Anda di halaman 1dari 3

Nama : Raudhah Dinar L

Kelas : 6A

No : 27

TARI PIRING

1. Tema dan filosof Tari.

Tari Piring adalah seni tari tradisional Minangkabau yang menggunakan piring sebagai
properti utama atraksinya. Belakangan, tari piring menjadi sorotan setelah mantan Menteri
Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti mengunggah video dirinya sedang menari di atas
pecahan piring ketika berkunjung ke Bukittinggi pada 15 November lalu.
Melansir laman Kemendikbud, Tari Piring diperkirakan telah ada sejak abad ke-12. Kala itu,
masyarakat Minangkabau masih menyembah dewa-dewa. Tari Piring diperuntukkan sebagai
tarian persembahan bagi dewa atas hasil panen yang berlimpah.
Setelah Islam masuk ke Nusantara, Tari Piring tidak ditinggalkan begitu saja. Fungsinya
bergesar, dari yang sebelumnya sebagai persembahan untuk dewa, kini banyak
dipertontonkan sebagai hiburan.

2. Gerakan Tari Piring.

Gerakan dasar Tari Piring adalah meletakkan piring di telapak tangan, kemudian penari
mengayunkan piring dalam gerakan yang cepat mengikuti irama musik. Sesekali, penari juga
mendentingkan piring dengan cincin yang tersemat di jari mereka.
Gerakan Tari Piring kebanyakan menggambarkan proses pertanian, seperti gerak
pasambahan, singajuo lalai, gerak mencangkul, gerak menyiang, mengantar juadah, dan lain-
lain.
3. Iringan Tari Piring
Tari piring pada umumnya akan diiringi oleh bunyi 2 alat musik tradisional Sumatera Barat,
yakni Talempong dan Saluang. Talempong adalah semacam rebana dari kulit kerbau yang
dimainkan dengan cara ditepuk, sementara saluang adalah suling bambu yang dimainkan
dengan cara ditiup. Selain kedua instrumen tersebut, tari piring juga diselingi dengan bunyi
denting 2 cincin para penari yang membentur piring yang dibawanya

4. Setingan Panggung

Tari piring yang berasal dari Sumatera Barat sangat kental dengan nilai nilai budaya Melayu
dan Islam. Oleh karenanya, di masa awal kemunculannya, tarian ini hanya diperbolehkan
untuk dimainkan oleh para pria. Jumlah pemainnya sendiri berjumlah ganjil, bisa tiga, lima,
atau tujuh orang.

5. Tata Rias dan Busana

Ada aturan khusus yang wajib diikuti oleh setiap penari tari piring, baik pria maupun wanita.
Aturan tersebut mengatur tata busana dan tata rias para penari ketika hendak naik panggung.
Kostum yang dikenakan para pria terdiri dari atasan lengan lebar berhias renda benang emas
(busana rang mudo), celana dengan bagian tengah berukuran besar (saran galembong), kain
songket (sisamping), ikat pinggang dari kain songket (cawek songket), serta penutup kepala
berbentuk segitiga (destar). Sementara kostum yang dikenakan para penari wanita terdiri atas
baju kurung dari kain satin atau beludru, bawahan kain songket, selendang, penutup kepala
berbentuk tanduk khas Minang (Tikuluak tanduak balapak), serta aksesoris berupa kalung
gadang, anting, dan kalung rambai. Pakaian yang digunakan para penaripun tersebut harus
berwarna cerah dan sarat dengan nuansa warna merah dan kuning keemasan.

6. Porpeti Tari

Sesuai namanya, properti utama yang digunakan dalam pertunjukan tari piring adalah 2 buah
piring yang diletakan di kedua tangan penarinya. Properti ini pada akhir pertunjukan akan
dipecahkan di lantai panggung dan pecahan kaca dari piring-piring tersebut akan diinjak para
penari sebagai satu bentuk atraksi. Nah, demikianlah sekilas pembahasan yang dapat kami
sampaikan tentang unsur unsur tari piring, sebuah tarian unik yang berasal dari Ranah
Minang, Sumatera Barat. Keunikan tarian tradisional ini sepatutnya menggugah hati kita,
para generasi muda untuk terus melestarikannya sehingga ia tidak punah dimakan zaman.
Semoga bermanfaat dan dapat menambah wawasan budaya kita semua.

Sumber : http://adat-tradisional.blogspot.com/2016/11/tari-piring-asal-sumatera-barat-
sejarah.html

Anda mungkin juga menyukai