Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

Kampung Naga adalah sebuah perkampungan tradisional .


Kampung ini merupakan suatu perkampungan yang dihuni oleh
sekelompok masyarakat yang sangat kuat dalam memegang adat
istiadat peninggalan leluhurnya, dalam hal ini adalah adat Sunda.
Seperti permukiman Badui, Kampung Naga menjadi objek
kajian antropologi mengenai kehidupan masyarakat pedesaan
Sunda pada masa peralihan dari pengaruh Hindu menuju pengaruh
Islam di Jawa Barat.
Kampung Naga, terletak di kecamatan Salawu, Kabupaten
Tasikmalaya,Provinsi Jawa Barat. Kampung Naga mempunyai
sejarah Sangat Kelam ,Mereka menolak intervensi dari pihak luar
jika hal itu mencampuri dan merusak kelestarian kampung tersebut.
Namun, asal mula kampung ini sendiri tidak memiliki titik terang (
Pareum obor ).Tak ada kejelasan sejarah, kapan dan siapa pendiri
serta apa yang melatarbelakangi terbentuknya kampung dengan
budaya yang masih kuat ini.Sebutan Pareum obor itu tidak lepas dari
sejarah kelam pembakaran Kampung Naga oleh pasukan Darul
Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) pimpinan Kartosoewiryo,
Insiden itu membuat arsip Kampung Naga musnah dilumat api.
Kampung Naga di bakar oleh pasukan Darul Islam/Tentara
Islam Indonesia (DI/TII) pada tahun 1956. Awal mulanya Kampung
Naga bisa dibakar karna Saat itu, DI/TII menginginkan terciptanya
negara Islam di Indonesia. Kampung Naga yang lebih mendukung
Presiden Soekarno membuat tentara DI/TII yang tidak mendapatkan
simpati warga Kampung Naga membumihanguskan perkampungan
tersebut pada 1956. salah satu sesepuh kampung yang berdiri di
lembah subur di antara hutan keramat dan Ciwulan yang sumber
airnya berasal dari Gunung Cikuray, Garut.Aki Maun juga menjadi
saksi hidup pembakaran Kampung Naga tersebut.
DORR!!... bunyi tembakan terdengar dari arah timur
Kampung Naga. Warga yang baru saja menyelesaikan Shalat Isya
terperanjat kaget. Suara puluhan langkah kaki yang masuk ke
Kampung Naga dari berbagai arah membuat malam semakin resah.
Aki Maun yang saat itu masih berumur 20 tahun berlari ke
pinggir perkampungan menghindari kontak dengan pasukan DI/TII
yang masuk ke Kampung Naga untuk menjarah makanan. Tentu
saja tidak hanya Aki Maun, semua warga Kampung Naga juga kaget
dan berhamburan keluar rumah.
"Ada yang lari terus sembunyi di kandang kambing, di
semak-semak dan lari kehutan," ujar Aki Maun.
Salah seorang teman Aki Maun menjadi sangat panik saat
puluhan pasukan DI/TII memasuki kampung. Ia berusaha
menyelamatkan anaknya yang berusia kurang dari dua tahun.
Saking paniknya, ia malah menggendong erat bantal, sementara
anaknya tertinggal di tempat tidur. Ia lari ke pinggir kampung
sambil menggendong bantal.
Kemudian api menyala dan membakar Kampung Naga
dengan cepat. Teman Aki Maun pun baru menyadarinya setelah api
melahap banyak rumah yang terbuat dari kayu, bambu, bilik dan
beratapkan ijuk. Saat TII membumihanguskan Kampung Naga,
memakan korban seorang anak yang baru saja bisa berjalan.
Menurut cerita Aki Maun, sampai tengah malam, api
menyala bagai lautan. Hingga waktu Subuh, api baru mulai padam
secara perlahan. Tidak ada suara ayam berkokok saat pagi, burung-
burung pun enggan mendekati Kampung Naga yang menjadi
tumpukan bara api.
Satu pagi di 1956 menjadi pagi yang haru biru bagi warga
Kampung Naga. Bagaimana tidak, rumah mereka terbakar di depan
mata. Mereka benar-benar menyaksikan saat api menyala hingga
menjadi bara kemudian padam. Selain itu, binatang ternak mereka
diambil dan lumbung padi pun hangus tak tersisa.
Setelah pagi pun warga kampung menunggu bara api
tersebut benar-benar padam. Barulah kemudian mereka
membersihkan sisa-sisa kebakaran. Masyarakat Kampung Naga
kembali membangun rumah-rumah mereka dengan bantuan dari
berbagai pihak.
Berdasar kesaksian Aki Maun, saat itu pasukan DI/TII tidak
menyiksa atau bertindak kasar pada warga Kampung Naga. Mereka
hanya menjarah makanan dan peralatan. Hal yang sungguh di luar
dugaan Aki Maun, pasukan DI/TII sampai membakar Kampung
Naga.
Sambil menghisap rokok dari pucuk daun kawung di teras
rumah panggungnya, Aki Maun melanjutkan ceritanya. Menurut
Aki Maun, yang membakar kampungnya merupakan oknum
pasukan DI/TII.
"Jiga na anu ngaduruk kampung teh oknum TII (ada
kemungkinan yang membakar kampung itu oknum TII)," kata Aki
Maun.
Dengan terbakarnya Kampung Naga, arsip dan benda-benda
peninggalan karuhun (nenek moyang) ikut hangus. Tidak tersisa
sedikit pun. Banyak bukti sejarah Kampung Naga yang tidak
terselamatkan.

Anda mungkin juga menyukai