Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

ANALISIS PERAN AKUNTANSI FORENSIK DALAM PENGUNGKAPAN


PERMAINAN MONEY PUBLIC

Disusun Oleh:

ABC
123

i
ABSTRAK
Praktik penipuan di antara orang Indonesia adalah tantangan utama yang
dihadapi pembangunan negara. Pemerintah telah melakukan beberapa upaya
dalam mengatasi ancaman mengerikan ini dengan mendirikan banyak lembaga
anti korupsi untuk mengurangi kasus penipuan dan kegiatan kejahatan keuangan
dan ekonomi lainnya tetapi upaya tersebut tampaknya tidak membuahkan hasil
yang diinginkan atau belum efektif. Penelitian ini bertujuan mengetahui peran
akuntansi forensik untuk mengungkapkan permainan money public seperti
korupsi. Teori yang digunakan ialah Teori Gone. Hasil pembahasan ini ialah Teori
Gone yaang memiliki 4 unsur yaitu keserakahan, kesempatan, kebutuhan dan juga
pengunAhli yang terlatih seperti Akuntan Forensik Profesional harus melakukan
investigasi, dimana terdapat bukti kecurangan, tindakan disipliner yang tepat
harus dilaksanakan sesuai dengan Ketentuan peraturan, dan restrukturisasi
lembaga korupsi oleh pemerintah untuk kinerja yang lebih baik. Lembaga-
lembaga tersebut harus memiliki kemauan dan keberanian untuk bekerja secara
optimal.
Kata kunci : Akuntasi Forensik, Korupsi, Teori Gone

ii
ABSTRACT
Fraudulent practices among Indonesians are a major challenge facing the
country's development. The government has made several attempts to address this
dire threat by establishing many anti-corruption agencies to reduce fraud cases
and other financial and economic criminal activities but these efforts do not
appear to be producing the desired results or have not been effective. This study
aims to determine the role of forensic accounting to reveal public money games
such as corruption. The theory used is Gone Theory. The result of this discussion
is the Gone Theory which has 4 elements, namely greed, opportunity, need and
also trained experts such as Professional Forensic Accountants must carry out
investigations, where there is evidence of fraud, appropriate disciplinary action
must be carried out in accordance with regulatory provisions, and restructuring
of corrupt institutions by government for better performance. These institutions
must have the will and courage to work optimally.
Keywords : Forensic Accounting, Corruption, Gone Theory

iii
DAFTAR ISI

ABSTRAK...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iv

KATA PENGANTAR.............................................................................................1

BAB I.......................................................................................................................2

PENDAHULUAN...................................................................................................2

1.1. Latar Belakang.............................................................................................2

1.2. Rumusan Masalah........................................................................................3

1.3. Tujuan Pembahasan.....................................................................................3

BAB II......................................................................................................................5

LITERATURE REVIEW........................................................................................5

2.1. Akuntansi Forensik......................................................................................5

2.2. Teori Gone...................................................................................................5

BAB III....................................................................................................................8

ISI PEMBAHASAN................................................................................................8

3.1. Penipuan, Jenis dan Alasan Terjadinya Penipuan dalam Money Public......8

3.2. Permainan Money Public...........................................................................17

3.3. Peran Akuntansi Forensik dalam Pengungkapan Permaainan Money Public


19

3.4. Tantangan Akuntansi Forensik dalam Pengungkapan Permaainan Money


Public.................................................................................................................21

BAB IV..................................................................................................................23

PENUTUP..............................................................................................................23

4.1. Kesimpulan................................................................................................23

4.2. Saran...........................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................25

iv
v
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang
Maha Esa, karena kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “ANALISIS PERAN AKUNTANSI FORENSIK
DALAM PENGUNGKAPAN PERMAINAN MONEY PUBLIC”.
Penyusun makalah ini bertujuan untuk memenuhi syarat tugas. Pada
proses menyusun makalah ini banyak ditemukan kesulitan oleh penulis dan juga
penulis sadar bahwa kesempurnaan penyusunan makalah ini belum sepenuhnya
maksimal. Dengan itu, sangat diharapkan aanya kritik dan juga saran yang
sifatnya membangun agar makalah ini dapat mencapai kesempurnaan sesuai
syarat yang ditentukan. Sehingga dalam kesempatan ini penulis akan
mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen yang menjadi pembimbing yang
selalu sabar dalam memberi bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga
makalah ini dapat selesai dengan lancar.
Harapan penulis untuk makalah penelitian ini dapat memiliki manfaat bagi
kita semua. Sebagai akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.
Juni 2022
Penulis

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pencarian cepat untuk arti penipuan dalam kamus menyatakan bahwa
penipuan adalah "penipuan, peniruan identitas dengan maksud untuk menipu,
penipuan kriminal yang dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan
keuntungan."Menurut definisi lain, penipuan adalah "untuk membuat salah
penilaian atau mempertahankan salah penilaian yang ada untuk mendorong
seseorang untuk membuat kontrak" (Sudarmanto, E. (2020). Definisi lain
mengatakan “memperkaya diri dengan sengaja mengurangi nilai/nilai suatu aset
secara rahasia.”
Kesalahan adalah istilah lain yang ditemui ketika mempelajari konsep
penipuan. Kesalahan didefinisikan dalam kamus sebagai "salah, kesalahan,
kesalahan," "salah, kesalahan, kesalahan yang dilakukan secara tidak sengaja dan
tidak sadar." Kesalahan bermula dari kekurangan yang berasal dari orang atau
lingkungan.
Niat adalah elemen terpenting yang membedakan penipuan dari kesalahan.
Selain itu, orang yang melakukan penipuan memiliki tujuan keuntungan moral
atau materi.
Men-debug penipuan, yang banyak dilakukan pada dokumen, dari kesalahan
dan mengungkapnya adalah tugas yang sulit tetapi bukan tidak mungkin. Auditor
yang berpengalaman dapat mendeteksi kecurangan, berkat pengetahuan dan
pengalaman mereka. Penipu pasti meninggalkan jejak, dan auditor berpengalaman
dapat menemukan penipuan dan penipu dengan melacak jejak (Adiputra, 2020).
Belakangan ini, rentetan penipuan telah dilakukan baik di penyelesaian
sengketa dan dukungan litigasi. Kombinasi keterampilan akuntansi, audit, dan
investigasi yang menjadi standar oleh pengadilan untuk menangani masalah yang
dipersengketakan dalam konteks litigasi perdata dan pidana. Ada peningkatan
yang mengkhawatirkan dalam jumlah penipuan dan kegiatan penipuan di
Indonesia , yang membutuhkan visibilitas layanan akuntansi forensik. Juga yang
terjadi baru-baru ini dalam audit forensik sektor minyak di mana pemerintah saat

2
ini menuntut agar latihan audit forensik lain dilakukan setelah sebuah perusahaan
audit Indonesia menyerahkan laporan kepada pihak berwenang.
Mengingat hal di atas, penelitian ini melihat relevansi akuntansi forensik
dan manajemen penipuan dalam pengurangan efektif praktik penipuan di
Indonesia. sektor publik dan sektor swasta ekonomi. Ini tidak diragukan lagi
dilakukan di bawah pengawasan auditor internal organisasi. Ada peningkatan
yang mengkhawatirkan dalam jumlah penipuan dan kegiatan penipuan di
Indonesia yang menekankan visibilitas layanan akuntansi forensik. Banyak
mengakui dalam karya penelitians yang terpisah, meningkatnya insiden penipuan
dan aktivitas penipuan di Indonesia dan studi ini berpendapat bahwa di Indonesia,
penipuan keuangan secara bertahapmenjadi gaya hidup yang normal.
Permainan keuangan publik telah menjadi spesialisasi sektor swasta dan
publik di Indonesia karena individu melakukan penipuan dan praktik korupsi
sesuai dengan kapasitas kantor mereka. Akibatnya, ada harapan umum bahwa
akuntansi forensik mungkin dapat membendunggelombang penyimpangan
keuangan yang disaksikan di sebagian besar sektorekonomi Indonesia. Namun,
belum ada penekanan yang memadai, terutama bukti survei tentang bagaimana
akuntansi forensik dapat membantu mengurangi kejahatan keuangan dan ekonomi
di luar beberapa pandangan yang tidak dapat diandalkan yang berlimpah.
Akibatnya, penelitian ini mengisi kesenjangan akuntansi forensik dan manajemen
penipuan yang terbukti dari Indonesia.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah penulisan makalah ini, antara lain:
1) Apa alasan terjadinya penipuan atau korupsi dalam permainan money public
2) Apa saja faktor dalam Teori Gone?
3) Bagaimana peran Akuntansi Forensik dalam pengungkapan permaainan
Money Public?
1.3. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan pembahasan makalah ini, antara lain:
1) Mengetahui alasasn terjadinya penipuan atau korupsi dalam permainan
money public.
2) Mengetahui faktor dalam Teori Gone.

3
3) Mengetahui peran Akuntansi Forensik dalam pengungkapan permaainan
Money Public.

4
BAB II
LITERATURE REVIEW
2.1. Akuntansi Forensik
Akuntansi forensik adalah bidang akuntansi yang berkembang pesat yang
menggambarkan keterlibatan yang dihasilkan dari perselisihan atau litigasi aktual
atau yang diantisipasi. "Forensik" berarti "cocok untuk digunakan di pengadilan"
hukum”, dan dengan standar itulah Akuntan Forensik umumnya bekerja (Arianto,
20210.s
Akuntansi Forensik adalah gaya akuntansi investigasi yang digunakan untuk
menentukan apakah seorang individu atau organisasi telah terlibat dalam kegiatan
keuangan ilegal.
Akuntan Forensik Profesional dapat bekerja untuk kantor akuntan
pemerintah atau publik. Meskipun, akuntansi forensik telah ada selama beberapa
dekade, telah berkembang dari waktu ke waktu untuk memasukkan beberapa jenis
pengawasan informasi keuangan. Oleh karena itu, akuntansi forensik dapat dilihat
sebagai aspek akuntansi yang sesuai untuk tinjauan hukum dan menawarkan
tingkat jaminan tertinggi.
Juga, akuntansi forensik mencakup tiga bidang utama, investigasi,
penyelesaian sengketa dan dukungan litigasi. Kombinasi keterampilan akuntansi,
audit, dan investigasi yang menjadi standar oleh pengadilan untuk menangani
masalah yang dipersengketakan dalam konteks litigasi perdata dan pidana. Ada
peningkatan yang mengkhawatirkan dalam jumlah penipuan dan kegiatan
penipuan di Indonesia , yang membutuhkan visibilitas layanan akuntansi forensik.
Juga yang terjadi baru-baru ini dalam audit forensik sektor minyak di mana
pemerintah saat ini menuntut agar latihan audit forensik lain dilakukan setelah
sebuah perusahaan audit Indonesia menyerahkan laporan kepada pihak
berwenang.
2.2. Teori Gone
Teori GONE (Greed, Opportunity, Need, Exposure) merupakan sebuah teori
yang pertama kali dikemukakan oleh Jack Bologne pada tahun 1993 (Nurvala dan
Ida, 2022).  Pada teori ini, Jack Bologne menyatakan bahwa terdapat empat faktor
yang dapat menyebabkan terjadinya kecurangan, yaitu:

5
Greed (Keserakahan)
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), keserakahan (greed) ialah
kerakusan, ketamakan dan selalu ingin memiliki lebih dari apa yang dimiliki.
Keserakahan secara potensial ada di dalam diri individu. Keserakahan menjadi
salah satu faktor penyebab individu untuk melakukan kecurangan karena pada
dasarnya manusia memiliki sifat serakah, dan selalu ingin mendapatkan lebih atas
apa yang sudah didapatkan (Hendrayady dkk, 2022).
Opportunity (Kesempatan)
Kesempatan akan terjadinya kecurangan diakibatkan oleh tidak efektif atau
lemahnya kontrol sehingga membuka peluang terjadinya kecurangan (Yusrianti,
2022). Opportunity atau kesempatan untuk melakukan kecurangan terjadi karena
lemahnya bentuk pengendalian yang terdapat dalam internal organisasi. Menurut
GONE, opportunity merupakan faktor eksternal seseorang dalam melakukan
kecurangan.
Need (Kebutuhan)
Need ialah segala bentuk yang diperlukan individu dalam memperoleh
kenyamanan dan mempertahankan hidup (id.wikipedia.org). Need berkaitan
dengan kebutuhan individu untuk menunjang hidupnya secara wajar (Fade, 2022).
Kebutuhan dalam teori GONE ini berkaitan dengan perihal apa saja yang
dibutuhkan masing-masing individu untuk memperoleh kehidupan yang wajar.
Untuk memperoleh kehidupan yang wajar, tentunya individu akan memenuhinya
dengan berbagai cara termasuk melakukan kecurangan sekalipun.
Exposure (Pengungkapan)
Eksposure merupakan pengungkapan yang berkaitan dengan tindakan atau
konsekuensi yang diterima oleh pelaku kecurangan apabila pelaku ditemukan
melakukan kecurangan. Pengungkapan akan suatu kecurangan belum menjamin
tidak terulangnya kecurangan tersebut baik oleh pelaku yang sama maupun oleh
pelaku yang lain (BPKP, 2008). Sanksi yang ringan belum menjamin tidak
terulangnya kecurangan yang dilakukan oleh pelaku yang bersagkutan (Isgiyata et
al., 2018). Oleh karena itu, setiap pelaku kecurangan harus dikenakan sanksi yang
sesuai apabila telah melakukan kecurangan. Apabila individu yang melakukan
kecurangan tidak diberikan sanksi, maka individu akan terus berlanjut dalam

6
melakukan hal-hal yang dapat merugikan tersebut. Karena sejatinya potensi akan
terjadinya kecurangan muncul secara bertahap seiring berjalannya waktu sebagai
tanggapan terhadap bermacam-macam pengalaman, karena sejatinya individu
belajar atas pengalaman yang pernah dialaminnya.

7
BAB III
ISI PEMBAHASAN
3.1. Penipuan, Jenis dan Alasan Terjadinya Penipuan dalam Money Public
Penipuan yang meluas di organisasi modern telah membuat audit dan
investigasi tradisional menjadi tidak efisien dan tidak efektif dalam mendeteksi
dan mencegah berbagai jenis penipuan menghadapi bisnis di seluruh dunia.
Insiden penipuan terus meningkat di seluruh organisasi sektor swasta dan publik
dan lintas negara.
Penipuan adalah masalah universal karena tidak ada negara yang menolak,
meskipun negara berkembang dan berbagai negaranya paling menderita. Hari ini;
kejahatan keuangan terorganisir modern telah muncul.
Kejahatan keuangan seperti pencurian karyawan, penipuan penggajian,
penipuan sistem penagihan, pencurian manajemen, penipuan perusahaan,
penipuan asuransi, penggelapan, penyuapan, kebangkrutan, penipuan keamanan
antara lain, telah menjadi pusat perhatian dalam skema ini. dan pada skala
preferensi swasta, publik dan pemerintah. Kejahatan keuangan dewasa ini telah
tumbuh liar, dan munculnya perangkat lunak komputer ditambah dengan
munculnya fasilitas internet telah menambah masalah kejahatan keuangan. Selain
itu, deteksi atau minimalisasi ini.
Ada dua jenis penipuan yang dilakukan dalam bisnis:
• Penggunaan pribadi atas sumber daya bisnis
• Membuat laporan keuangan bisnis secara tidak benar.
Contoh penipuan yang dilakukan karyawan untuk keuntungan diri sendiri
diberikan sebagai berikut;
• Penggelapan uang selama pengumpulan tetapi sebelum dicatat dalam
rekening
• Mencuri cek bisnis
• Merusak catatan bank dan mengambil uang keuntungan
• Memperoleh keuntungan melalui pemalsuan dokumen
• Melakukan pembayaran yang seharusnya tidak dilakukan atau dilakukan
sebelumnya

8
• Membuat hutang fiktif dan pembayaran dilakukan untuk kepentingan diri
sendiri
• Memberikan diskon secara tidak wajar atau tanpa wewenang
• Membuat pemasok hantu dan melakukan pembayaran yang
menguntungkan mereka
• Pencurian inventaris dan barang bekas
• Pencurian perlengkapan kantor dan aset tetap
• Menciptakan pengeluaran fiktif dan memperoleh pencairan dana
• Memuat item pengeluaran
• Mendapat manfaat dari menempatkan pesanan yang berlebihan
• Menciptakan karyawan hantu dan menggelapkan upah/gaji mereka
• Menerima suap dari pelanggan dan pemasok bisnis dengan berbagai
alasan.
•Menggunakan kartu kredit bisnis untuk tujuan pribadi
• Mengambil keuntungan dari pengeluaran pribadi yang berlebihan
• Memanipulasi periode lembur dan mendapatkan pembayaran ekstra
• Mendapatkan keuntungan dari biaya perjalanan yang dilunasi
• Menjual aset bisnis di bawah nilai pasar.
Tujuan pelaku penipuan terhadap laporan keuangan adalah sebagai berikut:
• Meningkatkan nilai pasar bisnis
• Membuat laporan keuangan konsisten dengan anggaran
• Memperoleh pendapatan yang tidak adil dengan menyajikan nilai bisnis
yang salah.
Alasan Mengapa Karyawan Melakukan Penipuan
Ketika penipuan bisnis dianalisa, dipastikan ada tiga komponen yang
menyatu saat melakukan kejahatan kerah putih. Ini adalah tekanan, peluang, dan
pembenaran yang membentuk "segitiga penipuan". Komponen segitiga penipuan
mirip dengan bahan bakar, percikan, dan oksigen yang bersama-sama
menyebabkan kebakaran. Studi menunjukkan bahwa rata-rata 30% karyawan
melakukan aktivitas penipuan dalam 3 tahun pertama, dan 70% sisanya
menghadiri proses pemalsuan antara tahun ke-4 dan ke-35 dari kehidupan
profesional mereka. Ketika ketiganya bersatu, api tak terhindarkan akan berkobar .

9
1. Faktor Tekanan
Faktor tekanan dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok:
• Tekanan dengan konten finansial
• Tekanan yang berasal dari kebiasaan buruk
• Tekanan yang berhubungan dengan pekerjaan.
Tekanan dengan isi keuangan umumnya muncul ketika orang
membutuhkan uang tunai. Tekanan-tekanan tersebut dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
• Telapak tangan gatal dan keserakahan
• Keinginan untuk hidup dengan baik
• Jumlah utang pribadi yang tinggi
• Pengeluaran kesehatan yang tinggi
• Kebutuhan keuangan yang tidak terduga
Alasan pertama penipuan karyawan adalah karena mereka miskin karena
pendapatan yang lebih rendah mereka terima, dan ingin hidup dalam kondisi yang
lebih baik.
Tekanan dengan konten keuangan dapat terlihat dalam jangka panjang
maupun jangka pendek. Seorang karyawan yang telah bekerja dalam bisnis selama
beberapa tahun dapat melakukan penipuan untuk beberapa alasan. Studi
menunjukkan bahwa rata-rata 30% karyawan melakukan aktivitas penipuan dalam
3 tahun pertama, dan 70% sisanya menghadiri proses pemalsuan antara tahun ke-4
dan ke-35 dari kehidupan profesional mereka.
Tekanan yang timbul dari kebiasaan buruk memiliki atribut yang terkait
dengan tekanan dengan konten keuangan. Menjadi penjudi, pecandu narkoba atau
alkohol, dan tertarik pada kehidupan malam adalah beberapa alasan yang
menyebabkan penipuan. Kebiasaan semacam ini diterima sebagai faktor terburuk
yang memotivasi penipuan. Ada banyak contoh karyawan perempuan yang
melakukan penipuan untuk membeli narkoba atau alkohol untuk anak atau
suaminya; atau manajer yang sangat sukses dalam kehidupan profesional mereka
tetapi melakukan penipuan karena ambisi perjudian mereka. Struktur
pengendalian bisnis dan penipuan memiliki korelasi terbalik.

10
Cara paling efektif untuk mengurangi kecurangan karyawan adalah dengan
membangun “Sistem Pengendalian Internal”. Poin-poin penting ketika
membangun sistem diberikan di bawah ini: • Lingkungan pengendalian internal
yang sehat • Sistem akuntansi yang tepat • Prosedur pengendalian yang beroperasi
secara efektif Faktor-faktor lain yang memberikan peluang bagi karyawan untuk
melakukan kecurangan adalah sebagai berikut: • Kebijakan moral yang lemah •
Kontrak yang tidak diungkapkan dibuat dengan pihak ketiga dan mitra •
Ketidakmampuan untuk menilai kualitas pekerjaan yang dilakukan karyawan •
Tidak adanya lingkungan yang disiplin di mana penipu akan dihukum • Lemahnya
arus informasi di antara karyawan dalam bisnis • Ketidaktahuan, ketidakpedulian,
dan ketidakmampuan manajemen puncak • Kurangnya pekerjaan audit yang sehat
Ketika ada situasi di mana lingkungan untuk menghukum penipu tidak ada karena
kekhawatiran seperti kehilangan prestise dan ancaman balasan, perasaan "Anda
bisa lolos" akan muncul di antara karyawan , dengan demikian bisnis akan terkena
penipuan. Komponen ketiga dari segitiga penipuan adalah mekanisme pertahanan
penipu yang berkembang untuk membenarkan tindakannya. Beberapa upaya
penipu untuk membenarkan diri dan alasan yang mereka buat adalah sebagai
berikut:
Tekanan yang berhubungan dengan pekerjaan dapat dijelaskan sebagai
ketidakpuasan dengan pekerjaan, gagasan tentang sikap yang tidak adil, tidak
dipromosikan ketika diharapkan, telah bekerja dengan upah yang lebih rendah,
atau tidak dikagumi oleh supervisor.
2. Faktor Peluang
Faktor peluang adalah komponen ketiga dari segitiga penipuan. Mereka
secara langsung melibatkan manajemen puncak dan pemilik bisnis pada
khususnya. Memberikan kesempatan untuk melakukan fraud merupakan salah
satu faktor terpenting yang timbul dari fraud. Karena bisnis dapat sangat
mempengaruhi faktor peluang, poin ini harus mendapat perhatian khusus untuk
pencegahan penipuan.
Struktur pengendalian bisnis dan penipuan memiliki korelasi terbalik. Cara
paling efektif untuk mengurangi kecurangan karyawan adalah dengan

11
membangun “Sistem Pengendalian Internal”. Poin-poin penting ketika
membangun sistem diberikan di bawah ini:
• Lingkungan pengendalian internal yang sehat • Sistem akuntansi yang
tepat • Prosedur pengendalian yang beroperasi secara efektif Faktor-faktor lain
yang memberikan peluang bagi karyawan untuk melakukan kecurangan adalah
sebagai berikut: • Kebijakan moral yang lemah • Kontrak yang tidak diungkapkan
dibuat dengan pihak ketiga dan mitra • Ketidakmampuan untuk menilai kualitas
pekerjaan yang dilakukan karyawan • Tidak adanya lingkungan yang disiplin di
mana penipu akan dihukum • Lemahnya arus informasi di antara karyawan dalam
bisnis • Ketidaktahuan, ketidakpedulian, dan ketidakmampuan manajemen puncak
• Kurangnya pekerjaan audit yang sehat Ketika ada situasi di mana lingkungan
untuk menghukum penipu tidak ada karena kekhawatiran seperti kehilangan
prestise dan ancaman balasan, perasaan "Anda bisa lolos" akan muncul di antara
karyawan , dengan demikian bisnis akan terkena penipuan.
3. Upaya untuk Membenarkan Kecurangan
Komponen ketiga dari segitiga penipuan adalah mekanisme pertahanan
penipu yang berkembang untuk membenarkan tindakannya. Beberapa upaya
penipu untuk membenarkan diri dan alasan yang mereka buat adalah sebagai
berikut:
(a) Saya telah meminjam uang, saya akan membayar kembali
(b) Ini sebagai imbalan atas usaha saya untuk bisnis
(c) Tidak ada yang menderita sebagai akibat dari ini
(d) Saya telah mengambil uang untuk tujuan yang baik
(e) Saya tidak tahu bahwa ini adalah kejahatan
(f) Bisnis pantas mendapatkan ini
(g) Karena bisnis menghindari pajak, saya telah mengambil sesuatu yang
sudah menjadi milik saya.
Pada tingkat makro, untuk mengatasi alasan pembenar ini, bisnis harus
menjelaskan aturan etika kepada karyawan, memberi tahu mereka bahwa penipu
pasti akan dihukum, menetapkan kode moral dalam organisasi, dan memberikan
pelatihan pada mereka.

12
Pencurian awalnya dimulai dengan jumlah yang sangat kecil tetapi ada
kecenderungan meningkat seiring berjalannya waktu. Ketika penipu mengamati
bahwa dia tidak tertangkap, dia mulai bertindak lebih rakus dan jumlah yang
diambil dari brankas mulai meningkat dari hari ke hari. Ketika dia puas bahwa
mungkin sulit bagi auditor untuk mengungkapkan aktivitas penipuan dan dia
mungkin tidak akan ditangkap dengan mudah, dia sekali lagi mulai mencuri
jumlah yang lebih tinggi.
Hampir semua aktivitas penipuan biasanya dimulai dengan jumlah kecil,
tetapi jika tidak ditemukan, maka akan meningkat ke jumlah yang lebih tinggi.
Jika untuk sementara situasi apa pun mengancam atau menakuti si penipu,
pencurian akan berhenti. Tetapi jika situasi itu berhenti, aktivitas penipuan akan
terus berlanjut. Lebih sulit untuk mencegah penipuan yang dilakukan oleh
manajemen puncak atau pemilik perusahaan. Karena fakta ini, deteksi awal
penipuan merupakan faktor penting. Misalnya, presiden Perusahaan telah
menghadirkan karyawannya sebagai kontraktor independen. Dengan demikian,
dia tidak membayar pajak gaji selama 3 tahun yang totalnya berjumlah sekian.
Selain itu, ia juga berpantang membayar biaya ganti rugi dengan memberikan
informasi yang salah kepada perusahaan asuransi tentang jumlah orang yang
bekerja di perusahaan tersebut.
Penipuan tidak dapat dicegah ketika dilakukan oleh pemilik usaha kecil
yang pada saat yang sama melakukan tugas akuntansi sendiri, seperti dalam
contoh perusahaan di atas. Tidak akan ada yang menghentikan kejahatan jika
penipu sebenarnya adalah pemilik bisnis. Dalam hal ini, yang harus dilakukan
adalah otoritas terkait harus menemukan cara untuk mendeteksi kecurangan
tersebut.
Seiring berjalannya waktu, pentingnya deteksi awal terhadap kecurangan
semakin meningkat karena jumlah kejadian kecurangan semakin meningkat.
Deteksi penipuan dimulai dengan pemberitahuan bendera merah yang
menunjukkan bahwa ada sesuatu yang salah. Ini mungkin terungkap sebagai
akibat dari tren jumlah karyawan, manajer, dan korban yang khawatir tentang
hilangnya aset bisnis. Ada dua cara utama untuk mendeteksi penipuan:
(a) Deteksi secara kebetulan

13
(b) Melakukan penelitian proaktif dan mendorong identifikasi awal gejala.
Banyak tindakan penipuan telah terdeteksi di masa lalu secara kebetulan.
Sayangnya, kejadian penipuan terjadi selama deteksi dan kerugian akibatnya
meningkat Dalam banyak kasus, orang yang terpapar penipuan dalam organisasi
mengetahui bahwa penipuan sedang dilakukan, tetapi tidak dapat
mengungkapkannya karena mereka tidak yakin dan tidak mau menyalahkan
seseorang secara langsung atau tidak yakin bagaimana cara melaporkannya. dan
mungkin juga takut dicap sebagai pelapor.
Dalam beberapa tahun terakhir, organisasi melakukan serangkaian upaya
untuk mendeteksi penipuan. Yang paling sering adalah membangun hotline di
mana karyawan membuat panggilan anonim untuk menarik perhatian pada fakta
bahwa kejahatan sedang dilakukan. Pengalaman menunjukkan bahwa organisasi
yang membuat hotline ini telah mendeteksi banyak kejadian penipuan. Namun,
harus dicatat bahwa mungkin juga ada laporan palsu yang dibuat ke hotline ini
oleh karyawan yang tidak puas.
Selain hotline, organisasi juga mengambil beberapa tindakan pencegahan
proaktif. Perkembangan teknologi dapat digunakan oleh organisasi-organisasi ini
untuk menganalisis database mereka untuk mendeteksi tanda bahaya. Misalnya,
bank secara teratur menggunakan beberapa perangkat lunak untuk mendeteksi
saldo cerukan yang curang. Program-program ini akan digunakan oleh bank untuk
menarik perhatian ke rekening nasabah dengan volume transaksi yang tidak wajar
dalam waktu singkat jauh sebelum nasabah mengetahui transaksi penipuan ini.
Perusahaan asuransi juga menggunakan perangkat lunak yang relevan untuk
mengidentifikasi klaim penipuan oleh pelanggan segera setelah mengambil polis
asuransi.
Penipuan adalah masalah yang cukup mahal bagi organisasi. Namun
demikian, sering kali orang yang bertanggung jawab untuk mencegah penipuan di
sebagian besar organisasi adalah “seseorang” tetapi bukan individu tertentu.
Auditor independen sering mengklaim bahwa mendeteksi kecurangan bukanlah
tanggung jawab mereka. Auditor internal juga mengklaim bahwa fungsinya
adalah untuk menilai pengendalian dan meningkatkan efisiensi operasional
organisasi. Personil keamanan sebuah perusahaan akan berpendapat bahwa di

14
banyak organisasi, peran mereka adalah untuk menyelidiki dan mengajukan kasus
penipuan di pengadilan. Manajer juga akan menyatakan bahwa tugas utama
mereka adalah mengelola bisnis, meskipun penipuan dapat dilakukan di mana saja
dalam organisasi. Karyawan, meskipun berada dalam posisi terbaik untuk
mendeteksi kecurangan, tidak yakin ke mana dan kepada siapa harus merujuk
kasus dugaan kecurangan ketika hal itu terjadi; pada kenyataannya, beberapa
karyawan percaya bahwa melaporkan penipuan akan dianggap memalukan
Kejahatan menjadi lebih sulit dan melakukan kejahatan ini jauh lebih
muda. Semua ini, tidak diragukan lagi, tetap berada di luar lingkup auditor wajib
untuk melaporkan kecuali dia ditempatkan untuk penyelidikan. Auditor wajib
tidak terutama terikat untuk mendeteksi penipuan dan kesalahan. Tanggung
jawabnya ditentukan oleh standar auditing yang relevan. Cukup disayangkan,
adalah ketidakmampuan auditor hukum dibatasi oleh undang-undang dan standar
yang relevan, untuk menangani kejahatan keuangan.
Serentetan kegagalan perusahaan telah menempatkan lebih besar tanggung
jawab dan fungsi akuntan untuk membekali diri dengan keterampilan untuk
mengidentifikasi dan bertindak berdasarkan indikator tata kelola perusahaan yang
buruk, salah urus, penipuan dan perbuatan salah lainnya. Sudah menjadi
keharusan bagi akuntan di semua tingkatan untuk memiliki keterampilan dan
pengetahuan yang diperlukan untuk mengidentifikasi, menemukan serta
melestarikan bukti dari segala bentuk penyimpangan dan penipuan. Oleh karena
itu, fraud membutuhkan pendekatan yang lebih canggih dari preventif hingga
deteksi. Salah satu pendekatan modern yang dapat digunakan dari pencegahan
hingga deteksi disebut akuntansi forensik.
Konsep penipuan itu sendiri tidak teratur. Tetapi para sarjana berbeda
secara signifikan dalam ekspresi mereka tentang penipuan. Penyebabnya
terkadang dikacaukan dengan akibat. Mendefinisikan penipuan sama sulitnya
dengan mengidentifikasinya. Fraud didefinisikan oleh EFCC (2004:46) sebagai
“. . . kejahatan tanpa kekerasan dan kegiatan terlarang yang dilakukan dengan
tujuan memperoleh kekayaan secara tidak sah baik secara individu atau kelompok
atau secara terorganisir sehingga melanggar undang-undang yang ada yang
mengatur kegiatan ekonomi pemerintah

15
Penipuan sebagai proses atau perangkat rumit yang telah ditentukan
sebelumnya serta direncanakan yang biasanya dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dengan tujuan tunggal untuk menipu orang atau organisasi lain
untuk mendapatkan keuntungan yang tidak akan diperoleh tanpa adanya prosedur
penipuan seperti itu. sebaliknya akan terjadi ketika kejahatan dihukum dengan
penangkapan atau dijauhi. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk
menentukan peran akuntansi forensik dalam memastikan kejahatan dihukum
untuk:
Sifat penipuan administrasinya.
Istilah penipuan adalah generik dan digunakan dalam berbagai cara. Okafor
(2004) menambahkan bahwa penipuan mencakup semua cara yang beragam yang
dapat dirancang oleh kecerdikan manusia, yang digunakan oleh seorang individu
untuk mendapatkan keuntungan dari orang lain dalam representasi yang salah.
Tidak pasti danaturan yang tidak berubah dapat ditetapkan sebagai proposisi
umum dalam mendefinisikan penipuan karena mencakup kejutan, trik, cara licik
dan tidak adil yang dengannya orang lain ditipu secara curang.
Fraud dalam organisasi sangat bervariasi dalam sifat, karakter dan metode
operasi secara umum. Penipuan dapat diklasifikasikan menjadi dua cara besar:
sifat penipu dan metode yang digunakan dalam melakukan penipuan. Berdasarkan
sifat pelakunya, fraud dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu; penipuan
internal, eksternal dan campuran. Kecurangan internal berkaitan dengan yang
dilakukan oleh anggota staf dan direktur organisasi sementara penipuan eksternal
dilakukan oleh orang yang tidak terkait dengan organisasi dan penipuan campuran
melibatkan orang luar yang berkolusi dengan staf dan direktur organisasi.
Penipuan adalah usaha manusia, yang melibatkan penipuan, niat yang
disengaja, intensitas keinginan, risiko ketakutan, pelanggaran kepercayaan, dan
rasionalisasi. Oleh karena itu penting untuk memahami faktor psikologis yang
mungkin mempengaruhi perilaku pelaku fraud. Alasan untuk menggambar pada
ilmu perilaku yang dibangun di atas buktidari intuisi bahwa seseorang perlu
berpikir seperti penjahat untuk menangkap aturan yang tidak berubah dapat
ditetapkan sebagai proposisi umum dalam mendefinisikan penipuan karena

16
mencakup kejutan, trik, cara licik dan tidak adil yang dengannya orang lain ditipu
secara curang.
Fraud dalam organisasi sangat bervariasi dalam sifat, karakter dan metode
operasi secara umum. Penipuan dapat diklasifikasikan menjadi dua cara besar:
sifat penipu dan metode yang digunakan dalam melakukan penipuan. Berdasarkan
sifat pelakunya, fraud dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu; penipuan
internal, eksternal dan campuran. Kecurangan internal berkaitan dengan yang
dilakukan oleh anggota staf dan direktur organisasi sementara penipuan eksternal
dilakukan oleh orang yang tidak terkait dengan organisasi dan penipuan campuran
melibatkan orang luar yang berkolusi dengan staf dan direktur organisasi.
Identifikasi penyebab kecurangan sangat sulit. Penipuan organisasi modern
biasanya melibatkan jaringan konspirasi dan penipuan yang kompleks yang sering
menutupi penyebab sebenarnya.
3.2. Permainan Money Public
Permainan Money Public tidak dapat didefinisikan secara tepat tetapi dapat
dijelaskan. Tidak ada satu deskripsi yang cukup. Kamus Wikimedia
menggambarkan kejahatan keuangan sebagai kejahatan terhadap properti, yang
melibatkan konversi yang tidak sah dari properti milik orang lain ke milik sendiri.
Korupsi termasauk ke dalam deskripsinya tentang kejahatan keuangan. Komponen
lain termasuk suap kronisme, nepotisme, sumbangan politik, suap, harga buatan
dan segala jenis penipuan.
Susunan komponen kejahatan keuangan, beberapa di antaranya disorot di
atas, tidak lengkap. Kejahatan ekonomi dan keuangan yang ditemukan baik di
dalam maupun di luar organisasi. Kegiatan kekerasan, kriminal dan terlarang yang
dilakukan dengan tujuan mendapatkan kekayaan secara ilegal dengan cara yang
melanggar undang-undang yang ada dan ini termasuk segala bentuk penipuan,
obat-obatan narkotika, perdagangan, uang pencucian, penggelapan, penyuapan,
penjarahan dan segala bentuk malpraktik korup dan pekerja anak, bunker minyak
ilegal dan penambangan ilegal, penghindaran pajak, malpraktik valuta asing
termasuk pemalsuan, mata uang, pencurian kekayaan intelektual dan pembajakan,
penyalahgunaan pasar terbuka, pembuangan limbah beracun dan barang terlarang,
kerusakan pada lingkungan, dll.

17
Deskripsi ini mencakup semua dan mungkin termasuk kejahatan keuangan
dalam organisasi perusahaan dan yang dibahas oleh penulis ketentuan. Pada
tingkat organisasi korporasi, kejahatan keuangan diketahui telah menyebabkan
runtuhnya organisasi tersebut.
Pemahaman tentang penipuan yang efektif dan teknik akuntansi forensik
akan membantu Akuntan Forensik Profesional dalam mengidentifikasi aktivitas
ilegal dan menemukan serta melestarikan bukti. Oleh karena itu, penting untuk
memahami bahwa peran akuntan forensik berbeda dari auditor reguler. Akuntan
forensik sebagai seseorang yang dapat melihat ke belakang secara terbuka,
menerima catatan, pada nilai nominalnya-seseorang yang memiliki pikiran yang
mencurigakan (mempertimbangkan bahwa ) dokumen yang dia lihat mungkin
tidak sesuai dengan apa yang mereka maksudkan dan seseorang yang memiliki
keahlian untuk pergi keluar dan melakukan wawancara yang sangat rinci terhadap
individu untuk mengembangkan kebenaran, terutama jika beberapa orang
dianggap berbohong.
Akuntansi forensik sebagai bidang spesialisasi yang berkaitan dengan
penyediaan informasi yang dimaksudkan untuk digunakan sebagai bukti terutama
untuk tujuan hukum. Orang-orang yang berlatih di bidang ini (yaitu akuntan
forensik) menyelidiki dan mendokumentasikan penipuan keuangan dan kejahatan
kerah putih seperti: penggelapan dan menyelidiki dugaan penipuan,
memperkirakan kerugian kerusakan dan aset dan menganalisis transaksi keuangan
yang kompleks. Mereka menyediakan layanan tersebut untuk korporasi,
pengacara, penyidik kriminal dan pemerintah. keterlibatan akuntan forensik
biasanya diarahkan untuk menemukan ke mana uang pergi, bagaimana uang itu
sampai di sana, dan siapa yang bertanggung jawab.
Akuntan forensik dilatih untuk melihat melampaui angka dan berurusan
dengan realitas bisnis situasi. mendokumentasikan penipuan keuangan dan
kejahatan kerah putih seperti: Analisis, interpretasi, rangkuman, dan penyajian
masalah yang terkait dengan bisnis keuangan yang kompleks adalah fitur yang
menonjol dari profesi ini. Kegiatan akuntan forensik melibatkan: menyelidiki dan
menganalisis bukti keuangan; mengembangkan aplikasi terkomputerisasi untuk
membantu dalam analisis dan penyajian bukti keuangan; mengkomunikasikan

18
temuannya dalam bentuk laporan, pameran, dan koleksi dokumen; dan membantu
dalam proses hukum, termasuk bersaksi di pengadilan, sebagai saksi ahli dan
menyiapkan alat bantu visual untuk mendukung bukti persidangan.
Akuntan forensik memberikan bantuan akuntansi alam dalam kriminal
keuangan dan masalah ekonomi terkait yang melibatkan kasus yang ada atau
tertunda. Dalam skenario kejahatan keuangan, akuntan forensik harus menghargai
keseriusan situasi dan melihat melampaui permainan angka. Itu harus melampaui
menjadi detektif atau akuntansi biasa. Bidang akuntansi forensik adalah produk
dari ilmu dan akuntansi forensik, ilmuwan forensik sebagai pemeriksa dan
penafsir bukti dan fakta dalam masalah hukum. Ilmu yang digunakan
mmelibatkan pemeriksaan dan interpretasi informasi ekonomi.
Akuntan forensik memberikan informasi yang digunakan sebagai bukti di
pengadilan. Menyelidiki, menilai dan mendokumentasikan penipuan keuangan
dan kejahatan kerah putih (seperti penggelapan dan penipuan) oleh karyawan,
manajemen dan penipuan atau kejahatan lainnya dalam organisasi. Dia
memperkirakan kerugian, kerusakan dan penyalahgunaan aset dan transaksi
keuangan kompleks lainnya. Keseluruhan proses tersebut berakhir pada
pembuatan laporan yang ditenderkan untuk membantu proses peradilan. Akuntan
forensik, dalam penyelidikan mereka, menggunakan beberapa teknik investigasi
dalam kejahatan keuangan.
3.3. Peran Akuntansi Forensik dalam Pengungkapan Permaainan Money
Public
Istilah "akuntansi forensik diciptakan oleh Peloubet pada tahun 1946,
katanya, akuntansi forensik adalah penerapan pengetahuan akuntansi dan
keterampilan investigasi untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah
hukum. Ini adalah ilmu menggunakan akuntansi sebagai alat untuk
mengidentifikasi dan mengembangkan bukti aliran uang. Alat dan/ atau teknik,
keterampilan, dan pengetahuan ini dapat sangat berharga untuk penipuan dan
penyelidik akuntansi forensik.” Akuntansi forensik adalah integrasi keterampilan
akuntansi, audit dan investigasi.
Akuntansi forensik sebagai penerapan konsep dan teknik akuntansi untuk
masalah hukum. Ini menuntut pelaporan, di mana akuntabilitas penipuan

19
ditetapkan dan laporan dianggap sebagai bukti di pengadilan atau dalam proses
administrasi. Menurut Association of Certified Fraud Examiners (ACFE)
akuntansi forensik adalah penggunaan keterampilan dalam sengketa perdata atau
pidana yang potensial atau nyata, termasuk prinsip akuntansi dan audit yang
diterima secara umum; menetapkan kerugian atau keuntungan, pendapatan,
properti atau kerusakan, perkiraan pengendalian internal, penipuan dan lain-lain
yang melibatkan dimasukkannya keahlian akuntansi ke dalam sistem hukum
Akuntansi forensik disebut juga akuntansi investigatif atau audit penipuan
merupakan penggabungan antara ilmu forensik dan akuntansi. Ilmu forensik dapat
didefinisikan sebagai penerapan hukum-hukum alam dengan hukum manusia.”
Dia mengacu pada ilmuwan forensik sebagai pemeriksa dan penafsir bukti dan
fakta dalam perkara hukum yang juga memerlukan pendapat ahli mengenai
temuannya di pengadilan. Ilmu yang dimaksud di sini adalah ilmu akuntansi,
artinya pemeriksaan dan interpretasi akan informasi ekonomi. Lebih lanjut
melihat akuntansi forensik sebagai penerapan pengetahuan khusus dan
keterampilan tertentu untuk menemukan bukti terjemahan ekonomi.
Akuntansi forensik sebagai penerapan konsep dan teknik akuntansi untuk
masalah hukum. Sedangkan penyelidikan forensik adalah tentang penetapan dan
penetapan fakta untuk mendukung suatu perkara hukum. Artinya, menggunakan
teknik forensik untuk mendeteksi dan menyelidiki kejahatan berarti mengungkap
semua fitur yang ada dan mengidentifikasi pelakunya.
Akuntansi forensik adalah proses menafsirkan, meringkas dan menyajikan
masalah keuangan yang kompleks secara jelas, ringkas dan faktual sering di
pengadilan sebagai ahli. Hal ini berkaitan dengan penggunaan disiplin akuntansi
untuk membantu menentukan masalah fakta dalam litigasi. Akuntansi forensik
adalah disiplin ilmu yang memiliki model dan metodologi prosedur investigasinya
sendiri yang mencari jaminan, pengesahan, dan perspektif penasehat untuk
menghasilkan bukti hukum. Investigasi forensik mungkin didasarkan pada
akuntansi, kedokteran, teknik atau disiplin lain.
Audit forensik adalah pemeriksaan bukti mengenai suatu asersi untuk
menentukan korespondensinya dengan yang ditetapkan kriteria yang dilakukan
dengan cara yang sesuai dengan pengadilan. Ini berkaitan dengan sifat

20
pembuktian data akuntansi, dan sebagai bidang praktis yang berkaitan dengan
penipuan akuntansi dan audit forensik; kepatuhan, uji tuntas dan penilaian risiko;
deteksi kesalahan penyajian keuangan dan penipuan laporan keuangan.
Penghindaran pajak; studi kebangkrutan dan penilaian; pelanggaran peraturan
akuntansi.
Mereka yang memenuhi syarat untuk menangani investigasi forensik adalah
kombinasi dari auditor dan penyelidik swasta. Pengetahuan dan keterampilan
termasuk keterampilan investigasi, penelitian, hukum, metode kuantitatif,
keuangan, audit, akuntansi dan wawasan petugas penegak hukum. Tugas utama
akuntan forensik adalah menganalisis, menafsirkan, meringkas, dan menyajikan
masalah keuangan dan bisnis yang kompleks dengan cara yang mudah dipahami
oleh orang awam.
3.4. Tantangan Akuntansi Forensik dalam Pengungkapan Permaainan
Money Public
Dengan meningkatnya penipuan akuntansi keuangan dalam skenario
ekonomi saat ini yang dialami, deteksi penipuan akuntansi keuangan telah
menjadi isu yang muncul yang sangat penting bagi akademis, penelitian dan
industri. Kegagalan dari Sistem audit internal organisasi dalam mengidentifikasi
penipuan akuntansi telah menyebabkan penggunaan prosedur khusus untuk
mendeteksi penipuan akuntansi keuangan, kolektif yang dikenal sebagai akuntansi
forensik. Meskipun penipuan keuangan di Indonesia telah menyaksikan kasus
yang sangat dipublikasikan terutama dalam sistem perbankan, Saran
menggunakan masalah kasus nyata tentang bagaimana menerapkan akuntansi
menyelidiki varians dan kegiatan penipuan yang dicurigai dalam proses
manufaktur dan dengan demikian menunjukkan bahwa penerapan akuntansi
forensik berlaku untuk semua adegan di mana penipuan adalah suatu
kemungkinan.
Penerapan akuntansi forensik di negara berkembang seperti Indonesia,
mencatat bahwa akuntansi forensik dihadapkan dengan begitu banyak hambatan.
Ini termasuk ketidakmampuan untuk beroperasi lebih mandiri dan efektif,
kurangnya kemampuan teknis dan ketidakmampuan mengumpulkan informasi
yang dapat diterima di pengadilan, kurang fokus pada kualitas layanan yang

21
ditawarkan, kode dan standar peraturan yang bertentangan, kurangnya
harmonisasi dan penyatuan semua yang ada. kode tata kelola perusahaan sektoral
yang berlaku di Indonesia.
Tantangan yang dihadapi penerapan akuntansi forensik sedemikian rupa
sehingga kurangnya penerimaan, bukti sesuai dengan hukum bukti yang sangat
penting untuk keberhasilan penuntutan tuntutan pidana dan perdata. Juga,
globalisasi ekonomi dan fakta bahwa penipu dapat ditempatkan di mana saja di
dunia telah menyebabkan masalah antar yurisdiksi.
Tantangan penting untuk penerapan akuntansi forensik dalam pengendalian
dan manajemen penipuan keuangan di Indonesia adalah bahwa hukum tidak selalu
up to date dengan kemajuan teknologi terbaru.
Akuntansi forensik dipandang sebagai layanan mahal yang hanya mampu
dibeli oleh organisasi besar. Dengan demikian, sebagian besar organisasi lebih
memilih untuk menyelesaikan masalah di luar pengadilan untuk menghindari
biaya mahal dan risiko publisitas buruk dan negatif pada citra perusahaan mereka.
Selanjutnya, akuntansi forensik adalah tren baru khususnya di negara
berkembang. Oleh karena itu, akuntan profesional dengan keterampilan yang
memadai dan pengetahuan teknis tentang masalah forensik.

22
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Praktik penipuan adalah nyata dan telah menjadi lazim dalam bisnis
kontemporer lingkungan. Tren ini perlu ditangkap sebelum terlalu terlambat.
Studi ini menemukan bahwa akuntansi forensik adalah alat yang efektif dalam
mengungkap praktik penipuan yang dialihkan dan dapat mengidentifikasi aset
yang disalahgunakan dan transaksi orang dalam yang dapat dibalik; ini secara
signifikan mempengaruhi deteksi dan pengendalian penipuan. Juga, penelitian ini
mengungkapkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara tugas Forensik
profesional Akuntan dan Auditor Eksternal. Teori GONE (Greed, Opportunity,
Need, Exposure) merupakan sebuah teori yang pertama kali dikemukakan oleh
Jack Bologne pada tahun 1993 (Nurvala dan Ida, 2022).  Pada teori ini, Jack
Bologne menyatakan bahwa terdapat empat faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya kecurangan diantaranya keserakahan, kesempatan, kebutuhan dan
pengungkapan. Akuntan harus waspada terhadap potensi penipuan dan aktivitas
ilegal lainnya saat menjalankan tugasnya. Mereka juga dapat dibuat untuk
memberikan bantuan yang signifikan dalam mencegah, menyelidiki dan
menyelesaikan masalah seperti itu masalah. Tantangan yang dihadapi penerapan
akuntansi forensik sedemikian rupa sehingga kurangnya penerimaan, bukti sesuai
dengan hukum bukti yang sangat penting untuk keberhasilan penuntutan tuntutan
pidana dan perdata. Juga, globalisasi ekonomi dan fakta bahwa penipu dapat
ditempatkan di mana saja di dunia telah menyebabkan masalah antar yurisdiksi.
4.2. Saran
Atas dasar di atas peenulis menyarankan bahwa ahli terlatih seperti Akuntan
Forensik Profesional harus melakukan penyelidikan, di mana ada bukti: penipuan,
tindakan disipliner yang tepat sesuai dengan Ketentuan aturan harus dilaksanakan,
dan restrukturisasi lembaga korupsi oleh pemerintah untuk kinerja yang lebih
baik. Upaya pemerintah saat ini dalam memerangi korupsi harus didorong dan
dipertahankan. Beberapa badan akuntansi profesional di Indonesia harus
memastikan bahwa akuntan forensik dilatih dengan keterampilan modern
prosedur akuntansi forensik, dewan pelaporan keuangan harus memastikan

23
harmonisasi dan penyatuan kode peraturan yang saling bertentangan yang akan
menjamin standar dan peraturan terbaik ditetapkan untuk praktik dan layanan
terbaik. pengiriman.

24
DAFTAR PUSTAKA

Adiputra, N. P. (2020). Dasar-Dasar Teknik Informatika. Deepublish.


Arianto, B. (2021). Akuntansi Forensik sebagai Strategi Pemberantasan Korupsi
Suap. Progress: Jurnal Pendidikan, Akuntansi dan Keuangan, 4(1), 1-16.s
Fade, A. M. R., Basri, Y. M., & Safitri, D. (2022). FRAUD ON GOVERNMENT:
REVIEWED FROM ORGANIZATIONAL ETHICAL CULTURE,
LEADERSHIP STYLE, AND LOVE OF MONEY. Berkala Akuntansi dan
Keuangan Indonesia, 7(1), 113-139.
Hendrayady, A., Abas, M., Mulyani, W., Oktaria, D. S., Abimulyani, Y., &
Ardiansyah, S. (2022). Pendidikan Budaya Anti Korupsi. Get Press.
Jaka Isgiyataa, I., & Budiyonic, E. (2018). Studi Tentang Teori GONE dan
Pengaruhnya Terhadap Fraud Dengan Idealisme Pimpinan Sebagai Variabel
Moderasi: Studi Pada Pengadaan Barang/Jasa di Pemerintahan. Jurnal
Dinamika Akuntansi dan Bisnis Vol, 5(1), 31-42.
Nurvala, N., & Ida Suraida, S. E. (2022). PENGARUH FUNGSI PELAKSANAAN
AUDIT INTERNAL DAN PENERAPANWHISTLEBLOWING SYSTEM
TERHADAP EFEKTIVITAS PENCEGAHAN KECURANGAN (Studi pada
BBPP (Balai Besar Pelatihan Pertanian) Lembang) (Doctoral dissertation,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis).
Sudarmanto, E. (2020). Manajemen Risiko: Deteksi Dini Upaya Pencegahan
Fraud. Jurnal Ilmu Manajemen, 9(2), 107-121.
Yusrianti, H., Ghozali, I., & Yuyetta, E. (2022). KECENDERUNGAN
PENYALAHGUNAAN ASET: MULTI-PERSPECTIVE FRAUD MODEL
(Kajian Pustaka) (Doctoral dissertation, Sriwijaya University).

25

Anda mungkin juga menyukai