Anda di halaman 1dari 15

BAB I

MENETAPKAN UNIT KERJA DAN KATEGORI SDM

Menetapkan unit kerja dan kategori SDM tujuannya adalah diperolehnya unit
kerja dan kategori SDM yang bertanggung jawab dalam menyelenggarakan Upaya
Kesehatan Perorangan (UKP) maupun Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) di
dalam dan di luar gedung.
Data dan informasi yang dibutuhkan untuk penetapan unit kerja dan kategori
SDM adalah sebagai berikut:
1. Bagan struktur organisasi RS dan uraian tugas pokok dan fungsi masing-
masing unit kerja.
2. Keputusan Direktur RS tentang pembentukan unit kerja struktural dan
fungsional, misalnya: Komite Medik, Komite Pangendalian Mutu RS,
Bidang/Bagian Informasi.
3. Data SDM berdasarkan pendidikan pada tiap unit kerja RS.
4. PP 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
5. Peraturan perundang undangan berkaitan dengan jabatan fungsional tenaga
kesehatan.
6. Standar profesi, standar pelayanan dan standar prosedur operasional (SOP)
yang diberlakukan pada tiap unit kerja RS.

Fungsi pokok RS adalah menyelenggarakan Upaya Kesehatan Perorangan


dan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) yang mengutamakan pelayanan
kesehatan kuratif, rehabilitatif secara serasi dan terpadu dengan pelayanan
kesehatan preventif dan promotif. Pada Rumah Sakit Pendidikan (Kelas A dan B)
juga melaksanakan fungsi pendidikan dan penelitian.
Berdasarkan fungsi pokok tersebut, RS menyelenggarakan kegiatan
administrasi dan manajemen serta kegiatan pelayanan kesehatan. Pada umumnya
Struktur Organisasi di RS disusun berdasarkan kelompok kategori 2unit kerja
sebagai berikut:
1. Unit Kerja Struktural (Direktur, Wakil Direktur, Bidang, Bagian) yang
bertanggung jawab mennyelenggarakan administrasi dan manajemen RS
dan fungsional.
2. Unit kerja fungsional yaitu meliputi :
a. Unit kerja fungsional utama, adalah unit kerja dan sub-unit kerja
yang langsung terkait dengan penyelenggaraan pelayanan kesehatan di
dalam dan di luar RS, misalnya; Intalasi Rawat Inap, Intalasi Rawat Jalan,
Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Laboratorium, Intalasi Radiologi,
Instalasi Farmasi/Apotik, Instalasi Rehabilitasi Medik, Unit Pelayanan
Home Care, Instalasi Gizi dll.
b. Unit Kerja Fungsional Penunjang, adalah unit dan sub-unit kerja
yang lingkup kegiatannya mendukung kegiatan pelayanan kesehatan
maupun adminsitrasi dan manajemen, misalnya; Intalasi Pemeliharaan
Sarana RS, Instalasi Kamar Cuci/Laudry, CSSD dll.

Apabila ditemukan unit kerja struktural dan fungsional yang belum diatur atau
ditetapkan oleh Direktur, Depkes, Pemda (Pemilik RS) perlu dikaji terlebih dahulu
apakah fungsi, kegiatan-kegiatannya dapat digabung atau menjadi bagian unit kerja
yang telah ada (sub unit) sebelum ditetapkan keberadaanya.

ANW/WISN-RS/29 Agustus 2004 1


Langkah selanjutnya adalah menetapkan kategori SDM sesuai kompetensi
(pendidikan, pelatihan/kursus, pengalaman kerja, jenjang jabatan fungsional dll.)
untuk menjamin mutu, efisiensi dan akuntabilitas pelaksanaan kegiatan/pelayanan di
tiap unit kerja Rumah Sakit. Pada Tabel II disajikan contoh sederhana unit kerja
Instalasi Rawat Jalan dan sub unit kerja Poli Penyakit Dalam dan Poli Bedah dan
kategori SDM yang bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan
perorangan.
Data kepegawaian masing-masing unit kerja, standar profesi, standar
pelayanan, fakta dan pengalaman yang dimiliki para penanggung jawab unit kerja
adalah sangat berguna jika dihadapkan kesulitan dalm menetapkan kategori SDM
pada tiap unit kerja di RS.

TABEL II
UNIT KERJA DAN KATEGORI SDM

NO UNIT KERJA SUB UNIT KERJA KATEGORI SDM

A. Instalasi Rawat Poli Penyakit Dalam 1. Dr. Sp. PD


Jalan 2. Akper
Poli Kebidanan & Kandungan 1. Dr. Sp. OBG
2. Akbid
Poli Bedah 1. Dr. Sp. BU
2. Akper
B. Instalasi Rawat Rawat Inap Bedah 1. Dr. Sp. BU
Inap 2. Dr. Sp. BO
3. Dr. Sp. Anastesi
4. Dokter (umum) Plus
5. Aknes
6. Perawat dll.

ANW/WISN-RS/29 Agustus 2004 2


BAB II
MENETAPKAN WAKTU KERJA TERSEDIA

Menetapkan waktu kerja tersedia tujuannya adalah diperolehnya waktu kerja


efektif selama kurun waktu 1 (satu) tahun masing-masing kategori SDM yang bekerja
di Rumah Sakit.
Data yang dibutuhkan untuk menetapkan waktu kerja tersedia adalah sebagai
berikut :
a. Hari kerja, sesuai ketentuan yang berlaku di RS atau Peraturan Daerah
setempat, pada umumnya dalam 1 minggu 5 hari kerja. Dalam 1 tahun 260
hari kerja (5 hari x 52 minggu). (A)
b. Cuti tahunan, sesuai ketentuan setiap SDM memiliki hak cuti 12 hari kerja
setiap tahun. (B)
c. Pendidikan dan pelatihan, sesuai ketentuan yang berlaku di RS untuk
mempertahankan dan meningkatkan kompetensi/profesionalisme setiap
kategori SDM memiliki hak untuk mengikuti pelatihan/kursus/seminar/
lokakarya sebesar dalam 5 hari kerja, untuk Dokter Spesialis 10 hari kerja
dalam 1 (satu) tahun. (C)
d. Hari Libur Nasional, berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Terkait
tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama, tahun 2002-2003 ditetapkan
15 Hari Kerja dan 4 hari kerja untuk cuti bersama. (D)
e. Ketidak hadiran kerja, sesuai data rata-rata ketidak hadiran kerja (kurun
waktu 1 tahun) karena alasan sakit, tidak masuk dengan atau tanpa
pemberitahuan. (E)
f. Waktu kerja, sesuai ketentuan yang berlaku di RS atau Peraturan Daerah,
pada umumnya waktu kerja dalam 1 hari adalah 8 jam (5 hari kerja/minggu).
(F)

Berdasarkan data dasar tersebut selanjutnya dilakukan penghitungan untuk


menetapkan waktu kerja tersedia dengan rumus sebagai berikut :

Waktu Kerja Tersedia = {A - (B+C+D+E)} X F

Keterangan :
A = Hari Kerja D = Hari Libur Nasional
B = Cuti Tahunan E = Ketidak Hadiran Kerja
C = Pendidikan dan Pelatihan F = Waktu Kerja

Apabila ditemukan adanya perbedaaan rata-rata ketidak hadiran kerja atau


RS menetapkan kebijakan untuk kategori SDM tertentu dapat mengikuti pendidikan
dan pelatihan lebih lama di banding kategori SDM lainnya, maka penghitungan waktu
kerja tersedia sebaiknya dilakukan untuk masiing-masing kategori SDM.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat contoh penghitungan waktu kerja tersedia
berdasarkan rumus tersebut di atas sebagaimana diuraikan pada Tabel I di bawah
ini.

ANW/WISN-RS/29 Agustus 2004 3


TABEL I
WAKTU KERJA TERSEDIA

KATEGORI SDM
Kode FAKTOR Akper Dokter Spesilis KETERANGAN
A Hari Kerja 260 260 Hari/tahun
B Cuti Tahunan 12 12 Hari/tahun
C Pendidikan dan Pelatihan 5 10 Hari/tahun
D Hari Libur Nasional 19 19 Hari/tahun
E Ketidak Hadiran Kerja 10 12 Hari/tahun
F Waktu Kerja 8 8 Jam/hari
Hari Kerja Tersedia 214 207 Hari kerja/tahun
1,712 1,656 Jam/tahun
Waktu Kerja Tersedia 102,720 99,360 Menit/tahun

Waktu kerja tersedia untuk kategori SDM Akper adalah 1,704 jam/tahun, atau
213 hari kerja. Sedangkan kategori SDM Dokter Spesialis X adalah 1,616 atau 189
hari kerja/tahun
Adapun uraian penghitungannya adalah sebagai berikut :
1. Hari kerja tersedia untuk kategori SDM :

a. Akper = {260 - (12+5+19+10)}


= 214 hari kerja/tahun
b. Dokter Sp. X = {260 - (12+10+19+12)}
= 207 hari kerja/tahun

2. Jam kerja tersedia untuk kategori SDM :

a. Akper = (214 hari/tahun) x 8 (jam/hari)


= 1,712 jam kerja/tahun
b. Dokter Sp. X = (207 hari kerja /tahun) x 8 (jam/hari)
= 1,656 jam kerja/tahun

ANW/WISN-RS/29 Agustus 2004 4


BAB III
MENYUSUN STANDAR BEBAN KERJA

Penyusunan standar beban kerja tujuannya adalah diperolehnya


volume/kuantitas kegiatan pokok yang dapat dikerjakan selama 1 tahun masing-
masing kategori SDM di tiap unit kerja RS sesuai waktu kerja tersedia yang dimiliki
oleh masing-masing kategori SDM.
Standar beban kerja merupakan hasil pembagian waktu rata-rata yang
dibutuhkan tiap kegiatan pokok dengan waktu kerja tersedia yang dimiliki oleh
masing-masing kategori SDM.
Adapun rumus penghitungan untuk memperoleh standar beban kerja masing-
masing kategori SDM adalah sebagai berikut:

Waktu Kerja Tersedia


Standar Beban Kerja =
Rata-rata Waktu Per-Kegiatan Pokok

Rata-rata waktu adalah satuan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan


suatu kegiatan pokok (jumlah rata-rata waktu yang dibutuhkan tiap kegiatan
pelayanan) oleh masing-masing kategori SDM. Kebutuhan waktu untuk kegiatan
pelayanan sangat bervariasi oleh karena, pelayanan kesehatan perorangan bersifat
individual, spesifik dan unik sesuai karateristik pasien (umur, jenis kelamin), jenis dan
berat ringannya penyakit, ada tidaknya komplikasi, standar pelayanan, standar
prosedur operasional (SOP) serta penggunaan teknologi kedokteran dan prasarana
yang tersedia serta kompetensi SDM.
Data dan informasi yang dibutuhkan untuk menyusun standar beban kerja
masing-masing kategori SDM utamanya adalah sebagai berikut:
a. Waktu kerja tersedia yang telah ditetapkan.
b. Kategori SDM yang bekerja pada tiap unit kerja RS yang telah ditetapkan.
c. Kegiatan pokok (jenis dan kuantitas) pada tiap unit kerja RS.
d. Rata-rata waktu yang dibutuhkan oleh tiap kategori SDM untuk
menyelesaikan tiap jenis kegiatan pokok.
e. Standar profesi, standar pelayanan, standar prosedur operasional (SOP)
yang berlaku di RS.
Kegiatan pokok adalah kumpulan atau gabungan kegiatan yang dilakukan
oleh SDM/tenaga kesehatan sesuai kompetensi, kewenangan yang dimilikinya dan
mengacu pada standar pelayanan, standar prosedur operasional (SOP) yang berlaku
di RS.
Sebelum melakukan penggabungan kegiatan untuk penetapan kegiatan
pokok masing-masing kategori SDM, terlebih dahulu dilaksanakan pengumpulan
berbagai jenis kegiatan utamanya yang berkaitan fungsi pokok RS dalam
menyelenggarakan upaya kesehatan kuratif, rehabilitatif promotif dan preventif di
dalam dan di luar gedung dalam kurun waktu 1 (satu) tahun.
Data kegiatan yang telah diperoleh selanjutnya dilakukan pemilahan dan
penggabungan sesuai dengan kompetensi dan tanggung jawab masing-masing
kategori SDM. Dalam proses penggabungan kegiatan dan menetapkan sebutan
suatu kegiatan pokok, sebaiknya mengacu pada sebutan yang lazim digunakan di
RS atau mengacu pada buku standar pelayanan, SOP dan buku-buku pedoman
yang diberlakukan. Untuk lebih jelasnya contoh sederhana menyusun kegiatan

ANW/WISN-RS/29 Agustus 2004 5


pokok di Instalasi Rawat Jalan Poli Spesialis Penyakit Dalam dapat dilihat pada
Tabel III.

TABEL III
KEGIATAN POKOK DOKTER SPESIALIS PENYAKIT DALAM

KATEGORI UNIT KERJA / KEGIATAN RATA-RATA


KEGIATAN POKOK
SDM PELAYANAN WAKTU

Dr. Sp. PD Poli Penyakit Dalam


  Pasien Baru : 9 Menit  
  - Anamnesa 3 Menit Pemeriksaan Pasien
  - Pemeriksaan fisik 3 Menit Baru

  - Pembacaan hasil Lab/Rontgen 2 Menit  


  - Penulisan Resep/Rujukan 1 Menit  
  Pasien Lama : 7 Menit  
  - Anamnesa 2 Menit Pemeriksaan Pasien
  - Pemeriksaan fisik 2 Menit Lama

  - Pembacaan hasil Lab/Rontgen 2 Menit  


  - Penulisan Resep/Rujukan 1 Menit  
  Rawat Inap Penyakit Dalam
  Visite Pasien Baru : 6 Menit  
  - Anamnesa 2 Menit Pemeriksaan Pasien
  - Pemeriksaan fisik 2 Menit Baru

  - Pembacaan hasil Lab/Rontgen 1 Menit  


  - Penulisan Resep/Rujukan 1 Menit  
  Visite Pasien Lama : 4 Menit  
  - Anamnesa 1 Menit Pemeriksaan Pasien
  - Pemeriksaan fisik 1 Menit Lama

  - Pembacaan hasil Lab/Rontgen 1 Menit  


  - Penulisan Resep/Rujukan 1 Menit  
  Tindakan Medik 15 Menit Tindakan Medik Kecil

Rata-rata waktu kegiatan pelayanan atau kegiatan pokok dapat ditetapkan


berdasarkan referensi hasil-hasil penelitian, atau diperoleh dengan melaksanakan
penelitian. Untuk mendapatkan Rata-rata waktu kegiatan pelayanan atau kegiatan
pokok yang cukup akurat dan mudah dikerjakan, yaitu dengan melaksanakan
pengamatan dan pencatatan waktu yang dibutuhkan masing-masing kategori SDM
untuk menyelesaikan tiap kegiatan pokok sesuai dengan standar pelayanan dan
SOP yang berlaku di RS.
Sebelum melaksanakan pengamatan dan pencatatan waktu kerja, terlebih
dahulu dipilih 1-2 orang dari masing-masing kategori SDM yang memiliki disiplin dan
etos kerja yang baik serta ketaatannya dalam melaksanakan standar pelayanan dan
SOP. Selanjutnya hasil pengamatan rata-rata waktu kerja yang telah diperoleh
dibahas guna mendapatkan tanggapan dan kesepakatan dari masing-masing
kategori SDM.
Secara bertahap dalam jangka panjang RS dapat melakukan penelitian
secara intensif untuk menyusun rata-rata waktu yang dibutuhkan menyelesaikan tiap
kegiatan pokok oleh masing-masing kategori SDM pada tiap unit kerja.

ANW/WISN-RS/29 Agustus 2004 6


Pada Tabel IV dapat dilihat hasil penghitungan standar beban kerja untuk
kategori SDM Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Dokter Spesialis Bedah yang
bertanggung jawab dalam melaksanakan kegiatan pokok di Instalasi Rawat Inap dan
Rawat Jalan serta rata-rata waktu yang dibutuhkan. Data kegiatan pokok di Instalasi
Rawat Inap dan Rawat Jalan serta rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan tiap kegiatan pokok diperoleh dari Tabel III. Adapun data waktu kerja
tersedia yang telah ditetapkan sebelumnya sebagaimana disajikan pada Tabel I.

TABEL IV
STANDAR BEBAN KERJA PER KEGIATAN POKOK

RATA- WAKTU STANDAR


KATEGORI UNIT KERJA / KEGIATAN
RATA KERJA BEBAN
SDM PELAYANAN
WAKTU TERSEDIA KERJA
  Poli Penyakit Dalam
  Pemeriksaan Pasien Baru 9 Menit 99,360 11,040
  Pemeriksaan Pasien Lama 7 Menit 99,360 14,194
Dr. Sp. PD Rawat Inap Penyakit Dalam

  Pemeriksaan Pasien Baru 6 Menit 99,360 16,560


  Pemeriksaan Pasien Lama 4 Menit 99,360 24,840
  Tindakan Medik Kecil 15 Menit 99,360 6,624
  Poli Bedah
  Pemeriksaan Pasien Baru 7 Menit 99,360 14,194
  Pemeriksaan Pasien Lama 9 Menit 99,360 11,040
Dr. Sp. B - Tindakan Kecil 15 Menit 99,360 6,624
  - Tindakan Sedang 25 Menit 99,360 3,974
  Rawat Inap Bedah

  Visite Pasien Baru 4 Menit 99,360 24,840


  Visite Pasien Lama : 6 Menit 99,360 16,560
  - Tindakan kecil 15 Menit 99,360 6,624

Kategori SDM Dokter Spesilis Penyakit Dalam memiliki Standar Beban Kerja
per-tahun sebesar 14,194 untuk kegiatan pokok Pemeriksaan Pasien Lama pada
Poli Rawat Jalan. Hal ini tidak berarti seorang Dokter Spesialis Penyakit Dalam
hanya diharapkan mengerjakan sejumlah 14,94 kegiatan pelayanan Pemeriksaan
Pasien Lama Poli Rawat Jalan selama kurun waktu 1 (satu) tahun. Namun Dokter
Spesialis Penyakit Dalam juga melaksanakan berbagai kegiatan lain yang menyita
waktu kerja tersedia yang dimilikinya.
Standar Beban Kerja SDM kategori Dokter Spesialis Penyakit Dalam untuk
kegiatan pokok Pemeriksaan Pasien Baru di Poli Rawat Jalan, dapat diartikan bahwa
setiap Pemeriksaan Pasien Baru pada Poli Rawat Jalan membutuhkan waktu
1/14,194 dari waktu kerja tersedia yang dimilkinya.

ANW/WISN-RS/29 Agustus 2004 7


BAB IV
MENYUSUN STANDAR KELONGGARAN

Penyusunan standar Kelonggaran tujuannya adalah diperolehnya kebutuhan


waktu masing-masing kategori SDM untuk menyelesaikan tiap faktor kelonggaran
atau kegiatan-kegiatan yang tidak/kurang tekait langsung atau tidak dipengaruhi
tinggi rendahnya kuantitas atau jumlah kegiatan pokok/pelayanan.
Penyusunan standar kelonggaran dibutuhkan data dan informasi tentang
faktor kelonggaran masing-masing kategori SDM yaitu:
a. Kegiatan-kegiatan yang tidak/kurang tekait langsung dengan
kompetensi dan kewenangan, misalnya; untuk kategori SDM Bidan/Akbid
yang bekerja di Poli KIA DAN KB kegiatan yang tidak terkait dengan kegiatan
pokok pelayanan pada pasien, misalnya; mengikuti rapat, menyusun laporan.
b. Frekuensi tiap faktor kelonggaran dalam satuan hari, minggu, bulan.
c. Waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk menyelesaikan faktor
kelonggaran.
Selama pengumpulan data kegiatan pelayanan untuk penyusunan kegiatan
pokok (data dasar penetapan standar beban kerja), apabila ditemukan kegiatan-
kegiatan yang tidak dapat dikelompokkan, tidak atau kurang berkaitan dengan
pelayanan pada pasien sebaiknya dicatat tersendiri. Selanjutnya data kegiatan
tersebut digunakan sebagai sumber data guna menyusun faktor kelonggaran tiap
kategori SDM.
Adapun rumus penghitungan Standar kelonggaran yang dimiliki oleh masing-
masing kategori SDM adalah sebagai berikut:
Jumlah Rata-rata Waktu Per-Faktor Kelonggaran
Standar Kelonggaran =
Waktu Kerja Tersedia

Kategori SDM Dokter Spesialis Penyakit Dalam dapat memiliki faktor


kelonggaran yang berbeda, misalnya; mengikuti kegiatan rapat pertemuan audit
medik merupakan faktor kelonggaran yang dimiliki kategori SDM Dokter Spesialis
Penyakit Dalam yang bekerja di Poli Penyakit Dalam, tetapi bagi Dokter Spesialis
Penyakit Dalam yang menduduki jabatan Wakil Direktur Pelayanan Medik, kegiatan
pertemuan audit medik dapat merupakan kegiatan pokok, bukan kegiatan yang
termasuk faktor kelonggaran.
Pada umumnya kategori SDM Dr. Sp. Penyakit Dalam dan Dr. Sp. Bedah
memiliki faktor kelonggaran sebagai berikut :
a. Pertemuan audit medik;
b. Mengajar/mebimbing program pendidikan dokter;
c. Mengajar/mebimbing program pendidikan dokter spesialis, dll.
Apabila kategori SDM Dr. Spesialis Penyakit Dalam memililiki waktu kerja
tersedia 1.656 jam/tahun dan faktor kelonggaran pertemuan audit medik 1
jam/minggu maka Standar Kelonggaran yang dimilikinya adalah sebesar 0.031 SDM.
Hal ini juga dapat diartikan bahwa kegiatan pertemuan audit medik
membutuhkan/menyita 3.1 % waktu kerja tersedia Dr. Sp. Penyakit Dalam.
Adapun uraian penghitungan faktor kelonggaran pertemuan audit medik
untuk kategori SDM Dr. Spesialis Penyakit Dalam adalah sebagai berikut :
a. Waktu kerja tersedia : 1.656 jam/tahun

ANW/WISN-RS/29 Agustus 2004 8


b. Faktor kelonggaran : Pertemuan audit medik, 1 jam/minggu (1 jam x 52
Minggu = 52 jam/tahun)
52 jam/tahun
c. Standar Kelonggaran : 1.656 jam tahun
: 0,031 SDM
Hasil penghitungan standar kelonggaran untuk kategori SDM Dokter
Spesialis Penyakit Dalam sebesar 0.188 dan Dokter Spesialis Bedah 0.220. Adapun
besaran standar kelonggaran tiap faktor kelonggaran dapat dilihat pada Tabel V di
bawah ini.

TABEL V
STANDAR KELONGGARAN BERDASARKAN KATEGORI SDM

Keterangan:
- WKT = Waktu kerja tersedia masing-masing Kategori SDM
- SKG = Standar kelonggaran

ANW/WISN-RS/29 Agustus 2004 9


BAB V
PENGHITUNGAN KEBUTUHAN SDM PER UNIT KERJA

Penghitungan kebutuhan SDM per unit kerja tujuannya adalah diperolehnya


jumlah masing-masing kategori SDM yang dibutuhkan untuk mengerjakan seluruh
beban kegiatan pada tiap unit kerja di RS selama kurun waktu 1 tahun.
Data dan informasi yang dibutuhkan untuk penghitungan kebutuhan SDM
masing-masing kategori SDM per unit kerja utamanya adalah sebagai berikut:
a. Waktu kerja tersedia.
b. Standar beban kerja masing-masing kategori SDM.
c. Standar kelonggaran masing-masing kategori SDM.
d. Kuantitas kegiatan pokok tiap unit kerja selama kurun waktu satu tahun.

Penghitungan kebutuhan SDM pada setiap unit kerja dapat diperoleh dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :

Kuantitas Kegiatan Pokok


Kebutuhan SDM = + Standar Kelonggaran
Standar Beban Kerja

Kuantitas kegiatan pokok disusun berdasarkan berbagai data kegiatan


pelayanan yang telah dilaksanakan di tiap unit kerja RS selama kurun waktu satu
tahun. Kuantitas kegiatan pelayanan Instalasi Rawat Jalan dan Rawat Inap dapat
diperoleh dari laporan kegiatan RS (SP2RS), Buku Register atau buku-buku catatan
lainnya.
Pada umumnya data kegiatan rawat jalan di Rumah Sakit mudah diperoleh.
Namun apabila belum tersedia data 1 tahun, misalnya; hanya tersedia data 7 bulan,
maka data kuantitas kegiatan pokok 5 bulan berikutnya dapat ditetapkan
berdasarkan angka rata-rata kegiatan pokok selama 7 bulan (ekstrapolasi).

TABEL VI
KUANTITAS KEGIATAN POKOK INSTALASI RAWAT JALAN
UNIT KERJA/ KEGIATAN POKOK KUANTITAS
NO KATEGORISDM A B C D
A. Poli Penyakit Dalam - Pem. pasien baru 9,100 1,300 6,500 15,600
(Dr. Sp. PD) - Pem. pasien lama 6,067 867 4,333 10.400
B. Poli Bedah - Pem. pasien baru 2,730 390 1,950 4,680
(Dr. Sp. B) - Pem. pasien lama 1,365 195 975 2,340
- Tindakan medik kecil 1,706 244 1,219 2,925
- Tindakan medik sedang 1,024 146 731 1,755
Keterangan :
A : Jumlah kegiatan pelayanan selama 7 bulan;
B : Rata kegiatan pelayanan per bulan;
C : Jumlah pelayanan 5 bulan berikutnya (b x 5 bulan);
D : Jumlah kumulatif kegiatan pelayanan selama 1 tahun (A + C).

Untuk penyusunan kuantitas kegiatan pokok Instalasi Rawat Inap


dibutuhkan data dasar sebagai berikut :

ANW/WISN-RS/29 Agustus 2004 10


a. Jumlah tempat Tidur.
b. Jumlah pasien masuk/keluar dalam 1 tahun.
c. Rata-rata sensus harian
d. Rata-rata lama pasien di rawat (LOS)

TABEL VII
KUANTITAS KEGIATAN POKOK INSTALASI RAWAT INAP

KODE DATA RAWAT INAP INSTALASI RAWAT INAP


PENY. DALAM BEDAH
A Jumlah TT 150 100
B Pasien masuk rawat inap per tahun 6,388 4.260
C Rata-rata pasien perhari (sensus harian) 105 70
D Rata-rata lama hari rawat /LOS – (C x 365)/B 6 6.00
E Hari rawat per tahun – (D x B) 38,325 25,550
F Rata-rata TT Terpakai (BOR) --E / (A x 365) 70% 70%
G Pasien baru per tahun ---- (B) 6,388 4,260
H Pasien lama per tahun ---- (E – B) 31,937 21,290

Kuantitas kegiatan pokok sebagaimana diuaraikan pada Tabel VII


merupakan contoh untuk penghitungan beban kerja Instalasi Rawat Inap yang
diperoleh dengan metode ekstrapolasi. Selanjutnya hasil penghitungan pada
Tabel VI dan Tabel VII tersebut dilakukan penggabungan dengan kuantitas
kegiatan di Instalasi Rawat Jalan sebagaimana dapat di lihat pada Tabel VIII di
bawah ini.

TABEL VIII
KUANTITAS KEGIATAN POKOK
INSTALASI RAWAT JALAN DAN RAWAT INAP

NO UNIT KERJA / KATEGORI SDM KEGIATAN POKOK KUANTITAS


KEGIATAN
INSTALASI RAWAT JALAN
A. Poli Penyakit Dalam - Pemeriksaan pasien baru 15,600
(Dr. Sp. PD) - Pemeriksaan pasien lama 10,400
B. Poli Bedah - Pemeriksaan pasien baru 4,680
(Dr. Sp. B) - Pemeriksaan pasien lama 2,340
- Tindakan medik kecil 2,925
- Tindakan medik sedang 1,755
INSTALASI RAWAT INAP
A. Rawat Inap Penyakit Dalam - Visite pasien baru 6,388
(Dr. Sp. PD) - Visite pasien lama 31,937
- Tindakan medik kecil 900
B. Rawat Inap Bedah - Visite pasien baru 4,260
(Dr. Sp. B) - Visite pasien lama 21,290
- Tindakan medik kecil 2,129

Dalam penghitungan kuantitas kegiatan pokok di Instalasi Rawat Inap


harus memperhatikan kebijakan operasional yang diberlakukan di RS berkaitan
dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing katgori SDM dalam
melaksanakan kegiatan pelayanan pemeriksaaan pasien, tindakan medik, visite
dan tindakan pada pasien rawat inap, misalnya :

ANW/WISN-RS/29 Agustus 2004 11


a. Visite dilakukan oleh Dokter Spesialis bagi seluruh pasien atau
hanya pasien baru (hari pertama) dan pasien pulang saja.
b. Tindakan kecil (sederhana, rendah resiko) dilakukan oleh
Dokter Spesialis atau Dokter Umum dengan tambahan kompetensi dan
kewenangan tertentu.

Data kegiatan Instalasi Rawat Jalan dan Rawat Inap yang telah diperoleh
(Tabel VIII), Standar Beban Kerja (Tabel IV) dan Standar Kelonggaran (Tabel V)
merupakan sumber data sebagai dasar penghitungan kebutuhan SDM. Pada
Tabel IX di bawah ini disajikan hasil penghitungan kebutuhan SDM tiap kegiatan
pokok masing-masing kategori SDM Dokter Spesialis penyakit Dan dan Spesialis
Bedah.

TABEL IX
KEBUTUHAN SDM DOKTER SPESIALIS PENYAKIT DALAM
DAN DOKTER SPESIALIS BEDAH

NO KATEGORI SDM /
KEGIATAN POKOK KK SBK KS
UNIT KERJA

DOKTER SPESIALIS PENYAKIT DALAM

A. Poli Penyakit Dalam - Pemeriksaan pasien lama 15,600 14,194 1.10


    - Pemeriksaan pasien baru 10,400 9,973 1.04
Rawat Inap Penyakit
B. - Visite pasien baru 6,388 24,840 0.26
Dalam
    - Visite pasien lama 31,937 16,560 1.93
    - Tindakan medik kecil 900 6,624 0.14
DOKTER SPESIALIS BEDAH

A. Poli Bedah - Pemeriksaan pasien lama 4,680 14,194 0.33


    - Pemeriksaan pasien baru 2,340 11,040 0.21
    - Tindakan medik kecil 2,925 6,624 0.44
    - Tindakan medik sedang 1,755 3,974 0.44
B. Ranap Inap Bedah - Visite pasien baru 4,260 24,840 0.17
    - Visite pasien lama 21,290 16,560 1.29
    - Tindakan medik kecil 2,129 6,624 0.32
Keterangan :
- KK = Kuantitas Kegiatan selama 1 tahun
- SBK = Standar Beban Kerja
- KS = Kebutuhan SDM (KK/SBK) atau kebutuhan waktu kerja tiap kegiatan pokok

Untuk mendapatkan kebutuhan SDM, hasil penghitungan Kebutuhan


SDM (KS) tiap Kegiatan Pokok (Tabel IX) yang diperoleh dengan membagi
Kuantitas Kegiatan Pokok dengan Standar Beban Kerja terlebih dahulu
dijumlahkan sebelum di tambahkan dengan standar kelonggaran masing masing
kategori SDM.
Adapun kebutuhan SDM Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan dan Dokter
Spesialis Bedah di Instalasi Rawat Inap dan Rawat Jalan adalah sebagai berikut :
a. Dokter Spesialis Penyakit Dalam :

ANW/WISN-RS/29 Agustus 2004 12


 Kebutuhan SDM Rawat Jalan = 2,14 (1,10 + 1,04)
 Kebutuhan SDM Rawat Inap = 2,33 (0,26 + 1,93 + 0,14)
 Standar Kelonggaran = 0,19
JUMLAH = 4.66 Orang

b. Dokter Spesialis Penyakit Bedah :


 Kebutuhan SDM Rawat Jalan = 1,42 (0.33 + 0.21 + 0.44 + 0.44)
 Kebutuhan SDM Rawat Inap = 1,78 (0,17 + 1,29 + 0,32)
 Standar Kelonggaran = 0,22
JUMLAH = 3.42 Orang

Berdasarkan hasil penghitungan tersebut kebutuhan Dokter Spesialis


Penyakit Dalam adalah sejumlah 4.66 atau dibulatkan menjadi 5 orang dan
Dokter Spesialis Bedah sejumlah 3,42 atau dibulatkan menjadi 3 orang.

ANW/WISN-RS/29 Agustus 2004 13


BAB VI
ANALISA KEBUTUHAN SDM

Analisa kebutuhan SDM Kesehatan di Puskesmas tujuannya adalah


diperolehnya informasi adanya kecukupan, kekurangan, kelebihan SDM serta
alternatif pendayagunaan dan pemenuhannya pada tiap unit kerja.
Analisa kebutuhan SDM jangka pendek (1-2 tahun) untuk kategori SDM
Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Dokter Spesialis Bedah utamanya dibutuhkan
data-data sebagai berikut:
a. Perkiraan beban kegiatan pelayanan Poli Rawat Jalan 1 - 2 tahun akan
datang.
b. Perkiraan beban kegiatan pelayanan Rawat Inap 1 - 2 tahun akan datang.
c. Standar beban kerja masing-masing kategori tenaga.
d. Jumlah Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Dokter Spesialis.
Pada Tabel X dan XI dapat dilihat kebutuhan SDM Dokter Spesialis penyakit
Dalam dan Speislis Bedah berkaitan dengan perkiraan terjadinya peningkatan
pelayanan di Poli Rawat Jalan pada tahun ke 2 sebesar 25% dan Rawat Inap
sebesar 15% dari beban kegiatan pelayanan tahun ke 1.

TABEL X
KEBUTUHAN DOKTER SPESIALIS PENYAKIT DALAM

Tahun 1 Tahun 2
KEGIATAN PELAYANAN
KK SBK KS KK SBK KS
1.Rawat Jalan
- Pemeriksaan pasien baru 10.400 9.973 1,04 13.000 9.973 1,30
- Pemeriksaan pasien lama 15.600 14.194 1,10 19.500 14.194 1,37
2.Rawat Inap
- Visite pasien baru 6.388 24.840 0,26 7.346 24.840 0,30
- Visite pasien lama 31.937 16.560 1,93 36.728 16.560 2,22
- Tindakan medik kecil 900 6.624 0,14 1.035 6.624 0,16
Keterangan :
- KK = Kuantitas Kegiatan selama 1 tahun
- SBK = Standar Beban Kerja
- KS = Kebutuhan SDM (KK/SBK) atau kebutuhan waktu kerja tiap kegiatan pokok

Kebutuhan SDM Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Dokter Spesialis


Bedah untuk menyelenggarakan pelayanan di Instalasi Rawat Jalan dan Rawat Inap
berdasarkan perkiraan adanya peningkatan pelayanan di Poli Rawat Jalan pada
tahun ke 2 sebesar 25% dan Rawat Inap sebesar 15% dari beban kegiatan
pelayanan pada tahun ke 1, adalah sebagai berikut :
a. Dokter Spesialis Penyakit Dalam :
 Kebutuhan SDM Rawat Jalan = 2,68 (1,30 + 10,37 )
 Kebutuhan SDM Rawat Inap = 2,68 (0,30 + 2,22 + 0,16)
 Standar Kelonggaran = 0,19
JUMLAH = 5.55 Orang

ANW/WISN-RS/29 Agustus 2004 14


b. Dokter Spesialis Bedah :
 Kebutuhan SDM Rawat Jalan = 1,72 (0.21 + 0,41 +
 Kebutuhan SDM Rawat Inap = 0,55+0,55)
 Standar Kelonggaran = 2,60 (0,20 + 1,48 + 0,37)
0,22
JUMLAH = 4.54 Orang

TABEL X
KEBUTUHAN DOKTER SPESIALIS BEDAH

Tahun 1 Tahun 2
KEGIATAN PELAYANAN
KG SBK KT KG SBK KS
1.Rawat Jalan
- Pemeriksaan pasien baru 2.340 11.040 0,21 2.340 11.040 0,21
- Pemeriksaan pasien lama 4.680 14.194 0,33 5.850 14.194 0,41
- Tindakan medik kecil 2.925 6.624 0,44 3.656 6.624 0,55
- Tindakan medik sedang 1.755 3.974 0,44 2.194 3.974 0,55
2.Rawat Inap
- Visite pasien baru 4.260 24.840 0,17 4.899 24.840 0,20
- Visite pasien lama 21.290 16.560 1,29 24.484 16.560 1,48
- Tindakan medik kecil 2.129 6.624 0,32 2.448 6.624 0,37
Keterangan :
- KGT = Kuantitas Kegiatan selama 1 (satu) tahun.
- SBK = Standar Beban Kerja.
KS = Kebutuhan SDM (KGT/SBK) .

Berdasarkan hasil penghitungan tersebut menunjukkan adanya


kebutuhan penambahan Dokter Spesialis Penyakit Dalam yaitu sebesar 0,89
(5,55 - 4.66) atau dibulatkan 1 orang. Untuk Dokter Spesialis Bedah dibutuhkan
penambahan sebesar 1,12 (4,54 – 3,42) atau dibulatkan menjadi 1 orang.
Dalam penghitungan kebutuhan SDM jika diperoleh hasil yang nilainya
lebih kecil dari 0,5, sebelum diputuskan penambahan SDM terlebih dahulu RS
melaksanakan kajian dan tindakan sebagai berikut:
a. Optimalisasi SDM Dokter Spesialis Penyakit Dalam yang telah ada untuk
dapat menambah jam kerja (over time) dengan insentif yang memadai.
b. Merekrut Dokter Spesialis Penyakit Dalam untuk diperkerjakan paruh waktu.
c. Review SOP dan standar pelayanan untuk dapat dilakukan penyederhanaan
proses pelayanan dan mengurangi kebutuhan waktu pelayanan tanpa
mengabaikan mutu.
Dalam melakukan analisis kebutuhan SDM perlu juga memperhatikan
terjadinya perubahan baik penguragan atau penambahan jumlah SDM yang
telah ada misalnya pensiun, pindah tempat kerja, meninggal dan masuknya
pegawai pindahan.

ANW/WISN-RS/29 Agustus 2004 15

Anda mungkin juga menyukai