Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH

“KECURANGAN PELANGGAN DAN KECURANGAN ORGANISASI”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Audit Forensik dan Investigasi

Dosen Pengampu: Dr. Erwin Hadisantoso, SE, M.Si, Ak, CA

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 3

1 MUH. ZAMIL HAMID B1C119132


2 MELIANA ROHENNI MANULLANG B1C120145
3 NANDA SEPTIA PUTRI B1C120161
4 NUR NISA SA'BAN B1C120165
5 WA ODE MELIATI B1C120190
6 WA ODE MUSTARI I.A B1C120191
7 WA ODE NURUL SAKINAH AULIA B1C120192
8 WINA AMELIA B1C120195
9 YUYUN WARDANI B1C120199
10 ADILLAH NURUL HIKMA B1C120200
JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan
kasihnya sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas makalah ini sesuai dengan
harapan. Dalam Makalah ini Penulis membahas mengenai “Kecurangan
Pelanggan.dan kecurangan organisasi ” .Adapun penulisan Makalah ini bertujuan
untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Forensik dan Audit Investigasi.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam


penulisan makalah ini, karena keterbatasan akan pengetahuan dan kemampuan
yang penulis miliki, namun demikian penulis berharap semoga dengan Tugas
Makalah ini dapat dijadikan sebagai sumbangan pikiran bagi semua pihak.

Dalam kesempatan ini Penulis tidak lupa menyampaikan terimakasih yang


sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Erwin Hadisantoso,SE.,M.Si.,AK.,CA selaku Dosen Mata Kuliah


Akuntansi Forensik dan Audit Investigasi yang telah membimbing dan
memberikan ilmu kepada penulis.

2. Teman seperjuangan khususnya teman sekelompok Akuntansi Forensik dan


Audit Investigasi kelompok 3 yang selalu bersama – sama berjuang dalam
keadaan suka maupun duka.

Akhir kata dengan kerendahan hati, Penulis menyadari bahwa Tugas Makalah ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat Penulis harapkan demi kesempurnaan Tugas Makalah ini.

Kendari , 11 Oktober 2022

Penulis (kelompok 3)
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

2.1 Latar Belakang

Kecurangan merupakan suatu tindakan yang memiliki dampak yang


sangat berpengaruh terhadap suatu organisasi khusunya pada ruang lingkup
kerja organisasi tersebut. Tujuan dilakukannya kecurangan yaitu untuk
memperkaya diri sendiri atau kelompok tanpa memikirkan akibat dari
perbuatannya. Segala cara telah dilakukan untuk mencegah serta mengatasi
terjadinya kecurangan, baik itu meningkatkan pengawasan, hingga
memberikan sanksi hukum yang berat kepada pelaku kecurangan, namun hal
itu tidak membuat berkuranganya kecurangan. Seiring dengan perkembangan
zaman banyak sekali tindakan kecurangan yang dilakukan. Dengan
didukungnya teknologi hingga memanfaatkan kelemahan seseorang, pelaku
kecurangan dengan sangat mudah mengambil keuntungan dari hal tersebut.
Teknologi telah membuat kecurangan jauh lebih sering terjadi daripada
sebelumnya. Tidak hanya kecurangan yang menjadikan organisasi dan
pemegang saham sebagai korban, namun kecurangan juga menjadikan
pelanggan sebagai korbannya.

Dengan kemajuan teknologi, kecurangan pelanggan semakin


menunjukkan peningkatan. Kecurangan pelanggan adalah sejumlah
kecurangan yang berfokus pada individu tertentu sebagai korbannya. Ada dua
jenis kecurangan pelangganyang utama adalah pencurian identitas dan jenis
penipuan pelanggan lainnya. Dalam pencurian identitas, pelaku mencuri
identitas seseorang, kemudian berpura-pura menjadi orang tersebut dan
melakukan transaksi keuangan. Dalam jenis penipuan pelanggan lainnya,
pelaku menngunakan berbagai skema untuk mendapatkan kepercayaan
pelanggan untuk membayar atau menginvestasikan uang dan memberikan
informasi pribadi.
Berdasarkan Federal Trade Commission, pencurian identitas adalah
tipe kecurangan pelanggan yang paling umum terjadi yang memengaruhi
ribuan orang setiap harinya. Pelaku kecurangan akan melakukan segala cara
untuk mencuri identitas korban, dengan menggunakan skimmer, dumpster,
dan lainnya.

Dalam kecurangan pelanggan lainnya, termasuk skema telemarketing,


skema bekerja dirumah, skema investasi, dan lain-lain.pelanggan kehilangan
milliaran dollar setiap tahunnya karena jenis kecuranggan ini. Pelaku
kecurangan ini sangat pandai dalam memanipulasi emosi pelanggan.

Association Of Certified Fraud Examiniers (2014), mengartikan


kecurangan (Fraud) sebagai tindakan apapun yang bersifat illegal seperti
penipuan, penyalahgunaan, penyembunyian, serta tindakan yang melanggar
kepercayaan. Selain itu, menurut American Institute of Certified Public
Accountants (AICPA) kecurangan merupakan suatu bentuk tindakan baik
yang disengaja maupun tidak disengaja yang didasari oleh adanya kecerdikan
dari individu itu sendiri yang berorientasi untuk mendapatkan keuntungan
dengan tindakan yang salah dan juga tanpa mementingkan pihak lain dan
lingkungan disekitarnya Kingsley, 2015 dalam (Fajria, 2019).

ACFE mengklasifikasikan kecurangan itu ke dalam tiga kategori,


yaitu: (1)Kecurangan Aset (Asset Misappropriation) berupa pencurian atau
penyalahgunaan aset; (2) Pernyataan Palsu atau salah pernyataan (Fraudulent
Statement), meliputi tindakan yang dilakukan oleh pejabat suatu perusahaan
atau instansi pemerintah untuk menutupi kondisi keuangan yang sebenarnya
dengan melakukan rekayasa keuangan (Financial Engineering) dalam
penyajian laporan keuangannya untuk memperoleh keuntungan; (3) Korupsi
(Corruption) yaitu para pelaku kecurangan menggunakan pengaruhnya secara
tidak sah dalam transaksi bisnis untuk memperoleh manfaat bagi kepentingan
pribadi atau orang lain. Jenis kecurangan ini banyak terjadi di sektor
pemerintahan. Kecurangan dalam bentuk ini sulit untuk diketahui karena
dilakukan oleh beberapa orang yang berkerjasama melakukan kecurangan
tersebut.
Kecurangan tidak dapat digeneralisir secara umum karena ini
merupakan suatu bentuk tindakan yang bisa dilakukan tanpa adanya unsur
ketidaksengajaan (Fajria, 2019). Tindakan kecurangan terjadi karena adanya
faktor-faktor yang mengakibatkan seseorang melakukan kecurangan. Faktor
tersebut yang dibuat dalam bentuk segitiga kecurangan atau dikenal dengan
Triangle of Fraud yang terdiri dari Pressure (tekanan), Opportunity
(kesempatan) dan Rationalization (pembenaran) Teori triangle of fraud
ditemukan oleh Donald Cressey tahun 1953.

Kecurangan (fraud) bisa terjadi dalam organisasi mana pun, tanpa


terkecuali organisasi pemerintahan.

2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang makalah yang telah dikemukakan, Penulis


mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kecurangan pelanggan dan dampaknya?


2. Bagaimana pencurian identitas terjadi?
3. Bagaimana jenis penipuan pelanggan dan investasi lainnya?
4. Bagaimana kecurangan terhadap organisasi ?
5. Bagaimana penyalahgunaan Aset ?
6. Bagaimana dengan korupsi ?

2.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui kecurangan pelanggan dan dampaknya?


2. Untuk mengetahui pencurian identitas terjadi?
3. Untuk mengetahui jenis penipuan pelanggan dan investasi lainnya?
4. Untuk mengetahui kecurangan terhadap organisasi ?
5. Untuk mengetahui penyalahgunaan Aset ?
6. Untuk mengetahui mengenai korupsi ?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kecurangan Pelanggan

Kecurangan pelanggan adalah masalah yang sangat serius di Amerika


Serikat dan di semua tempat di seluruh dunia. Pada Oktober 2007, Federal
Trade Commission (FTC) Amerika Serikat mengeluarkan survei keduanya
tentang kecurangan pelanggan di Amerika Serikat. Survei tersebut
memperkirakan bahwa lebih adri 30 juta orang dewasa-13,5 persen dari
populasi orang dewasa adalah korban kecurangan selama tahun 2005. Orang
orang Afrika-Amerika merupakan korban yang paling banyak dengan 20
persen menjadi korban satu atau lebih kecurangan pada tahun sebelumnya.
Selain itu, korban dari ras Hispanik sebesar 18 persen dan dari orang kulit
putih non-Hispanik sebesar 12 persen.

Survei yang dilakukan terhadap lebih dari 3.800 pelanggan yang


dipilih secara acak menunjukkan bahwa pelanggan yang lebih muda, tidak
menempuh pendidikan tinggi, dan yang memiliki utang dalam jumlah besar
lebih mungkin menjadi korban kecurangan. Peringkat 10 besar kecurangan
yang diidentifikasi dalam laporan, antara lain:

1. Kecurangan produk penurunan berat badan (4,8 juta korban).


2. Penipuan undian dari pihak asing (3,2 juta korban).
3. Tagihan tidak diotorisasi-kelompok pembeli (3,2 juta korban).
4. Promosi berhadiah (2,7 juta korban).
5. Program bekerja di rumah (2,4 juta korban).
6. Asuransi kartu kredit (2,1 juta korban).
7. Tagihan tidak terotorisasi-layanan internet (1,8 juta korban).
8. Penipuan pinjaman dengan biaya dibayar di muka (1,7 juta korban).
9. Penipuan perbaikan kredit (1,2 juta korban).
10. Kesempatan bisnis (0,8 juta korban).
Jenis kecurangan pelanggan yang paling sering dilaporkan antara lain
kecurangan produk penurunan berat badan yang menjanjikan penurunan berat
badan tanpa diet atau olahraga, tetapi ternyata janji tersebut tidak benar;
kecurangan ini diperkirakan menimpa sekitar 5 juta orang Amerika pada tahun
2005.

2.2 Pencurian Identitas

Pencurian identitas adalah tipe kecurangan pelanggan yang paling


umum terjadi yang memengaruhi ribuan orang setiap harinya. Setidaknya,
sebanyak seperempat dari seluruh klaim yang dilaporkan pada FTC selama
beberapa tahun terakhir termasuk beberapa tipe pencurian identitas.' Pencurian
identitas digunakan untuk menjelaskan kondisi ketika seseorang menggunakan
nama, alamat, nomor jaminan sosial (Social Security number-SSN), nomor
rekening bank atau kartu kredit, dan informasi identifikasi lainnya milik orang
lain untuk melakukan kecurangan atau kejahatan lainnya.

2.2.1 Bagaimana Pencurian Identitas Terjadi

Gambar 7.1 Siklus Pencurian Identitas

Tahap 1 Penemuan
Memperoleh
informasi
Melakukan
verifikasi atas
informasi

Tahap 2 Tindakan
Tahap 3 Percobaan
Mengumpulkan seluruh
Tindakan tingkat pertama dokumentasi
Tindakan tingkat kedua Menyusun tindakan
Tindakan tingkat ketiga
 Tahap I : Pertemuan

Tahap penemuan terdiri dari dua langkah: pengumpulan informasi dan


verifikasi informasi. Selama tahap pemerolehan informasi, pelaku melakukan
segala cara untuk mendapatkan informasi mengenai korban. Contoh teknik
penemuan termasuk teknik pengumpulan informasi seperti mencari di antara
tumpukan sampah, mencari rumah atau komputer seseorang, mencuri surat,
phishing, membobol mobil atau rumah, memindai informasi kartu kredit, atau
menggunakan cara lain yang mungkin dilakukan oleh pelaku dalam
mengumpulkan informasi mengenai korban.

Selama tahap verifikasi informasi, pelaku menggunakan berbagai cara


untuk melakukan verifikasi informasi yang telah dikumpulkan. Contohnya
terdiri dari penipuan dengan mengguankan telepon, yaitu pelaku menghubungi
korban dan bertindak sebagai perwakilan dari operasional bisnis untuk
melakukan verifikasi informasi yang dikumpulkan (ini dikenal sebagai
pretexting), dan meneruskan pencarian.

 Tahap 2: Tindakan

Tahap ini terdiri dari dua aktivitas: mengumpulakan seluruh dokumentasi


dan menyusun tindakan untuk menutupi atau menyembunyikan kecurangan.

Menhumpulkan seluruh dokumentasi adalah proses yang dilakukan pelaku


untuk mendapatkan alat yang dibutuhkan untuk melakukan kecurangan
terhadap korban. Contohnya, dengan menggunakan informasi yang telah
didapatkan, pelaku mungkin memakai kartu kredit fiktif, cek fiktif, atau SIM
atas nama korban.

Tindakan untuk menutupi atau menyembunyikan kecurangan terdiri atas


beberapa langkah yang diambil untuk menyembunyikan atau menutupi jejak
kekuangan yang tertinggal dalam proses pencurian identitas. Contohnya,
dalam tahap ini, pelaku mungkin mengubah alamat tempat tinggal atau alamat
surel korban, sehingga laporan kartu kredit dikirim oleh institusi keuangan
kepada pelaku dan bukan kepada korban.
 Tahap 3: Percobaan

Tahap percobaan melibatkan aktivitas-aktivitas pencurian identitas yang


memberikan keuntungan finansial pada para pelaku. Ada tiga tindakan dari
tahap percobaan ini: tindakan tingkat pertama, tindakan tingkat kedua, dan
tindakan tingakt ketiga tahap percobaan dipertimbangkan sebagai tahap yang
paling penting dalam siklus pencurian identitas karena pada tahap inilah
pelaku mulai bekerja.

Tindakan tingkat pertama adalah kecurangan pertama yang dilakukan,


sebagian besar untuk menguji keefektifan skema kecurangan dan pencurian
informasi. Tindakan tingkat kedua adalah tindakan-tindakan yang diambil
oleh pelaku setelah uji coba awal berhasil. Tindakan-tindakan ini sering kali
melibatkan interaksi langsung satu pihak dengan yang pihak lainnya.
Tindakan tingkat ketiga adalah pencurian yang dilakukan setelah pelaku cukup
memiliki keyakinan dalam pencurian identitas. Tindakan tingkat ketiga
merupakan tindakan yang paling berisiko untuk pencurian identitas.
Kemungkinan pelaku tertangkap dalam tindakan tingkat ketiga lebih besar
daripada pada periode lainnya dalam skema pencurian identitas.

Setelah pelaku melakukan tindakan tingkat ketiga, ia sering kali


membuang informasi dari satu korban dan mulai tahap pencarian
mengguankan informasi korban lainnya.

2.2.2 Bagaimana Pelaku Mengonversikan Informasi Pribadi menjadi


Keuntungan Finansial

Setelah pelaku kecurangan mengakses informasi pribadi, mereka


menggunakan infomasi tersebut untuk keuntungan finansialnya. Beberapa
pembelian yang biasanya dilakukan oleh pelaku pencurian identitas adalah:

 Membeli barang yang besar, seperti komputer atau televisi. Dengan


menggunakan kartu kredit/kartu debit fiktif, pelaku sering kali akan
membeli barang yang cukup mahal dan dapat dengan mudah dijual
kembali di pasar gelap. Pelaku kemudian segera menghabiskan uang yang
mereka curi,dengan sangat cepat, biasanya untuk narkoba atau tindakan
negatif lainnya.
 Melakukan pinjaman untuk membeli mobil, rumah dan pinjaman lainnya.
Setelah pelaku memperoleh kepercayaan diri bahwa pencurian identitas
(melalui pembelian kecil lainnya telah berhasil) dilakukan, ia sering kali
mengambil pinjaman menggunakan identitas korban. Jenis pinjaman yang
biasanya dilakukan adalah untuk membeli mobil. Karena mobil dapat
dengan mudah ditelusuri (menggunakan plat nomor atau nomor
identifikasi kendaraan (vehicle identification number-VIN), mobil
biasanya segera dijual, sehingga tidak dapat ditelusuri siapa pelakunya.
 Menggunakan layanan telepon atau jari 7/39 nirkabel atas nama korban.
Pelaku sering kan menggunakan layanan telepon atau jaringan nirkabel
atas nama korban. Hal ini dilakukan supaya pelaku dapat lebih mudah
meyakinkan bank, bisnis, dan yang lainnya bahwa ia benar-benar orang
yang mengajukan klaim. Pelaku juga menggunakan telepon sebagai
bentuk komunikasi untuk membeli atau menjual narkoba, memperoleh
informasi untuk mencuri identitas lebih banyak lagi, memulai melakukan
skema telemarketing dan/atau membantu skema kecurangan lainnya.
 Menggunakan cek atau kartu debit fiktif. Dengan menggunakan kartu
debit atau cek fiktif, pelaku kecurangan sering kali mengosongkan akun
bank korban. Seperti yang akan kita bahas selanjutnya dalam bab ini, salah
satu risiko terbesar kartu debit
 Membuka akun bank baru
 Mendaftarkan kebangkrutan atas nama korban
 Melaporkan nama korban kepolisi sebagai pengganti nama mereka
 Mengubah alamat surat korban

2.2.3 Mencuri Identitas Korban

1) Pelaku memperoleh informasi pribadi dengan berlagak seperti pegawai,


pegawai pemerintahan, atau perwakilan organisasi yang sah, yang
berhubungan dengan bisnis korban.
2) Pelaku melihat atau mendengar Anda memasukkan nomor kartu kredit
yang dikenal dengan shoulder surfing.
3) Pelaku memeriksa folder spam/trash komputer aktivitas yang sering
disebut dumpster diving. Setelah tempat sampah ada di jalan, tempat
sampah tersebut dianggap sebagai properti publik dan siapapun dapat
menggeledahnya. Aplikasi kartu kredit yang belum disetujui, informasi
pajak, tanda terima yang berisi nomor kartu kredit, tanda terima Jaminan
Sosial, atau catatan keuangan merupakan sumber informasi yang penting
bagi pencuri identitas.
4) Pelaku melakukan skim informasi kartu kredit ketika mereka membayar
tagihan mereka. Skimming adalah proses yang memungkinkan pelaku
untuk menggunakan alat penyimpanan informasi untuk mengakses
informasi penting ketika kartu kredit diproses. Skimming adalah metode
berteknologi tinggi yang memungkinkan pencuri memperoleh informasi
pribadi atau informasi akun dari kartu kredit, SIM, atau bahkan paspor.

2.2.4 Meminimalkan Risiko

Ada beberapa cara proaktif untuk meminimalkan risiko pencurian


identitas. Beberapa cara yang paling efektif adalah:

 Melindungi surat Anda dari pencurian. Ketika jauh dari rumah, biarkanlah
Postal Service Amerika Serikat menyimpan surat pribadi Anda. Pelanggan
dapat melakukannya dengan menghubungi 1-800-275 8777. Tindakan
penting lainnya adalah r surat yang akan dikirim pada kotak p ka .ia. 10/39
surat kantor pos atau pada kantor pos lokal, daripada memasukkannya ke
dalam kotak surat yang tidak aman di luar rumah Anda.
 Menyingkirkan kartu kredit yang belum disetujui. Salah satu cara yang
paling umum dan paling mudah bagi pelaku untuk melakukan pencurian
identitas adalah dengan mengisi aplikasi kartu kredit yang belum disetujui
yang diterima pelanggan melalui surat dan mengirimkannya. Walaupun
banyak orang akan menghancurkan kartu kredit yang belum disetujui, ini
hanya melindungi pelanggan dari pelaku yang ingin mengacak-acak kotak
sampah mereka. Pelaku masih memiliki kesempatan untuk membuka
kotak pesan korban dan mencuri aplikasi kartu kredit yang belum
disetujui, bahkan sebelum korban menyadari bahwa pelaku telah beraksi.
 Cek informasi kredit pribadi Anda (laporan kredit) paling sedikit setahun
sekali. Fair Credit Reporting Act (FCRA) mensyaratkan setiap perusahaan
pelaporan pelanggan di seluruh dunia-Equifax, Experian, dan TransUnion-
memberikan salinan laporan kredit Anda secara gratis, atas permintaan.
 Melindungi kartu dan nomor jaminan sosial.
 Menjaga semua informasi pribadi.
 Melindungi kotak sampah dari pencurian.
 Lindungi dompet dan barang berharga lainnya
 Melindungi kata sandi
 Melindungi rumah
 Melindungi computer

2.2.5 Penuntutan Pencurian Identitas

Ketika seseorang melakukan pencurian identitas, mereka sekarang dapat


dituntut secara pidana dan/atau secara perdata. Supaya tuntutan pidana atau
perdata berhasil, perlu ditunjukkan bahwa pelaku memang dengan sengaja
melakukan kecurangan terhadap korban. Ini dapat dilakukan dengan
mengumpulkan bukti yang sesuai. Bukti pendukung yang sesuai antara lain
data yang mendasari dan semua informasi yang tersedia dan menguatkan.
Dalam sebagian besar pencurian identitas, bukti yang memadai diperoleh,
seperti bukti bahwa kartu kredit, atau pinjaman mobil, atau tiket dalam jumlah
besar lainnya dibeli dengan identitas palsu, relatif lebih mudah untuk
dibuktikan.

2.3 Jenis Penipuan Pelanggan dan Investasi Lainnya

2.3.1 Penipuan Asing dengan Fee Dibayar di Muka

Penipuan asing dengan fee dibayar di muka telah ada selama bertahun-
tahun; namun, dengan kecanggihan internet, penipuan tersebut menjadi
tersebar luas dan menjadi sesuatu yang umum. Sayangnya, banyak orang
menjadi korban bentuk kecurangan pelanggan ini. Pada paragraf berikut, kami
akan membahas beberapa jenis penipuan asing dengan fee dibayar di muka.

a. Tawaran Uang Nigeria

Tawaran uang Nigeria adalah bentuk penipuan asing dengan fee


dibayar di muka yang dilakukan oleh orang orang dari Nigeria atau negara
lain (biasanya negara miskin) menghubungi korban lewat surel, faks, atas
telepon dan menawarkan jutaan dolar uang kepada korban.
Permasalahannya adalah untuk mentransfer uang ini kepada korban, ia
perlu memberikan nama dan nomor akun bank, termasuk nomor rute, dan
sebagainya, sehingga uang itu dapat ditransfer. Pelaku kemudian
menggunakan informasi ini untuk mengosongkan akun korban dan
melakukan kecurangan lain.

b. Penipuan Asing dengan Fee Dibayar di Muka Lainnya

Walaupun tawaran uang Nigeria adalah jenis penipuan asing dengan


fee dibayar di muka yang sudah umum terjadi. Beberapa penipuan lainnya
menjadi semakin marak. Berikut adalah contoh beberapa skema ini.

• Penipuan clearinghouse.
• Penipuan clearinghouse terjadi ketika korban menerima surat yang
dengan salah menyatakan bahwa penulis adalah perwakilan dari bank
asing Bank asing ini bertindak seolah-olah sebagai sebuah
clearinghouse untuk modal ventura di suatu negara tertentu.
• Penipuan pembelian real estat
• Penipuan ini biasanya terjadi ketika seseorang mencoba untuk menjual
real estat atau properti lain kepada korban. Korban dicurangi ketika
mereka setuju untuk membayar sejumlah “fee dibayar di muka”
kepada “pialang khusus Setelah dibayar, korban tidak akan pernah lagi
mendengar mengenai pelaku.
• Penjualan minyak mentah di bawah harga pasar
Dalam penipuan ini, korban menerima tawaran untuk membeli minyak
mentah yang harganya di bawah harga pasar. Namun, supaya bisa
mendapatkan harga di bawah harga pasar, korban perlu membayar fee
registrasi dan lisensi khusus. Setelah korban membayar fee tersebut,
penjual akan menghilang.
• Transfer dana dari surat wasiat
Dalam penipuan ini, pelaku menipu badan amal, universitas, organisasi
nonprofit, dan kelompok keagamaan. Organisasi-organisasi ini akan
menerima surat dari “dermawan” misterius yang tertarik untuk
menyumbangkan sejumlah uang dalam jumlah besar. Namun, untuk
mendapatkan uang tersebut, badan amal perlu membayar pajak atau
fee pemerintah. Setelah pajak dan biaya ini dibayar, korban tidak dapat
menghubung dermawan ini lagi.

2.3.2 Skema Bekerja di Rumah

Berikut adalah beberapa skema bekerja di rumah yang umum terjadi.

• Multilevel Marketing
Salah satu skema bekerja di rumah yang paling umum adalah
kecurangan manipulasi dari organisasi MLM yang sah. Saat ada
banyak variasi MLM yang curang, salah satu jenis organisasi MLM
yang curang disebut juga skema piramida atau Ponzi. Mereka tidak
menjual produk nyata yang sah, tetapi hanya memiliki produk dan
keuntungan khayalan.
• Skema Multilevel Marketing Internasional
Beberapa negara telah melarang semua jenis organisasi piramida dan
MLM, tanpa melihat apakah perusahaan memiliki produk yang valid
atau tidak. Alasan negara negara ini melarang organisasi MLM adalah
karena mereka percaya bahwa semua rencana yang memberikan
komisi untuk merekrut distributor baru akan bangkrut ketika
distributor yang baru tidak lagi dapat direkrut. Ketika piramida kolaps,
hal itu akan membuat ribuan orang tidak mempunyai tabungan atau
pendapatan yang menyebabkan ketidakstabilan dalam negara.
• Surat Berantai, Pengembalian Pos, Pengujian Produk, dan Peningkatan
Keahlian
Penipuan surat berantai biasanya dimulai ketika pelanggan yang lugu
melihat iklan yang menyatakan sesuatu seperti berikut, "Salinlah surat
ini dan kirimkan kepada orang-orang yang nama-namanya akan kami
berikan. Yang harus Anda lakukan adalah mengirimkan $10 kepada
kami untuk daftar surat dan label. Lihat daftar di bawah ini dan lihat
bagaimana Anda secara otomatis akan mendapat ribuan dolar sebagai
imbalannya!!!" Semua program surat berantai semacam ini ilegal dan
merupakan penipuan. Pada intinya, ini adalah MLM tanpa produk
Pengembalian pos adalah penipuan yang terjadi ketika pelanggan
merespons iklan yang menjanjikan pendapatan hanya dari sebuah
pengembalian amplop. Ketika menjawab iklan tersebut, pelanggan
tidak menerima amplop untuk dikembalikan, melainkan mendapat
materi promosi yang meminta uang sebagai pertukaran dengan rincian
rencana pencarian uang. Sistem ini merekrut orang secara
berkelanjutan untuk menawarkan rencana yang sama.
Pengujian produk adalah kecurangan yang biasanya dimulai ketika
pelanggan menerima brosur produk yang berbeda. Brosur ini biasanya
meminta pelanggan mengkaji produk dan mengirim komentar kepada
pemasok untuk dikaji. Selain pembayaran jasa yang diberikan, brosur
ini menjanjikan partisipan akan dapat mendapatkan produk yang di-
review. Peningkatan Keahlian adalah penipuan yang terjad ketika
pelaku menjanjikan bayaran tinggi untuk bekers dalam proyek yang
berbeda. Korban biasanya perlu membeli bahan, peralatan dan
pelatihan dengan biaya yang cukup mahal. Pelanggan hanya membeli
peralatan dan perlengkapan yang mahal, tetapi tidak menerima
pendapatan. Agar pelanggan dapat menjual barang mereka mereka
harus menemukan pelanggan mereka sendiri.
2.3.3 Penipuan Mystery Shopping Palsu

Pelaku memanfaatkan banyak pelanggan melalui skema yang disebut


penipuan mystery shopping palsu. Selama penipuan, pelaku menjanjikan
korban pekerjaan dengan tanggung jawab berkeliling toko, menikmati
sejumlah koleksi yang dipajang, berbelanja barang dagangan, dan
kemudian mengisi laporan yang mereka dapatkan.

2.3.4 Kecurangan Telemarketing

"Saya mengatakan yang sebenarnya," ujar sebuah suara yang penuh


percaya diri di telepon. "Biasanya, saya tidak membuat panggilan seperti
ini. Saya memiliki staf yang melakukannya. Saya memiliki pengalaman 15
tahun dalam bisnis. Saya saat ini memiliki banyak staf. Saya memiliki
lebih dari 600 klien dan mengatur dana yang nilainya lebih dari $60 juta
untuk klien-klien tersebut. Saya bahkan tidak membutuhkan akun ini-
tetapi saya menginginkannya ini merupakan kesempatan bagus untuk
Anda." Skrip tersebut adalah ciri khas pesan yang digunakan di seluruh
Amerika Serikat oleh pelaku kecurangan telemarketing.

a. Penipuan dengan Sasaran Orang Tua

Orang tua lebih sering menjadi korban pada kecurangan telemarketing


dibandingkan hampir semua jenis kecurangan lainnya. Pelaku
menargetkan orang tua karena beberapa alasan: Pertama, banyak
orang tua yang hidup sendirian dan pelaku menggunakan ini untuk
membangun hubungan kepercayaan. Kedua, ketika orang tua ditipu
untuk memberikan uang, mereka jarang memberitahukan hal tersebut
kepada keluarga dan teman, bahkan melaporkan insiden tersebut
kepada pihak berwenang. Ketiga, orang tua biasanya sangat percaya
pada orang lain dan tidak terlalu yakin bahwa ada orang-orang yang
tega memanfaatkan mereka. Keempat, karena pelaku dapat
membangun ikatan yang kuat di antara mereka dan korban, informasi
penting.
b. Perlindungan dari Kecurangan Telemarketing

Jika seseorang menyatakan dari perusahaan atau organis pelanggan


sebaiknya memverifikasi pernyataan terseb dengan menghubungi
nomor telepon resmi organi tersebut sebelum mereka memberikan
informasi pribad Jika perusahaan atau organisasi tidak dikenal, orang
sebaiknya mengeceknya melalui Better Business Burea atau kelompok
lembaga perlindungan pelanggan di nega bagian. Namun, bahkan jika
organisasi tidak teridentifikas sebagai organisasi yang melakukan
kecurangan, tetap ada kemungkinan transaksi yang mengandung
kecurangan seperti itu. Untuk menghindari pendeteksian, pelaku
membuka perusahaan baru setiap beberapa bulan. Oleh karena itu,
kenyataan bahwa tidak ada seorang pun yang mengajukan pengaduan
pada Better Business Bureau tidak berarti organisasi itu sah/resmi.

c. Menghindari Panggilan Penjualan

Untuk meminimalkan risiko pelanggan akan kecurangan


telemarketing, mereka dapat mencegah untuk dijadikan daftar objek
pemasaran atau panggilan dengan mendaftar layanan register nasional
“jangan menelepon. Ini merupakan layanan gratis yang diberikan oleh
pemerintah federal. Pelanggan dapat mendaftar melalui telepon
maupun melalui internet. Pelanggan dapat juga mendaftar secara
online pada situs www.donotcall.gov.

d. Kecurangan Telemarketing Melibatkan Transaksi komoditas. Besar


dan Kecil

Kecurangan telemarketing dapat melibatkan transaksi besar dan kecil.


Transaksi besar biasanya terdiri dari beberapa jenis penipuan
investasi, sedangkan transaksi yang lebih kecil biasanya terdiri dari
undian, fee fiktif, atau berlangganan majalah. Kecurangan transaksi
besar memberikan lebih banyak keuntungan bagi pelaku. Namun,
kecurangan tersebut membutuhkan usaha yang lebih besar dan lebih
berisiko bagi pelaku.

2.3.5 Penipuan Investasi

Penipuan investasi adalah kecurangan yang terkait dengan saham,


obligasi, komoditas, perseroan terbatas, real estat, atau jenis investasi
lainnya. Dalam kecurangan investasi, pelaku biasanya membuat janji palsu
atau adanya fakta yang salah saji untuk memengaruhi orang-orang supaya
melakukan investasi. Kecurangan investasi dapat terjadi di dalam atau di
luar organisasi bisnis. Contoh dari kecurangan investasi dalam bisnis
adalah pinjaman yang dibuat oleh PT Asuransi Jiwasraya (Persero).
Masalah Jiwasraya pertama kali mencuat pada Oktober 2018, saat
perusahaan itu mengumumkan gagal bayar klaim jatuh tempo senilai
Rp802 miliar. Usut punya usut, terdapat tindakan fraud yang cukup lama
sehingga membuat kondisi keuangan Jiwasraya tertekan dan mencapai
puncaknya tiga tahun silam.

2.4 Kecurangan Terhadap Organisasi

2.4.1 Definisi Kecurangan dan Jenis Kecurangan


1. Pengertian Kecurangan ( FRAUD)
Adalah tindakan ilegal yang dilakukan satu orang atau sekelompok orang
secara sengaja atau terencana yang menyebabkan orang atau kelompok
mendapat keuntungan dan merugikan orang atau kelompok lain.
2. Pengertian Kecurangan Organisasi
Yaitu perbuatan kecurangan disengaja yang didasari ketidakjujuran yang bisa
dilakukan oleh sesesorang, baik karyawan mauoun pimpinan yang berakibat
merugikan perusahaan, baik secara finansial maupun non finansial.
3. Jenis Kecurangan
• Penyalahgunaan Aset
• Penyimpangan atas asset (Asset Missappropriation)
Penyalahgunaan, pencurian asset atau harta perusahaan atau pihak lain,
jenis ini paling mudah untuk dideteksi karena sifatnya tangiable atau
dapat diukur/dihitung (defined value).
• Pernyataan Palsu (Fraudulent Statement)
Tindakan yang dilakukan oleh pejabat atau eksekutif suatu perusahaan
atau instansi pemerintah untuk menutupi kondisi Keuangan yang
sebenarnya dengan melakukan rekayasa Keuangan (financial
engineering) dalam penyajian laporan keuangannya untuk memperoleh
keuntungan atau mungkin dapat dianalogikan dengan istilah window
dressing.
• Korupsi (Corruption)

2.5 Penyalahgunaan Aset

Penyalahgunaan aset merupakan kecurangan yang melibatkan


pencurian atas aset milik suatu entitas. Dalam banyak kasus, namun tidak
senuanya, jumlah nominal yang terlibat tidak material terhadap laporan
keuangan. Namun demikian, pencurian aset perusahaan sering kali menjadi
perhatian penting manajemen, tanpa melihat tingkat meterialitasnya, karena
pencurian-pencurian kecil dapat dengan mudah meningkat ukurannya setiap
saat.
Pegawai, pemasok, dan pelanggan organisasi memiliki tiga
kesempatan untuk mencuri aset-aset:
1. mereka dapat mencuri penerimaan kas dan aset-aset lain saat
mereka masuk ke dalam sebuah organisasi.
2. mereka dapat mencuri kas, persediaan, dan aset lainnya yang ada di
tangan. atau
3. mereka dapat melakukan kecurangan pengeluaran dengan meminta
organisasi membayar untuk sesuatu yang tidak perlu dibayar atau
membayar dengan jumlah yang lebih besar atas sesuatu yang
dibeli.

2.5.1 Penggelapan Kas melalui Pencurian


Pencurian kas dapat terjadi kapan pun saat pegawai memiliki akses ke kas.
Skema pencurian yang umum melibatkan pencurian kas atau sejumlah mata
uang yang ada di tangan (misalnya dalam register kas atau dana kas kecil)
atau dari setoran yang ada di bank. Pencurian kas yang dikatakan paling
berhasil adalah ketika pelaku melakukan pencurian dengan nilai yang relatif
kecil selama beberapa periode waktu. Dalam jenis pencurian tersebut,
perusahaan sering kali menganggap bahwa sejumlah kecil uang yang hilang
tersebut sebagai “kekurangan” atau “salah hitung,” bukan sebagai pencurian.

Contohnya, pada suatu bank, kurangnya jumlah kas tahunan yang dihitung
oleh teller lebih dari Rp 3 juta per tahun. Sejumlah kekurangan kas yang
dihitung oleh teller ini dapat diakibatkan dari adanya salah hitung, dan tentu
saja pelanggan cenderung akan memberitahu teller ketika jumlah uang yang
diberikan terlalu kecil daripada ketika teller memberikan jumlah uang yang
terlalu banyak. Namun, kurangnya jumlah kas secara signifikan mungkin
disebabkan oleh adanya pencurian.

2.5.2 Penggelapan Kas Melalui Skimming


Skimming adalah skema yang dilakukan dengan melakukan
penggelapan kas dari organisasi sebelum dicatat pada pembukuan dan
catatan organisasi.

2.5.3 Penggelapan Kas melalui Pengeluaran yang Mengandung


Kecurangan
ACFE menemukan bahwa pengeluaran yang mengandung kecurangan
sejauh ini menduduki persentase tertinggi dalam penyalahgunaan aset.
ACFE mengidentifikasi enam skema kecurangan kas yang melibatkan
pengeluaran kas yang telah terjadi.
 Pemalsuan Cek
Pemalsuan cek adalah jenis skema kecurangan pengeluaran yang
dilakukan oleh pegawai dengan cara:
1.mempersiapkan cek yang mengandung kecurangan untuk
kepentingannya sendiri atau
2.menahan cek yang ditujukan untuk orang atau entitas lain dan mengubah
cek tersebut untuk kepentingan mereka.
Pemalsuan cek ini sifatnya unik di antara berbagai skema kecurangan
pengeluaran, karena pemalsuan cek merupakan sebuah skema yang
dilakukan oleh pelaku dengan benar-benar mempersiapkan cek yang
mengandung kecurangan. Pada sebagian besar kecurangan pengeluaran,
pelaku menuliskan pembayaran untuk dirinya sendiri dengan mengajukan
beberapa dokumen fiktif pada perusahaan yang menjadi korban, seperti
faktur atau kartu catatan jam kerja (timecard). Dokumen fiktif tersebut
merepresentasikan klaim untuk sebuah pembayaran, dan menyebabkan
perusahaan yang menjadi korban harus mengeluarkan cek yang kemudian
akan diubah oleh pelaku. Kecurangan ini tidak jauh berbeda dengan
penipuan.
 Skema Pengeluaran Register Kas

Skema pengeluaran register kas adalah skema pengeluaran yang


menimbulkan kerugian paling kecil di antara skema pengeluaran lainnya.
Dua skema kecurangan yang paling dasar terjadi pada register kas, yaitu
kesalahan dalam pengembalian dana dan kesalahan dalam pembatalan
pembayaran. Dalam kesalahan pengembalian dana, pelaku kecurangan
memproses transaksi seolah-olah pelanggan mengembalikan barang
padahal sesungguhnya tidak ada retur barang yang terjadi. Pelaku
kecurangan kemudian mengambil sejumlah uang dari register kas sesuai
nilai retur fiktif tersebut. Karena catatan dalam register kas menunjukkan
adanya sejumlah retur barang, terlihat bahwa pengeluaran tersebut masuk
akal. Masalah penyembunyian bagi pelaku dalam kesalahan pengembalian
dana adalah adanya tambahan nilai persediaan di sisi debit untuk
menunjukkan adanya barang yang dikembalikan. Karena tidak ada
persediaan yang dikembalikan, jumlah persediaan yang tercatat menjadi
lebih saji dan perhitungan persediaan dapat menunjukkan adanya
persediaan yang "hilang." Kasus kecurangan yang sama, tetapi lebih sulit
terdeteksi adalah adanya lebih saji pada pengembalian dana. Dalam kasus
ini, barang benar-benar dikembalikan, tetapi nilai retur yang dicatat lebih
saji. Contohnya, asumsikan bahwa seorang pelanggan mengembalikan
barang senilai $10. Pegawai yang tidak jujur dapat mencatat retur tersebut
menjadi $15, $10 diberikan ke pelanggan dan mengantongi $5 sisanya.

Kesalahan dalam pembatalan pembayaran hampir sama dengan skema


kesalahan pengembalian dana karena sama-sama mengakibatkan adanya
sejumlah pengeluaran dari register kas. Ketika penjualan dibatalkan pada
register kas, salinan penerimaan pelanggan biasanya dilampirkan untuk
slip pembatalan, bersamaan dengan tanda tangan atau nama manajer untuk
menunjukkan bahwa transaksi tersebut telah disetujui. Untuk memroses
kesalahan pembatalan pembayaran, kasir biasanya menyimpan slip
penerimaan pelanggan pada saat penjualan untuk kemudian memasukkan
penjualan yang dibatalkan tersebut setelah pelanggan pergi. Berapapun
jumlah uang yang telah dibayarkan pelanggan untuk barang-barang yang
telah dikembalikan tersebut dikeluarkan dari register kas seolah-olah
dikembalikan kepada pelanggan. Salinan slip penerimaan pelanggan
dilampirkan pada slip pembatalan untuk melakukan verifikasi keabsahan
transaksi tersebut. Sayangnya, bagi para pelaku, pembatalan penjualan
menimbulkan masalah penyembunyian yang sama seperti halnya retur
fiktif yaitu, seseorang mungkin akan mengetahui bahwa persediaan yang
seharusnya dikembalikan ternyata tidak ada.

 Skema Kecurangan Penagihan

Baik pemalsuan cek maupun skema pengeluaran register kas


mengharuskan pelaku mengambil kas atau cek secara langsung dari
pemberi kerjanya. Dengan skema kecurangan penagihan, pelaku tidak
harus mengambil risiko dengan mengambil uang kas atau barang dari
perusahaan. Dalam skema penagihan ini, pelaku mengajukan atau
mengubah faktur yang membuat pemberi kerja perlu mengeluarkan cek
atau melakukan jenis pembayaran lainnya. Meskipun alasan dari
pembayaran tersebut merupakan tindakan kecurangan, pembayarannya
sendiri tetaplah sah. Skema penagihan sangat umum terjadi dan
menimbulkan kerugian yang cukup besar. Rata-rata kerugian dari skema
penagihan dalam studi ACFE adalah sebesar $130.000, terbesar kedua
setelah kerugian yang diakibatkan oleh transfer yang mengandung
kecurangan. Karena sebagian besar pengeluaran perusahaan terjadi dalam
siklus pembelian, penggelapan dengan nilai yang lebih besar dapat
disembunyikan melalui kesalahan skema penagihan, bukan skema
kecurangan pengeluaran lainnya. Pegawai yang menggunakan skema
penagihan akan mengikuti kemana arah uang perusahaan tersebut keluar.

Tiga jenis skema penagihan yang paling umum adalah

1. mendirikan perusahaan boneka (perusahaan fiktif) untuk


mengajukan faktur kepada organisasi yang menjadi korban,
2. mengubah atau melakukan dua kali pembayaran atas laporan
pemasok, sementara nama pemasok itu sendiri tidak ada di dalam
daftar pemasok yang dimiliki perusahaan, dan
3. melakukan aktivitas pembelian untuk kepentingan pribadi dengan
menggunakan dana perusahaan.

Perusahaan boneka atau perusahaan fiktif adalah entitas fiktif dengan


tujuan untuk melakukan kecurangan. Sering kali, yang dibuat perusahaan
tersebut tidak lebih dari sekadar nama dan kotak pos hasil rekayasa yang
digunakan pegawai untuk menghimpun pengeluaran pembayaran dari
kesalahan penagihan. Namun, karena cek yang diterima akan dibuat.Atas
nama perusahaan fiktif tersebut, pelaku biasanya akan membuat akun bank
atas nama perusahaan yang baru, dan menyebutkan dirinya sendiri sebagai
pihak yang melakukan otorisasi pada akun tersebut.

Dibandingkan menggunakan perusahaan fiktif sebagai tempat untuk


melakukan skema penagihan yang lebih saji, beberapa pegawai melakukan
kecurangan pengeluaran dengan menggunakan faktur dari pemasok yang
tidak ada di dalam daftar pemasok yang dimiliki perusahaan. Contohnya,
pelaku yang menggunakan skema ini dapat melakukan dua kali
pembayaran (pembayaran ganda) atas faktur. Dengan sengaja melakukan
dua kali pembayaran untuk beberapa tagihan dan kemudian meminta
penerima untuk mengembalikan salah satu cek tersebut, pelaku akan
menyimpan cek yang dikembalikan tersebut. Skema lainnya yang terkait
dengan skema ini adalah dengan sengaja melakukan pembayaran pada
pemasok yang salah, untuk kemudian meminta pembayaran tersebut
dikembalikan. Atau, pegawai yang tidak jujur dengan sengaja melebihkan
nilai pembayaran untuk pemasok yang sebenarnya dan meminta
pengembalian kelebihan pembayaran tersebut.

Skema penagihan terakhir yang umum terjadi adalah membuat pembelian


untuk kepentingan pribadi dengan dana perusahaan. Pembelian tersebut
mungkin untuk pelaku sendiri, bisnis mereka, keluarga mereka, atau yang
lain.

 Skema Kecurangan Biaya

Skema biaya dan skema penggajian hampir sama dengan skema


penagihan. Pelaku kecurangan ini membuat kesalahan dokumentasi yang
menyebabkan perusahaan yang menjadi korban melakukan kecurangan
pengeluaran. Dalam skema biaya dan penggajian, kesalahan dokumentasi
seperti penggunaan kartu jam kerja, order penjualan, dan laporan biaya.
Skema biaya disertai adanya penagihan dengan nilai yang lebih besar bagi
perusahaan atas biaya operasional bisnis terkait perjalanan dan hal-hal
lainnya, seperti makan siang, tagihan hotel, dan perjalanan udara untuk
kegiatan bisnis.

Empat jenis skema pengeluaran biaya yang paling umum terjadi adalah

1. kesalahan dalam pengelompokan biaya,


2. biaya yang lebih saji,
3. pengajuan biaya fiktif, dan
4. pengajuan biaya yang sama berulang kali.

Jenis kecurangan yang pertama melibatkan adanya kesalahan dalam


pengelompokan biaya pribadi untuk membuatnya terlihat seperti biaya
bisnis. Contohnya, perjalanan pribadi dapat diklaim sebagai perjalanan
bisnis, makan siang pribadi menjadi makan siang dalam urusan bisnis, atau
berlangganan majalah pribadi yang dibebankan pada perusahaan. Biaya
yang lebih saji biasanya termasuk memalsukan slip penerimaan atau
dokumentasi pendukung lainnya untuk menggambarkan biaya yang lebih
besar dibandingkan dengan apa yang sebenarnya dibayar. Pegawai dapat
menggunakan penghapus tinta pulpen, pulpen, atau metode lain untuk
mengubah harga yang tertera dalam slip penerimaan. Jika perusahaan tidak
mensyaratkan adanya dokumen asli sebagai pendukung, pelaku biasanya
melampirkan salinan penerimaan ke laporan biayanya. Dalam beberapa
kasus, seperti slip penerimaan taksi, pelaku yang sebenarnya melengkapi
slip penerimaannya, menuliskannya dalam jumlah yang lebih besar bila
dibandingkan dengan jumlah yang sebenarnya dihabiskan.

Skema biaya fiktif biasanya meliputi pemalsuan dokumen pendukung,


misalnya kesalahan dalam slip penerimaan. Keberadaan komputer dan
perangkat lunak desain grafis memungkinkan pelaku dengan mudah
membuat slip penerimaan fiktif tampak seperti slip penerimaan aslinya.
Sebagai alternatifnya, pelaku yang melakukan jenis kecurangan ini
terkadang memperoleh slip penerimaan kosong dari pemasok atau mesin
pencetak, mengisi nilai nominalnya, dan kemudian mengajukannya.
Skema biaya yang tidak terlalu sering dilakukan adalah pengajuan
sejumlah pengeluaran untuk pembayaran biaya yang sama.

 Skema Pengeluaran Penggajian

Skema kecurangan penggajian dikelompokkan menjadi empat kategori


utama:

1. pegawai fiktif,
2. gaji dan jam kerja fiktif,
3. skema komisi, dan
4. kesalahan klaim kompensasi tenaga kerja.
Dari seluruh skema kecurangan penggajian, skema pegawai fiktif
cenderung menimbulkan kerugian yang paling besar. Berdasarkan ACFE,
rata rata kerugian per keterjadian sangat tinggi dan sangat merugikan bagi
organisasi. Kecurangan pegawai fiktif dilakukan dengan mencantumkan
nama seseorang dalam daftar penggajian (atau membiarkan nama bekas
pegawai tetap ada dalam daftar penggajian) yang sebenarnya tidak bekerja
di perusahaan yang menjadi korban tersebut. Nama orang tersebut yang
tidak benar-benar bekerja untuk perusahaan yang menjadi koban. Melalui
pemalsuan catatan personel atau penggajian, pelaku kecurangan membuat
cek penggajian yang akan dibayarkan kepada pegawai fiktii. Cek
penggajian ini diuangkan oleh pelaku kecurangan atau kaki tangan
mereka.

Supaya skema kecurangan pegawai fiktif dapat berjalan lancar, empat hal
berikut harus ada:

1. nama pegawai fiktif harus ditambahkan ke daftar penggajian,


2. informasi catatan jam kerja dan tingkat upah harus dikumpulkan,
3. cek penggajian harus dikeluarkan untuk pegawai fiktif (kecuali
yang digunakan adalah setoran tunai langsung), dan
4. cek tersebut harus dikirimkan pada pelaku atau kaki tangannya.

Sejauh ini, metode yang paling umum digunakan dalam penyalahgunaan


dana penggajian adalah pembayaran gaji dalam jumlah yang lebih besar.
Laporan mengenai penyalahgunaan dana penggajian menyebutkan bahwa
pembayaran gaji dalam jumlah yang lebih besar memiliki kontribusi
sebesar 55,4 persen dari semua kecurangan penggajian. Untuk pegawai
yang dibayar per jam, besarnya cek penggajian didasarkan pada dua faktor
penting, yaitu jumlah jam kerja dan tarif upah per jam kerja. Oleh karena
itu, apabila pegawai yang dibayar per jam akan menambah besarnya cek
penggajian secara curang, ia harus memalsukan jumlah jam kerja atau
mengubah tarif upah per jam kerja. Pada kebanyakan kasus, karena
pegawai yang digaji tidak menerima kompensasi berdasarkan waktu
kerjanya, pegawai-pegawai ini akan membuat tarif yang curang dengan
meningkatkan nilai pembayaran mereka.

Komisi adalah bentuk kompensasi yang dihitung sebagai persentase dari


jumlah transaksi yang dihasilkan oleh tenaga penjual atau pegawai
lainnya. Bentuk kompensasi yang unik tersebut tidak didasarkan pada jam
kerja atau gaji tahunan yang ditetapkan, tetapi berdasarkan pada output
pendapatan para pegawai. Upah bagi pegawai yang dipekerjakan dengan
sistem komisi didasarkan pada jumlah penjualan yang dilakukannya dan
persentase penjualan yang ditanganinya. Sehingga, pegawai yang
dipekerjakan dengan sistem komisi dapat secara curang meningkatkan
pembayarannya dengan

1. memalsukan jumlah penjualan yang dilakukan atau


2. meningkatkan tarif komisi.

Metode yang paling umum dalam melakukan kecurangan penggajian


berbasis komisi adalah memalsukan jumlah penjualan dengan tiga cara,
yaitu :

1. membuat penjualan fiktif,


2. memalsukan nilai penjualan yang dibuat dengan mengubah harga
yang tercantum dalam dokumen penjualan, atau
3. memperbesar nilai penjualan dengan mengklaim penjualan yang
dibuat oleh pegawai lain atau dalam periode lainnya.

Beberapa rencana pembayaran berbasis komisi disusun dalam sejumlah


cara yang hampir memungkinkan terjadinya kecurangan.Kompensasi
tenaga kerja bukanlah akun penggajian, tetapi lebih mirip biaya asuransi.
Meskipun begitu, kompensasi ini pada dasarnya merupakan keuntungan
bagi pegawai dengan memberikan kompensasi kepada orang-orang yang
mengalami kecelakaan kerja ketika mereka sembuh. Sejauh ini, cara yang
paling umum untuk

melakukan kecurangan kompensasi tenaga kerja adalah dengan membuat


seolah-olah telah terjadi kecelakaan untuk kemudian memperoleh
pembayaran dari penanggung asuransi perusahaan yang menjadi korban
kecurangan. Dalam beberapa kasus, pegawai berkolusi dengan seorang
dokter yang memroses klaim fiktif untuk tindakan medis yang tidak
seharusnya. Kemudian, pembayaran dibagi antara dokter yang melakukan
tindakan medis fiktif dan pegawai yang mengalami "kecelakaan.”

Korban utama dalam skema kompensasi tenaga kerja ini bukanlah pemberi
kerja, tetapi penanggung asuransi perusahaan. Penaggung asuransi
membayar tagihan medis fiktif dan ketidakhadiran pegawai yang tidak
perlu. Namun, pemberi kerja juga menjadi korban dari kecurangan ini
karena klaim yang mengandung kecurangan dapat menghasilkan premi
yang lebih tinggi bagi perusahaan di masa yang akan datang.

2.5.4 Pencurian Persediaan dan Aset Lain

Ada dua cara untuk seseorang menyalahgunakan aset perusahaan


selain kas. Pertama, aset dapat disalahgunakan (atau "dipinjam"), atau
yang kedua, aset dapat dicuri. Penyalahgunaan aset yang paling sederhana
jelas merupakan jenis kecurangan yang tidak terlalu serius, dari dua jenis
kecurangan yang tadi disebutkan. Aset yang disalahgunakan tetapi tidak
dicuri, biasanya termasuk kendaraan perusahaan, perlengkapan
perusahaan, komputer, sekuritas, informasi, dan peralatan kantor. Aset-
aset ini juga digunakan oleh beberapa pegawai untuk melakukan pekerjaan
pribadi dalam jam kerja kantor. Pada sebagian besar kasus, persoalan ini
sama seperti persoalan yang dihadapi pemberi kerja, sehingga pegawai
sebenarnya bersaing dengan pemberi kerja dan menggunakan peralatan
milik pemberi kerja untuk melakukannya.
Walaupun penyalahgunaan properti perusahaan dapat menjadi
masalah, pencurian properti perusahaan merupakan persoalan yang perlu
mendapatkan perhatian serius. Kerugian karena adanya pencurian
persediaan misalnya, dapat mencapai jutaan dolar. Cara yang digunakan
untuk mencuri properti perusahaan cukup beragam, mulai dari pencurian
dengan cara sederhana seperti, berjalan-jalan dengan properti perusahaan
hingga skema yang lebih kompleks yang melibatkan pemalsuan dokumen
dan catatan perusahaan. Pencurian biasanya melibatkan pengambilan
persediaan atau aset lainnya dari perusahaan, tanpa berusaha
menyembunyikannya dalam pembukuan dan catatan atau "menilai"
ketiadaannya. Sebagian besar skema pencurian aset selain kas tidak terlalu
kompleks. Kecurangan tersebut umumnya dilakukan oleh pegawai (seperti
pegawai bagian gudang, pegawai bagian persediaan, dan pegawai bagian
pengiriman) yang memiliki akses pada persediaan dan aset lainnya.

Jenis lain dari pencurian aset selain kas yang umumnya terjadi adalah
menggunakan pengambilalihan aset dan bentuk lainnya yang
memungkinkan perpindahan aset dari satu lokasi di dalam suatu
perusahaan ke lokasi lain di luar perusahaan. Sering kali, pelaku
kecurangan menggunakan dokumen internal untuk memperoleh akses atas
sejumlah barang yang mungkin tidak dapat mereka tangani tanpa
menimbulkan adanya kecurigaan. Transfer dokumer memungkinkan
pelaku kecurangan untuk memindahkar aset dari satu lokasi ke lokasi lain
dan kemudian mengambil barang tersebut untuk kepentingannya sendiri.
Skema yang paling mendasar terjadi ketika seorang pegawai mengajukan
daftar permintaan bahan baku untuk menyelesaikan proyek terkait
pekerjaan untuk kemudian mencuri bahan baku tersebut. Dalam kasus
yang lebih ekstrim, pelaku kecurangan dapat melengkapi seluruh proyek
rekayasanya yang membutuhkan penggunaan sejumlah aset tertentu yang
akan dicurinya.

Jenis pencurian aset selain kas yang ketiga melibatkan penggunaan


fungsi pembelian dan penerimaan perusahaan. Jika aset dibeli oleh
pegawai untuk penggunaan pribadi, hal itu dianggap sebagai skema
kecurangan pembelian. Di sisi lain, jika aset secara sengaja dibeli oleh
perusahaan tetapi disalahgunakan oleh pelaku kecurangan, maka telah
terjadi

kecurangan aset selain kas. Dalam kasus ini, perusahaan pelaku tidak
hanya kehilangan kas yang dibayarkan untuk membeli barang tersebut,
tetapi juga barang itu sendiri Selain itu, karena organisasi tidak memiliki
persediaan di tangan seperti yang seharusnya dimiliki, hal ini sering kali
mengakibatkan habisnya persediaan (stockout) yang berujung pada
kekecewaan pelanggan.

2.6 Korupsi

Jenis fraud ini yang paling sulit dideteksi karena menyangkut kerjasama
dengan pihak lain seperti suap dan korupsi, dimana hal ini yang merupakan jenis
yang terbanyak di negara-negara berkembang yang penegakan hukumnya lemah
dan masih kurang kesadaran akan tata kelola yang baik sehingga faktor
integritasnya masih dipertanyakan. Fraud jenis ini sering kali tidak dapat dideteksi
karena para pihak yang bekerja sama menikmati keuntungan (simbiosis
mutualisme). Termasuk didalamnya adalah penyalahgunaan wewenang/konflik
kepentingan (conflict of interest), penyuapan (bribery), penerimaan yang tidak
sah/illegal (illegal gratuities), dan pemerasan secara ekonomi (economic
extortion).

2.6.1 Penyuapan

Penyuapan merupakan penawaran, pemberian, penerimaan, atau


percobaan dalam hal apa pun yang memiliki nilai untuk memengaruhi
suatu keabsahan tindakan. Istilah "keabsahan tindakan" berarti bahwa
undang-undang penyuapan pada dasarnya hanya melarang pembayaran
yang dibuat untuk memengaruhi keputusan lembaga atau pegawai
pemerintahan.
Banyak skema kecurangan pekerjaan melibatkan penyuapan
perdagangan, yang pada dasarnya memiliki kesamaan definisi dengan
penyuapan, kecuali soal nilai sesuatu yang ditawarkan untuk
memengaruhi keputusan bisnis, bukan keabsahan tindakan dari
pemerintah. Dalam skema penyuapan perdagangan, pembayaran
diterima oleh pegawai tanpa persetujuan pemberi kerja. Dengan kata
lain, kasus penyuapan perdagangan berhubungan dengan penerimaan
pembayaran di bawah tangan sebagai imbalan atas praktik-praktik
yang memengaruhi transaksi bisnis.

Skema penyuapan secara umum terdiri dari dua kategori, yaitu


skema kickback dan skema bid-rigging. Kickback adalah pembayaran
yang tidak diungkapkan yang Idibuat oleh pemasok untuk pegawai
perusahaan yang melakukan pembelian. Tujuan kickback biasanya
untuk mendapatkan pegawai yang dapat diajak bekerja sama dalam
skema penagihan yang lebih saji. Terkadang pemasok membayar
kickback hanya untuk mendapatkan bisnis tambahan dari perusahaan
yang melakukan pembelian. Sayangnya, setelah kickback dibayar oleh
pemasok, pengendalian transaksi pembelian biasanya berpindah dari
pembeli ke pemasok. Ketika pemasok mengendalikan transaksi
pembelian, banyak barang yang biasanya terjual dengan harga yang
lebih tinggi, dan kualitas barang yang dibeli mengalami penurunan
secara substansial.

2.6.2 Konflik Kepentingan

Konflik kepentingan terjadi ketika pegawai, manajer, atau eksekutif


memiliki kepentingan ekonomi atau kepentingan pribadi yang tidak
diungkapkan dalam suatu transaksi, yang berdampak buruk terhadap
keberlangsungan perusahaan. Sama dengan skema korupsi lainnya,
konflik kepentingan juga disertai adanya penggunaan pengaruh
pegawai yang dapat menimbulkan sejumlah kerugian bagi
perusahaannya. Konflik kepentingan bagi seorang pegawai biasanya
melibatkan skema kepentingan pribadi. Dalam beberapa kasus,
tindakan pegawai tersebut pasti menguntungkan bagi teman atau
anggota keluarganya, meskipun pegawai tersebut mungkin tidak
menerima keuntungan secara finansial dari transaksi ini.

Agar dapat dikelompokkan sebagai skema konflik kepentingan,


kepentingan pegawal dalam transaksi seharusnya tidak diungkapkan.
Elemen yang cukup penting dalam kasus konflik kepentingan adalah
bahwa pelaku kecurangan harus mengambil keuntungan dari pemberi
kerjanya: perusahaan yang menjadi korban kecurangan tidak
menyadari bahwa pegawainya tidak memiliki loyalitas penuh terhadap
perusahaan. Jika pemberi kerja mengetahui kepentingan pribadi para
pegawai dalam kesepakatan atau negosiasi bisnis, maka tidak akan ada
konflik kepentingan, tidak peduli seberapa menguntungkannya
perjanjian tersebut bagi pegawai.

2.6.3 Pemerasan Ekonomi dan Penerimaan llegal

Dibandingkan dengan penyuapan dan konflik kepentingan,


pemerasan ekonomi dan penerimaan ilegal relatif jarang terjadi dan
biasanya sangat sedikit. Pemerasan ekonomi pada dasarnya adalah sisi
lain dari skema penyuapan. Selain pemasok menawarkan pembayaran
untuk pegawai agar dapat memengaruhi pembuatan keputusan,
pegawai. sendiri juga meminta sejumlah pembayaran dari pemasok
karena membuat keputusan sesuai keinginan pemasok. Dalam
beberapa situasi, ketika pegawai mungkin menerima suap untuk
memperlakukan perusahaan atau orang-orang tertentu secara lebih
baik, situasinya dapat dibalikkan menjadi pegawai yang memeras uang
dari calon pembeli atau pemasok potensial. Penerimaan ilegal juga
sama dengan skema penyuapan, kecuali tidak adanya tujuan untuk
memengaruhi keputusan bisnis tertentu, tetapi untuk memberi
penghargaan terhadap seseorang karena membuat keputusan yang
diinginkannya. Penerimaan ilegal dibuat
Setelah perjanjian disetujui. Pemerasan sama dengan penerimaan
ilegal namun selalu melibatkan unsur ekonomi, perasaan ketakutan,
atau perasaan terancam. Pemerasan adalah tindakan kriminal yang
terjadi ketika seseorang memperoleh uang, proper atau jasa lain
melalui intimidasi atau ancaman denga kerusakan fisik atau reputasi
kecuali jika ia membayar sejumlah uang atau properti dengan nilai
tertent Pemerasan umumnya dipraktikkan oleh kelompok kriminal
yang terorganisir. Uang dan properti dalam nila tertentu yang benar-
benar diperoleh bukanlah bagian dan tindak kejahatan. Mengancam
dengan kekerasan atas adanya tuntutan hukum yang mengacu pada
persyaratan pembayaran uang atau properti untuk menghentikan
ancaman atau tuntutan hukum di masa yang akan datang merupakan
ciri-ciri tindak kejahatan. Kalimat sederhana "bayarlah atau Anda akan
menyesal" merupakan bentuk tindak kejahatan pemerasan. Ancaman
pemerasan yang dibuat dalam konteks bercanda sekalipun merupakan
salah satu bentuk pemerasan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kecurangan didefinisikan sebagai salah saji dalam laporan keuangan yang


dilakukan dengan sengaja. Dua kategori utama kecurangan adalah kecurangan
dalam laporan keuangan dan penyalahgunaan asset. Kecurangan dalam laporan
keuangan merupakan salah saji atau penghapusan terhadap jumlah ataupun
pengungkapan yang sengaja dilakukan dengan tujuan untuk mengelabui para
penggunanya. Penyalahgunaan aset merupakan kecurangan yang melibatkan
pencurian atas aset milik suatu entitas.Insentif/Tekanan. Manajemen atau pegawai
lainnya memiliki insentif atau tekanan untuk melakukan kecurangan. Kesempatan.
Situasi yang memberikan kesempatan bagi manajemen atau pegawai untuk
melakukan kecurangan. Sikap/Rasionalisasi. Adanya suatu sikap, karakter, atau
seperangkat nilai-nilai etika yang memungkinkan manajemen atau pegawai untuk
melakukan tindakan yang tidak jujur, atau mereka berada dalam suatu lingkungan
yang memberikan mereka tekanan yang cukup besar sehingga menyebabkan
mereka membenarkan melakukan perilaku yang tidak jujur tersebut.

Kecurangan pelanggan banyak terjadi seiring kemajuan teknologi. Sebuah


survei mengungkapkan bahwa 27 persen korban kecurangan pertama kali
mengetahui tawaran atau produk kecurangan dari iklan tertulis (misalnya koran,
majalah, surat langsung, katalog, poster, atau selebaran). Dua puluh dua persen
kecurangan tersebut dipromosikan dengan menggunakan internet dan surel. Iklan
televisi dan radio berkontribusi sebesar 21 persen atas tawaran kecurangan
sedankan telemarketing terkait kecurangan berkontribusi 9 persen.
Berdasarkan Federal Trade Commission, pencurian identitas adalah tipe
kecurangan pelanggan yang paling umum terjadi yang memengaruhi ribuan orang
setiap harinya. Setidaknya, sebanyak seperempat dari seluruh klaim yang
dilaporkan pada FTC selama beberapa tahun terakhir termasuk beberapa tipe
pencurian identitas. Pencurian identitas digunakan untuk menjelaskan kondisi
ketika seseorang menggunakan nama, alamat, nomor jaminan sosial (Social
Security number – SSN), nomor rekening bank atau kartu kredit, dan informasi
identifikasi lainnya milik orang lain untuk melakukan kecurangan atau kejahatan
lainnya.

Kecurangan pelanggan lainnya memiliki tujuan mendapatkan kepercayaan


seseorang dan kemudian menggunakan kepercayaan itu untuk melakukan
kecurangan terhadap pelanggan.

Kecurangan didefinisikan sebagai salah saji dalam laporan keuangan yang


dilakukan dengan sengaja. Dua kategori utama kecurangan adalah kecurangan
dalam laporan keuangan dan penyalahgunaan asset. Kecurangan dalam laporan
keuangan merupakan salah saji atau penghapusan terhadap jumlah ataupun
pengungkapan yang sengaja dilakukan dengan tujuan untuk mengelabui para
penggunanya. Penyalahgunaan aset merupakan kecurangan yang melibatkan
pencurian atas aset milik suatu entitas.Insentif/Tekanan. Manajemen atau pegawai
lainnya memiliki insentif atau tekanan untuk melakukan kecurangan. Kesempatan.
Situasi yang memberikan kesempatan bagi manajemen atau pegawai untuk
melakukan kecurangan.

Sikap/Rasionalisasi. Adanya suatu sikap, karakter, atau seperangkat nilai-


nilai etika yang memungkinkan manajemen atau pegawai untuk melakukan
tindakan yang tidak jujur, atau mereka berada dalam suatu lingkungan yang
memberikan mereka tekanan yang cukup besar sehingga menyebabkan mereka
membenarkan melakukan perilaku yang tidak jujur tersebut.

Dengan menerapkan program-program dan pengendalian


antikecurangan, manajemen dapat mencegah kecurangan dengan mengurangi
kesempatan yang memungkinkan terjadinya kecurangan. Untuk membantu
manajemen dan dewan direksi dalam menjalankan usaha antikecurangan, AICPA,
bekerja sama dengan beberapa organisasi profesi terkait, menerbitkan Program
dan Pengendalian Antikecurangan bagi Manajemen: Panduan untuk Membantu
Mencegah, Mengantisipasi, dan Mendeteksi Kecurangan.

Resiko Kecurangan dalam Pendapatan dan Piutang Dagang

Pendapatan dan beberapa akun piutang yang terkait serta akun kas
biasanya sangat rentan terhadap manipulasi dan pencurian. Dan contoh dari
kecurangan tersebut seperti :

a. Risiko kecurangan dalam laporan keuangan untuk akun pendapatan.

Ada banyak alasan mengapa pendapatan rentan terhadap manipulasi. Yang


paling penting pendapatan hampir selalu merupakan akun terbesar dalam laporan
laba rugi.

- Pendapatan fiktif

- Pengakuan pendapatan yang premature.

- Manipulasi penyesuaian-penyesuaian pendapatan.

b. Merenspons salah saji yang mungkin disebabkan oleh kecurangan

Sepanjang pengauditan, auditor terus-menerus mengevaluasi


apakah bukti-bukti yang didapatkan dan pengamatan-pengamatan lainnya
mengindikasikan adanya salah saji material yang disebabkan oleh kecurangan.

- Jenis teknik-teknik wawancara

- Tanya jawab informal

- Tanya jawab evaluasi

- Tanya jawab interogatif

- Mengevaluasi respons tanya jawab


- Teknik mendegarkan

- Mengamati tanda-tanda perilaku

- Tanggung jawab lainnya ketika dicurigai


DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai