Anda di halaman 1dari 11

TUGAS DISKUSI

FISIOLOGI JANTUNG

ANATOMI FISIOLOFI MANUSIA

KELOMPOK 12

KETUA:

RAFID AL REHAN (2211012017)

ANGGOTA:

1. RAFIKA HALYA IZZATI (2211011029)


2. HANA SYAKIRAH HASIBUAN (2211013051)
3. RATIVA FIRJATULLAH (2211012041)
4. LAUWFENNY NOVELIA ANDREAS (2211013013)

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS ANDALAS
BAB I

(Mekanisme yang Mengatur Tekanan darah pada Kapiler)

Mekanisme yang mengatur aliran darah pada kapiler ada dua, yaitu tekanan hidrostatis
dan tekanan osmotik. Aliran darah pada kapiler ada 3, yaitu Transportasi pelarut dan zat
terlarut melalui sel endotel kapiler terjadi dengan filtrasi, difusi, dan pinositosis melalui vesikel
endotel. Difusi adalah proses pertukaran transkapiler yang paling penting, dengan pinositosis
menjadi yang paling penting. Penting untuk membedakan antara filtrasi dan difusi melalui
membran kapiler. Filtrasi adalah aliran keluar bersih cairan dari ujung arteri kapiler. Difusi
cairan terjadi di kedua arah melalui membran kapiler (Gunawan, 2017).

1. Filtrasi

Empat tekanan yang menentukan apakah cairan bergerak melalui membran kapiler (filtrasi)
atau ke dalam membran kapiler (reabsorpsi) adalah tekanan kapiler, tekanan cairan interstisial,
tekanan osmotik koloid plasma, dan tekanan osmotik koloid interstisial. Efek bersih dari
keempat tekanan ini adalah tekanan filtrasi positif pada ujung arteri kapiler, menyebabkan
cairan bergerak melintasi membran sel ke dalam ruang cairan interstisial. Pada ujung vena
kapiler, efek bersih dari keempat tekanan ini adalah tekanan resorpsi positif, yang
menyebabkan cairan bergerak ke dalam melalui membran kapiler ke dalam kapiler (Gunawan,
2017).

2. Difusi

Difusi adalah mekanisme utama transfer nutrisi antara plasma dan cairan interstisial. Oksigen,
karbon dioksida, dan gas anestesi adalah contoh dari molekul lipofilik yang dapat berdifusi
langsung melalui membran kapiler secara independen dari pori-pori. Ion natrium, kalium, dan
klorida, serta glukosa, tidak larut dalam membran kapiler lipid dan harus melewati pori-pori
untuk mendapatkan akses ke cairan interstisial. Laju difusi molekul yang larut dalam lemak di
kedua arah melintasi membran kapiler sebanding dengan perbedaan konsentrasi melintasi
membrane (Gunawan, 2017).

3. Pinositosis

Pinositosis adalah proses di mana sel-sel endotel kapiler menyerap sejumlah kecil plasma atau
cairan interstisial dan bermigrasi ke permukaan yang berlawanan di mana cairan dilepaskan.
Transportasi zat makromolekul, seperti protein plasma, glikoprotein dan polisakarida
(dekstrans), diperkirakan terutama melalui pinositosis (Gunawan, 2017).
Mekanisme yang mengatur aliran darah pada kapiler ada dua, yaitu tekanan hidrostatis dan
tekanan osmotik.

1.1 Tekanan Hisdrostatis


Tekanan hidrostatik adalah gaya yang diberikan oleh fluida yang ditekan ke dinding.
Dalam kapiler, tekanan hidrostatik sama dengan tekanan darah kapiler.Tekanan hidrostatik
lebih tinggi di ujung arteri kapiler daripada di ujung vena kapiler. Tekanan hidrostatik
interstisial tidak terdeteksi karena cairan interstisial terus menerus dialirkan melalui
pembuluh limfatik, sehingga tekanan hidrostatik netto yang terdeteksi sama dengan
tekanan darah kapiler . Tekanan hidrostatik dalam kapiler cenderung memaksa cairan dan
zat terlarutnya keluar dari pori-pori kapiler dan masuk ke dalam celah (Hall, 2013).

1.2 Tekanan Osmosis

Banyaknya darah yang mampu dipompa terhitung lewat tingginya heart ratio atau
banyaknya denyut jantung dalam semenit dikali dengan berapa stroke volume atau
banyaknya volume darah yang dipompa dalam satuan mili gram yang dihitung dari
pengurangan banyaknya darah di ventrikel kiri atau kanan di akhir pemenuhan diastol
dikurangi banyaknya volume darah dalam ventrikel di akhir kontraktilitas (Hall, 2016).
BAB II

(Mekanisme Pengaturan Tekanan Darah)

2.1 Regulasi Saraf


Mekanisme pengaturan melalui sistem regulasi saraf termasuk kepada jenis pengaturan
tekanan arteri dalam jangka waktu yang pendek, yaitu hanya selama beberapa detik
ataupun beberapa menit, dimana hampir dari seluruh mekanismenya dicapai melalui sistem
refleks saraf. Sistem persarafan ini mengontrol tekanan darah dengan cara mempengaruhi
tahanan pembuluh perifer. Dimana hal ini bertujuan untuk:
a. Memberikan pengaruh pada sistem distribusi darah sebagai respon terhadap
peningkatan kebutuhan tubuh
b. Mempertahankan tekanan arteri rata-rata (MAP) yang adekuat dengan cara
mempengaruhi diameter pembuluh darah. Hal ini nantinya akan menyebabkan
perubahan pada tekanan darah. Penurunan volume yang terjadi di dalam darah dapat
menyebabkan konstriksi pembuluh darah pada seluruh tubuh, kecuali pada pembuluh
darah yang mendarahi jantung dan otak. Hal ini bertujuab untuk mengalirkan darah ke
organ vital sebanyak-banyaknya (Masud, 2012).

Salah satu hal yang sangat penting pada regulasi saraf ini adalah refleks baroreseptor.
Mekanisme yang terjadi pada refleks baroreseptor dalam meregulasi tekanan darah adalah
dengan melakukan fungsi reaksi cepat. Fungsi ini sendiri dilakukan dengan cara melindungi
siklus selam fase akut dari perubahan tekanan darah. Pada saat terjadinyab peningkatan dan
peregangan pada tekanan darah arteri, reseptor akan dengan cepat melakukan pengiriman
impuls menuju pusat vasomotor dan menghambatnya. Hal ini akan menyebabkan terjadinya
vasodilatasi pada arteriol dan vena sehingga tekanan darah pun menurun (Muttaqin , 2012).

2.2 Regulasi Endokrin


A. Konsep endokrin
Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang
menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk
mempengaruhi organ organ lain. Hormon merupakan suatu bahan kimia yang disekresi
baik oleh satu maupun sekelompok sel ke dalam cairan tubuh yang merangsang dan
mempengaruhi timbulnya efek fisiologis pada sel lain dari tubuh. Organ endokrin atau
kelenjar endokrin adalah kelenjar yang menghasilkan hormon endokrin. Organ endokrin
antara lain; hipotalamus, hipofisis, paratiroid, tiroid, kelenjar adrenal, pankreas,
ovarium dan testis. (Sunarto, 2019).

B. Mekanisme hormon dalam tubuh


Hormon dihasilkan oleh sel produksi hormon (kelenjar endokrin), kemudian
hormon tersebut akan berdifusi masuk kedalam sirkulasi darah dan dibawa berpindah
menuju organ sasaran. Aktivitas hormon pada tingkat sel setelah mencapai organ
sasaran diawali dengan pengikatan hormon oleh reseptor spesifik. Letak reseptor bisa
berada pada membran sel atau dalam intrasel. Sel target atau organ target ditentukan
berdasarkan kemampuannya untuk mengikat secara selektif hormon tertentu lewat
reseptor spesifik. Interaksi hormon-reseptor ditentukan oleh ciri sebagai berikut :

1) radioaktivitas tidak boleh mengubah aktivitas organ target

2) pengikatan harus bersifat spesifik

Hormon memulai efektifitas biologisnya melalui pengikatan dengan reseptor


yang spesifik dan karena setiap sistem pengontrolan yang efektif harus memiliki pula
sarana untuk mengehntikan suatu respons, kerja yang diitmbulkan oleh hormon
umumnya akan berhenti ketika efektor tersebut terlepas dari reseptor.

3) pengikatan harus terjadi disekitar konsentrasi yang menimbulkan respons biologis.

Respon biologis berkaitan dengan fungsi hormon untuk mengontrol tingkat


aktifitas dari jaringan target dengan jalan mengubah reaksi kimia dalam sel dan
mengubah permeabilitas membran sel terhadap bahan yang spesifik. Secara garis besar,
Regulasi hormon ini berfungsi untuk fungsi kehidupan sehari-hari seperti aktivitas
makan, keadaan senang dan susah, pertumbuhan badan, dan konsumsi gula dan garam.
(Sunarto,2019).

C. Klasifikasi hormon berdasarkan mekanisme kerjanya


Hormon dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi reseptor dan sifat sinyal atau
second messenger yang digunakan untuk memperantai kerja hormon di dalam sel.

1. Hormon yang terikat pada reseptor intrasel


Contoh hormonnya : Androgen, Kalsitrol, Estrogen, Glukokortikoid, Mineralokortikoid,
Progestin, Hormon tiroid ( T3 dan T4)
2. Hormon yang terikat pada receptor membran sel (second messenger)

a. Second messenger adalah cAMP


Contoh hormonnya : Katekolamin, Adenokortikotropik (ACTH), Angiotensin II,
Hormon antidiuretik (ADH), Kalsitonin, Chorionic gonadotropin, human (hCG),
Cortikotropik-releasing hormon (CRH), Follicle stimulating hormon (FSH),
Glukagon, Lipotropin (LPH), Luteinizing hormon (LH), Melanocyte stimulating
hormone (MSH), Paratiroid hormon, Somatostatin, Thyroid stimulating hormone
(TSH)
b. Second messenger adalah cGMP
Contoh hormonnya : Nitrogen oksida
c. Second messenger adalah Ca2+
Contoh hormonnya : Asetilkolin, Vasopresin, Kolesistokinin, Gastrin,
Gonadotropin-releasing hormone (GnRH), Oksitosin, Substansi P
d. Second messenger adalah kinase atau lintasan fosfat
Contoh hormonnya : Chorionic somatomammotropin (CS), Epidermal growth
hormone, Eritropoietin, Fibroblast growth hormone (FGF), Growth hormone
(GH), Insulin, Prolaktin. (Sunarto, 2019)

2.3. Autoregulasi Perfusi

Autoregulasi dalah kemampuan untuk mempertahankan aliran darah konstan dalam perubahan
tekanan perfusi.

a. Autoregulasi aliran

Auto regulasi merupakan suatu keadaan yang dapat menyebabkan terjadinya Perubahan tekanan
darah dan dapat berakibat mengganggu perfusi jaringan, Perubahan lebih lanjut dapat terjadi
terhadap resistensi alveolar (oleh vasodilatasi ataupun vasokonstriksi),sehingga mampu
mengubah aliran serta juga memastikan perfusi terjadi dengan kuat. autoregulasi biasanya
berkaitan dengan hipertensi.

b.Autoregulasi Otak

Suatu kemampuan otak normal mengendalikan atau mengontrol volume yang ada di aliran
darahnya sendiri di bawah kondisi tekanan darah arteri yang selalu berubah-ubah. Dengan
menggunakan metode mengubah ukuran pembuluh pembuluh darah di otak untuk
mempertahankan tekanan aliran darah yang mengalir menuju ke otak dalam rentang fisiologis yaitu
sekitar 60-160 mmHg. Namun pada penderita hipertensi rentang ini dapat berubah menjadi 180-200
mmHg. Apabila MAP turun mendadak hingga angka dibawah rentang fisiologis maka arteriol akan
berdilatasi sehingga terjadi penurunan resistensi sehingga aliran darah ke otak tetap konstan, dan
sebaliknya bila MAP meningkat di atas batas fisiologis arteriol akan berkonstriksi untuk
mempertahankan aliran darah ke kapiler yang menuju ke otak, walaupun terjadi peningkatan
dorongan darah dari arteri.Autoregulasi tetap penting karena disitulah peran nya untuk menjaga
sirkulasi pada saat terjadinya kenaikan maupun penurunan mendadak tekanan arteri, yang tentunya
penting bagi sirkulasi kapiler otak, tanpa adanya sistem autoregulasi maka otak akan rentan terjadi
iskemik atau pada tekanan tinggi yang dapat merusak kapiler otak. Namun batas autoregulasi otak
ini memiliki rentang fisiologik pada 60-160 mmHg. Volume CBF dipengaruhi oleh volume dan
kekentalan darah, tekanan perfusi, dan tekanan intra kranial.

Reaksi arteri terhadap tekanan (autoregulasi)Sel otot polos dinding arteri berkontraksi terhadap
respon peningkatan tekanan segmen arterial lokal dan peregangan pasif dinding pembuluh
darah.Hasil nya arteri berkonstriksi pada tekanan yang lebih tinggi dan berdilatasi pada tekanan yang
lebih rendah pada proses yang dinamakan autoregulasi.Tekanan memicu peningkatan membran
potensial sel otot polos.

Interaksi autoregulasi dan vasodilatasi

dipengaruhi banyak faktor yaitu konduktansi kalium,potensial membran, konsentrasi Ca2+


intraseluler, dan tonus otot polos.Vasodilatasi hipoksia sangat penting untuk pertahanan, beberapa
sistem mengurangi resiko kegagalan.dimana Reaktivitas O2 bergantung pada bagian endotelium dan
produksi nitrit oksida (NO). bekerja lewat sistem sinyal intrasellercyclic guanidine monophosphate
(cGAMP) dan efek vasodilator membuka channel calcium activated potassium dan ATP-sensitive
potassium.Hipoksia juga mengakibatkan laktasidosis jaringan. Semua mekanisme ini
menghubungkan hipoksia terhadap hiperpolarisasi sel otot polossehingga terjadi vasodilatasi. tanpa
memperhatikan tekanan intravaskular.Pada batasan lebih rendah dari tekanan arterial, penurunan
membran mengawali untuk dilatasi arteria, hal ini berarti pada keadaan tekanan perfusi yang rendah
.Sehingga, kadar oksigen yang rendah tidak bisa dikompensasi secara tepat denganmeningkatkan
aliran darah (mengurangi hiperemia reaktif) ketika tekanan darah juga rendah. Hasilnya yaitu
jaringan hipoksik iskemia.
BAB III

(Kesimpulan)

a. Mekanisme Pengaturan Aliran Darah pada Kapiler


1. Tekanan Hidrostatis
Tekanan hidrostatis adalah gaya yabg diberikan oleh fluida yang ditekan ke
dinding. Tekanan hidrostatis lebih tinggi di ujung arteri kapiler daripada di ujung
vena kapiler. Tekanan hidrostatik dalam kapiler cenderung memaksa cairan dan zat
terlarutnya keluar dari pori pori kapiler dan masuk ke celah interstisial.
2. Tekanan Osmosis

b. Mekanisme Pengaturan Tekanan Darah


1. Regulasi Saraf
- Mekanisme pengaturan tekanan darah pada sistem regulasi tekanan darah
termasuk kepada jenis pengaturan tekanan jangka pendek yang hanya
membutuhkan waktu kurang lebih selama beberapa jam atau beberapa menit.
- Refleks baroreseptor merupakan salah satu hal penting yahng mencakup dalam
sistem regulasi saraf
- Sistem pengontrolan melalui regulasi saragf ini bertujuan untuk memberikan
pengaruh pada sistem distribusi darah dan mempertahankan arteri tekanan
rata-rata.
2. Regulasi Endokrin
Hormon dihasilkan oleh sel produksi hormon (kelenjar endokrin), kemudian
hormon tersebut akan berdifusi masuk kedalam sirkulasi darah dan dibawa
berpindah menuju organ sasaran. Aktivitas hormon pada tingkat sel setelah
mencapai organ sasaran diawali dengan pengikatan hormon oleh reseptor spesifik.
Secara garis besar, Regulasi hormon ini berfungsi untuk fungsi kehidupan sehari-
hari seperti aktivitas makan, keadaan senang dan susah, pertumbuhan badan, dan
konsumsi gula dan garam.

3. Autoregulasi Perfusi
Autoregulasi mekanisme dimana aliran darah serebral cenderung tetap konstan
dalam kisaran tertentu dari tekanan darah serebral. mekanisme lokal dan kontrol
neural autonomik berperan dalam autoregulasi serebral. Reaktivitas CO2 pada otak
terjadi peningkatan dan penurunan PaCO2 arterial akan meningkatkan dan
menurunkan tekanan darah serebral dengan cara vasodilatasi dan
vasokonstriksiserebral, yang masing-masing tidak bergantung dengan autoregulasi
serebral.
DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, D. (2017). Fisiologi Sirkulasi. Denpasar : Fakultas Kedokteran UNUD/RSUP Sanglah


Hall, J. (2013). Guyton dan Hall Buku Ajar Fisiologi Kedokteran ed 12 th . Singapore : Elsevier.

Lieshout, JJ, Wieling, W.2003.Perfusion of the human brain: a matter of interactions. JPhysiol.
Masud, Ibnu. (2012). Dasar-Dasar Fisiolgi Kardiovaskular. Jakarta : Erlangga.

Mukhalidah Hanun Siregar, Sri Minatun. 2011.Kamus Kedokteran Modern cara mudah
memahami istilah-istilah kedokteran, Jogjakarta: Laksana.

Muttaqin, A. (2012). Asuhan Keperawatan Klien dengan Sistem Kardiovaskular. Jakarta: Salemba
Medika.

Sunarto, Ngestiningrum, A. H., Wisnu, N. (2019). Modul Ajar Anatomi Fisiologi. Surabaya :
Penerbit Prodi Kebidanan Magetan Poltekkes Kemenkes Surabaya.
Kontribusi Tim

a. Ketua: Rafid Al-Rehan


- Materi, kesimpulan, dan daftar pustaka pada materi mengenai autoregulasi perfusi
b. Anggota 1: Fenny
- Materi, kesimpulan, dan daftar pustaka pada materi mengenai mekanisme yang
mengatur aliran darah pada kapiler (Tekanan Osmosis)
c. Anggota 2: Hana Syakirah Hasibuan
- Materi, kesimpulan, dan daftar pustaka pada materi mengenai regulasi endokrin
d. Anggota 3: Rafika Halya ‘Izzati
- Materi, kesimpulan, dan daftar pustaka pada materi ketiga mengenai regulasi darah
- Cover
- Revisi kesalahan penulisan pada setiap materi.
e. Anggota 4: Rativa Firjatullah
- Materi, kesimpulan, dan daftar pustaka pada materi mengenai mekanisme yang
mengatur aliran darah pada kapiler (Tekanan Hidrostatis)

Anda mungkin juga menyukai