Anda di halaman 1dari 3

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kompor surya merupakan suatu instrumen yang dapat digunakan sebagai
salah satu energi terbarukan. Energi matahari dapat dijadikan suatu sumber energi
terbarukan karena bumi selalu menerima jutaan watt energi dari matahari (Sabiha
et al., 2015). Dengan pemanfaatan energi matahari sebagai sumber energi dari
kompor surya, dapat dikatakan bahwa kompor surya merupakan suatu energi
terbarukan yang ramah lingkungan. Kompor surya dapat mengurangi kebutuhan
akan minyak dan batu bara yang dapat menyebabkan kerusakan pada lingkungan.
Karena energi matahari hanya didapatkan selama siang hari, pengembangan dan
modifikasi dalam peralatan kompor surya sangat penting untuk menghasilkan
efisiensi yang lebih baik.
Komponen utama pada kompor surya adalah solar kolektor. Radiasi
matahari yang datang akan diserap oleh solar kolektor kemudian diubah menjadi
panas, lalu panas tersebut dialirkan ke receiver yaitu suatu fluida yang mengalir
melewati solar kolektor. Menurut Kalogirou (2004) terdapat dua jenis kolektor
yaitu non-concentrating dan concentrating. Kolektor jenis non-concentrating
memiliki luasan yang sama untuk menangkap dan menyerap sinar matahari.
Kolektor jenis concentrating akan memusatkan sinar matahari yang datang
sehingga nilai fluks radiasi menjadi besar.
Salah satu tipe dari kolektor jenis concentrating adalah Liniear Fresnel
Reflector (LFR). LFR dapat mengubah energi radiasi matahari menjadi energi
panas dengan suhu 100-300°C (Negi et al., 1989) sehingga tipe ini sangat cocok
untuk memanaskan receiver yang memiliki suhu diatas 100°C. Pada umumnya
LFR terdiri dari cermin datar panjang dengan cara dipasang berdekatan pada sudut
tertentu yang mengarah ke receiver yang terletak pada dasar permukaan yang rata
(Negi et al., 1989). Menurut David dan Graham (1999) salah satu kelemahan pada
LFR adalah menghindari bayangan reflector akibat blocking sinar matahari yang
commit to user

1
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2

dipantulkan oleh reflector berdekatan. Kelemahan lain dari LFR adalah perubahan
titik fokus cermin ketika sudut datang sinar matahari berubah (Abbas et al., 2012).
Menurut Sutarno (2012) kompor surya terdiri dari tipe konvensional dan
modern. Tipe konvensional memanaskan bahan secara langsung dengan cara
memfokuskan panas dari matahari pada satu titik menggunakan cermin cekung
besar. Sehingga didapatkan panas yang dapat digunakan untuk menggantikan
kompor minyak atau kayu. Kelemahan dari tipe konvensional adalah lokasi
pemasakan harus dilakukan langsung dibawah sinar matahari. Prinsip dari kompor
surya tipe modern adalah panas yang diterima collector akan dipindahkan ke
fluida yang bersirkulasi kemudian dimanfaatkan untuk berbagai aplikasi.
Kelemahan dari tipe ini adalah panas yang dialirkan tidak dapat maksimal karena
perubahan titik fokus cermin ketika sudut datang sinar matahari berubah dan efek
blocking di collector.
Modifikasi LFR dapat mengurangi efek blocking dengan cara mengganti
cermin datar menggunakan lensa Fresnel. Sinar matahari seluruhnya akan
diteruskan dan difokuskan menuju ke receiver, sehingga tidak ada efek blocking
akibat pemantulan cermin datar yang berdekatan. Pengaturan posisi dengan cara
mengatur sudut antara lensa Fresnel dengan receiver akan berpengaruh terhadap
nilai efisiensi kompor surya. Untuk mendapatkan titik fokus yang tidak berubah-
ubah dapat ditambahkan suatu tiang penyangga. Sehingga panas yang dihasilkan
akan bernilai konstan.

1.2 Batasan Masalah


Batasan-batasan masalah pada penelitian ini adalah:
a. Kolektor yang digunakan adalah lensa Fresnel.
b. Pengambilan data pada saat cuaca sedang cerah atau tidak dalam kondisi
mendung
c. Fluida yang digunakan pada tahap ini adalah air

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3

1.3 Perumusan Masalah


Dari latar belakang yang diambil pada penelitian ini, maka rumusan masalah
pada penelitian ini adalah:
a. Bagaimana pembuatan kompor surya menggunakan lensa Fresnel sebagai
kolektor?
b. Bagaimana persebaran titik fokus lensa Fresnel?
c. Apa bahan dasar yang sesuai untuk pembuatan receiver dan kompor?
d. Bagaimana pengaruh lensa Fresnel pada kompor surya terhadap waktu
dalam memanaskan air?

1.4 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab rumusan masalah, yaitu:
a. Mengetahui pembuatan kompor surya menggunakan lensa Fresnel sebagai
kolektor.
b. Mengetahui persebaran titik fokus lensa Fresnel.
c. Menentukan bahan dasar pembuat receiver dan kompor.
d. Mengetahui pengaruh lensa Fresnel pada kompor surya terhadap waktu
dalam memanaskan air.

1.5 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini yaitu:
a. Bermanfaat pada pengembangan kompor surya dengan lensa Fresnel
sebagai kolektor sinar matahari.
b. Dapat diketahui persebaran titik fokus lensa Fresnel dan bahan dasar
pembuat receiver dan kompor.
c. Dapat diketahui nilai perubahan suhu dan waktu untuk memasak air dari
kompor surya yang menggunakan lensa Fresnel sebagai kolektor.
d. Dapat dijadikan rujukan dalam penelitian lain.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai