September 2022
TABEL PERSANDINGAN MATERI MUATAN RANCANGAN PERATURAN RTRW PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2022-
2042
Tanggapan:
a. Peraturan yang
dijadikan dasar
hukum hanya
peraturan yang
tingkatannya sama
atau lebih tinggi.
Peraturan Menteri
tidak dicantumkan
dalam klausul
Mengingat.
b. Pencantuman PP No.
68 Tahun 2014 dan
Perpres RTR KSN
tidak diakomodasi
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
karena dalam
peraturan tersebut
tidak terdapat amanat
untuk menyusun
RTR.
MENETAPKAN MENETAPKAN
PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG
WILAYAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2021-2041. WILAYAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2022-2042.
BAB I BAB I
KETENTUAN UMUM KETENTUAN UMUM
Bagian Kesatu
Pengertian/Definisi
Pasal 1 Pasal 1 Dirjen Bina Penyesuaian No. 1
Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan: Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan: Pembangunan dan 2 sesuai
1. Daerah adalah Provinsi Jawa Barat 1. Daerah Provinsi adalah Daerah Provinsi Jawa Barat. Daerah, Kementerian masukan
2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan Perangkat Daerah 2. Pemerintah Daerah Provinsi adalah Gubernur sebagai unsur Dalam Negeri: Kemendagri
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan Daerah. penyelenggara pemerintahan daerah yang memimpin Penyesuaian definisi: Penyesuaian judul
3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan a. Pemerintah Daerah Bagian dari Definisi
DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi daerah otonom. adalah gubernur menjadi
Jawa Barat. 3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat sebagai unsur Pengertian/Definisi
4. Gubernur adalah Gubernur Jawa Barat. DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Jawa penyelenggara sesuai masukan
5. Daerah Kabupaten/Kota adalah daerah Kabupaten/Kota di Barat. pemerintahan daerah Kanwil
Jawa Barat. 4. Gubernur adalah Gubernur Jawa Barat. yang memimpin Kemenhumkam:
6. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, 5. Daerah Kabupaten/Kota adalah Daerah Kabupaten/Kota di pelaksanaan urusan yang diatur tidak
dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai Daerah Provinsi. pemerintahan yang hanya definisi tetapi
satu kesatuan Wilayah, tempat manusia dan makhluk lain menjadi kewenangan juga Pengertian.
6. Ruang adalah wadah yang meliputi Ruang darat, Ruang laut,
hidup, melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan dan Ruang udara, termasuk Ruang di dalam bumi sebagai satu daerah otonom. Rumusan batasan
hidupnya. kesatuan Wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, b. Daerah pengertian dari
7. Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang. melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan hidupnya. Kabupaten/Kota suatu Peraturan
8. Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman 7. Tata Ruang adalah wujud Stuktur Ruang dan pola Ruang. adalah daerah Perundang-
dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi Kabupaten/Kota di undangan dapat
sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat 8. Rencana Tata Ruang yang selanjutnya disingkat RTR adalah Provinsi Jawa Barat. berbeda dengan
hasil perencanaan tata ruang.
yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional. c. Wilayah Provinsi rumusan Peraturan
9. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat yang adalah seluruh Perundangundangan
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
9. Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam selanjutnya disebut RTRWP adalah rencana Tata Ruang yang Wilayah Provinsi Jawa yang lain karena
suatu Wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk bersifat umum dari wilayah provinsi, yang mengacu pada Barat yang meliputi disesuaikan dengan
fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Rencana Tata Ruang ruang darat, ruang kebutuhan terkait
budidaya. Pulau/Kepulauan dan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis laut, dan ruang dengan materi
10.Penataan Ruang adalah suatu sistem proses perencanaan Nasional. udara, termasuk muatan yang akan
tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian 10. Wilayah adalah Ruang yang merupakan kesatuan geografis ruang di dalam bumi diatur.
pemanfaatan ruang. beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya berdasarkan Penambahan No. 17
11.Penyelenggaraan Penataan Ruang adalah kegiatan yang ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek ketentuan peraturan
fungsional. dan 18 karena
meliputi pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan perundang-undangan. digunakan berulang-
pengawasan penataan ruang. 11. Wilayah Pesisir adalah daerah peralihan antara Ekosistem d. Forum Penataan
ulang dalam Tujuan,
12.Pengaturan Penataan Ruang adalah upaya pembentukan darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan Ruang adalah wadah
di laut. Kebijakan, dan
landasan hukum bagi Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan di tingkat pusat dan
Strategi. Pengertian
masyarakat dalam penataan ruang. 12. Perencanaan Tata Ruang adalah suatu proses untuk daerah yang bertugas
ruang investasi
13.Pembinaan Penataan Ruang adalah upaya untuk menentukan Struktur Ruang dan Pola Ruang yang meliputi untuk membantu
didasarkan pada
meningkatkan kinerja penataan ruang yang penyusunan dan penetapan RTR. Pemerintah Pusat dan
tujuan
diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah dan 13. Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan Pemerintah Daerah
pengembangan serta
masyarakat. sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai dengan memberikan
kondisi wilayah
14.Pelaksanaan Penataan Ruang adalah upaya pencapaian pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara pertimbangan dalam
tujuan penataan ruang melalui pelaksanaan perencanaan hierarkis memiliki hubungan fungsional. Penyelenggaraan Provinsi, sedangkan
tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian Penataan Ruang. definisi Ketahanan
14. Pola Ruang adalah distribusi peruntukan Ruang dalam suatu
pemanfaatan ruang. Pangan mengacu
Wilayah yang meliputi peruntukan Ruang untuk fungsi lindung e. Satuan Polisi Pamong
15.Pengawasan Penataan Ruang adalah upaya agar dan peruntukan Ruang untuk fungsi budi daya. Praja adalah pada Peraturan
penyelenggaraan penataan ruang dapat diwujudkan sesuai perangkat daerah Pemerintah No. 68
15. Penataan Ruang adalah suatu sistem proses Perencanaan Tata
ketentuan peraturan perundang-undangan. yang dibentuk untuk Tahun 2002 tentang
Ruang, pemanfaatan Ruang, dan pengendalian pemanfaatan
16.Perencanaan Tata Ruang adalah suatu proses untuk Ruang. menegakkan Ketahanan Pangan.
menentukan struktur ruang dan pola ruang yang meliputi Peraturan Daerah dan Penambahan No. 28,
16. Penyelenggaraan Penataan Ruang adalah kegiatan yang
penyusunan dan penetapan rencana tata ruang. Peraturan Kepala 29, 30 karena
meliputi pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan
17.Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan pengawasan Penataan Ruang. Daerah, digunakan berulang-
struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata menyelenggarakan ulang serta untuk
ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program 17. Ruang Investasi adalah kawasan perkotaan dan/atau kawasan ketertiban umum dan memperjelas definisi
perdesaan yang diarahkan untuk pengembangan penanaman
beserta pembiayaannya. ketenteraman serta dan lingkup terkait
modal dalam rangka pertumbuhan ekonomi dan pemerataan
18.Pengendalian Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk pembangunan provinsi. penyelenggarakan irigasi berdasarkan
mewujudkan tertib tata ruang. pelindungan hasil pembahasan
19.Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata ruang. 18. Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi masyarakat.
setiap rumah tangga, yang tercermin dari tersedianya pangan dengan DPRD
20.Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat yang Provinsi Jawa Barat
yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata,
selanjutnya disebut RTRWP adalah rencana tata ruang yang dan terjangkau. Direktorat Perencanaan (Mei 2022). Definisi
bersifat umum dari wilayah provinsi, yang mengacu pada Ruang Laut, mengacu pada PP
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Rencana Tata 19. Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan Stuktur Kementerian Kelautan
Ruang dan Pola Ruang sesuai dengan RTR melalui penyusunan No. 20 Tahun 2006
Ruang Pulau/Kepulauan dan Rencana Tata Ruang Kawasan dan Perikanan: tentang Irigasi.
dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya.
Strategis Nasional. a. Kesesuaian Kegiatan
20. Pengendalian Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk Penambahan No. 33
21.Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis Pemanfaatan Ruang
mewujudkan tertib Tata Ruang. dan 34 karena
beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya Laut yang selanjutnya
digunakan berulang-
21. Kawasan adalah Wilayah yang memiliki fungsi utama lindung disingkat KKPRL
atau budi daya. ulang. Definisi
mengacu pada PP
22. Kawasan Lindung adalah Wilayah yang ditetapkan dengan
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang adalah kesesuaian No. 21 Tahun 2021
aspek fungsional. mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan. antara rencana tentang
22.Wilayah Provinsi adalah seluruh Wilayah Jawa Barat yang 23. Kawasan Budi Daya adalah Wilayah yang ditetapkan dengan kegiatan Pemanfaatan Penyelenggaraan
meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan Ruang laut dengan Penataan Ruang.
termasuk ruang di dalam bumi berdasarkan ketentuan potensi sumberdaya alam dan sumberdaya buatan. RTR dan/atau RZ. Penambahan No. 36
peraturan perundang-undangan. 24. Kawasan Kars adalah kawasan batuan karbonat berupa b. Konfirmasi karena digunakan
23.Kawasan adalah Wilayah yang memiliki fungsi utama batugamping dan dolomite yang memperlihatkan morfologi Kesesuaian Ruang berulang. Pengertian
lindung atau budidaya. kars. Laut yang selanjutnya dirumuskan
24.Kawasan Lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan disebut Konfirmasi berdasarkan
25. Kawasan Rawan Bencana adalah kawasan dengan kondisi
fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang adalah dokumen yang substansi dalam
atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis,
mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada menyatakan
Permen ATR/BPN
25.Kawasan Karst adalah kawasan batuan karbonat berupa satu Wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kesesuaian antara
No. 11 Tahun 2021
batugamping dan dolomite yang memperlihatkan morfologi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan dan rencana kegiatan
dan Permen
karst. mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk Pemanfaatan Ruang
ATR/BPN No. 14
26.Kawasan Rawan Bencana adalah kawasan dengan kondisi bahaya tertentu. laut dengan RTR
Tahun 2021.
atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, 26. Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan yang selanjutnya dan/atau RZ.
Penambahan No. 43
geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi disingkat KP2B adalah Wilayah budi daya pertanian terutama c. Persetujuan
pada satu Wilayah untuk jangka waktu tertentu yang pada Wilayah perdesaan yang memiliki hamparan lahan karena digunakan
Kesesuaian Kegiatan
mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai pertanian pangan berkelanjutan dan/atau hamparan lahan Pemanfaatan Ruang berulang-ulang dan
kesiapan dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi cadangan pertanian pangan berkelanjutan serta unsur Laut yang selanjutnya diberikan singkatan
dampak buruk bahaya tertentu. penunjangnya dengan fungsi utama untuk mendukung disebut Persetujuan dalam Pasal atau
kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan nasional. ayat selanjutnya.
27.Kawasan Budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan adalah dokumen yang
fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan 27. Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan yang selanjutnya menyatakan Definisi mengacu
potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan disingkat LP2B adalah bidang lahan pertanian yang ditetapkan kesesuaian antara pada UU No. 11
sumber daya buatan. untuk dilindungi dan dikembangkan secara konsisten guna rencana kegiatan Tahun 2020.
28.Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan yang menghasilkan pangan pokok bagi kemandirian, ketahanan, Penambahan No. 44,
Pemanfaatan Ruang
dan kedaulatan pangan nasional.
selanjutnya disingkat KP2B adalah wilayah budidaya laut dengan RTR 45, 46, 47
pertanian terutama pada wilayah perdesaan yang memiliki 28. Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan dan pembuangan dan/atau RZ. berdasarkan hasil
hamparan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan yang air irigasi untuk menunjang pertanian. pembahasan dengan
selanjutnya disingkat LP2B dan/atau hamparan Lahan 29. Daerah irigasi yang selanjutnya disingkat DI adalah kesatuan Kementerian ATR/BPN: DPRD Provinsi Jawa
Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan yang lahan yang mendapat air dari satu jaringan irigasi. a. Belum ada tanda Barat (Mei 2022)
selanjutnya disingkat LCP2B serta unsur penunjangnya 30. Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan dan bangunan titik (.) dalam definisi karena dianggap
dengan fungsi utama untuk mendukung kemandirian, pelengkapnya yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan nomor 1 dan 48. penting untuk
ketahanan, dan kedaulatan pangan nasional. untuk penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan dan b. Mohon disesuaikan didefinisikan.
29.Wilayah Pengembangan yang selanjutnya disebut WP pembuangan air irigasi. dengan usulan Definisi mengacu
adalah bagian dari kawasan budidaya, yang 31. Wilayah Pengembangan yang selanjutnya disebut WP adalah definisi berikut ini, pada PP No. 38
pengembangannya diarahkan untuk mendorong bagian dari Kawasan Budi Daya, yang pengembangannya sehingga di batang Tahun 2011 tentang
pertumbuhan dalam segala aspek pengembangan Wilayah diarahkan untuk mendorong pertumbuhan dalam segala aspek tubuh dapat Sungai dan UU No.
untuk mendorong pertumbuhan Wilayah. pengembangan Wilayah untuk mendorong pertumbuhan disingkat menjadi 17 Tahun 2019
30.Kawasan Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup Wilayah. KKPR:
tentang Sumber
di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan 32. Kawasan Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di Kesesuaian Kegiatan
Daya Air.
maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan luar Kawasan Lindung, baik berupa kawasan perkotaan Pemanfaatan Ruang
Penambahan No. 52,
maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat yang selanjutnya
tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang 54, 55 karena
mendukung perikehidupan dan penghidupan. digunakan berulang-
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan 33. Kawasan Perkotaan adalah Wilayah yang mempunyai kegiatan disingkat KKPR ulang. Definisi
yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. utama bukan pertanian, dengan susunan fungsi kawasan adalah kesesuaian mengacu pada
31. Kawasan peruntukan industri (KPI) adalah bentangan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan antara rencana Permen KP No. 28
distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan
lahan yang diperuntukkan bagi kegiatan industri kegiatan Tahun 2021 tentang
kegiatan ekonomi.
berdasarkan RTRW yang ditetapkan sesuai dengan Pemanfaatan Ruang Penyelenggaraan
ketentuan peraturan perundang-undangan. 34. Kawasan Perdesaan adalah Wilayah yang mempunyai kegiatan dengan RTR. Penataan Ruang
Kawasan Strategis Nasional yang selanjutnya disebut KSN utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam
32. c. Pada angka 42, Laut.
dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
adalah Wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan ketentuan Penambahan No. 60
perdesaan, pelayanan jasa, pelayanan sosial, dan kegiatan
karena mempunyai pengaruh sangat penting secara ekonomi. pengendalian diubah berdasarkan
nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan menjadi arahan pembahasan dengan
35. Kawasan Peruntukan Industri yang selanjutnya disingkat KPI
keamanan negara, ekonomi, sosial budaya, dan/atau pengendalian. DPRD Provinsi Jawa
adalah bentangan lahan yang diperuntukkan bagi kegiatan
lingkungan, termasuk Wilayah yang ditetapkan sebagai industri berdasarkan RTRW Provinsi yang ditetapkan sesuai Barat (Mei 2022).
warisan dunia. dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Tanggapan:
33. Kawasan Strategis Provinsi adalah wilayah yang penataan Definisi dalam klausul
36. Zona Tunda adalah kawasan hutan yang belum disepakati
ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh peruntukannya pada saat penetapan peraturan daerah, Ketentuan Umum telah
sangat penting dalam lingkup provinsi terhadap ekonomi, dimana mekanisme penetapannya mengacu pada ketentuan disesuaikan dan
sosial, budaya, dan/atau lingkungan serta merupakan perundang-undangan. ditambahkan sesuai
bagian tidak terpisahkan dari rencana tata ruang wilayah 37. Kawasan Strategis Nasional yang selanjutnya disebut KSN masukan Kementerian
provinsi. adalah Wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena Dalam Negeri,
34. Kawasan Pertahanan Keamanan adalah Kawasan yang mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap Kementerian Kelautan
dikembangkan untuk menjamin kegiatan dan kedaulatan negara, pertahanan keamanan negara, ekonomi, dan Perikanan, dan
pengembangan bidang pertahanan dan keamanan seperti sosial budaya, dan/atau lingkungan, termasuk Wilayah yang Kementerian ATR/BPN.
instalasi pertahanan dan keamanan, termasuk tempat ditetapkan sebagai warisan dunia.
latihan, kodam, korem, koramil, dan sebagainya. 38. Kawasan Strategis Provinsi yang selanjutnya disebut KSP
35. Pusat Kegiatan Nasional yang selanjutnya disebut PKN adalah Wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena
adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup provinsi
terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, serta
kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa
merupakan bagian tidak terpisahkan dari RTRW Provinsi.
provinsi.
36. Pusat Kegiatan Wilayah yang selanjutnya disebut PKW 39. Kawasan Pertahanan Keamanan adalah kawasan yang
ditetapkan dengan fungsi utama untuk kepentingan kegiatan
adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani
pertahanan dan keamanan.
kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota.
37. Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disebut PKL adalah 40. Pusat Kegiatan Nasional yang selanjutnya disingkat PKN
adalah Kawasan Perkotaan yang berfungsi untuk melayani
kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani
kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi.
kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan.
38. Wilayah Pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem 41. Pusat Kegiatan Wilayah yang selanjutnya disingkat PKW
adalah Kawasan Perkotaan yang berfungsi untuk melayani
darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat
kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota.
dan laut.
39. Pulau kecil adalah pulau dengan luas lebih kecil atau sama 42. Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disingkat PKL adalah
dengan 2.000 km2 (dua ribu kilometer persegi) beserta Kawasan Perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan
skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan.
kesatuan ekosistemnya.
40. Ekosistem adalah kesatuan komunitas tumbuhan- 43. Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disingkat RTH adalah
tumbuhan, hewan, organisme dan non organisme lain serta area memanjang/jalur dan/atau mengelompok yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh
tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
proses yang menghubungkannya dalam membentuk sengaja ditanam, dengan mempertimbangkan aspek fungsi
keseimbangan, stabilitas dan produktivitas. ekologis, resapan air, ekonomi, sosial budaya, dan estetika.
41. Perairan Pesisir adalah laut yang berbatasan dengan 44. Sungai adalah alur atau wadah air alami dan/atau buatan
daratan merliputi perairan sejauh 12 (dua belas) mil laut berupa jaringan pengaliran air beserta air di dalamnya, mulai
diukur dari garis pantai, perairan yang menghubungkan dari hulu sampai muara, dengan dibatasi kanan dan kiri oleh
pantai dan pulau-pulau, estuari, teluk, perairan dangkal, garis sempadan.
rawa payau dan laguna. 45. Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disingkat DAS adalah
42. Arahan Zonasi adalah pedoman yang mengatur tentang suatu Wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan
persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan sungai dan anak sungainya, yang berfungsi menampung,
pengendaliannya dan disusun untuk setiap blok/zona menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan
ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat
peruntukan yang penetapan zonanya dalam perencanaan
merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai
rinci tata ruang. dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas
43. Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang adalah daratan.
kesesuaian antara rencana kegiatan Pemanfaatan Ruang
46. Wilayah Sungai yang selanjutnya disingkat WS adakah
dengan RTR. kesatuan Wilayah pengelolaan sumber daya air dalam satu
44. Konfirmasi Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang atau lebih daerah aliran sungai dan/atau pulau kecil yang
adalah dokumen yang menyatakan kesesuaian antara luasnya kurang dari atau sama dengan 2.000 km 2 (dua ribu
rencana kegiatan Pemanfaatan Ruang dengan RDTR. kilometer persegi).
45. Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang 47. Cekungan Air Tanah yang selanjutnya disingkat CAT adalah
adalah dokumen yang menyatakan kesesuaian antara suatu Wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat
rencana kegiatan Pemanfaatan Ruang dengan RTR selain semua kejadian hidrogeologis seperti proses pengimbuhan,
RDTR. pengaliran dan pelepasan air tanah berlangsung.
46. Rekomendasi Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang 48. Pulau Kecil adalah pulau dengan luas lebih kecil atau sama
adalah dokumen yang menyatakan kesesuaian rencana dengan 2.000 km2 (dua ribu kilometer persegi) beserta
kegiatan Pemanfaatan Ruang yang didasarkan pada kesatuan Ekosistemnya.
kebijakan nasional yang bersifat strategis dan belum diatur 49. Ekosistem adalah kesatuan komunitas tumbuhan-tumbuhan,
dalam RTR dengan mempertimbangkan asas dan tujuan hewan, organisme dan non organisme lain serta proses yang
Penyelenggaraan Penataan Ruang. menghubungkannya dalam membentuk keseimbangan,
47. Insentif adalah perangkat atau upaya untuk memberikan stabilitas dan produktivitas.
rangsangan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan 50. Perairan Pesisir adalah laut yang berbatasan dengan daratan
dengan rencana tata ruang. merliputi perairan sejauh 12 (dua belas) mil laut diukur dari
48. Disinsentif adalah perangkat untuk mencegah, membatasi garis pantai, perairan yang menghubungkan pantai dan pulau,
estuari, teluk, perairan dangkal, rawa payau dan laguna.
pertumbuhan, atau mengurangi pelaksanaan kegiatan yang
tidak sejalan dengan rencana tata ruang 51. Arahan Zonasi adalah pedoman yang mengatur tentang
49. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok orang persyaratan Pemanfaatan Ruang dan ketentuan
pengendaliannya dan disusun untuk setiap blok/zona
termasuk masyarakat hukum adat, korporasi, dan/atau
peruntukan yang penetapan zonanya dalam perencanaan rinci
pemangku kepentingan nonpemerintah lain dalam Tata Ruang.
penyelenggaraan penataan ruang.
52. Rencana Zonasi yang selanjutnya disingkat RZ adalah rencana
50. Peran Masyarakat adalah partisipasi aktif masyarakat
yang menentukan arah pengunaan sumber daya tiap satuan
dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang,
perencanaan disertai dengan penetapan Struktur Ruang dan
dan pengendalian pemanfaatan ruang. Pola Ruang pada Kawasan perencanaan yang memuat kegiatan
51. Forum Penataan Ruang adalah wadah di tingkat pusat dan yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan serta kegiatan
daerah yang bertuhas untuk membantu Pemerintah Pusat yang hanya dapat dilakukan setelah memperoleh Persetujuan
Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut, Konfirmasi
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
dan Pemerintah Daerah dengan memberikan pertimbangan Kesesuaian Ruang Laut, dan perizinan berusaha terkait
dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang. pemanfaatan di laut.
52.Satuan Polisi Pamong Praja adalah Perangkat Daerah yang 53. Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang yang selanjutnya
dibentuk untuk menegakkan Peraturan Kepala Daerah, disingkat KKPR adalah kesesuaian antara rencana kegiatan
menyelenggarakan ketertiban umum dan ketentraman Pemanfaatan Ruang dengan RTR.
serta menyelenggarakan perlindungan masyarakat. 54. Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut yang
selanjutnya disingkat KKPRL adalah kesesuaian antara
rencana kegiatan Pemanfaatan Ruang laut dengan RTR
dan/atau RZ.
55. Konfirmasi Kesesuaian Ruang Laut yang selanjutnya disebut
Konfirmasi adalah dokumen yang menyatakan kesesuaian
antara rencana kegiatan Pemanfaatan Ruang laut dengan RTR
dan/atau RZ.
56. Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut
yang selanjutnya disebut Persetujuan adalah dokumen yang
menyatakan kesesuaian antara rencana kegiatan Pemanfaatan
Ruang laut dengan RTR dan/atau RZ.
57. Insentif adalah perangkat atau upaya untuk memberikan
rangsangan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan
dengan RTR.
58. Disinsentif adalah perangkat untuk mencegah, membatasi
pertumbuhan, atau mengurangi pelaksanaan kegiatan yang
tidak sejalan dengan RTR.
59. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok orang
termasuk masyarakat hukum adat, korporasi, dan/atau
pemangku kepentingan nonpemerintah lain dalam
Penyelenggaraan Penataan Ruang.
60. Orang adalah orang perseorangan dan/atau korporasi.
61. Forum Penataan Ruang adalah wadah di tingkat pusat dan
daerah yang bertugas untuk membantu Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah dengan memberikan pertimbangan dalam
Penyelenggaraan Penataan Ruang.
62. Satuan Polisi Pamong Praja adalah perangkat daerah yang
dibentuk untuk menegakkan Peraturan Daerah dan Peraturan
Kepala Daerah, menyelenggarakan ketertiban umum dan
ketentraman serta penyelenggaraan pelindungan masyarakat.
BAB II
RUANG LINGKUP
Bagian Kesatu Bagian Kedua
Ruang Lingkup Wilayah Ruang Lingkup
Perencanaan
Pasal 2
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
Pasal 2 (1) Lingkup wilayah RTRW Provinsi meliputi batas yang Direktorat Tata Ruang Penyesuaian ayat
(1) Lingkup wilayah RTRWP meliputi batas yang ditentukan ditentukan berdasarkan aspek administratif, mencakup: dan Penanggulangan (1) huruf a,
berdasarkan aspek administratif, mencakup : a. Wilayah dengan luas kurang lebih 5.349.606 Ha (lima juta Bencana, penambahan
a. Wilayah dengan luas kurang lebih 5.328.511 (lima juta tiga tiga ratus empat puluh sembilan ribu enam ratus enam Bappenas: angka 1 dan 2
ratus dua puluh delapan ribu lima ratus sebelas) hektar hektar) mencakup: Luas wilayah Penyesuaian ayat
mencakup wilayah darat termasuk pulau-pulau kecil dan 1. Wilayah darat termasuk Pulau Kecil, dengan luas kurang administrasi (3) huruf a dan d
wilayah laut; lebih 3.694.485 ha (tiga juta enam ratus sembilan puluh perencanaan dalam Ayat (5) dan (6)
b. Wilayah udara; dan empat ribu empat ratus delapan puluh lima hektar); batang tubuh masih disatukan
c. Wilayah dalam bumi. 2. Wilayah laut sejauh 12 mil laut diukur dari garis pantai, bersifat indikatif dan menjadi ayat (5)
(2) Batas wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan luas kurang lebih 1.655.121 ha (satu juta enam dijelaskan dengan frasa Penambahan ayat
secara geografis terletak pada 106° 22’ 13” BT - 108° 50’ ratus lima puluh lima ribu seratus dua puluh satu “kurang lebih”, (6) baru
1,4” BT , dan 5° 54’ 49,58” LS – 7° 49’ 15,52” LS. hektar); mengingat RTRW Penyesuaian ayat
(3) Batas-batas wilayah Daerah terdiri atas : b. Wilayah udara; dan merupakan dokumen 1 huruf a angka 2
a. Sebelah utara, berbatasan dengan Provinsi Daerah Khusus c. Wilayah dalam bumi. hukum yang menjadi dengan pasal 3
Ibukota (DKI) Jakarta dan Laut Jawa; (2) Batas Wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) acuan pembangunan ayat 1 huruf b
b. Sebelah timur, berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah; secara geografis terletak pada 106° 22’ 13” BT - 108° 50’ spasial maka luas batang tubuh
c. Sebelah selatan, berbatasan dengan Samudera Hindia; dan 1,4” BT , dan 5° 54’ 49,58” LS – 7° 49’ 15,52” LS. wilayah perencanaan RZWP3K
d. Sebelah barat, berbatasan dengan Provinsi Banten. (3) Batas-batas Wilayah Daerah Provinsi terdiri atas: harus ditetapkan secara
a. sebelah utara, berbatasan dengan Laut Jawa; definitif mengacu pada
(4) Pulau-pulau kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a terletak di wilayah Kabupaten Pangandaran, Kabupaten b. sebelah timur, berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah; ketetapan Peraturan
Garut, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Indramayu dan c. sebelah selatan, berbatasan dengan Samudera Hindia; dan Menteri Dalam Negeri.
Kabupaten Sukabumi. d. sebelah barat, berbatasan dengan Provinsi Daerah Khusus
(5) Dalam rangka pengembangan wilayah guna meningkatkan Ibukota Jakarta dan Provinsi Banten. Tanggapan:
efektivitas pengelolaan pembangunan dan mengurangi (4) Pulau Kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a Dibutuhkan penggunaan
kesenjangan pembangunan antarwilayah, dibagi menjadi terletak di Wilayah Daerah Kabupaten Pangandaran, frasa “kurang lebih”
enam wilayah pengembangan yang selanjutnya disebut WP. Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten karena terdapat
(6) Pembagian WP sebagaimana dimaksud pada ayat (5) terdiri Indramayu dan Kabupaten Sukabumi. perbedaan proyeksi
atas: (5) Untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan pembangunan dalam penentuan batas
a. WP Bodebekpunjur sebagai pengembangan kawasan dan mengurangi kesenjangan pembangunan antarwilayah, wilayah dan belum
perkotaan di wilayah Jawa Barat dengan kesetaraan fungsi dilakukan pengembangan Wilayah dengan membagi ke dalam adanya penetapan batas
dan peran kawasan di KSN Jabodetabekpunjur serta 6 (enam) WP, yaitu: wilayah laut dari
antisipatif terhadap perkembangan pembangunan wilayah a. WP Bodebekpunjur, sebagai pengembangan Kawasan Kementerian Dalam
perbatasan, meliputi Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Perkotaan di Wilayah Daerah Provinsi dengan kesetaraan Negeri.
Bekasi, Kabupaten Bekasi, Kota Depok dan sebagian fungsi dan peran Kawasan di KSN Jabodetabekpunjur serta
wilayah di Kabupaten Cianjur; antisipatif terhadap perkembangan pembangunan Wilayah Penyesuaian pada ayat
b. WP Purwasuka sebagai penjabaran dari Kawasan Andalan perbatasan, meliputi Daerah Kota Bogor, Kabupaten Bogor, (1) dan (3) serta
Purwasuka, meliputi Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, Kota Depok dan sebagian penambahan ayat (6)
Subang, dan Kabupaten Karawang; Wilayah di Kabupaten Cianjur; berdasarkan hasil
c. WP Ciayumajakuning sebagai penjabaran dari Kawasan b. WP Purwasuka, sebagai penjabaran dari kawasan andalan pembahasan dengan
Andalan Ciayumajakuning yang antisipatif terhadap Purwasuka, meliputi Daerah Kabupaten Purwakarta, DPRD Provinsi Jawa
perkembangan pembangunan wilayah perbatasan, meliputi Kabupaten Subang, dan Kabupaten Karawang; Barat
Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon, Kabupaten Indramayu, c. WP Ciayumajakuning, sebagai penjabaran dari kawasan
andalan Ciayumajakuning yang antisipatif terhadap
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
Kabupaten Majalengka, Kabupaten Kuningan, dan sebagian perkembangan pembangunan Wilayah perbatasan,
wilayah di Kabupaten Sumedang; meliputi Daerah Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon,
d. WP Priangan Timur-Pangandaran sebagai penjabaran dari Kabupaten Indramayu, Kabupaten Majalengka, Kabupaten
Kawasan Andalan Priangan Timur-Pangandaran dengan Kuningan, dan sebagian Wilayah di Kabupaten Sumedang;
kesetaraan fungsi dan peran kawasan di KSN Pacangsanak d. WP Priangan Timur-Pangandaran, sebagai penjabaran dari
yaitu Pangandaran-Kalipucang-Segara Anakan yang kawasan andalan Priangan Timur-Pangandaran dengan
antisipatif terhadap perkembangan pembangunan wilayah kesetaraan fungsi dan peran Kawasan di KSN Pacangsanak
perbatasan, meliputi Kabupaten Garut, Kabupaten yaitu Pangandaran-Kalipucang-Segara Anakan yang
Tasikmalaya, Kota Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, Kota antisipatif terhadap perkembangan pembangunan Wilayah
Banjar dan Kabupaten Pangandaran; perbatasan, meliputi Daerah Kabupaten Garut, Kabupaten
e. WP Sukabumi dan sekitarnya sebagai penjabaran dari Tasikmalaya, Kota Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, Kota
Kawasan Andalan Sukabumi yang antisipatif terhadap Banjar dan Kabupaten Pangandaran;
perkembangan pembangunan wilayah perbatasan, meliputi e. WP Sukabumi dan sekitarnya, sebagai penjabaran dari
Kota Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, dan sebagian kawasan andalan Sukabumi yang antisipatif terhadap
wilayah di Kabupaten Cianjur; dan perkembangan pembangunan Wilayah perbatasan,
f. WP Cekungan Bandung, meliputi Kota Bandung, Kabupaten meliputi Daerah Kota Sukabumi, Kabupaten Sukabumi,
Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi dan dan sebagian wilayah di Kabupaten Cianjur; dan
sebagian wilayah di Kabupaten Sumedang. f. WP Cekungan Bandung, meliputi Daerah Kota Bandung,
(7) Wilayah perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota
nama-nama pulau kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (4) Cimahi dan sebagian wilayah di Kabupaten Sumedang.
dan pembagian WP sebagaimana dimaksud pada ayat (6) (6) Dalam hal terdapat penetapan daerah otonomi baru,
tercantum dalam Lampiran I, yang merupakan bagian tidak pembagian WP mengikuti daerah induknya sebagaimana
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini. dimaksud pada ayat (5).
(7) Peta Wilayah Daerah Provinsi, nama Pulau-Pulau Kecil, dan
arahan pembagian WP, sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ayat (4), dan ayat (5), tercantum dalam Lampiran I yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah
ini.
Pasal 4 Pasal 4
(1) Penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan tata ruang (1) Penataan Ruang Daerah Provinsi bertujuan untuk mewujudkan
wilayah yang efisien, berkelanjutan dan berdayasaing menuju Tata Ruang Wilayah Daerah Provinsi yang efisien, Penyesuaian pada Penyesuaian pada
Provinsi Jawa Barat Termaju di Indonesia. berkelanjutan, dan berdaya saing menuju Provinsi Jawa Barat ayat (2) berdasarkan ayat (2) huruf a dan
Termaju di Indonesia. hasil pembahasan c, penambahan ayat
(2) Untuk mencapai tujuan sebagaimana pada ayat (1) maka
ditetapkan sasaran penataan ruang Daerah yang meliputi: (2) Dalam rangka mencapai tujuan sebagaimana dimaksud pada dengan DPRD (2) huruf b dan d
a. tercapainya ruang berfungsi lindung di wilayah Jawa ayat (1), ditetapkan sasaran sebagai berikut: Provinsi Jawa Barat
Barat dan tersedianya ruang untuk Ketahanan Pangan; a. tercapainya ruang berfungsi lindung seluas 45% (empat
dan pembahasan
b. terwujudnya ruang investasi melalui dukungan puluh lima persen) dari Wilayah Daerah Provinsi dengan dengan Dit. Binda I
infrastruktur strategis; target pencapaian pada tahun 2042; Kementerian
b. tersedianya ruang untuk Ketahanan Pangan; ATR/BPN (Juni
c. terwujudnya ruang untuk kawasan perkotaan dan
c. terwujudnya Ruang Investasi melalui dukungan 2022)
perdesaan dalam sistem wilayah yang terintegrasi dan
infrastruktur strategis;
terlaksananya prinsip mitigasi dalam penataan ruang. d. terwujudnya ruang untuk Kawasan Perkotaan dan Kawasan
Perdesaan dalam sistem Wilayah yang terintegrasi; dan
e. terlaksananya prinsip mitigasi dalam Penataan Ruang.
Pasal 5 Pasal 5
Kebijakan penataan ruang, meliputi:
a. pengembangan wilayah melalui keterkaitan fungsional Kebijakan Penataan Ruang Daerah Provinsi, meliputi:
antar WP dengan ketetapan kawasan yang dikendalikan a. pengembangan Wilayah melalui keterkaitan fungsional antar
perkembangannya, kawasan yang didorong WP dengan ketetapan Kawasan yang dikendalikan Penyesuaian pada Penyesuaian pada
perkembangannya, kawasan yang dibatasi perkembangannya, perkembangannya, Kawasan yang didorong perkembangannya, huruf c dan e huruf c dan e
dan kawasan yang ditingkatkan perkembangannya; Kawasan yang dibatasi perkembangannya, dan Kawasan yang berdasarkan hasil
ditingkatkan perkembangannya; pembahasan dengan
b. pemantapan peran perkotaan sesuai fungsi yang telah
ditetapkan, yaitu PKN, PKW, dan PKL; b. pemantapan peran perkotaan di Daerah Provinsi sesuai fungsi DPRD Provinsi Jawa
c. penataan dan pengembangan infrastruktur wilayah yang yang telah ditetapkan, meliputi PKN, PKW, dan PKL; Barat dan
dapat menjadi pengarah, pembentuk, pengikat, pengendali c. penataan dan pengembangan infrastruktur Wilayah yang dapat pembahasan dengan
dan pendorong pengembangan Wilayah untuk mewujudkan menjadi pengarah, pembentuk, pengikat, pengendali dan Dit. Binda I
sistem kota di Daerah; pendorong pengembangan Wilayah serta mendukung sistem Kementerian
logistik nasional untuk mewujudkan sistem kota di Daerah ATR/BPN (Juni
d. perlindungan dan peningkatan kualitas kawasan
Provinsi; 2022)
berfungsi lindung;
d. perlindungan dan peningkatan kualitas Kawasan berfungsi
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
e. pengamanan KP2B dan peningkatan produktivitas pertanian, lindung;.
guna menjaga Ketahanan Pangan Daerah dan nasional; e. pengamanan lahan sawah serta peningkatan produktivitas
f. pengelolaan wilayah pesisir, laut dan pulau kecil dengan pertanian, guna menjaga Ketahanan Pangan Daerah Provinsi
pendekatan keterpaduan ekosistem, sumber daya dan dan nasional;
kegiatan pembangunan berkelanjutan; f. pengelolaan Wilayah Pesisir, laut, dan Pulau Kecil dengan
g. optimalisasi potensi lahan budidaya dan sumber daya alam pendekatan keterpaduan Ekosistem, sumber daya dan kegiatan
guna mendorong pertumbuhan sosial ekonomi di wilayah pembangunan berkelanjutan;
yang belum berkembang karena keterbatasan daya dukung g. optimalisasi potensi lahan budi daya dan sumber daya alam
dan daya tampung lingkungan; dan guna mendorong pertumbuhan sosial ekonomi di Wilayah yang
h. pengamanan kepentingan pertahanan dan keamanan negara belum berkembang karena keterbatasan daya dukung dan daya
sesuai dengan rencana tata ruang pertahanan dan keamanan. tampung lingkungan; dan
h. pengamanan kepentingan pertahanan dan keamanan negara
sesuai dengan RTR pertahanan dan keamanan.
Hasil pembahasan
dengan Dit. Binda I
Kementerian ATR/BPN
(Juni 2022): pusat
pertumbuhan kelautan
diintegrasikan dengan
sistem pusat
permukiman,
nomenklatur pada ayat
(5) disesuaikan
Pasal 9 Pasal 9
Sistem jaringan transportasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal (1) Sistem jaringan transportasi sebagaimana dimaksud dalam Penambahan ayat (2)
7 ayat (1) huruf b, terdiri atas: Pasal 7 ayat (1) huruf b, terdiri atas:
a. Sistem jaringan jalan; a. sistem jaringan jalan;
b. Sistem jaringan kereta api; b. sistem jaringan kereta api;
c. Sistem jaringan sungai, danau, dan penyeberangan; c. sistem jaringan sungai, danau, dan penyeberangan;
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
d. Sistem jaringan transportasi laut; dan d. sistem jaringan transportasi laut; dan
e. Bandar udara umum dan Bandar udara khusus. e. bandar udara umum dan bandar udara khusus.
Paragraf 1 Paragraf 1
Umum Umum
Pasal 15 Pasal 16
Sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 (1) Sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
Penambahan ayat (2) Penambahan ayat (2)
huruf c, terdiri atas: huruf c, terdiri atas:
a. Jaringan Infrastruktur Minyak dan Gas Bumi; dan a. jaringan infrastruktur minyak dan gas bumi; dan
b. Jaringan Infrastruktur Ketenagalistrikan. b. jaringan infrastruktur ketenagalistrikan.
(2) Rencana sistem jaringan energi digambarkan dalam peta
dengan ketelitian geometri dan ketelitian detail informasi
skala 1:250.000 (satu banding dua ratus lima puluh ribu)
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II.3 yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Paragraf 2 Paragraf 2
Jaringan Infrastruktur Minyak dan Gas Bumi Jaringan Infrastruktur Minyak dan Gas Bumi
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
Pasal 16 Pasal 17
(1) Jaringan infrastruktur minyak dan gas bumi sebagaimana (1) Jaringan infrastruktur minyak dan gas bumi sebagaimana Direktorat Tata Ruang Penambahan ayat (1)
dimaksud dalam Pasal 15 huruf a meliputi: dimaksud dalam Pasal 16 huruf a meliputi: dan Penanggulangan huruf c dan ayat (3)
a. Infrastruktur minyak dan gas bumi; dan a. infrastruktur minyak dan gas bumi; dan Bencana, huruf d
b. Jaringan minyak dan gas bumi. b. jaringan minyak dan gas bumi; Bappenas:
(2) Infrastruktur Minyak dan Gas Bumi sebagaimana dimaksud (2) Infrastruktur minyak dan gas bumi sebagaimana dimaksud Dalam Peraturan
pada ayat (1) huruf a adalah kilang minyak di Kabupaten pada ayat (1) huruf a adalah kilang minyak di Daerah Presiden Nomor 109
Indramayu; Kabupaten Indramayu; Tahun 2020 tentang
(3) Jaringan minyak dan gas bumi sebagaimana dimaksud pada (3) Jaringan minyak dan gas bumi sebagaimana dimaksud pada Percepatan Pelaksanaan
ayat (1) huruf a terdiri atas: ayat (1) huruf b terdiri atas: PSN, terdapat arahan
a. Jaringan minyak dan gas bumi di Kabupaten Bekasi, Kota a. jaringan minyak dan gas bumi di Daerah Kabupaten pada Provinsi Jawa Barat
Bekasi, Kabupaten Karawang, Kabupaten Subang, Bekasi, Kota Bekasi, Kabupaten Karawang, Kabupaten sebagai berikut:
Kabupaten Indramayu, Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon, Subang, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Cirebon, Kota Pembangunan Transmisi
dan Kabupaten Majalengka; Cirebon, dan Kabupaten Majalengka; Pipa Gas (Ruas Cirebon –
b. Jaringan pipa gas dan pipa bawah laut untuk minyak dan b. jaringan pipa gas dan pipa bawah laut untuk minyak dan Semarang)
gas bumi di Kabupaten Indramayu, Kota Cirebon; gas bumi di Daerah Kabupaten Indramayu, Kota Cirebon;
Kabupaten Cirebon, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Kabupaten Cirebon, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Tanggapan:
Karawang, Kabupaten Bekasi, dan Kabupaten Subang; dan Karawang, Kabupaten Bekasi, dan Kabupaten Subang; Telah diakomodasi pada
c. Jaringan pipa gas di permukaan laut (FSRU) di Kabupaten c. jaringan pipa gas di permukaan laut (FSRU) di Daerah Ayat (3) huruf b.
Karawang. Kabupaten Karawang; dan
d. jaringan gas perkotaan di Daerah Kabupaten Cirebon, Penambahan ayat (1)
Kabupaten Karawang, Kabupaten Subang, Kota Cirebon, huruf c dan muatan
Kabupaten Indramayu, Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, jaringan gas perkotaan
Kota Bogor, Kota Depok, Kota Bandung, Kabupaten berdasarkan hasil
Bandung, Kabupaten Bandung Barat dan Kota Cimahi. pembahasan dengan
DPRD Provinsi Jawa
Barat (Mei 2022)
Pasal 17 Pasal 18
(1) Jaringan infrastruktur ketenagalistrikan sebagaimana (1) Jaringan infrastruktur ketenagalistrikan sebagaimana
Hasil pembahasan penyesuaian ayat (2)
dimaksud dalam Pasal 15 huruf b terdiri atas: dimaksud dalam Pasal 16 huruf b terdiri atas:
dengan DPRD Provinsi huruf a, b, c, e, g,
a. Infrastruktur Pembangkitan Tenaga Listrik dan Sarana a. infrastruktur pembangkitan tenaga listrik dan sarana
Jawa Barat (Mei 2022): dan h
Pendukung; dan pendukung; dan
penyesuaian ayat (2) penghapusan ayat
b. Jaringan Infrastruktur Penyaluran Tenaga Listrik dan b. jaringan infrastruktur penyaluran tenaga listrik dan sarana
huruf a, b, c, e, g, dan (2) huruf j
Sarana Pendukung. pendukung.
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
(2) Infrastruktur Pembangkitan Tenaga Listrik dan Sarana (2) Infrastruktur pembangkitan tenaga listrik dan sarana h penyesuaian
Pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a penghapusan ayat (2) penulisan jaringan
terdiri atas: terdiri atas: huruf j distribusi tenaga
a. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di WP a. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Waduk listrik
Bodebekpunjur, WP Purwasuka, WP Cekungan Bandung, Jatiluhur, Waduk Cirata, Waduk Saguling, Waduk Jatigede, Pembahasan dengan Dit.
WP Ciayumajakuning, WP Sukabumi dan sekitarnya, dan dan PLTS atap di Kawasan industri yang tersebar di Binda I Kementerian
WP Priatim-Pangandaran; kabupaten/kota; ATR/BPN (Juni 2022):
b. Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTM) di b. Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di Daerah PLTM dan PLTSa
Kabupaten Cianjur, Kabupaten Garut, Kabupaten Bandung Kabupaten Sukabumi (PLTB Ciemas) dan Kabupaten Garut masuk ke pembangkit
Barat, Kabupaten Bogor, Kabupaten Pangandaran, (PLTB Pameungpeuk); listrik lainnya.
Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Subang, dan Kabupaten c. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) di Daerah Gardu listrik tidak
Tasikmalaya; Kabupaten Bandung, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten diklasifikasikan per
c. Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di Kabupaten Sumedang, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Subang, kilo volt.
Sukabumi dan Kabupaten Garut; Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Cianjur, Kabupaten
d. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) di Kabupaten Garut, Kabupaten Majalengka, dan Kabupaten Bogor;
Bandung, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Sumedang, d. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Daerah
Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Subang, Kabupaten Kabupaten Indramayu yaitu Sukra dan Balongan,
Purwakarta, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Garut, Kabupaten Cirebon yaitu Mundu, Astanajapura, dan
Kabupaten Majalengka, dan Kabupaten Bogor; Pangenan, dan Kabupaten Sukabumi yaitu Palabuhanratu
e. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Kabupaten dan Simpenan;
Bandung, Kabupaten Indramayu yaitu Sukra dan e. Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) di Daerah
Balongan, Kabupaten Cirebon yaitu Mundu, Astanajapura, Kabupaten Bekasi;
dan Pangenan, dan Kabupaten Sukabumi yaitu f. Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) di Daerah
Palabuhanratu dan Simpenan; Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Karawang;
f. Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) di Kabupaten Bekasi; g. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Daerah Kabupaten
g. Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) di Bandung, Kabupaten Bogor, Kabupaten Ciamis, Kabupaten
Kabupaten Bekasi; Sumedang, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Subang,
h. Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) di Cirebon Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Bandung Barat,
Raya, Kota Bandung, Kota Bekasi, dan Kabupaten Kabupaten Cianjur, dan Kabupaten Sukabumi;
Bandung; h. pembangkit listrik lainnya, yaitu:
i. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Kabupaten 1. Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) di Daerah
Bandung, Kabupaten Bogor, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Kabupaten Cianjur, Kabupaten Garut, Kabupaten
Sumedang, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Subang, Bandung Barat, Kabupaten Bogor, Kabupaten
Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Bandung Barat, Pangandaran, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Subang,
Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sukabumi; dan Kabupaten Tasikmalaya;
j. Pengembangan sumber energi terbaharukan di seluruh 2. Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) di Daerah
kabupaten/kota; dan Kota Bandung, Kota Bekasi, dan Kabupaten Bandung;
k. Pembangkit listrik lainnya sesuai dengan peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku. 3. pembangkit listrik lainnya sesuai dengan peraturan
(3) Jaringan Infrastruktur Penyaluran Tenaga Listrik dan Sarana perundang-undangan yang berlaku.
Pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b (3) Jaringan infrastruktur penyaluran tenaga listrik dan sarana
terdiri atas: pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
a. Jaringan Transmisi Tenaga Listrik Antarsistem meliputi: terdiri atas:
a. jaringan transmisi tenaga listrik antarsistem meliputi:
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
1. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) di seluruh 1. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) di seluruh
kabupaten/kota; kabupaten/kota;
2. Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) di 2. Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) di
seluruh kabupaten/kota; dan seluruh kabupaten/kota; dan
3. Jaringan transmisi tenaga listrik lainnya sesuai dengan 3. Jaringan transmisi tenaga listrik lainnya sesuai
perundang-undangan yang berlaku. ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Jaringan Distribusi Tenaga Listrik meliputi: b. Jaringan distribusi tenaga listrik meliputi:
1. Gardu listrik 70 KV di Kabupaten Bandung, Kota 1. gardu listrik di seluruh kabupaten/kota; dan
Bekasi, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Bogor, 2. jaringan distribusi tenaga listrik lainnya sesuai dengan
Kabupaten Cianjur, Kabupaten Garut, Kabupaten peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Indramayu, Kabupaten Kuningan, Kabupaten
Pangandaran, Kabupaten Karawang, Kota Bandung,
Kota Bogor, Kota Cirebon, Kota Depok, Kota Sukabumi,
Kabupaten Cirebon, Kabupaten Majalengka,
Kabupaten Subang, Kabupaten Sukabumi, dan
Kabupaten Sumedang;
2. Gardu listrik 150 KV di Kabupaten Bandung,
Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Bekasi,
Kabupaten Bogor, Kabupaten Ciamis, Kabupaten
Cianjur, Kota Cimahi, Kabupaten Garut, Kabupaten
Indramayu, Kabupaten Karawang, Kota Bandung, Kota
Banjar, Kota Bekasi, Kota Bogor, Kota Cirebon, Kota
Depok, Kota Sukabumi, Kota Tasikmalaya, Kabupaten
Kuningan, Kabupaten Purwakarta Kabupaten Subang,
Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Sumedang, dan
Kabupaten Tasikmalaya;
3. Gardu listrik 500 KV di Kabupaten Purwakarta,
Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat,
Kabupaten Bogor, Kota Depok, Kota Bekasi, Kabupaten
Bekasi, Kota Tasikmalaya, Kabupaten Kuningan, dan
Kabupaten Sumedang; dan
4. Jaringan distribusi tenaga listrik lainnya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Bagian Kelima Bagian Kelima Penyesuaian ayat
Sistem Jaringan Telekomunikasi Sistem Jaringan Telekomunikasi (1), (2), dan (3)
Penambahan ayat
Pasal 18 Pasal 19 (4)
(1) Sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam (1) Sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Hasil pembahasan Nomenklatur
Pasal 7 huruf d terdiri atas: Pasal 7 huruf d terdiri atas: dengan DPRD Provinsi disesuaikan dengan
a. Jaringan tetap; dan a. jaringan bergerak; dan Jawa Barat: Permen ATR/BPN
b. Jaringan bergerak. b. jaringan tetap. Penyesuaian ayat (1), 11 dan Permen
(2) Jaringan tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a (2) Jaringan bergerak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf (2), dan (3) ATR/BPN 14 tahun
berupa jaringan kabel yang meliputi: a berupa jaringan seluler dan satelit yang meliputi: Penambahan ayat (4) 2021
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
a. Pengembangan jaringan kabel berupa pengembangan a. pengembangan jaringan seluler dalam penanganan area
sistem prasarana jaringan kabel serat optik dan blankspot di seluruh kabupaten/kota di Daerah Provinsi;
pembangunan saluran serat optik bersama di seluruh b. pengembangan jaringan satelit dalam penanganan area
Kabupaten/Kota; blankspot di seluruh kabupaten/kota di Daerah Provinsi;
b. Jaringan kabel darat yang melayani seluruh ibukota c. pemanfaatan dan pengembangan stasiun bumi di Daerah
Kecamatan; Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Bogor;
c. Jaringan kabel bawah laut di Kabupaten Karawang (SKKL d. pengembangan cakupan dan kualitas layanan melalui
JASUKA di Tanjung Pakis ke arah Tanjung Pandan), pengaturan lokasi dan ketentuan teknis layanan jaringan
Kabupaten Bekasi, Kabupaten Indramayu dan Kabupaten nirkabel; dan
Cirebon; e. mengarahkan penataan dan pengaturan menara
d. Pembangunan jaringan kabel diarahkan terpadu dengan telekomunikasi bersama.
pembangunan jaringan prasarana lainnya, khususnya (3) Jaringan tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
dalam waktu pelaksanaan pembangunan. berupa jaringan kabel serat optik dan pembangunan serat
(3) Jaringan bergerak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf optik bersama yang meliputi:
b berupa jaringan seluler dan teretrial meliputi: a. pengembangan jaringan kabel serat optik dalam
a. Infrastruktur jaringan bergerak di Kabupaten Purwakarta penanganan area blankspot di seluruh kabupaten/kota di
dan Kabupaten Bogor; Daerah Provinsi;
b. Pengembangan cakupan dan kualitas layanan melalui b. jaringan kabel darat yang melayani kabupaten/kota di
pengaturan lokasi dan ketentuan teknis layanan jaringan Daerah Provinsi;
nirkabel; dan c. jaringan kabel bawah laut di Daerah Kabupaten Karawang
c. Mengarahkan penataan dan pengaturan menara (SKKL JASUKA di Tanjung Pakis ke arah Tanjung Pandan),
telekomunikasi bersama. Daerah Kabupaten Bekasi, Daerah Kabupaten Indramayu,
dan Daerah Kabupaten Cirebon;
d. infrastruktur jaringan tetap berupa instalasi penunjang
jaringan kabel telekomunikasi laut dan darat (Beach
Manhole) di Kabupaten Karawang; dan
e. pembangunan jaringan kabel diarahkan terpadu dengan
pembangunan jaringan prasarana lainnya, khususnya
dalam waktu pelaksanaan pembangunan.
(4) Rencana sistem jaringan telekomunikasi dan daerah blankspot
digambarkan dalam peta dengan ketelitian geometri dan
ketelitian detail informasi skala 1:250.000 (satu banding dua
ratus lima puluh ribu) sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II.4 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
Paragraf 1 Paragraf 1
Umum Umum
Pasal 19 Pasal 20
Penambahan ayat (2), (3), Penambahan ayat (2),
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
Sistem jaringan sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam (1) Sistem jaringan sumber daya air sebagaimana dimaksud (4), (5), (6), dan (7) (3), (4), (5), (6), dan (7)
Pasal 7 huruf e, terdiri atas: dalam Pasal 7 huruf e, terdiri atas:
a. Sistem jaringan irigasi; a. sistem jaringan irigasi; Pembahasan dengan Dit.
b. Sistem pengendalian banjir; dan b. sistem pengendalian banjir; dan Binda I Kementerian
c. Bangunan sumber daya air. c. bangunan sumber daya air. ATR/BPN:
(2) Sistem jaringan sumber daya air sebagaimana dimaksud ayat Penulisan WS
(1) terdiri atas: dicantumkan dalam
a. sistem jaringan sumber daya air lintas provinsi; dan Pasal 20 terkait sistem
b. sistem jaringan sumber daya air lintas kabupaten/kota. jaringan SDA secara
(3) sistem jaringan sumber daya air lintas provinsi sebagaimana umum
dimaksud pada ayat (2) huruf a meliputi WS Cidanau-
Ciujung-Cidurian, Ciliwung-Cisadane, Cimanuk-
Cisanggarung, dan Citanduy.
(4) sistem jaringan sumber daya air lintas kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf b meliputi:
a. WS Ciliwung – Cisadane;
b. WS Cisadea-Cibareno;
c. WS Citarum;
d. WS Cimanuk-Cisanggarung;
e. WS Citanduy;
f. WS Cidanau – Ciujung – Cidurian; dan
g. WS Ciwulan-Cilaki.
(5) WS Citarum sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf c
merupakan WS Strategis Nasional;
(6) Rencana sistem jaringan sumber daya air digambarkan
dalam peta dengan ketelitian geometri dan ketelitian detail
informasi skala 1:250.000 (satu banding dua ratus lima
puluh ribu) sebagaimana tercantum dalam Lampiran II.5.A
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.
(7) Tabel sistem jaringan sumber daya air dituangkan dalam
Lampiran II.5.B yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.
Paragraf 2 Paragraf 2 Direktorat Tata Ruang
Sistem Jaringan Irigasi Sistem Jaringan Irigasi dan Penanggulangan Penyesuaian penulisan
Bencana, substansi Pasal 21
Pasal 20 Pasal 21 Bappenas:
Sistem jaringan irigasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 (1) Sistem jaringan irigasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal Dalam Peraturan
huruf a meliputi: 20 ayat (1) huruf a, terdiri atas: Presiden Nomor 109
(1) Jaringan irigasi lintas provinsi yaitu D.I. Manganti (Kabupaten a. Jaringan irigasi kewenangan Pemerintah Pusat, meliputi: Tahun 2020 tentang
Ciamis dan Kabupaten Pangandaran), D.I. Bantarheulang 1. Jaringan irigasi lintas Daerah provinsi; Percepatan Pelaksanaan
(Kabupaten Ciamis dan Kota Banjar), dan D.I. Cisanggarung 2. Jaringan irigasi lintas Daerah Kabupaten/Kota; dan PSN, terdapat arahan
(Kabupaten Cirebon); 3. Jaringan irigasi utuh Daerah Kabupaten/Kota. pada Provinsi Jawa Barat
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
(2) Jaringan irigasi lintas Kabupaten/Kota yaitu D.I. Cikunten II b. Jaringan irigasi kewenangan Pemerintah Provinsi, sebagai berikut:
(Kabupaten Tasikmalaya, Kota Tasikmalaya), D.I. Cipamingkis meliputi: Rehabilitasi Jaringan
(Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Bogor), D.I. Ciwaringin 1. Jaringan irigasi lintas Daerah Kabupaten/Kota; dan Irigasi Daerah Irigasi
(Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Majalengka), D.I. Jatiluhur 2. Jaringan irigasi utuh Daerah Kabupaten/Kota. Rentang.
(Kabupaten Bekasi, Kabupaten Indramayu, Kabupaten c. Jaringan irigasi tambak kewenangan pemerintah
Karawang, Kabupaten Subang, Kabupaten Purwakarta), D.I. Provinsi; dan Tanggapan:
Lakbok Utara (Kabupaten Ciamis, Kota Banjar), D.I. Rentang d. Rencana pembangunan jaringan irigasi baru. PSN telah diakomodasi
(Kabupaten Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten (2) jaringan irigasi kewenangan pemerintah pusat lintas Daerah dalam RTRWP
Majalengka); provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a angka berdasarkan Peraturan
(3) Jaringan irigasi utuh Kabupaten/Kota yaitu Kabupaten Cianjur 1 yaitu DI Manganti (Daerah Kabupaten Ciamis dan Daerah Menteri Koordinator
(D.I. Cihea), Kabupaten Cirebon (D.I. Cikeusik dan D.I. Kabupaten Pangandaran), DI Bantarheulang (Daerah Bidang Perekonomian
Seuseupan), Kabupaten Indramayu (D.I. Cipanas II dan D.I. Kabupaten Ciamis dan Kota Banjar) dan DI Cisanggarung No. 7 Tahun 2021.
Cipancuh), Kabupaten Majalengka (D.I. Kamun), Kabupaten
(Daerah Kabupaten Cirebon).
Subang (D.I. Cileuleuy dan D.I. Leuwi Nangka), Kabupaten Penyesuaian penulisan
(3) jaringan irigasi kewenangan pemerintah pusat lintas Daerah
Sukabumi (D.I. Cikaranggeusan, D.I. Ciletuh), dan Kabupaten substansi Pasal 21
Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
Tasilmalaya (D.I. Cikunten I); berdasarkan hasil
a angka 2 yaitu DI Cikunten II (Daerah Kabupaten
(4) Jaringan irigasi lintas Kabupaten/Kota dan utuh pembahasan dengan
Tasikmalaya, Kota Tasikmalaya), DI Cipamingkis (Daerah
Kabupaten/Kota di bawah kewenangan Provinsi yang tersebar DPRD Provinsi Jawa
Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Bogor), DI Ciwaringin
di kabupaten/kota sebagaimana tercantum dalam Lampiran Barat (Mei 2022)
(Daerah Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Majalengka), DI
III, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.; dan Jatiluhur (Daerah Kabupaten Bekasi, Kabupaten Indramayu,
(5) Pembangunan jaringan irigasi baru yang meliputi Daerah Kabupaten Karawang, Kabupaten Subang, Kabupaten
Irigasi Sadawarna (Kabupaten Subang, Kabupaten Sumedang Purwakarta), DI Lakbok Utara (Daerah Kabupaten Ciamis,
dan Kabupaten Indamayu); Daerah Irigasi Rengrang di Kota Banjar), DI Rentang (Daerah Kabupaten Cirebon,
Kabupaten Sumedang; Daerah Irigasi Cileuweung dan Daerah Kabupaten Indramayu, Kabupaten Majalengka).
Irigasi Jangkelok di Kabupaten Kuningan; Daerah Irigasi (4) jaringan irigasi kewenangan pemerintah pusat utuh Daerah
Leuwigoong dan Candragoyang di Kabupaten Garut; Daerah Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
Irigasi Parigi dan Cimerak di Kabupaten Pangandaran; Daerah a angka 3 terletak di Daerah Kabupaten Cianjur (DI Cihea),
Irigasi Cikalong di Kabupaten Tasikmalaya; Daerah Irigasi Daerah Kabupaten Cirebon (DI Cikeusik dan DI Seuseupan),
Caringin dan Cipeundeuy-Kadulawang di Kabupaten Daerah Kabupaten Indramayu (DI Cipanas II dan DI
Sukabumi; Daerah Irigasi Cilandak, Tonjong Panto, Cidadali, Cipancuh), Daerah Kabupaten Majalengka (DI Kamun),
dan Curugdengdeng di Kabupaten Cianjur. Daerah Kabupaten Subang (DI Cileuleuy dan DI Leuwi
Nangka), Daerah Kabupaten Sukabumi (DI Cikaranggeusan,
DI Ciletuh), dan Daerah Kabupaten Tasilmalaya (DI Cikunten
I).
(5) jaringan irigasi kewenangan Pemerintah Provinsi lintas
Daerah Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b angka 1 yaitu:
1. DI Cijanggel di Daerah Kabupaten Bandung Barat dan
Kota Cimahi;
2. DI Cibeunying/Ciatel di Daerah Kabupaten Bandung
dan Kota Bandung);
3. DI Buahbatu di Daerah Kabupaten Bandung dan Kota
Bandung;
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
4. DI Ciyasana di Daerah Kabupaten Bandung dan Kota
Bandung;
5. DI Malang di Daerah Kabupaten Bandung dan Kota
Cimahi;
6. DI Ciregol di Daerah Kabupaten Bandung dan Kota
Bandung;
7. DI Depok di Daerah Kabupaten Bandung dan Kota
Bandung;
8. DI Cangkuang di Daerah Kabupaten Bandung dan
Kabupaten Sumedang;
9. DI Cisadane Empang di Daerah Kabupaten Bogor, Kota
Bogor, dan Kota Depok;
10. DI Parakanjati di Daerah Kabupaten Bogor dan Kota
Depok;
11. DI Ciliwung Katulampa di Daerah Kabupaten Bogor,
Kota Bogor, dan Kota Depok;
12. DI Cibanon di Daerah Kabupaten Bogor dan Kota Bogor;
13. DI Bantarjati di Daerah Kabupaten Bogor dan Kota
Bogor;
14. DI Kranji di Daerah Kabupaten Bogor dan Kota Depok;
15. DI Cibalok di Daerah Kabupaten Bogor dan Kota Bogor;
16. DI Angke V di Daerah Kota Depok dan Kabupaten Bogor;
17. DI Cipager di Daerah Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon,
dan Kabupaten Kuningan;
18. DI Paniis Lebak di Daerah Kabupaten Cirebon dan
Kabupaten Kuningan;
19. DI Setupatok di Daerah Kabupaten Cirebon dan Kota
Cirebon;
20. DI Katiga di Daerah Kabupaten Cirebon dan Kabupaten
Kuningan;
21. DI Mungkal Gajah di Daerah Kabupaten Cirebon dan
Kabupaten Kuningan;
22. DI Jawa di Daerah Kabupaten Cirebon dan Kabupaten
Kuningan;
23. DI Cipurut di Daerah Kabupaten Cirebon dan Kabupaten
Kuningan;
24. DI Cibacang di Daerah Kabupaten Cirebon dan
Kabupaten Kuningan;
25. DI Pundong di Daerah Kabupaten Karawang dan
Kabupaten Purwakarta;
26. DI Cisalada di Daerah Kabupaten Sukabumi dan Kota
Sukabumi;
27. DI Cimulu di Daerah Kabupaten Tasikmalaya dan Kota
Tasikmalaya;
28. DI Cigede di Daerah Kabupaten Tasikmalaya dan Kota
Tasikmalaya;
29. DI Cibanjaran di Daerah Kabupaten Tasikmalaya dan
Kota Tasikmalaya;
30. DI Cikalang di Daerah Kabupaten Tasikmalaya dan Kota
Tasikmalaya;
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
31. DI Ciaro/Cisaat di Daerah Kabupaten Bandung dan
Kabupaten Garut;
32. DI Cisimpen di Daerah Kabupaten Bandung dan
Kabupaten Garut;
33. DI Batu di Daerah Kabupaten Cirebon dan Kota Cirebon;
34. DI Cirongkob di Daerah Kabupaten Cirebon dan Kota
Cirebon;
35. DI Cisamaya di Daerah Kabupaten Cirebon dan
Kabupaten Kuningan;
36. DI Cigolempang di Daerah Kabupaten Cirebon dan
Kabupaten Kuningan;
37. DI Leuwijawa di Daerah Kabupaten Cirebon dan
Kabupaten Kuningan;
38. DI Cikembang di Daerah Kota Banjar dan Kabupaten
Ciamis;
39. DI Gunung Putri di Daerah Kota Banjar dan Kabupaten
Ciamis;
40. DI Wangundireja di Daerah Kota Banjar dan Kabupaten
Ciamis;
41. DI Ciranjeng di Daerah Kabupaten Bandung dan
Kabupaten Sumedang;
42. DI Sukapura di Daerah Kabupaten Bandung dan Kota
Bandung;
43. DI Ranjeng di Daerah Kabupaten Bandung dan Kota
Bandung;
44. DI Sudiplak di Daerah Kabupaten Bandung dan Kota
Bandung;
45. DI Rancacili di Daerah Kabupaten Bandung dan Kota
Bandung;
46. DI Gempol di Daerah Kabupaten Bandung dan Kota
Bandung;
47. DI Bongkok di Daerah Kabupaten Bandung Barat dan
Kota Cimahi;
48. DI Citopeng/Cikendal di Daerah Kota Bandung dan Kota
Cimahi;
49. DI Lagadar di Daerah Kabupaten Bandung Barat dan
Kota Cimahi;
50. DI Leuwi Kuya di Daerah Kabupaten Bandung dan
Kabupaten Bandung Barat;
51. DI Cibereum di Daerah Kota Sukabumi dan Kabupaten
Sukabumi; dan
52. DI Cipeundeuy Kadulawang di Daerah Kota Sukabumi
dan Kabupaten Sukabumi.
(6) Jaringan irigasi kewenangan Pemerintah Provinsi utuh
Daerah Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b angka 2, yaitu:
a. DI Ciherang, DI Cirasea, DI Wangisagara, dan DI. Wanir
di Daerah Kabupaten Bandung;
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
b. DI Cihoe Cikumpeni dan DI Sasak di Daerah Kabupaten
Bogor;
c. DI Ciputra Haji dan DI Merjan di Daerah Kabupaten
Ciamis;
d. DI Babancong, DI Cibalagung, DI Ciheulang, DI
Cimenteng, DI Cipadang Cibeleng, DI Susukan Gede,
dan DI Tonjong Panto di Daerah Kabupaten Cianjur;
e. DI Ambit, DI Jamblang, dan DI Walahar di Daerah
Kabupaten Cirebon;
f. DI Cipaleubuh di Daerah Kabupaten Garut;
g. DI Cipanas I dan DI Pedati di Daerah Kabupaten
Indramayu;
h. DI Waru di Daerah Kabupaten Karawang;
i. DI Cijangkelok dan DI Lame di Daerah Kabupaten
Kuningan
j. DI Cibutul, DI Cigasong, DI Cikamangi, dan DI Cikeruh
di Daerah Kabupaten Majalengka;
k. DI Cisomang, DI Pondok Salam, dan DI Wanayasa di
Daerah Kabupaten Purwakarta;
l. DI Curug Agung di Daerah Kabupaten Subang;
m. DI Cidadali, DI Cigangsa, DI Cikarang Cigangsa, DI
Cikarang Nguluwung, DI Cimandiri, DI Ciseureuh
Cibeureum, dan DI Parung Bongkong di Daerah
Kabupaten Sukabumi;
n. DI Sentig dan DI Ujung Jaya di Daerah Kabupaten
Sumedang; dan
o. DI Biuk, DI Ciramajaya, dan DI Padawaras di Daerah
Kabupaten Tasikmalaya.
(7) jaringan irigasi tambak kewenangan pemerintah Provinsi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, yaitu:
a. DI Tambak Muara Gembong di Daerah Kabupaten
Bekasi;
b. DI Tambak Kapur Asem di Daerah Kabupaten
Karawang;
c. DI Tambak Muara Baru di Daerah Kabupaten
Karawang;
d. DI Tambak Bandeng di Daerah Kabupaten Subang;
e. DI Tambak Tanjung Tiga di Daerah Kabupaten Subang;
dan
f. DI Tambak Blanakan di Daerah Kabupaten Subang.
(8) Rencana pembangunan jaringan irigasi baru sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf d terdiri dari:
a. Pembangunan irigasi baru, meliputi:
1. DI Rengrang di Daerah Kabupaten Sumedang;
2. DI Cileuweung di Daerah Kabupaten Kuningan;
3. DI Leuwigoong di Daerah Kabupaten Garut;
4. DI Candragoyang di Daerah Kabupaten Garut;
5. DI Parigi di Daerah Kabupaten Pangandaran;
6. DI Cimerak di Daerah Kabupaten Pangandaran;
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
7. DI Cikalong di Daerah Kabupaten Tasikmalaya;
8. DI Caringin dan Cipeundeuy – Kadulawang di
Daerah Kabupaten Sukabumi;
9. DI Cilandak, Tonjong Panto, Cidadali, dan
Curugdengdeng di Daerah Kabupaten Cianjur;
10. DI Jangkelok di Daerah Kabupaten Kuningan;
11. DI Cimandiri di Daerah Kabupaten Sukabumi;
12. DI Parungbangkong di Daerah Kabupaten Cianjur;
13. DI Tanjong Panto di Daerah Kabupaten Cianjur;
14. DI Cikaso di Daerah Kabupaten Sukabumi;
15. Bendung Karet di Daerah Kabupaten Indramayu;
16. Bendung Karet di Daerah Kabupaten Cirebon;
17. Bendung Daerah Irigasi Cimalagunung di Daerah
Kabupaten Sumedang;
18. Bendung Daerah Irigasi Cikelek di Daerah
Kabupaten Sumedang;
19. Bendung Leuwinangka di Daerah Kabupaten
Subang; dan
20. Bendung-bendung baru lainnya pada Wilayah
Sungai di Daerah Provinsi.
b. Pembangunan DI baru dan peningkatan DI eksisting
pada waduk yang dibangun, meliputi:
1. DI baru: DI Sadawarna, DI Cileuweung, DI
Jangkelok;
2. Peningkatan DI: DI Lakbok Utara, DI Lakbok
Selatan, DI Cipanas 1, DI Cipanas 2, DI Rawaonom,
DI Panulisan, DI Cijangkelok; dan
3. Pembangunan DI baru dan peningkatan DI pada
waduk lainnya yang akan dibangun di Daerah
Provinsi.
Paragraf 3 Paragraf 3
Sistem Pengendali Banjir Sistem Pengendali Banjir
Pasal 21 Pasal 22
(1) Sistem Pengendalian Banjir sebagaimana dimaksud dalam (1) Sistem pengendalian banjir sebagaimana dimaksud dalam Penyesuaian ayat (2) dan Penyesuaian ayat (2)
Pasal 21 huruf a terdiri atas: Pasal 20 ayat (1) huruf b terdiri atas: ayat (3) berdasarkan: Penyesuaian ayat (3)
a. Jaringan Pengendalian Banjir; dan a. jaringan pengendalian banjir; dan Pembahasan dengan Nomenklatur
b. Bangunan Pengendalian Banjir. b. bangunan pengendalian banjir. DPRD Provinsi Jawa disesuaikan dengan
(2) Jaringan Pengendalian Banjir sebagaimana dimaksud pada (2) Jaringan pengendalian banjir sebagaimana dimaksud pada ayat Barat (Mei 2022) Permen ATR/BPN
ayat (1) huruf a meliputi Sungai Cimande (Kabupaten Bogor, (1) huruf a meliputi Sungai Cimande (Daerah Kabupaten Bogor, Rapat pembahasan 11 dan Permen
Kota Bogor), Sungai Cibeet (Kabupaten Bekasi, Kabupaten Kota Bogor), Sungai Cibeet (Daerah Kabupaten Bekasi, dengan BBWS ATR/BPN 14 tahun
Bogor, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Karawang), Sungai Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Karawang), Ciliwung-Cisadane 2021
Ciliwung (Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota Depok), Sungai Sungai Ciliwung (Daerah Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota (12 Juli 2022) dan
Cipunagara (Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Depok), Sungai Cipunagara (Daerah Kabupaten Bandung, BBWS Citanduy (13
Kota Cimahi) Sungai Cisadane (Kabupaten Bogor, Kota Bogor) Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi) Sungai Cisadane Juli 2022).
dan Sungai Citarik (Kabupaten Bogor). (Daerah Kabupaten Bogor, Kota Bogor) dan Sungai Citarik
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
(3) Bangunan Pengendalian Banjir sebagaimana dimaksud pada (Daerah Kabupaten Bogor), dan sungai-sungai lainnya di
ayat (1) huruf b meliputi Bendung Katulampa (Kota Bogor), Daerah Provinsi.
Bendung Sukamahi (Kabupaten Bogor), Floodway Cisangkuy (3) Bangunan Pengendalian Banjir sebagaimana dimaksud pada
(Kabupaten Bandung), Intake Nanjung (Kabupaten Bandung), ayat (1) huruf b meliputi:
Pintu Air Empang (Kota Bogor), Waduk Ciawi (Kabupaten a. Bangunan pengendalian banjir, terdiri dari:
Bogor), Waduk Cibeet (Kabupaten Bogor) dan Waduk Cijurey 1. Bendung Katulampa (Daerah Kota Bogor);
(Kabupaten Bogor). 2. Bendungan Sukamahi (Daerah Kabupaten Bogor);
3. Floodway Cisangkuy (Daerah Kabupaten Bandung);
4. Intake Nanjung (Daerah Kabupaten Bandung);
5. Pintu Air Empang (Daerah Kota Bogor);
6. Bendungan Ciawi (Daerah Kabupaten Bogor);
7. Waduk Cibeet (Daerah Kabupaten Bogor dan Kabupaten
Karawang);
8. Waduk Cijurey (Kabupaten Bogor);
9. Embung Pengendali Banjir (Daerah Kabupaten Ciamis);
10. Bendungan di hulu Cileungsi;
11. Normalisasi Kali Bekasi; dan
12. Pembuatan bendungan, tanggul, perbaikan tebing
sungai, revetment, ground sill, check dam, krib, pengarah
arus, jeti, break water, tanggul pantai, bendung gerak,
rumah pompa, kolam detensi, kolam retensi, polder, long
storage, dry dam, retarding basin, floodway, terowongan
dan bangunan pengendali banjir lainnya di seluruh
wilayah sungai di Daerah Provinsi.
b. Infrastruktur pendukung pengendalian banjir run-off, terdiri
dari pembuatan sumur resapan, biopori, sumur imbuhan,
sumur injeksi air tanah dalam, ground water tank, rain
water harvesting, dan bangunan infrastruktur pengendali
run-off lainnya di seluruh wilayah sungai di Daerah
Provinsi.
c. Infrastruktur pengendali banjir, pengamanan pantai, dan
pemeliharaan sarana/prasarana pengamanan pantai, terdiri
dari tanggul pantai, revetment, breakwater, jeti, groin,
estuary dam, polder, pintu gerak, rumah pompa, flood gate,
dan infrastruktur pengendali banjir pantai lainnya pada
pantai utara dan selatan Daerah Provinsi.
Paragraf 4 Paragraf 4 Direktorat Tata Ruang
Bangunan Sumber Daya Air Bangunan Sumber Daya Air dan Penanggulangan
Bencana, Penyesuaian
Pasal 22 Pasal 23 Bappenas: penulisan Pasal 23
Bangunan sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam pasal Bangunan sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 Dalam Peraturan Nomenklatur
21 huruf c berupa bendungan atau bendung yang berlokasi di huruf c meliputi: Presiden Nomor 109 disesuaikan dengan
Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kabupaten Bekasi, Kota Bekasi, a. Bendungan, berlokasi di Kabupaten Bandung, Kabupaten Tahun 2020 tentang Permen ATR/BPN
Kabupaten Cianjur, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Subang, Bandung Barat, Kabupaten Bogor, Kabupaten Ciamis, Percepatan Pelaksanaan 11 dan Permen
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
Kabupaten Karawang, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Garut, PSN, terdapat arahan ATR/BPN 14 tahun
Kabupaten Majalengka, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Kabupaten Indramayu, Kabupaten Karawang, Kabupaten pada Provinsi Jawa Barat 2021
Sumedang, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, Kota Kuningan, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Pangandaran, sebagai berikut:
Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, Kota Banjar, Kabupaten Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Subang, Kabupaten Bendungan Kuningan,
Pangandaran, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sukabumi, Kota Sukabumi, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Tasikmalaya, Sukamahi, Leuwikeris,
Sukabumi, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan Kota Banjar, Kota Bekasi, dan bendungan lainnya di Daerah Cipanas, dan
Kabupaten Sumedang. Provinsi; Sadawarna
b. Bendung, berlokasi di Kabupaten Bandung, Kabupaten
Bekasi, Kabupaten Bogor, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Tanggapan:
Cianjur, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Garut, Kabupaten PSN telah diakomodasi
Indramayu, Kabupaten Karawang, Kabupaten Kuningan, dalam RTRWP
Kabupaten Majalengka, Kabupaten Pangandaran, Kabupaten berdasarkan Peraturan
Purwakarta, Kabupaten Subang, Kabupaten Sukabumi, Menteri Koordinator
Kabupaten Sumedang, Kabupaten Tasikmalaya, Kota Bekasi, Bidang Perekonomian
Kota Tasikmalaya, dan bendung lainnya di Daerah Provinsi. No. 7 Tahun 2021.
Penyesuaian penulisan
Pasal 23 sesuai arahan
Dit. Binda I Kementerian
ATR/BPN (Juni 2022)
Bagian Ketujuh Bagian Ketujuh Kabupaten Sumedang: Penambahan ayat
Sistem Jaringan Prasarana Lainnya Sistem Jaringan Prasarana Lainnya Pencantuman TPA (1) huruf c, ayat (4),
Regional Cijeruk sesuai dan ayat (6).
Pasal 23 Pasal 24 dengan Perpres No. 45 Penyesuaian ayat (5)
(1) Sistem jaringan prasarana lainnya sebagaimana dimaksud (1) Sistem jaringan prasarana lainnya sebagaimana dimaksud Tahun 2018 tentang RTR
dalam Pasal 7 huruf f, terdiri atas: dalam Pasal 7 huruf f, terdiri atas: Cekungan Bandung.
a. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM); a. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM);
b. Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL); dan b. Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL); Direktorat Sistem dan
c. Sistem jaringan persampahan. Strategi
c. Sistem pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(2) SPAM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi: Penyelenggaraan
(B3); dan
a. SPAM Regional Jatiluhur; Infrastruktur
b. SPAM Regional Cirebon Raya (Jatigede); dan d. Sistem Jaringan Persampahan. Permukiman, Ditjen
c. SPAM Regional Bandung Raya. (2) SPAM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi: Cipta Karya,
(3) SPAL sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) huruf b a. SPAM Regional Jatiluhur; Kementerian PUPR:
meliputi pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah b. SPAM Regional Cirebon Raya (Jatigede); Terdapat kegiatan
Domestik (SPALD) di WP Bodebekpunjur, WP Purwasuka, WP kontraktual
c. SPAM Regional Bandung Raya;
Ciayumajakuning, WP Priangan Timur-Pangandaran, WP pembangunan
Sukabumi dan Sekitarnya, dan WP KK Cekungan Bandung, d. SPAM lainnya sesuai dokumen Rencana Induk SPAM infrastruktur
IPAL Regional Bandung Raya (IPAL Regional Lagadar) dan (RISPAM); dan permukiman yang
IPAL Regional Cirebon Raya (IPAL Regional Babadan) e. jaringan SPAM di Kab. Karawang, Kab. Bekasi, dan Kota akan dilaksanakan oleh
(4) Sistem jaringan persampahan sebagaimana yang dimaksud Bekasi. Ditjen Cipta Karya,
pada ayat (1) huruf c meliputi: (3) SPAL sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) huruf b Kementerian PUPR pada
meliputi: TA 2022 di
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
a. Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah a. SPALD-T Regional Bandung Raya (IPAL Regional Lagadar); Provinsi Jawa
(TPPAS), terdiri dari TPPAS Regional Nambo (Kabupaten b. SPALD-T Regional Cirebon Raya (IPAL Regional Babadan); Barat, yaitu:
Bogor), TPPAS Regional Cidampa (Kabupaten Karawang), dan a. Pembangunan
TPPAS Regional Ciayumajakuning Ciwaringin (Kabupaten Jaringan Perpipaan
c. pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik
Cirebon), TPPAS Regional Legoknangka (Kabupaten (SPALD) Terpusat dan Setempat di Kabupaten/Kota. SPAM Kec. Babakan
Bandung), TPPAS Pangandaran, TPPAS Leuwigajah dan Madang Kab. Bogor
(4) Sistem pengelolaan limbah B3 sebagaimana dimaksud pada
TPPAS Sarimukti; (MYC Lanjutan);
ayat (1) huruf c yaitu Pengelolaan limbah B3 terpadu di Daerah
b. TPA bersama Kabupaten Tasikmalaya dan Kota b. Optimalisasi SPAM
Kabupaten Karawang.
Tasikmalaya serta TPA bersama Kabupaten Sukabumi dan Sagalaherang Kab.
(5) Sistem jaringan persampahan sebagaimana yang dimaksud
Kota Sukabumi; Subang (MYC Baru);
pada ayat (1) huruf c meliputi:
c. TPA Bantargebang di Kota Bekasi, dikelola oleh Pemerintah c. Rehab Asrama Putri
a. Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah
Provinsi DKI Jakarta; dan Atlet Dayung
(TPPAS), terdiri dari TPPAS Regional Nambo (Kabupaten
d. TPS3R dan fasilitas pendukungnya untuk mendukung Bogor), TPPAS Regional Cidampa (Kabupaten Karawang), Jatiluhur Kab
pengurangan sampah dari sumber yang berlokasi di TPPAS Regional Ciayumajakuning Ciwaringin (Kabupaten Purwakarta;
seluruh kabupaten/kota. Cirebon), dan TPPAS Regional Legoknangka (Kabupaten d. Pembangunan
Bandung dan Kabupaten Garut); Gudang Perahu Ps
b. TPA Sarimukti di Kabupaten Bandung Barat; Venue Dayung di
Pangalengan, Kab.
c. Stasiun Peralihan Antara (SPA) untuk mendukung TPPAS
Regional; Bandung;
e. Pembangunan
d. TPA bersama Kabupaten Tasikmalaya dan Kota
Fasilitas Pemusatan
Tasikmalaya serta TPA bersama Kabupaten Sukabumi dan
Kota Sukabumi; Latihan Nasional
Atletik dan Fasilitas
e. TPA Bantargebang di Kota Bekasi; Pendukung Lainnya
f. Pengembangan TPST atau TPA Lokal yang mendukung Di Kebun Malabar
penanganan sampah di Kabupaten/Kota; dan Kab Bandung;
g. TPS3R dan fasilitas pendukungnya untuk mendukung f. Rehabilitasi dan
pengurangan sampah dari sumber yang berlokasi di Renovasi Prasarana
seluruh kabupaten/kota. Sekolah di Kab.
(6) Rencana sistem jaringan prasarana lainnya digambarkan dalam Indramayu dan di
peta dengan ketelitian geometri dan ketelitian detail informasi Kota Tasikmalaya;
skala 1:250.000 (satu banding dua ratus lima puluh ribu) g. Rehabilitasi dan
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II.6 yang merupakan Renovasi Prasarana
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini. Madarasah di Kab.
Indramayu;
h. Pembangunan TPST
RDF di Kab.
Kerawang, Kab.
Purwakarta, Kota
Bandung, dan Kab.
Bandung;
i. Optimalisasi SPAM
Ciamis Kabupaten
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
Ciamis;
j. Pembangunan
Broncaptering Kap.
11 L/detik dan
Jaringan Perpipaan
SPAM Kawasan
Sekitar Relokasi
Bendungan Kuningan
Kec. Cibeureum Kab.
Kuningan;
k. Peningkatan Kualitas
Permukiman Kumuh
di Kawasan
Karangampel
Kabupaten
Indramayu, Kawasan
Ambulu Kabupaten
Cirebon, Kawasan
Cileueur Kabupaten
Ciamis, dan Kawasan
Panjunan Kota
Cirebon; dan
l. Optimalisasi TPA
Cijeruk Kabupaten
Sumedang
Tanggapan:
a. TPA Cijeruk bukan
merupakan TPA
regional sehingga
tidak dimasukan
dalam substansi
RTRWP
b. Kegiatan
pembangunan
infrastruktur
permukiman yang
akan dilaksanakan
oleh Ditjen Cipta
Karya Kementerian
PUPR diakomodasi
dalam RTR
Kabupaten/Kota,
rencana
pembangunan,
dan/atau rencana
sektoral sesuai
dengan kewenangan.
c. PSN telah
diakomodasi dalam
RTRWP berdasarkan
Peraturan Menteri
Koordinator Bidang
Perekonomian No. 7
Tahun 2021.
c. Program
Pembangurnan
Kampus Universitas
Islam Internasional
Indonesia secara
umum diakomodir
dalam indikasi
program perwujudan
PKN terkait
“Pengembangan
Kawasan Pendidikan
Tinggi dengan lokasi
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
di Kawasan
Perkotaan Bodebek,
Cekungan Bandung,
Cirebon”
Penambahan substansi
terkait limbah B3
berdasarkan hasil
pembahasan dengan
DPRD Provinsi Jawa
Barat (Mei 2022)
Penyesuaian substansi
pada ayat (5) jaringan
persampahan telah
dibahas dengan
Kementerian ATR/BPN
dan DLH Provinsi Jawa
Barat tanggal 12 Juli
2022. TPPAS
Pangandaran dihapus
karena bukan TPPAS
regional, TPPAS
Leuwigajah karena
izinnya tidak
diperpanjang. TPA
Sarimukti akan
digunakan hingga TPPAS
Legoknangka dapat
beroperasi.
BAB V BAB IV
RENCANA POLA RUANG WILAYAH PROVINSI RENCANA POLA RUANG WILAYAH DAERAH PROVINSI
Bagian Kesatu Bagian Kesatu Bagian Hukum,
Umum Umum Kepegawaian dan
Ortala, Sekretariat
Pasal 24 Pasal 25 Direktorat Jenderal
(1) Pola ruang wilayah provinsi, terdiri atas: (1) Rencana Pola Ruang Wilayah Daerah Provinsi, terdiri atas: Tata Ruang
a. Kawasan Lindung; dan Kementerian ATR/BPN:
a. Kawasan Lindung; dan
b. Kawasan Budidaya. Usulan terkait Holding
b. Kawasan Budi Daya. Zone:
(2) Rencana pola ruang wilayah provinsi digambarkan dalam peta
dengan ketelitian 1:250.000 sebagaimana tercantum dalam (2) Rencana Pola Ruang Wilayah Daerah Provinsi digambarkan
Lampiran IV, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari dalam peta dengan ketelitian geometri dan ketelitian detail Bab …
informasi skala 1:250.000 (satu banding dua ratus lima puluh Rencana Pola Ruang
Peraturan Daerah ini.
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
ribu) sebagaimana tercantum dalam Lampiran III, yang Bagian ...
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini. Ketentuan Holding Zone
Tanggapan:
Telah diakomodasi dalam
Pasal masing-masing
kawasan yang memiliki
holding zone, termasuk
penambahan ayat terkait
peta rujukan holding zone
pada masing-masing
kawasan yang merujuk
ke Lampiran Peta
Rencana Pola Ruang.
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
Bagian Kedua Bagian Kedua Direktorat Tata Ruang
Kawasan Lindung Kawasan Lindung dan Penanggulangan
Bencana,
Pasal 25 Pasal 26 Bappenas:
Kawasan lindung provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 Pada kawasan yang
ayat (1) huruf a, meliputi: Kawasan Lindung Daerah Provinsi sebagaimana dimaksud dalam ditetapkan
a. kawasan yang memberi perlindungan terhadap kawasan Pasal 25 ayat (1) huruf a, meliputi: peruntukannya bersifat
bawahannya (PTB); a. Badan air; lindung dan tidak dapat
b. kawasan perlindungan setempat (PS); dikonversi penggunaan
b. Kawasan yang memberi perlindungan terhadap Kawasan
c. kawasan konservasi (KS); lahannya, perlu
bawahannya;
d. kawasan pencadangan konservasi di laut (KPL); dipastikan status
c. Kawasan perlindungan setempat; kepemilikan lahannya.
e. kawasan hutan adat (ADT);
f. kawasan lindung geologi (LGE); dan d. Kawasan konservasi;
g. kawasan cagar budaya (CB). e. Kawasan pencadangan konservasi di laut; Tanggapan:
Akan dijadikan
f. Kawasan hutan adat;
pertimbangan.
g. Kawasan lindung geologi; dan
h. Kawasan cagar budaya.
Tanggapan:
Penambahan badan air
dalam rencana pola
ruang.
Pasal 26 Pasal 28 Penambahan ayat (3)
(1) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan (1) Kawasan yang memberi perlindungan terhadap Kawasan terkait peta rujukan
bawahannya (PTB) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 bawahannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf b holding zone.
huruf a dengan luas kurang lebih 231.327 (dua ratus tiga dengan luas kurang lebih 232.600 Ha (dua ratus tiga puluh dua
ribu enam ratus hektar), mencakup kawasan hutan lindung
puluh satu ribu tiga ratus dua puluh tujuh) hektar, terdiri dari
dan kawasan hutan lindung yang berupa ekosistem mangrove.
kawasan hutan lindung dan kawasan hutan lindung yang
berupa ekosistem mangrove terdiri dari: (2) Kawasan yang memberi perlindungan terhadap Kawasan
bawahannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:
a. hutan lindung di Kabupaten Bandung;
b. hutan lindung di Kabupaten Bandung Barat; a. hutan lindung di Daerah Kabupaten Bandung;
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
c. hutan lindung dan kawasan ekosistem mangrove di b. hutan lindung di Daerah Kabupaten Bandung Barat;
Kabupaten Bekasi; c. hutan lindung dan Kawasan Ekosistem mangrove di Daerah
d. hutan lindung di Kabupaten di Bogor; Kabupaten Bekasi;
e. hutan lindung di Kabupaten Cianjur;
d. hutan lindung di Daerah Kabupaten Bogor;
f. kawasan ekosistem mangrove di Kabupaten Cirebon
g. hutan lindung di Kabupaten Garut; e. hutan lindung di Daerah Kabupaten Cianjur;
h. kawasan ekosistem mangrove di Kabupaten Indramayu; f. hutan lindung di Daerah Kabupaten Garut;
i. hutan lindung di Kabupaten Karawang; g. Kawasan Ekosistem mangrove di Daerah Kabupaten
j. hutan lindung di Kabupaten Majalengka; Indramayu;
k. kawasan ekosistem mangrove di Kabupaten Pangandaran;
h. hutan lindung di Daerah Kabupaten Karawang;
l. hutan lindung di Kabupaten Purwakarta;
m. hutan lindung dan kawasan ekosistem mangrove di i. hutan lindung di Daerah Kabupaten Majalengka;
Kabupaten Subang; j. hutan lindung di Daerah Kabupaten Purwakarta;
n. hutan lindung dan kawasan ekosistem mangrove di k. hutan lindung dan Kawasan Ekosistem mangrove di Daerah
Kabupaten Sukabumi; Kabupaten Subang;
o. hutan lindung di Kabupaten Sumedang; dan
l. hutan lindung dan Kawasan Ekosistem mangrove di Daerah
p. hutan lindung di Kabupaten Tasikmalaya. Kabupaten Sukabumi;
(2) Kawasan yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
m. hutan lindung di Daerah Kabupaten Sumedang; dan
undangan di bidang Kehutanan masih ditetapkan sebagai
Hutan Lindung, namun berdasarkan penetapan garis pantai n. hutan lindung di Daerah Kabupaten Tasikmalaya.
berada di perairan laut dan pemanfaatannya sebagai kawasan (3) Kawasan di Daerah Provinsi yang berdasarkan ketentuan
perikanan (IK), kawasan pergaraman (KEG), kawasan peraturan perundang-undangan di bidang kehutanan
pariwisata (W), kawasan pencadangan konservasi di laut (KPL), ditetapkan sebagai hutan lindung, namun berdasarkan
kawaasan pertambangan dan energi (TE) dan kawasan penetapan garis pantai berada di perairan laut dan
pemanfaatannya sebagai Kawasan perikanan, Kawasan
transportasi (TR) ditetapkan sebagai zona tunda (holding zone)
pergaraman, Kawasan pariwisata, Kawasan pencadangan
yang selanjutnya disebut: konservasi di laut, Kawasan pertambangan dan energi, dan
a. PTB/IK seluas kurang lebih 2.063 (dua ribu enam puluh Kawasan transportasi, ditetapkan sebagai zona tunda (holding
tiga) hektar, tersebar di Kabupaten Bekasi, Kabupaten zone).
Karawang, dan Kabupaten Indramayu; (4) Luasan Kawasan yang memberi perlindungan terhadap
b. PTB/KEG seluas kurang lebih 213 (dua ratus tiga belas) Kawasan bawahannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
hektar terletak di Kabupaten Indramayu; mencakup luasan zona tunda (holding zone)
c. PTB/W seluas kurang lebih 103 (seratus tiga) hektar,
(5) Zona tunda (holding zone) sebagaimana dimaksud ayat (3),
tersebar di Kabupaten Bekasi, Kabupaten Karawang, terdiri dari:
Kabupaten Subang;
a. Kawasan yang memberi perlindungan terhadap Kawasan
d. PTB/KPL seluas kurang lebih 282 (dua ratus delapan
bawahannya/Kawasan perikanan seluas kurang lebih
puluh dua) hektar, terletak di Kabupaten Bekasi; 1.920 Ha (seribu sembilan ratus dua puluh hektar),
e. PTB/TE seluas kurang lebih 1 (satu) hektar, terletak di tersebar di Daerah Kabupaten Bekasi, Kabupaten
Kabupaten Subang; dan Karawang, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Subang,
f. PTB/TR seluas kurang lebih 9 (sembilan) hektar, tersebar dan Kabupaten Sukabumi;
di Kabupaten Bekasi, Kabupaten Karawang dan b. Kawasan yang memberi perlindungan terhadap Kawasan
Kabupaten Subang. bawahannya/Kawasan pergaraman seluas kurang lebih
364 Ha (tiga ratus enam puluh empat hektar) tersebar di
Daerah Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Subang;
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
c. Kawasan yang memberi perlindungan terhadap Kawasan
bawahannya/Kawasan pariwisata seluas kurang lebih
106 Ha (seratus enam hektar), tersebar di Daerah
Kabupaten Bekasi, Kabupaten Karawang, dan Kabupaten
Subang;
d. Kawasan yang memberi perlindungan terhadap Kawasan
bawahannya/Kawasan pencadangan konservasi di laut
seluas kurang lebih 321 Ha (tiga ratus dua puluh satu
hektar), tersebar di Daerah Kabupaten Bekasi dan
Kabupaten Karawang;
e. Kawasan yang memberi perlindungan terhadap Kawasan
bawahannya/Kawasan pertambangan dan energi seluas
kurang lebih 89 Ha (delapan puluh sembilan hektar),
tersebar di Daerah Kabupaten Subang dan Kabupaten
Karawang; dan
f. Kawasan yang memberi perlindungan terhadap Kawasan
bawahannya/Kawasan transportasi seluas kurang lebih 9
Ha (sembilan hektar), tersebar di Daerah Kabupaten
Bekasi, Kabupaten Karawang, dan Kabupaten Subang.
(6) Zona tunda (holding zone) sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
digambarkan dalam peta dengan ketelitian geometri dan
ketelitian detail informasi skala 1:250.000 (satu banding dua
ratus lima puluh ribu) tercantum dalam Lampiran III, yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah
ini.
Pasal 27 Pasal 29
Kawasan perlindungan setempat (PS) sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 25 huruf b dengan luas kurang lebih 11.032 (sebelas Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud dalam Hasil pembahasan Penyesuaian huruf c
ribu tiga puluh dua) hektar, terdiri atas: Pasal 26 huruf c dengan luas kurang lebih 10.989 Ha (sepuluh ribu dengan DPRD Provinsi
sembilan ratus delapan puluh sembilan hektar), terdiri atas:
a. Kawasan sempadan pantai terletak di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat (Mei 2022),
Kabupaten Subang, Kabupaten Karawang, Kabupaten a. Kawasan sempadan pantai terletak di Daerah Kabupaten nama-nama waduk dan
Indramayu, Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Subang, Kabupaten Karawang, Kabupaten danau/situ dituliskan
Indramayu, Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon, Kabupaten
Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Garut, Kabupaten dalam lampiran rencana
Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Garut, Kabupaten
Tasikmalaya dan Kabupaten Pangandaran. Tasikmalaya, dan Kabupaten Pangandaran. struktur ruang sistem
b. Kawasan sempadan sungai berada di semua wilayah jaringan sumber daya
b. Kawasan sempadan sungai berada di semua Wilayah
Kabupaten/Kota yang dilewati oleh sungai. air.
Kabupaten/Kota yang dilewati oleh sungai.
c. Kawasan sekitar waduk dan danau/situ meliputi:
1. Waduk Ir. H. Juanda-Jatiluhur, terletak di Kabupaten c. Kawasan sekitar waduk dan danau/situ yang berada di
Wilayah Kabupaten/Kota.
Purwakarta;
2. Waduk Cirata, terletak di Kabupaten Purwakarta-Cianjur- d. Kawasan perlindungan setempat lainnya:
Bandung Barat; 1. Kebun Raya Kuningan di Daerah Kabupaten Kuningan;
3. Waduk Cileunca, Waduk Cipanunjang, dan Situ 2. Taman Keanekaragaman Hayati Kiarapayung di Daerah
Sipatahunan, terletak di Kabupaten Bandung; Kabupaten Sumedang; dan
4. Waduk Saguling, Situ Ciburuy, dan Situ Lembang, terletak
di Kabupaten Bandung Barat;
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
5. Situ Gede, Waduk Pongkor, Situ Kemang, Waduk Lido dan 3. Taman Keanekaragaman Hayati Desa Nagrog di Daerah
Waduk Cikaret, terletak di Kabupaten Bogor; Kabupaten Bandung.
6. Waduk Darma, Waduk Wulukut dan Waduk Dadap
Berendung, terletak di Kabupaten Kuningan;
7. Waduk Sedong dan Situ Patok, terletak di Kabupaten
Cirebon;
8. Waduk Cipancuh dan Situ Bolang, terletak di Kabupaten
Indramayu;
9. Waduk Sindang Pano, Waduk Sangyang, Situ
Anggrarahan dan Situ Rancabeureum, terletak di
Kabupaten Majalengka;
10. Waduk Jatigede, terletak di Kabupaten Sumedang;
11. Waduk Cibeureum, terletak di Kabupaten Bekasi;
12. Situ Kamojang, terletak di Kabupaten Karawang;
13. Situ Bagendit, terletak di Kabupaten Garut;
14. Situ Gede, terletak di Kota Tasikmalaya; dan
15. Situ Bojongsari, terletak di Kota Depok.
d. Kawasan perlindungan setempat lainnya:
1. Kebun Raya Kuningan di Kabupaten Kuningan;
2. Taman Keanekaragaman Hayati Kiarapayung di Kabupaten
Sumedang; dan
3. Taman Keanekaragaman Hayati Desa Nagrog di Kabupaten
Bandung.
Pasal 28 Pasal 30 Penambahan
(1) Kawasan konservasi (KS) sebagaimana dimaksud dalam Pasal (1) Kawasan konservasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 Hasil pembahasan ayat (3) terkait
25 huruf c dengan luas kurang lebih 228.197 (dua ratus dua huruf d dengan luas kurang lebih 269.117 Ha (dua ratus enam dengan DPRD Jawa peta rujukan
puluh delapan ribu seratus sembilan puluh tujuh) hektar, puluh sembilan ribu seratus tujuh belas hektar), terdiri atas: Barat (Mei 2022): holding zone.
terdiri atas: 1. Cagar Alam Arca Domas, Cagar Alam Yan Lapa, dan Cagar Perbaikan lokasi Penambahan
a. Cagar Alam Arca Domas, Cagar Alam Yan Lapa, dan Cagar Alam Dungus Iwul, terletak di Daerah Kabupaten Bogor; untuk Cagar Alam nomor 49, 50,
Alam Dungus Iwul, terletak di Kabupaten Bogor; 2. Cagar Alam Talaga Warna, terletak di Daerah Kabupaten Panjalu/Koorders dan 51
b. Cagar Alam Talaga Warna, terletak di Kabupaten Bogor Bogor dan Kabupaten Cianjur; Pemindahan
dan Kabupaten Cianjur; 3. Cagar Alam Takokak, Cagar Alam Cadas Malang, dan Cagar beberapa lokasi
c. Cagar Alam Takokak, Cagar Alam Cadas Malang, dan Alam Bojong Larang Jayanti, terletak di Daerah Kabupaten dari Kawasan
Cagar Alam Bojong Larang Jayanti, terletak di Kabupaten Cianjur; Pencadangan
Cianjur; 4. Cagar Alam Gunung Simpang, terletak di Daerah Konservasi di Laut
d. Cagar Alam Gunung Simpang, terletak di Kabupaten Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur; karena telah
Bandung dan Kabupaten Cianjur; ditetapkan sebagai
5. Cagar Alam Telaga Patengan, Cagar Alam Gunung Malabar,
e. Cagar Alam Telaga Patengan, Cagar Alam Gunung kawasan konservasi
Cagar Alam Cigenteng Cipanji I/II dan Cagar Alam Gunung
Malabar, Cagar Alam Cigenteng Cipanji I/II dan Cagar Tilu, terletak di Daerah Kabupaten Bandung; oleh Menteri KKP,
Alam Gunung Tilu, terletak di Kabupaten Bandung; antara lain:
6. Cagar Alam Papandayan (perluasan) dan Cagar Alam
f. Cagar Alam Papandayan (perluasan) dan Cagar Alam o Kawasan
Kawah Kamojang, terletak di Daerah Kabupaten Bandung
Kawah Kamojang, terletak di Kabupaten Bandung dan dan Kabupaten Garut; Konservasi Taman
Kabupaten Garut; Wisata Perairan
Pulau Biawak,
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
g. Cagar Alam Gunung Tangkubanparahu, terletak di 7. Cagar Alam Gunung Tangkubanparahu, terletak di Daerah terletak di Daerah
Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Subang; Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Subang; Kabupaten
h. Cagar Alam Talaga Bodasdan Leuweung Sancang, Indramayu
8. Cagar Alam Talaga Bodas dan Leuweung Sancang, terletak
(Kepmen KP No. 66
terletak di Kabupaten Garut; di Daerah Kabupaten Garut;
Tahun 2021);
i. Cagar Alam Sukawayana, Cagar Alam Cibantengdan 9. Cagar Alam Sukawayana, Cagar Alam Cibantengdan Cagar
Cagar Alam Tangkuban Perahu (Palabuhanratu), terletak o Kawasan
Alam Tangkuban Perahu (Palabuhanratu), terletak di
di Kabupaten Sukabumi; Konservasi Taman
Daerah Kabupaten Sukabumi;
Pesisir
j. Cagar Alam Burangrang, terletak di Kabupaten 10. Cagar Alam Burangrang, terletak di Daerah Kabupaten Pangandaran,
Purwakarta dan Kabupaten Subang; Purwakarta dan Kabupaten Subang; terletak di Daerah
k. Cagar Alam Gunung Jagat, terletak di Kabupaten Kabupaten
11. Cagar Alam Gunung Jagat, terletak di Daerah Kabupaten
Sumedang; Pangandaran
Sumedang;
l. Cagar Alam Pananjung Pangandaran, Laut Pangandaran, (Kepmen KP No. 1
dan Cagar Alam Panjalu/Koorders, terletak di Kabupaten 12. Cagar Alam Pananjung Pangandaran dan Laut Tahun 2022); dan
Pangandaran, terletak di Daerah Kabupaten Pangandaran;
Pangandaran; o Kawasan
m. Cagar Alam Junghuhn, terletak di Kabupaten Bandung 13. Cagar Alam Panjalu/Koorders, terletak di Daerah Konservasi Taman
Barat; Kabupaten Ciamis; Pesisir Pantai
14. Cagar Alam Junghuhn, terletak di Daerah Kabupaten Penyu
n. Suaka Margasatwa Cikepuh, terletak di Kabupaten
Pangumbahan,
Sukabumi; Bandung Barat;
terletak di Daerah
o. Suaka Margasatwa Gunung Sawal, terletak di Kabupaten 15. Suaka Margasatwa Cikepuh, terletak di Daerah Kabupaten Kabupaten
Ciamis; Sukabumi; Sukabumi
p. Suaka Margasatwa Sindangkerta, terletak di (Kepmen KP No. 5
16. Suaka Margasatwa Gunung Sawal, terletak di Daerah
Kabupaten Tasikmalaya; Tahun 2016).
Kabupaten Ciamis;
q. Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, terletak
17. Suaka Margasatwa Sindangkerta, terletak di Daerah
di Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Tasikmalaya;
Kabupaten Bogor;
18. Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, terletak di
r. Taman Nasional Gunung Halimun- Salak, terletak di
Daerah Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur dan
Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor; Kabupaten Bogor;
s. Taman Nasional Gunung Ciremai, terletak di Kabupaten
19. Taman Nasional Gunung Halimun-Salak, terletak di Daerah
Kuningan dan Kabupaten Majalengka;
Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor;
t. Taman Hutan Raya Ir. H Juanda, terletak di Kota
Bandung, Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung 20. Taman Nasional Gunung Ciremai, terletak di Daerah
Kabupaten Kuningan, Kabupaten Majalengka, dan
Barat;
Kabupaten Cirebon;
u. Taman Hutan Raya Pancoran Mas, terletak di Kota Depok;
v. Taman Hutan Raya Gunung Kunci dan Palasari, terletak 21. Taman Hutan Raya Ir. H Juanda, terletak di Daerah Kota
Bandung, Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung
di Kabupaten Sumedang;
Barat;
w. Taman Wisata Alam Talaga Warna dan Taman Wisata
Alam Gunung Pancar, terletak di Kabupaten Bogor; 22. Taman Hutan Raya Pancoran Mas, terletak di Daerah Kota
x. Taman Wisata Alam Sukawayana, terletak di Kabupaten Depok;
Sukabumi; 23. Taman Hutan Raya Gunung Kunci dan Palasari, terletak di
y. Taman Wisata Alam Jember, terletak di Kabupaten Daerah Kabupaten Sumedang;
Cianjur; 24. Taman Wisata Alam Talaga Warna dan Taman Wisata Alam
z. Taman Wisata Alam Telaga Patengan dan Taman Wisata Gunung Pancar, terletak di Daerah Kabupaten Bogor;
Alam Cimanggu, terletak di Kabupaten Bandung;
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
aa. Taman Wisata Gunung Tangkubanparahu, 25. Taman Wisata Alam Sukawayana, terletak di Daerah
terletak di Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Kabupaten Sukabumi;
Subang; 26. Taman Wisata Alam Jember, terletak di Daerah Kabupaten
bb. Taman Wisata Alam Kawah Kamojang, terletak di Cianjur;
Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut; 27. Taman Wisata Alam Telaga Patengan dan Taman Wisata
cc. Taman Wisata Alam Papandayan, Taman Wisata Alam Alam Cimanggu, terletak di Daerah Daerah Kabupaten
Gunung Guntur dan Taman Wisata Alam Talaga Bodas, Bandung;
terletak di Kabupaten Garut; 28. Taman Wisata Gunung Tangkubanparahu,
dd. Taman Wisata Alam Gunung Tampomas, terletak di terletak di Daerah Kabupaten Bandung Barat dan
Kabupaten Sumedang; Kabupaten Subang;
ee. Taman Wisata Alam Linggarjati, terletak di Kabupaten 29. Taman Wisata Alam Kawah Kamojang, terletak di Daerah
Kuningan; Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut;
ff. Taman Wisata Alam Pananjung Pangandaran, terletak di
30. Taman Wisata Alam Papandayan, Taman Wisata Alam
Kabupaten Pangandaran; Gunung Guntur dan Taman Wisata Alam Talaga Bodas,
gg. Taman Wisata Alam lainnya, tersebar di kabupaten/kota; terletak di Daerah Kabupaten Garut;
hh. Taman Buru Gunung Masigit Kareumbi, terletak di
31. Taman Wisata Alam Gunung Tampomas, terletak di Daerah
Kabupaten Bandung, Kabupaten Garut dan Kabupaten
Kabupaten Sumedang;
Sumedang.
ii. Kawasan perlindungan plasma nutfah eks-situ Muara 32. Taman Wisata Alam Linggarjati, terletak di Daerah
Kabupaten Kuningan;
Gembong, terletak di Kabupaten Bekasi;
jj. Kawasan perlindungan plasma nutfah eks-situ Kebun 33. Taman Wisata Alam Pananjung Pangandaran, terletak di
Raya Bogor, terletak di Kota Bogor; Daerah Kabupaten Pangandaran;
kk. Kawasan perlindungan plasma nutfah eks-situ Taman 34. Taman Wisata Alam lainnya, tersebar di kabupaten/kota;
Safari Indonesia, Taman Buah Mekarsari, dan Gunung 35. Taman Buru Gunung Masigit Kareumbi, terletak di Daerah
Salak Endah, terletak di Kabupaten Bogor; Kabupaten Bandung, Kabupaten Garut dan Kabupaten
ll. Kawasan perlindungan plasma nutfah eks-situ Taman Sumedang;
Bunga Nusantara dan Kebun Raya Cibodas, terletak di 36. Kawasan perlindungan plasma nutfah eks-situ Muara
Kabupaten Cianjur; Gembong, terletak di Daerah Kabupaten Bekasi;
mm. Kawasan perlindungan plasma nutfah eks-situ Pantai
37. Kawasan perlindungan plasma nutfah eks-situ Kebun Raya
Pangumbahan dan Perairan Sukawayana, terletak di Bogor, terletak di Daerah Kota Bogor;
Kabupaten Sukabumi;
38. Kawasan perlindungan plasma nutfah eks-situ Taman
nn. Kawasan perlindungan plasma nutfah eks-situ Kawasan
Safari Indonesia, Taman Buah Mekarsari, dan Gunung
Jatiluhur-Sanggabuana, terletak di Kabupaten Salak Endah, terletak di Daerah Kabupaten Bogor;
Purwakarta;
39. Kawasan perlindungan plasma nutfah eks-situ Taman
oo. Kawasan perlindungan plasma nutfah eks-situ Kawah
Bunga Nusantara dan Kebun Raya Cibodas, terletak di
Putih dan Gunung Patuha, terletak di Kabupaten Daerah Kabupaten Cianjur;
Bandung;
40. Kawasan perlindungan plasma nutfah eks-situ Pantai
pp. Kawasan perlindungan plasma nutfah eks-situ Kebun
Pangumbahan dan Perairan Sukawayana, terletak di
Binatang Bandung, terletak di Kota Bandung; Daerah Kabupaten Sukabumi;
qq. Kawasan perlindungan plasma nutfah eks-situ Pantai
41. Kawasan perlindungan plasma nutfah eks-situ Kawasan
Cimapang-Rancabuaya, terletak di Kabupaten Garut;
Jatiluhur-Sanggabuana, terletak di Daerah Kabupaten
Purwakarta;
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
rr. Kawasan perlindungan plasma nutfah eks-situ Gunung 42. Kawasan perlindungan plasma nutfah eks-situ Kawah Putih
Cakrabuana, Sirah Cimunjul dan Gunung Galunggung, dan Gunung Patuha, terletak di Daerah Kabupaten
terletak di Kabupaten Tasikmalaya; Bandung;
ss. Kawasan perlindungan plasma nutfah eks-situ Pantai 43. Kawasan perlindungan plasma nutfah eks-situ Kebun
Majingklak, Karang Kamulyan, Panjalu dan Cukang Binatang Bandung, terletak di Daerah Kota Bandung;
Taneuh, terletak di Kabupaten Ciamis; 44. Kawasan perlindungan plasma nutfah eks-situ Pantai
tt. Kawasan perlindungan plasma nutfah eks-situ Gunung Cimapang-Rancabuaya, terletak di Daerah Kabupaten
Ageung, terletak di Kabupaten Majalengka; dan Garut;
uu. Kawasan perlindungan plasma nutfah eks-situ Muara 45. Kawasan perlindungan plasma nutfah eks-situ Gunung
Cimanuk dan Pulau Biawak, terletak di Kabupaten Cakrabuana, Sirah Cimunjul dan Gunung Galunggung,
Indramayu. terletak di Daerah Kabupaten Tasikmalaya;
(2) Kawasan yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang- 46. Kawasan perlindungan plasma nutfah eks-situ Pantai
Majingklak, Karang Kamulyan, Panjalu dan Cukang
undangan dibidang Kehutanan masih ditetapkan sebagai
Taneuh, terletak di Kabupaten Ciamis;
Kawasan Konservasi, namun berdasarkan penetapan garis
pantai berada di perairan laut dan pemanfaatannya sebagai 47. Kawasan perlindungan plasma nutfah eks-situ Gunung
Ageung, terletak di Daerah Kabupaten Majalengka;
kawasan perikanan, kawasan pariwisata dan kawasan
transportasi ditetapkan sebagai zona tunda (holding zone) 48. Kawasan perlindungan plasma nutfah eks-situ Muara
yang selanjutnya disebut: Cimanuk dan Pulau Biawak, terletak di Daerah Kabupaten
Indramayu;
a. KS/IK seluas kurang lebih 5 Hektar, terletak di Kabupaten
Cianjur; 49. Kawasan Konservasi Taman Wisata Perairan Pulau Biawak,
b. KS/W seluas kurang lebih 7 Hektar, terletak di Kabupaten terletak di Daerah Kabupaten Indramayu;
Cianjur; dan 50. Kawasan Konservasi Taman Pesisir Pangandaran, terletak
c. KS/TR seluas kurang lebih 1 Ha, terletak di Kabupaten di Daerah Kabupaten Pangandaran; dan
Cianjur. 51. Kawasan Konservasi Taman Pesisir Pantai Penyu
Pangumbahan, terletak di Daerah Kabupaten Sukabumi.
(2) Kawasan di Daerah Provinsi yang berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang kehutanan
ditetapkan sebagai Kawasan konservasi, namun berdasarkan
penetapan garis pantai berada di perairan laut dan
pemanfaatannya sebagai Kawasan perikanan, Kawasan
pariwisata, dan Kawasan transportasi, ditetapkan sebagai zona
tunda (holding zone).
(3) Luas Kawasan konservasi sebagaumana dimaksud pada ayat
(1) mencakup luasan zona tunda (holding zone).
(4) Zona tunda (holding zone) sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), terdiri dari:
a. Kawasan konservasi/Kawasan perikanan seluas kurang
lebih 7 Ha (tujuh hektar), tersebar di Daerah Kabupaten
Cianjur, Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Garut;
b. Kawasan konservasi/Kawasan pariwisata seluas kurang
lebih 7 Ha (tujuh hektar), tersebar di Daerah Kabupaten
Cianjur dan Kabupaten Sukabumi; dan
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
c. Kawasan konservasi/Kawasan transportasi seluas kurang
lebih 1 Ha (satu hektar), tersebar di Daerah Kabupaten
Cianjur dan Kabupaten Tasikmalaya.
(5) Zona tunda (holding zone) sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) digambarkan dalam peta dengan ketelitian geometri dan
ketelitian detail informasi skala 1:250.000 (satu banding dua
ratus lima puluh ribu) tercantum dalam Lampiran III, yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Pasal 29 Pasal 31 Penambahan ayat (3)
(1) Kawasan pencadangan konservasi di laut (KPL) sebagaimana Kawasan pencadangan konservasi di laut sebagaimana dimaksud Hasil pembahasan terkait peta rujukan
dimaksud dalam Pasal 25 huruf d dengan luas kurang lebih dalam Pasal 26 huruf e dengan luas kurang lebih 5.621 Ha (lima dengan DPRD Jawa holding zone.
47.450 (empat puluh tujuh ribu empat ratus lima puluh) ribu enam ratus dua puluh satu hektar), terdiri atas: Barat (Mei 2022):
hektar, terdiri atas:
a. Taman, yang terdapat di: Pemindahan beberapa
a. Taman, yang terdapat di:
1. Daerah Kabupaten Bekasi yaitu Kawasan Konservasi lokasi ke Kawasan
1. Kabupaten Bekasi yaitu Kawasan Konservasi Mangrove
Mangrove Muara Gembong; Konservasi karena telah
Muara Gembong;
ditetapkan sebagai
2. Kabupaten Sukabumi yaitu Suaka Pulau Kecil Geopark 2. Daerah Kabupaten Sukabumi yaitu Suaka Pulau Kecil
Geopark Ciletuh, Kawasan Konservasi Mangrove Ciemas, kawasan konservasi oleh
Ciletuh, Taman Pesisir Pantai Penyu Pangumbahan,
dan Kawasan Konservasi Mangrove Cibitung; Menteri KKP, antara lain:
Kawasan Konservasi Mangrove Ciemas dan Kawasan
1. Kawasan Konservasi
Konservasi Mangrove Cibitung; 3. Daerah Kabupaten Tasikmalaya yaitu Suaka Pesisir
Taman Wisata
3. Kabupaten Tasikmalaya yaitu Suaka Pesisir Pamayang; Pamayang;
Perairan Pulau
4. Kabupaten Subang yaitu Suaka Alam Perairan 4. Daerah Kabupaten Subang yaitu Suaka Alam Perairan Biawak, terletak di
Blanakan; Blanakan; dan Daerah Kabupaten
5. Kabupaten Indramayu yaitu Suaka Alam Perairan Indramayu (Kepmen
5. Daerah Kabupaten Indramayu yaitu Suaka Alam Perairan
Eretan, Pulau Biawak dan Pantai Majakerta; dan KP No. 66 Tahun
Eretan.
2021);
6. Kabupaten Pangandaran yaitu Kawasan Konservasi
b. Kawasan Konservasi Maritim, yang terdapat di:
Taman Pesisir Pangandaran. 2. Kawasan Konservasi
b. Kawasan Konservasi Maritim, yang terdapat di: 1. Perairan Kabupaten Karawang yaitu Karang Temiyang, Taman Pesisir
Karang Sendulang, dan Karang Kapalan; dan Pangandaran, terletak
1. Perairan Kabupaten Karawang yaitu Karang Temiyang,
2. Kabupaten Subang yaitu Karang Bui. di Daerah Kabupaten
Karang Sendulang, Karang Kapalan dan kawasan
Pangandaran (Kepmen
terumbu karang Pantai Cilamaya; dan KP No. 1 Tahun
2. Kabupaten Subang yaitu Karang Bui. 2022); dan
(2) Kawasan yang berdasarkan penetapan garis pantai berada di 3. Kawasan Konservasi
perairan laut dan pemanfaatannya sebagai kawasan Taman Pesisir Pantai
pencadangan konservasi di laut namun berdasarkan ketentuan Penyu Pangumbahan,
peraturan perundang-undangan dibidang Kehutanan masih terletak di Daerah
ditetapkan sebagai Hutan Lindung atau Hutan Produksi Kabupaten Sukabumi
ditetapkan sebagai zona tunda (holding zone) yang selanjutnya (Kepmen KP No. 5
disebut: Tahun 2016).
a. PTB/KPL seluas kurang lebih 282 (dua ratus delapan puluh
dua) hektar, tersebar di Kabupaten Bekasi dan Kabupaten
Subang; dan
b. HP/KPL seluas kurang lebih 65 (enam puluh lima) hektar,
tersebar di Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Pangandaran.
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
Pasal 30 Pasal 32
Kawasan hutan adat (ADT) sebagaimana dimaksud dalam Pasal
25 huruf e dengan luas kurang lebih 31 (tiga puluh satu) hektar Kawasan hutan adat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf
terletak di Kabupaten Ciamis. f dengan luas kurang lebih 31 Ha (tiga puluh satu hektar) terletak
di Daerah Kabupaten Ciamis.
Pasal 31 Pasal 33
Kawasan lindung geologi (LGE) sebagaimana dimaksud dalam Kawasan Lindung geologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26
Pasal 25 huruf f dengan luas kurang lebih 21.736 (dua puluh satu huruf g dengan luas kurang lebih 21.812 Ha (dua puluh satu ribu
ribu tujuh ratus tiga puluh enam) hektar, terdiri atas: delapan ratus dua belas hektar), terdiri atas:
a. Kawasan Geologi Pasir Pawon dan Gua Pawon, terletak di a. Kawasan Geologi Ciletuh, terletak di Daerah Kabupaten
Kabupaten Bandung Barat; Sukabumi; dan
b. Kawasan Geologi Batu Obsidian Nagreg, terletak di Kabupaten b. Kawasan Karst di Daerah Kabupaten Bogor, Kabupaten
Bandung; Sukabumi, Kabupaten Karawang, Kabupaten Bandung Barat,
dan Kabupaten Pangandaran.
c. Kawasan Geologi Ciletuh, terletak di Kabupaten Sukabumi;
d. Kawasan Geologi di Kabupaten Ciamis;
e. Kawasan Geologi di Kabupaten Tasikmalaya; dan
f. Kawasan karst di Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi,
Kabupaten Karawang, Kabupaten Bandung Barat dan
Kabupaten Pangandaran.
Tanggapan:
Penetapan luasan
KP2B dalam RTRWP
berdasarkan usulan
Kabupaten/Kota
dalam rapat
koordinasi
penyepakatan luasan
dan lokasi KP2B.
Usulan tersebut telah
melalui hasil kajian
pertimbangan teknis,
cek lapangan, serta
identifikasi
kepemilikan lahan dan
perizinan yang
kemudian dianalisis
lebih lanjut oleh
Provinsi.
Hasil pembahasan
dengan DPRD Jawa
Barat (Mei 2022):
perlu menambahkan
ayat (4) terkait
pengembangan lahan
sawah ke depan untuk
memenuhi kebutuhan
pangan Provinsi Jawa
Barat.
Penyesuaian substansi
kawasan pertanian
telah dibahas bersama
Ditjen Tata Ruang
serta Ditjen
Pengendalian dan
Penertiban Tanah dan
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
Ruang Kementerian
ATR/BPN tanggal 30
Juni 2022 dan 13 Juli
2022.
Pasal 36 Paragraf 4
(1) Kawasan perikanan (IK) sebagaimana dimaksud dalam Pasal Kawasan
33 huruf c dengan luas kurang lebih 1.352.493 (satu juta tiga Perikanan Pasal 38
ratus lima puluh dua ribu empat ratus sembilan puluh tiga)
hektar terdiri dari kawasan perikanan tangkap dan kawasan (1) Kawasan Perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 Penambahan ayat (2), Penambahan ayat (2),
perikanan budidaya yang tersebar di: huruf c, dengan luas kurang lebih 1.353.222 Ha (satu juta tiga (3), dan (4) berdasarkan (3), dan (4).
a. perairan Kabupaten Bekasi, Kabupaten Karawang, ratus lima puluh tiga ribu dua ratus dua puluh dua hektar) hasil pembahasan
Kabupaten Subang, Kabupaten Indramayu, Kabupaten terdiri dari: dengan DPRD Provinsi
Cirebon, Kota Cirebon, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten a. kawasan perikanan tangkap; Jawa Barat (Mei 2022).
Cianjur, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, dan b. kawasan perikanan budi daya laut; dan
Kabupaten Pangandaran untuk kawasan perikanan c. kawasan perikanan budi daya di darat.
tangkap; (2) Kawasan perikanan tangkap sebagaimana dimaksud pada ayat
b. perairan Kabupaten Bekasi, Kabupaten Subang, Kota (1) huruf a tersebar di perairan Daerah Kabupaten Bekasi,
Cirebon, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Karawang, Kabupaten Subang, Kabupaten
Kabupaten Garut, dan Kabupaten Pangandaran untuk Indramayu, Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon, Kabupaten
kawasan perikanan budidaya; dan Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Garut, Kabupaten
c. Kabupaten Bekasi, Kabupaten Karawang, Kabupaten Tasikmalaya, dan Kabupaten Pangandaran.
Subang, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Cirebon, (3) Kawasan perikanan budi daya laut sebagaimana dimaksud pada
Kabupaten Majalengka, Kabupaten Bandung dan ayat (1) huruf b tersebar di perairan Daerah Kabupaten Bekasi,
Kabupaten Cianjur untuk kawasan perikanan budidaya di Kabupaten Subang, Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon,
darat. Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Garut, dan Kabupaten
(2) Kawasan yang berdasarkan penetapan garis pantai berada di Pangandaran.
perairan laut dan pemanfaatannya sebagai kawasan perikanan (4) Kawasan perikanan budi daya di darat sebagaimana dimaksud
namun berdasarkan ketentuan peraturan perundang- pada ayat (1) huruf c tersebar di seluruh Daerah
undangan di bidang Kehutanan masih ditetapkan sebagai Kabupaten/Kota di Daerah Provinsi.
Hutan Lindung atau Hutan Produksi atau Kawasan Konservasi
ditetapkan sebagai zona tunda (holding zone) yang selanjutnya
disebut:
a. PTB/IK seluas kurang lebih 2.063 (dua ribu enam puluh
tiga) hektar, tersebar di Kabupaten Bekasi, Kabupaten
Karawang, dan Kabupaten Indramayu;
b. KS/IK seluas kurang lebih 5 (lima) hektar, terletak di
Kabupaten Cianjur; dan
c. HP/IK seluas kurang lebih 884 (delapan ratus delapan
puluh empat) hektar, tersebar di Kabupaten Bekasi,
Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Pangandaran.
(3) Kawasan perikanan yang berdasarkan penetapan garis pantai
berada di darat dan pemanfaatannya sebagai kawasan
perlindungan terhadap kawasan bawahannya dan hutan
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
produksi ditetapkan sebagai zona tunda (holding zone) yang
selanjutnya disebut:
a. IK/PTB seluas kurang lebih 173 (seratus tujuh puluh tiga)
hektar; dan
b. IK/HP seluas kurang lebih 25 (dua puluh lima) hektar.
Pasal 37 Paragraf 5
(1) Kawasan pergaraman (KEG) sebagaimana dimaksud dalam Kawasan Pergaraman
Pasal 33 huruf d dengan luas kurang lebih 30.363 (tiga puluh Pasal 39
ribu tiga ratus enam puluh tiga) hektar tersebar di:
a. Kabupaten Karawang yaitu Cilebar, Tempuran, Cilamaya Kawasan pergaraman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 Hasil pembahasan
huruf d dengan luas kurang lebih 37.368 Ha (tiga puluh tujuh ribu
Kulon, dan Cilamaya Wetan; dengan DPRD Jawa
tiga ratus enam puluh delapan hektar) tersebar di:
b. Kabupaten Subang yaitu Legonkulon; Barat (Mei 2022):
c. Kabupaten Indramayu yaitu Losarang, Kandanghaur dan a. Daerah Kabupaten Karawang yaitu Cilebar, Tempuran, penambahan lokasi
Cilamaya Kulon, dan Cilamaya Wetan;
Cantigi;
d. Kabupaten Cirebon yaitu Kapetakan, Suranenggala, b. Daerah Kabupaten Subang yaitu Legonkulon;
Gunung Jati dan Astanajapura; dan c. Daerah Kabupaten Indramayu yaitu Losarang, Kandanghaur,
e. Kabupaten Sukabumi yaitu Cibitung dan Tegal Buleud. Cantigi, Krangkeng, Sukra, dan Indramayu;
(2) Kawasan berdasarkan penetapan garis pantai berada di d. Daerah Kabupaten Cirebon yaitu Kapetakan, Suranenggala,
perairan laut dan pemanfaatannya sebagai kawasan Gunung Jati, Mundu, Gebang, Pangenan, Losari, dan
pergaraman, namun berdasarkan ketentuan peraturan Astanajapura; dan
perundang-undangan di bidang Kehutanan masih ditetapkan e. Daerah Kabupaten Sukabumi yaitu Cibitung, Tegal Buleud,
sebagai Hutan Lindung, ditetapkan sebagai zona tunda (holding dan Surade.
zone) yang selanjutnya disebut PTB/KEG seluas kurang lebih
213 (dua ratus tiga belas) hektar terletak di Kabupaten
Indramayu.
Pasal 38 Paragraf 6
(1) Kawasan pertambangan dan energi (TE) sebagaimana Kawasan Pertambangan dan
dimaksud dalam Pasal 33 huruf e dengan luas kurang lebih Energi Pasal 40
130.115 (seratus tiga puluh ribu seratus lima belas) hektar
terletak di: (1) Kawasan pertambangan dan energi sebagaimana dimaksud Penambahan ayat (2) dan Penambahan ayat (2)
dalam Pasal 35 huruf e dengan luas kurang lebih 116.876 ha
a. Kabupaten Bandung, (3) berdasarkan hasil dan (3).
(seratus enam belas ribu delapan ratus tujuh puluh enam
b. Kabupaten Bandung Barat, hektar) terdiri dari: pembahasan dengan
c. Kabupaten Bogor, DPRD Provinsi Jawa
a. kawasan pertambangan dan energi di wilayah darat; dan
d. Kabupaten Cianjur, Barat (Mei 2022),
e. Kabupaten Cirebon, b. kawasan pertambangan dan energi di wilayah laut. dimana luasan kawasan
f. Kabupaten Garut, (2) Kawasan pertambangan dan energi di wilayah darat PTE di darat dan laut
g. Kabupaten Karawang, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terletak di: dipisahkan
h. Kabupaten Kuningan, a. Daerah Kabupaten Bandung;
i. Kabupaten Majalengka, Pembahasan dengan Dit.
b. Daerah Kabupaten Bandung Barat;
j. Kabupaten Pangandaran, Binda I Kementerian
k. Kabupaten Purwakarta, c. Daerah Kabupaten Bekasi; ATR/BPN (Juni 2022):
l. Kabupaten Subang, d. Daerah Kabupaten Bogor; Luasan cukup ditulis
m. Kabupaten Sukabumi, secara keseluruhan
e. Daerah Kabupaten Cianjur;
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
n. Kabupaten Sumedang, f. Daerah Kabupaten Cirebon; (darat dan laut) pada
o. Kabupaten Tasikmalaya, g. Daerah Kabupaten Garut; ayat (1)
p. Kota Cimahi,
h. Daerah Kabupaten Indramayu;
q. Kota Tasikmalaya,
r. Kawasan energi PLTGU Muara Tawar, Tarumajaya, dan i. Daerah Kabupaten Karawang;
Babelan di Kab. Bekasi; j. Daerah Kabupaten Kuningan;
s. Kawasan energi PLTGU Cilamaya Wetan di Kab. Karawang;
k. Daerah Kabupaten Majalengka;
t. Kawasan energi PLTU Sukra dan Balongan di perairan
Kabupaten Indramayu; l. Daerah Kabupaten Purwakarta;
u. Kawasan energi PLTU Mundu, Astanajapura dan Pangenan m. Daerah Kabupaten Subang;
di perairan Kabupaten Cirebon; n. Daerah Kabupaten Sukabumi;
v. Kawasan energi PLTU Palabuhanratu dan Simpenan di
o. Daerah Kabupaten Sumedang;
perairan Kabupaten Sukabumi; dan
w. Perairan Kabupaten Bekasi, Kabupaten Karawang, p. Daerah Kabupaten Tasikmalaya;
Kabupaten Subang, Kabupaten Indramayu, Kabupaten q. Daerah Kota Cirebon; dan
Cirebon dan Kota Cirebon untuk Pertambangan Minyak r. Daerah Kota Tasikmalaya;
Bumi dan Gas Bumi.
(2) Kawasan yang berdasarkan penetapan garis pantai berada di (3) Kawasan pertambangan dan energi di wilayah laut
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terletak di:
perairan laut dan pemanfaatannya sebagai kawasan
pertambangan dan energi namun berdasarkan ketentuan a. Kawasan energi PLTGU Muara Tawar, Tarumajaya, dan
peraturan perundang-undangan di bidang Kehutanan masih Babelan di Daerah Kabupaten Bekasi;
ditetapkan sebagai Hutan Lindung, ditetapkan sebagai zona b. Kawasan energi PLTGU Cilamaya Wetan di Daerah
tunda (holding zone) yang selanjutnya disebut PTB/TE seluas Kabupaten Karawang;
kurang lebih 1 Ha di Kabupaten Subang. c. Kawasan energi PLTU Sukra dan Balongan di perairan
(3) Kawasan pertambangan dan energi yang berdasarkan Daerah Kabupaten Indramayu;
penetapan garis pantai berada di darat dan pemanfaatannya d. Kawasan energi PLTU Mundu, Astanajapura dan Pangenan
sebagai kawasan perlindungan terhadap kawasan di perairan Daerah Kabupaten Cirebon;
bawahannya ditetapkan sebagai zona tunda (holding zone)
e. Kawasan energi PLTU Palabuhanratu dan Simpenan di
yang selanjutnya disebut TE/PTB seluas kurang lebih 10 perairan Daerah Kabupaten Sukabumi; dan
(sepuluh) hektar, tersebar di Kabupaten Karawang.
f. Perairan Daerah Kabupaten Bekasi, Kabupaten Karawang,
Kabupaten Subang, Kabupaten Indramayu, Kabupaten
Cirebon, dan Kota Cirebon untuk Pertambangan Minyak
Bumi dan Gas Bumi.
Tanggapan:
a. Diperbaiki sesuai
dengan tanggapan
Kementerian
ATR/BPN.
b. Pengembangan
komoditas unggulan
diatur lebih lanjut
dalam rencana
sektor, rencana
pembangunan dan
RTR Kab/Kota.
c. Pembangunan bahan
bakar hijau telah
diakomodasi sebagai
kawasan peruntukan
industri di Kab.
Karawang
Hasil pembahasan
dengan DPRD Jawa
Barat (Mei 2022):
penambahan ayat (3), (4),
dan (5).
Pasal 40 Paragraf 8 Kementerian ATR/BPN: Perubahan struktur
(1) Kawasan pariwisata (W) seluas 3.753 (tiga ribu tujuh ratus Kawasan Pariwisata RTRW dan RDTR dalam ayat
lima puluh tiga) hektar sebagaimana dimaksud dalam Pasal Pasal 42 kurung dihapus karena Penambahan ayat
33 huruf g terletak di Kabupaten Bekasi, Kabupaten dalam definisi tidak (6)
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
Karawang, Kabupaten Subang Kabupaten Indramayu, (1) Kawasan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 disingkat.
Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon, Kabupaten Pangandaran, huruf g dengan luas kurang lebih 3.750 Ha (tiga ribu tujuh
Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Garut, Kabupaten ratus lima puluh hektar). Direktorat Tata Ruang
Cianjur dan Kabupaten Sukabumi; (2) Kawasan pariwisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan Penanggulangan
(2) Kawasan berdasarkan penetapan garis pantai berada di meliputi: Bencana,
perairan laut dan pemanfaatannya sebagai kawasan a. Destinasi Pariwisata Provinsi; Bappenas:
pariwisata, namun berdasarkan ketentuan peraturan b. Kawasan Strategis Pariwisata Provinsi; dan Terdapat amanat
perundang-undangan di bidang Kehutanan masih ditetapkan c. Kawasan Pengembangan Pariwisata Provinsi. kegiatan prioritas dan
sebagai Hutan Lindung atau Hutan Produksi atau Kawasan (3) Destinasi Pariwisata Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat proyek prioritas
Konservasi ditetapkan sebagai zona tunda (holding zone) yang (2) huruf a, meliputi: nasional yang
selanjutnya disebut: a. Destinasi Pariwisata Provinsi Bogor-Cianjur-Sukabumi; ditetapkan di Provinsi
a. PTB/W seluas kurang lebih 103 (seratus tiga) hektar, b. Destinasi Pariwisata Provinsi Karawang-Bekasi; Jawa Barat, yaitu:
tersebar di Kabupaten Bekasi, Kabupaten Karawang, c. Destinasi Pariwisata Provinsi Cirebon-Raya; Pengembangan Kawasan
Kabupaten Subang; d. Destinasi Pariwisata Provinsi Cekungan Bandung; dan Strategis: Pembangunan
b. KS/W seluas kurang lebih 7 (tujuh) hektar, terletak di e. Destinasi Pariwisata Provinsi Pangandaran-Tasikmalaya- DPP Baru Bandung-
Kabupaten Cianjur; dan Garut-Cianjur. Halimun-Ciletuh.
c. HP/W seluas kurang lebih 1 (satu) hektar, terletak di (4) Kawasan Strategis Pariwisata Provinsi sebagaimana dimaksud
Kabupaten Pangandaran. pada ayat (2) huruf b, meliputi: Kementerian
(3) Selain kawasan pariwisata sebagaimana dimaksud ayat (1) Perindustrian:
a. Kawasan Ekowisata Puncak dan sekitarnya;
dan ayat (2), pembangunan destinasi pariwisata meliputi: Perlu adanya penjelasan
b. Kawasan Geowisata Palabuhanratu-Ciletuh-Ujung-genteng
a. Pembangunan Destinasi Pariwisata Provinsi; terkait klausul “Kawasan
dan sekitarnya;
b. Pembangunan Kawasan Strategis Pariwisata Provinsi; dan Pariwisata Industri”
c. Kawasan Pariwisata Cagar Budaya Cianjur-Sukabumi dan
c. Pembangunan Kawasan Pengembangan Pariwisata
sekitarnya;
Provinsi. Tanggapan:
d. Kawasan Pariwisata Industri Bekasi-Karawang dan
(4) Pembangunan Destinasi Pariwisata Provinsi sebagaimana 1. Diperbaiki sesuai
sekitarnya;
dimaksud pada ayat (3) huruf a, meliputi: dengan tanggapan.
e. Kawasan Pariwisata Sejarah dan Keraton di Cirebon dan
a. Destinasi Pariwisata Provinsi Bogor-Cianjur-Sukabumi; 2. Masukan telah
sekitarnya;
b. Destinasi Pariwisata Provinsi Karawang-Bekasi; tertuang dalam ayat
f. Kawasan Pariwisata Kreatif Bandung dan sekitarnya;
c. Destinasi Pariwisata Provinsi Cirebon-Raya; (5) huruf b
g. Kawasan Pariwisata Alam Bandung Selatan-Garut dan
d. Destinasi Pariwisata Provinsi Cekungan Bandung; dan 3. Kawasan pariwisata
sekitarnya;
e. Destinasi Pariwisata Provinsi Pangandaran-Tasikmalaya- industri yang
h. Kawasan Budaya Priangan dan Alam Bahari di Priangan
Garut-Cianjur. dimaksud adalah
dan sekitarnya; dan
(5) Pembangunan Kawasan Strategis Pariwisata Provinsi kegiatan wisata
i. Kawasan Ekowisata Pantai APRA-Cipatujah dan sekitarnya.
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b, meliputi: edukasi pada
(5) Kawasan Pengembangan Pariwisata Provinsi sebagaimana
a. Kawasan Ekowisata Puncak dan sekitarnya; dimaksud pada ayat (2) huruf c, meliputi: kawasan
b. Kawasan Geowisata Palabuhanratu-Ciletuh-Ujung-genteng industri/pabrik
dan sekitarnya; a. Kawasan Pariwisata Alam Perkotaan Bogor-Depok dan
untuk
c. Kawasan Pariwisata Cagar Budaya Cianjur-Sukabumi dan sekitarnya;
memperkenalkan
sekitarnya; b. Kawasan Ekowisata Gunung Halimun-Salak-Gede
lebih jauh terkait
Pangrango dan sekitarnya;
d. Kawasan Pariwisata Industri Bekasi-Karawang dan kegiatan yang
sekitarnya; c. Kawasan Pariwisata Heritage Karawang-Bekasi dan
terjadi di dalam
e. Kawasan Pariwisata Sejarah dan Keraton di Cirebon dan sekitarnya;
kawasan indsutri
sekitarnya; d. Kawasan Agrowisata Perkebunan Subang-Purwakarta dan
tersebut
sekitarnya;
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
f. Kawasan Pariwisata Kreatif Bandung dan sekitarnya; e. Kawasan Pariwisata Pantai Utara Subang-Indramayu dan Hasil pembahasan
g. Kawasan Pariwisata Alam Bandung Selatan-Garut dan sekitarnya; dengan DPRD Jawa
sekitarnya; f. Kawasan Ekowisata Alam Pegunungan Majalengka- Barat (Mei 2022):
h. Kawasan Budaya Priangan dan Alam Bahari di Priangan Kuningan dan sekitarnya; Luasan kawasan
dan sekitarnya; dan g. Kawasan Pariwisata Pendidikan Berbasis Alam Bandung pariwisata tidak
i. Kawasan Ekowisata Pantai APRA-Cipatujah dan Barat-Purwakarta dan sekitarnya; dan dicantumkan karena
sekitarnya. h. Kawasan Pariwisata Kriya dan Budaya Tasikmalaya dan kegiatan pariwisata
(6) Pembangunan Kawasan Pengembangan Pariwisata Provinsi sekitarnya. dapat dilakukan di
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c, meliputi: seluruh wilayah
(6) Potensi wisata bahari seluas 1.655.121 Ha (satu juta enam
a. Kawasan Pariwisata Alam Perkotaan Bogor-Depok dan Daerah Provinsi.
ratus lima puluh lima ribu seratus dua puluh satu hektar)
sekitarnya; terletak pada Perairan Pesisir Daerah Provinsi dengan penambahan ayat (6)
b. Kawasan Ekowisata Gunung Halimun-Salak-Gede prioritas pengembangan pada wilayah kawasan pariwisata karena potensi
Pangrango dan sekitarnya; dalam peta rencana pola ruang sebagaimana tercantum pada wisata bahari
c. Kawasan Pariwisata Heritage Karawang-Bekasi dan Lampiran III. dianggap terdapat di
sekitarnya; (7) Pengembangan destinasi-destinasi wisata sebagaimana seluruh luas lautan
d. Kawasan Agrowisata Perkebunan Subang-Purwakarta dan dimaksud ayat (2) tercantum dalam Lampiran III.1, yang Daerah Provinsi
sekitarnya; merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah
e. Kawasan Pariwisata Pantai Utara Subang-Indramayu dan ini. Pembahasan dengan Dit.
sekitarnya; (8) Kawasan pariwisata lainnya diatur lebih lanjut dalam RTRW Binda I Kementerian
f. Kawasan Ekowisata Alam Pegunungan Majalengka- Kabupaten/Kota dan RDTR Kabupaten/Kota. ATR/BPN (Juni 2022):
Kuningan dan sekitarnya; luasan kawasan
g. Kawasan Pariwisata Pendidikan Berbasis Alam Bandung pariwisata sesuai
Barat-Purwakarta dan sekitarnya; dan Kawasan Pariwisata dengan rencana pola
Kriya dan Budaya Tasikmalaya dan sekitarnya. ruang tetap
(7) Pengembangan destinasi-destinasi wisata sebagaiman mana dicantumkan dalam
dimaksud ayat (3) digambarkan dalam peta sebagaimana ayat (1).
tercantum dalam Lampiran V, yang merupakan bagian tidak Ayat terkait
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini. lampiran destinasi
(8) Pembangunan Destinasi Pariwisata diatur lebih lanjut dalam wisata dipindahkan
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota dan ke bawah.
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kabupaten/Kota.
Pasal 41 Paragraf 9
Kawasan permukiman (PM) sebagaimana dimaksud dalam Pasal Kawasan Permukiman
33 huruf h dengan luas kurang 632.381 (enam ratus tiga puluh Pasal 43
dua ribu tiga ratus delapan puluh satu) hektar yang terdiri dari
kawasan permukiman perkotaan dan kawasan permukiman Kawasan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35
huruf h dengan luas kurang lebih 624.785 Ha (enam ratus dua
pedesaan terletak di seluruh Kabupaten/Kota.
puluh empat ribu tujuh ratus delapan puluh lima hektar) yang
mencakup dari kawasan permukiman perkotaan dan kawasan
permukiman pedesaan yang tersebar di seluruh Kabupaten/Kota.
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
Pasal 42 Paragraf 10
Kawasan pembuangan hasil pengerukan di laut (DA) sebagaimana Kawasan Pembuangan Hasil Pengerukan di
dimaksud dalam Pasal 33 huruf i dengan luas kurang lebih 193 Laut Pasal 44
(seratus sembilan puluh tiga) hektar terletak di perairan Kota
Cirebon. Kawasan pembuangan hasil pengerukan di laut sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 35 huruf i dengan luas kurang lebih 192 Ha
(seratus sembilan puluh dua hektar) terletak di perairan Daerah
Kota Cirebon.
Pasal 43 Paragraf 11
(1) Kawasan transportasi (TR) sebagaimana dimaksud dalam Kawasan Transportasi
Pasal 33 huruf j dengan luas kurang lebih 32.215 (tiga puluh Pasal 45
dua ribu dua ratus lima belas) hektar terletak di:
a. Kabupaten Bekasi; Kawasan transportasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35
huruf j dengan luas kurang lebih 32.220 Ha (tiga puluh dua ribu
b. Kabupaten Cianjur;
dua ratus dua puluh hektar) terletak di:
c. Kabupaten Subang;
d. Kabupaten Cirebon; a. Daerah Kabupaten Bekasi;
e. Kota Cirebon; b. Daerah Kabupaten Cianjur;
f. Kabupaten Garut; c. Daerah Kabupaten Subang;
g. Kabupaten Indramayu;
d. Daerah Kabupaten Cirebon;
h. Kabupaten Karawang;
i. Kabupaten Majalengka; e. Daerah Kota Cirebon;
j. Kabupaten Pangandaran; f. Daerah Kabupaten Garut;
k. Kabupaten Subang;
g. Daerah Kabupaten Indramayu;
l. Kabupaten Sukabumi; dan
m. Kabupaten Tasikmalaya. h. Daerah Kabupaten Karawang;
(2) Kawasan berdasarkan penetapan garis pantai berada di i. Daerah Kabupaten Majalengka;
perairan laut dan pemanfaatannya sebagai kawasan j. Daerah Kabupaten Pangandaran;
transportasi namun berdasarkan ketentuan peraturan
k. Daerah Kabupaten Sukabumi; dan
perundang-undangan di bidang Kehutanan masih ditetapkan
sebagai Hutan Lindung atau Kawasan Konservasi ditetapkan l. Daerah Kabupaten Tasikmalaya.
sebagai zona tunda (holding zone) yang selanjutnya disebut:
a. PTB/TR seluas kurang lebih 9 (sembilan) hektar, tersebar
di Kabupaten Bekasi, Kabupaten Karawang dan
Kabupaten Subang; dan
b. KS/TR seluas kurang lebih 1 (satu) hektar, terletak di
kabupaten Cianjur.
Tanggapan:
Ketentuan pemanfaatan
ruang di sekitar kawasan
pertahanan dan
keamanan diatur dalam
Ketentuan Khusus
Kawasan Pertahanan dan
Keamanan.
BAB VI BAB V
KAWASAN STRATEGIS PROVINSI KAWASAN STRATEGIS
Pasal 45 Bagian Direktorat Tata Ruang
(1) KSN di wilayah Provinsi terdiri atas: Kesatu dan Penanggulangan
a. KSN Perkotaan Jabodetabek-Punjur; Umum Bencana,
b. KSN Perkotaan Cekungan Bandung; Pasal 47 Bappenas:
c. KSN Pangandaran – Kalipucang – Segara Anakan – 1. Beberapa Kawasan
Nusakambangan (Pacangsanak); (1) Kawasan strategis di Wilayah Daerah Provinsi terdiri atas: Strategis Nasional
d. KSN stasiun telecommand Rancabungur; a. KSN; dan yang lokusnya berada
e. KSN Pusat Teknologi Satelit dan Pusat Teknologi b. KSP. di Provinsi Jawa Barat
Penerbangan Rumpin; (2) KSN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas: adalah sebagai
f. KSN Produksi dan Pengujian Roket Pameungpeuk; berikut:
a. KSN Perkotaan Jabodetabek-Punjur;
g. KSN Teropong Bintang Bosscha; a. Kawasan Strategis
h. KSN Daerah Pendaratan Militer Kabupaten Indramayu dan b. KSN Perkotaan Cekungan Bandung; dari Kepentingan
Kabupaten Sukabumi; c. KSN Pangandaran–Kalipucang–Segara Anakan– Ekonomi
i. KSN Daerah Pembuangan Amunisi Kabupaten Cirebon; Nusakambangan (Pacangsanak); • Kawasan
dan d. KSN stasiun telecommand Rancabungur; Perkotaan
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
j. KSNT Pulau-pulau Kecil Terluar yaitu Pulau Batu Kolotok e. KSN Pusat Teknologi Satelit dan Pusat Teknologi Cekungan
dan Pulau Nusamanuk di Kabupaten Tasikmalaya. Penerbangan Rumpin; Bandung
(2) Penetapan KSP terdiri atas: f. KSN Produksi dan Pengujian Roket Pameungpeuk; • Kawasan
a. KSP Bandung Utara yang memiliki sudut kepentingan g. KSN Teropong Bintang Bosscha; Perkotaan
fungsi dan daya dukung lingkungan hidup, meliputi Jabodetabek-
h. KSN Kawasan Perbatasan Negara di Laut Lepas;
wilayah Kabupaten Bandung, Kota Bandung, Kota Cimahi, Punjur
dan Kabupaten Bandung Barat yang berada di sebelah i. KSNT Daerah Cadangan Karbon Biru di Kabupaten termasuk
Indramayu; dan
utara garis kontur 750 mdpl; • Kepulauan
b. KSP Sukabumi Bagian Selatan dan Sekitarnya yang j. KSNT Pulau-Pulau Kecil Terluar yaitu Pulau Batu Kolotok Seribu
memiliki sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi, dan Pulau Nusamanuk di Kabupaten Tasikmalaya. b. Kawasan Strategis
meliputi wilayah Kabupaten Sukabumi (Kecamatan (3) KSP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas: dari Kepentingan
Ciracap, Kecamatan Ciemas, Kecamatan Surade, a. KSP Bandung Utara meliputi Wilayah Daerah Kabupaten Lingkungan Hidup:
Kecamatan Cibitung, dan Kecamatan Tegal Buleud); dan Bandung, Kota Bandung, Kota Cimahi, dan Kabupaten Kawasan
c. KSP Jawa Barat Bagian Timur Utara dari sudut Bandung Barat, yang berada di sebelah utara garis kontur Pangandaran -
kepentingan pertumbuhan ekonomi, meliputi wilayah 750 mdpl (tujuh ratus lima puluh meter di atas permukaan Kalipuncang -
laut);
Kabupaten Subang, Kabupaten Indramayu, Kebupatan Segara Anakan-
Cirebon, Kabupaten Majalengka, Kota Cirebon, Kabupaten b. KSP Sukabumi Bagian Selatan dan Sekitarnya meliputi Nusakambangan
Kuningan dan Kabupaten Sumedang. Wilayah Daerah Kabupaten Sukabumi (Kecamatan (Pacangsanak)
Ciracap, Kecamatan Surade, Kecamatan Ciemas,
d. Penetapan KSP digambarkan dalam peta dengan ketelitian c. Kawasan Strategis
Kecamatan Jampang Kulon, Kecamtan Waluran,
1:250.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran VI Kecamatan Simpenan, Kecamatan Palabuhanratu, dari Kepentingan
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Kecamatan Cikakak, dan Kecamatan Cisolok); dan Pendayagunaan
Daerah ini. Sumberdaya Alam
c. KSP Patimban, meliputi Wilayah Daerah Kabupaten
(3) KSP Bandung Utara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Subang (sebagian Kecamatan Pusakanagara dan dan Teknologi
huruf a diarahkan pengembangannya sebagai berikut: Kecamatan Pusakajaya); Tinggi
a. perwujudan kawasan lindung untuk mendukung fungsi d. KSP Kertajati Aerocity, meliputi Wilayah Daerah • Kawasan
konservasi air, tanah, keanekaragaman hayati, tipe Kabupaten Majalengka (sebagian Kecamatan Kertajati, Produksi dan
ekosistem, dan menjaga makro climate, serta mencegah Kecamatan Jatitujuh, dan Kecamatan Kadipaten); dan Pengujian Roket
dan/atau mengurangi resiko bencana; e. KSP Mundu-Losari, meliputi Wilayah Daerah Kabupaten Pamengpeuk
b. penataan dan pengembangan kawasan budidaya secara Cirebon (sebagian Kecamatan Mundu, Kecamatan • Kawasan Pusat
terkendali sesuai daya dukung dan daya tampung Pangenan, Kecamatan Gebang, Kecamatan Babakan, Teknologi Satelit
lingkungan; Kecamatan Pabedilan, Kecamatan Losari, Kecamatan dan Pusat
c. menerapkan kaidah konservasi lahan dan kegiatan Astanajapura, dan Kecamatan Babakan). Teknologi
budidaya ramah lingkungan, khususnya pada daerah (4) KSP sebagaimana dimaksud pada ayat (3) digambarkan dalam Penerbangan
budidaya pertanian, perkebunan dan kehutanan; peta dengan ketelitian geometri dan ketelitian detail informasi Rumpin
d. perwujudan struktur ruang yang mendukung fungsi dan skala 1:250.000 (satu banding dua ratus lima puluh ribu) • Kawasan
sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV, yang merupakan
daya dukung lingkungan hidup; Stasiun
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
e. pengendalian dan pembatasan pembangunan guna Telecommand
mempertahankan fungsi hidroorologis pada lahan dengan Rancabungur
kondisi normal dan baik, serta memiliki keterbatasan luas; • Kawasan
f. pencegahan peningkatan kekritisan fungsi hidroorologis Teropong
pada lahan dengan kondisi mulai kritis dan agak kritis; Bintang Bosscha
g. pemulihan dan penanggulangan pada lahan dengan kondisi d. Kawasan Strategis
fungsi hidroorologis kritis dan sangat kritis; dari Kepentingan
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
h. menerapkan prinsip meminimalisasi air larian dengan Pertahanan dan
melakukan rekayasa teknis dan rekayasa vegetasi untuk Keamanan:
mengurangi air larian, dan meningkatkan fungsi resapan Kawasan
lahan; Perbatasan Negara
i. menerapkan prinsip bangunan ramah lingkungan untuk di Laut Lepas
setiap pembangunan gedung; 2. Perlunya penentuan
j. melakukan pembangunan gedung secara vertikal dan prioritas penetapan
membatasi penambahan bangunan gedung yang bersifat kawasan strategis
horisontal; provinsi, mengingat
k. pada kawasan dengan ketinggian 1.000 (seribu) mdpl atau penetapan tersebut
lebih, pendirian bangunan vertikal paling tinggi 3 (tiga) akan berdampak pada
lantai; penyusunan Perda
l. melakukan peletakan bangunan hanya pada kelerengan Rencana Tata Ruang
kurang dari 30% (tiga puluh persen), serta menerapkan Kawasan Strategis
struktur bangunan tahan gempa; Provinsi (KSP). Selain
m. pada lokasi dengan kemiringan lereng lebih dari 30% (tiga itu, tahapan
puluh persen), sekitar mata air, sempadan sungai, Penyusunan Perda
perbatasan zona lindung dan zona budidaya, digunakan RTR KSP perlu
untuk area penghijauan dan reboisasi, RTH atau RTHA; dicantumkan secara
n. penetapan KDB, KDH, dan Koefisien Lantai Bangunan detail dalam Indikasi
(KLB) mengacu pada KDB paling tinggi, KDH paling Program.
rendah, KLB paling tinggi per pola ruang per zona,
berdasarkan pertimbangan tingkat resapan air per zona, Tanggapan:
kepadatan wilayah, dan ketinggian wilayah dari atas a. KSN telah
permukaan laut; diakomodasi pada
o. ketentuan pemanfaatan ruang di KSP Bandung Utara Ayat (1). KSN
sebagaimana tercantum dalam Lampiran VI.1 yang Kepulauan Seribu
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan berada di wilayah
Daerah ini; dan Provinsi DKI Jakarta.
p. penyusunan dan penetapan Rencana Tata Ruang b. Setelah terbitnya UU
Kabupaten/Kota yang wilayahnya masuk dalam KSP No. 11 Tahun 2020
Bandung Utara mengacu pada ketentuan pemanfaatan tentang Cipta Kerja,
ruang sebagaimana dimaksud pada huruf o. penyusunan Perda
(4) KSP Sukabumi Bagian Selatan dan Sekitarnya sebagaimana RTR KSP tidak lagi
dimaksud pada ayat (2) huruf b diarahkan pengembangannya diamanatkan dalam
sebagai berikut: PP No. 21 Tahun 2021
a. pengembangan pusat kegiatan ekonomi yang berbasis tentang
perikanan tangkap berupa pengembangan minapolitan, Penyelenggaraan
peningkatan teknologi sarana perikanan tangkap dan Penataan Ruang.
pengembangan pelabuhan perikanan;
b. pengembangan kawasan wisata minat khusus dengan Hasil pembahasan
memanfaatkan potensi alam; dengan DPRD Jawa Barat
c. penataan dan pengembangan kawasan wisata geopark (Mei 2022): KSP Jawa
Ciletuh;
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
d. mempertahankan keberadaan kawasan lindung geologi; Barat Bagian Timur Utara
e. pengembangan infrastruktur penghubung ke kawasan dibagi menjadi tiga KSP,
dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung yaitu KSP Patimban, KSP
ruang; Kertajati Aerocity, dan
f. menjaga kelestarian lingkungan pantai berupa KSP Mundu-Losari
pengendalian sempadan pantai, penanganan rawan
tsunami, pengendalian pemanfaatan ruang di pesisir; dan
g. menerapkan mitigasi bencana.
(5) KSP Jawa Barat Bagian Timur Utara sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf c diarahkan pengembangan sebagai
berikut:
a. membentuk kawasan perkotaan baru yang berkelanjutan
melalui pengembangan kawasan perkotaan yang
memadukan konsep multi-pusat (polycentric urban region)
dan kota kompak (compact city) untuk mendukung
efisiensi lahan dan energi
b. mengembangkan kawasan perkotaan baru yang terpadu
dengan mengintegrasikan PKN, PKW dan PKL;
c. membentuk wilayah perkotaan mandiri sesuai
karakteristik dan potensi melalui pengembangan pusat-
pusat pertumbuhan yang terdiri dari kawasan
permukiman dan kawasan peruntukan industri, yang
selaras dengan pengembangan kawasan pertanian dan
perikanan;
d. mengembangkan dan meningkatkan ketersediaan dan
kualitas prasarana wilayah untuk mendukung pergerakan
dalam kawasan dan antar kawasan;
e. mengembangkan kawasan permukiman dan KPI ramah
lingkungan; dan
f. peningkatan daya saing kawasan dengan pembentukan
KPI dan pengembangan konektivitas tinggi antar kawasan.
Bagian Kedua Biro Hukum dan HAM Penambahan Pasal
Tujuan dan Arah Pengembangan Kawasan Strategis Provinsi Jawa Barat: (Pemisahan dari
Provinsi Pasal 48 Arah pengembangan Pasal 47)
dipisahkan menjadi Pasal Penambahan ayat
(1) KSP Bandung Utara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 masing-masing untuk (2)
ayat (3) huruf a, memiliki sudut kepentingan fungsi dan daya
setiap KSP.
dukung lingkungan hidup.
(2) Tujuan pengembangan KSP Bandung Utara adalah untuk Pembahasan dengan Dit.
mengendalikan ruang di KBU sehingga terjamin pembangunan
Binda I Kementerian
yang berkelanjutan.
ATR/BPN:
(3) Arah pengembangan KSP Bandung Utara sebagaimana Perlu menambahkan
dimaksud dalam Pasal 47 ayat (3) huruf a, sebagai berikut: tujuan pengembangan
setiap KSP sesuai dengan
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
a. perwujudan Kawasan Lindung untuk mendukung fungsi Permen ATR/BPN No.
konservasi air, tanah, keanekaragaman hayati, tipe 11 Tahun 2021
ekosistem, dan menjaga makro climate, serta mencegah
dan/atau mengurangi resiko bencana;
b. penataan dan pengembangan Kawasan Budi Daya secara
terkendali sesuai daya dukung dan daya tampung
lingkungan;
c. menerapkan kaidah konservasi lahan dan kegiatan budi
daya ramah lingkungan, khususnya pada daerah budi daya
pertanian, perkebunan dan kehutanan;
d. perwujudan Stuktur Ruang yang mendukung fungsi dan
daya dukung lingkungan hidup;
e. pengendalian dan pembatasan pembangunan guna
mempertahankan fungsi hidroorologis pada lahan dengan
kondisi normal dan baik, serta memiliki keterbatasan luas;
f. pencegahan peningkatan kekritisan fungsi hidroorologis
pada lahan dengan kondisi mulai kritis dan agak kritis;
g. pemulihan dan penanggulangan pada lahan dengan kondisi
fungsi hidroorologis kritis dan sangat kritis;
h. menerapkan prinsip meminimalisasi air larian dengan
melakukan rekayasa teknis dan rekayasa vegetasi untuk
mengurangi air larian, dan meningkatkan fungsi resapan
lahan;
i. menerapkan prinsip bangunan ramah lingkungan untuk
setiap pembangunan gedung;
j. melakukan pembangunan gedung secara vertikal dan
membatasi penambahan bangunan gedung yang bersifat
horisontal;
k. pada kawasan dengan ketinggian 1.000 mdpl (seribu meter
di atas permukaan laut) atau lebih, pendirian bangunan
vertikal paling tinggi 3 (tiga) lantai;
l. melakukan peletakan bangunan hanya pada kelerengan
kurang dari 30% (tiga puluh persen), serta menerapkan
struktur bangunan tahan gempa;
m. pada lokasi dengan kemiringan lereng lebih dari 30% (tiga
puluh persen), sekitar mata air, sempadan sungai,
perbatasan zona lindung dan zona budi daya, digunakan
untuk area penghijauan dan reboisasi, RTH atau RTHA;
n. penetapan KDB, KDH, dan Koefisien Lantai Bangunan (KLB)
mengacu pada KDB paling tinggi, KDH paling rendah, KLB
paling tinggi per pola ruang per zona, berdasarkan
pertimbangan tingkat resapan air per zona, kepadatan
wilayah, dan ketinggian wilayah dari atas permukaan laut;
Pasal 49 Biro Hukum dan HAM Penambahan Pasal
Provinsi Jawa Barat: (Pemisahan dari
(1) KSP Sukabumi Bagian Selatan dan Sekitarnya sebagaimana Arah pengembangan Pasal 47)
dimaksud dalam Pasal 47 ayat (3) huruf b, memiliki sudut
dipisahkan menjadi Pasal Penambahan ayat
kepentingan pertumbuhan ekonomi.
masing-masing untuk (2)
setiap KSP.
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
(2) Tujuan pengembangan KSP Sukabumi Bagian Selatan adalah
mengembangkan pusat kegiatan ekonomi baru berbasis Pembahasan dengan Dit.
perikanan dan pariwisata dengan tetap mempertahankan Binda I Kementerian
Kawasan lindung geologi.
ATR/BPN:
(3) Arah pengembangan KSP Sukabumi Bagian Selatan dan Perlu menambahkan
Sekitarnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (3) tujuan pengembangan
huruf b, sebagai berikut: setiap KSP sesuai dengan
a. pengembangan pusat kegiatan ekonomi yang berbasis Permen ATR/BPN No. 11
perikanan tangkap berupa pengembangan minapolitan, Tahun 2021
peningkatan teknologi sarana perikanan tangkap dan
pengembangan pelabuhan perikanan;
b. pengembangan Kawasan wisata minat khusus dengan
memanfaatkan potensi alam;
c. penataan dan pengembangan Kawasan Ciletuh
Palabuhanratu UNESCO Global Geopark (CPUGGp);
d. mempertahankan keberadaan Kawasan Lindung geologi;
e. pengembangan infrastruktur penghubung ke Kawasan
dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung
ruang;
f. menjaga kelestarian lingkungan pantai berupa
pengendalian sempadan pantai, penanganan rawan
tsunami, pengendalian Pemanfaatan Ruang di pesisir; dan
g. menerapkan mitigasi bencana.
Pasal 50 Biro Hukum dan HAM Penambahan Pasal
Provinsi Jawa Barat: (Pemisahan dari
(1) KSP Patimban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (3) Arah pengembangan Pasal 47)
huruf c, ditinjau dari sudut kepentingan pertumbuhan
dipisahkan menjadi Pasal Penambahan ayat
ekonomi.
masing-masing untuk (2)
(2) Tujuan pengembangan KSP Patimban adalah mengembangkan setiap KSP.
Kawasan Perkotaan baru yang ramah lingkungan, terintegrasi
dengan PKW serta terpadu dengan Pelabuhan Patimban.
Pembahasan dengan Dit.
(3) Arah Pengembangan KSP Patimban sebagaimana dimaksud Binda I Kementerian
dalam Pasal 47 ayat (3) huruf c, sebagai berikut: ATR/BPN:
a. pengembangan Kawasan Perkotaan baru yang ramah Perlu menambahkan
lingkungan dan mendukung peran PKW Patimban; tujuan pengembangan
b. pengembangan Kawasan-kawasan yang dapat mendukung setiap KSP sesuai dengan
operasionalisasi Pelabuhan Patimban dengan Permen ATR/BPN No.
memperhatikan daya dukung dan daya tampung ruang; 11 Tahun 2021
c. peningkatan konektivitas ke Pelabuhan Patimban dari dalam
dan luar Kawasan;
d. penyediaan dan peningkatan ketersediaan serta kualitas
sarana dan prasarana wilayah untuk mendukung
pergerakan serta pelayanan publik;
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
e. menjaga keterpaduan fungsi Kawasan di darat dan pesisir;
f. mencegah dan mengendalikan kemungkinan dampak
pencemaran dari aktivitas pelabuhan yang dapat
mengganggu aktivitas masyarakat; dan
g. menjaga Kawasan yang berfungsi lindung.
Pasal 51 Biro Hukum dan HAM Penambahan Pasal
Provinsi Jawa Barat: (Pemisahan dari
(1) KSP Kertajati Aerocity sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 Arah pengembangan Pasal 47)
ayat (3) huruf d, ditinjau dari sudut kepentingan pertumbuhan
dipisahkan menjadi Pasal Penambahan ayat
ekonomi.
masing-masing untuk (2)
(2) Tujuan pengembangan KSP Kertajati Aerocity adalah setiap KSP.
mengembangkan Kawasan Perkotaan baru yang ramah
lingkungan, terintegrasi dengan PKW serta terpadu dengan
Pembahasan dengan Dit.
aerocity.
Binda I Kementerian
(3) Arah Pengembangan KSP Kertajati Aerocity sebagaimana ATR/BPN:
dimaksud dalam Pasal 47 ayat (3) huruf d, sebagai berikut:
Perlu menambahkan
a. pengembangan Kawasan Perkotaan baru yang ramah tujuan pengembangan
lingkungan dan mendukung peran PKW Kadipaten- setiap KSP sesuai dengan
Kertajati;
b. pengembangan Kawasan pendukung dan penghubung Permen ATR/BPN No.
untuk mendukung aerocity dengan memperhatikan daya 11 Tahun 2021
dukung dan daya tampung ruang;
c. peningkatan konektivitas ke Bandara Kertajati dari dalam
dan luar Kawasan;
d. penyediaan dan peningkatan ketersediaan serta kualitas
sarana dan prasarana wilayah untuk mendukung
pergerakan serta pelayanan publik; dan
e. menjaga Kawasan yang berfungsi lindung.
Pasal 52
Pasal 46 Pasal 53
Arahan pemanfaatan ruang terdiri atas:
a. Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang (KKPR); Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Daerah Provinsi, meliputi:
b. Indikasi program utama jangka menengah 5 (lima) tahunan; a. KKPR;
c. Pelaksanaan sinkronisasi program pemanfaatan ruang (SPPR). b. indikasi program utama jangka menengah 5 (lima) tahunan;
c. pelaksanaan Sinkronisasi Program Pemanfaatan Ruang (SPPR).
Bagian Kedua Bagian Kedua
KKPR Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang
Paragraf 1 Paragraf 1
Umum Umum
Pasal 47 Pasal 54
Pelaksanaan KKPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 huruf (1) Setiap Orang yang melakukan kegiatan pemanfaatan ruang, Hasil pembahasan Penambahan ayat (1)
a terdiri atas: wajib memperoleh KKPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal dengan DPRD Jawa
a. KKPR Darat; dan 53 huruf a sesuai ketentuan perundang-undangan. Barat (Mei 2022):
b. KKPR Laut (2) KKPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari: Penambahan ayat (1)
a. KKPR Darat; dan
b. KKPR Laut.
Paragraf 2 Paragraf 2 Kementerian ATR/BPN:
KKPR Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Darat Rumusan perbaikan:
Darat (1) Pelaksanaan KKPR
Pasal 55 Provinsi Jawa Barat
Pasal 48 (1) KKPR Darat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 huruf a dilaksanakan sesuai
(1) Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Darat sebagaimana dilaksanakan untuk: dengan ketentuan
dimaksud dalam Pasal 47 huruf a dilaksanakan untuk: a. kegiatan berusaha; peraturan
a. kegiatan berusaha; b. kegiatan nonberusaha; dan perundang-
b. kegiatan nonberusaha; dan c. kegiatan yang bersifat strategis nasional. undangan.
c. kegiatan yang bersifat strategis nasional.
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
(2) Pelaksanaan KKPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (2) Pelaksanaan KKPR Darat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (2) KKPR sebagaimana
dilakukan melalui: dilakukan melalui: dimaksud pada ayat
a. Konfirmasi KKPR; a. konfirmasi KKPR; (1) menjadi
b. Persetujuan KKPR; dan b. persetujuan KKPR; dan pertimbangan dalam
c. Rekomendasi KKPR. c. rekomendasi KKPR. pelaksanaan revisi
(3) Pelaksanaan KKPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (3) Pelaksanaan KKPR Darat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) RTRWP.
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
undangan. perundang-undangan Tanggapan:
(4) KKPR Darat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) menjadi Masukan telah
pertimbangan dalam pelaksanaan revisi RTRW Provinsi. diakomodir dalam ayat (4)
Paragraf 3 Paragraf 3
KKPR Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut
Laut
Pasal 56
Pasal 49 (1) KKPR Laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat (2)
(1) KKPR Laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 huruf b huruf b, menjadi persyaratan dasar Perizinan Berusaha
merupakan persyaratan dasar Perizinan Berusaha dan/atau dan/atau penerbitan perizinan nonberusaha.
penerbitan perizinan nonberusaha. (2) KKPR Laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
(2) KKPR Laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui:
melalui: a. Persetujuan untuk kegiatan berusaha; atau
a. Persetujuan untuk kegiatan berusaha; atau b. Persetujuan atau Konfirmasi untuk kegiatan nonberusaha.
b. Persetujuan atau Konfirmasi untuk kegiatan nonberusaha. (3) Dalam rangka pemberian KKPR Laut sebagaimana dimaksud
(3) Pelaksanaan KKPR Laut sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ayat (2) Kawasan Lindung dan Kawasan Budi Daya dijabarkan
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- ke dalam kegiatan.
undangan. (4) Rincian lokasi, luasan dan aturan pemanfaatan ruang pada
(4) KKPR Laut sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tercantum masing-masing kegiatan sebagamana dimaksud pada ayat (2)
pada Lampiran VII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dan digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian skala 1
dari Peraturan Daerah ini. : 50.000 sebagaimana tercantum pada lampiran V yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah
ini.
(5) Pelaksanaan KKPR Laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 53 Pasal 61
Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi Arahan pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Provinsi
terdiri atas: meliputi:
a. Indikasi arahan zonasi sistem provinsi; a. indikasi arahan zonasi sistem provinsi;
b. Penilaian pelaksanaan pemanfaatan ruang; b. penilaian pelaksanaan Pemanfaatan Ruang;
c. Arahan insentif dan disinsentif; dan c. arahan Insentif dan Disinsentif; dan
d. Arahan sanksi. d. arahan sanksi.
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
Bagian Kedua Bagian Kedua
Indikasi Arahan Zonasi Sistem Provinsi Indikasi Arahan Zonasi Sistem Provinsi
Paragraf 1
Pasal 54 Umum
Indikasi arahan zonasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53
huruf a terdiri atas: Pasal 62
a. Indikasi arahan zonasi Struktur Ruang; Indikasi arahan zonasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61
b. Indikasi arahan zonasi Pola Ruang; dan huruf a terdiri atas:
c. Ketentuan khusus. a. indikasi arahan zonasi Struktur Ruang;
b. indikasi arahan zonasi Pola Ruang; dan
c. ketentuan khusus.
Pasal 55 Paragraf 2
Indikasi arahan zonasi struktur ruang sebagaimana dimaksud Indikasi Arahan Zonasi Struktur Ruang
dalam Pasal 54 huruf a memuat: Pasal 63 Dit. Binda I, Penambahan
a. Indikasi arahan zonasi sistem pusat permukiman; Kementerian ketentuan sarana
b. Indikasi arahan zonasi jaringan transportasi; Indikasi arahan zonasi Struktur Ruang sebagaimana dimaksud ATR/BPN (Juli 2022): prasarana
c. Indikasi arahan zonasi jaringan energi; dalam Pasal 60 huruf a memuat: Perlu penambahan minimum dalam
d. Indikasi arahan zonasi jaringan telekomunikasi; a. indikasi arahan zonasi sistem pusat permukiman; ketentuan sarana Pasal-Pasal
e. Indikasi arahan zonasi jaringan sumber daya air; dan b. indikasi arahan zonasi jaringan transportasi; prasarana indikasi arahan
f. Indikasi arahan zonasi prasarana lainnya. c. indikasi arahan zonasi jaringan energi; minimum dalam zonasi struktur
d. indikasi arahan zonasi jaringan telekomunikasi; indikasi arahan ruang.
e. indikasi arahan zonasi jaringan sumber daya air; dan zonasi struktur Ditambahkan
f. indikasi arahan zonasi prasarana lainnya. ruang sesuai ketentuan terkait
pedoman dalam pengembangan
Permen ATR/BPN struktur ruang
No. 11 Tahun dapat
2021. dilaksanakan di
Perlu penambahan setiap kawasan
ketentuan terkait dengan mengikuti
pengembangan ketentuan dalam
struktur ruang IAZ masing-masing
dapat kawasan.
dilaksanakan di
Kawasan Budi
Daya dan Kawasan
Lindung dengan
mengikuti
ketentuan IAZ
masing-masing
kawasan.
Tanggapan:
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
Ketentuan sarana
prasarana
minimum
ditambahkan
dalam pasal-pasal
indikasi arahan
zonasi struktur
ruang.
Ditambahkan
ketentuan terkait
pengembangan
struktur ruang
dapat
dilaksanakan di
setiap kawasan
dengan mengikuti
ketentuan dalam
IAZ masing-masing
kawasan.
Pasal 56 Pasal 64
(1) Indikasi arahan zonasi sistem pusat permukiman (1) Indikasi arahan zonasi sistem pusat permukiman sebagaimana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 huruf a meliputi: dimaksud Pasal 63 huruf a meliputi:
(1) Indikasi arahan zonasi untuk PKN; a. indikasi arahan zonasi untuk PKN;
(2) Indikasi arahan zonasi untuk PKW; dan
b. indikasi arahan zonasi untuk PKW; dan
(3) Indikasi arahan zonasi untuk PKL.
(2) Indikasi arahan zonasi untuk PKN disusun dengan c. indikasi arahan zonasi untuk PKL;
memperhatikan: (2) Indikasi arahan zonasi untuk PKN sebagaimana dimaksud pada
a. pengaturan pemanfaatan ruang untuk kegiatan ekonomi ayat (1) huruf a, disusun dengan memperhatikan:
berskala nasional dan regional/antar provinsi; a. pengaturan Pemanfaatan Ruang untuk kegiatan ekonomi
b. pengembangan fungsi kawasan perkotaan sebagai pusat berskala nasional dan regional/antar provinsi;
permukiman dengan intensitas pemanfaatan ruang b. pengembangan fungsi Kawasan Perkotaan sebagai pusat
tingkat menengah hingga tinggi yang berkelanjutan, permukiman dengan intensitas Pemanfaatan Ruang tingkat
melalui pengembangan hunian vertikal guna efisiensi menengah hingga tinggi yang berkelanjutan, melalui
lahan dengan tetap memperhatikan daya dukung dan pengembangan hunian vertikal guna efisiensi lahan dengan
daya tampung lingkungan di masing-masing tetap memperhatikan daya dukung dan daya tampung
Kabupaten/Kota; lingkungan di masing-masing Daerah Kabupaten/Kota;
c. penyediaan sarana dan prasarana sesuai Standar c. penyediaan sarana dan prasarana sesuai standar pelayanan
Pelayanan Minimal; minimal;
d. pada PKN yang dikendalikan perkembangannya, d. pada PKN yang dikendalikan perkembangannya,
pemanfaatan ruang ditekankan pada pengendalian Pemanfaatan Ruang ditekankan pada pengendalian
perkembangan kawasan perkotaan, optimalisasi perkembangan Kawasan Perkotaan, optimalisasi
infrastruktur yang telah ada dan peningkatan kualitas infrastruktur yang telah ada dan peningkatan kualitas
pelayanan infrastruktur yang ada; dan
pelayanan infrastruktur yang ada; dan
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
e. pada PKN yang didorong perkembangannya, pemanfaatan e. pada PKN yang didorong perkembangannya, Pemanfaatan
ruang ditekankan pada pembangunan infrastruktur yang Ruang ditekankan pada pembangunan infrastruktur yang
dibutuhkan untuk menjalankan fungsinya sebagai PKN, dibutuhkan untuk menjalankan fungsinya sebagai PKN,
meningkatkan kualitas dan skala pelayanan infrastruktur
meningkatkan kualitas dan skala pelayanan infrastruktur
yang ada serta menata perkembangan Kawasan
yang ada serta menata perkembangan kawasan permukiman yang ada.
permukiman yang ada.
(3) Indikasi arahan zonasi untuk PKW disusun dengan (3) Indikasi arahan zonasi untuk PKW sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b, disusun dengan memperhatikan:
memperhatikan:
a. pengendalian pemanfaatan ruang untuk kegiatan a. pengendalian Pemanfaatan Ruang untuk kegiatan ekonomi
ekonomi antar kabupaten/kota; antar Daerah Kabupaten/Kota;
b. pengembangan fungsi kawasan perkotaan sebagai pusat b. pengembangan fungsi kawasan perkotaan sebagai pusat
permukiman dengan intensitas pemanfaatan ruang permukiman dengan intensitas Pemanfaatan Ruang tingkat
tingkat menengah yang berkelanjutan, melalui menengah yang berkelanjutan, melalui pengendalian
pengembangan hunian horizontal dengan tetap
pengendalian pengembangan hunian horizontal dengan
memperhatikan daya dukun dan daya tampung lingkungan
tetap memperhatikan daya dukun dan daya tampung di masing-masing Daerah Kabupaten/Kota;
lingkungan di masing-masing Kabupaten/Kota; dan
c. penyediaan sarana dan prasarana sesuai standar pelayanan
c. penyediaan sarana dan prasarana sesuai Standar
minimal;
Pelayanan Minimal;
d. pada PKW yang dikendalikan perkembangannya, d. pada PKW yang dikendalikan perkembangannya,
Pemanfaatan Ruang ditekankan pada pengendalian
pemanfaatan ruang ditekankan pada pengendalian
perkembangan Kawasan Perkotaan, optimalisasi
perkembangan kawasan perkotaan, optimalisasi infrastruktur yang telah ada dan peningkatan kualitas
infrastruktur yang telah ada dan peningkatan kualitas pelayanan infrastruktur yang ada; dan
pelayanan infrastruktur yang ada; dan
e. pada PKW yang didorong perkembangannya, Pemanfaatan
e. pada PKW yang didorong perkembangannya, pemanfaatan Ruang ditekankan pada realisasi pembangunan infrastruktur
ruang ditekankan pada realisasi pembangunan yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsinya sebagai PKW,
infrastruktur yang dibutuhkan untuk menjalankan meningkatkan kualitas dan skala pelayanan infrastruktur
fungsinya sebagai PKW, meningkatkan kualitas dan skala yang ada sesuai dengan fungsinya sebagai PKW serta menata
pelayanan infrastruktur yang ada sesuai dengan perkembangan Kawasan permukiman yang ada.
fungsinya sebagai PKW serta menata perkembangan (4) Indikasi arahan zonasi untuk PKL sebagaimana dimaksud pada
kawasan permukiman yang ada. ayat (1) huruf c, disusun dengan memperhatikan:
(4) Indikasi arahan zonasi untuk PKL disusun dengan a. Pemanfaatan Ruang untuk kegiatan ekonomi berskala
memperhatikan: kabupaten/kota, yang didukung dengan fasilitas dan
a. pemanfaatan ruang untuk kegiatan ekonomi berskala infrastruktur perkotaan;
kabupaten/kota, yang didukung dengan fasilitas dan b. pengembangan fungsi Kawasan Perkotaan dengan intensitas
infrastruktur perkotaan; Pemanfaatan Ruang yang memperhatikan daya dukung dan
b. pengembangan fungsi kawasan perkotaan dengan daya tampung lingkungan di masing-masing Daerah
intensitas pemanfaatan ruang yang memperhatikan daya Kabupaten/Kota; dan
dukung dan daya tampung lingkungan di masing-masing c. penyediaan sarana dan prasarana sesuai standar pelayanan
Kabupaten/Kota; dan minimal.
c. penyediaan sarana dan prasarana sesuai Standar
Pelayanan Minimal.
Pasal 57 Pasal 65
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
(1) Indikasi arahan zonasi untuk sistem jaringan transportasi (1) Indikasi arahan zonasi jaringan transportasi sebagaimana
sebagaimana dalam Pasal 55 huruf b meliputi: dimaksud Pasal 63 huruf b meliputi:
a. Indikasi arahan zonasi untuk jaringan jalan; a. indikasi arahan zonasi untuk jaringan jalan;
b. Indikasi arahan zonasi untuk sistem jaringan kereta api;
b. indikasi arahan zonasi untuk sistem jaringan kereta api;
c. Indikasi arahan zonasi untuk sistem jaringan sungai,
danau dan penyeberangan; c. indikasi arahan zonasi untuk sistem jaringan sungai,
danau, dan penyeberangan;
d. Indikasi arahan zonasi untuk transportasi laut; dan
e. Indikasi arahan zonasi untuk bandar udara dan Bandar d. indikasi arahan zonasi untuk transportasi laut; dan
udara khusus. e. indikasi arahan zonasi untuk bandar udara dan bandar
(2) Indikasi arahan zonasi untuk jaringan jalan sebagaimana udara khusus.
dimaksud pada ayat (1) huruf a ditetapkan dengan (2) Indikasi arahan zonasi untuk jaringan jalan sebagaimana
memperhatikan: dimaksud pada ayat (1) huruf a ditetapkan dengan
a. Jaringan jalan arteri primer, meliputi: memperhatikan:
1. kegiatan yang diperbolehkan pemanfaatan lahan di a. jaringan jalan arteri primer, meliputi:
sepanjang jalan arteri primer untuk kegiatan skala
1. kegiatan yang diperbolehkan, yaitu:
nasional, provinsi dan kabupaten/kota dengan
tingkat intensitas menengah hingga tinggi, pendirian a) pemanfaatan lahan di sepanjang sisi jalan arteri
bangunan dengan fungsi penunjang yang berkaitan primer untuk kegiatan skala nasional, provinsi dan
dengan pemanfaatan ruas jalan; pergerakan local kabupaten/kota dengan tingkat intensitas menengah
hingga tinggi dengan mengikuti ketentuan
dengan tidak mengurangi fungsi pergerakan;
pemanfaatan bagian-bagian jalan sesuai dengan
2. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat pendirian ketentuan peraturan perundang-undangan;
bangunan dengan penetapan garis sempadan
b) pendirian fasilitas penunjang pada bagian-bagian
bangunan yang terletak di tepi jalan arteri primer,
jalan dan bangunan penghubung jalan sesuai
alih fungsi lahan berfungsi budidaya di sepanjang ketentuan perundang-undangan; dan
jalan arteri primer; dan
c) pergerakan lokal dengan tidak mengurangi fungsi
3. kegiatan yang dilarang pembangunan reklame dan
pergerakan;
sejenisnya di median dan trotoar jalan, alih fungsi
lahan yang bersifat lindung di sepanjang sisi jalan. 2. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat, yaitu:
b. Jaringan jalan kolektor primer, meliputi: a) pendirian bangunan dengan penetapan garis
1. kegiatan yang diperbolehkan pemanfaatan lahan di sempadan bangunan jalan arteri primer;
sepanjang kordior jalan kolektor primer untuk b) alih fungsi lahan berfungsi budi daya di sepanjang
kegiatan skala provinsi dan kabupaten/kota dan jalan arteri primer; dan
beberapa kecamatan, prasarana pergerakan yang c) pemanfaatan bagian-bagian jalan dengan syarat
menghubungkan pusat-pusat kegiatan, pendirian memperoleh izin dari penyelenggara jalan.
bangunan dengan fungsi penunjang yang berkaitan
3. kegiatan yang tidak diperbolehkan, yaitu:
dengan pemanfaatan ruang jalan;
2. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat pendirian a) kegiatan pemanfaatan jalan yang mengakibatkan
terganggunya ketertiban pemanfaatan jalan,
bangunan dengan penetapan garis sempadan
kelancaran lalu lintas, dan keselamatan pengguna
bangunan yang terletak di tepi jalan kolektor primer, jalan; dan
alih fungsi lahan berfungsi budidaya di sepanjang
b) alih fungsi lahan yang bersifat lindung di sepanjang
jalan kolektor primer;
sisi jalan.
b. Jaringan jalan kolektor primer, meliputi:
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
3. kegiatan yang dilarang pembangunan reklame dan 1. kegiatan yang diperbolehkan, yaitu:
sejenisnya di median dan trotoar jalan, alih fungsi a) pemanfaatan lahan di sepanjang koridor jalan
lahan yang bersifat lindung di sepanjang sisi jalan kolektor primer untuk kegiatan skala provinsi,
c. pengendalian pemanfaatan ruang dengan intensitas kabupaten/kota, dan beberapa kecamatan dengan
pergerakan tinggi serta kegiatan yang menyebabkan mengikuti ketentuan pemanfaatan bagian-bagian
hambatan samping di sepanjang sisi jalan arteri dan jalan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan;
kolektor agar tidak menganggu kinerja fungsi jaringan
jalan; b) prasarana pergerakan yang menghubungkan pusat-
d. pengaturan jalan tol meliputi: pusat kegiatan; dan
1. kegiatan yang diperbolehkan pendirian bangunan c) pendirian fasilitas penunjang pada bagian-bagian
dengan fungsi penunjang yang berkaitan dengan jalan jalan dan bangunan penghubung jalan sesuai
tol; ketentuan peraturan perundang-undangan;
2. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat pemanfaatan 2. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat, yaitu:
lahan di sepanjang jalan tol dengan pembatasan a) pendirian bangunan dengan memperhatikan
intensitas bangunan dan penetapan garis sempadan penetapan garis sempadan bangunan jalan kolektor
jalan primer;
3. kegiatan yang dilarang alih fungsi lahan yang bersifat
b) alih fungsi lahan berfungsi budi daya di sepanjang
lindung di sepanjang sisi jalan; jalan kolektor primer; dan
4. pengendalian jalan masuk tol secara penuh dan tidak
c) pemanfaatan bagian-bagian jalan dengan syarat
ada persimpangan sebidang;
memperoleh izin dari penyelenggara jalan.
5. penyediaan akses penghubung kawasan yang
terpisahkan oleh pembangunan jalan tol; 3. kegiatan yang tidak diperbolehkan, yaitu:
6. pengendalian jalan penghubung dari pintu keluar tol a) pemanfaatan ruang pada bagian-bagian jalan yang
ke jalan non tol yang tidak menimbulkan kemacetan; mengakibatkan terganggunya ketertiban
dan pemanfaatan jalan, kelancaran lalu lintas, dan
keselamatan pengguna jalan; dan
7. ketentuan akses keluar jalan tol yang harus
memperhatikan fungsi jalan. b) alih fungsi lahan yang bersifat lindung di sepanjang
e. pengaturan jalan khusus meliputi: sisi jalan.
1. kegiatan yang diperbolehkan pemanfaatan lahan di c. pengendalian Pemanfaatan Ruang yang memiliki intensitas
sepanjang kordior jalan khusus untuk kegiatan skala pergerakan tinggi dan/atau menyebabkan hambatan
kabupaten/kota dan beberapa kecamatan, prasarana samping di sepanjang jalan arteri dan kolektor agar tidak
menganggu kinerja fungsi jaringan jalan;
pergerakan yang menghubungkan pusat-pusat
kegiatan, pendirian bangunan dengan fungsi d. pengaturan jalan tol meliputi:
penunjang yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang 1. kegiatan yang diperbolehkan, yaitu pendirian bangunan
jalan; dengan fungsi penunjang yang berkaitan dengan jalan
2. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat pendirian tol;
bangunan dengan penetapan garis sempadan 2. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat, yaitu
bangunan yang terletak di tepi jalan khusus; dan pemanfaatan lahan di sepanjang jalan tol dengan
3. kegiatan yang tidak diperbolehkan alih fungsi lahan pembatasan intensitas bangunan dan penetapan garis
yang bersifat lindung di sepanjang sisi jalan. sempadan jalan;
f. pembangunan jalan sesuai standar spesifikasi prasarana 3. kegiatan yang tidak diperbolehkan, yaitu alih fungsi
jalan; lahan yang bersifat lindung di sepanjang sisi jalan dan
persimpangan sebidang;
4. ketentuan sarana dan prasarana minimum meliputi:
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
g. pemanfaatan jalan sesuai dimensi dan muatan sumbu a) penyediaan akses penghubung kawasan yang
terberat; terpisahkan oleh pembangunan jalan tol; dan
h. pengembangan prasarana pelengkap dan pendukung b) pengendalian jalan penghubung dari pintu keluar tol
jalan dengan syarat sesuai dengan kondisi dan kelas ke jalan non tol yang tidak menimbulkan kemacetan.
jalan; 5. pengendalian jalan masuk tol secara penuh;
i. penetapan garis sempadan bangunan di sisi jalan yang
6. ketentuan akses keluar jalan tol yang harus
memenuhi ketentuan ruang pengawasan jalan;
memperhatikan fungsi jalan.
j. pembatasan kegiatan pada ruang milik jalan di luar
kepentingan jalan yang mengganggu keamanan, e. pengaturan jalan khusus memperhatikan:
keselamatan, dan kelancaran lalu lintas serta angkutan 1. kegiatan yang diperbolehkan, yaitu pendirian fasilitas
jalan; penunjang pada bagian-bagian jalan dan bangunan
k. setiap perencanaan dan pembangunan jaringan jalan penghubung jalan sesuai ketentuan perundang-
undangan;
(jalan arteri, jalan kolektor, jalan tol) wajib
memperhatikan kawasan lindung dan kawasan 2. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat, yaitu dapat
konservasi; digunakan untuk lalu lintas umum sepanjang tidak
l. perlindungan terhadap KP2B di sepanjang sisi jalan merugikan kepentingan penyelenggara jalan khusus
berdasarkan izin dari penyelenggara jalan khusus; dan
nasional dan provinsi;
m. perencanaan pembangunan jalan dan jalan tol 3. kegiatan yang tidak diperbolehkan, yaitu alih fungsi
memperhatikan kawasan rawan bencana; lahan yang bersifat lindung di sepanjang sisi jalan.
n. penerapan rekayasa teknis dalam pembangunan jalan di f. persyaratan dan kriteria pemanfaatan jaringan jalan
sekitar kawasan rawan bencana; sebagaimana dimaksud dalam huruf a-e meliputi:
o. pengaturan terminal meliputi: 1. pengaturan jalan umum dan jalan khusus sesuai
1. kegiatan yang diperbolehkan pendirian bangunan ketentuan peraturan perundang-undangan;
dengan fungsi penunjang terminal bagi pergerakan 2. pembangunan jalan sesuai standar spesifikasi prasarana
orang, barang dan kendaraan; jalan;
2. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat kegiatan
3. pemanfaatan jalan sesuai dimensi dan muatan sumbu
pendukung aktivitas terminal sesuai dengan skala terberat;
pelayanan terminal (kantor, perdagangan jasa,
4. pengembangan prasarana pelengkap dan pendukung
fasilitas terminal), pemanfaatan ruang disekitar
jalan dengan syarat sesuai dengan kondisi dan kelas
terminal dengan intensitas sedang dan tinggi; dan jalan;
3. kegiatan yang tidak diperbolehkan pemanfaatan
5. penetapan garis sempadan bangunan di sisi jalan yang
ruang di dalam lingkungan kerja terminal, alih fungsi
memenuhi ketentuan ruang pengawasan jalan;
lahan yang bersifat lindung di sepanjang sisi terminal.
p. pengaturan jembatan timbang meliputi: 6. pembatasan kegiatan pada ruang milik jalan di luar
kepentingan jalan yang mengganggu keamanan,
1. kegiatan yang diperbolehkan pendirian bangunan
keselamatan, dan kelancaran lalu lintas serta angkutan
dengan fungsi penunjang kegiatan pada jembatan jalan;
timbang, tempat parkir kendaraan, fasilitas
7. setiap perencanaan dan pembangunan jaringan jalan
penunjang (tempat ibadah, toilet umum, kantin,
(jalan arteri, jalan kolektor, jalan tol) wajib
tempat istirahat pengemudi); memperhatikan Kawasan Lindung dan kawasan
2. kegiatan yang diperebolehkan bersyarat rumah konservasi;
dinas/mess petugas, kegiatan pendukung aktivitas di
8. perlindungan terhadap KP2B di sepanjang sisi jalan
area jembatan timbang; dan
nasional dan provinsi;
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
3. kegiatan yang tidak diperbolehkan pemanfaatan 9. perencanaan pembangunan jalan dan jalan tol
ruang di dalam lingkungan kerja terminal yang tidak memperhatikan kawasan rawan bencana;
sesuai dengan fungsi jembatan timbang, alih fungsi 10. penerapan rekayasa teknis dalam pembangunan jalan di
lahan yang bersifat lindung di sepanjang sisi sekitar kawasan rawan bencana;
jembatan timbang. g. pengaturan terminal meliputi:
(3) Indikasi arahan zonasi untuk sistem jaringan kereta api
1. kegiatan yang diperbolehkan, yaitu pendirian bangunan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b ditetapkan
dengan fungsi penunjang terminal bagi pergerakan
dengan memperhatikan: orang, barang, dan kendaraan;
a. kegiatan yang diperbolehkan pendirian bangunan
2. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat, yaitu kegiatan
dengan fungsi penunjang pelayanan sarana dan
pendukung aktivitas terminal sesuai dengan skala
prasarana stasiun kereta api pelayanan terminal (kantor, perdagangan jasa, fasilitas
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat penggunaan terminal), pemanfaatan ruang di sekitar terminal dengan
ruang milik jalur kereta api untuk keperluan lain atas intensitas sedang dan tinggi; dan
izin pemilik prasarana perkeretaapian dengan ketentuan 3. kegiatan yang tidak diperbolehkan, yaitu kegiatan yang
tidak membahayakan konstruksi jalan rel, fasilitas mengganggu kegiatan operasional terminal, keselamatan,
operasi kereta api, dan perjalanan kereta api; keamanan, dan kenyamanan fungsi fasilitas utama dan
pemanfaatan ruang di sepanjang sisi jaringan jalur fasilitas penunjang terminal;
kereta api dengan intensitas menengah hingga tinggi 4. ketentuan sarana dan prasarana minimum meliputi:
dengan pengembangan ruangnya dibatasi; penggunaan
a) bangunan kantor pengelola terminal;
ruang manfaat jalur kereta api sebagai ruang bebas yang
harus bebas dari segala rintangan dan benda penghalang b) jalur keberangkatan dan kedatangan;
di kiri, kanan, atas, dan bawah jalan rel; c) tempat parkir kendaraan;
c. kegiatan yang dilarang pemanfaatan ruang pengawasan
d) fasilitas pengelolaan lingkungan hidup;
jalur kereta api yang dapat mengganggu kepentingan
operasi dan keselamatan transportasi perkeretaapian; e) fasilitas pengawasan keselamatan;
pemanfaatan ruang yang peka terhadap dampak f) jalur berkumpul darurat dan jalur evakuasi bencana;
lingkungan akibat lalu lintas kereta api di sepanjang jalur dan
kereta api; g) fasilitas penunjang terminal.
d. pembatasan jumlah perlintasan sebidang antara jaringan h.pengaturan jembatan timbang meliputi:
jalur kereta api dan jalan;
e. penetapan garis sempadan bangunan di sisi jaringan 1. kegiatan yang diperbolehkan yaitu:
jalur kereta api dengan memperhatikan dampak a) pendirian bangunan dengan fungsi penunjang
lingkungan dan kebutuhan pengembangan jaringan jalur kegiatan pada jembatan timbang;
kereta api; b) tempat parkir kendaraan; dan
f. setiap perencanaan dan pembangunan jaringan kereta c) fasilitas penunjang (tempat ibadah, toilet umum,
api wajib memperhatikan kawasan lindung dan kawasan kantin, tempat istirahat pengemudi);
konservasi;
2. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat, yaitu rumah
g. penerapan rekayasa teknis dalam pembangunan sarana dinas/mess petugas dan kegiatan pendukung aktivitas di
dan prasarana kereta api di sekitar kawasan rawan area jembatan timbang;
bencana; dan
3. kegiatan yang tidak diperbolehkan, yaitu kegiatan yang
h. pengembangan jalur hijau atau Ruang Terbuka Hijau mengganggu kegiatan operasional jembatan timbang,
(RTH) sepanjang jalur kereta api. keselamatan, keamanan, dan kenyamanan fungsi
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
(4) Indikasi arahan zonasi untuk sistem jaringan sungai, danau fasilitas utama dan fasilitas penunjang jembatan
dan penyeberangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) timbang;
huruf c ditetapkan dengan memperhatikan: 4. ketentuan sarana dan prasarana minimum meliputi:
a. Kegiatan yang diperbolehkan sarana dan prasarana
a) jalan akses keluar masuk kendaraan;
penunjang operasional alur pelayaran di sungai, danau
dan penyeberangan, dermaga; b) jalan sirkulasi di dalam wilayah operasional jembatan
timbang;
b. Kegiatan yang diperbolehkan bersyarat pelabuhan
sesuai skala pelayanan, pemanfaatan perairan yang c) bangunan kantor petugas;
berdampak pada keberadaan alur pelayaran sungai, d) landasan penimbangan;
danau dan penyeberangan, termasuk pemanfaatan ruang
e) fasilitas sistem informasi penimbangan kendaraan;
di pelabuhan sungai, danau dan penyeberangan.
c. Kegiatan yang dilarang kegiatan yang dapat mengganggu f) tempat parkir kendaraan; dan
keselamatan dan keamanan pelayaran, kegiatan di ruang g) fasilitas penunjang.
udara bebas di atas perairan yang berdampak pada (3) Indikasi arahan zonasi untuk sistem jaringan kereta api
keberadaan alur pelayaran sungai, danau dan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b ditetapkan
penyeberangan, kegiatan di bawah perairan yang dengan memperhatikan:
berdampak pada keberadaan alur pelayaran sungai, a. kegiatan yang diperbolehkan, yaitu kegiatan pengoperasian
danau dan penyeberangan. kereta api dalam ruang manfaat jalur kereta api;
(5) Indikasi arahan zonasi untuk jaringan transportasi laut
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat, yaitu kegiatan yang
sebagaimana dimaksud pada ayat 1) huruf d ditetapkan tidak membahayakan konstruksi jalan rel dan fasilitas
dengan memperhatikan: operasi kereta api dengan izin dari pemilik jalur dalam
a. kegiatan yang diperbolehkan pelabuhan, pengerukan ruang milik jalur kereta api dan ruang pengawasan jalur
alur pelabuhan, pengembangan pelabuhan jangka kereta api;
panjang, fasilitas pembangunan dan pemeliharaan kapal, c. kegiatan yang tidak diperbolehkan, yaitu pemanfaatan
pembangunan TUKS/tersus, kegiatan lalu lintas kapal ruang manfaat jalur kereta api, ruang milik jalur kereta api,
yang masuk dan keluar TUKS/tersus, tempat uji coba ruang pengawasan jalur kereta api yang dapat
kapal (percobaan berlayar), pendaratan hasil tangkapan mengakibatkan terganggunya kelancaran operasi kereta api
perikanan, pelaksanaan operasional kapal perikanan, dan keselamatan pengguna kereta api;
tambat labuh kapal perikanan dan kapal pengawas d. ketentuan sarana dan prasarana minimum meliputi:
perikanan, perbekalan dan perbaikan kapal perikanan, 1. pengembangan jalur hijau atau RTH sepanjang jalur
bongkar muat, penelitian, uji coba kapal, penempatan kereta api;
kapal mati, pemasaran dan distribusi ikan dan RTH; 2. bangunan stasiun;
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat wisata sejarah,
3. fasilitas naik/turun penumpang;
wisata budaya, permukiman, wilayah kerja dan wilayah
pengoperasian pelabuhan perikanan, salvage dan/atau 4. tempat parkir;
pekerjaan bawah air, pengerukan, perikanan tangkap 5. ruang untuk pelayanan penumpang (seperti ruang
dengan alat penangkapan ikan dinamis/bergerak yang tunggu, ruang pembelian tiket, toilet, mushala); dan
tidak mengganggu kegiatan kepelabuhanan, industri 6. jalur berkumpul darurat dan jalur evakuasi bencana.
pengolahan hasil perikanan (pengalengan, penggaraman,
e. batas ruang manfaat jalur kereta api, ruang milik jalur
pengeringan, pengasapan, pembekuan, pemindangan,
kereta api, dan ruang pengawasan jalur kereta api diukur
dan pengolahan dan pengawetan lainnya), industri sesuai peraturan perundang-undangan;
maritim, fasilitas umum, dumping area, perdagangan dan
f. pembatasan jumlah perlintasan sebidang antara jaringan
jasa, perkantoran, pipetack pom pelabuhan, loading dock,
jalur kereta api dan jalan;
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
wisata alam bentang laut, wisata alam pantai/pesisir, g. penetapan garis sempadan bangunan di sisi jaringan jalur
bangunan pelindung pantai dan bangunana kereta api dengan memperhatikan dampak lingkungan dan
infrastruktur; kebutuhan pengembangan jaringan jalur kereta api;
c. kegiatan yang dilarang pertambangan panas bumi, h. setiap perencanaan dan pembangunan jaringan kereta api
perikanan tangkap dengan alat penangkapan ikan statis wajib memperhatikan Kawasan Lindung dan kawasan
dan/atau bergerak yang mengganggu kegiatan konservasi; dan
kepelabuhanan, pemasangan rumah ikan dan alat bantu i. penerapan rekayasa teknis dalam pembangunan sarana dan
penangkapan ikan seperti rumpon serta terumbu karang prasarana kereta api di sekitar kawasan rawan bencana.
buatan, perikanan budidaya laut, pertambangan minyak (4) Indikasi arahan zonasi untuk sistem jaringan sungai, danau,
bumi, pertambangan gas bumi, wisata olahraga air, dan penyeberangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wisata bawah laut, pertambangan pasir laut dan huruf c ditetapkan dengan memperhatikan:
pelarangan kegiatan di ruang udara bebas di atas badan a. kegiatan yang diperbolehkan, yaitu:
air yang berdampak pada keberadaan jalur transportasi
1. sarana dan prasarana penunjang operasional alur
laut; pelayaran di sungai, danau, dan penyeberangan; dan
d. perlindungan terhadap fungsi kawasan lindung dan
lahan KP2B di sekitar kawasan pelabuhan laut; 2. dermaga.
e. penerapan rekayasa teknis dalam pembangunan b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat, yaitu:
pelabuhan di sekitar kawasan rawan bencana; 1. pelabuhan sesuai skala pelayanan; dan
f. pengembangan pelabuhan laut berpedoman pada
2. pemanfaatan perairan yang berdampak pada keberadaan
Rencana Induk Pelabuhan, standar teknis, serta alur pelayaran sungai, danau, dan penyeberangan,
peraturan perundangan terkait lainnya yang berlaku; termasuk pemanfaatan ruang di pelabuhan sungai, danau,
g. pengendalian pemanfaatan ruang pada badan air di dan penyeberangan.
sepanjang alur pelayaran; dan c. kegiatan yang tidak diperbolehkan, yaitu:
h. pemanfaatan ruang pada kawasan pesisir dan pulau kecil
1. kegiatan yang dapat mengganggu keselamatan dan
di sekitar badan air di sepanjang alur pelayaran yang
keamanan pelayaran;
dilakukan dengan tidak mengganggu aktivitas pelayaran;
i. arahan pengendalian pada Alur pelayaran – perlintasan 2. kegiatan di ruang udara bebas di atas perairan yang
dilaksanakan sebagai berikut : berdampak pada keberadaan alur pelayaran sungai,
danau, dan penyeberangan; dan
1. Zona terlarang pada area 500 (lima ratus) meter
dihitung dari sisi terluar instalasi atau bangunan 3. kegiatan di bawah perairan yang berdampak pada
Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran; keberadaan alur pelayaran sungai, danau, dan
penyeberangan.
2. pengaturan perlindungan lingkungan maritim;
3. penetapan sistem rute (skema pemisah lalu lintas di d. ketentuan sarana dan prasarana minimum meliputi fasilitas
laut. rute dua arah, garis haluan yang dianjurkan, naik/turun penumpang.
rute air dalam, daerah yang harus dihindari, daerah (5) Indikasi arahan zonasi untuk jaringan transportasi laut
lalu lintas pedalaman, dan daerah kewaspadaan); sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d ditetapkan
4. pembatasan kecepatan kapal dan/atau penetapan dengan memperhatikan:
ship routing sistem sesuai dengan ketentuan a. kegiatan yang diperbolehkan, yaitu:
peraturan perundang-undangan di bidang 1. pelabuhan;
perhubungan; dan
2. pengerukan alur pelabuhan;
5. setiap kapal-kapal yang melintas transit dilarang
membuang benda-benda sisa beracun atau benda 3. pengembangan pelabuhan jangka panjang;
berbahaya seperti sampah di perairan Indonesia; 4. fasilitas pembangunan dan pemeliharaan kapal;
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
setiap kapal dilarang untuk melakukan pembersihan 5. pembangunan TUKS/tersus;
tangki-tangki kapal atau mengotori wilayah perairan 6. kegiatan lalu lintas kapal yang masuk dan keluar
Indonesia disaat melakukan lintas transit; dan kapal- TUKS/tersus;
kapal yang membawa bahan nuklir diharuskan
7. tempat uji coba kapal (percobaan berlayar);
mempunyai peralatan perlindungan keamanan dan
tetap berhubungan dengan TNI-AL, sesuai dengan 8. pendaratan hasil tangkapan perikanan;
konvensi perlindungan fisik bahan-bahan nuklir. 9. pelaksanaan operasional kapal perikanan;
(6) Indikasi arahan zonasi untuk untuk bandar udara dan 10. tambat labuh kapal perikanan dan kapal pengawas
bandar udara khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) perikanan;
huruf f ditetapkan dengan memperhatikan:
11. perbekalan dan perbaikan kapal perikanan;
a. kegiatan yang diperbolehkan pemanfaatan ruang untuk
kebutuhan operasional bandar udara; 12. bongkar muat, penelitian, uji coba kapal;
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat pemanfaatan 13. penempatan kapal mati;
ruang di sekitar bandar udara sesuai dengan kebutuhan 14. pemasaran dan distribusi ikan; dan
pengembangan bandara berdasarkan ketentuan
15. RTH.
peraturan perundang-undangan;
c. kegiatan yang dilarang pendirian bangunan serta b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat, yaitu:
menanam atau memelihara pepohonan di dalam KKOP 1. wisata sejarah dan budaya;
yang ketinggiannya melebihan batas maksimun yang 2. permukiman;
ditetapkan dalam KKOP
3. wilayah kerja dan wilayah pengoperasian pelabuhan
d. perencanaan pembangunan bandara memperhatikan
perikanan;
kawasan rawan bencana;
e. perlindungan terhadap fungsi Kawasan Lindung; 4. salvage;
f. perlindungan terhadap lahan sawah beririgasi 5. pekerjaan bawah air;
teknis/KP2B; 6. pengerukan;
g. penyediaan sarana dan prasarana pengelolaan sampah
7. pertambangan minyak bumi;
dan limbah;
h. penyediaan ruang terbuka hijau (RTH); 8. pertambangan gas bumi;
i. penetapan batas-batas kawasan keselamatan operasi 9. perikanan tangkap dengan alat penangkapan ikan
penerbangan dan kawasan kebisingan; dan dinamis/bergerak yang tidak mengganggu kegiatan
j. penerapan mitigasi bencana. kepelabuhanan;
(7) Dalam pengembangan sistem jaringan transportasi, dapat 10. industri pengolahan hasil perikanan (pengalengan,
dikembangkan sistem transit dan pengembangan kawasan penggaraman, pengeringan, pengasapan, pembekuan,
berorientasi transit atau TOD dimana pengaturan kawasan pemindangan, dan pengolahan dan pengawetan
ini persyaratannya berdasarkan peraturan perundang- lainnya);
undangan. 11. industri maritim;
12. fasilitas umum;
13. dumping area;
14. perdagangan dan jasa;
15. perkantoran;
16. piperack pom pelabuhan;
17. loading dock;
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
18. wisata alam bentang laut dan wisata alam
pantai/pesisir;
19. bangunan pelindung pantai dan bangunan
infrastruktur; dan
20. pemanfaatan ruang pada Kawasan pesisir dan pulau
kecil di sekitar badan air di sepanjang alur pelayaran
yang dilakukan dengan tidak mengganggu aktivitas
pelayaran.
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan, yaitu:
1. pertambangan panas bumi;
2. perikanan tangkap dengan alat penangkapan ikan statis
dan/atau bergerak yang mengganggu kegiatan
kepelabuhanan;
3. pemasangan rumah ikan dan alat bantu penangkapan
ikan seperti rumpon serta terumbu karang buatan;
4. perikanan budi daya laut;
5. wisata olahraga air dan wisata bawah laut;
6. pertambangan pasir laut; dan
7. kegiatan di ruang udara bebas di atas badan air yang
berdampak pada keberadaan jalur transportasi laut.
d. ketentuan sarana dan prasarana minimum meliputi:
1. alur pelayaran;
2. perairan tempat labuh;
3. kolam pelabuhan;
4. terminal terapung;
5. dermaga;
6. terminal;
7. fasilitas penampungan dan pengelolaan limbah;
8. fasilitas bunker;
9. fasilitas gudang;
10. fasilitas pemeliharaan dan perbaikan peralatan
pelabuhan dan sarana bantu navigasi pelayaran;
11. fasilitas pemadam kebakaran; dan
12. fasilitas penunjang pelabuhan.
e. perlindungan terhadap fungsi kawasan lindung dan lahan
KP2B di sekitar kawasan pelabuhan laut;
f. penerapan rekayasa teknis dalam pembangunan pelabuhan
di sekitar kawasan rawan bencana;
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
g. pengembangan pelabuhan laut berpedoman pada Rencana
Induk Pelabuhan, standar teknis, serta peraturan
perundangan terkait lainnya yang berlaku;
h. pengendalian pemanfaatan ruang pada badan air di
sepanjang alur pelayaran;
i. arahan pengendalian pada Alur pelayaran– perlintasan
dilaksanakan sebagai berikut:
1. Zona terlarang pada area 500 (lima ratus) meter dihitung
dari sisi terluar instalasi atau bangunan Sarana Bantu
Navigasi-Pelayaran;
2. pengaturan perlindungan lingkungan maritim;
3. penetapan sistem rute (skema pemisah lalu lintas di
laut, rute dua arah, garis haluan yang dianjurkan, rute
air dalam, daerah yang harus dihindari, daerah lalu
lintas pedalaman, dan daerah kewaspadaan);
4. pembatasan kecepatan kapal dan/atau penetapan ship
routing sistem sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang perhubungan;
5. setiap kapal-kapal yang melintas transit dilarang
membuang benda-benda sisa beracun atau benda
berbahaya seperti sampah di perairan Indonesia;
6. setiap kapal dilarang untuk melakukan pembersihan
tangki-tangki kapal atau mengotori wilayah perairan
Indonesia disaat melakukan lintas transit; dan
7. kapal-kapal yang membawa bahan nuklir diharuskan
mempunyai peralatan perlindungan keamanan dan
tetap berhubungan dengan TNI-AL, sesuai dengan
konvensi perlindungan fisik bahan-bahan nuklir.
(6) Indikasi arahan zonasi untuk bandar udara umum dan bandar
udara khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e
ditetapkan dengan memperhatikan:
a. kegiatan yang diperbolehkan, yaitu Pemanfaatan Ruang
untuk kebutuhan operasional bandar udara;
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat, yaitu Pemanfaatan
Ruang di sekitar bandar udara sesuai dengan kebutuhan
pengembangan bandara berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan, yaitu pendirian
bangunan serta menanam atau memelihara pepohonan di
dalam Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP)
yang ketinggiannya melebihi batas maksimum yang
ditetapkan dalam KKOP;
d. ketentuan sarana prasarana minimum meliputi:
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
1. penyediaan sarana dan prasarana pengelolaan sampah
dan limbah serta RTH;
2. fasilitas keselamatan penerbangan;
3. fasilitas keamanan;
4. fasilitas sisi udara;
5. fasilitas sisi darat; dan
6. fasilitas penunjang.
e. perencanaan pembangunan bandara memperhatikan
Kawasan rawan bencana;
f. perlindungan terhadap fungsi Kawasan Lindung;
g. perlindungan terhadap lahan sawah beririgasi teknis/KP2B;
h. penetapan kawasan udara terlarang (prohibited area) dan
kawasan udara terbatas (restricted area) di Daerah Provinsi;
i. penetapan batas-batas Kawasan keselamatan operasi
penerbangan dan Kawasan kebisingan; dan
j. penerapan mitigasi bencana.
(7) Dalam pengembangan sistem jaringan transportasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dikembangkan
sistem transit dan pengembangan kawasan berorientasi transit
(Transit Oriented Development/TOD) sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(8) Pemanfaatan ruang untuk pengembangan jaringan transportasi
dan prasarana transportasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dapat dilakukan pada semua Kawasan Lindung dan
Kawasan Budi Daya sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan dan mengikuti indikasi arahan zonasi Kawasan.
Pasal 58 Pasal 66
Indikasi arahan zonasi untuk untuk sistem jaringan energi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 huruf c ditetapkan dengan Indikasi arahan zonasi untuk sistem jaringan energi sebagaimana
memperhatikan: dimaksud dalam Pasal 63 huruf c ditetapkan dengan
memperhatikan:
a. kegiatan yang diperbolehkan pemanfaatan ruang sisi kanan,
kiri dan ruang bawah saluran udara tegangan tinggi dan a. kegiatan yang diperbolehkan, yaitu:
saluran udara tegangan ekstra tinggi secara teknis aman dan 1. pemanfaatan ruang sisi kanan, kiri dan ruang bawah
dapat dimanfaatakan untuk keperluan lain termasuk rumah saluran udara tegangan tinggi dan saluran udara tegangan
tinggal selama tidak masuk dalam ruang bebas, jalur hijau, ekstra tinggi secara teknis aman dan dapat dimanfaatkan
RTH; untuk keperluan lain selama tidak masuk dalam ruang
bebas;
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat pemanfaatan ruang di
sekitar jaringan pipa minyak dan gas bumi yang 2. jalur hijau; dan
memperhitungkan aspek keamanan dan keselamatan 3. RTH;
kawasan di sekitarnya; pemanfaatan ruang di sekitar
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
pembangkit listrik yang memperhitungkan jarak aman b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat, yaitu:
dengan kegiatan lain; 1. pemanfaatan ruang di sekitar jaringan pipa minyak dan gas
c. kegiatan yang dilarang pemanfaatan ruang bebas di sepanjang bumi yang memperhitungkan aspek keamanan dan
jalur transmisi, pendirian disekitar SUTT dan SUTET untuk keselamatan kawasan di sekitarnya; dan
bangunan dengan resiko kebakaran tinggi seperti pom bensin 2. pemanfaatan ruang di sekitar pembangkit listrik yang
dan tempat penimbunan bahan bakar; pemanfaatan ruang di memperhitungkan jarak aman dengan kegiatan lain;
sekitar pembangkit listrik yang tidak memperhitungkan jarak
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan, yaitu
aman;
d. ketentuan pembangunan jaringan gas mengikuti peraturan 1. pemanfaatan ruang bebas di sepanjang jalur transmisi;
perundang-undangan yang berlaku; 2. pendirian bangunan di sekitar SUTT dan SUTET dengan
e. ketentuan ruang bebas dan jarak minimum mengikuti resiko kebakaran tinggi seperti pom bensin dan tempat
peraturan perundang-undangan yang berlaku; penimbunan bahan bakar; dan
f. prasarana minimal yang perlu disediakan adalah penyediaan 3. pemanfaatan ruang di sekitar pembangkit listrik yang tidak
RTH, penyediaan pengolahan limbah dan pengelolaan emisi memperhitungkan jarak aman;
dan pembangunan prasarana pertambangan dan energi d. ketentuan sarana prasarana minimum meliputi:
sesuai standar teknis perencanaan;
1. penyediaan RTH;
g. setiap perencanaan dan pembangunan jaringan energi dan
kelistrikan wajib memperhatikan kawasan lindung dan 2. penyediaan pengolahan limbah dan pengelolaan emisi;
kawasan konservasi; 3. jalan khusus untuk akses pemeliharaan dan pengawasan
h. pengembangan pembangkit listrik ramah lingkungan; dan jaringan energi;
i. penerapan rekayasa teknis dalam pembangunan pembangkit 4. papan informasi keterangan teknis jaringan energi yang
listrik di sekitar kawasan rawan bencana. dilindungi pagar pengaman; dan
5. pembangunan prasarana pertambangan dan energi sesuai
standar teknis perencanaan.
e. ketentuan pembangunan jaringan gas mengikuti peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
f. ketentuan ruang bebas dan jarak minimum mengikuti
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
g. setiap perencanaan dan pembangunan jaringan energi dan
kelistrikan wajib memperhatikan Kawasan Lindung;
h. pengembangan pembangkit listrik ramah lingkungan;
i. penerapan rekayasa teknis dan analisis risiko bencana dalam
pembangunan pembangkit listrik di sekitar Kawasan rawan
bencana;
j. pengembangan sistem jaringan listrik dan sarana prasarana
penunjangnya diperbolehkan pada semua Kawasan Budi Daya
mengikuti indikasi arahan zonasi pada Kawasan Budi Daya;
dan
k. pengembangan sistem jaringan listrik dan sarana prasarana
penunjangnya diperbolehkan secara terbatas dan bersyarat
pada semua Kawasan Lindung mengikuti indikasi arahan
zonasi pada Kawasan lindung.
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
Pasal 59 Pasal 67
Indikasi arahan zonasi untuk sistem jaringan telekomunikasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 huruf d ditetapkan dengan Indikasi arahan zonasi untuk sistem jaringan telekomunikasi
memperhatikan: sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 huruf d ditetapkan dengan
memperhatikan:
a. kegiatan yang diperbolehkan bangunan atau jaringan
pendukung kegiatan telekomunikasi, infrastruktur lainnya a. kegiatan yang diperbolehkan, yaitu:
yang tidak mengganggu jaringan telekomunikasi baik di 1. bangunan atau jaringan pendukung kegiatan
dalam tanah maupun di bawah tanah; telekomunikasi; dan
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat penempatan stasiun 2. infrastruktur lainnya yang tidak mengganggu jaringan
bumi dan menara pemancar telekomunikasi secara terpadu telekomunikasi baik di atas tanah maupun di bawah tanah;
yang memperhitungkan aspek keamanan dan keselamatan
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat, yaitu:
aktivitas kawasan di sekitarnya, kegiatan pembangunan yang
tidak mengganggu jaringan telekomunikasi baik di dalam 1. penempatan stasiun bumi dan menara pemancar
telekomunikasi secara terpadu yang memperhitungkan
tanah maupun di bawah tanah, bangunan lainnya dengan
aspek keamanan dan keselamatan aktivitas kawasan di
mengikuti persyaratan pengaturan jaringan telekomunikasi; sekitarnya; dan
c. kegiatan yang dilarang pendirian bangunan di sekitar menara
2. kegiatan pembangunan di sekitar jaringan telekomunikasi
telekomunikasi dalam radius bahaya keamanan dan
baik di atas tanah maupun di bawah tanah dengan
keselamatan; mengikuti persyaratan pengaturan jaringan
d. pemasangan kabel yang dibangun mengikuti jaringan jalan telekomunikasi;
arteri, kolektor dan lokal dengan koordinasi antar level
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan, yaitu pendirian bangunan
pemerintahan; di sekitar menara telekomunikasi dalam radius bahaya
e. setiap perencanaan dan pembangunan jaringan keamanan dan keselamatan;
telekomunikasi wajib memperhatikan kawasan lindung dan
d. pemasangan kabel yang dibangun mengikuti jaringan jalan
kawasan konservasi; dan arteri, kolektor dan lokal dengan koordinasi antarpemerintah;
f. penerapan rekayasa teknis dalam pembangunan jaringan
prasarana telekomunikasi di sekitar kawasan rawan bencana. e. setiap perencanaan dan pembangunan jaringan
telekomunikasi wajib memperhatikan Kawasan Lindung;
f. penerapan rekayasa teknis dalam pembangunan jaringan
prasarana telekomunikasi di sekitar Kawasan rawan bencana;
g. pengembangan sistem jaringan telekomunikasi dan sarana
prasarana penunjangnya diperbolehkan pada semua Kawasan
Budi Daya mengikuti indikasi arahan zonasi pada Kawasan
Budi Daya; dan
h. pengembangan sistem jaringan telekomunikasi dan sarana
prasarana penunjangnya diperbolehkan secara terbatas dan
bersyarat pada semua Kawasan Lindung mengikuti indikasi
arahan zonasi pada Kawasan Lindung.
Pasal 60 Pasal 68
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
Indikasi arahan zonasi untuk sistem jaringan sumber daya air (1) Indikasi arahan zonasi untuk sistem jaringan sumber daya air Hasil pembahasan Penambahan ayat (2)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 huruf e ditetapkan dengan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 huruf e, sebagai dengan DPRD Provinsi
memperhatikan: berikut: Jawa Barat (Mei 2022):
a. Pengaturan jaringan irigasi meliputi: a. pengaturan jaringan irigasi meliputi: Penambahan ayat (2)
1. Kegiatan yang diperbolehkan pembangunan bangunan 1. kegiatan yang diperbolehkan, yaitu pembangunan
pemeliharaan jaringan irigasi; bangunan pemeliharaan jaringan irigasi;
2. Kegiatan yang diperbolehkan bersyarat pembangunan
2. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat, yaitu kegiatan
bangunan di atas saluran irigasi, kegiatan pertanian perikanan/pertanian sepanjang tidak merusak tatanan
sepanjang tidak merusak tatanan lingkungan dan bentang lingkungan dan fungsi irigasi;
alam, kegiatan perikanan sepanjang tidak merusak tatanan
3. kegiatan yang tidak diperbolehkan, yaitu pemanfaatan
lingkungan dan fungsi irigasi; dan ruang dan pendirian bangunan yang dapat merusak
3. Kegiatan yang dilarang pemnafaatan ruang yang dapat sempadan dan jaringan irigasi;
merusak jaringan irigasi;
4. ketentuan sarana prasarana minimum meliputi
b. Pengaturan sistem pengendalian banjir dan bangunan sumber
penyiapan ruang evakuasi dan prasarana mitigasi
daya air meliputi: bencana di sekitar bangunan prasarana sumber daya air.
1. Kegiatan yang diperbolehkan pemanfaatan ruang untuk
b. pengaturan sistem jaringan dan bangunan pengendalian
kegiatan pendukung sistem jaringan sumber daya air,
banjir meliputi:
pembangunan bangunan pemelihara jaringan irigasi,
bangunan pengendali banjir, 1. kegiatan yang diperbolehkan, yaitu:
2. Kegiatan yang diperbolehkan bersyarat pendirian a) bangunan pengendalian banjir; dan
bangunan di atas jaringan irigasi, kegiatan pertanian b) kegiatan pendukung sistem jaringan dan bangunan
sepanjang tidak merusak tatanan lingkungan dan bentang pengendalian banjir;
alam, kegiatan wisata alam dengan tidak menganggu
2. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat, yaitu kegiatan
bentang alam dan fungsi kawasan, pemanfaatan ruang perikanan, pertanian, dan wisata alam sepanjang tidak
pada kawasan dengan syarat tetap menjaga kelestarian merusak tatanan lingkungan dan fungsi pengendalian
lingkungan dan fungsi lindung kawasan; banjir;
3. Kegiatan yang dilarang kegiatan yang dapat mengganggu 3. kegiatan yang tidak diperbolehkan, yaitu kegiatan yang
fungsi pengendalian banjir, kegiatan yang dapat merusak dapat mengganggu fungsi pengendalian banjir;
fungsi jaringan irigasi, kegiatan yang dapat merusak
4. ketentuan sarana prasarana minimum meliputi
ekosistem dan fungsi lindung sungai, waduk dan embung; penyiapan ruang evakuasi dan prasarana mitigasi
c. perlindungan terhadap infrastruktur sumber daya air (SDA); bencana di sekitar bangunan prasarana sumber daya air.
d. memperhatikan ketentuan mengenai alih fungsi lahan KP2B
c. pengaturan bangunan sumber daya air meliputi:
dan/ atau lahan sawah beririgasi teknis yang sudah
ditetapkan dalam rencana tata ruang; 1. kegiatan yang diperbolehkan, yaitu:
e. pembangunan infrastruktur sumber daya air sesuai standar a) bangunan sumber daya air,
dan kriteria perencanaan; b) kegiatan pendukung bangunan sumber daya air; dan
f. perlindungan kawasan sempadan sumber daya air;
c) kegiatan perikanan;
g. perlindungan bangunan prasarana sumber daya air;
h. pemanfaatan ruang di sekitar sumber daya air di kawasan 2. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat, yaitu:
perbatasan harus selaras dengan pemanfaatan ruang di a) kegiatan pertanian sepanjang tidak merusak tatanan
sekitar sumber daya air di kabupaten/kota yang berbatasan; lingkungan dan fungsi bangunan sumber daya air;
b) kegiatan wisata alam dengan tidak menganggu
fungsi bangunan sumber daya air; dan
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
i. pemanfaatan ruang di sekitar wilayah sungai, danau, embung, c) kegiatan transportasi dengan tidak menganggu fungsi
dan waduk memperhatikan pedoman instrumen bangunan sumber daya air;
pengendalian terkait sungai, danau, sembung dan waduk; 3. kegiatan yang tidak diperbolehkan, yaitu kegiatan yang
j. setiap perencanaan dan pembangunan prasarana sumber dapat mengganggu fungsi bangunan sumber daya air;
daya air wajib memperhatikan kawasan lindung dan kawasan 4. ketentuan sarana prasarana minimum meliputi
konservasi; penyiapan ruang evakuasi dan prasarana mitigasi
k. penerapan rekayasa teknis dalam pembangunan prasarana bencana di sekitar bangunan prasarana sumber daya air.
sumber daya air di sekitar kawasan rawan bencana; dan d. perlindungan terhadap infrastruktur sumber daya air (SDA);
l. penyiapan ruang evakuasi dan prasarana mitigasi bencana di
e. memperhatikan ketentuan mengenai alih fungsi lahan KP2B
sekitar bangunan prasarana sumber daya air.
dan/atau lahan sawah beririgasi teknis yang sudah
ditetapkan dalam RTR;
f. pembangunan infrastruktur sumber daya air sesuai standar
dan kriteria perencanaan;
g. perlindungan Kawasan sempadan sumber daya air;
h. Pemanfaatan Ruang di sekitar wilayah sungai, danau,
embung, waduk, dan pesisir memperhatikan pedoman
instrumen pengendalian terkait sungai, danau, embung,
waduk, dan pesisir;
i. pengelolaan sumber daya air memperhatikan wilayah
sungai, daerah aliran sungai, dan wilayah pesisir;
j. Pemanfaatan Ruang di sekitar wilayah sungai, danau,
embung, dan waduk di Kawasan perbatasan harus selaras
dengan pemanfaatan ruang di sekitar sumber daya air di
kabupaten/kota yang berbatasan;
k. perlindungan bangunan prasarana sumber daya air;
l. setiap perencanaan dan pembangunan prasarana sumber
daya air wajib memperhatikan Kawasan Lindung;
m. penerapan rekayasa teknis dalam pembangunan prasarana
sumber daya air di sekitar Kawasan rawan bencana;
n. pengembangan sistem jaringan sumber daya air dan sarana
prasarana penunjangnya diperbolehkan pada semua
Kawasan Budi Daya mengikuti indikasi arahan zonasi pada
Kawasan Budi Daya; dan
o. pengembangan sistem jaringan sumber daya air dan sarana
prasarana penunjangnya diperbolehkan secara terbatas dan
bersyarat pada semua Kawasan Lindung mengikuti indikasi
arahan zonasi pada Kawasan lindung.
(2) Pelaksanaan pengaturan sistem pengendalian banjir dan
bangunan sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b, dilakukan dengan syarat tetap menjaga kelestarian
lingkungan dan fungsi lindung kawasan.
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
Pasal 61 Pasal 69
Indikasi arahan zonasi untuk sistem jaringan prasarana lainnya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 huruf f meliputi: Indikasi arahan zonasi untuk sistem jaringan prasarana lainnya
a. Indikasi arahan zonasi untuk sistem penyediaan air minum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 huruf f meliputi:
(SPAM) regional memperhatikan: a. indikasi arahan zonasi untuk sistem penyediaan air minum
1. Kegiatan yang diperbolehkan kegiatan pembangunan (SPAM) regional memperhatikan:
prasarana SPAM dan kegiatan pembangungan prasarana 1. kegiatan yang diperbolehkan, yaitu kegiatan pembangunan
penunjang SPAM; sarana dan prasarana SPAM serta kegiatan pembangunan
2. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat kegiatan wisata penunjang SPAM;
terbatas yang tidak mengganggu keberlangsungan 2. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat, yaitu kegiatan
penyediaan air minum serta mengakibatkan kerusakan wisata terbatas yang tidak mengganggu keberlangsungan
prasarana dan sarana air minum; penyediaan air minum serta mengakibatkan kerusakan
3. kegiatan tidak dilarang adalah kegiatan yang prasarana dan sarana air minum;
mengganggukeberlangsungan fungsi penyediaan air 3. kegiatan yang tidak diperbolehkan, yaitu kegiatan yang
minum, mengakibatkan kerusakan prasarana dan sarana mengganggu keberlangsungan fungsi penyediaan air
penyedia air minum; minum, mengakibatkan kerusakan prasarana dan sarana
4. persyaratan teknis pembangunan SPAM mengikuti penyedia air minum;
peraturan perundang-undangan yang berlaku; 4. ketentuan sarana prasarana minimum meliputi:
5. persyaratan pembangunan SPAM dilengkapi dengan a) sarana dan prasarana pengolahan limbah dan sumur
pengolahan limbah; resapan air (artificial water catchment) di sekitar
6. pembuatan sumur resapan air (artificial water catchment) bangunan SPAM;
di sekitar bangunan SPAM; b) unit air baku meliputi bangunan penampungan air,
7. pengembangan SPAM diperbolehkan pada setiap bangunan pengambilan/penyadapan, alat pengukuran
peruntukan budi daya; dan peralatan pemantauan, sistem pemompaan,
8. pengembangan SPAM diperbolehkan secara terbatas dan dan/atau bangunan sarana penyediaan air minum; dan
bersyarat pada semua kawasan peruntukan lindung; c) unit produksi meliputi bangunan pengolahan dan
9. setiap perencanaan dan pembangunan SPAM wajib perlengkapannya, perangkat operasional, alat
memperhatikan kawasan lindung dan kawasan pengukuran dan peralatan pemantauan, serta bangunan
konservasi; dan penampungan air minum.
10. penerapan rekayasa teknis pada pembangunan SPAM di 5. persyaratan teknis pembangunan SPAM mengikuti
kawasan rawan bencana dan zona resapan air. peraturan perundang-undangan yang berlaku;
b. Indikasi arahan zonasi untuk sistem penyediaan air limbah 6. pengembangan SPAM diperbolehkan pada semua Kawasan
(SPAL) memperhatikan: Budi Daya mengikuti indikasi arahan zonasi pada Kawasan
1. Kegiatan yang diperbolehkan pembangunan prasarana Budi Daya;
dan sarana air limbah dalam rangka mengurangi, 7. pengembangan SPAM diperbolehkan secara terbatas dan
memanfaatkan kembali, dan mengolah air limbah dan bersyarat pada semua Kawasan Lindung mengikuti indikasi
RTH; arahan zonasi pada Kawasan Lindung;
2. Kegiatan yang diperbolehkan bersyarat kegiatan selain 8. setiap perencanaan dan pembangunan SPAM wajib
sebagaimana dimaksud pada angka 1 yang tidak memperhatikan Kawasan Lindung; dan
mengganggu fungsi sistem pengelolaan air limbah; 9. penerapan rekayasa teknis pada pembangunan SPAM di
3. kegiatan yang tidak dilarang pembuangan sampah, Kawasan rawan bencana dan zona resapan air.
pembuangan bahan berbahaya dan beracun, pembuangan
b. Indikasi arahan zonasi untuk SPAL memperhatikan:
limbah bahan berbahaya dan beracun, dan kegiatan lain
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
yang dapat mengganggu fungsi sistem pengelolaan air 1. kegiatan yang diperbolehkan, yaitu pembangunan
limbah; prasarana dan sarana air limbah dalam rangka mengurangi,
4. pemanfaatan ruang untuk jaringan pengelolaan air limbah memanfaatkan kembali, dan mengolah air limbah dan RTH;
domestik diprioritaskan pada kawasan permukiman padat 2. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat, yaitu kegiatan
penduduk; selain sebagaimana dimaksud pada angka 1 yang tidak
5. pembuangan efluen air limbah ke media lingkungan hidup mengganggu fungsi sistem pengelolaan air limbah;
tidak melampaui standar baku mutu air limbah; 3. kegiatan yang tidak diperbolehkan, yaitu:
6. sistem jaringan pengelolaan limbah disesuaikan dengan a) pembuangan sampah;
ketinggian muka air tanah di lokasi jaringan pengelolaan
b) pembuangan bahan berbahaya dan beracun;
limbah;
7. kegiatan yang tidak diperbolehkan adalah kegiatan yang c) pembuangan limbah bahan berbahaya dan beracun;
mengganggu fungsi sistem jaringan air limbah; dan
11. pembuatan sumur resapan air (artificial water catchment) di d) kegiatan lain yang dapat mengganggu fungsi sistem
sekitar bangunan SPAL; pengelolaan air limbah.
12. pengembangan SPAL diperbolehkan pada setiap 4. ketentuan sarana prasarana minimum meliputi sumur
peruntukan budi daya; resapan air (artificial water catchment) di sekitar bangunan
13. pengembangan SPAL diperbolehkan secara terbatas dan SPAL dan peralatan kontrol baku mutu air buangan sesuai
bersyarat pada semua kawasan peruntukan lindung; dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
14. setiap perencanaan dan pembangunan SPAL wajib 5. pemanfaatan ruang untuk jaringan pengelolaan air limbah
memperhatikan kawasan lindung dan kawasan domestik diprioritaskan pada Kawasan permukiman padat
konservasi; dan penduduk;
15. penerapan rekayasa teknis pada pembangunan SPAL di 6. pembuangan efluen air limbah ke media lingkungan hidup
kawasan rawan bencana dan zona resapan air. tidak melampaui standar baku mutu air limbah;
c. Indikasi arahan zonasi untuk sistem jaringan persampahan 7. sistem jaringan pengelolaan limbah disesuaikan dengan
memperhatikan: ketinggian muka air tanah di lokasi jaringan pengelolaan
1. kegiatan yang diperbolehkan kegiatan pengoperasian TPA limbah;
sampah berupa pemrosesan akhir sampah, pengurugan 8. pengembangan SPAL diperbolehkan pada semua Kawasan
berlapis bersih (sanitary landfill), pemeliharaan Budi Daya mengikuti indikasi arahan zonasi pada Kawasan
dan industri terkait pengolahan sampah; Budi Daya;
2. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat kegiatan 9. pengembangan SPAL diperbolehkan secara terbatas dan
penunjang operasional TPA regional dan pengelolaan 3R; bersyarat pada semua Kawasan Lindung mengikuti indikasi
3. kegiatan yang dilarang kegiatan permukiman dan sosial arahan zonasi pada Kawasan Lindung;
ekonomi yang mengganggu fungsi kawasan TPA sampah; 10. setiap perencanaan dan pembangunan SPAL wajib
4. lokasi TPA Regional harus didukung oleh studi lingkungan memperhatikan Kawasan Lindung; dan
yang telah disepakati oleh instansi yang berwenang;
11. penerapan rekayasa teknis pada pembangunan SPAL di
5. pengelolaan sampah dalam TPA Regional dilakukan Kawasan rawan bencana dan kawasan resapan air.
dengan sistem yang sesuai dengan ketentuan peraturan
c. Indikasi arahan zonasi sistem pengelolaan limbah B3
perundang- undangan;
memperhatikan:
6. persyaratan pembangunan TPPAS yang dilengkapi dengan
pengolahan limbah; 1. kegiatan yang diperbolehkan, yaitu:
7. pengaturan RTH dan KDB untuk pembuatan sumur a) kegiatan pengurangan, penyimpanan, pengumpulan,
resapan air (artificial water catchment) di sekitar bangunan pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan dan
TPPAS; penimbunan limbah B3; dan
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
8. setiap perencanaan dan pembangunan TPPAS wajib b) fasilitas penunjang kegiatan pengelolaan limbah B3.
memperhatikan kawasan lindung dan kawasan 2. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat yaitu:
konservasi; dan
a) kegiatan pendukung kegiatan pengelolaan limbah B3;
9. penerapan rekayasa teknis pada pembangunan TPPAS di
kawasan rawan bencana dan zona resapan air. b) kegiatan pergudangan; dan
c) kegiatan industri.
3. kegiatan yang tidak diperbolehkan yaitu kegiatan yang
menganggu fungsi kawasan pengelolaan limbah;
4. ketentuan sarana prasarana minimum meliputi:
a) fasilitas penyimpanan limbah B3;
b) peralatan kontrol baku mutu air buangan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
c) peralatan penanggulangan keadaan darurat;
5. pengelolaan limbah B3 mengikuti tata cara dan persyaratan
teknis sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
6. penetapan lokasi pengelolaan limbah B3 harus didahului
dengan analisis lingkungan.
d. Indikasi arahan zonasi untuk sistem jaringan persampahan
memperhatikan:
1. kegiatan yang diperbolehkan, yaitu:
a) kegiatan pengoperasian TPA sampah berupa
pemrosesan akhir sampah;
b) lahan urug saniter (sanitary landfill);
c) pemeliharaan dan industri terkait pengolahan sampah;
dan
d) pemanfaatan gas metan di TPA.
2. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat kegiatan penunjang
operasional TPPAS dan pengelolaan 3R;
3. kegiatan yang tidak diperbolehkan, yaitu kegiatan
permukiman dan sosial ekonomi yang mengganggu fungsi
kawasan TPA sampah;
4. ketentuan sarana prasarana minimum meliputi:
a) sarana dan prasarana pengolahan limbah;
b) fasilitas dasar;
c) fasilitas perlindungan lingkungan;
d) fasilitas operasi; dan
e) fasilitas penunjang.
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
5. lokasi TPPAS harus didukung oleh studi lingkungan yang
telah disepakati oleh instansi yang berwenang;
6. pengelolaan sampah dalam TPPAS dilakukan dengan sistem
yang sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan;
7. pengembangan sistem jaringan persampahan
diperbolehkan pada semua Kawasan Budi Daya mengikuti
indikasi arahan zonasi pada Kawasan Budi Daya;
8. pengembangan sistem jaringan persampahan
diperbolehkan secara terbatas dan bersyarat pada semua
Kawasan Lindung mengikuti indikasi arahan zonasi pada
Kawasan Lindung;
9. setiap perencanaan dan pembangunan TPPAS wajib
memperhatikan Kawasan Lindung; dan
10. penerapan rekayasa teknis pada pembangunan TPPAS di
Kawasan rawan bencana dan zona resapan air.
Pasal 62 Paragraf 3
Indikasi arahan zonasi pola ruang sebagaimana dimaksud dalam Indikasi Arahan Zonasi Pola Ruang
Pasal 54 huruf b memuat indikasi arahan zonasi untuk: Pasal 70 Penggabungan
a. kawasan lindung; dan substansi Pasal 62,
b. kawasan budidaya. (1) Indikasi arahan zonasi pola ruang sebagaimana dimaksud Pasal 63, dan Pasal
dalam Pasal 62 huruf b memuat indikasi arahan zonasi untuk:
71 menjadi Pasal 70
a. Kawasan Lindung; dan berdasarkan
b. Kawasan Budi Daya. masukan dari Biro
Hukum dan HAM
(2) Indikasi arahan zonasi Kawasan Lindung sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi indikasi arahan zonasi Provinsi Jawa Barat
untuk:
Dit. Binda I,
a. Badan air;
Kementerian Ketentuan sarana
b. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap ATR/BPN (Juli 2022): prasarana
kawasan di bawahnya;
Perlu penambahan minimum
c. Kawasan perlindungan setempat; ketentuan sarana ditambahkan
d. Kawasan konservasi; prasarana dalam pasal-
minimum dalam pasal indikasi
e. Kawasan pencadangan konservasi di laut;
indikasi arahan arahan zonasi
f. Kawasan hutan adat; zonasi pola ruang pola ruang.
g. Kawasan lindung geologi; dan sesuai pedoman Ditambahkan
h. Kawasan cagar budaya; dalam Permen ketentuan terkait
ATR/BPN No. 11 pengembangan
(3) Indikasi arahan zonasi Kawasan Budi Daya sebagaimana
Tahun 2021. struktur ruang di
dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi indikasi arahan zonasi
untuk: Perlu penambahan masing-masing
ketentuan bahwa kawasan
a. Kawasan hutan produksi;
pengembangan
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
b. Kawasan pertanian; struktur ruang
c. Kawasan perikanan; dapat
dilaksanakan di
d. Kawasan pergaraman;
setiap kawasan
e. Kawasan pertambangan dan energi; dengan
f. Kawasan peruntukan industri; mengikuti
ketentuan IAZ di
g. Kawasan pariwisata;
masing-masing
h. Kawasan permukiman; kawasan.
i. Kawasan pembuangan hasil pengerukan di laut;
j. Kawasan transportasi; dan . Tanggapan:
Ketentuan sarana
k. Kawasan pertahanan dan keamanan.
prasarana
minimum
ditambahkan
dalam pasal-pasal
indikasi arahan
zonasi pola ruang.
Ditambahkan
ketentuan terkait
pengembangan
struktur ruang di
masing-masing
kawasan
Pasal 63
Indikasi arahan zonasi kawasan lindung sebagaimana dimaksud Dihapus Penggabungan Substansi
dalam Pasal 62 huruf a meliputi indikasi arahan zonasi untuk: substansi Pasal 62, dipindahkan ke
a. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan di Pasal 63, dan Pasal Pasal 70
bawahnya (PTB); 71 menjadi Pasal 70
b. kawasan perlindungan setempat (PS); berdasarkan
c. kawasan konservasi (KS); masukan dari Biro
d. kawasan pencadangan konservasi di laut (KPL); Hukum dan HAM
e. kawasan hutan adat (ADT); Provinsi Jawa Barat
f. kawasan lindung geologi (LGE); dan
g. kawasan cagar budaya (CB);
Tanggapan:
a. Tanggapan huruf a
telah terakomodasi
pada Ranperda
huruf b.
b. Tanggapan huruf b
telah ditambahkan
pada Ranperda
huruf f.
c. Penggunaan
nomenklatur telah
sesuai dengan PP
No. 23 Tahun 2021.
Pasal 65 Pasal 73
Indikasi arahan zonasi untuk kawasan perlindungan setempat
(PS) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 huruf b ditetapkan Indikasi arahan zonasi untuk Kawasan perlindungan setempat
dengan memperhatikan: sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 ayat (2) huruf c, sebagai
berikut:
a. untuk sempadan pantai, meliputi:
1. Kegiatan yang diperbolehkan meliputi pembangunan a. untuk sempadan pantai, meliputi:
prasarana lalu lintas air, pembangunan bangunan 1. kegiatan yang diperbolehkan yaitu:
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
pengambilan dan pembuangan air, pembangunan a) pembangunan prasarana lalu lintas air;
bangunan penunjang kegiatan di laut/pantai, kegiatan b) pembangunan bangunan pengambilan dan
pengamanan laut; pemanfaatan struktur alami dan struktur pembuangan air;
buatan untuk mencegah abarsi, akresi, intrusi air laut dan
c) pembangunan bangunan penunjang kegiatan di
kerusakan lingkungan lainnya dan RTH; laut/pantai;
2. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat meliputi kegiatan
d) kegiatan pengamanan laut;
yang memberikan nilai tambah kawasan menjadi kawasan
wisata dengan tidak mengganggu fungsi sempadan pantai, e) pemanfaatan struktur alami dan struktur buatan
kegiatan pertanian, perikanan, permukiman eksisting, untuk mencegah abrasi, akresi, intrusi air laut dan
kerusakan lingkungan lainnya; dan
pertahanan keamanan, transportasi, wisata, ilmu
pengetahuan dan teknologi, pengembangan f) RTH;
ruang/bangunan evakuasi, serta pengembangan jaringan 2. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat, yaitu:
dan sarana prasarana kota dengan mengikuti ketentuan
a) kegiatan yang memberikan nilai tambah Kawasan
teknis yang berlaku; menjadi Kawasan wisata dengan tidak mengganggu
3. kegiatan yang dilarang meliputi kegiatan yang dapat fungsi sempadan pantai;
menurunkan fungsi ekologis dan estetika kawasan yang
b) kegiatan pertanian;
mengubah dan/atau merusak bentang alam, kelestarian
fungsi pantai dan akses terhadap kawasan sempadan c) kegiatan perikanan;
pantai; d) permukiman eksisting;
4. penetapan lebar sempadan pantai sesuai ketentuan e) pertahanan keamanan;
peraturan perundang-undangan;
f) transportasi;
5. penetapan lebar sempadan pantai yang bertampalan
dengan kawasan rawan bencana harus memperhatikan g) wisata;
aspek mitigasi bencana; dan h) ilmu pengetahuan dan teknologi;
6. ketentuan pelarangan membuang secara langsung limbah
i) pengembangan ruang/bangunan evakuasi; dan
padat, limbah cair, limbah gas dan limbah B3.
7. pemanfaatan ruang kawasan sempadan pantai yang berada j) pengembangan jaringan dan sarana prasarana kota
dengan mengikuti ketentuan teknis yang berlaku;
pada kawasan rawan abrasi dan/atau rawan gelombang
pasang dengan memperhatikan: 3. kegiatan yang tidak diperbolehkan, yaitu kegiatan yang
a. pengendalian ketat untuk kegiatan kegiatan untuk dapat menurunkan fungsi ekologis dan estetika Kawasan
yang mengubah dan/atau merusak bentang alam,
hunian, bangunan, infrastruktur penting, vital, dan
kelestarian fungsi pantai dan akses terhadap kawasan
strategis; sempadan pantai;
b. pemanfaatan ruang wajib melakukan kajian
4. ketentuan sarana prasarana minimum meliputi
pengurangan tingkat abrasi dan analisa risiko bencana;
perlindungan dan pembuatan struktur alami serta
c. pemasangan pemecah gelombang dan/atau penahan pembuatan struktur buatan untuk mencegah abrasi dan
gelombang; penyediaan jalur evakuasi bencana.
d. pengembangan hutan bakau/sabuk hijau sebagai
5. penetapan lebar sempadan pantai sesuai ketentuan
pelindung alami; dan
peraturan perundang-undangan;
e. pemasangan sistem peringatan dini, papan informasi,
rambu bahaya, serta jalur evakuasi. 6. penetapan lebar sempadan pantai yang bertampalan
dengan Kawasan rawan bencana harus memperhatikan
b. sempadan sungai dan kawasan sekitar waduk dan situ
aspek mitigasi bencana; dan
meliputi:
7. ketentuan pelarangan membuang secara langsung limbah
padat, limbah cair, limbah gas dan limbah B3.
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
1. kegiatan diperbolehkan meliputi pembangunan prasarana b. sempadan sungai dan Kawasan sekitar waduk dan situ
lalu lintas air, pembangunan bangunan pengambilan dan meliputi:
pembuangan air, pembangunan bangunan penunjang 1. kegiatan yang diperbolehkan, yaitu:
sistem prasarana kota, kegiatan pengamanan sungai, RTH,
a) pembangunan sarana prasarana lalu lintas air;
dan kegiatan transportasi untuk jalan inspeksi;
2. kegiatan diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan b) pembangunan bangunan pengambilan dan
pembuangan air;
yang memberikan nilai tambah kawasan menjadi kawasan
wisata dengan tidak mengganggu fungsi sempadan sungai, c) pembangunan bangunan penunjang sistem prasarana
pendayagunaan sumber daya air, pengendalian daya rusak kota; dan
air, fungsi sistem jaringan sumber daya air dan nilai visual d) kegiatan pengamanan sungai, RTH, dan kegiatan
bentang alam, pengembangan jaringan sarana prasarana transportasi untuk jalan inspeksi;
dengan mengikuti ketentuan teknis yang berlaku, dan 2. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat, yaitu:
budidaya perikanan air tawar sesuai daya dukung dan daya
a) kegiatan yang memberikan nilai tambah Kawasan
tampung sungai, kegiatan pertanian, menjadi Kawasan wisata dengan tidak mengganggu
3. kegiatan tidak diperbolehkan meliputi bangunan dan fungsi sempadan sungai, pendayagunaan sumber daya
gedung selain yang diperbolehkan pada huruf a, kegiatan air, pengendalian daya rusak air, fungsi sistem jaringan
yang mengganggu dan merusak bentang alam, kesuburan sumber daya air dan nilai visual bentang alam;
dan keawetan tanah; kegiatan yang mengganggu dan b) pengembangan sarana prasarana infrastruktur dengan
merusak fungsi hidrologi, kelestarian, flora dan fauna serta mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan;
kelestarian fungsi lingkungan hidup, dan kegiatan yang c) budi daya perikanan air tawar sesuai daya dukung dan
merusak kualitas dan kuantitas air sungai; daya tampung sungai; dan
4. penetapan lebar sempadan sungai, waduk/situ sesuai
d) kegiatan pertanian.
ketentuan peraturan perundang-undangan;
5. penetapan lebar sempadan sungai, waduk/situ yang 3. kegiatan yang tidak diperbolehkan, yaitu:
bertampalan dengan Kawasan Rawan Bencana harus a) bangunan dan gedung selain yang diperbolehkan pada
memperhatikan aspek mitigasi bencana; dan angka 1;
6. ketentuan pelarangan membuang secara langsung b) kegiatan yang mengganggu dan merusak bentang
limbah padat, limbah cair, limbah gas dan limbah B3. alam, kesuburan dan keawetan tanah;
c) kegiatan yang mengganggu dan merusak fungsi
hidrologi, kelestarian, flora dan fauna serta kelestarian
fungsi lingkungan hidup; dan
d) kegiatan yang merusak kualitas dan kuantitas air
sungai;
4. ketentuan sarana prasarana minimum meliputi jalan
inspeksi dan bangunan pengawas ketinggian air;
5. penetapan lebar sempadan sungai, waduk/situ sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
6. penetapan lebar sempadan sungai, waduk/situ yang
bertampalan dengan Kawasan Rawan Bencana harus
memperhatikan aspek mitigasi bencana; dan
7. ketentuan pelarangan membuang secara langsung
limbah padat, limbah cair, limbah gas dan limbah B3.
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
Pasal 66 Pasal 74 Kementerian
Indikasi arahan zonasi untuk kawasan konservasi (KS) Lingkungan Hidup:
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 huruf c ditetapkan dengan Indikasi arahan zonasi untuk Kawasan konservasi sebagaimana Arahan Pengendalian
memperhatikan: dimaksud dalam Pasal 70 ayat (2) huruf d ditetapkan dengan Pemanfaatan Ruang
memperhatikan: pada kawasan
a. kegiatan yang diperbolehkan kegiatan konservasi, hutan
lindung, Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Hutan Raya, a. kegiatan yang diperbolehkan, yaitu: konservasi agar
Taman Nasional, Taman Wisata Alam, penelitian dan 1. kegiatan konservasi, hutan lindung, Cagar Alam, Suaka mengacu pada
pengembangan, ilmu pengetahuan, pendidikan, preservasi Margasatwa, Taman Hutan Raya, Taman Nasional, Taman Peraturan Pemerintah
sumber daya alam dan wisata alam tanpa mengubah bentang Wisata Alam; Nomor 28 Tahun 2011
alam; 2. penelitian dan pengembangan, ilmu pengetahuan, tentang Pengelolaan
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat pendirian bangunan pendidikan, preservasi sumber daya alam; dan Kawasan Suaka Alam
yang dibatasi hanya untuk menunjang kegiatan penelitian, dan 3. wisata alam tanpa mengubah bentang alam; dan Kawasan
pengembangan, ilmu pengetahuan, pendidikan dan kegiatan b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat, yaitu: Pelestarian Alam Jo.
lainnya yang dapat menunjang budidaya, pemanfaatan Peraturan Pemerintah
sumberdaya alam, kawasan hortikultura yang berada di luar 1. pendirian bangunan yang dibatasi hanya untuk menunjang Nomor 108 Tahun
kegiatan penelitian, dan pengembangan, ilmu pengetahuan, 2015 tentang
zona inti kawasan konservasi;
dan pendidikan; Perubahan Peraturan
c. kegiatan yang dilarang meliputi pendirian bangunan selain
ketentuan pada huruf b, kegiatan yang dapat mengganggu 2. kegiatan lainnya yang dapat menunjang budi daya; Pemerintah Nomor 28
bentang alam, mengganggu kesuburan dan keawetan tanah, 3. pemanfaatan sumberdaya alam sesuai ketentuan peraturan Tahun 2011 tentang
fungsi hidrologi, kelestarian flora dan fauna, kelestarian fungsi perundang-undangan; dan Pengelolaan Kawasan
lingkungan hidup serta merusak koleksi tumbuhan dan satwa, 4. diperbolehkan secara terbatas dan bersyarat pengembangan Suaka Alam dan
kegiatan penanaman flora dan pelepasan satwa yang bukan sistem jaringan transportasi, energi, telekomunikasi, Kawasan Pelestarian
merupakan flora dan satwa dalam kawasan; dan sumber daya air, dan prasarana lainnya sesuai ketentuan Alam.
peraturan perundang-undangan.
d. penetapan zonasi penataan kawasan sesuai karakteristik
pengelolaannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang- c. kegiatan yang tidak diperbolehkan, yaitu: Tanggapan:
undangan. Indikasi arahan zonasi
1. pendirian bangunan selain ketentuan pada huruf b;
sudah mengacu pada
2. kegiatan yang dapat mengganggu bentang alam, peraturan
mengganggu kesuburan dan keawetan tanah, fungsi
perundangan tersebut.
hidrologi, kelestarian flora dan fauna, kelestarian fungsi
lingkungan hidup serta merusak koleksi tumbuhan dan
satwa; dan
3. kegiatan penanaman flora dan pelepasan satwa yang bukan
merupakan flora dan satwa dalam kawasan;
d. penetapan zonasi penataan kawasan sesuai karakteristik
pengelolaannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 67 Pasal 75
Indikasi arahan zonasi untuk kawasan pencadangan konservasi di
laut (KPL) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 huruf d Indikasi arahan zonasi untuk Kawasan pencadangan konservasi di
ditetapkan dengan memperhatikan: laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 ayat (2) huruf e,
sebagai berikut:
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
a. Kegiatan yang diperbolehkan meliputi perlindungan habitat a. kegiatan yang diperbolehkan, yaitu:
dan populasi ikan serta alur migrasi biota laut, perlindungan 1. perlindungan habitat dan populasi ikan serta alur migrasi
ekosistem pesisir dan laut yang unik dan/atau rentan terhadap biota laut;
perubahan, perlindungan situs budaya/adat tradisional,
2. perlindungan ekosistem pesisir dan laut yang unik
pembangunan infrastruktur/sarana prasarana. dan/atau rentan terhadap perubahan; dan
b. Kegiatan yang diperbolehkan bersyarat meliputi penelitian,
3. perlindungan situs budaya/adat tradisional;
pengembangan dan/atau pendidikan, wisata alam bentang
laut, wisata alam pantai/pesisir dan pulau-pulau kecil, wisata b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat, yaitu:
alam bawah laut, wisata budaya, penangkapan ikan, 1. penelitian, pengembangan dan/atau pendidikan;
pembudidayaan ikan, energi, dan/atau fasilitas umum.
2. wisata alam bentang laut;
c. Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang
dapat mengakibatkan perubahan keutuhan potensi kawasan 3. wisata alam pantai/pesisir dan pulau-pulau kecil;
dan perubahan fungsi kawasan, kegiatan yang dapat 4. wisata alam bawah laut;
mengganggu pengelolaan jenis sumber daya ikan beserta 5. wisata budaya;
habitatnya untuk menghasilkan keseimbangan antara populasi
6. penangkapan ikan;
dan habitatnya, kegiatan yang dapat mengganggu alur migrasi
biota laut dan pemulihan ekosistemnya; kegiatan yang dapat 7. pembudidayaan ikan;
mengakibatkan perubahan fungsi kawasan; penangkapan ikan 8. fasilitas umum;
yang menggunakan alat tangkap yang bersifat merusak 9. energi; dan
ekosistem di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil; semua jenis
10. diperbolehkan secara terbatas dan bersyarat
kegiatan penambangan, kegiatan menambang terumbu karang
pengembangan sistem jaringan transportasi, energi,
yang dapat menyebabkan abrasi, mengambil terumbu karang telekomunikasi, sumber daya air, dan prasarana lainnya
di kawasan konservasi, menggunakan bahan peledak dan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
bahan beracun dan/atau cara lain yang mengakibatkan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan, yaitu:
rusaknya ekosistem terumbu karang, kegiatan membuang
jangkar/berlabuh, dan pembuangan sampah dan limbah. 1. kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan keutuhan
potensi Kawasan dan perubahan fungsi Kawasan;
d. Prasarana minimum yang dipersyaratkan meliputi
pembangunan fasilitas aksesibilitas, sarana dan prasarana 2. kegiatan yang dapat mengganggu pengelolaan jenis sumber
pengelolaan, sarana dan prasarana pelayanan, sarana dan daya ikan beserta habitatnya untuk menghasilkan
keseimbangan antara populasi dan habitatnya;
prasarana perlindungan dan pengamanan, serta sarana dan
prasarana komunikasi dan informasi. 3. kegiatan yang dapat mengganggu alur migrasi biota laut
dan pemulihan ekosistemnya;
e. Arahan pengendalian pada kawasan konservasi dilaksanakan
sebagai berikut: 4. kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan fungsi
1. mendukung upaya pengelolaan kawasan konservasi kawasan;
perairan yang efektif; 5. penangkapan ikan yang menggunakan alat tangkap yang
2. meningkatkan pemahaman, pengetahuan, wawasan peserta bersifat merusak Ekosistem di Wilayah Pesisir dan Pulau-
didik tentang konservasi; Pulau Kecil;
3. ramah lingkungan serta desain dan tata letak bangunan 6. semua jenis kegiatan penambangan;
harus disesuiakan dengan ketentuan yang ada untuk 7. kegiatan menambang terumbu karang yang dapat
memadukan antara fungsi konservasi, edukasi, wisata dan menyebabkan abrasi; dan
ekonomi di kawasan ini; 8. mengambil terumbu karang di Kawasan konservasi,
4. penggunaan kapal berdasarkan ukurannya, jenis alat menggunakan bahan peledak dan bahan beracun dan/atau
tangkap serta batasan jumlah pengambilan sumber daya cara lain yang mengakibatkan rusaknya Ekosistem
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
ikan untuk melindungi keberlanjutan keanekaragaman terumbu karang, kegiatan membuang jangkar/berlabuh,
sumber daya ikan; dan dan pembuangan sampah dan limbah.
5. memperhatikan jenis ikan yang dibudidayakan, jenis pakan, d. ketentuan sarana prasarana minimum meliputi pembangunan
teknologi, jumlah unit serta daya dukung, dan kondisi fasilitas aksesibilitas, sarana dan prasarana pengelolaan,
lingkungan sumber daya ikan sarana dan prasarana pelayanan, sarana dan prasarana
f. Arahan pengendalian pada Kawasan Konservasi Maritim perlindungan dan pengamanan, serta sarana dan prasarana
komunikasi dan informasi.
dilaksanakan sebagai berikut:
1. mendukung upaya pengelolaan kawasan konservasi e. arahan pengendalian pada kawasan konservasi dilaksanakan
maritim yang efektif; sebagai berikut:
2. meningkatkan pemahaman, pengetahuan, wawasan peserta 1. pengelolaan kawasan konservasi perairan;
didik tentang konservasi; dan 2. meningkatkan pemahaman, pengetahuan, wawasan tentang
3. ramah lingkungan serta desain dan tata letak bangunan konservasi;
harus disesuiakan dengan ketentuan yang ada untuk
3. ramah lingkungan serta desain dan tata letak bangunan
memadukan antara fungsi konservasi, edukasi, wisata dan harus disesuiakan dengan ketentuan yang ada untuk
ekonomi di kawasan ini. memadukan antara fungsi konservasi, edukasi, wisata dan
g. Penggambaran titik/sumur minyak bumi dan gas bumi dalam ekonomi di kawasan ini;
Kawasan Konservasi Perairan Pulau Biawak dilakukan setelah 4. penggunaan kapal berdasarkan ukurannya, jenis alat
adanya penetapan kawasan konservasi dari Menteri Kelautan tangkap serta batasan jumlah pengambilan sumber daya
dan Perikanan; ikan untuk melindungi keberlanjutan keanekaragaman
h. Sumur minyak bumi dan gas bumi yang ada dalam Kawasan sumber daya ikan; dan
Konservasi Perairan Pulau Biawak merupakan sumur non 5. memperhatikan jenis ikan yang dibudidayakan, jenis pakan,
aktif; teknologi, jumlah unit serta daya dukung, dan kondisi
i. Aktivasi kegiatan sumur pada Kawasan Konservasi Pulau lingkungan sumber daya ikan.
Biawak merujuk pada peraturan perundangan yang berlaku. f. arahan pengendalian pada Kawasan Konservasi Maritim
dilaksanakan sebagai berikut:
1. pengelolaan kawasan konservasi maritim;
2. meningkatkan pemahaman, pengetahuan, wawasan
tentang konservasi; dan
3. ramah lingkungan serta desain dan tata letak bangunan
harus disesuiakan dengan ketentuan yang ada untuk
memadukan antara fungsi konservasi, edukasi, wisata dan
ekonomi di kawasan ini.
g. Penggambaran titik/sumur minyak bumi dan gas bumi dalam
Kawasan Konservasi Perairan dilakukan setelah adanya
penetapan kawasan konservasi dari Menteri Kelautan dan
Perikanan.
Pasal 68 Pasal 76
Indikasi arahan zonasi untuk kawasan hutan adat (ADT) Indikasi arahan zonasi untuk Kawasan hutan adat sebagaimana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 huruf e ditetapkan dengan dimaksud dalam Pasal 70 ayat (2) huruf f, sebagai berikut:
memperhatikan: a. kegiatan yang diperbolehkan yaitu:
a. Kegiatan yang diperbolehkan adalah hutan adaat, hutan
1. hutan adat;
lindung, kawasan konservasi;
2. hutan lindung; dan
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
b. Kegiatan yang diperbolehkan bersyarat adalah permukiman, 3. Kawasan konservasi;
wisata alam, kegiatan pendidikan dan penelitian tanpa b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat, yaitu:
merubah bentang alam dan tidak merusak fungsi lindung,
1. permukiman;
kawasan pertanian, jaringan dan bangunan utilitas dan
prasarana transportasi; 2. wisata alam;
c. Kegiatan yang dilarang adalah seluruh kegiatan yang berpotensi 3. kegiatan pendidikan dan penelitian tanpa merubah
mengurangi luas kawasan hutan, tutupan vegetasi dan bentang alam dan tidak merusak fungsi lindung;
mengganggu fungsi resapan air. 4. kawasan pertanian;
5. jaringan dan bangunan utilitas; dan
6. prasarana transportasi;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan, yaitu seluruh kegiatan yang
berpotensi mengurangi luas Kawasan hutan, tutupan vegetasi
dan mengganggu fungsi resapan air.
Pasal 69 Pasal 77
Indikasi arahan zonasi untuk kawasan lindung geologi (LGE)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 huruf f ditetapkan dengan Indikasi arahan zonasi untuk kawasan lindung geologi
memperhatikan: sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 ayat (2) huruf g, sebagai
berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan kegiatan pendidikan/penelitian
yang tidak mengganggu atau mengubah sistem/siklus a. kegiatan yang diperbolehkan, yaitu:
hidrologi yang ada, tidak merusak/komponen geologi dan 1. kegiatan pendidikan/penelitian yang tidak mengganggu
ekosistemnya serta RTH; atau mengubah sistem/siklus hidrologi yang ada;
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat kegiatan pertanian, 2. kegiatan yang tidak merusak/komponen geologi dan
perkebunan dan kehutanan yang tidak mengubah bentang Ekosistemnya;
alam, kegiatan pariwisata, dengan pengaturan kapasitas
3. RTH;
wisatanya sedemikian rupa (berdasarkan daya dukung
lingkungan kawasan) sehingga jumlah pengunjung yang b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat, yaitu:
datang tidak mengganggu kegiatan pelestarian kawasan, 1. kegiatan pertanian, perkebunan dan kehutanan yang tidak
pembangunan hanya sebatas yang dibutuhkan untuk jalur mengubah bentang alam;
jalan wisatawan, tanpa mengganggu fungsi utama 2. kegiatan pariwisata, dengan pengaturan kapasitas wisata;
perlindungan/ pelestasiran/ kawasan, permukiman eksisting;
3. jalur jalan wisatawan, tanpa mengganggu fungsi utama
c. kegiatan yang dilarang kegiatan pertambangan, seluruh jenis perlindungan/pelestasiran/ kawasan; dan
kegiatan yang mengganggu fungsi imbuhan air, kegiatan yang
4. kegiatan eksisting dengan tidak mengganggu fungsi
berpotensi mengganggu atau mengubah sistem/siklus
kawasan lindung geologi;
hidrologi yang ada, kegiatan yang berpotensi
merusak/komponen geologi dan ekosistemnya, memotong kayu c. kegiatan yang tidak diperbolehkan, yaitu:
atau vegetas hutan, atau meninggalakn/membuang sampah 1. kegiatan pertambangan;
atau barang-barang lain yang mengganggu; 2. kegiatan yang mengganggu fungsi imbuhan air;
d. kawasan di sekitar kawasan lindung geologi dapat ditetapkan
3. kegiatan yang berpotensi mengganggu atau mengubah
menjadi kawasan ekosistem esensial untuk mendukung
sistem/siklus hidrologi yang ada;
terjaminnya proses ekologis yang menunjang kelangsungan
hidup dari flora, fauna, dan ekosistemnya;
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
e. pelaksanaan perlindungan kawasan ekosistem esensial 4. kegiatan yang berpotensi merusak/komponen geologi dan
sebagaimana dimaksud pada huruf d dilakukan sesuai dengan ekosistemnya;
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan 5. memotong kayu atau vegetasi hutan;
f. prasarana minimum yang dipersyaratkan terkait dengan
6. membuang sampah atau barang-barang lain yang
pemanfaatan ruang pada kawasan lindung geologi seperti mengganggu; dan
pembangunan jalan patrol dalam kawasan dengan
7. penambahan luasan kegiatan terbangun eksisting.
memperhatikan aspek ekologis, pusat informasi, dimaksudkan
sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan dan d. ketentuan sarana dan prasarana minimum meliputi
penelitian, menara pengintai dan pos penjagaan batas pembangunan jalan patroli dalam kawasan dengan
memperhatikan aspek ekologis, pusat informasi,
perbatasan.
dimaksudkan sebagai sarana pengembangan ilmu
pengetahuan dan penelitian, menara pengintai dan pos
penjagaan batas perbatasan;
e. Kawasan di sekitar Kawasan Lindung geologi dapat
ditetapkan menjadi Kawasan Ekosistem esensial untuk
mendukung terjaminnya proses ekologis yang menunjang
kelangsungan hidup dari flora, fauna, dan Ekosistemnya; dan
f. pelaksanaan perlindungan Kawasan Ekosistem esensial
sebagaimana dimaksud pada huruf d dilakukan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 70 Pasal 78
Indikasi arahan zonasi untuk kawasan cagar budaya (CB)
sebagaimana dimaksud pasal 63 huruf f ditetapkan dengan Indikasi arahan zonasi untuk Kawasan cagar budaya sebagaimana
memperhatikan: dimaksud Pasal 70 ayat (2) huruf h, sebagai berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan kegiatan pendidikan, penelitian, a. kegiatan yang diperbolehkan, yaitu kegiatan pendidikan dan
pariwisata, RTH; penelitian sesuai peraturan perundang-undangan;
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat museum, bangunan b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat, yaitu:
penunjang kegiatan wisata di kawasan cagar budaya,
1. museum;
bangunan transportasi, bangunan prasarana kota dan fasilitas
sosial dan umum sesuai dengan ketentuan peraturan yang 2. pariwisata;
berlaku; dan 3. RTH;
c. kegiatan yang dilarang kegiatan dan pendirian bangunan yang 4. sarana dan prasarana penunjang sesuai ketentuan
tidak sesuai dengan fungsi kawasan, kegiatan yang dapat peraturan perundang-undangan; dan
merusak cagar budaya, kegiatan yang dapat mengubah 5. diperbolehkan secara terbatas dan bersyarat
bentukan geologi tertentu yang mempunyai manfaat untuk pengembangan sistem jaringan transportasi, energi,
pengembangan ilmu pengetahuan dan kegiatan yang telekomunikasi, sumber daya air, dan prasarana lainnya
mengganggu kelestarian lingkungan di sekitar cagar budaya sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
dan ilmu pengetahuan, meliputi peninggalan sejarah, c. kegiatan yang tidak diperbolehkan, yaitu:
bangunan arkeologi, monumen nasional, serta wilayah dengan
1. kegiatan dan pendirian bangunan yang tidak sesuai dengan
bentukan geologi tertentu.
fungsi Kawasan;
2. kegiatan yang dapat merusak cagar budaya;
3. kegiatan yang dapat mengubah bentukan geologi tertentu
sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
4. kegiatan yang mengganggu kelestarian lingkungan di
sekitar cagar budaya dan ilmu pengetahuan, meliputi
peninggalan sejarah, bangunan arkeologi, monumen
nasional, serta wilayah dengan bentukan geologi tertentu.
d. ketentuan sarana dan prasarana minimum meliputi sarana
perlindungan benda, bangunan, struktur, situs, dan kawasan
peninggalan sejarah untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
Pasal 71 Dihapus Penggabungan Substansi
Indikasi arahan zonasi kawasan Budidaya sebagaimana dimaksud substansi Pasal 62, dipindahkan ke
dalam Pasal 62 huruf b meliputi indikasi arahan zonasi untuk: Pasal 63, dan Pasal Pasal 70
l. kawasan hutan produksi (HP); 71 menjadi Pasal 70
m. kawasan pertanian (P); berdasarkan
n. kawasan perikanan (IK); masukan dari Biro
o. kawasan pergaraman (KEG); Hukum dan HAM
p. kawasan pertambangan dan energi (TE); Provinsi Jawa Barat
q. kawasan peruntukan industri (KPI);
r. kawasan pariwisata (W);
s. kawasan permukiman (PM);
t. kawasan pembuangan hasil pengerukan di laut (DA);
u. kawasan transportasi (TR); dan
v. kawasan pertahanan dan keamanan (HK).
Tanggapan:
a. Sudah terakomodasi
dalam huruf b dan
huruf g.
b. Penggunaan
nomenklatur telah
sesuai dengan PP
No. 23 Tahun 2021.
Pasal 73 Pasal 80
Indikasi arahan zonasi untuk kawasan pertanian (P) sebagaimana
dimaksud Pasal 71 huruf b, terdiri atas: Indikasi arahan zonasi untuk Kawasan pertanian sebagaimana Penyesuaian substansi
a. Indikasi arahan zonasi untuk kawasan tanaman pangan, dimaksud Pasal 70 ayat (3) huruf b, sebagai berikut: IAZ kawasan pertanian
ditetapkan dengan memperhatikan: a. kegiatan yang diperbolehkan, yaitu kegiatan pertanian; berdasarkan:
1. kegiatan yang diperbolehkan kegiatan pertanian; b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat, yaitu: hasil pembahasan
2. kegiatan yang diperbolehkan beryarat meliputi kegiatan dengan DPRD
1. kegiatan pendukung pertanian;
pendukung pertanian, kegiatan penelitian pertanian, Provinsi Jawa Barat
kegiatan ekowisata dengan tetap mempertahankan fungsi 2. kegiatan penelitian pertanian; (Mei 2022)
utama kawasan sebagai kawasan pertanian dan kegiatan 3. kegiatan usaha pengolahan hasil pertanian; rapat pembahasan
penunjang pariwisata, kegiatan permukiman perdesaan, 4. kegiatan ekowisata dengan tetap mempertahankan fungsi dengan Kementerian
dan pertambangan dengan rencana pascatambang utama Kawasan sebagai Kawasan pertanian dan kegiatan ATR/BPN (13 Juli
menyesuaikan arahan untuk kawasan pertanian; penunjang pariwisata; 2022)
3. kegiatan dilarang adalah alih fungsi LP2B; 5. pengembangan sistem jaringan transportasi, energi,
4. penyiapan lahan harus menghindarkan terjadinya erosi telekomunikasi, sumber daya air, dan prasarana lainnya
permukaan tanah, kelongsoran tanah, dan atau sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
kerusakan sumber daya lahan melalui tindakan 6. alih fungsi lahan sawah sesuai ketentuan peraturan
konservasi berkaitan dengan vegetatif dan sipil teknis perundang-undangan;
berupa pembuatan pematan, terasering, dan saluran
7. kegiatan eksisting berdasarkan RTR wilayah
drainase;
kabupaten/kota;
5. lahan untuk budidaya tanaman pangan yaitu lahan datar
sampai dengan lahan berkemiringan (30%) yang diikuti 8. kegiatan permukiman perdesaan; atau
dengan upaya tindakan konservasi; 9. kegiatan lainnya yang tidak mengubah fungsi lahan
6. untuk kemiringan lahan >30% wajib dilakukan tindakan pertanian tanaman pangan beririgasi teknis dan tidak
konservasi; dan mengganggu fungsi kawasan.
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
7. penetapan tata ruang wilayah dalam kaitan dengan c. kegiatan tidak diperbolehkan, yaitu kegiatan yang mengganggu
pengembangan tanaman pangan wajib menjamin fungsi kawasan pertanian dan mengancam keberlanjutan lahan
terpeliharanya kelestarian sumber daya alam, fungsi pertanian irigasi teknis.
lingkungan, dan keselamatan masyarakat, serta selaras d. penyiapan lahan pertanian harus menghindarkan terjadinya
dengan kepentingan kegiatan lain. erosi permukaan tanah, kelongsoran tanah, dan/atau
b. Indikasi arahan zonasi untuk kawasan hortikultura: kerusakan sumber daya lahan melalui tindakan konservasi
berkaitan dengan vegetatif dan sipil teknis berupa pembuatan
1. kegiatan yang diperbolehkan kegiatan pertanian;
pematang, terasering, dan saluran drainase;
2. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat kegiatan
pendukung pertanian, kegiatan penelitian pertanian, e. untuk kemiringan lahan lebih dari 30% (tiga puluh persen) wajib
kegiatan ekowisata dengan tetap mempertahankan fungsi dilakukan tindakan konservasi;
utama kawasan sebagai kawasan pertanian, kegiatan f. penetapan Tata Ruang Wilayah dalam kaitan dengan
penunjang pariwisata, kegiatan permukiman perdesaan, pengembangan Kawasan pertanian wajib menjamin
dan pertambangan dengan rencana pascatambang terpeliharanya kelestarian sumber daya alam, fungsi
lingkungan, dan keselamatan masyarakat, serta selaras dengan
menyesuaikan arahan untuk kawasan pertanian;
kepentingan kegiatan lain;
3. kegiatan yang dilarang kegiatan yang menganggu fungsi
kawasan sebagai kawasan pertanian; g. pemanfaatan ruang untuk pengolahan hasil pertanian di
Kawasan pertanian dipastikan menyediakan buffer dan
4. lahan untuk budidaya hortikultura yaitu lahan datar
instalasi limbah yang tidak mengganggu aktivitas pertanian
sampai dengan lahan berkemiringan (30%) yang diikuti maupun jaringan prasarana sumberdaya air dan irigasi;
dengan upaya tindakan konservasi berkaitan dengan
h. ketentuan pengaturan komoditas Kawasan perkebunan
vegetatif dan sipil teknis berupa pembuatan pematang,
memperhatikan kesesuaian lahan, luas minimum dan
terasering dan saluran drainase; maksimum penggunaan lahan untuk perkebunan, dan
5. untuk kemiringan lahan >30% wajib dilakukan tindakan pemberian hak atas areal;
konservasi;
i. pengendalian pemanfaatan ruang untuk segala aspek yang
6. penetapan tata ruang wilayah dalam kaitan dengan berkaitan dengan peternakan memperhatikan penyediaan
pengembangan hortikultura wajib menjamin lahan untuk Kawasan penggembalaan umum yang harus
terpeliharanya kelestarian sumber daya alam, fungsi dipertahankan keberadaan dan kemanfaatannya secara
lingkungan, dan keselamatan masyarakat, serta selaras berkelanjutan;
dengan kepentingan kegiatan lain; j. pengelolaan peternakan dan kesehatan hewan di kawasan
7. dalam hal terjadi tata ruang wilayah yang mengakibatkan peternakan perlu memperhatikan penyakit hewan, cemaran
alih fungsi kawasan hortikultura, Pemerintah Daerah biologik, kimiawi, fisik, maupun kesalahan dalam pengelolaan
wajib menyediakan terlebih dahulu kawasan pengganti dan pengurusan ternak; dan
yang setara; dan k. penerapan teknologi ramah lingkungan dalam pengelolaan
8. kawasan hortikultura ditetapkan dengan ketentuan limbah yang berasal dari aktivitas pertanian.
tersedianya sumber daya manusia terdiri dari pelaku
usaha, penyuluh hortikultura, dan pihak lain yang terkait
dalam kegiatan pelayanan dan usaha hortikultura;
tersedianya sumber daya alam berupa lahan, iklim,
sumber daya air, dan sumber daya genetik; dan
tersedianya sumber buatan berupa sarana dan prasarana
hortikultura.
c. Indikasi arahan zonasi untuk kawasan perkebunan:
1. kegiatan yang diperbolehkan kegiatan pertanian;
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
2. kegiatan yang diperbolehkan besyarat meliputi kegiatan
pendukung pertanian, kegiatan penelitian pertanian,
kegiatan ekowisata dengan tetap mempertahankan fungsi
utama kawasan sebagai kawasan pertanian, kegiatan
penunjang pariwisata, kegiatan permukiman perdesaan,
kegiatan fasilitas penunjang permukiman dan
pertambangan dengan rencana pascatambang
menyesuaikan arahan untuk kawasan perkebunan;
3. kegiatan yang dilarang kegiatan yang menganggu fungsi
kawasan sebagai kawasan pertanian;
4. ketentuan kemiringan lahan 0% sampai dengan 8%
untuk pola monokultur, tumpangsari, interkultur atau
campuran melalui konservasi vegetatif mencakup
tanaman penutup tanah, penggunaan mulsa, dan
pengelolaan tanah minimum;
5. ketentuan kemiringan lahan 8% sampai dengan 15%
untuk pola tanam monokultur, tumpangsari, interkultur
atau campuran, tindakan konservasi vegetatif dan
tindakan konservasi sipil teknis;
6. ketentuan kemiringan lahan 15% sampai dengan 40%
untuk pola tanam monokultur, interkultur atau
campuran, melalui tindakan konservasi vegetatif dan
tindakan konservasi sipil teknis, serta menggunakan
tanaman tahunan perkebunan yang bersifat konservasi;
dan
7. ketentuan komoditas berdasarkan kesesuaian lahan,
serta luas minimum dan maksimum penggunaan lahan
untuk perkebunan dan pemberian hak atas areal.
d. Indikasi arahan zonasi untuk kawasan peternakan:
1. kegiatan yang diperbolehkan kegiatan pertanian, kegiatan
peternakan;
2. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat fasilitas
pendukung peternakan, kegiatan penelitian peternakan,
kegiatan industri kecil atau rumah tangga pendukung
peternakan, kegiatan ekowisata dengan tetap
mempertahankan fungsi utama kawasan sebagai
kawasan pertanian, kegiatan penunjang pariwisata,
kegiatan permukiman perdesaan, dan pertambangan
dengan rencana pascatambang menyesuaikan arahan
untuk kawasan peternakan;
3. kegiatan yang dilarang kegiatan yang menganggu fungsi
kawasan sebagai kawasan pertanian;
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
4. ketentuan tatacara budidaya ternak yang baik dengan
tidak mengganggu ketertiban umum;
5. pengendalian pemanfaatan ruang untuk segala aspek
yang berkaitan dengan peternakan, termasuk penyediaan
lahan untuk kawasan penggembalaan umum yang harus
dipertahankan keberadaan dan kemanfaatannya secara
berkelanjutan;
6. ketentuan perubahan lahan peternakan dan kesehatan
hewan akibat perubahan tata ruang harus disediakan
lahan pengganti terlebih dahulu di tempat lain yang
sesuai dengan persyaratan peternakan dan kesehatan
hewan serta agroekosistem, kecuali dalam hal lahan
peternakan dan kesehatan hewan untuk kegiatan
pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan;
7. ketentuan persyaratan baku mutu air yang dipergunakan
untuk kepentingan peternakan dan kesehatan hewan
sesuai dengan peruntukannya;
8. pengelolaan peternakan dan kesehatan hewan yang
memperhatikan penyakit hewan, cemaran biologik,
kimiawi, fisik, maupun kesalahan dalam pengelolaan dan
pengurusan ternak; dan
9. pengendalian pemanfaatan ruang untuk pengembangan
atau pengusahaan peternakan bekerjasama dengan
pengusahaan tanaman pangan, hortikultura, perikanan,
perkebunan, dan kehutanan serta bidang lainnya dalam
memanfaatkan lahan di kawasan tersebut sebagai
sumber pakan ternak murah; dan
10. pengembangan peternakan diarahakan pada
pengembangan peternakan ramah lingkungan;
e. penerapan teknologi ramah lingkungan dalam pengelolaan
limbah yang berasal dari aktivitas pertanian.
Pasal 74 Pasal 81
Indikasi arahan zonasi untuk kawasan perikanan (IK)
sebagaimana dimaksud Pasal 71 huruf c, ditetapkan dengan Indikasi arahan zonasi untuk kawasan perikanan sebagaimana
memperhatikan: dimaksud Pasal 70 ayat (3) huruf c, sebagai berikut:
a. Diperbolehkan perikanan tangkap dengan ketentuan: a. diperbolehkan perikanan tangkap dengan ketentuan:
1. Kegiatan yang diperbolehkan pemanfaatan yang tidak 1. kegiatan yang diperbolehkan, yaitu:
melebihi potensi lestarinya atau jumlah tangkapan yang
a) pemanfaatan yang tidak melebihi potensi lestarinya
diperbolehkan (JTB), perikanan tangkap dengan ukuran
atau jumlah tangkapan yang diperbolehkan;
armada dibawah 30 Gross Tone (GT), menangkap ikan
ukuran layak tangkap, menangkap ikan pada saat bukan b) perikanan tangkap dengan ukuran armada dibawah 30
Gross Tone (GT);
musim kawin ikan;
c) menangkap ikan ukuran layak tangkap; dan
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
2. Kegiatan yang diperbolehkan bersyarat penelitian dan d) menangkap ikan saat bukan musim kawin ikan;
pendidikan, penempatan alat bantu penangkap ikan, 2. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat, yaitu:
bioteknologi dan biofarmakologi, pariwisata, perikanan
a) penelitian dan pendidikan;
budidaya lepas pantai, tarsus, energi, pembuangan material
keruk (dumping area), pemanfaatan air laut selain energi; b) penempatan alat bantu penangkap ikan;
3. Kegiatan yang tidak diperbolehkan menangkap ikan c) bioteknologi dan biofarmakologi;
dengan menggunanakan bahan peledak, potassium
d) pariwisata;
dan/atau bahan beracu, menggunakan alat tangkap tidak
ramah lingkungan dan bersifat merusak ekosistem di e) perikanan budi daya lepas pantai;
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, menangkap ikan f) tersus;
dengan ukuran kecil (tidak layak tangkap), kegiatan g) energi;
pertambangan, membuang sampah dan limbah;
h) pembuangan material keruk (dumping area);
4. penggunaan alat tangkap yang diperbolehkan mengacu
pada peraturan perundangan yang berlaku i) pemanfaatan air laut selain energi; dan
5. prasarana minimum yang dipersayaratan dengan j) pengembangan sistem jaringan transportasi, energi,
pemanfaatan ruang perikanan tangkap yaitu tempat telekomunikasi, sumber daya air, dan prasarana
pemasaran ikan, alat tangkap ikan pelagis, alat bantu lainnya sesuai ketentuan peraturan perundang-
penangkap, kapal penangkap ikan, transmitter sistem undangan.
pemantauan kapal perikanan dan pangkalan pendaratan 3. kegiatan yang tidak diperbolehkan, yaitu:
ikan/ pelabuhan perikanan; a) menangkap ikan dengan menggunanakan bahan
6. menjaga kelestarian sumber daya ikan dan lingkungannya; peledak, potassium dan/atau bahan beracun;
7. pemasangan rumpon harus diatur tempat dan waktunya, b) menggunakan alat tangkap tidak ramah lingkungan
tidak boleh mengganggu alur pelayaran, tidak boleh pada dan bersifat merusak Ekosistem di Wilayah pesisir dan
saat ikan memijah atau bertelur, tidak boleh dipasang Pulau-Pulau Kecil;
diperairan selat, tidak boleh terkosentrasi satu tempat
c) menangkap ikan dengan ukuran kecil (tidak layak
menyebabkan ikan tidak tersebar merata, terutama tangkap);
rumpon-rumpon yang dipasang tetap;
d) kegiatan pertambangan; dan
8. kapal yang digunakan tidak tercantum dalam daftar kapal
yang melakukan penangkapan ikan tidak diatur sah, tidak e) membuang sampah dan limbah;
dilaporkan, dan tidak diatur (illegal, unreported, and 4. ketentuan sarana prasarana minimum meliputi tempat
unregulated fishing); dan pemasaran ikan, alat tangkap ikan pelagis, alat bantu
9. untuk kapal penangkap ikan dalam satuan armada penangkap, kapal penangkap ikan, transmitter sistem
ditambah persyaratan berupa daftar kapal penangkap ikan, pemantauan kapal perikanan dan pangkalan pendaratan
ikan/ pelabuhan perikanan;
jenis alat penangkapan ikan, kapal pengangkut ikan, dan
kapal pendukung operasi penangkapan berupa kapal 5. penggunaan alat tangkap yang diperbolehkan, yaitu
lampu. mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. Diperbolehkan perikanan budidaya dengan ketentuan: 6. menjaga kelestarian sumber daya ikan dan lingkungannya;
1. kegiatan yang diperbolehkan meliputi pembudidaya ikan, 7. pemasangan rumpon harus diatur tempat dan waktunya,
sarana prasarana wilayah yang mendukung kegiatan tidak boleh mengganggu alur pelayaran, tidak boleh pada
perikanan, kegiatan pemanfaatan sumber daya perikanan saat ikan memijah atau bertelur, tidak boleh dipasang
dengan memperhatikan kelestariannya, fasilitas diperairan selat, tidak boleh terkosentrasi satu tempat
pendukung perikanan, kegiatan penelitian perikanan; menyebabkan ikan tidak tersebar merata, terutama
rumpon-rumpon yang dipasang tetap;
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
2. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi 8. kapal yang digunakan tidak tercantum dalam daftar kapal
kegiatan industri kecil atau rumah tangga pendukung yang melakukan penangkapan ikan tidak diatur sah, tidak
perikanan, kegiatan ekowisata dengan tetap dilaporkan, dan tidak diatur (illegal, unreported, and
unregulated fishing); dan
mempertahankan fungsi utama kawasan sebagai kawasan
perikanan, kegiatan pariwisata, kegiatan penunjang 9. untuk kapal penangkap ikan dalam satuan armada
pariwisata, permukiman, fasilitas pendukung permukiman ditambah persyaratan berupa daftar kapal penangkap
dan pertanian; ikan, jenis alat penangkapan ikan, kapal pengangkut ikan,
dan kapal pendukung operasi penangkapan berupa kapal
3. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang lampu.
menganggu fungsi kawasan sebagai kawasan perikanan;
4. kegiatan pembudidayaan harus menghindari areal terumbu b. diperbolehkan perikanan budi daya dengan ketentuan:
karang; 1. kegiatan yang diperbolehkan, yaitu:
5. koefisien pemanfaatan perairan untuk budidaya laut adalah a) pembudidaya ikan;
80%, dimana terdapat ruang sebesar 20% untuk alur-
b) sarana prasarana yang mendukung kegiatan
alur/lalu lintas perahu yang mendukung kegiatan
perikanan;
budidaya; dan
6. pengembangan budidaya laut disertai dengan kegiatan c) kegiatan pemanfaatan sumber daya perikanan dengan
memperhatikan kelestariannya, fasilitas pendukung
pengembangan/peremajaan bibit.
perikanan dan
c. Penggambaran wilayah kerja yang bersinggungan / overlap
dengan zona perikanan tangkap menunjukan bahwa zona d) kegiatan penelitian perikanan;
tersebut merupakan wilayah kerja / pengembangan 2. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat, yaitu:
pertambangan. a) kegiatan usaha mikro, kecil, dan menengah pendukung
d. Sebelum terbitnya Persetujuan KKPRL terhadap kegiatan perikanan;
pertambangan minyak dan gas bumi, zona perikanan tangkap
b) kegiatan ekowisata dengan tetap mempertahankan
yang bersinggungan dengan wilayah kerja migas tetap fungsi utama Kawasan perikanan;
diperuntukan bagi kegiatan utamanya yakni, perikanan
c) kegiatan pariwisata;
tangkap.
e. Diperbolehkan perikanan budidaya pada wilayah perairan d) kegiatan penunjang pariwisata, permukiman, fasilitas
dengan kriteria jarak 0-4 mil dari garis pantai, dengan pendukung permukiman dan pertanian; dan
ketentuan: e) pengembangan sistem jaringan transportasi, energi,
1. kegiatan yang diperbolehkan meliputi pembudidaya ikan telekomunikasi, sumber daya air, dan prasarana
dan jaring apung, sarana prasarana wilayah yang lainnya sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
mendukung kegiatan perikanan, kegiatan pemanfaatan
sumber daya perikanan dengan memperhatikan 3. kegiatan yang tidak diperbolehkan, yaitu kegiatan yang
kelestariannya, budidaya laut skala kecil dengan metode, menganggu fungsi kawasan perikanan;
alat dan teknologi yang tidak merusak ekosistem di wilayah 4. kegiatan pembudidayaan harus menghindari areal
pesisir dan pulau-pulau kecil, kegiatan masyarakat non terumbu karang;
nelayan yang tidak mempunyai akses untuk 5. koefisien pemanfaatan perairan untuk budi daya laut
mengembangkan budidaya laut, budidaya laut dengan adalah 80% (delapan puluh persen), dimana terdapat
teknologi tradisional, semi intensif dan intensif, ruang sebesar 20% (dua puluh persen) untuk alur-
2. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi alur/lalu lintas perahu yang mendukung kegiatan budi
daya; dan
fasilitas pendukung perikanan, kegiatan penelitian
perikanan, penempatan rumah ikan dan terumbu karang 6. pengembangan budi daya laut disertai dengan kegiatan
buatan, bioteknologi dan biofarmakologi, kegiatan industri pengembangan/peremajaan bibit.
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
maritim, kegiatan industri pengolahan ikan, kegiatan c. penggambaran wilayah kerja yang bersinggungan/overlap
industri kecil atau rumah tangga pendukung perikanan, dengan zona perikanan tangkap menunjukan bahwa zona
kegiatan ekowisata dengan tetap mempertahankan fungsi tersebut merupakan wilayah kerja/pengembangan
pertambangan.
utama kawasan sebagai kawasan perikanan, kegiatan
penunjang pariwisata, permukiman, pelabuhan, fasilitas d. sebelum terbitnya Persetujuan KKPRL terhadap kegiatan
umum dan pemanfaatan air laut selain energi; pertambangan minyak dan gas bumi, zona perikanan tangkap
3. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang yang bersinggungan dengan Wilayah kerja migas tetap
diperuntukan bagi kegiatan utamanya yakni, perikanan
menganggu fungsi kawasan sebagai kawasan perikanan,
tangkap.
menempatkan rumah ikan dan alat bantu penangkapan
ikan, pertambangan mineral, pasir laut dan migas, alur e. diperbolehkan perikanan budi daya pada wilayah perairan
dengan kriteria jarak 0-4 mil dari garis pantai, dengan
pelayanan dan perlintasan;
ketentuan:
4. prasarana minumun yang dipersyaratkan diantaranya
gudang pakan ikan, obat ikan dan pupuk, keramba, jarring 1. kegiatan yang diperbolehkan, yaitu:
apung dan keramba jarring tancap, perahu, aerator dan a) pembudidayaan ikan dan jaring apung;
infrastruktur penunjang kawasan; b) sarana prasarana yang mendukung kegiatan
f. ketentuan tatacara budidaya perikanan yang baik dengan tidak perikanan;
mengganggu ketertiban umum;
c) kegiatan pemanfaatan sumber daya perikanan dengan
g. pada kawasan perikanan dalam dikembangkan pengelolaan memperhatikan kelestariannya;
terpadu dengan pengembangan model silvofishery (mangrove
d) budi daya laut skala kecil dengan metode, alat dan
dan perikanan); dan
teknologi yang tidak merusak Ekosistem di Wilayah
h. diperbolehkan penetapan DLKp dan DLKr serta WKOPP sesuai Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil; dan
dengan ketentuan peraturan perundangan.
e) kegiatan masyarakat non nelayan yang tidak
mempunyai akses untuk mengembangkan budi daya
laut, budi daya laut dengan teknologi tradisional, semi
intensif dan intensif,
2. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat, yaitu:
a) fasilitas pendukung perikanan;
b) kegiatan penelitian perikanan;
c) penempatan rumah ikan dan alat bantú penangkapan
ikan;
d) bioteknologi dan biofarmakologi;
e) kegiatan industri maritim;
f) kegiatan industri pengolahan ikan;
g) kegiatan usaha kecil, mikro, dan menengah pendukung
perikanan;
h) kegiatan ekowisata dengan tetap mempertahankan
fungsi utama Kawasan sebagai Kawasan perikanan;
i) kegiatan penunjang pariwisata;
j) permukiman;
k) pelabuhan;
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
l) fasilitas umum;
m) pemanfaatan air laut selain energi; dan
n) pengembangan sistem jaringan transportasi, energi,
telekomunikasi, sumber daya air, dan prasarana
lainnya sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
3. kegiatan yang tidak diperbolehkan, yaitu:
a) kegiatan yang menganggu fungsi Kawasan sebagai
Kawasan perikanan;
b) pertambangan mineral, pasir laut dan migas; dan
c) alur pelayanan dan perlintasan;
4. ketentuan sarana dan prasarana minimum meliputi
gudang pakan ikan, obat ikan dan pupuk, keramba, jaring
apung dan keramba jaring tancap, perahu, aerator dan
infrastruktur penunjang kawasan;
f. ketentuan tata cara budi daya perikanan yang baik dengan
tidak mengganggu ketertiban umum;
g. pada kawasan perikanan dalam dikembangkan pengelolaan
terpadu dengan pengembangan model silvofishery (mangrove
dan perikanan); dan
h. diperbolehkan penetapan Daerah Lingkungan Kepentingan
(DLKp) dan Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) serta Wilayah
Kerja Operasional Pelabuhan Perikanan (WKOPP) sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 75 Pasal 82
Indikasi arahan zonasi untuk kawasan pergaraman (KEG)
sebagaimana dimaksud Pasal 71 huruf d, ditetapkan dengan Indikasi arahan zonasi untuk Kawasan pergaraman sebagaimana
memperhatikan: dimaksud Pasal 70 ayat (3) huruf d, sebagai berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pergaraman, a. kegiatan yang diperbolehkan yaitu:
sarana prasarana yang mendukung kegiatan pergaraman, 1. kegiatan pergaraman;
kegiatan pemanfaatan sumber daya perikanan dengan
2. sarana prasarana yang mendukung kegiatan pergaraman;
memperhatikan kelestariannya;
dan
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi fasilitas
pendukung pergaraman, kegiatan penelitian pergaraman dan 3. kegiatan pemanfaatan sumber daya perikanan dengan
memperhatikan kelestariannya;
perikanan, kegiatan industri kecil atau rumah tangga
pendukung pengaraman, permukiman; b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat yaitu:
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang 1. fasilitas pendukung pergaraman;
menganggu fungsi kawasan sebagai kawasan pergaraman; 2. kegiatan penelitian pergaraman dan perikanan;
d. aktivitas pergarama dilakukan di wilayah daratan;
e. di wilayah perairan hanya disedikan inlet yang berfungsi 3. kegiatan usaha mikro, kecil, dan menengah pendukung
pengaraman;
untuk mengalirkan air laut ke lokasi pertambakan garam; dan
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
f. lokasi inlet diproteksi dari kegiatan lain yang berpotrensi 4. permukiman; dan
mencemari perairan. 5. pengembangan sistem jaringan transportasi, energi,
telekomunikasi, sumber daya air, dan prasarana lainnya
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan, yaitu kegiatan yang
menganggu fungsi Kawasan sebagai Kawasan pergaraman;
d. ketentuan sarana dan prasarana minimum meliputi penyediaan
inlet yang berfungsi untuk mengalirkan air laut ke lokasi
pertambakan garam;
e. lokasi inlet diproteksi dari kegiatan lain yang berpotensi
mencemari perairan;
f. aktivitas pergaraman dilakukan di wilayah daratan.
Pasal 76 Pasal 83
Indikasi arahan zonasi untuk kawasan pertambangan dan energi
(TE) sebagaimana dimaksud Pasal 71 huruf e, ditetapkan dengan Indikasi arahan zonasi untuk Kawasan pertambangan dan energi
memperhatikan: sebagaimana dimaksud Pasal 70 ayat (3) huruf e, sebagai berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pertambangan a. kegiatan yang diperbolehkan, yaitu:
energi sesuai dengan kriteria teknis dan peraturan yang 1. kegiatan pertambangan energi sesuai dengan kriteria teknis
berlaku, sarana prasarana pendukung kegiatan pertambagan dan peraturan yang berlaku;
energi, bongkar muat barang yang berupa bahan baku, hasil
2. sarana prasarana pendukung kegiatan pertambangan
produksi dan penunjang, prasarana jaringan transmisi tenaga energi;
listrik dan kegiatan pembangunan prasarana penunjang
3. bongkar muat barang yang berupa bahan baku, hasil
jaringan transmisi tenaga listrik,
produksi, dan penunjang; dan
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan
pendukung kegiatan pertambangan energi, pertanian, RTH, 4. prasarana jaringan tenaga listrik dan kegiatan
pembangunan prasarana penunjang jaringan tenaga listrik,
dan wisata minat khusus;
c. kegiatan yang dilarang meliputi kegiatan yang mengakibatkan b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat, yaitu:
terganggunya kegiatan pertambangan energi; 1. kegiatan pendukung kegiatan pertambangan energi;
d. arahan untuk kawasan pertambangan energi di pesisir dan 2. pertanian;
laut, meliputi:
1. pengembangan usaha energi mewajibkan setiap pelaku 3. RTH;
usaha untuk memiliki Izin Lingkungan berupa AMDAL atau 4. permukiman;
Rencana Pengelolaan Lingkungan/Rencana Pemantauan 5. wisata minat khusus; dan
Lingkungan (RKL-RPL);
6. pengembangan sistem jaringan transportasi, energi,
2. penerapan metode pengelolaan limbah yang tepat guna telekomunikasi, sumber daya air, dan prasarana lainnya
dan ramah lingkungan untuk meminimalkan dampak sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
pencemaran;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan, yaitu kegiatan yang
3. pemantapan kerjasama pengelolaan PLTU dan PLTGU
mengakibatkan terganggunya kegiatan pertambangan energi;
antara pemerintah, masyarakat, perusahaan, dan
pemangku kepentingan lainnya; d. ketentuan sarana dan prasarana minimum meliputi ruang
evakuasi serta sarana prasarana mitigasi bencana;
e. Arahan zonasi untuk kawasan pertambangan mineral pada
wilayah perairan dan pesisir dilaksanakan sebagai berikut: e. arahan untuk kawasan pertambangan energi di pesisir dan
laut, yaitu:
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
1. pada kawasan perikanan tradisional, pengusaha pasir laut 1. pengembangan usaha energi mewajibkan setiap pelaku
wajib memperhatikan kepentingan nelayan tradisional yang usaha untuk memiliki izin lingkungan berupa analisis
memanfaatkan kawasan tersebut sebagai sumber mata dampak lingkungan (AMDAL) atau Rencana Pengelolaan
Lingkungan/Rencana Pemantauan Lingkungan (RKL-RPL);
pencahariannya;
2. wajib menyusun rencana pemeliharaan dan pemulihan 2. penerapan metode pengelolaan limbah yang tepat guna
lingkungan ekosistem pesisir dan laut; dan ramah lingkungan untuk meminimalkan dampak
3. melaporkan pengelolaan dan pemantauan lingkungan di pencemaran;
lokasi penambangan kepada Gubernur dan/atau instansi 3. pemantapan kerjasama pengelolaan PLTU dan PLTGU
yang bertanggung jawab di bidang lingkungan hidup di antara pemerintah, masyarakat, perusahaan, dan
daerah yang bersangkutan; pemangku kepentingan lainnya;
4. wajib memelihara kelestarian fungsi ekosistem laut serta f. arahan zonasi untuk Kawasan pertambangan mineral pada
mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan wilayah perairan dan pesisir dilaksanakan sebagai berikut:
ekosistem laut yang ditimbulkannya; dan 1. pada Kawasan perikanan tradisional wajib diperhatikan
5. wajib menyusun rencana pemberdayaan masyarakat kepentingan nelayan tradisional yang memanfaatkan
pesisir. Kawasan tersebut sebagai sumber mata pencahariannya;
f. Arahan zonasi untuk kawasan pengelolaan energi pada 2. wajib menyusun rencana pemeliharaan dan pemulihan
wilayah perairan dan pesisir dilaksanakan sebagai berikut: lingkungan Ekosistem pesisir dan laut;
1. menaati ketentuan peraturan perundang-undangan di 3. melaporkan pengelolaan dan pemantauan lingkungan di
bidang kepelabuhanan, lalu lintas angkutan di perairan, lokasi penambangan kepada Gubernur dan/atau instansi
keselamatan pelayaran dan perlindungan lingkungan yang bertanggung jawab di bidang lingkungan hidup di
maritim; daerah yang bersangkutan;
2. menaati ketentuan peraturan perundang-undangan dari 4. wajib memelihara kelestarian fungsi Ekosistem laut serta
instansi Pemerintah lainnya yang berkaitan dengan usaha mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan
pokoknya; ekosistem laut yang ditimbulkannya; dan
3. memelihara sarana bantu navigasi pelayaran, alur 5. wajib menyusun rencana pemberdayaan masyarakat
pelayaran, kolam pelabuhan, dan fasilitas yang diperlukan pesisir.
sesuai dengan izin pembangunan yang diberikan; g. arahan zonasi untuk kawasan pengelolaan energi pada
4. pengendalian terhadap pembuangan air limbah dari usaha Wilayah perairan dan pesisir dilaksanakan sebagai berikut:
dan/atau kegiatan pembangkit listrik tenaga termal;
1. menaati ketentuan peraturan perundang-undangan di
5. bertanggungjawab sepenuhnya atas operasional dan bidang kepelabuhanan, lalu lintas angkutan di perairan,
dampak yang ditimbulkan dari kegiatan yang dilakukan; keselamatan pelayaran dan perlindungan lingkungan
dan maritim;
6. menyampaikan laporan mengenai pencatatan produksi
2. menaati ketentuan peraturan perundang-undangan dari
bulanan senyatanya, hasil analisa laboratorium, kadar instansi Pemerintah lainnya yang berkaitan dengan usaha
parameter, debit air limbah harian, dan beban pencemaran pokoknya;
air limbah kepada instansi terkait.
3. memelihara sarana bantu navigasi pelayaran, alur
g. Kegiatan pertambangan minyak dan gas bumi yang berada pelayaran, kolam pelabuhan, dan fasilitas yang diperlukan
pada zona pengelolaan energi (PLTGU Jawa Satu Power) sesuai dengan izin pembangunan yang diberikan;
dilakukan berdasarkan kesepakatan yang telah disetujui oleh
4. pengendalian terhadap pembuangan air limbah dari usaha
pihak-pihak yang terkait dengan kegiatan tersebut; dan/atau kegiatan pembangkit listrik tenaga termal;
h. Pelaksanaan pertambangan minyak dan gas bumi pada zona
5. bertanggungjawab sepenuhnya atas operasional dan
pengelolaan energi mempertimbangkan urgensi dan resiko
dampak yang ditimbulkan dari kegiatan yang dilakukan;
dan
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
terhadap keberlangsungan kegiatan utama (pengelolaan 6. menyampaikan laporan mengenai pencatatan produksi
energi) dan juga lingkungan sekitar. bulanan senyatanya, hasil analisa laboratorium, kadar
i. pengaturan kawasan pertambangan energi harus parameter, debit air limbah harian, dan beban pencemaran
air limbah kepada instansi terkait.
memperhatikan keseimbangan biaya dan manfaat serta
keseimbangan risiko dan manfaat; h. kegiatan pertambangan minyak dan gas bumi yang berada
j. pengendalian bangunan di sekitar instalasi dan peralatan pada zona pengelolaan energi (PLTGU Jawa Satu Power)
kegiatan pertambangan dan energi yang berpotensi dilakukan berdasarkan kesepakatan yang telah disetujui oleh
pihak-pihak yang terkait dengan kegiatan tersebut;
menimbulkan bahaya dengan memperhatikan kepentingan
wilayah sekitarnya; dan i. pelaksanaan pertambangan minyak dan gas bumi pada zona
k. penetapan kawasan energi ditetapkan dengan ketentuan pengelolaan energi mempertimbangkan urgensi dan resiko
terhadap keberlangsungan kegiatan utama (pengelolaan energi)
sebagai berikut:
dan juga lingkungan sekitar;
1. ketersediaan jenis/sumber energi;
2. keekonomian; j. pengaturan kawasan pertambangan energi harus
memperhatikan keseimbangan biaya dan manfaat serta
3. kelestarian lingkungan hidup;
keseimbangan risiko dan manfaat;
4. kecukupan untuk pembangunan yang berkelanjutan; dan
5. kondisi geografis. k. pengendalian bangunan di sekitar instalasi dan peralatan
kegiatan pertambangan dan energi yang berpotensi
menimbulkan bahaya dengan memperhatikan kepentingan
wilayah sekitarnya; dan
l. penetapan kawasan energi ditetapkan dengan ketentuan
sebagai berikut:
1. ketersediaan jenis/sumber energi;
2. keekonomian;
3. kelestarian lingkungan hidup;
4. kecukupan untuk pembangunan yang berkelanjutan; dan
5. kondisi geografis.
Pasal 77 Pasal 84 Kementerian
Indikasi arahan zonasi untuk kawasan peruntukan industri (KPI) Perindustrian:
sebagaimana dimaksud Pasal 71 huruf f, ditetapkan dengan Indikasi arahan zonasi untuk kawasan peruntukan industri a. Perlu penjelasan
memperhatikan: sebagaimana dimaksud Pasal 70 ayat (3) huruf f, sebagai berikut: terkait
a. indikasi arahan zonasi untuk kawasan industri, ditetapkan a. KPI di setiap Kabupaten/Kota dapat mewadahi kegiatan “Pemanfaatan
dengan memperhatikan: industri, baik berupa Kawasan industri, sentra industri kecil ruang kegiatan
1. Kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan kawasan menengah, industri besar, maupun industri kecil dan industri wajib
menengah;
industri berserta infrastruktur dasar, pengembangan menyediakan zona
sentra industri kecil dan menengah (SIKM), infrastruktur b. KPI ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut: penyangga”.
penunjang industri, sarana penunjang kegiatan industri 1. memperhatikan kondisi lahan dari aspek daya dukung Apabila diwajibkan
lainnya, dan RTH; lahan, potensi terhadap ancaman bencana, dan topografi; untuk industri di
2. Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi 2. memperhatikan status dan pola guna lahan dari aspek luar Kawasan
perumahan, perdagangan jasa, fasilitas sosial dan umum, pertanahan dan penataan ruang (tidak berada pada lahan Industri mohon
perkantoran, pemerintahan, transportasi, pertanian, penguasaan adat, tidak berada pada LP2B, serta tidak untuk dapat
pelabuhan ikan, pertambangan dan pengembangan berada pada kawasan lindung); dituliskan
demikian.
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
bangunan prasarana dengan mengikuti ketentuan teknis 3. memenuhi ketentuan luas lahan sesuai dengan ketentuan b. Semenjak
yang berlaku; peraturan perundangan; keluarnya UU 11
3. Kegiatan yang dilarang kegiatan industri yang 4. terdapat sumber air baku (air permukaan, air bersih yang tahun 2021
menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan terutama dikelola perusahaan pengelola air minum, dan olahan air tentang Cipta
yang menimbulkan dampak polusi udara dan dampak limbah industri), dengan tidak menggunakan air irigasi Kerja, semua
kerusakan kawasan resapan air dan keselamatan pertanian dan sumber air artesis; usaha berbasis
lingkungan sekitarnya; 5. kepadatan permukiman. resiko. Mohon
4. pembangunan lokasi kawasan industri ditetapkan dengan c. indikasi arahan zonasi untuk KPI, ditetapkan dengan untuk mengganti
ketentuan sebagai berikut: memperhatikan: klausul “Industri
i. kewajiban perusahaan industri berlokasi di kawasan Besar” menjadi
1. kegiatan yang diperbolehkan, yaitu:
industri kecuali untuk industri yang memerlukan lokasi “Industri Beresiko
khusus, industri kecil, dan menengah, sesuai a) kegiatan Kawasan industri berserta infrastruktur Tinggi/Rendah”.
ketentuan peraturan perundang-undangan; dasar;
ii. memenuhi ketentuan teknis untuk kegiatan industri; b) pengembangan sentra industri; Tanggapan:
iii. tidak mengganggu kelestarian fungsi lingkungan hidup c) infrastruktur penunjang industri, sarana penunjang a. Zona penyangga
dan menjamin pemanfaatan sumber daya alam yang kegiatan industri lainnya; dan diwajibkan bagi
berkelanjutan; d) RTH; seluruh kegiatan
iv. tidak mengubah KP2B dan beririgasi teknis; dan industri, namun
2. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat, yaitu:
v. menyediakan lahan bagi kegiatan usaha mikro, kecil akan bergantung
dan menengah. a) perumahan; pada jenis
b. indikasi arahan zonasi industri di luar kawasan industri, b) perdagangan jasa; kegiatan dan skala
ditetapkan dengan memperhatikan: usaha masing-
c) fasilitas sosial dan umum (pendidikan, kesehatan,
a. penetapan lokasi sesuai daya dukung dan dayatampung fasilitas ibadah, olahraga); masing industri.
lingkungan; b. Nomenklatur telah
d) perkantoran;
b. ketentuan persyaratan melakukan produksi bersih, disesuaikan.
penerapan manajemen quality control, hemat air dan e) pemerintahan;
ramah lingkungan; f) sarana dan prasarana transportasi;
c. kemampuan penggunaan teknologi, potensi sumber daya Penyesuaian substansi
g) transportasi;
alam dan sumber daya manusia di sekitarnya; IAZ KPI berdasarkan:
d. penetapan persyaratan AMDAL/dokumen lingkungan; h) pertanian; Hasil pembahasan
e. ketentuan persyaratan pengelolaan limbah berdasarkan i) pelabuhan ikan; dengan DPRD
ketentuan peraturan perundang-undangan; j) pertambangan; dan Provinsi Jawa Barat
f. penyediaan RTH pada zona industri paling sedikit 20% (Mei 2022)
k) pengembangan sistem jaringan transportasi, energi,
dari luas kawasan;
telekomunikasi, sumber daya air, dan prasarana Rapat pembahasan
g. ketentuan pembatasan pembangunan perumahan baru lainnya sesuai ketentuan peraturan perundang- dengan Kementerian
di sekitar lokasi industri kecuali perumahan bagi pekerja undangan. ATR/BPN dan
industri; Kementerian
3. kegiatan yang tidak diperbolehkan, yaitu:
h. ketentuan pelarangan pengembangan zona industri yang Perindustrian (12
menyebabkan kerusakan kawasan resapan air; a) kegiatan industri yang menimbulkan dampak negatif
Juli 2022)
bagi lingkungan terutama yang menimbulkan dampak
i. ketentuan pelarangan pengambilan air tanah di zona
polusi udara dan dampak kerusakan kawasan resapan
pemanfaatan air tanah kritis dan rusak; dan air dan keselamatan lingkungan sekitarnya; dan
b) membuang limbah ke laut, air permukaan, dan tanah
secara langsung.
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
j. pengembangan kawasan industri yang tidak 4. ketentuan sarana prasarana minimum meliputi:
mengakibatkan kerusakan atau alih fungsi Kawasan a) aksesibilitas yang dapat mempermudah pengangkutan
Lindung serta KP2B. bahan baku dan logistik, pergerakan tenaga kerja, dan
c. perusahaan industri besar baru wajib berada di kawasan distribusi hasil produksi;
industri kecuali belum tersedia kawasan industri atau tersedia b) terdapat sistem pembuangan dan pengolahan khusus
kawasan industri tetapi sudah penuh, tetapi di dalam kawasan limbah untuk mencegah pembuangan limbah secara
peruntukan industri besar; langsung ke laut, air permukaan, dan tanah;
d. industri menengah yang baru dilarang mempunyai akses c) wajib menyediakan perumahan, sarana prasarana,
langsung ke jalan arteri primer, kolektor primer 1, serta jalur serta fasilitas sosial dan umum di dalam KPI;
pariwisata;
d) Ketersediaan jaringan energi dan kelistrikan; dan
e. industri yang berada di jalan arteri primer, kolektor primer 1
dan kolektor primer 2 serta jalur pariwisata dilarang e) Ketersediaan jaringan telekomunikasi.
melakukan perluasan lahan kegiatan, kapasitas produksi dan 5. pembangunan lokasi kawasan industri ditetapkan dengan
atau penambahan tenaga kerja; ketentuan sebagai berikut:
f. setiap kawasan peruntukan industri wajib mengembangan a) memenuhi ketentuan teknis untuk kegiatan kawasan
jalan antar kawasan; industri;
g. pemanfaatan ruang kegiatan industri wajib menyediakan zona b) tidak mengganggu kelestarian fungsi lingkungan hidup
penyangga dengan lingkungan sekitar; dan menjamin pemanfaatan sumber daya alam yang
h. penetapan persyaratan AMDAL/dokumen lingkungan sesuai berkelanjutan;
dengan ketentuan yang berlaku; c) tidak mengubah KP2B dan beririgasi teknis; dan
i. ketentuan persyaratan pengelolaan limbah sesuai standar
d) menyediakan lahan bagi industri kecil dan menengah
internasional;
dalam kawasan industri.
j. ketentuan persyaratan pengelolaan limbah B3 sesuai dengan
standar yang berlaku; 6. kewajiban perusahaan industri berlokasi di kawasan
k. penyediaan RTH pada kawasan industri paling sedikit 20% industri kecuali untuk industri yang memerlukan lokasi
khusus serta usaha mikro, kecil, dan menengah sesuai
dari luas kawasan;
ketentuan peraturan perundang-undangan;
l. ketentuan jarak dari permukiman dan sungai sesuai dengan
peraturan yang berlaku; d. Indikasi arahan zonasi industri di luar kawasan industri,
ditetapkan dengan memperhatikan:
m. ketentuan pelarangan pengembangan kawasan industri yang
menyebabkan kerusakan kawasan resapan air dan kerusakan 1. penetapan lokasi sesuai daya dukung dan daya tampung
ekosistem; lingkungan;
n. ketentuan pelarangan pengambilan air tanah di zona 2. ketentuan persyaratan melakukan produksi bersih,
pemanfaatan air tanah kritis dan rusak; penerapan manajemen quality control, hemat air dan
o. pengembangan sistem transit dan pengembangan kawasan ramah lingkungan;
berorientasi transit pada kawasan peruntukan industri 3. kemampuan penggunaan teknologi, potensi sumber daya
diperbolehkan, dengan persyaratan berdasarkan peraturan alam dan sumber daya manusia di sekitarnya;
perundang-undangan; dan 4. penetapan persyaratan AMDAL/dokumen lingkungan;
p. arahan zonasi kawasan peruntukan industri lainnya yang
5. ketentuan persyaratan pengelolaan limbah berdasarkan
mengacu pada standar teknis kawasan industri berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;
ketentuan peraturan perundang-undangan.
6. penyediaan RTH pada zona industri paling sedikit 10%
(sepuluh persen) dari luas kawasan;
7. ketentuan pembatasan pembangunan perumahan baru di
sekitar lokasi industri;
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
8. ketentuan pelarangan pengembangan zona industri yang
menyebabkan kerusakan kawasan resapan air;
9. ketentuan pelarangan pengambilan air tanah di zona
pemanfaatan air tanah kritis dan rusak; dan
10. pengembangan industri yang tidak mengakibatkan
kerusakan atau alih fungsi Kawasan Lindung serta KP2B.
e. bangunan industri baru dilarang mempunyai akses langsung
ke jalan arteri primer, kolektor primer 1, serta jalur
pariwisata;
f. industri yang berada di jalan arteri primer, kolektor primer 1
dan kolektor primer 2 serta jalur pariwisata dilarang
melakukan perluasan lahan kegiatan, kapasitas produksi
dan/atau penambahan tenaga kerja;
g. setiap kawasan peruntukan industri wajib mengembangkan
jalan antar kawasan;
h. pemanfaatan ruang kegiatan industri wajib menyediakan zona
penyangga dengan lingkungan sekitar;
i. penetapan persyaratan AMDAL/dokumen lingkungan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku;
j. ketentuan persyaratan pengelolaan limbah sesuai standar
internasional;
k. ketentuan persyaratan pengelolaan limbah B3 sesuai dengan
standar yang berlaku;
l. penyediaan RTH pada kawasan industri paling sedikit 10%
(sepuluh persen) dari luas kawasan;
m. ketentuan jarak dari permukiman dan sungai sesuai dengan
peraturan yang berlaku;
n. ketentuan pelarangan pengembangan kawasan industri yang
menyebabkan kerusakan kawasan resapan air dan kerusakan
ekosistem;
o. ketentuan pelarangan pengambilan air tanah di zona
pemanfaatan air tanah kritis dan rusak;
p. pengembangan sistem transit dan pengembangan kawasan
berorientasi transit pada kawasan peruntukan industri
diperbolehkan, dengan persyaratan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan
q. arahan pengembangan kawasan peruntukan industri mengacu
pada kriteria teknis kawasan peruntukan industri
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 78 Pasal 85
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
Indikasi arahan zonasi untuk kawasan pariwisata (W)
sebagaimana dimaksud Pasal 71 huruf g, ditetapkan dengan Indikasi arahan zonasi untuk Kawasan pariwisata sebagaimana
memperhatikan: dimaksud Pasal 70 ayat (3) huruf g, sebagai berikut:
a. Kegiatan diperbolehkan meliputi kegiatan pemanfaatan ruang a. kegiatan yang diperbolehkan, yaitu:
untuk kegiatan pembangunan pariwisata dan fasilitas 1. kegiatan Pemanfaatan Ruang untuk kegiatan pembangunan
penunjang pariwisata, kegiatan pemanfaatan potensi alam pariwisata dan fasilitas penunjang pariwisata;
dan budaya masyarakat sesuai dengan daya dukung dan daya
2. kegiatan pemanfaatan potensi alam dan budaya masyarakat
tampung lingkungan, kegiatan perlindungan terhadap cagar sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan;
budaya, ruang terbuka hijau, RTNH, dan penyediaan sarana
3. pendidikan dan penelitian;
prasarana sesuai dengan kriteria teknis yang berlaku sesuai
dengan skala pelayanannya, mitigasi bencana, wisata alam, 4. kegiatan perlindungan terhadap cagar budaya;
wisata alam pantai/pesisir dan pulau-pulau kecil, wisata alam 5. ruang terbuka hijau;
bentang laut, wisata alam bawah laut, wisata sejarah, wisata
6. RTNH; dan
budaya, wisata olahraga air, mitigasi bencana, perikanan
tangkap tradisional, dan/atau pendidikan dan penelitian, 7. penyediaan sarana prasarana sesuai dengan kriteria teknis
yang berlaku sesuai dengan skala pelayanannya;
wisata snorkling, wisata diving, wisata surfing, kegiatan
pengembangan budaya masyarakat, mitigasi bencana, dan b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat, yaitu:
kondisi darurat di laut. 1. jasa akomodasi;
b. Kegiatan bersyarat diantaranya jasa akomodasi, kegiatan 2. kegiatan penunjang wisata;
penunjang wisata, permukiman, sarana transportasi,
3. permukiman yang mendukung kegiatan wisata;
pelabuhan perikanan, perikanan budidaya laut, energi, dan
pembangunan bangunan pelindung pantai, wisata panorama 4. sarana transportasi;
laut, dan bangunan pelindung pantai dan pertambangan 5. pelabuhan perikanan;
dengan rencana pascatambang menyesuaikan arahan untuk
6. perikanan budi daya laut;
kawasan pariwisata;
c. Kegiatan dilarang semua kegiatan yang berpotensi terjadinya 7. energi yang tidak mengganggu kegiatan wisata;
perubahan lingkungan fisik alamiah ruang untuk kawasan 8. bangunan pelindung pantai; dan
wisata; 9. pengembangan sistem jaringan transportasi, energi,
d. pengendalian pemanfaatan potensi alam; telekomunikasi, sumber daya air, dan prasarana lainnya
e. penentuan lokasi wisata alam dan wisata minat khusus yang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
tidak mengganggu fungsi kawasan lindung; c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi semua kegiatan
f. pengendalian pertumbuhan sarana dan prasarana penunjang yang berpotensi terjadinya perubahan lingkungan fisik alamiah
wisata yang mengganggu fungsi Kawasan Lindung, terutama ruang untuk Kawasan wisata;
resapan air; d. ketentuan sarana dan prasarana minimum meliputi penyediaan
g. perlindungan terhadap situs peninggalan kebudayaan masa fasilitas dan infrastruktur pendukung serta ruang dan jalur
lampau dan peninggalan sejarah; evakuasi bencana;
h. ketentuan pemanfaatan taman nasional, taman hutan raya e. pengendalian pemanfaatan potensi alam;
dan taman wisata alam untuk kegiatan wisata dilaksanakan
f. penentuan lokasi wisata alam dan wisata minat khusus yang
sesuai asas konservasi sumber daya alam hayati dan
tidak mengganggu fungsi Kawasan Lindung;
ekosistem serta luas lahan untuk pembangunan sarana dan
prasarana paling luas 10% dari luas zona pemanfaatan dan g. pengendalian pertumbuhan sarana dan prasarana penunjang
penerapan eco architecture; wisata yang mengganggu fungsi Kawasan Lindung, terutama
resapan air;
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
i. ketentuan pelarangan mengubah dan/atau merusak bentuk h. ketentuan pemanfaatan taman nasional, taman hutan raya dan
arsitektur setempat, bentang alam dan pemandangan visual; taman wisata alam untuk kegiatan wisata dilaksanakan sesuai
j. persyaratan AMDAL; asas konservasi sumber daya alam hayati dan Ekosistem serta
luas lahan untuk pembangunan sarana dan prasarana paling
k. pelestarian lingkungan hidup dan cagar budaya yang
luas 10% (sepuluh persen) dari luas zona pemanfaatan dan
dijadikan kawasan pariwisata sesuai prinsip-prinsip penerapan eco architecture;
pemugaran;
l. ketentuan pengembangan kawasan pariwisata; i. ketentuan pelarangan mengubah dan/atau merusak bentuk
arsitektur setempat, bentang alam dan pemandangan visual;
m. penerapan mitigasi bencana di daya tarik wisata dan destinasi
pariwisata; j. ketentuan pemenuhan dokumen lingkungan;
n. penerapan sustainable tourism bersama masyarakat dalam k. penerapan mitigasi bencana di daya tarik wisata dan destinasi
pengembangan pariwisata; pariwisata;
o. penerapan kawasan pariwisata berbasiskan ketahanan dan l. penerapan sustainable tourism bersama masyarakat dalam
mitigasi bencana; pengembangan pariwisata;
p. untuk perairan pantai:
m. untuk perairan pantai:
1. diutamakan bagi kepentingan ruang penghidupan dan
akses kepada nelayan kecil, nelayan tradisional, 1. diutamakan bagi kepentingan ruang penghidupan dan akses
kepada nelayan kecil, nelayan tradisional, pembudidaya
pembudidaya ikan kecil, wisata bahari berkelanjutan, dan
ikan kecil, wisata bahari berkelanjutan, dan prasarana
prasarana umum; umum;
2. koefisien pemanfaatan perairan untuk sarana dan
2. koefisien pemanfaatan perairan untuk sarana dan
prasarana penunjang pariwisata yang bersifat menetap
prasarana penunjang pariwisata yang bersifat menetap
paling tinggi 40% (empat puluh persen) dari total paling tinggi 40% (empat puluh persen) dari total
keseluruhan zona pariwisata; keseluruhan zona pariwisata;
3. mitigasi bencana untuk perairan pantai, berupa deteksi
3. mitigasi bencana untuk perairan pantai, berupa deteksi
ketinggian gelombang air, deteksi tsunami, dan kecepatan ketinggian gelombang air, deteksi tsunami, dan kecepatan
angin; dan angin; dan
4. penegakan kebijakan dan regulasi serta pembinaan
4. penegakan kebijakan dan regulasi serta pembinaan
penggunaan alat tangkap ramah lingkungan yang tidak penggunaan alat tangkap ramah lingkungan yang tidak
merusak terumbu karang di perairan; dan merusak terumbu karang di perairan;
q. Kegiatan pariwisata yang berada di dalam / sekitar Objek
n. kegiatan pariwisata yang berada di dalam/sekitar Objek Vital
Vital Nasional (PLTU/PLTGU maupun Obvitnas Balongan) Nasional (PLTU/PLTGU maupun Obvitnas Balongan) mengikuti
mengikuti ketentuan keselamatan yang berlaku pada kawasan ketentuan keselamatan yang berlaku pada kawasan tersebut.
tersebut.
Pasal 79 Pasal 86 Direktorat Sistem
(1) Indikasi arahan zonasi untuk kawasan permukiman (PM) (1) Indikasi arahan zonasi untuk Kawasan Permukiman dan Strategi
sebagaimana dimaksud Pasal 71 huruf h, ditetapkan dengan sebagaimana dimaksud Pasal 70 ayat (3) huruf h, sebagai Penyelenggaraan
memperhatikan: berikut: Infrastruktur
a. Kegiatan yang diperbolehkan permukiman, perumahan, a. kegiatan yang diperbolehkan, yaitu: Permukiman, Ditjen
perdagangan jasa, perkantoran, pemerintahan, fasilitas Cipta Karya,
1. permukiman;
sosial dan umum, industri, pertanian, perkebunan, Kementerian PUPR:
sarana transportasi, RTH, kegiatan pengembangan 2. perumahan; Dalam proses
jaringan sarana prasarana kota dengan kriteria teknis 3. perdagangan jasa; pengusulan program
yang berlaku sesuai dengan skala pelayanannya dan pembangunan
4. perkantoran;
kegiatan lainnya penunjang permukiman; infrastruktur
permukiman
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
b. Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat industri 5. pemerintahan; yang membutuhkan
besar dan pertambangan, dukungan Ditjen Cipta
6. fasilitas sosial dan umum;
c. Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan Karya, setiap
yang mengakibatkan terganggunya kenyamanan, 7. industri eksisting; pemerintah daerah
keamanan dan ketertiban kegiatan permukiman; 8. pertanian; diharapkan untuk
d. ketentuan penggunaan lahan permukiman baru memperhatikan
9. perkebunan;
disesuaikan dengan karakteristik serta daya dukung komitmen terkait
lingkungan untuk kawasan perkotaan dan pembangunan 10. sarana transportasi; pemanfaatan dan
kawasan terintegrasi fungsi campuran serta blok 11. RTH; pemeliharaan
terpadu; infrastruktur
e. ketentuan pemanfaatan ruang di kawasan permukiman 12. kegiatan pengembangan jaringan sarana prasarana permukiman yang
perdesaan yang sehat dan aman dari bencana alam, serta kota dengan kriteria teknis yang berlaku sesuai telah dibangun dengan
kelestarian lingkungan hidup; dengan skala pelayanannya; dan dukungan Ditjen Cipta
f. penyediaan sarana, prasarana dan utilitas pendukung 13. kegiatan lainnya penunjang permukiman; Karya melalui
kegiatan dan pengelolaan lingkungan yang terpadu dalam penyediaan alokasi
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat, yaitu
kawasan permukiman; anggaran Operasi dan
kegiatan lain non permukiman dengan luas kurang dari
g. penyediaan sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana Pemeliharaan (OP)
150 (seratus lima puluh) hektar yang diatur dalam RTRW
peribadatan, sarana ruang terbuka, taman dan lapangan yang memadai sesuai
kabupaten/kota dengan tidak mengganggu
olahraga sesuai ketentuan dan kriteria yang berlaku; keberlangsungan kegiatan permukiman di sekitarnya standar teknis yang
h. penyediaan kebutuhan sarana distribusi perdagangan serta pengembangan sistem jaringan transportasi, energi, ditentukan. Pada
dengan mempertimbangkan kondisi sosial ekonomi telekomunikasi, sumber daya air, dan prasarana lainnya TA 2022 sampai
masyarakat, keberadaan pasar tradisional, pusat sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; dengan 2024, fokus
perbelanjaan, dan toko modern serta fasilitas yang bersih, penyelenggaraan
sehat, aman, tertib dan nyaman; c. kegiatan yang tidak diperbolehkan, yaitu kegiatan yang infrastruktur
i. pengembangan sistem transit dan pengembangan mengakibatkan terganggunya kenyamanan, keamanan permukiman oleh
dan ketertiban kegiatan permukiman;
kawasan berorientasi transit pada kawasan permukiman Ditjen Cipta Karya
diperbolehkan, dengan persyaratan berdasarkan d. ketentuan sarana prasarana minimum meliputi: adalah pada kegiatan
peraturan perundang-undangan; optimalisasi dan
1. penyediaan sarana, prasarana dan utilitas pendukung
j. persyaratan bangunan sesuai ketentuan intensitas kegiatan dan pengelolaan lingkungan yang terpadu rehabilitasi
bangunan dan standar bangunan gedung; dalam Kawasan Permukiman; infrastruktur
k. memperhatikan persyaratan konservasi air tanah, terbangun, termasuk
lingkungan hidup dan pembangunan prasarana 2. penyediaan sarana pendidikan, sarana kesehatan, percepatan serah
pengendalian banjir dalam pengembangan permukiman; sarana peribadatan, sarana ruang terbuka, taman dan terima aset
l. penyediaan jalur dan ruang evakuasi bencana; lapangan olahraga sesuai ketentuan dan kriteria yang melalui perubahan
m. permukiman yang ditetapkan sebagai bagian dari berlaku; nomenklatur belanja
kawasan cagar budaya atau sebagai bangunan cagar 3. penyediaan kebutuhan sarana distribusi perdagangan infrastruktur menjadi
budaya perlu memperhatikan ketentuan khusus terkait dengan mempertimbangkan kondisi sosial ekonomi belanja barang
kawasan bersejarah atau cagar budaya dalam masyarakat, keberadaan pasar tradisional, pusat berkarakter modal
pengembangannya. perbelanjaan, dan toko modern serta fasilitas yang (53xxx menjadi
n. pengembangan kawasan permukiman perkotaan, bersih, sehat, aman, tertib dan nyaman; dan 526xxx).
ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut: 4. penyediaan jalur dan ruang evakuasi bencana.
Direktorat Tata
e. ketentuan penggunaan lahan permukiman baru Ruang dan
disesuaikan dengan karakteristik serta daya dukung
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
1. pengembangan permukiman perkotaan di kawasan lingkungan untuk Kawasan Perkotaan dan pembangunan Penanggulangan
rawan bencana alam dan bencana alam geologi, kawasan terintegrasi fungsi campuran serta blok terpadu; Bencana,
dilaksanakan dengan persyaratan teknis; f. ketentuan pemanfaatan ruang di Kawasan Permukiman Bappenas:
2. berada di luar kawasan yang ditetapkan sebagai perdesaan yang sehat dan aman dari bencana alam, serta a. Berdasarkan
kawasan rawan bencana gunung api; kelestarian lingkungan hidup; arahan Peraturan
3. memiliki akses menuju pusat kegiatan masyarakat di Presiden Nomor 18
g. pengembangan sistem transit dan pengembangan
luar kawasan; Tahun 2020
Kawasan berorientasi transit pada Kawasan Permukiman
4. memiliki kelengkapan prasarana, sarana, dan utilitas tentang RPJMN
diperbolehkan, dengan persyaratan berdasarkan
pendukung; peraturan perundang-undangan; 2020-2024
5. sesuai kriteria teknis kawasan peruntukan diidentifikasi Major
h. persyaratan bangunan sesuai ketentuan intensitas Project yang
permukiman yang ditetapkan berdasarkan ketentuan
bangunan dan standar bangunan gedung; lokusnya berada di
peraturan perundang-undangan.
6. mengembangkan kawasan permukiman vertikal pada i. memperhatikan persyaratan konservasi air tanah, Provinsi Jawa
kawasan perkotaan dengan intensitas pemanfaatan lingkungan hidup dan pembangunan prasarana Barat, yaitu
ruang menengah hingga tinggi; pengendalian banjir dalam pengembangan permukiman; Pembangunan
7. kawasan perkotaan yang memiliki karakteristik j. permukiman yang ditetapkan sebagai bagian dari kawasan Rumah Susun
intensitas pemanfaatan ruang menengah hingga cagar budaya atau sebagai bangunan cagar budaya perlu Perkotaan (1 Juta).
tinggi, mencakup kawasan perkotaan yang menjadi memperhatikan ketentuan khusus terkait kawasan b. Terdapat amanat
kota inti PKN; bersejarah atau cagar budaya dalam pengembangannya; kegiatan prioritas
8. mengendalikan kawasan permukiman horizontal k. pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan, dan proyek
pada kawasan perkotaan dengan intensitas ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut: prioritas nasional
pemanfaatan ruang menengah, termasuk kota yang ditetapkan di
1. pengembangan permukiman perkotaan di kawasan
mandiri dan kota satelit; dan Provinsi Jawa
rawan bencana alam dan bencana alam geologi,
9. kawasan perkotaan yang memiliki karakteristik Barat, yaitu:
dilaksanakan dengan persyaratan teknis;
intensitas pemanfaatan ruang menengah, mencakup Pembangunan Desa
kawasan perkotaan selain yang berfungsi sebagai 2. berada di luar kawasan yang ditetapkan sebagai Terpadu dan
Kawasan rawan bencana gunung api; Pembangunan
kota inti PKN; dan
10. pengembangan jalur atau ruang terbuka hijau (RTH) 3. memiliki akses menuju pusat kegiatan masyarakat di Kawasan Perdesaan
di kawasan perkotaan dengan memanfaatkan lahan luar kawasan; Prioritas Nasional
kosong di kawasan permukiman; Sukabumi
4. memiliki kelengkapan prasarana, sarana, dan utilitas
o. pengembangan kawasan permukiman perdesaan pendukung;
diarahkan pada pengembangan ruang permukiman Tanggapan:
5. sesuai kriteria teknis Kawasan peruntukan a. Tanggapan Ditjen
horisontal dengan mempertimbangkan kegiatan dalam
permukiman yang ditetapkan berdasarkan ketentuan
kawasan perdesaan, mencakup kegiatan pertanian, Cipta Karya akan
peraturan perundang-undangan;
perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan, diperhatikan
pengelolaan sumberdaya. 6. mengembangkan Kawasan Permukiman vertikal pada dalam proses
(2) Pengembangan Kawasan Permukiman lebih lanjut diatur Kawasan Perkotaan dengan intensitas pemanfaatan pengusulan
ruang menengah hingga tinggi; program
dalam Peraturan Gubernur tentang Rencana Pembangunan
dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman 7. Kawasan Perkotaan yang memiliki karakteristik pembangunan
(RP3KP) Provinsi Jawa Barat. intensitas pemanfaatan ruang menengah hingga tinggi, infrastruktur
mencakup kawasan perkotaan yang menjadi kota inti permukiman yang
PKN; membutuhkan
dukungan Ditjen
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
8. mengendalikan Kawasan Permukiman horizontal pada Cipta Karya,
Kawasan Perkotaan dengan intensitas Pemanfaatan Kementerian
Ruang menengah, termasuk kota mandiri dan kota PUPR.
satelit; dan b. Arahan terkait
9. Kawasan Perkotaan yang memiliki karakteristik pembangunan
intensitas Pemanfaatan Ruang menengah, mencakup Rumah Susun
Kawasan Perkotaan selain yang berfungsi sebagai kota Perkotaan telah
inti PKN; dan diatur dalam
10. pengembangan jalur atau ruang terbuka hijau (RTH) di Indikasi Arahan
kawasan perkotaan dengan memanfaatkan lahan Zonasi Kawasan
kosong di kawasan permukiman; Permukiman Ayat
(1) huruf n angka
l. pengembangan Kawasan Permukiman perdesaan
6. Pengaturan
diarahkan pada pengembangan ruang permukiman
lebih lanjut diatur
horisontal dengan mempertimbangkan kegiatan dalam
Kawasan Perdesaan, mencakup kegiatan pertanian, dalam RTR
perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan, dan Kabupaten/Kota
pengelolaan sumberdaya. dan rencana
pembangunan.
(2) Pengembangan Kawasan Permukiman sebagaimana dimaksud
c. Arahan terkait
pada ayat (1) lebih lanjut diatur dalam Peraturan Gubernur
pembangunan
tentang Rencana Pembangunan dan Pengembangan
perdesaan telah
Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP) Provinsi Jawa
Barat. diatur dalam
Indikasi Arahan
Zonasi Kawasan
Permukiman Ayat
(1) huruf o.
Pengaturan lebih
lanjut diatur
dalam RTR
Kab/Kota dan
rencana
pembangunan.
Pasal 80 Pasal 87
Indikasi arahan zonasi untuk kawasan pembuangan hasil
pengerukan di laut (DA) sebagaimana dimaksud Pasal 71 huruf i, Indikasi arahan zonasi untuk kawasan pembuangan hasil
ditetapkan dengan memperhatikan: pengerukan di laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 ayat (3)
huruf i, sebagai berikut:
a. Kegiatan yang diperbolehkan setelah memperolah ijin meliputi
membuang limbah B3 dengan jenis yang diperbolehkan sesuai a. kegiatan yang diperbolehkan pembuangan material setelah
ketentuan perundang-undangan; memperoleh izin berdasarkan ketentuan perundang-
b. Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang undangan;
menimbulkan dampak terhadap daerah sensitif (kawasan b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat, yaitu
konservasi laut, daerah rekreasi atau wisata bahari, kawasan pengembangan sistem jaringan transportasi, energi,
mangrove/hutan bakau, ekosistem lamun dan terumbu telekomunikasi, sumber daya air, dan prasarana lainnya
karang, taman nasional, taman wisata alam laut, kawasan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
cagar budaya dan ilmu pengetahuan, kawasan rawan bencana c. kegiatan yang tidak diperbolehkan, yaitu:
alam, daerah pemijahan dan pembesaran ikan serta budidaya 1. kegiatan yang menimbulkan dampak terhadap daerah
perikanan, alur migrasi biota laut yang dilindungi, wilayah sensitif (Kawasan konservasi laut, daerah rekreasi atau
pengelolaan perikanan, alur pelayaran, dan daerah khusus wisata bahari, Kawasan mangrove/hutan bakau, Ekosistem
militer) berdasarkan kajian pemodelan sebaran dampak; dan lamun dan terumbu karang, taman nasional, taman wisata
kegiatan yang mengganggu dan merusak ekosistem laut alam laut, kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan,
berdasarkan peraturan perundang-undangan. kawasan rawan bencana alam, daerah pemijahan dan
pembesaran ikan serta budi daya perikanan, alur migrasi
biota laut yang dilindungi, wilayah pengelolaan perikanan,
alur pelayaran, dan daerah khusus militer) berdasarkan
kajian pemodelan sebaran dampak; dan
2. kegiatan yang mengganggu dan merusak ekosistem laut
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Pasal 81 Pasal 88
Indikasi arahan zonasi untuk kawasan transportasi (TR)
sebagaimana dimaksud Pasal 71 huruf j, ditetapkan dengan Indikasi arahan zonasi untuk kawasan transportasi sebagaimana
memperhatikan: dimaksud dalam Pasal 70 ayat (3) huruf j, sebagai berikut:
a. Kegiatan yang diperbolehkan meliputi sarana transportasi, a. kegiatan yang diperbolehkan, yaitu:
fasilitas penunjang kawasan transportasi, perdagangan dan 1. sarana transportasi;
jasa skala lingkungan, ruang terbuka hijau dan RTNH;
b. Kegiatan yang diperbolehkan bersyarat meliputi bangunan 2. fasilitas penunjang kawasan transportasi;
prasarana kota dengan mengikuti ketentuan teknis yang 3. perdagangan dan jasa skala lingkungan;
berlaku, fasilitas perdagangan dan jasa, kegiatan campuran, 4. RTH; dan
permukiman, perkantoran sesuai dengan ketentuan yang
berlaku, pergudangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, 5. RTNH;
kegiatan usaha sektor informal, industri penunjang kegiatan b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat, yaitu:
transportasi, industri pengolahan hasil perikanan, pendidikan 1. pengembangan sistem jaringan transportasi, energi,
penelitian, wisata alam, wisata budaya, wisata sejarah, wilayah telekomunikasi, sumber daya air, dan prasarana lainnya
kerja dan wilayah pengoperasian pelabuhan perikanan, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
pekerjaan bawah air, bangunan pelindung pantai, dan kegiatan
2. fasilitas perdagangan dan jasa;
energi;
c. Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi semua kegiatan 3. kegiatan campuran;
yang menimbulkan gangguan terhadap fungsi kawasan 4. permukiman;
transportasi, perikanan tangkap statis dan/atau bergerak yang
5. perkantoran sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
mengganggu kegiatan pelabuhan, wisata bawah laut,
perikanan budidaya laut, pertambangan mineral; 6. pergudangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
d. pengembangan sistem transit dan pengembangan kawasan 7. kegiatan usaha sektor informal;
berorientasi transit pada kawasan transprotasi diperbolehkan,
8. industri penunjang kegiatan transportasi, industri
dengan persyaratan berdasarkan peraturan perundang-
pengolahan hasil perikanan;
undangan; dan
e. kawasan transportasi yang berada pada daerah rawan 9. pendidikan penelitian;
bencana dalam pemanfaatan ruangnya perlu 10. wisata alam;
mempertimbangkan mitigasi bencana;
11. wisata budaya;
f. pembangunan pelabuhan hanya dapat dilakukan oleh Otoritas
Pelabuhan untuk Pelabuhan yang diusahakan secara 12. wisata sejarah;
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
komersial dan Unit Penyelenggara Pelabuhan untuk pelabuhan 13. wilayah kerja dan wilayah pengoperasian pelabuhan
yang belum diusahakan secara komersial, namun Badan Usaha perikanan;
Pelabuhan dapat juga melakukan kegiatan pembangunan 14. pekerjaan bawah air;
pelabuhan dengan syarat harus berdasarkan konsesi dengan
15. bangunan pelindung pantai; dan
Otoritas Pelabuhan, yang bertanggung jawab terhadap dampak
yang timbul selama pelaksanaan pembangunan dan 16. kegiatan energi;
operasional pelabuhan yang bersangkutan; c. kegiatan yang tidak diperbolehkan, yaitu:
g. Arahan pengendalian pada Zona Pelabuhan Perikanan sebagai
1. semua kegiatan yang menimbulkan gangguan terhadap
berikut:
fungsi Kawasan transportasi;
1. persyaratan pembangunan Pelabuhan, meliputi teknis,
kelestarian lingkungan, dan Rencana Induk 2. perikanan tangkap statis dan/atau bergerak yang
Kepelabuhanan; mengganggu kegiatan pelabuhan;
2. kegiatan kepelabuhanan perikanan harus menjamin 3. wisata bawah laut;
kelestarian lingkungan; dan
3. kegiatan kepelabuhanan perikanan harus 4. perikanan budi daya laut; dan
mempertimbangkan pengendalian pencemaran dan 5. pertambangan mineral;
mitigasi bencana
h. Penggelaran pipa migas yang melintasi Zona Pelabuhan Laut d. pengembangan sistem transit dan pengembangan Kawasan
(Pelabuhan Patimban) dilakukan setelah memperoleh izin dari berorientasi transit pada Kawasan transportasi
pengelola pelabuhan dan dengan memperhatikan keselamatan diperbolehkan, dengan persyaratan berdasarkan peraturan
perundang- undangan;
alur pelayaran/perlintasan.
i. Aktivitas terminal khusus yang berada pada Pelabuhan e. kawasan transportasi yang berada pada daerah rawan
Perikanan yang telah memiliki WKOPP (Pelabuhan bencana dalam pemanfaatan ruangnya perlu
Palabuhanratu) dilakukan setelah memperoleh kesepakatan mempertimbangkan mitigasi bencana;
pengelola pelabuhan perikanan. f. pembangunan pelabuhan hanya dapat dilakukan oleh otoritas
pelabuhan untuk pelabuhan yang diusahakan secara
komersial dan unit penyelenggara pelabuhan untuk pelabuhan
yang belum diusahakan secara komersial, namun badan usaha
pelabuhan dapat juga melakukan kegiatan pembangunan
pelabuhan dengan syarat harus berdasarkan konsesi dengan
otoritas pelabuhan, yang bertanggung jawab terhadap dampak
yang timbul selama pelaksanaan pembangunan dan
operasional pelabuhan yang bersangkutan;
g. arahan pengendalian pada zona pelabuhan perikanan sebagai
berikut:
1. persyaratan pembangunan pelabuhan, meliputi teknis,
kelestarian lingkungan, dan rencana induk
kepelabuhanan;
2. kegiatan kepelabuhanan perikanan harus menjamin
kelestarian lingkungan; dan
3. kegiatan kepelabuhanan perikanan harus
mempertimbangkan pengendalian pencemaran dan
mitigasi bencana;
h. penggelaran pipa migas yang melintasi zona pelabuhan laut
dilakukan setelah memperoleh izin dari pengelola pelabuhan
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
dan dengan memperhatikan keselamatan alur
pelayaran/perlintasan; dan
i. aktivitas terminal khusus yang berada pada Pelabuhan
Perikanan yang telah memiliki WKOPP seperti di Pelabuhan
Palabuhanratu dilakukan setelah memperoleh kesepakatan
pengelola pelabuhan perikanan.
Pasal 82 Pasal 89
Indikasi arahan zonasi untuk kawasan pertahanan dan keamanan
(HK) sebagaimana dimaksud Pasal 71 huruf k, ditetapkan dengan Indikasi arahan zonasi untuk kawasan pertahanan dan keamanan
memperhatikan: sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 ayat (3) huruf k, sebagai
berikut:
a. Kegiatan yang diperbolehkan meliputi pembangunan
prasarana dan sarana penunjang pertahanan dan keamanan a. kegiatan yang diperbolehkan, yaitu:
negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- 1. pembangunan prasarana dan sarana penunjang pertahanan
undangan yang berlaku, serta rumah dinas, rumah susun dan keamanan negara sesuai ketentuan peraturan
umum, negara atau khusus, fasilitas pendidikan, kesehatan, perundang-undangan;
peribadatan, olahraga, sosial sesuai dengan skala 2. rumah dinas, rumah susun umum, negara atau khusus,
pelayanannya, pengembangkan kawasan lindung dan/atau fasilitas pendidikan, kesehatan, peribadatan, olahraga,
kawasan budi daya tidak terbangun disekitar pertahanan sosial sesuai dengan skala pelayanannya; dan
dan keamanan sebagai zona penyangga yang memisahkan 3. pengembangkan Kawasan Lindung dan/atau Kawasan
kawasan pertahanan keamanan dengan kawasan budi daya Budi Daya tidak terbangun disekitar pertahanan dan
terbangun dan pertanian; keamanan sebagai zona penyangga yang memisahkan
b. Kegiatan yang dilarang meliputi semua kegiatan yang kawasan pertahanan keamanan dengan Kawasan Budi
menimbulkan gangguan terhadap aktivitas kawasan Daya terbangun dan pertanian;
pertahanan dan keamanan b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat, yaitu pengembangan
c. memiliki kelengkapan prasarana, sarana, dan utilitas sistem jaringan transportasi, energi, telekomunikasi, sumber
pendukung; dan daya air, dan prasarana lainnya sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan;
d. sesuai kriteria teknis kawasan pertahanan dan keamanan
yang ditetapkan berdasarkan ketentuan peraturan c. kegiatan yang tidak diperbolehkan, yaitu semua kegiatan yang
perundang- undangan. menimbulkan gangguan terhadap aktivitas Kawasan
pertahanan dan keamanan;
d. memiliki kelengkapan prasarana, sarana, dan utilitas
pendukung; dan
e. sesuai kriteria teknis kawasan pertahanan dan keamanan
yang ditetapkan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang- undangan.
Pasal 90
(1) Apabila terdapat kebijakan yang bersifat strategis dan Penambahan pasal Penambahan pasal
menuntut penambahan kegiatan dalam Kawasan Lindung dan berdasarkan hasil
Kawasan Budi Daya, penambahan kegiatan tersebut dilakukan pembahasan dengan
dengan kriteria: Dit. Binda I
a. ditetapkan melalui peraturan perundang-undangan; Kementerian ATR/BPN
(13 Juli 2022) untuk
mengakomodasi adanya
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
b. bersifat strategis untuk peningkatan pertumbuhan dan kemungkinan rencana
pemerataan pembangunan dalam rangka meningkatkan pembangunan yang
kesejahteraan masyarakat dan pembangunan; belum tercantum dalam
c. bersifat mendesak dan tidak dapat ditunda RTRW Provinsi Jawa
pelaksanaannya; Barat
d. pelaksanaannya tidak dapat dialihkan ke lokasi lain;
e. mempertimbangkan daya dukung dan daya tampung;
f. mendukung pencapaian tujuan Rencana Tata Ruang; dan
g. melalui rekayasa dan/atau pemanfaatan teknologi untuk
tetap menjaga fungsi utama kawasan di sekitarnya apabila
kegiatan yang bersifat strategis tersebut tidak mengubah
seluruh fungsi kawasan.
(2) Dalam hal kebijakan yang bersifat strategis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) menyebabkan perubahan pemanfaatan
ruang, perubahan rencana tata ruang dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 91 Penambahan pasal Penambahan pasal
berdasarkan hasil
Apabila ditemukan sawah yang perlu dipertahankan sebagai lahan pembahasan dengan
sawah yang dilindungi pada Kawasan Lindung dan/atau Kawasan Ditjen Tata Ruang
Budi Daya lainnya selain Kawasan Pertanian, pengaturan
serta Ditjen
pemanfaatan ruangnya dilakukan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Pengendalian dan
Penertiban Tanah dan
Ruang Kementerian
ATR/BPN (30 Juni
2022) untuk
mengakomodasi
adanya kemungkinan
ditemukannya sawah
di luar pola ruang
kawasan pertanian.
Pasal 83 Paragraf 4
Ketentuan khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 huruf Ketentuan Khusus
c terdiri atas: Pasal 92
a. Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP);
b. KP2B; Ketentuan khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 huruf c,
terdiri atas:
c. Kawasan rawan bencana;
d. Cagar Budaya; a. KKOP;
e. Kawasan resapan air; b. KP2B;
c. Kawasan rawan bencana;
f. Kawasan sempadan;
d. Cagar Budaya;
g. Kawasan pertahanan dan keamanan; e. Kawasan resapan air;
h. Kawasan karst; f. Kawasan sempadan;
i. Kawasan pertambangan dan energi; g. Kawasan pertahanan dan keamanan;
j. migrasi satwa; h. Kawasan karst;
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
k. Ruang dalam bumi; dan i. Kawasan pertambangan mineral dan batubara;
l. Kawasan pertambangan minyak dan gas. j. migrasi satwa; dan
k. Kawasan pertambangan minyak dan gas bumi.
Pasal 84 Pasal 93
(1) Pengaturan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan atau (1) KKOP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92 huruf a, dengan
KKOP yang dimaksud dalam Pasal 83 huruf a dengan ketentuan ketentuan pembatasan tinggi bangunan dan jenis kegiatan
pembatasan tinggi bangunan dan jenis kegiatan sesuai sesuai ketentuan peraturan perundangan-undangan.
ketentuan peraturan perundangan-undangan. (2) Peta ketentuan khusus KKOP tercantum dalam Lampiran
(2) Peta ketentuan khusus KKOP tercantum pada Lampiran IX.1 VII.1, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Peraturan Daerah ini.
Daerah.
Pasal 85 Pasal 94
(1) Ketentuan khusus KP2B sebagaimana dimaksud dalam Pasal (1) KP2B sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92 huruf b, dengan
83 huruf b meliputi: ketentuan sebagai berikut: Penyesuaian Penyesuaian ayat
a. Pemanfaatan ruang diarahkan untuk kegiatan tanaman substansi terkait (1) huruf b,
a. pemanfaatan ruang diarahkan untuk kegiatan tanaman
pangan berkelanjutan; pangan berkelanjutan; alih fungsi lahan penambahan
b. lahan KP2B yang telah ditetapkan sebagai LP2B dapat KP2B berdasarkan huruf c, d, dan e
b. lahan KP2B yang telah ditetapkan sebagai LP2B dapat
beralih fungsi untuk kepentingan umum yang hasil pembahasan Penambahan
beralih fungsi dalam rangka pengadaan tanah untuk
pelaksanaannya sesuai ketentuan peraturan perundang- kepentingan umum atau terjadi bencana yang dengan Dit. Binda ayat (3), (4), dan
undangan; pelaksanaannya sesuai ketentuan peraturan perundang- I Kementerian (5)
c. penggantian lahan KP2B yang telah ditetapkan sebagai undangan; ATR/BPN (13 Juli
LP2B dilakukan dengan ketentuan: c. penggantian lahan KP2B yang telah ditetapkan sebagai 2022). Ketentuan
1. pembukaan lahan baru di luar lahan KP2B; atau LP2B dalam rangka pengadaan tanah untuk kepentingan mengacu pada
2. pengalihafungsian lahan dari lahan nonpertanian ke umum sebagaimana dimaksud pada huruf b dilakukan Permentan No.
pertanian, terutama dari tanah terlantar dan/atau tanah dengan ketentuan: 81/Permentan/OT
bekas kawasan hutan; 1. pembukaan lahan baru pada Lahan Cadangan Pertanian .140/8/2013
3. penyediaan pengganti lahan yang sudah ditetapkan Pangan Berkelanjutan (LCP2B); tentang Pedoman
sebagai LP2B dilakukan paling lambat 2 (dua) tahun 2. pengalihafungsian lahan dari lahan bukan pertanian ke Teknis Tata Cara
setelah alih fungsi dilakukan; pertanian (LP2B), terutama dari tanah terlantar Alih Fungsi Lahan
(2) KP2B seluas lebih kurang 717.856 Ha (tujuh ratus tujuh belas dan/atau tanah bekas kawasan hutan; atau Pertanian Pangan
delapan ratus lima puluh enam hektar). Berkelanjutan.
(3) Peta ketentuan khusus KP2B tercantum pada Lampiran IX.2 3. penetapan lahan pertanian pangan sebagai LP2B.
Penambahan
yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan d. penggantian lahan KP2B yang telah ditetapkan sebagai
Daerah. LP2B dalam rangka terjadi bencana sebagaimana dimaksud ketentuan terkait
pada huruf b wajib disediakan oleh Pemerintah dan lahan sawah yang
dilakukan dengan ketentuan: dilindungi
berdasarkan
1. membebaskan kepemilikan hak atas tanah; dan
pembahasan
2. menyediakan lahan pengganti terhadap LP2B yang dengan Ditjen Tata
dialihfungsikan paling lama 24 (dua puluh empat) bulan
Ruang dan Ditjen
setelah alih fungsi dilakukan.
Pengendalian dan
e. persyaratan dan ketentuan teknis penggantian lahan LP2B Penertiban Tanah
yang beralih fungsi dalam rangka pengadaan tanah untuk
dan Ruang
kepentingan umum atau terjadi bencana sebagaimana
Kementerian
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
dimaksud pada huruf b mengacu pada ketentuan peraturan ATR/BPN (30 Juni
perundang-undangan. 2022)
(2) Dalam hal terdapat penyesuaian KP2B di kabupaten/kota,
maka penyelenggaraan penataan ruang provinsi menyesuaikan
dengan perubahan tersebut sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku.
(3) Dalam hal terdapat lahan sawah yang dilindungi ditetapkan
menjadi KP2B, pemanfaatannya memperhatikan kelestarian
ekosistem lahan sawah yang dilindungi agar dapat
berkelanjutan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(4) Pengaturan pemanfaatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
diatur lebih lanjut dalam RTR Kabupaten/Kota.
(5) Peta ketentuan khusus KP2B sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) tercantum dalam Lampiran VII.2, yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Pasal 86 Pasal 95 BNPB:
(1) Ketentuan khusus untuk Kawasan Rawan Bencana (1) Kawasan rawan bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal a. Penambahan lokasi Penambahan ayat
sebagaimana yang dimaksud pasal 83 huruf c terdiri atas: 92 huruf c, dengan ketentuan sebagai berikut: kawasan rawan (10), ayat (11), dan
a. Ketentuan khusus pembangunan untuk kawasan rawan a. ketentuan khusus pembangunan untuk Kawasan rawan banjir; ayat (12)
gerakan tanah menengah tanah longsor; b. Penambahan sistem
b. Ketentuan khusus pembangunan untuk kawasan rawan b. ketentuan khusus pembangunan untuk Kawasan rawan peringatan dini pada
gerakan tanah tinggi gunung api; setiap ketentuan
c. Ketentuan khusus pembangunan untuk kawasan rawan khusus rawan
c. ketentuan khusus pembangunan untuk Kawasan rawan
gunung api tingkat I,II,III; bencana tsunami; bencana;
d. Ketentuan khusus pembangunan untuk rawan bencana c. Penambahan kawasan
tsunami tinggi; d. ketentuan khusus pembangunan untuk zona koridor sesar
rawan
aktif;
e. Ketentuan khusus pembangunan untuk zona koridor bencana banjir, cuaca
sesar aktif; e. ketentuan khusus pembangunan untuk Kawasan rawan ekstrim, banjir
f. Ketentuan khusus pembangunan untuk rawan gempa gempa bumi; bandang, kebakaran
bumi; dan f. ketentuan khusus pembangunan untuk Kawasan rawan hutan, kegagalan
g. Ketentuan khusus pembangunan untuk rawan banjir. banjir; teknologi.
(2) Kawasan rawan bencana sebagaimana dimaksud dalam g. ketentuan khusus pembangunan untuk Kawasan rawan d. Penyesuaian
ayat (1) seluas 1.868.615 (satu juta delapan ratus enam banjir bandang; ketentuan khusus
puluh delapan ribu enam ratus lima belas) hektar tersebar di: h. ketentuan khusus pembangunan untuk Kawasan rawan pembangunan untuk
a. kawasan rawan gerakan tanah menengah, tersebar di kegagalan teknologi; kawasan rawan
Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur, Kabupaten bencana tsunami
i. ketentuan khusus pembangunan untuk Kawasan rawan
Sukabumi, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Subang, cuaca ekstrim; tinggi ayat (6) huruf
Kabupaten Majalengka, Kabupaten Kuningan, Kabupaten c: menambahkan
j. Ketentuan khusus pembangunan untuk Kawasan rawan
Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten tempat evakuasi
gelombang ekstrim dan abrasi;
Sumedang, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, akhir.
dan Kabupaten Ciamis; k. Ketentuan khusus pembangunan untuk Kawasan rawan
kekeringan; dan
Kementerian ATR/BPN:
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
b. kawasan rawan gempa bumi tektonik, tersebar di daerah l. Ketentuan khusus pembangunan untuk Kawasan rawan RTRW dan RDTR dalam
rawan gempa bumiBogor-Puncak-Cianjur, daerah rawan kebakaran hutan dan lahan. kurung dihapus karena
gempa bumi Sukabumi-Padalarang- Bandung, daerah (2) Kawasan rawan bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam definisi tidak
rawan gempa bumi Purwakarta-Subang-Majalengka, dan tersebar di: disingkat.
daerah rawan gempa bumi Garut- Tasikmalaya-Ciamis; a. Kawasan rawan tanah longsor, meliputi:
c. kawasan rawan tsunami, tersebar di pantai Kabupaten Tanggapan:
1. kategori tingkat sedang tersebar di Daerah Kabupaten
Ciamis, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Garut, Diperbaiki sesuai dengan
Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten
Kabupaten Cianjur, dan Kabupaten Sukabumi; Karawang, Kabupaten Pangandaran, Kota Bandung, tanggapan.
d. Kawasan bencana alam geologi, meliputi: Kota Banjar, Kota Bogor, Kota Cimahi, Kota Tanggapan yang belum
1. Kawasan Gunung Salak, terletak di Kabupaten Bogor Tasikmalaya, Kabupaten Bandung, Kabupaten terakomodasi:
dan Kabupaten Sukabumi; Bandung Barat, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bogor, a. Kawasan rawan
2. Kawasan Gunung Gede-Pangrango, terletak di Kabupaten Ciamis, Kabupaten Cianjur, Kabupaten bencana banjir (peta);
Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Garut, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Majalengka, b. Kawasan rawan
Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Subang,
Sukabumi; cuaca ekstrim;
Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Sumedang,
3. Kawasan Gunung Patuha, Kawasan Gunung Wayang Kabupaten Tasikmalaya, Kota Cirebon, dan Kota c. Kawasan rawan
Windu, dan Kawasan Gunung Talagabodas, terletak di Sukabumi; banjir bandang;
Kabupaten Bandung; d. Kawasan rawan
2. kategori tingkat tinggi tersebar di Daerah Kabupaten
4. Kawasan Gunung Ciremai, terletak di Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sukabumi, kebakaran hutan;
Kuningan, Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Subang, e. Kawasan rawan
Majalengka; Kabupaten Majalengka, Kabupaten Kuningan, kegagalan teknologi.
5. Kawasan Gunung Guntur, terletak di Kabupaten Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat,
Garut; Kabupaten Sumedang, Kabupaten Garut, Kabupaten Direktorat Tata
6. Kawasan Gunung Tangkubanparahu, terletak di
Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Bekasi, Ruang dan
Kabupaten Cirebon, Kabupaten Indramayu,
Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Subang; Penanggulangan
Kabupaten Karawang, Kabupaten Pangandaran, Kota
7. Kawasan Gunung Papandayan, terletak di Kabupaten Bandung, Kota Banjar, Kota Bogor, Kota Cimahi, Bencana,
Garut dan Kabupaten Bandung; dan Kota Cirebon, Kota Sukabumi, dan Kota Bappenas:
8. Kawasan Gunung Galunggung, terletak di Kabupaten Tasikmalaya; Masukan:
Tasikmalaya dan Kabupaten Garut. b. Kawasan rawan gunung api, meliputi: 1. Perlu dipastikan
e. kawasan yang terletak di zona sesar aktif, tersebar di bahwa rencana
1. rawan letusan gunung api Wayang Windu, terletak di
Sesar Cimandiri (Palabuhanratu-Padalarang), Sesar struktur ruang telah
Daerah Kabupaten Bandung;
Lembang (Bandung Barat), dan Sesar Baribis (Kuningan- mengakomodasi
Majalengka); dan 2. rawan letusan gunung api Talaga Bodas, tersebar di sarana prasarana
Daerah Kabupaten Ciamis, Kabupaten Garut,
f. kawasan rawan abrasi, tersebar di pantai Kabupaten mitigasi bencana
Kabupaten Tasikmalaya, dan Kota Tasikmalaya;
Bekasi, Kabupaten Karawang, Kabupaten Subang, sesuai dengan profil
Kabupaten Indramayu, Kabupaten Cirebon, Kabupaten 3. rawan letusan gunung api Salak, tersebar di Daerah tingkat kerawanan
Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Garut, Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, dan Kota bencana dalam
Bogor;
Kabupaten Tasikmalaya, dan Kabupaten Ciamis. wilayah.
(3) Ketentuan khusus pembangunan untuk gerakan tanah 4. rawan letusan gunung api Perbakti, tersebar di 2. Perlu dipastikan
menengah, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a Daerah Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi; bahwa rencana pola
ditetapkan dengan memperhatikan: 5. rawan letusan gunung api Papandayan, tersebar di ruang dibuat
a. pemanfaatan ruang diarahkan untuk kawasan lindung, Daerah Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut; dengan
hutan, perkebunan, ruang terbuka hijau, wisata alam 6. rawan letusan gunung api Guntur, tersebar di Daerah memperhatikan
dan olah raga terbuka; Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut; tingkat risiko
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
b. pemanfaatan ruang yang diperbolehkan secara bersyarat 7. rawan letusan gunung api Gede, tersebar di Daerah bencana wilayah.
dan terbatas adalah pembangunan jaringan infrastruktur; Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sebagai contoh,
c. pembatasan pemanfaatan ruang untuk bangunan atau Sukabumi, dan Kota Sukabumi; zona permukiman
hunian dengan pengaturan intensitas bangunan rendah; 8. rawan letusan gunung api Galunggung, tersebar di perkotaan dengan
d. pengendalian pembangunan secara ketat, memperhatikan Daerah Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Garut, kepadatan tinggi
teknis stabilitas lereng, sistem drainase, tidak dan Kota Tasikmalaya; tidak dapat
mengganggu kestabilan lereng, menjaga vegetasi berakar 9. rawan letusan gunung api Tangkuban Parahu, dikembangkan pada
kuat dan dalam, tidak berada di bantaran sungai, dan tersebar di Daerah Kabupaten Bandung, Kabupaten zona dengan tingkat
melakukan pemetaan detil gerakan tanah, kajian geologi Bandung Barat, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten risiko bencana
teknik, dan analisis risiko bencana; Subang, Kota Bandung, dan Kota Cimahi; dan tinggi.
e. pemasangan papan informasi bahaya, rambu bahaya, 10. rawan letusan gunung api Ciremai, tersebar di Daerah 3. Terkait bencana
dan jalur evakuasi; Kabupaten Cirebon, Kabupaten Kuningan, Kabupaten gunung api,
f. melakukan kajian geologi teknik, membangun dinding Majalengka, dan Kota Cirebon; direkomendasikan
penahan longsor pada daerah yang sering mengalami c. Kawasan rawan tsunami, meliputi: untuk merumuskan
kejadian longsor. 1. kategori tingkat rendah, tersebar di pantai Daerah strategi mitigasi
(4) Ketentuan khusus pembangunan untuk gerakan tanah tinggi, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten guna meminimalisir
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b ditetapkan Garut, Kabupaten Karawang, Kabupaten risiko bencana,
dengan memperhatikan: Pangandaran, Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten seperti
a. Pemanfaatan ruang diarahkan untuk kawasan lindung; Tasikmalaya; pengembangan dan
b. Pembangunan atau pengembangan pusat hunian beserta 2. kategori tingkat sedang, tersebar di pantai Daerah pemeliharaan jalur
sarana dan prasarana pendukung kegiatan sosial ekonomi Kabupaten Cianjur, Kabupaten Garut, Kabupaten lahar gunung api,
pada kawasan rawan gerakan tanah tinggi dihindarkan; Pangandaran, Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten pengembangan
Tasikmalaya; dan
c. Kegiatan yang diperbolehkan bersyarat adalah prasarana Early Warning
pengelolaan lingkungan yang langsung memberikan 3. kategori tingkat tinggi, tersebar di pantai Daerah System,
dampak pada peningkatan kualitas lingkungan (sistem Kabupaten Pangandaran, Kabupaten Tasikmalaya, pengembangan
jaringan draianse) dan jaringan prasarana pada tingkat Kabupaten Garut, Kabupaten Cianjur, dan Kabupaten sarana prasarana
Sukabumi;
pelayanan wilayah yang melintas zona tersebut; pemantau bencana,
d. disarankan untuk relokasi bangunan, tidak melakukan d. Kawasan yang terletak di zona sesar aktif, terletak di serta pembatasan
perluasan atau penambahan bangunan, melakukan kajian Sesar Cimandiri (Palabuhanratu-Padalarang), Sesar kegiatan
Lembang (Bandung Barat), dan Sesar Baribis (Kuningan-
geologi teknik, membangun dinding penahan longsor pemanfaatan ruang
Majalengka);
pada daerah rawan longsor tinggi atau sering mengalami pada Kawasan
kejadian longsor; dan e. Kawasan rawan gempa bumi dengan kategori tingkat dengan risiko tinggi.
tinggi tersebar di Daerah Kabupaten Bandung,
e. pemasangan papan informasi bahaya, rambu bahaya, 4. Direkomendasikan
Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Bekasi,
dan jalur evakuasi. Kabupaten Bogor, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Cianjur, untuk melengkapi
(5) Ketentuan khusus pembangunan untuk kawasan rawan Kabupaten Garut, Kabupaten Karawang, Kabupaten dengan peta risiko
bencana gunung api tingkat I,II,III, sebagaimana dimaksud Kuningan, Kabupaten Majalengka, Kabupaten bencana agar dapat
pada ayat (1) huruf c ditetapkan dengan memperhatikan: Pangandaran, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten dirumuskan strategi
a. pemanfaatan ruang pada kawasan rawan bencana I (KRB Subang, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Sumedang, jangka panjang
I) masih dapat dimanfaatkan untuk permukiman dengan Kabupaten Tasikmalaya, Kota Bandung, Kota Banjar, untuk lokasi-lokasi
Kota Bekasi, Kota Bogor, Kota Cimahi, Kota Depok,
ketentuan mengikuti aturan mitigasi bencana erupsi peruntukan
Kota Sukabumi, dan Kota Tasikmalaya;
gunung api; budidaya yang
f. Kawasan rawan banjir kategori tinggi, tersebar di Daerah
b. pemanfaatan ruang pada kawasan rawan bencana II (KRB sudah eksisting di
Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat,
II) diarahkan untuk pertanian dan perkebunan; Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bogor, Kabupaten Ciamis,
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
c. pemanfaatan ruang pada kawasan rawan Bencana III Kabupaten Cianjur, Kabupaten Cirebon, Kabupaten zona dengan risiko
(KRB III) tidak boleh dilakukan pembangunan atau Garut, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Karawang, bencana tinggi.
pengembangan pembangunan, diarahkan untuk Kabupaten Kuningan, Kabupaten Majalengka, Kabupaten
Pangandaran, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten
pemanfaatan ruang diarahkan untuk kawasan lindung, Tanggapan:
Subang, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Sumedang,
hutan, perkebunan, dan ruang terbuka hijau; Kabupaten Tasikmalaya, Kota Bandung, Kota Banjar, Pengaturan terkait
d. pemanfaatan ruang di KRB I dan KRB II wajib melakukan mitigasi bencana telah
Kota Bekasi, Kota Bogor, Kota Cimahi, Kota Cirebon, Kota
analisa risiko bencana bencana gunung api; Depok, Kota Sukabumi, dan Kota Tasikmalaya; dicantumkan dalam
e. pemasangan papan info bahaya, rambu dan jalur Ketentuan Khusus
g. Kawasan rawan banjir bandang kategori tinggi, tersebar
evakuasi; di Daerah Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Kawasan Rawan
f. penetapan tempat evakuasi yang aman dan mudah Barat, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bogor, Kabupaten Bencana.
diakses; dan Ciamis, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Cirebon,
g. diperbolehkan kegiatan yang bersifat pengamatan, Kabupaten Garut, Kabupaten Indramayu, Kabupaten
bangunan pengendali bencana, dan sarana prasarana Karawang, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Majalengka,
Kabupaten Pangandaran, Kabupaten Purwakarta,
penangulangan bencana atau infrstruktur jaringan listrik,
Kabupaten Subang, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten
energi, air bersih, jalan, jembatan, dan untuk kepentingan Sumedang, Kabupaten Tasikmalaya, Kota Bandung, Kota
umum sesuai hasil kajian risiko bencana. Banjar, Kota Bekasi, Kota Bogor, Kota Cimahi, Kota
(6) Ketentuan khusus pembangunan untuk kawasan rawan Sukabumi, dan Kota Tasikmalaya;
bencana tsunami tinggi, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) h. Kawasan rawan kegagalan teknologi kategori tinggi,
huruf d ditetapkan dengan memperhatikan: tersebar di Daerah Kabupaten Bekasi, Kota Bekasi, dan
a. pemanfaatan ruang pada rawan bencana tsunami wajib Kabupaten Karawang; dan
melakukan analisis risiko bencana tsunami; i. Kawasan rawan cuaca ekstrim kategori tinggi tersebar di
b. pembuatan infratruktur proteksi bencana yang memadai, Daerah Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung
seperti pemecah ombak atau tanggul penahan; Barat, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bogor, Kabupaten
c. penyediaan sistem peringatan dini, rambu dan papan info Ciamis, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Cirebon,
peringatan bencana tsunami, jalur evakuasi, shelter atau Kabupaten Garut, Kabupaten Indramayu, Kabupaten
bangunan perlindungan terhadap tsunami, dan tempat Karawang, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Majalengka,
Kabupaten Pangandaran, Kabupaten Purwakarta,
evakuasi sementara baik vertikal dan horisontal;
Kabupaten Subang, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten
d. perlindungan vegetasi pantai, bakau, gumuk, dan bukit Sumedang, Kabupaten Tasikmalaya, Kota Bandung,
pasir dan penetapan sempadan pantai; Kota Banjar, Kota Bekasi, Kota Bogor, Kota Cimahi, Kota
e. pembatasan kegiatan hunian, wisata dan pendukung Cirebon, Kota Depok, Kota Tasikmalaya, dan Kota
wisata pantai; dan Sukabumi;
f. penguatan struktur bangunan sesuai ketentuan j. Kawasan rawan gelombang ekstrim dan abrasi, tersebar
persyaratan mitigasi bencana tsunami. di pantai Daerah Kabupaten Bekasi, Kabupaten
(7) Ketentuan khusus pembangunan untuk kawasan rawan Karawang, Kabupaten Subang, Kabupaten Indramayu,
gempa tinggi, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e Kabupaten Cirebon, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten
Pangandaran, dan Kota Cirebon;
ditetapkan dengan memperhatikan:
a. pengendalian pembangunan di kawasan rawan gempa k. Kawasan rawan kekeringan kategori tingkat tinggi,
tersebar di Daerah Kabupaten Bandung, Kabupaten
harus mengikuti ketentuan aturan bangunan tahan gempa
Bandung Barat, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Cianjur,
sesuai dengan analisis risiko bencana; Kabupaten Garut, Kabupaten Karawang, Kabupaten
b. pengendalian pembangunan pada daerah yang pernah Kabupaten Majalengka, Kabupaten Pangandaran,
terdampak gempa wajib melakukan penguatan bangunan Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Sumedang, Kabupaten
menjadi bangunan tahan gempa; Tasikmalaya, Kota Bandung, Kota Sukabumi, Kota
Tasikmalaya, dan Kota Banjar;
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
c. pemasangan papan info bahaya, rambu dan jalur l. Kawasan rawan kebakaran hutan dan lahan tingkat
evakuasi; dan tinggi, tersebar di Daerah Kabupaten Bandung,
d. penetapan tempat evakuasi yang aman dan mudah Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Bogor, Kabupaten
Ciamis, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Cirebon,
diakses.
Kabupaten Garut, Kabupaten Indramayu, Kabupaten
(8) Ketentuan khusus pembangunan untuk zona koridor sesar Karawang, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Majalengka,
aktif, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f ditetapkan Kabupaten Pangandaran, Kabupaten Purwakarta,
dengan memperhatikan: Kabupaten Subang, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten
a. pemanfaatan untuk hunian dan bangunan strategis wajib Sumedang, dan Kabupaten Tasikmalaya;
melakukan analisis risiko bencana sesar aktif; (3) Ketentuan khusus pembangunan untuk Kawasan rawan tanah
b. pemanfaatan pada zona koridor sesar aktif, pemanfaatan longsor sedang, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
diarahkan untuk hutan, perkebunan, pertanian, angka 1, sebagai berikut:
penghijauan, dan taman; a. pemanfaatan ruang diarahkan untuk Kawasan Lindung,
c. pengendalian ketat bagi kegiatan wisata dengan mengacu hutan, perkebunan, ruang terbuka hijau, wisata alam
pada mitigasi bencana sesar aktif; dan olah raga terbuka;
d. pengendalian ketat atau relokasi terhadap Bangunan yang b. pemanfaatan ruang yang diperbolehkan secara bersyarat
terletak pada jalur sesar aktif; dan terbatas adalah pembangunan jaringan infrastruktur;
e. penentuan jarak sempadan sesar aktif sesuai hasil kajian;
c. pembatasan pemanfaatan ruang untuk bangunan atau
f. pemasangan papan info bahaya, rambu dan jalur hunian dengan pengaturan intensitas bangunan rendah;
evakuasi; dan
d. pengendalian pembangunan secara ketat, memperhatikan
g. penetapan tempat evakuasi yang aman dan mudah
teknis stabilitas lereng, sistem drainase, tidak mengganggu
diakses. kestabilan lereng, menjaga vegetasi berakar kuat dan
(9) Ketentuan khusus pembangunan untuk kawasan rawan dalam, tidak berada di bantaran sungai, dan melakukan
banjir, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf i pemetaan detil tanah longsor, kajian geologi teknik, dan
ditetapkan dengan memperhatikan: analisis risiko bencana;
a. penetapan batas dataran banjir; e. penyediaan sistem peringatan dini, pemasangan papan
b. pemanfaatan dataran banjir bagi RTH dan pengendalian informasi bahaya, rambu bahaya, dan jalur evakuasi;
pembangunan fasilitas umum dengan kepadatan rendah;
f. melakukan kajian geologi teknik, membangun dinding
c. ketentuan mengenai pelarangan kegiatan untuk fasilitas penahan longsor pada daerah yang sering mengalami
umum; kejadian longsor.
d. pengendalian permukiman di kawasan rawan banjir;
(4) Ketentuan khusus pembangunan untuk Kawasan rawan tanah
e. pemasangan sistem peringatan dini, papan info dan longsor tinggi, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
rambu peringatan, jalur evakuasi, dan tempat evakuasi angka 2, sebagai berikut:
sementara; dan
a. Pemanfaatan Ruang diarahkan untuk Kawasan Lindung;
f. ketentuan huruf a sampai huruf e diatur lebih lanjut
dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota dan b. pembangunan atau pengembangan pusat hunian beserta
sarana dan prasarana pendukung kegiatan sosial ekonomi
Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten/Kota.
pada Kawasan rawan tanah longsor tinggi dihindarkan;
(10) Pelarangan pembangunan kembali dan pembangunan baru
pada kawasan rawan bencana resiko tinggi; c. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat adalah prasarana
pengelolaan lingkungan yang langsung memberikan
(11) Kegiatan mitigasi bencana pada kawasan rawan bencana
dampak pada peningkatan kualitas lingkungan (sistem
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan dengan jaringan drainase) dan jaringan prasarana pada tingkat
melibatkan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota dan/atau pelayanan wilayah yang melintas zona tersebut;
Masyarakat.
d. disarankan untuk relokasi bangunan, tidak melakukan
perluasan atau penambahan bangunan, melakukan kajian
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
(12) Kegiatan mitigasi bencana sebagaimana dimaksud pada ayat geologi teknik, membangun dinding penahan longsor pada
(10) dapat diatur lebih lanjut dalam Rencana Tata Ruang daerah rawan longsor tinggi atau sering mengalami
Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota dan Rencana Detail Tata kejadian longsor; dan
Ruang (RDTR) Kabupaten/Kota. e. penyediaan sistem peringatan dini, pemasangan papan
(13) Peta ketentuan khusus kawasan rawan bencana tercantum informasi bahaya, rambu bahaya, dan jalur evakuasi.
pada Lampiran IX.3 yang merupakan bagian yang tidak (5) Ketentuan khusus pembangunan untuk Kawasan rawan
terpisahkan dari Peraturan Daerah. bencana gunung api, sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b, sebagai berikut:
a. Pemanfaatan Ruang pada Kawasan rawan bencana
kategori rendah masih dapat dimanfaatkan untuk
permukiman dengan ketentuan mengikuti aturan mitigasi
bencana erupsi gunung api;
b. Pemanfaatan Ruang pada Kawasan rawan bencana
kategori sedang diarahkan untuk pertanian dan
perkebunan;
c. Pemanfaatan Ruang di kategori rendah dan sedang wajib
melakukan analisa risiko bencana gunung api;
d. Pemanfaatan Ruang pada Kawasan rawan bencana
kategori tinggi tidak boleh dilakukan pembangunan atau
pengembangan pembangunan, pemanfaatan ruang
diarahkan untuk kawasan lindung, hutan, perkebunan,
dan ruang terbuka hijau;
e. penyediaan sistem peringatan dini, pemasangan papan
info bahaya, rambu, dan jalur evakuasi;
f. penetapan tempat evakuasi yang aman dan mudah
diakses; dan
g. diperbolehkan kegiatan yang bersifat pengamatan,
bangunan pengendali bencana, dan sarana prasarana
penangulangan bencana atau infrstruktur jaringan listrik,
energi, air bersih, jalan, jembatan, dan untuk kepentingan
umum sesuai hasil kajian risiko bencana.
(6) Ketentuan khusus pembangunan untuk Kawasan rawan
bencana tsunami sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
c, sebagai berikut:
a. pemanfaatan ruang pada rawan bencana tsunami wajib
melakukan analisis risiko bencana tsunami;
b. pembuatan infrastruktur proteksi bencana yang memadai,
seperti pemecah ombak atau tanggul penahan;
c. penyediaan sistem peringatan dini, rambu dan papan info
peringatan bencana tsunami, jalur evakuasi, shelter atau
bangunan perlindungan terhadap tsunami, tempat
evakuasi sementara dan tempat evakuasi akhir baik
vertikal dan horisontal;
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
d. perlindungan vegetasi pantai, bakau, gumuk, bukit pasir,
dan penetapan sempadan pantai;
e. pembatasan kegiatan hunian, wisata, dan pendukung
wisata pantai; dan
f. penguatan struktur bangunan sesuai ketentuan
persyaratan mitigasi bencana tsunami.
(7) Ketentuan khusus pembangunan untuk zona koridor sesar
aktif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d, sebagai
berikut:
a. pemanfaatan untuk hunian dan bangunan strategis wajib
melakukan analisis risiko bencana sesar aktif;
b. pemanfaatan pada zona koridor sesar aktif, pemanfaatan
diarahkan untuk hutan, perkebunan, pertanian,
penghijauan, dan taman;
c. pengendalian ketat bagi kegiatan wisata dengan mengacu
pada mitigasi bencana sesar aktif;
d. pengendalian ketat atau relokasi terhadap bangunan yang
terletak pada jalur sesar aktif;
e. penentuan jarak sempadan sesar aktif sesuai hasil kajian;
f. penyediaan sistem peringatan dini, pemasangan papan
info bahaya, rambu dan jalur evakuasi; dan
g. penetapan tempat evakuasi yang aman dan mudah
diakses.
(8) Ketentuan khusus pembangunan untuk Kawasan rawan
gempa bumi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e,
sebagai berikut:
a. pengendalian pembangunan di Kawasan rawan gempa
harus mengikuti ketentuan standar bangunan tahan
gempa sesuai dengan analisis risiko bencana;
b. pengendalian pembangunan pada daerah yang pernah
terdampak gempa wajib melakukan penguatan bangunan
menjadi bangunan tahan gempa;
c. penyediaan sistem peringatan dini, pemasangan papan
info bahaya, rambu dan jalur evakuasi; dan
d. penetapan tempat evakuasi yang aman dan mudah
diakses.
(9) Ketentuan khusus pembangunan untuk Kawasan rawan
banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf f, sebagai
berikut:
a. penetapan batas dataran banjir;
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
b. pemanfaatan dataran banjir bagi RTH dan pengendalian
pembangunan fasilitas umum dengan kepadatan rendah;
c. ketentuan mengenai pelarangan kegiatan untuk fasilitas
umum;
d. pengendalian permukiman di kawasan rawan banjir;
e. pemasangan sistem peringatan dini, papan info dan rambu
peringatan, jalur evakuasi, dan tempat evakuasi
sementara; dan
f. ketentuan huruf a sampai huruf e diatur lebih lanjut dalam
RTRW Kabupaten/Kota dan RDTR Kabupaten/Kota.
(10) Ketentuan khusus pembangunan untuk kawasan rawan banjir
bandang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf g,
sebagai berikut:
a. penyediaan struktur tanggul sebagai bangunan
pengendali banjir bandang sesuai standar konstruksi
yang ditetapkan;
b. penyediaan konstruksi jaringan drainase yang memadai
dan sesuai standar konstruksi yang ditetapkan;
c. kegiatan bangunan yang sudah ada dan memiliki izin
wajib menerapkan pedoman keselamatan bencana dan
mitigasi bencana serta bersedia dijadikan tempat
evakuasi;
d. pemilihan jenis vegetasi yang mendukung fungsi resapan
dan kelestarian lingkungan, terasering dan sistem
drainase yang tepat;
e. penyediaan sistem atau alat peringatan dini;
f. wajib melaksanakan reboisasi dan pengerukan sekitar
sungai hulu dan hilir;
g. mempertahankan area ruang terbuka hijau di sekitar
sempadan sungai hulu dan hilir; dan
h. menyediakan rambu, rute jalur evakuasi dan tempat
evakuasi bencana.
(11) Ketentuan khusus pembangunan untuk kawasan rawan
kegagalan teknologi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf h, sebagai berikut:
a. menyediakan daerah penyangga;
b. menyediakan ruang penyimpanan khusus untuk bahan
material yang mudah terbakar atau berbahaya;
c. menyediakan material bangunan ataupun peralatan yang
tahan api;
d. menyusun standar operasi dan prosedur penyelamatan;
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
e. perencanaan kesiapsiagaan dalam peningkatan
kemampuan pemadaman kebakaran dan
penganggulangan asap, tanggap darurat, dan evakuasi;
dan
f. menyediakan sistem deteksi dan peringatan dini.
(12) Ketentuan khusus pembangunan untuk kawasan rawan cuaca
ekstrim sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf i sebagai
berikut:
a. mempertahankan area ruang terbuka hijau;
b. pembuatan sabuk hijau sebagai pelindung alami;
c. pemilihan jenis vegetasi yang mendukung fungsi resapan
dan kelestarian lingkungan, terasering dan sistem
drainase yang tepat;
d. penyediaan infrastruktur yang memadai sesuai dengan
kepadatan penduduk dan menggunakan konstruksi yang
sesuai dengan rona lingkungan; dan
e. menyediakan sistem deteksi dan peringatan dini.
(13) Ketentuan khusus pembangunan untuk kawasan rawan
bencana gelombang ekstrim dan abrasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf j sebagai berikut:
a. pengendalian ketat untuk kegiatan kegiatan untuk hunian,
bangunan, infrastruktur penting, vital, dan strategis;
b. pemanfaatan ruang wajib melakukan kajian pengurangan
tingkat abrasi dan analisa risiko bencana;
c. pemasangan pemecah gelombang dan/atau penahan
gelombang;
d. pengembangan hutan bakau/sabuk hijau sebagai
pelindung alami; dan
e. pemasangan sistem peringatan dini, papan informasi,
rambu bahaya, serta jalur evakuasi.
(14) Ketentuan khusus pembangunan untuk kawasan rawan
bencana kekeringan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf k sebagai berikut:
a. mempertahankan area ruang terbuka hijau untuk resapan
air;
b. penyediaan infrastruktur yang mendukung tersedianya
cadangan air di wilayah terbangun, seperti biopori,
embung, sumur dalam;
c. penyediaan system penyediaan air bersih terpadu;
d. penyediaan teknologi modifikasi cuaca;
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
(15) Ketentuan khusus pembangunan untuk kawasan rawan
bencana kebakaran hutan dan lahan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf l sebagai berikut:
a. pemanfaatan ruang pada rawan bencana kebakaran hutan
dan lahan wajib melakukan analisis risiko bencana;
b. pengembangan hutan kemasyarakatan sebagai buffer zone;
c. pembuatan zona fire breaker dengan penanaman vegetasi
tahan kebakaran;
d. penyediaan infratruktur pemadaman yang memadai;
e. perencanaan kesiapsiagaan dalam peningkatan
kemampuan pemadaman kebakaran dan
penganggulangan asap, tanggap darurat, dan evakuasi;
dan
f. penyediaan sistem deteksi dan peringatan dini, rambu dan
papan info peringatan bencana, dan jalur evakuasi;
g. pelarangan pembangunan kembali dan pembangunan
baru pada kawasan rawan bencana resiko tinggi;
(16) Kegiatan mitigasi bencana pada kawasan rawan bencana
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan dengan
melibatkan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan/atau
Masyarakat.
(17) Kegiatan mitigasi bencana sebagaimana dimaksud pada ayat
(16) dapat diatur lebih lanjut dalam RTRW Kabupaten/Kota
dan RDTR Kabupaten/Kota.
(18) Peta ketentuan khusus kawasan rawan bencana tercantum
pada Lampiran VII.3 yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Pasal 87 Pasal 96
(1) Ketentuan khusus untuk Cagar Budaya sebagaimana (1) Ketentuan khusus untuk Cagar Budaya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 83 huruf d merupakan pengaturan dimaksud dalam Pasal 92 huruf d, merupakan pengaturan
terhadap bangunan cagar budaya, struktur cagar budaya, terhadap bangunan cagar budaya, struktur cagar budaya,
situs cagar budaya dan kawasan cagar budaya sesuai dengan
situs cagar budaya dan kawasan cagar budaya sesuai dengan
penetapannya berdasarkan kriteria yang berlaku.
penetapannya berdasarkan kriteria yang berlaku.
(2) Ketentuan khusus untuk Cagar Budaya sebagaimana (2) Ketentuan khusus untuk Cagar Budaya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) mengatur pemanfaatan ruang pada: dimaksud pada ayat (1) mengatur pemanfaatan ruang pada:
a. Prasasti Ciaruteun, Prasasti Tapak Gajah (Prasasti Kebon a. Prasasti Ciaruteun dan Prasasti Tapak Gajah (Prasasti
Kopi), Prasasti Muara Cianten, Prasasti Pasir Awi, dan Kebon Kopi) terletak di Daerah Kota Bogor;
Prasasti Jambu (Prasasti Pasir Koleangkak), terletak di b. Prasasti Muara Cianten, Prasasti Pasir Awi, dan Prasasti
Kabupaten Bogor; Jambu (Prasasti Pasir Koleangkak), terletak di Daerah
b. Gedung Merdeka, Gedung Sate, Kantor Pos Besar Kabupaten Bogor;
Bandung, Museum Geologi, Hotel Savoy Homann, Gedung
Dwi Warna, dan Hotel Preanger, terletak di Kota Bandung; c. Gedung Merdeka, Gedung Sate, Kantor Pos Besar
c. Observatorium Bosscha, terletak di Kabupaten Bandung Bandung, Museum Geologi, Hotel Savoy Homann, Gedung
Barat;
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
d. Gedung Naskah Linggajati, terletak di Kabupaten Dwi Warna, dan Hotel Preanger, terletak di Daerah Kota
Kuningan; Bandung;
e. Taman Kepurbakalaan Sunyaragi dan Gedung Balai Kota
d. Observatorium Bosscha, terletak di Daerah Kabupaten
Cirebon, terletak di Kota Cirebon;
Bandung Barat;
f. Gunung Padang, terletak di Kabupaten Cianjur;
g. Makam Cut Nyak Dien, terletak di Kabupaten Sumedang; e. Gedung Naskah Linggajati, terletak di Daerah Kabupaten
h. Bangunan, struktur, situs dan kawasan yang diduga cagar Kuningan;
budaya dengan melihat kriteria cagar budaya; dan f. Taman Kepurbakalaan Sunyaragi dan Gedung Balai Kota
i. Cagar budaya lainnya yang ditetapkan dalam peraturan Cirebon, terletak di Daerah Kota Cirebon;
perundang-undangan yang berlaku.
(3) Ketentuan khusus untuk Cagar Budaya diarahkan dengan g. makam Cut Nyak Dien, terletak di Daerah Kabupaten
ketentuan sebagai berikut: Sumedang;
a. Pengendalian pemanfaatan ruang untuk pendidikan, h. bangunan, struktur, situs dan kawasan yang diduga cagar
penelitian dan pariwisata; budaya dengan melihat kriteria cagar budaya; dan
b. Ketentuan pelarangan kegiatan dan pendirian bangunan i. Cagar budaya lainnya yang ditetapkan dalam peraturan
yang tidak sesuai dengan fungsi kawasan; perundang-undangan yang berlaku.
c. Ketentuan pelarangan kegiatan yang dapat merusak cagar (3) Ketentuan khusus untuk Cagar Budaya diarahkan dengan
budaya; ketentuan sebagai berikut:
d. Ketentuan pelarangan kegiatan yang dapat mengubah
a. pengendalian Pemanfaatan Ruang untuk pendidikan,
bentukan geologi tertentu yang mempunyai menfaat untuk penelitian, dan pariwisata;
pengembangan ilmu pengetahuan;
e. Ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang yang b. ketentuan pelarangan kegiatan dan pendirian bangunan
yang tidak sesuai dengan fungsi kawasan;
menggangu kelestarian lingkungan di sekitar cagar
budaya; dan c. ketentuan pelarangan kegiatan yang dapat merusak cagar
(4) Kegiatan pelestarian Cagar Budaya harus dilaksanakan atau budaya;
dikordinasikan oleh Tenaga Ahli Pelestarian dengan d. ketentuan pelarangan kegiatan yang dapat mengubah
memperhatikan etika pelestarian. bentukan geologi tertentu yang mempunyai menfaat
(5) Peta ketentuan khusus Cagar Budaya tercantum pada untuk pengembangan ilmu pengetahuan;
Lampiran IX.4 yang merupakan bagian yang tidak e. ketentuan pelarangan Pemanfaatan Ruang yang
terpisahkan dari Peraturan Daerah. menggangu kelestarian lingkungan di sekitar cagar
budaya;
f. perlindungan terhadap situs peninggalan kebudayaan
masa lampau dan peninggalan sejarah; dan
g. pelestarian lingkungan hidup dan cagar budaya yang
dijadikan Kawasan pariwisata sesuai prinsip-prinsip
pemugaran;
(4) Kegiatan pelestarian Cagar Budaya harus dilaksanakan atau
dikoordinasikan oleh Tenaga Ahli Pelestarian dengan
memperhatikan etika pelestarian.
(5) Peta ketentuan khusus Cagar Budaya tercantum dalam
Lampiran VII.4 yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Pasal 88 Pasal 97 Kementerian
ATR/BPN:
Pada ayat (1) huruf g,
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
(1) Ketentuan khusus Kawasan Resapan Air sebagaimana (1) Ketentuan khusus Kawasan resapan air sebagaimana ketentuan
dimaksud dalam Pasal 83 huruf e ditetapkan dengan dimaksud dalam Pasal 92 huruf e, dengan ketentuan sebagai pengendalian diubah
memperhatikan: berikut: menjadi arahan
a. pengendalian pemanfaatan ruang secara terbatas untuk a. pengendalian pemanfaatan ruang secara terbatas untuk pengendalian.
kegiatan budidaya, yang memiliki kemampuan tinggi dalam kegiatan budi daya, yang memiliki kemampuan tinggi dalam
menahan limpasan air hujan harus sesuai dengan daya menahan limpasan air hujan harus sesuai dengan daya Tanggapan:
dukung lingkungan; Diperbaiki sesuai
dukung lingkungan;
b. pemanfaatan ruang wajib memelihara fungsi resapan air; b. pemanfaatan ruang wajib memelihara fungsi resapan air; dengan tanggapan.
c. kegiatan penghijauan dan penyediaan sumur resapan c. kegiatan penghijauan dan penyediaan sumur resapan
dan/atau waduk pada lahan terbangun yang sudah ada; dan/atau waduk pada lahan terbangun yang sudah ada;
d. menjaga fungsi hidrogeologis kawasan resapan air, dengan d. menjaga fungsi hidrogeologis kawasan resapan air, dengan
memperhatikan pelarangan kegiatan penambangan di memperhatikan pelarangan kegiatan penambangan di
kawasan tersebut; kawasan tersebut;
e. penerapan prinsip kemampuan tinggi dalam menahan e. penerapan prinsip kemampuan tinggi dalam menahan
limpasan air hujan (zero delta Q policy) terhadap setiap limpasan air hujan (zero delta Q policy) terhadap setiap
kegiatan budidaya terbangun yang diajukan izinnya; kegiatan budi daya terbangun yang diajukan izinnya;
f. ketentuan pelarangan kegiatan yang dapat mengurangi f. ketentuan pelarangan kegiatan yang dapat mengurangi daya
daya serap tanah terhadap air; serap tanah terhadap air;
g. ketentuan pengendalian/pembatasan pemanfaatan hasil g. arahan pengendalian/pembatasan pemanfaatan hasil
tegakan selanjutnya diatur dalam peraturan perundang- tegakan selanjutnya diatur dalam peraturan perundang-
undangan; undangan;
h. ketentuan pelarangan kegiatan pemanfaatan ruang yang h. ketentuan pelarangan kegiatan pemanfaatan ruang yang
dapat mengganggu bentang alam, kesuburan dan keawetan dapat mengganggu bentang alam, kesuburan dan keawetan
tanah, fungsi hidrologi, kelestarian flora dan fauna, serta tanah, fungsi hidrologi, kelestarian flora dan fauna, serta
fungsi lingkungan hidup; fungsi lingkungan hidup;
i. ketentuan pelarangan kegiatan yang merusak kualitas dan i. ketentuan pelarangan kegiatan yang merusak kualitas dan
kuantitas air, kondisi fisik kawasan, dan daerah tangkapan kuantitas air, kondisi fisik kawasan, dan daerah tangkapan
air; air;
j. melarang pengambilan air tanah baru melalui sumur bor; j. melarang pengambilan air tanah baru melalui sumur bor;
k. mewajibkan membangun sumur imbuhan air tanah
k. mewajibkan membangun sumur imbuhan air tanah
sejumlah 2 (dua) titik terhadap 1 (satu) titik sumur sejumlah 2 (dua) titik terhadap 1 (satu) titik sumur
produksi air tanah; produksi air tanah;
l. mengubah fungsi seluruh sumur produksi air tanah
l. mengubah fungsi seluruh sumur produksi air tanah menjadi
menjadi sumur ASR (aquifer storage and recovery), yaitu sumur ASR (Aquifer Storage And Recovery), yaitu sumur bor
sumur bor air tanah dengan fungsi ganda yang mampu air tanah dengan fungsi ganda yang mampu produksi dan
produksi dan imbuhan air tanah; imbuhan air tanah;
m. pemeliharaan kelangsungan fungsi resapan dan imbuhan m. pemeliharaan kelangsungan fungsi resapan dan imbuhan air
air tanah, dengan menjaga efektifitas sumur resapan air tanah, dengan menjaga efektifitas sumur resapan air tanah
tanah dan sumur imbuhan air tanah; dan sumur imbuhan air tanah;
n. pelaksanaan penanganan air tanah diterapkan secara ketat n. pelaksanaan penanganan air tanah diterapkan secara ketat
pada zona aman, zona rawan, zona kritis dan zona rusak; pada zona aman, zona rawan, zona kritis dan zona rusak;
dan dan
o. pengendalian penggunaan air tanah diterapkan secara ketat
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
o. pengendalian penggunaan air tanah diterapkan secara ketat melalui pengurangan dan penyesuaian pengambilan air
melalui pengurangan dan penyesuaian pengambilan air tanah terhadap kondisi sumur.
tanah terhadap kondisi sumur. (2) Peta ketentuan khusus kawasan resapan air tercantum dalam
(2) Kawasan resapan air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Lampiran VII.5, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
seluas 591.502 ha (lima ratus sembilan puluh satu ribu lima Peraturan Daerah ini.
ratus dua) hektar tersebar di seluruh kabupaten/kota.
(3) Peta ketentuan khusus kawasan resapan air tercantum pada
Lampiran IX.5 yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah.
Pasal 89 Pasal 98
Ketentuan khusus Kawasan Sempadan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 83 huruf f ditetapkan dengan memperhatikan: Ketentuan khusus Kawasan sempadan sebagaimana dimaksud
a. batas sempadan pantai yang dihasilkan berdasarkan ketentuan dalam Pasal 92 huruf f, sebagai berikut:
peraturan perundang-undangan mencakup dan/atau melewati a. batas sempadan pantai yang dihasilkan berdasarkan ketentuan
kawasan pemukiman, industri, pusat ekonomi dan peraturan perundang-undangan mencakup dan/atau melewati
infrastruktur publik lainnya maka penetapan batas sempadan kawasan pemukiman, industri, pusat ekonomi dan
infrastruktur publik lainnya maka penetapan batas sempadan
pantai wajib menerapkan pedoman bangunan (building code)
pantai wajib menerapkan pedoman bangunan (building code)
bencana bencana;
b. ketentuan khusus sempadan sungai meliputi:
1. hanya dapat dimanfaatkan secara terbatas untuk bangunan b. ketentuan khusus sempadan sungai meliputi:
prasarana sumber daya air, fasilitas jembatan dan dermaga, 1. hanya dapat dimanfaatkan secara terbatas untuk:
jalur pipa gas dan air minum, rentangan kabel listrik dan a) bangunan prasarana sumber daya air, fasilitas
telekomunikasi, kegiatan lain sepanjang tidak mengganggu jembatan dan dermaga, jalur pipa gas dan air minum,
fungsi sungai, antara lain kegiatan menanam tanaman rentangan kabel listrik dan telekomunikasi;
sayur-mayur; dan bangunan ketenagalistrikan;
b) kegiatan lain sepanjang tidak mengganggu fungsi
2. dalam hal di dalam sempadan sungai terdapat tanggul
sungai, antara lain kegiatan menanam tanaman sayur-
untuk kepentingan pengendali banjir, perlindungan badan
mayur; dan
tanggul dilakukan dengan larangan menanam tanaman
selain rumput, mendirikan banguna dan mengurangi c) bangunan ketenagalistrikan;
dimensi tanggul; 2. dalam hal di dalam sempadan sungai terdapat tanggul
3. pemanfaatan sempadan sungai danau dilakukan untuk kepentingan pengendali banjir, perlindungan badan
berdasarkan izin dari Menteri, gubernur, atau tanggul dilakukan dengan larangan menanam tanaman
bupati/walikota dengan mempertimbangkan rekomendasi selain rumput, mendirikan bangunan dan mengurangi
teknis dari pengelola sumber daya air pada wilayah sungai dimensi tanggul;
yang bersangkutan; 3. pemanfaatan sempadan sungai danau dilakukan
4. dalam hal pada kawasan sempadan terdapat bangunan berdasarkan izin sesuai ketentuan peraturan perundang-
dalam sempadan sungai maka bangunan tersebut undangan, dengan mempertimbangkan rekomendasi teknis
dinyatakan dalam status quo dan secara bertahap harus dari pengelola sumber daya air pada Wilayah sungai yang
ditertibkan untuk mengembalikan fungsi sempadan, bersangkutan; dan
namun ketentuan tidak berlaku bagi bangunan yang
terdapat dalam sempadan sungai untuk fasilitas 4. dalam hal pada Kawasan sempadan terdapat bangunan
kepentingan tertentu yang meliputi bangunan prasarana dalam sempadan sungai, maka bangunan tersebut
sumber daya air, fasilitas jembatan dan dermaga, jalur pipa dinyatakan dalam status quo dan secara bertahap harus
gas dan air minum, rentangan kabel listrik dan ditertibkan untuk mengembalikan fungsi sempadan, namun
telekomunikasi dan bangunan ketenagalistrikan dengan ketentuan tidak berlaku bagi bangunan yang terdapat
dalam
sempadan sungai untuk fasilitas kepentingan tertentu yang
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
memperhatikan aturan bangunan tersebut sesuai meliputi bangunan prasarana sumber daya air, fasilitas
peraturan perundangan yang berlaku. jembatan dan dermaga, jalur pipa gas dan air minum,
c. ketentuan khusus sempadan danau meliputi: rentangan kabel listrik dan telekomunikasi dan bangunan
1. Sempadan danau hanya dapat dimanfaatkan untuk ketenagalistrikan dengan memperhatikan aturan bangunan
kegiatan tertentu dan bangunan tertentu seperti penelitian tersebut sesuai peraturan perundang-undangan.
dan pengembangan ilmu pengetahuan, pariwisata, olah c. ketentuan khusus sempadan danau meliputi:
raga dan/atau aktivitas budaya dan keagamaan, bangunan
1. sempadan danau hanya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan
prasarana sumber daya air, jalan akses, jembatan, dan
tertentu dan bangunan tertentu seperti penelitian dan
dermaga, jalur pipa gas dan air minum, rentangan kabel
pengembangan ilmu pengetahuan, pariwisata, olah raga
listrik dan telekomunikasi, prasarana pariwisata, olahraga, dan/atau aktivitas budaya dan keagamaan, bangunan
dan keagamaan, prasarana dan sarana sanitas dan prasarana sumber daya air, jalan akses, jembatan, dan
bangunan ketenagalistrikan; dermaga, jalur pipa gas dan air minum, rentangan kabel
2. selain pembatasan pemanfaatan sempadan danau pada listrik dan telekomunikasi, prasarana pariwisata, olahraga,
sempadan danau dilarang untuk mengubah letak tepi dan keagamaan, prasarana dan sarana sanitas dan
danau, membuang limbah, menggembala ternak dan bangunan ketenagalistrikan;
mengubah aliran air masuk atau ke luar danau; 2. selain pembatasan pemanfaatan sempadan danau pada
3. pemanfaatan sempadan danau dilakukan berdasarkan izin sempadan danau dilarang untuk mengubah letak tepi
dari Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan danau, membuang limbah, menggembala ternak dan
kewenangannya dalam pengelolaan sumber daya air serta mengubah aliran air masuk atau ke luar danau; dan
dilakukan dengan mempertimbangkan rekomendasi teknis
3. pemanfaatan sempadan danau dilakukan berdasarkan izin
dari pengelola sumber daya air pada wilayah sekitar danau
dari Menteri, Gubernur, atau bupati/wali kota sesuai
yang bersangkutan; dengan kewenangannya dalam pengelolaan sumber daya
d. ketentuan khusus pada alur pipa migas meliputi: air serta dilakukan dengan mempertimbangkan
1. pemeriksaan secara periodik dan berkala pada jaringan rekomendasi teknis dari pengelola sumber daya air pada
pipa transmisi, distribusi dan pipa hulu yang terdapat di wilayah sekitar danau yang bersangkutan;
dasar laut terutama pada lokasi-lokasi yang potensial
d. ketentuan khusus pada alur pipa migas meliputi:
untuk terjadinya kegagalan struktur pipa, jalur pipa yang
melewati lokasi tempat labuh kapal, jalur pipa yang 1. pemeriksaan secara periodik dan berkala pada jaringan
melewati lokasi penangkapan ikan di sekitar daerah pipa transmisi, distribusi dan pipa hulu yang terdapat di
terumbu karang dan jalur pipa yang melewati lokasi-lokasi dasar laut terutama pada lokasi-lokasi yang potensial untuk
di alur pelayaran; terjadinya kegagalan struktur pipa, jalur pipa yang
melewati lokasi tempat labuh kapal, jalur pipa yang
2. pemeriksaan dilakukan secara periodik dan berkala pada
melewati lokasi penangkapan ikan di sekitar daerah
jaringan pipa untuk mendeteksi adanya korosi, kebocoran
terumbu karang dan jalur pipa yang melewati lokasi-lokasi
pipa, pipa retak dan marine growth; dan di alur pelayaran;
3. menjaga kestabilan pipa di dasar laut dan mencegah
terjadinya kegagalan struktur pada sistem perpipaan. 2. pemeriksaan dilakukan secara periodik dan berkala pada
e. ketentuan khusus pada alur kabel telekomunikasi meliputi: jaringan pipa untuk mendeteksi adanya korosi, kebocoran
pipa, pipa retak dan marine growth; dan
1. penempatan, pemendaman, dan penandaan;
2. pemendaman kabel bawah laut pada Alur pelayaran 3. menjaga kestabilan pipa di dasar laut dan mencegah
mengikuti peraturan perundangan yang berlaku; terjadinya kegagalan struktur pada sistem perpipaan.
3. kegiatan pemasangan kabel bawal laut dengan jarak 50 e. ketentuan khusus pada alur kabel telekomunikasi meliputi:
(lima puluh) meter;
4. tidak menimbulkan kerusakan terhadap bangunan atau 1. penempatan, pemendaman, dan penandaan;
instalasi Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran dan fasilitas 2. pemendaman kabel bawah laut pada alur pelayaran
Telekomunikasi-Pelayaran; mengikuti peraturan perundangan yang berlaku;
5. memperhatikan ruang bebas dalam pembangunan 3. kegiatan pemasangan kabel bawal laut dengan jarak 50 m
jembatan; (lima puluh meter);
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
6. memperhatikan koridor pemasangan kabel laut dan pipa 4. tidak menimbulkan kerusakan terhadap bangunan atau
bawah laut instalasi Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran dan fasilitas
7. pemutusan/kerusakan oleh pemilik kabel/pipa bawah laut Telekomunikasi-Pelayaran;
terhadap kabel/pipa bawah laut lainnya; 5. memperhatikan ruang bebas dalam pembangunan
8. pemutusan/kerusakan pada kabel/pipa laut lain, harus jembatan;
menanggung biaya perbaikannya; dan
6. memperhatikan koridor pemasangan kabel laut dan pipa
9. ganti rugi untuk mencegah kerusakan pada kabel atau pipa
bawah laut
bawah laut.
f. Peta ketentuan khusus sempadan tercantum pada Lampiran 7. pemutusan/kerusakan oleh pemilik kabel/pipa bawah laut
IX.6 yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari terhadap kabel/pipa bawah laut lainnya;
Peraturan Daerah. 8. pemutusan/kerusakan pada kabel/pipa laut lain, harus
menanggung biaya perbaikannya; dan
9. ganti rugi untuk mencegah kerusakan pada kabel atau pipa
bawah laut.
f. Peta ketentuan khusus sempadan tercantum dalam Lampiran
VII.6, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.
Pasal 90 Pasal 99
Ketentuan khusus Kawasan Pertahanan dan Keamanan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 huruf g ditetapkan dengan Ketentuan khusus Kawasan pertahanan dan keamanan
memperhatikan: sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92 huruf g ditetapkan dengan
memperhatikan:
a. Pemanfaatan kawasan pertahanan dan keamanan harus
sejalan dengan fungsi peratahanan; a. pemanfaatan Kawasan pertahanan dan keamanan harus
b. Pemanfaatan kawasan Pertahanan dan Keamanan di luar sejalan dengan fungsi pertahanan;
fungsi pertahanan dilaksanakan sesuai dengan ketetnuan b. pemanfaatan Kawasan pertahanan dan keamanan di luar
peraturan perundang-udangan yang berlaku; fungsi pertahanan dilaksanakan sesuai dengan ketetnuan
c. Pemanfaatan wilayah di sekitar kawasan Pertahanan dan peraturan perundang-udangan yang berlaku;
Keamanan harus mendukung dan menjaga fungsi kergiatan c. pemanfaatan Wilayah di sekitar kawasan pertahanan dan
pertahanan dan keamanan; keamanan harus mendukung dan menjaga fungsi kergiatan
d. Pemanfaatan wilayah di sekitar kawasan Pertahanan dan pertahanan dan keamanan;
Keamanan yang tidak mendukung fungsi kegiatan pertahanan d. pemanfaatan wilayah di sekitar Kawasan pertahanan dan
dan keamanan harus memenuhi persyarakat sesuai dengan keamanan yang tidak mendukung fungsi kegiatan pertahanan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan keamanan harus memenuhi persyarakat sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
e. Kawasan pertahan dan keamanan yang berada pada daerah
rawan bencana dalam pemanfaatan ruangnya perlu e. kawasan pertahan dan keamanan yang berada pada daerah
mempertimbangkan mitigasi bencana; dan rawan bencana dalam pemanfaatan ruangnya perlu
f. Kawasan pertahanan dan keamanan meliputi pangkalan mempertimbangkan bencana; dan
militer, daerah latihan militer, instalasi militer, daerah uji coba f. kawasan pertahanan dan keamanan meliputi pangkalan
peralatan dan persenjataan militer, obyek vital nasional yang militer, daerah latihan militer, instalasi militer, daerah uji coba
bersifat strategis dan/atau kepentingan pertahanan udara. peralatan dan persenjataan militer, obyek vital nasional yang
bersifat strategis dan/atau kepentingan pertahanan udara.
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
g. Peta ketentuan khusus kawasan pertahanan dan keamanan g. Peta ketentuan khusus kawasan pertahanan dan keamanan
tercantum pada Lampiran IX.7 yang merupakan bagian yang tercantum dalam Lampiran VII.7, yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah. tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Paragraf 3 Paragraf 3
Penilaian Pemenuhan Prosedur Perolehan KKPR Penilaian Pemenuhan Prosedur Perolehan Kesesuaian Kegiatan
Pemanfaatan Ruang
Pasal 100
Pasal 108
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
(1) Penilaian pemenuhan prosedur perolehan Kesesuaian (1) Penilaian pemenuhan prosedur perolehan KKPR sebagaimana
Kegiatan Pemanfaatan Ruang sebagaimana dimaksud dalam dimaksud dalam Pasal 105 ayat (1) huruf b dilakukan untuk
Pasal 97 ayat (1) huruf b dilakukan untuk memastikan memastikan kepatuhan pelaku pembangunan/pemohon
terhadap tahapan dan persyaratan perolehan KKPR sesuai
kepatuhan pelaku pembangunan/pemohon terhadap tahapan
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
dan persyaratan perolehan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan (2) KKPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang diterbitkan
Ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- dan/atau diperoleh dengan tidak melalui prosedur yang
undangan. benar, batal demi hukum.
(2) Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang sebagaimana (3) KKPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang tidak sesuai
dimaksud pada ayat (1) yang diterbitkan dan/atau diperoleh lagi akibat adanya perubahan RTR dapat dibatalkan oleh
dengan tidak melalui prosedur yang benar, batal demi hukum. instansi pemerintah yang menerbitkan KKPR.
(4) Terhadap kerugian yang ditimbulkan akibat pembatalan
(3) Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang sebagaimana
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dapat dimintakan ganti
dimaksud pada ayat (1) yang tidak sesuai lagi akibat adanya kerugian yang layak kepada instansi pemerintah yang
perubahan RTR dapat dibatalkan oleh instansi pemerintah menerbitkan KKPR.
yang menerbitkan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang. (5) Tata cara pemberian ganti kerugian yang layak sebagaimana
(4) Terhadap kerugian yang ditimbulkan akibat pembatalan dimaksud pada ayat (4) dilaksanakan sesuai peraturan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dapat dimintakan ganti perundang-undangan.
kerugian yang layak kepada instansi pemerintah yang
menerbitkan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang.
(5) Tata cara pemberian ganti kerugian yang layak sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) dilaksanakan sesuai peraturan
perundang-undangan.
Paragraf 4 Paragraf 4
Penilaian Perwujudan RTR Penilaian Perwujudan Rencana Tata Ruang
Tanggapan:
a. Keterlibatan TNI akan
menjadi
pertimbangan dalam
pembentukan
kelembagaan
penyelenggaraan
penataan ruang.
b. Peningkatan kapasitas
pemerintahan daerah
diatur lebih lanjut
dalam rencana
pembangunan dan
rencana sektoral.
BAB X BAB IX
PENYELIDIKAN PENEGAKAN PERATURAN DAERAH
Pasal 121 Pasal 129
(1) Penegakan Peraturan Daerah ini dilakukan oleh Satuan Polisi (1) Penegakan Peraturan Daerah ini dilakukan oleh Satuan Polisi
Pamong Praja dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil sesuai Pamong Praja dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil sesuai
dengan kewenangannya, berkoordinasi dengan Satuan Polisi dengan kewenangannya, berkoordinasi dengan Satuan Polisi
Pamong Praja Kabupaten/Kota dan Kepolisian, berdasarkan Pamong Praja Kabupaten/Kota dan Pejabat Polisi Negara
ketentuan peraturan perundang-undangan. Republik Indonesia, berdasarkan ketentuan peraturan
(2) Dalam hal terdapat pelanggaran yang dikenakan sanksi perundang- undangan.
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 128, Satuan Polisi
(2) Dalam hal terdapat pelanggaran yang dikenakan sanksi,
Pamong Praja melaporkan tahapan pelaksanaan penindakan
Satuan Polisi Pamong Praja berkoordinasi dalam tahapan
perkara kepada Penyidik Pegawai Negeri Sipil untuk
pelaksanaan penindakan perkara kepada Penyidik Pegawai
mendapat penanganan lebih lanjut.
Negeri Sipil yang pengangkatannya ditetapkan sesuai
(3) Selain Pejabat Penyidik POLRI yang bertugas menyidik tindak
ketentuan peraturan perundang-undangan, untuk mendapat
pidana, penyidikan atas tindak pidana sebagaimana dimaksud
penanganan lebih lanjut.
dalam Peraturan Daerah ini, dapat dilakukan oleh Pejabat
Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di lingkungan Pemerintah (3) Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah
Daerah yang pengangkatannya ditetapkan sesuai ketentuan Daerah berkoordinasi dengan Pejabat Polisi Negara Republik
peraturan perundang-undangan. Indonesia untuk melaksanakan penyidikan.
(4) Dalam pelaksanaan tugas penyidikan, Pejabat Penyidik (4) Dalam pelaksanaan tugas penyidikan, Pejabat Penyidik
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berwenang: sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berwenang:
a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang
adanya tindak pidana; a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang
b. menindak pada saat itu di tempat kejadian dan melakukan adanya tindak pidana;
pemeriksaan; b. melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian;
c. menghentikan seseorang tersangka dan memeriksa tanda c. menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa
pengenal diri tersangka; tanda pengenal diri tersangka;
d. menyita benda dan/atau surat; d. melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan
e. mengambil sidik jari dan memotret seseorang; penyitaan;
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
f. memanggil seseorang untuk dijadikan tersangka atau saksi; e. melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;
g. mendatangkan ahli yang diperlukan dalam hubungannya f. mengambil sidik jari dan memotret seorang;
dengan pemeriksaan perkara;
g. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai
h. menghentikan penyidikan setelah mendapat petunjuk dari
tersangka atau saksi;
Penyidik Umum bahwa tidak terdapat cukup bukti, atau
peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana, dan h. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam
hubungannya dengan pemeriksaan perkara;
selanjutnya melalui Penyidik Umum memberitahukan hal
tersebut kepada Penuntut Umum, tersangka dan i. mengadakan penghentian penyidikan;
keluarganya; dan/atau j. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang
i. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat bertanggung jawab.
dipertanggungjawabkan.
BAB XI BAB X
KETENTUAN PIDANA KETENTUAN SANKSI
Pasal 122 Pasal 130
Setiap orang yang melanggar ketentuan pemanfaatan ruang dapat Setiap Orang yang melakukan kegiatan yang dilarang
dipidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- sebagaimana dimaksud dalam ketentuan indikasi arahan zonasi
undangan. dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan per sektor.
Pasal 131
(1) Setiap Orang yang:
a. melanggar ketentuan dalam Pasal 54 ayat (1) dan Pasal 125 Penambahan pasal Penambahan Pasal
huruf a dan huruf b; sesuai hasil
b. tidak mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam pembahasan dengan
persyaratan KKPR;
DPRD Provinsi Jawa
c. tidak memberikan akses terhadap kawasan yang oleh
peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik Barat (Mei 2022)
umum; dan/atau
d. memperoleh KKPR dengan prosedur yang tidak
benar, dikenakan sanksi administratif.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berupa:
a. peringatan tertulis;
b. paksaan pemerintah, berupa:
1. biaya paksaan penegakan hukum;
2. penggantian atau kompensasi lahan; dan/atau
3. pembongkaran bangunan.
c. denda administratif;
d. penghentian sementara kegiatan;
e. penghentian sementara pelayanan umum;
f. penutupan lokasi;
g. pencabutan KKPR;
h. pembatalan KKPR; dan/atau
i. pemulihan fungsi ruang.
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
Pasal 132
(1) Pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 131 dapat dilaksanakan secara: Penambahan pasal Penambahan Pasal
a. bertahap; sesuai hasil
b. langsung; dan/atau pembahasan dengan
c. kumulatif, meliputi:
DPRD Provinsi Jawa
1. internal; dan
Barat (Mei 2022)
2. eksternal.
(2) Untuk menentukan pengenaan sanksi administratif secara
bertahap atau kumulatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dengan mempertimbangkan:
a. tingkat atau berat-ringannya jenis pelanggaran yang
dilakukan oleh penanggungjawab usaha dan/atau
kegiatan;
b. tingkat penaatan penanggungjawab usaha dan/atau
kegiatan terhadap pemenuhan perintah atau kewajiban
yang ditentukan dalam sanksi administratif;
c. rekam jejak ketaatan penanggungjawab usaha dan/atau
kegiatan; dan/atau
d. tingkat pengaruh atau implikasi pelanggaran terhadap
lingkungan hidup.
(3) Ketentuan mengenai tata cara pengenaan sanksi administratif
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan
Gubernur.
Pasal 133
(1) Pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 131, tidak membebaskan pelanggar ketentuan sanksi Penambahan pasal Penambahan Pasal
dari tanggung jawab pemulihan dan sanksi pidana. sesuai hasil
(2) Setiap Orang yang dalam melakukan usaha dan/atau pembahasan dengan
kegiatannya memanfaatkan ruang yang telah ditetapkan tanpa DPRD Provinsi Jawa
memiliki persetujuan kesesuaian pemanfaatan ruang, Barat (Mei 2022)
mengakibatkan kerugian terhadap harta benda atau kerusakan
barang, atau mengakibatkan kematian orang, dikenakan
sanksi pidana sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(3) Setiap Orang yang memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan
rencana tata ruang yang mengakibatkan perubahan fungsi
ruang atau mengakibatkan kerugian terhadap harta benda
atau kerusakan barang, dikenakan sanksi sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
Pasal 134
(1) Setiap Pejabat Pemerintah yang berwenang yang menerbitkan
izin tidak sesuai dengan rencana tata ruang dikenakan sanksi Penambahan pasal Penambahan Pasal
pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- sesuai hasil
undangan.
pembahasan dengan
(2) Selain sanksi pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
DPRD Provinsi Jawa
pelaku dapat dikenakan pidana tambahan berupa
pemberhentian secara tidak dengan hormat dari jabatannya. Barat (Mei 2022)
Tanggapan:
Penambahan ayat
terkait holding zone
sesuai tanggapan,
masing-masing holding
zone disebutkan pasal-
pasal nya.
BAB XIII BAB XII
KETENTUAN LAIN-LAIN KETENTUAN LAIN-LAIN
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
Pasal 124 Pasal 136 Dirjen Bina
(1) RTRWP berlaku untuk jangka waktu 20 (duapuluh) tahun dan (1) Jangka waktu RTRW Provinsi adalah 20 (dua puluh) tahun. Pembangunan Daerah,
dapat dilakukan peninjauan kembali 1 (satu) kali dalam 5 (2) RTRW Provinsi ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam setiap Kementerian Dalam
(lima) tahun. periode 5 (lima) tahunan. Negeri:
(2) Dalam hal lingkungan strategis tertentu yang berkaitan (3) Peninjauan kembali RTRW Provinsi dapat dilakukan lebih Penyesuaian ayat (2):
dengan bencana alam skala besar dan/atau perubahan batas dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun apabila terjadi Dalam kondisi
teritorial wilayah provinsi yang ditetapkan dengan peraturan perubahan lingkungan strategis berupa: lingkungan strategis
perundang-undangan, peninjauan kembali dapat dilakukan a. bencana alam skala besar yang ditetapkan dengan tertentu yang
lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun. peraturan perundang-undangan; berkaitan dengan
(3) Peninjauan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (1) b. perubahan batas teritorial negara yang ditetapkan bencana alam skala
dapat pula dilakukan dalam hal terjadi perubahan kebijakan dengan undang-undang; besar yang ditetapkan
nasional dan strategi yang mempengaruhi pemanfaatan ruang c. perubahan batas daerah yang ditetapkan dengan dengan peraturan
provinsi dan/atau dinamika internal provinsi. undang-undang; dan perundang-undangan,
d. perubahan kebijakan nasional yang bersifat strategis. perubahan batas
teritorial negara yang
ditetapkan dengan
undang-undang,
perubahan batas
daerah yang
ditetapkan dengan
undang-undang
dan/atau perubahan
kebijakan nasional
yang bersifat strategis,
Rencana Tata Ruang
Provinsi Jawa Barat
dapat ditinjau lebih
dari 1 (satu) kali dalam
5 (lima) tahun.
Kementerian
ATR/BPN:
Usulan Pasal 124:
(1) Jangka waktu
RTRWP adalah 20
(dua puluh) tahun.
(2) RTRWP ditinjau
kembali 1 (satu)
kali dalam setiap
periode 5 (lima)
tahunan.
(3) Peninjauan kembali
RTRWP dapat
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
dilakukan lebih
dari 1 (satu) kali
dalam 5 (lima)
tahun apabila
terjadi perubahan
lingkungan
strategis berupa:
a. bencana alam
skala besar yang
ditetapkan
dengan
peraturan
perundang-
undangan;
b. perubahan batas
territorial negara
yang ditetapkan
dengan undang-
undang;
c. perubahan batas
daerah yang
ditetapkan
dengan undang-
undang; dan
d. perubahan
kebijakan
nasional yang
bersifat strategis.
Tanggapan:
Disesuaikan dan
diperbaiki sesuai
dengan tanggapan.
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
Pasal 125 Pasal 137 Direktorat SUPD II,
(1) Sengketa pemanfaatan ruang dapat diselesaikan melalui (1) Sengketa pemanfaatan Ruang dapat diselesaikan melalui Ditjen Bina
pengadilan dan/atau di luar pengadilan. pengadilan dan/atau di luar pengadilan. Pembangunan Daerah,
(2) Penyelesaian sengketa di luar pengadilan sebagaimana (2) Penyelesaian sengketa di luar pengadilan sebagaimana Kementerian Dalam
dimaksud pada ayat (3) dapat dilakukan secara musyawarah dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan secara musyawarah Negeri:
mufakat dan/atau menggunakan jasa pihak ketiga, baik yang mufakat dan/atau menggunakan jasa pihak ketiga, baik yang Penyesuaian ayat (3):
memiliki kewenangan dalam mengambil keputusan maupun memiliki kewenangan dalam mengambil keputusan maupun Hasil kesepakatan
yang tidak memiliki kewenangan mengambil keputusan. yang tidak memiliki kewenangan mengambil keputusan. penyelesaian sengketa
(3) Hasil kesepakatan penyelesaian sengketa di luar pengadilan (3) Hasil kesepakatan penyelesaian sengketa di luar pengadilan di luar pengadilan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4), dinyatakan secara sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dinyatakan secara sebagaimana dimaksud
tertulis dan bersifat mengikat para pihak. tertulis dan bersifat mengikat para pihak. pada ayat (2),
(4) Penyelesaian sengketa di luar pengadilan dilakukan para pihak (4) Penyelesaian sengketa di luar pengadilan dilakukan para pihak dinyatakan secara
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. tertulis dan bersifat
(5) Sengketa akibat adanya perubahan kebijakan dapat mengikat para pihak.
diselesaikan melalui fasilitasi Forum Penataan Ruang Daerah.
Tanggapan:
Diperbaiki sesuai
dengan tanggapan.
Pasal 127 Pasal 139 Direktorat SUPD II, Ayat (4) dihapus.
(1) Tanah yang berasal dari hasil reklamasi di wilayah perairan (1) Tanah yang berasal dari hasil reklamasi di Wilayah perairan Ditjen Bina
pantai, pasang surut, rawa, danau, dan bekas sungai dikuasai pantai, pasang surut, rawa, danau, dan bekas sungai dikuasai Pembangunan Daerah,
langsung oleh Negara. langsung oleh Negara. Kementerian Dalam
(2) Tanah reklamasi dapat diberikan hak atas tanah dengan (2) Tanah reklamasi dapat diberikan hak atas tanah dengan Negeri:
ketentuan sesuai peraturan perundang-undangan. ketentuan sesuai peraturan perundang-undangan. Ayat (4) dihapus
(3) Pelaksanaan reklamasi wajib menjaga dan memperhatikan: (3) Pelaksanaan reklamasi wajib menjaga dan memperhatikan: karena kewenangan
a. keberlanjutan kehidupan dan penghidupan masyarakat; a. keberlanjutan kehidupan dan penghidupan masyarakat; Menteri tidak diatur
dalam Perda.
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
b. keseimbangan antara kepentingan pemanfaatan dan b. keseimbangan antara kepentingan pemanfaatan dan Tanggapan:
kepentingan pelestarian fungsi lingkungan pesisir dan kepentingan pelestarian fungsi lingkungan pesisir dan Diperbaiki sesuai
pulau-pulau kecil; dan pulau-pulau kecil; dan dengan tanggapan.
c. persyaratan teknis pengambilan, pengerukan, dan c. persyaratan teknis pengambilan, pengerukan, dan
penimbunan/ pengurugan material. penimbunan/ pengurugan material. Direktorat Tata
(4) Menteri berwenang menerbitkan izin pelaksanaan reklamasi (4) Gubernur berwenang menerbitkan izin pelaksanaan reklamasi Ruang dan
diperbolehkan dengan ketentuan sesuai peraturan pada perairan laut paling jauh 12 (dua belas) mil laut diukur Penanggulangan
perundang- undangan, pada: dari garis pantai ke arah laut bebas dan/atau ke arah perairan Bencana,
a. Kawasan Strategis Nasional Tertentu; kepulauan dengan ketentuan sesuai peraturan perundang- Bappenas:
b. perairan pesisir di dalam Kawasan Strategis Nasional; undangan. Rencana
c. kegiatan Reklamasi lintas provinsi; reklamasi juga perlu
d. kegiatan Reklamasi di Pelabuhan Perikanan yang dikelola dipastikan sudah
oleh Kementerian; memuat bentuk dan
e. kegiatan Reklamasi untuk Obyek Vital Nasional sesuai luasan reklamasi serta
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; lokasi pengambilan
f. kegiatan Reklamasi untuk proyek strategis nasional sesuai sumber material yang
dengan ketentuan peraturan perundangundangan; dan akan digunakan untuk
g. Kawasan Konservasi perairan nasional. reklamasi. Hal ini
(5) Gubernur berwenang menerbitkan Izin Pelaksanaan dilakukan untuk
Reklamasi pada perairan laut paling jauh 12 (dua belas) mil memastikan rencana
laut diukur dari garis pantai ke arah laut bebas dan/atau ke reklamasi tidak
arah perairan kepulauan dengan ketentuan sesuai peraturan merusak lingkungan.
perundang-undangan.
Tanggapan:
Reklamasi akan
dilakukan berdasarkan
kajian lebih lanjut,
pengaturan reklamasi
dalam RTRWP
memuat ketentuan
umum apabila dalam
20 tahun ke depan
akan dilakukan
reklamasi di Provinsi
Jawa Barat.
Raperda Nomor …. Tahun 2022
Raperda Nomor …. Tahun 2021
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2022-2042 Tanggapan Keterangan
Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2021-2041
Setelah Pertemuan Lintas Sektor
Pasal 140 Pemindahan pasal
Pengaturan Ruang Dalam Bumi diarahkan untuk: pengaturan ruang
a. Kegiatan yang diperbolehkan pada ruang bawah tanah dangkal dalam bumi dari
yaitu akses stasiun kereta api perkotaan, sistem jaringan ketentuan khusus
prasarana jalan, sistem jaringan utilitas, kawasan perkantoran, menjadi ketentuan
fasilitas parkir, perdagangan dan jasa, pendukung kegiatan lain-lain
gedung di atasnya dan pondasi bangunan gedung di atasnya.
b. Kegiatan yang diperbolehkan pada ruang bawah tanah dalam
yaitu sistem angkutan massal berbasis rel (kereta api
perkotaan), sistem jaringan prasarana jalan, sistem jaringan
utilitas dan pondasi bangunan gedung di atasnya.
c. Pelaksanaan pemanfaatan ruang dalam bumi sebagaimana
dimaksud pada huruf a dan huruf b mengacu kepada peraturan
perundang-undangan.
d. Pemanfaatan ruang bawah bumi diatur lebih lanjut dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota dan Rencana
Detail Tata Ruang Kabupaten/Kota.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran
Daerah Provinsi Jawa Barat. Daerah Provinsi Jawa Barat.
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, selaku Kepala Daerah Provinsi Jawa Barat menyatakan bertanggung jawab penuh terhadap materi muatan Rancangan Peraturan Daerah/Peraturan
Kepala Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat.
Gubernur,