Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRAT

DENGAN KADAR PROTEIN KASAR YANG BERBEDA


PADA RANSUM BASAL TERHADAP PERFORMANS
KAMBING BOERAWA PASCA SAPIH

The Influence of add Concentrat with the different Crude Protein Value on
Basal Ration to Boerawa Goat Performance in post weaning

M. Arifin, Liman, K. Adhianto


Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung
Jl. Prof. Sumantri Brojonegoro 1, Bandar Lampung-35145

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk mempelajari pengaruh penambahan konsentrat


dengan kadar protein kasar yang berbeda pada ransum basal terhadap performans
kambing Boerawa jantan pascasapih. Kambing yang digunakan adalah kambing
Boerawa fase pascasapih sebanyak 20 ekor dengan rata-rata bobot awal 18,25 ±
6,13 kg/ekor berasal dari Gisting. Penelitian ini menggunakan rancangan acak
kelompok yang terdiri atas empat perlakuan, R0= ransum basal, R1= R0 (60%) +
konsentrat A (40%), R2= R0 (60%) + konsentrat B (40%), dan R3= R0 (60%) +
konsentrat C (40%), dengan ulangan sebanyak lima kali. Air minum selama
penelitian diberikan secara ad libitum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
pengaruh sangat nyata (P<0,01) pada penambahan konsentrat dalam ransum basal
terhadap konsumsi ransum kambing Boerawa jantan pascasapih, sebaliknya
berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap pertambahan berat tubuh, protein
efficiency ratio, dan konversi ransum.

Kata kunci : konsentrat, performans, protein kasar, kambing Boerawa.

ABSTRACT

The aims of the research is done to study the influence of additional


concentrate with the difference crude protein value on bassal ration to the
performance Boerawa goat – pasca weaning. The goat used is Boerawa goat -
pasca weaning was used as many as 20 goats with average beginning weight
18,25 ± 6,13 kg/goats from Gisting. This research uses randomized block design,
consists of four treatments, R0= bassal ration, R1= R0 (60%) + concentrate A
(40%), R2= R0 (60%) + concentrate B (40%), and R3= R0 (60%) + concentrate C
(40%), with five replications. The fresh water was given Boerawa goat by ad
libitum during the research. The result of the research shows: there was significant
effect (P<0,01) of additional concentrate on bassal ration for the feeding
consumption of Boerawa goat – pasca weaning, on the contrary there were no
significant effect (P>0,05) for the increasing of body weight, protein efficiency
ratio, and feeding conversion.

Key word: concentrate, performance, crude protein, Boerawa goat.


PENDAHULUAN khususnya protein, sehingga perlu
konsentrat sebagai pakan penguat.
Pakan adalah salah satu faktor Konsentrat merupakan pakan penguat
yang mempengaruhi produktitivitas yang terdiri dari bahan baku yang
ternak, sekitar 60% dari biaya kaya akan protein, seperti bungkil-
produksi berasal dari pakan bungkilan. Konsentrat untuk ternak
(Williamson dan Payne, 1993). kambing umumnya disebut pakan
Meskipun potensi genetik seekor penguat atau bahan baku pakan yang
ternak tersebut tinggi, namun tanpa memiliki kandungan serat kasar
dukungan pemberian pakan yang kurang dari 18 persen dan mudah
berkualitas baik, maka produksi dari dicerna (Murtidjo, 1993).
seekor ternak yang diinginkan tidak Pakan penguat adalah sejenis
akan mencapai optimal. Lahan pakan yang dibuat khusus untuk
pertanian yang semakin sempit meningkatkan produksi ternak. Pakan
menyebabkan ketersediaan hijauan ini mudah dicerna ternak ruminansia
semakin berkurang. Salah satu solusi karena dibuat dari campuran beberapa
untuk mengatasi masalah tersebut bahan pakan sumber energi, sumber
adalah dengan pemberian pakan protein, vitamin, dan mineral
alternatif yaitu konsentrat. (Kartadisastra, 1997).
Ternak ruminansia memiliki Menurut Edey (1983), nutrien
kelebihan dalam mencerna pakan pakan ternak yang penting untuk
yang berserat kasar tinggi, karena memenuhi kebutuhan hidupnya antara
terdapatnya mikroba dalam rumen. lain adalah protein. Protein
Mikroba dalam rumen yang terdiri merupakan komponen utama jaringan
atas bakteri, jamur, dan protozoa akan otot dan merupakan komponen
memproses zat makanan yang ada fundamental pada semua jaringan
menjadi produk fermentasi yang hidup. Hewan tidak dapat membuat
berguna bagi ternak, yaitu asam protein, oleh karena itu harus
lemak terbang (Volatille Fatty Acid = disediakan dalam makanannya.
VFA) serta beberapa zat lain yang Protein tersebut harus disediakan
dibutuhkan oleh ternak. Kelancaran dalam perbandingan yang tepat dan
proses pencernaan di dalam rumen jumlah yang cukup. Menurut Kearl
tergantung dari ketersediaan zat-zat (1982), kebutuhan protein pada
makanan yang akan bertindak sebagai kambing berkisar antara 12—14% per
prekusor bagi kerja enzim-enzim ekor.
pencernaan (Sosromidjojo, 1981). Tujuan pemberian konsentrat
Sintesis protein dalam rumen dalam pakan ternak kambing adalah
memerlukan pasokan asam amino untuk meningkatkan daya guna
dalam jumlah yang seimbang, pakan, menambah unsur pakan yang
pasokan protein berkualitas tinggi, defisien, serta meningkatkan
dan tahan terhadap degradasi rumen. konsumsi dan kecernan pakan.
Salah satu pakan berserat yang Kambing yang diberikan konsentrat,
dapat digunakan sebagai pakan adalah maka mikrobia dalam rumen kambing
rumput lapang atau hijauan, namun tersebut cenderung akan
kandungan nutrien hijauan belum memanfaatkan konsentrat terlebih
mencukupi kebutuhan nutrien ternak dahulu sebagai sumber energi dan
protein. Selanjutnya, dapat kambing Boerawa jantan berumur
memanfaatkan pakan kasar yang ada. 5—6 bulan dengan bobot tubuh awal
Dengan demikian, mikroba rumen 13—24 kg, di kandang yang berlokasi
lebih mudah dan lebih cepat di Desa Campang, Kecamatan
berkembang populasinya (Murtidjo, Gisting, Kabupaten Tanggamus, dari
1993). Berdasarkan pemikiran di atas, Mei sampai Agustus 2012. Pakan
diharapkan dengan penambahan yang digunakan adalah ransum basal
konsentrat dalam ransum basal akan dan konsentrat. Ransum basal terdiri
mampu meningkatkan performans atas rumput gajah, rumput lapang,
dari ternak tersebut. daun mindi, daun dadap, dan daun
Penelitian ini bertujuan untuk lamtoro. Ransum berasal dari daerah
mengetahui pengaruh penambahan setempat (Gisting). Kandungan nutrisi
konsentrat dengan kadar protein kasar ransum basal disajikan pada Tabel 1.
yang berbeda pada ransum basal Konsentrat yang digunakan dalam
terhadap performans kambing penyusun ransum terdiri atas tepung
Boerawa jantan pasca sapih. ikan, bungkil kelapa, dedak, onggok,
molases, kulit kopi, dan premix.
MATERI DAN METODE Bahan-bahan penyusun konsentrat ini
diperoleh dari Kecamatan Sidomulyo,
Materi Kabupaten Lampung Selatan.
Kandungan nutrient konsentrat yang
Penelitian ini dilakukan disusun tersaji pada Tabel 1.
dengan menggunakan 20 ekor

Tabel 1. Kandungan nutrisi ransum basal dan konsentrat

Konsentrat
Kandungan Nutrisi Hijauan
A B C
-------------------------------(%)-----------------------------
Bahan kering 21,68 87,47 86,27 85,27
Protein kasar 10,64 13,04 16,02 19,07
Abu 11,15 19,65 14,32 13,29
Serat kasar 29,17 25,09 24,26 21,63

Formulasi ransum perlakuan B (40%), dan R3= R0 (60%) +


ada empat, yaitu R0= ransum basal, konsentrat C (40%). Kandungan
R1= R0 (60%) + konsentrat A nutrient ransum perlakuan disajikan
(40%), R2= R0 (60%) + konsentrat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kandungan nutrisi ransum perlakuan

Bahan Pakan Bahan Kering Protein Kasar Abu Serat Kasar


---------------------------(%)---------------------------
Ransum R0 21,68 10,64 11,15 29,17
Ransum R1 48,00 11,60 14,55 27,54
Ransum R2 47,52 12,79 12,42 27,21
Ransum R3 47,12 14,01 12,01 26,15
menggunakan timbangan merk
elektro fishhook scale dengan
Metode kapasitas 50.000 gr dan tingkat
ketelitian 1 gr. Pertambahan bobot
Rancangan penelitian yang tubuh diperoleh dari bobot tubuh
digunakan adalah rancangan acak akhir dikurangi dengan bobot tubuh
kelompok. Kelompok berdasarkan awal dibagi dengan lama waktu
bobot tubuh yaitu kelompok I= 13— antara awal ke akhir penelitian,
14 kg, kelompok II= 15—16 kg, kambing ditimbang dengan
kelompok III= 17—18 kg, kelompok menggunakan timbangan merk
IV= 19—20 kg, kelompok V = 21— elektro fishhook scale dengan
24 kg. kapasitas 500 kg dan tingkat
Ternak ditempatkan secara ketelitian 0,01 kg.
acak pada kandang individual (150 x Protein efficiency ratio (PER)
100 cm). Pemeliharaan kambing diperoleh dengan cara membagi
dilakukan selama 13 minggu. Tiga antara pertambahan bobot tubuh
minggu pertama merupakan masa dengan konsumsi protein (Tillman et
adaptasi ternak terhadap perlakuan al., 1998). Konversi ransum dihitung
yang dicobakan. Selanjutnya, dengan cara membagi antara rata-
sepuluh minggu berikutnya adalah rata konsumsi bahan kering per ekor
masa pengambilan data. per hari dan angka rata-rata produksi
Ransum diberikan dua kali pertambahan bobot tubuh per ekor
sehari, (pukul 07.30 dan 17.00 WIB). per hari.
Jumlah pemberian ransum
berdasarkan kebutuhan akan bahan HASIL DAN PEMBAHASAN
kering, yaitu 3% bobot tubuh. Air
minum diberikan secara ad libitum. Konsumsi Ransum, Pertambahan
Peubah yang diamati terdiri Bobot Tubuh, Protein Efficiency
atas konsumsi ransum, pertambahan Ratio, dan Konversi Ransum
bobot tubuh, protein efficiency
ransum, dan konversi ransum. Rataan konsumsi ransum,
Konsumsi ransum berdasarkan bahan pertambahan bobot tubuh (PBT),
kering dengan cara menghitung protein efficiency ratio (PER), dan
selisih antara jumlah pemberian dan konversi ransum kambing penelitian
jumlah ransum yang tersisa keesokan disajikan dalam Tabel 3.
harinya, ransum ditimbang dengan

Tabel 3. Rataan konsumsi bahan kering ransum, pertambahan bobot tubuh,


protein efficiency ratio, dan konversi ransum kambing

Perlakuan
Peubah
R0 R1 R2 R3
Konsumsi a b b b

(gr/e/hr) 1008,29±155,69 694,57±155,69 688,80±155,69 708,72±155,69


PBT
46,10±0,54 46,04±0,54 46,07±0,54 44,99±0,54
(gr/e/hr)
PER
0,51±0,06 0,59±0,06 0,53±0,06 0,45±0,06
(gr/e/hr)
Konversi 26,27±5,02 16,88±5,02 15,12±5,02 17,19±5,02
Keterangan : R0 : ransum basal
R1 : R0 (60%) + konsentrat A (40%)
R2 : R0 (60%) + konsentrat B (40%)
R3 : R0 (60%) + konsentrat C (40%)
Huruf kecil superskrip yang berbeda pada baris yang sama
menunjukkan berbeda sangat nyata (P<0,01).

Nilai rataan konsumsi ransum Rataan pertambahan bobot


kambing boerawa pada perlakuan R1, tubuh harian yang berbeda tidak
R2, dan R3 sangat nyata lebih rendah nyata (P>0,05) diduga karena tingkat
(P<0,01) daripada konsumsi ransum kemampuan ternak dalam mencerna
kambing boerawa pada perlakuan R0. ransum yang dikonsumsi relatif
Adanya perbedaan konsumsi ransum sama. Konsumsi R0 walaupun
ini disebabkan oleh palatabilitas tertinggi (1008,29±155,69 gr/e/hr),
kambing terhadap ransum yang tetapi kandungan protein kasarnya
dikonsumsi. R0 dikatakan lebih terendah (10,64%). Hal ini akan
palatabel karena jumlah konsumsi R0 mengakibatkan jumlah konsumsi
pada kambing boerawa lebih banyak protein menjadi rendah juga
(1008,29±155,69 gr/e/hr), jika (0,51±0,06 gr/e/hr). Oleh karena itu,
dibandingkan dengan ransum yang pertambahan bobot tubuh harian
lain (688,8±155,69—708,72±155,69 berbeda tidak nyata (P>0,05). Hal ini
gr/e/hr). Hal ini kemungkinan ditegaskan oleh Widuri (2002),
disebabkan oleh kandungan abu bahwa konsumsi protein akan
dalam ransum yang berbeda. digunakan untuk pertumbuhan dan
Kandungan abu pada R0 (11,15%) produksi tubuh ternak, sehingga
lebih kecil dari pada ransum yang berpengaruh pada pertambahan
lain (12,01—14,55%). Abu ini bobot tubuh.
kurang disuka oleh ternak dan Nilai rataan protein efficiency
menghambat kecernaan. Menurut ratio yang berbeda tidak nyata
Wirato (1998), bahwa pemberian (P>0,05) disebabkan oleh kandungan
batas maksimum kadar abu untuk protein kasar pada ransum R0 rendah
ternak kambing dalah 12%. (10,64%), dibandingkan dengan
Konsumsi ransum yang berbeda protein kasar pada ransum yang lain
sangat nyata (P<0,01) juga (11,60—14,01). Meskipun konsumsi
disebabkan oleh jumlah pemberian R0 tinggi, akan tetapi karena
ransum yang diberikan terhadap kandungan protein kasarnya rendah,
kambing pada perlakuan R0 lebih maka jumlah konsumsi protein
banyak jika dibandingkan dengan menjadi rendah juga (0,51±0,06
pemberian ransum pada perlakuan gr/e/hr). Hal ini mengakibatkan
yang lain. Hal ini ditegaskan oleh rataan protein efficiency ratio
Davies (1982), yang menyatakan berbeda tidak ntyata (P>0,05).
konsumsi pakan dipengaruhi oleh Konsumsi protein kasar dipengaruhi
palatabilitas, kuantitas, dan kualitas oleh banyaknya konsumsi pakan dan
ransum. kandungan protein kasar bahan
pakan tersebut. Kamal (1997)
menjelaskan bahwa banyaknya
pakan yang dikonsumsi akan UCAPAN TERIMA KASIH
mempengaruhi besarnya nutrien lain
yang dikonsumsi, sehingga semakin Terima kasih penulis
banyak pakan yang dikonsumsi akan sampaikan kepada Seluruh
meningkatkan konsumsi nutrien lain Bapak/Ibu dosen Jurusan Peternakan
yang ada dalam pakan. atas motivasi, bimbingan, dan saran
Protein efficiency ratio yang yang diberikan, sehingga penelitian
berbeda tidak nyata (P>0,05) juga dan penyusunan tulisan ilmiah ini
disebabkan oleh pertambahan bobot dapat terlaksana.
tubuh harian yang juga berbeda tidak
nyata. Hal ini mengindikasikan DAFTAR PUSTAKA
bahwa bahwa secara langsung
protein efficiency ratio dipengaruhi Davies, H.L. 1982. Nutrition and
oleh tingkat konsumsi protein dan growth. Hedges and belly Pty.
pertambahan bobot tubuh. Menurut Ltd. Melbaurne.
Tillman et al., (1998), bahwa protein Edey, T.N. 1983. The genetic pool of
efficiency ratio merupakan sheep and goats. In: Tropical
pertambahan bobot tubuh per unit Sheep and Goat Production
protein yang dikonsumsi. (Edited by Edey. T.N.).
Rataan konversi ransum yang Australia University
berbeda tidak nyata (P>0,05) pada International. Development
perlakuan diduga disebabkan oleh Program. Canberra.
kemampuan ternak dalam mencerna Gaspersz. 1991. Teknik Analisis
nutrisi ransum yang dikonsumsi dalam Penelitian Percobaan. Vol
relatif sama (15,12±5,02— II. Tarsito. Bandung.
26,27±5,02). Hal di atas Kamal, M. 1997. Kontrol Kualitas
mengindikasikan bahwa untuk Pakan. Fakultas Peternakan.
menghasilkan 1 kg bobot tubuh, Universitas Gadjah Mada.
ternak membutuhkan 15,12—26,27 Yogyakarta.
kg ransum untuk dikonsumsi. Oleh Kartadisastra, H. R. 1997.
karena itu , konversi ransum berbeda Penyediaan dan Pengelolaan
tidak nyata (P>0,05). Menurut Pakan Ternak Ruminansia.
Kamal (1997), nilai konversi ransum Kanisius. Yogyakarta.
merupakan hasil pembagian antara Kearl, L.C. 1982. Nutrition
nilai konsumsi ransum dan nilai Requirement of Ruminant in
pertambahan bobot tubuh dalam Developing Countries. Utah
satuan bobot dan satuan waktu yang State University.
sama. Murtidjo, B.A., 1993. Memelihara
Kambing Sebagai Ternak
SIMPULAN Potong dan Perah. Penerbit
Kanisius. Yogyakarta.
Berdasarkan hasil dan Sosroamidjojo. 1990. Peternakan
pembahasan, maka dapat Umum. CV. Yasaguna. Jakarta.
disimpulkan bahwa kambing Tillman, A.D., H. Hartadi, S.
Boerawa jantan pascasapih pada Reksohadiprojo, S.
perlakuan R2 merupakan perlakuan Prawirokusumo. dan S.
terbaik Lebdosoekojo. 1998. Ilmu
Makanan Ternak Dasar. Edisi S.G.N. Dwija, D. Gadjah Mada
Keenam. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
University Press. Yogyakarta. Wirato, S. 1998. “Pengaruh
Widuri. 2002. Pengaruh Suplementasi Suplementasi Mineral Organik
Sumber Mineral dalam (Zn, Cu, Mo) Terhadap
Konsentrat terhadap Performans Pertambahan Bobot Tubuh dan
Kambing PE yang diberi Pakan Konversi Ransum Pada Domba
Dasar Rumput. Jurnal, Fakultas Lokal”. Jurnal, Jurusan
Peternakan, Universitas Udayana, Peternakan. Fakultas Pertanian.
Denpasar. Hal.6 Universitas Djuanda. Bogor.
Williamson, G. dan W.J.A. Payne. Hal.7
1993. Pengantar Peternakan di
Daerah Tropis. Terjemahan Oleh

Anda mungkin juga menyukai