa betapa pentingnya mempelajari tentang
mineral pirit. Sehingga pembuatan makalah ini ditujukan untuk mengkaji dan memehami lebih
dalam tentang mineral pirit.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, diperoleh rumusan masalah:
1. Bagaimana sejarah dan proses pembentukan pirit?
2. Bagaimana sifat fisika dan kimia mineral pirit?
3. Bagaimana bentuk kristal pirit?
4. Apa kegunan pirit?
1.3 Tujuan
Berdasarkan pendahuluan yang telah diuraikan, makalah ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui sejarah dan proses pembentukan pirit
2. Mengetahui sifat fisika dan kimia pirit
3. Mengetahui bentuk Kristal pirit
4. Mengetahui kegunaan pirit
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah dan Proses Pembentukan Mineral Pirit


Mineral pirit, atau pirit besi juga dikenal sebagai emas palsu, merupakan sulfida besi
dengan rumus kimia FeS2 (besi(II) disulfida). Pirit dianggap sebagai mineral yang paling umum
dari kelompok mineral sulfida. Kilap logam pirit dan warna kuning-kuningan pucat sepintas
memberikan kemiripan dengan emas, sehingga terkenal dengan julukan emas semu. Warna
tersebut juga telah memberikan julukan kuningan, brazzel, dan Brasil, terutama merujuk kepada
pirit yang ditemukan di batubara. Pirit adalah emas klasik, namun pirit sangat jauh berbeda
dengan emas. Pirit adalah favorit di kalangan kolektor batu karena dapat memiliki kilau kristal
yang indah dan menarik. Pirit ditemukan di hampir setiap lingkungan di kerak bumi, dan pyrite
memiliki sejumlah besar bentuk dan varietas. Pirit adalah polimorf dari marcasite, yang berarti
bahwa ia memiliki komposisi kimia yang sama.
Pirit berasal dari bahaa Yunani πσρίτης (puritēs) yang berarti "api" atau "dalam api". Asal
kata api disebabkan karena batuan tersebut dapat menciptakan bunga api. Di zaman Romawi
kuno, nama ini diterapkan untuk beberapa jenis batu yang dapat membuat percikan api bila
dipukul ke baja (Haris, 2014). Pada abad 16 dan 17 pirit berfungsi sebagai sumber pengapian di
masa awal senjata api, terutama wheellock, ketika kokang terpasang gumpalan pirit mengarah ke
barisan lingkaran (peluru) untuk kemudian menghantam dan memberikan percikan api guna
menembakkan senjata api. Pirit telah digunakan sejak zaman klasik untuk memproduksi
copperas, yang, besi (II) sulfat. Pirit besi menumpuk dan dibiarkan cuaca (contoh dari bentuk
awal dari heap leaching). Asam limpasan dari tumpukan itu kemudian direbus dengan besi untuk
menghasilkan besi sulfat. Selama tahun-tahun awal abad ke-20, pirit digunakan sebagai alat
pendeteksi mineral di radio penerima, dan masih digunakan oleh radio kristal penggemar.
Sampai tabung vakum matang, kristal detektor adalah yang paling sensitif dan dapat diandalkan
detektor yang tersedia – dengan variasi antara jenis mineral dan bahkan individu sampel dalam
jenis tertentu dari mineral. Pirit detektor diduduki titik tengah antara galena detektor dan lebih
mekanis rumit perikon mineral pasang. Pirit detektor dapat menjadi sensitif seperti modern
germanium diode detector.
Mineral pyrite merupakan salah satu jenis mineral berat serta konduktif. Kehadiran mineral
ini didalam batuan menyebabkan harga resisitivity batuan menjadi rendah. Pyrite mempunyai
rumus kimia FeS2 yang merupakan iron sulfide. Pirit memiliki rumus kimia FeS 2. Terbentuk dari
kombinasi antara sulfur (belerang) dan unsur tertentu. Pirit terbentuk di sekitar wilayah gunung
api yang memiliki kandungan sulfur yang tinggi. Pada umumnya unsure utamanya adalah logam
(metal). Proses mineralisasinya terjadi pada tempat-tempat keluarnya atau sumber sulfur.
Mineral pirit memiliki warna kuning emas kehijauan karena mengandung sulfur (FeS2) yang
merupakan belerang yang berwarna kuning. Walaupun mempunyai warna kuning, ketika mineral
pirit digoreskan akan berwarna hijau kecoklatan (gelap). Hal tersebut terjadi karena pirit
mengandung besi (Fe), sedangkan emas mengandung unsur bebas aurum (Au). Pirit dapat
digolongan mineral non silikat karena tidak mengandung unsure silika (Si) dan oksigen (O).
Namun pirit terdapat unsure besi (Fe) yang berwarna hitam. Terbukti apabila mineral pirit
digoreskan maka goresannya berwarna hitam. Unsur kimia lainnyaa dalah tembaga, nikel, kobalt
sebagai pencampurnya (Danisworo, 2010).
Pirit merupakan bahan semikonduktor dengan celah pita 0,95 eV. Pirit biasanya ditemukan
berasosiasi dengan sulfida atau oksida dalam urat kuarsa, batuan sedimen, dan batuan metamorf.
Pyrite yang terdapat pada batu pasir berasal dari pembentukan secara primer, dimana pyrite yang
sudah ada mengalami proses sedimentasi yang meliputi pelapukan, transportasi serta
pengendapan. Pyrite yang terdapat pada batu pasir akan mempunyai penyebaran secara
struktural, yaitu penyebaran dalam bentuk butiran yang mempunyai ukuran kurang lebih sama
dengan ukuran butiran pasir (Haris, 2014).
Pyrite besi, yang juga dikenal sebagai emas tiruan, akan bereaksi sangat lambat dengan
oksigen dan air dari udara untuk membentuk garam sulfur pada permukaannya. Pyrite besi
tersebar luas di bumi. Kebanyakan pyrite terdapaat dalam bentuk kristal kubus, sebagian terdapat
dalam bentuk beton konsentris. Beton konsentris sebenarnya adalah mineral yang berbeda
dengan nama markasit. Mineral markasit memiliki komposisi kimia yang sama, dua atom sulfur
untuk setiap atom besi seperti halnya pirit, tapi tersusun dalam pola yang berbeda. Markasit
bereaksi lebih cepat dengan air dan oksigen daripada pirit.
Pirit dengan rumus kimia FeS2, merupakan salah satu dari jenis mineral sulfida yang umum
dijumpai di alam, entah sebagai hasil sampingan suatu endapan hidrotermal ataupun sebagai
mineral asesoris dalam beberapa jenis batuan. Tidak ada penciri mineralisasi tertentu jika anda
menjumpai pirit, apalagi dalam jumlah sedikit. Secara deskriptif, pirit ini mempunyai warna
kuning keemasan dengan kilap logam. Jadi, kalau tidak biasa dengan mineral-mineral logam,
kita sering menganggapnya sebagai emas. Secara struktur kristal, baik pirit dan emas sama-sama
kubis, namun sifat dalamnya yang berbeda. Emas lebih mudah ditempa daripada pirit. Kalau
dipukul, pirit akan hancur berkeping-keping, sedangkan emas tidak mudah hancur karena lebih
mudah ditempa (maleable).

2.2 Sifat Fisika dan Kimia Pirit


Masyarakat sering terbuai oleh penampakan pirit, yang kilapnya menyerupai emas. Cara
yang cukup mudah untuk membedakan pirit dengan ema adalah dengan melihat asahan polesnya
di bawah mikroskop bijih (dengan syarat, butiran emas harus lebih besar dari 1 μm (mikron)).
Meskipun samasama isotropik, tetapi kecemerlangan emas tidak dapat ditandingi oleh pirit,
begitu juga bentuknya. Biasanya di bawah mikroskop pantul, emas tampak berbentuk tak
beraturan dibandingkan pirit yang kadang bentuk kubisnya masih tampak. Cara lain yang lebih
canggih adalah dengan menganalisis kandungan kimianya, misalnya dengan microprobe atau
SEM (scanning electron microscope).

Gambar 2.1 Mineral Pirit

Mineral pirit memiliki karakteritik tersendiri yang membedakannya dengan emas. Berikut
ini adalah sifat fisik dan sifat kimia pirit.
Nama Mineral : Pyrite
Rumus Kimia : FeS2
Golongan : Sulfida
Sistem Kristal : Isometrik
Kilap : Metalik
Warna : Kuning Pucat
Berat Jenis : 5,1 g/cm3
Massa molekul : 119.98 g/mol
Sistem kristal : Isometrik
Kelarutan : Larut dalam air
Kekerasan : 6 – 6,5 skala mohs
Goresan : Hitam
Magnetik : Magnet setelah pemanasan

2.3 Bentuk Kristal Pirit


Pyrite terjadi dalam berbagai bentuk dan bentuk. Agregat kristal yang lebih kecil bisa
mengeluarkan efek berkilau indah dalam terang, dan kristal yang lebih besar dapat terbentuk
sempurna. Pirit dapat membentuk spesimen sangat baik mengkristal, yang terjadi sebagai kubus,
pyritohedrons, andoctahedrons. Kombinasi bentuk-bentuk juga terjadi. Kristal pirit sering
membentuk kembaran penetrasi, terutama dalam bentuk kubik. Sel satuan pyrite digambarkan
pada Gambar 2.2, dimana ion S dikoordinasikan oleh satu ion S dan tiga ion Fe 2+ yang
membentuk tetrahedron seperti polyhedron (lihat tetrahedron di sel satuan). Sementara Fe2+ ion
dikoordinasikan oleh enam ion S yang membentuk octahedron seperti polyhedron (octahedron
di sudut kiri atas dalam sel satuan). FeS6 (segi delapan) terdistorsi yang saling terhubung dengan
sudut sehingga membentuk struktur kristal pyrite (Haris, 2014).

Gambar 2.2 Struktur kristal pyrite dengan Fe2+ (segi delapan) dan koordinasi S-tetrahedron
(Haris, 2014)

Besi pirit FeS2 merupakan prototipe senyawa kristalografi pirit struktur. Struktur


sederhana kubik dan di antara yang pertama struktur kristal diselesaikan dengan X-ray
diffraction. Dalam sel satuan ini terdiri dari Fe wajah-berpusat kubik sublattice ke mana S ion-
ion tertanam. Pirit struktur ini juga digunakan oleh senyawa lain MX2 dari logam transisi M dan
chalcogens X = O, S, Se dan Te.

Gambar 2.3 Struktur kritas pirit

Pirit biasanya memiliki kristal berbentuk kubus, kadang-kadang membentuk asosiasi yang erat
untuk membentuk raspberry berbentuk massa yang disebut framboids. Namun, dalam keadaan
tertentu, dapat berupa anastamozing filamen atau T-berbentuk kristal. Pirit dapat juga bentuk
hampir sempurna dodecahedral bentuk yang dikenal sebagai pyritohedra dan ini menunjukkan
penjelasan buatan dari model geometris yang ditemukan di Eropa pada awal abad ke-5 SM.

2.4 Kegunaan Pirit


Pirit pernah digunakan sebagai sumber penting dari belerang, tetapi sekarang hanya
sebagian kecil yang digunakan. Pirit dari beberapa daerah ada yang mengandung emas, dan
karena itu digunakan sebagai bijih emas dengan emas-bantalan . Pirit dipoles oleh penduduk asli
Amerika untuk digunakan sebagai cermin. Pyrite juga dapat digunakan sebagai batu hias, serta
batu yang sangat populer untuk kolektor amatir. Pirit tetap digunakan komersial untuk produksi
sulfur dioksida, untuk digunakan dalam aplikasi seperti industri kertas, dan dalam pembuatan
asam sulfat.Phyrite digunakan di dalam pembuatan asam belerang dan belerang dioksida, butir
dari pyrite debu telah digunakan untuk memulihkan besi, emas, tembaga, unsur kimia/kobalt,
nikel, dll. Yang digunakan untuk membuat barang barang perhiasan murah. Mineral pirit banyak
digunakan sebagai bahan produksi pembuatan asam sulfat. Selain itu dapat digunakan sebagai
bahan obat kulit (Subagio, 2012).
Mineral pyrite telah digunakan dalam sel primer lithium komersial untuk kamera listrik,
komputer dan jam tangan, serta telah diteliti untuk aplikasi dalam sel surya dan baterai
kendaraan listrik. Dengan struktur nano pyrite dapat digunakan sebagai bahan katoda dalam
baterai termal menghasilkan peningkatan kinerja elektrokimia. Kinerja elektroda nano pyrite
lebih tinggi dari elektroda mikro pyrite. Selain ukuran, kemurnian pyrite juga mempengaruhi
kinerja baterai. Kehadiran pengotor seperti sulfur menurunkan efisiensi. Secara singkat, baterai
termal memiliki elektrolit padat yang diubah menjadi fase cair dalam mode operasional. Dalam
hal ini, elektroda harus memiliki ketahanan yang baik terhadap panas dan tidak harus diurai atau
diubah menjadi fase cair. Sulfur mengurangi ketahanan panas dari katoda, serta penguapan sulfur
menyebabkan beberapa masalah yang mengurangi efisiensi listrik.

2.5 Lokasi Penyebaran Pirit diIndonesia


Mineral pirit banyak terdapat di Indonesia bagian timur, yaitu di daerah Papua. Pirit mudah
ditemukan di daerah yang banyak mengnadung emas dan tembaga. Pirit terbentuk di hampir
semua jenis lingkungan, termasuk sedimen, beku, dan metamorphic environments dan vena
hidrotermal. Dari hasil penyelidikan Eksplorasi Mineral Logam yang telah dilaksanakan di
daerah Wilayah Penugasan Pertambangan Wai Wajo Kabupaten Sikka dan Ratenggo Kabupaten
Ende telah ditemukan indikasi mineralisasi logam di beberapa tempat. Daerah atau tempat
tempat tersebut antara lain adalah :
1. Daerah Ratenggo
 Gn. Keli Ndati, mineral utama pirit tersebar dan pengisian rekahan/retakan, beberapa
kalkopirit dan sfalerit pada batuan dasit terbreksikan. Ubahan yang terbentuk antara lain
propilitik dari kumpulan (klorit, epidot, kalsit, kuarsa) di beberapa tempat ditemukan
ubahan argilik (serisit, klorit, kuarsa).
 Kogogamba, mineral pirit dan sedikit arsenopirit bersama urat-urat kuarsa halus pada
batuan induk tufa dasitik. Ubahan yang terbentuk klorit, epidot, kuarsa serta limonitik
kuat.
2. Daerah Wai Wajo
 Wolo Desa/Lowo Deba, mineral utama pirit tersebar dan pengisian rekahan/retakan,
beberapa kalkopirit, galena, sfalerit, kovelit dan bornit pada batuan tufa andesitic
tersilisifikasi. Di beberapa tempat ditemukan kontak tufa andesitik tersilisifikasi dengan
urat kuarsa termineralisasi pirit, kalkopirit, galena, sfalerit. Ubahan yang teramati adalah,
argilik, propilitik dan pilik.
 Desa Lia Kutu/Lowo Diang Gajah, mineral kalkopirit, bornit, covelit, malakit sedikit
galena dan pirit dalam bentuk tersebar serta stockwork pada granodiorit yang telah
mengalami ubahan serisit ( kaolinit, K-felspar, kuarsa sekunder dan magnetit).
 Desa Lia Kutu/Lowo Mera, mineral pirit, kalkopirit, bornit, kovelit, sedikit galena dan
sfalerit bersama-sama urat-urat halus pada breksi andesitik, lava andesitik yang telah
mengalami ubahan serisitik (kaolinit, kuarsa).
 Desa Ghera/Lowo Sanga, mineral pirit dan kalkopirit sedikit galena tersebar dalam breksi
andesitik yang telah mengalami ubahan klorit, epidot, pirit dan granodiorit yang telah
mengalami ubahan serisit, kaolinit, kuarsa.
 Desa Ghera/Lowo Dagegoge, mineral pirit sedikit kalkopirit, galena bersama urat kuarsa
pada batuan granodiorit yang telah mengalami ubahan serisit, kaolinit, klorit. Mineral
pirit, kalkopirit bersama urat kuarsa pada batuan tufa breksi andesit yang telah mengalami
ubahan klorit, epidot, kalsit. Mineral pirit, kalkopirit tersebar dalam granodiorit yang
telah mengalami ubahan serisit, kaolinit, kuarsa.

3. Daerah Magepanda
 Lowo Magepanda, mineral arsenopirit, pirit sedikit kalkopirit dan sfalerit dalam bentuk
tersebar dan pengisian rekahan pada tufa lapili dasitik, tufa andesitik yang telah
mengalami ubahan klorit, epidot, kuarsa dan granodiorit serta breksi andesit yang telah
mengalami ubahan serisit, kaolinit, kuarsa.
 Lowo Polu, mineral arsenopirit, pirit sedikit kalkopirit dalam bentuk tersebar dan mengisi
rekahan pada dasit, tufa dasitik yang telah mengalami ubahan klorit, epidot, kalsit, kuarsa
sedikit serisit dan kaolinit.
Daerah-daerah lainnya meskipun menunjukkan adanya indikasi mineralisasi namun tidak begitu
kuat dibandingkan zona-zona mineralisasi yang telah disebutkan di atas. Kalaupun ada yang
menarik, zona tersebut masuk dalam kawasan hutan lindung atau hutan konservasi.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari pembahasan makalah ini, maka dapat ditarik keimpulan bahwa
mineral Pirit, atau pirit besi juga dikenal sebagai emas palsu. Pirit merupakan sulfida besi dengan
rumus kimia FeS2 (besi (II) disulfida). Pirit merupakan salah satu dari mineral sulfida. Pirit
berasal dari bahasa Yunani (puritēs) yang berarti "api" atau "dalam api". Kata api tersebut,
disebabkan karena batuan tersebut dapat menciptakan bunga api. Pirit telah digunakan sejak
zaman klasik untuk memproduksi copperas, yang, besi (II) sulfat. Dikarenakan pirit sering
disamakan dengan emas, sehingga pirit juga dapat digunakan sebagai batu hias, serta batu yang
sangat populer untuk kolektor. Mineral pirit banyak terdapat di Indonesia bagian timur, yaitu di
daerah Papua. Pirit mudah ditemukan di daerah yang banyak mengnadung emas dan tembaga.
DAFTAR PUSTAKA

Annisa. 2016. Pengaruh Mineral Sekunder Sulfat Hasil Oksidasi Pirit Terhadap Nilai Total
Sulfur Pada Batubara Formasi Haloq dan Serpih Karbonan Formasi Batuayau
Cekungan Kutai Atas. Promine Journal. Vol. 4 (2)
Haris, Abdul, Bunga Dara Amin, A. Momang Yusuf, Nurhasmi. 2014. Sintesis dan
Karakterisasi Pyrite (fes2) dari Deposit Mineral Kecamatan Bontocani,
Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika. Vol 10.
No. 3.
https://id.wikipedia.org/wiki/Pirit#:~:text=Mineral%20pirit%2C%20atau%20pirit
%20besi,besi(II)%20disulfida). Diakses tanggal 15 Desember 2020
Zulfitrah, Muh, Lantu, Syamsuddin. 2018. Identifikasi Sebaran Mineral Sulfida (Pirit)
Menggunakan Metode Geomagnet Di Daerah Libureng Kabupaten Bone. Jurnal
Geocelebes. Vol. 2 No. 1

Anda mungkin juga menyukai