Anda di halaman 1dari 76

ANALISIS JURNAL

Oleh:

Nama : Binti Nurhalimah


NIM : 2020901038
Mata Kuliah : Psikologi Industri & Organisasi
Dosen pengampu : Dr., Ema Yudiani, M. Si., Psikolog

Program Studi Psikologi Islam


Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang
2021
ANALISIS JURNAL 1

Judul Pengaruh Motivasi Kerja Dan Disiplin Kerja Terhadap


produktivitas Kerja Pada Karyawan PT. Kabelindo Murni, Tbk.
Nama Jurnal Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Bisnis (JPEB)
Penulis Roni Faslah
Meghar Tremtari Savitri
Volume Vol. 1
Tahun Terbit Oktober 2013

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adakah pengaruh motivasi kerja dan
disiplin kerja terhadap produktivitas kerja pada karyawan PT. Kabelindo Murni, Tbk.
Masalah yang menelatar belakangi penelitian ini adalah masih terdapat karyawan PT.
Kabelindo Murni, Tbk yang belum memiliki disiplin kerja, seperti mereka yang masih
banyak melanggar aturan jam tata tertib kerja. Hal ini disebabkan kurangnya rasa
tanggung jawab karyawan terhadap tugas yang diberikan sehingga berpengaruh pada
produktivitas kerja karyawan. Penelitian ini mengatakan bahwa di dalam perusahaan
seringkali pihak manajemen merasa kesulitan dalam hal mengatur para karywannya.
Di era globalisasi ini, untuk bersaing secara kompetitif maka diperlukan karyawan yang
berkualitas dan cekatan sehingga mampu membantu perusahaan dalam mencapai
tujuan. Selain itu, sikap dan mental yang baik, serta semangat kerja yang tinggi juga
dibutuhkan untuk dapat memanfaatkan dan mengendalikan sumber daya lainnya.

Menurut pendapat saya, semangat kerja yang tinggi dapat bergantung pada
tinggi rendahnya motivasi kerja yang dimiliki karyawan. Karena jika kita kekurangan
motivasi maka tidak akan ada dorongan dan usaha yang membuat kita semangat
untuk memuaskan kebutuhan suatu tujuan dalam perusahaan. Jika kita memiliki
motivasi yang tinggi, maka dengan otomatis jiwa semangat dalam diri akan muncul
sehingga dapat melakukan pekerjaan lebih giat dan mampu mendapatkan hasil yang
memuaskan. Dalam penelitian ini diungkapkan bahwa meninggikan produktivitas kerja
karyawan sama halnya mengupayakan agar para karyawan lebih banyak
menghasilkan output. Perusahaan bisa meningkatkan produktivitas kerja dengan
meminta karyawannya bekerja lebih keras dengan memperbaiki proses-proses kerja.
Namun hal itu tidak bisa semerta-merta hanya meminta tanpa memberikan wejangan
atau motivasi kerja pada karyawan. Perusahaan tentu harus memikirkan faktor apa
saja yang dapat mempengaruhi motivasi kerja karyawannya. Dalam konsep motivasi,
dorongan itu tidak hanya berasal dari luar (eksternal) melainkan juga dari dalam
(internal). Pemimpin perusahaan harus dapat memberikan motivasi yang tepat untuk
para karyawan agar dapat mencapai tujuan yang maksimal. Mengingat bahwa setiap
orang mempunyai tingkat kebutuhan yang berbeda, maka pemimpin perusahaan juga
harus memahami serta mengetahui bagaimana caranya agar kebutuhan karyawannya
terpenuhi sehingga semangat kerja dalam diri karyawan tumbuh dan produktivitas
kerjanya meningkat. Peneliti juga mengatakan bahwa dalam penanaman motivasi
kerja, pemimpin harus bisa melihat situasi atau suasana kerja yang ada di perusahaan.
Karena hal ini berguna dalam menentukan kapan waktu yang tepat untuk memberikan
motivasi, baik motivasi positif maupun motivasi negatif. Maksud dari motivasi positif
disini ialah perusahaan bisa memotivasi karyawannya dengan cara memberikan
hadiah sebagai bentuk apresiasi karena telah melakukan pekerjaan dengan baik.
Sedangkan motivasi negatif dapat berupa hukuman karena telah melanggar beberapa
peraturan misalnya. Sebenarnya jika dilihat dari tingkat keefektifannya, motivasi
positif lebih dapat bekerja secara efektif ketimbang motivasi negatif. Karena dampak
yang diberikan dari motivasi positif ini terbukti efektif dalam jangka panjang,
sedangkan motivasi negatif hanya efektif dalam jangka waktu pendek.

Penelitian ini menyebutkan bahwa selain motivasi kerja, disiplin kerja juga
mempengaruhi dalam meningkatkan produktivitas kerja. Dimana dikatakan bahwa
disiplin kerja merupakan kesediaan karyawan dalam menaati peraturan-peraturan
yang berlaku di perusahaan. Disiplin kerja juga menjadi salah satu aspek penting
dalam menciptakan produktivitas kerja yang tinggi. Karena disiplin kerja yang
menentukan besar kecilnya rasa tanggung jawab karyawan terhadap pekerjaannya.
Tentu saja hal ini juga mendorong gairah dan semangat kerja sehingga dapat
terwujudnya tujuan perusahaan. Peraturan memang sangat dibutuhkan oleh
perusahaan untuk memberikan arahan bagi para karyawan agar terciptanya tata tertib
yang baik di perusahaan. Karena semakin tingginya kesadaran karyawan tentang
kedisiplinan maka semakin tinggi pula kinerja mereka. Kedisiplinan pada perusahaan
dikatakan baik jika para karywannya mematuhi peraturan-peraturan yang ada. Jika
disiplin kerja telah berjalan dengan baik, itu berarti menandakan sudah tertanamnya
kesadaran dan unsur pengendalian diri karyawan dalam mengimplementasikan apa
yang telah disadarinya. Kedisiplinan dalam bekerja seharusnya harus lebih
diperhatikan. Karena kedisiplinan dapat dijadikan latihan bagi karyawan untuk
melaksanakan peraturan-peraturan perusahaan. peneliti juga melakukan
pembandingan dengan penelitian-penelitian sebelumnya tentang hubungan disiplin
kerja dengan produktivitas kerja, yang mana hasil dari penelitian tersebut adalah
saling berhubungan kuat antara disiplin kerja dengan produktivitas kerja. Peneliti juga
menyebutkan bahwa disipilin kerja yang efektif adalah jika pemimpin perusahaan tidak
mentoleransi tingkah laku karyawan yang menyimpang. Artinya menjadi pemimpin
harus berperilaku adil kepada karyawan. Jika terdapat karyawan yang melanggar
peraturan, jangan segan-segan untuk memberikan sanksi kepada mereka, tentu saja
sanksinya juga yang bermanfaat.

Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan korelasional.


Tentu saja yang menjadi populasi pada penelitian ini adalah seluruh karyawan PT.
Kabelindo Murni, Tbk yang jumlahnya 287 orang. Namun populasi terjangkaunya di
ambil pada bagian Production PT. Kabelindo Murni, Tbk yang berjumlah 139, dengan
jumlah sampel yang diambil sebanyak 100 responden. Berdasarkan hasil penelitian,
dapat diketakui bahwa motivasi kerja dan disiplin kerja berpengaruh signifikan
terhadap produktivitas kerja dengan persamaan regresi sebesar Ŷ = -145.950 + 0.633
X1 + 1.987 X2. Artinya motivasi kerja (X1) dan disiplin kerja (X2) secara bersamaan
berpengaruh terhadap produktivitas kerja (Y). Kemudian pada uji koefesien
determinasi didapat hasil sebesar 38,1% yang berarti produktivitas kerja secara
simultan ditentukan oleh motivasi kerja dan disiplin kerja. Itu artinya semakin
tingginya motivasi pada diri karyawan, maka semakin tinggi juga kinerja yang
dihasilkan. Sama halnya dengan semakin besar kesadaran diri karyawan terhadap
kedisiplinan, maka semakin tinggi pula kesadaran diri karyawan terhadap tugas-tugas
yang dibebankan sehingga berpengaruh pada produktivitas kerja. Namun untuk
mempertahankan kekonsistenan motivasi dan rasa kedisiplinan kerja pada karyawan,
sebaiknya perlu dilakukan evaluasi di setiap beberapa bulan sekali. Tujuannya adalah
untuk mengetahui seberapa jauh perkembangan kinerja dari karyawan tersebut.
ANALISIS JURNAL 2

Judul Analisis Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kepuasan Kerja


(Studi Kasus pada Karyawan Restoran di Pakuwon Food Festival
Surabaya)
Nama Jurnal Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan
Penulis Endo Wijaya Kartika
Thomas S. Kaihatu
Volume Vol. 12
Tahun Terbit 2010

Banyaknya restoran baru yang muncul mengakibatkan setiap restoran harus


memiliki keunggulan yang kompetitif agar bisnis mereka tetap bisa berjalan. Setiap
organisasi pastilah mengerahkan seluruh sumber dayanya untuk menghasilkan
produk-produk terbaik untuk dipasarkan. Dalam penelitian ini dikatakan bahwa peran
karyawan disini adalah sebagai sumber daya manusia yang dimiliki restoran dan
menempati posisi terpenting dalam sebuah perusahaan. Sehingga untuk
menghasilkan output yang sesuai, maka sumber daya manusia perlu dikelola dan
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Kendala yang sering dialami oleh kebanyakan
restoran terutama Restoran di Pakuwon Food Festival Surabaya biasanya berkaitan
dengan bagaimana cara merekrut, mempertahankan, dan memotivasi karyawan yang
semakin beragam. Selain itu, bagaimana cara merekrut karyawan yang memiliki
kecakapan, pengetahuan, serta kemampuan yang tepat juga menjadi kendala
tersendiri bagi beberapa restoran. Dan itu semua sangat erat kaitannya dengan usaha
perusahaan dalam mengelola karyawannya menjadi sumber daya yang unggul dan
kompetitif.

Seringkali apabila perusahaan sudah berhasil menemukan karyawan yang


memenuhi kriteria, pasti akan muncul kendala lagi yakni bagaimana caranya agar
karyawan tersebut tetap bertahan dengan segala tuntutan yang ada di perusahaan
dan selalu semangat menjalankannya. Ini semua dapat dikaitkan dengan kepuasan
kerja dan motivasi kerja. Kepuasan kerja ialah perasaan senang dan cinta terhadap
pekerjaannya. Pada penelitian ini disebutkan bahwa ada beberapa fenomena yang
muncul, pertama ialah sangat terlihat tingginya persaingan antar restoran di Food
Festival dalam menawarkan produk-produk yang mereka pasarkan. Berbagai teknik
promosi mereka lakukan mulai dari promosi tertulis sampai karyawannya langsung
yang terjun ke lapangan untuk menawarkan kepada setiap pengunjung yang lewat.
Kedua, terdapat beberapa karyawan yang menyatakan bahwa dirinya merasa puas
terhadap pekerjaan mereka meskipun mereka sering berada dibawah tekanan karena
terus dituntut untuk meningkatkan penjualan. Peneliti juga melakukan wawancara
singkat dengan beberapa karyawan di salah satu restoran Food Festival, 5 dari 7
karyawan menyatakan puas dan semangat bekerja karena mereka mempunyai
tanggung jawab besar untuk menafkahi keluarganya, juga upah yang mereka terima
nominalnya sudah cukup besar sehingga hal tersebut juga memicu mereka untuk
bekerja lebih giat lagi. Alasan lainnya ialah mereka merasa lebih semangat bekerja
karena bertemu dengan rekan kerja mereka yang sudah dianggap sebagai keluarga
sendiri. Sehingga dengan bertemu setiap hari dan selalu bekerja bersama-sama
membuat beban pekerjaan itu tidak lagi menjadi masalah dan mereka justru
menikmatinya. Dari kedua fenomena tersebut dapat disimpulkan bahwa yang
mempengaruhi kepuasan kerja adalah motivasi kerja. Karena apabila seseorang
mendapat dorongan positif secara psikologis, maka perilaku yang dihasilkan dan
tingkat usaha yang diberikan akan baik serta akan menjadi lebih giat dalam melakukan
pekerjaan.

Peneliti juga mengungkapkan bahwa sebelumnya sudah ada beberapa penelitian


yang mengatakan adanya pengaruh signifikan antara kedua variabel ini, yakni
motivasi kerja terhadap kepuasan kerja. Oleh sebab itu tujuan dilakukannya penelitian
ini ditekankan untuk mengkaji lebih dalam mengenai pengaruh motivasi terhadap
kepuasan kerja karyawan di Pakuwon Food Festival serta seberapa besar kontribusi
yang diberikan motivasi kerja terhadap kepuasan kerja. Penelitian ini menggunakan
metode kuantitatif yang berupa penelitian deskriptif kasual. Populasi penelitian
meliputi seluruh karyawan yang bekerja pada restoran di Pakuwon Food Festival
Surabaya, dengan sampel sebanyak 72 responden. Teknik pengambilan sampel
menggunakan judgement sampling. Dalam penelitian ini menggunakan teori motivasi
oleh Maslow yang mengungkapkan bahwa seseorang di beri motivasi untuk
memuaskan kebutuhan diri yang cenderung bersifat bawaan. Kepuasan kerja muncul
apabila faktor-faktor atau kebutuhan-kebutuhan yang mempengaruhi motivasi kerja
terpenuhi. Faktor-faktor tersebut adalah 1) gaji atau upah yang diberikan lebih dari
cukup, 2) mempunyai pemimpin bijaksana yang mau memperhatikan perkembangan
dan prestasi karyawannya, 3) lingkungan kerja yang positif, 4) mendapatkan
kesempatan promosi, atau 5) karena faktor karyawan yang pada dasarnya menyukai
jenis perkerjaan mereka sehingga mereka enjoy dalam melakukannya. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan, didapatkan hasil bahwa motivasi kerja berpengaruh
signifikan terhadap kepuasan kerja dan motivasi kerja berkontribusi sebesar 13,6%
terhadap kepuasan kerja. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa secara spesifik
tingkat motivasi karyawan Restoran di Pakuwon Food Festival Surabaya termasuk
dalam kategori sedang.

ANALISIS JURNAL 3

Judul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi motivasi Kerja


Karyawan pada UD Surya Logam Desa Temukus Tahun 2014
Nama Jurnal Jurnal Pendidikan Ekonomi Undiksha
Penulis Ni Nengah Sarinadi
Volume Vol. 4
Tahun Terbit 2014

Dapat kita ketahui bahwa setiap perusahaan menginginkan sumber daya


manusia yang produktif. Produktif dalam arti kreatif, inovatif, cekatan dan juga
berprestasi. Demi tercapainya tujuan tersebut, karyawan dituntut untuk terus bekerja
lebih giat. Namun banyak dari mereka yang kekurangan motivasi sehingga
produktivitas kerja mereka ikut menurun. Motivasi merupakan faktor pendorong yang
membantu tenaga kerja untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap
pekerjaannya sehingga para tenaga kerja atau karyawan dapat lebih giat dalam
melakukan pekerjaan. Penelitian ini mengakan bahwa umumnya motivasi kerja itu
dipengaruhi oleh dua faktor, yakni 1) faktor instrinsik, yaitu dorongan yang berasal
dari dalam diri karyawan. Dimana orang tersebut mendapat kepuasan dari pekerjaan
yang ia lakukan bukan karena stimulus dari luar, melainkan muncul atas dasar
kemauan diri sendiri tanpa adanya paksaan orang lain, bisa juga dihasilkan dari sifat
pekerjaan itu sendiri yang membuat orang termotivasi. Biasanya faktor instrinsik
muncul karena rasa keingintahuan yang kuat pada diri seseorang. Oleh karena itu
orang yang memiliki motivasi dari faktor instrinsik akan memunculkan lebih banyak
ide yang kreatif. 2) faktor ekstrinsik, yakni faktor yang berasal dari luar diri karyawan
seperti lingkungan kerja, gaji atau upah, status, dan penghargaan. Dalam penelitian
ini dikatakan bahwa motivasi ekstrinsik adalah tatkala aspek-aspek yang melekat pada
pekerjaan menjadi faktor utama munculnya motivasi pada seseorang. Ajakan dan
paksaan yang berasal dari orang lain juga merupakan faktor motivasi ekstrinsik.

Motivasi menjadi sangat penting karena dapat menyalurkan semangat ke dalam


diri karyawan agar mereka merasa antusias dan mau bekerja lebih keras demi
mencapai tujuan perusahaan. Akibatnya, karyawan yang termotivasi akan membantu
perusahaan tetap bertahan. Karyawan yang termotivasi juga akan lebih produktif,
kreatif dan inisiatif. Pada dasarnya, pemberian motivasi sama halnya dengan
memberikan kepuasan pada karyawan. Berharap dengan adanya motivasi dapat
membuat karyawan lebih meningkatkan produktivitas kerja mereka sehingga kinerja
yang dihasilkan perusahaan juga ikut membaik. Sejatinya setiap orang sudah memiliki
motivasi, tinggal bagaimana caranya kita memupuk motivasi tersebut agar semakin
membuat kita semangat menjalani aktivitas.

Dalam penelitian tersebut tertulis jika tingkat motivasi kerja karyawan UD Surya
Logam Desa Temukus tergolong pada kategori rendah. Rendahnya motivasi karyawan
tersebut dikarenakan rasa ketidakpuasan karyawan. Biasanya perasaan tidak puas ini
muncul karena ada kebutuhan yang belum terpenuhi sehingga kinerja yang dihasilkan
juga belum maksimal. Berdasarkan penjelasan diatas, dapat diketahui tujuan
dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor apa saja yang
mempengaruhi rendahnya motivasi kerja karyawan pada UD Surya Logam Desa
Temukus serta faktor apa yang lebih dominan mempengaruhi motivasi karyawan UD
Surya Logam Desa Temukus. Penelitian ini dilaksanakan di UD Surya Logam Desa
Temakus dengan responden sebanyak 35 orang. Menurut Saydam, faktor yang
mempengaruhi motivasi ada dua yakni faktor instrinsik yang berupa tingkat
pendidikan, kebutuhan, kepuasan kerja dan faktor ekstrinsik yang meliputi suasana
lingkungan kerja, gaji atau upah, dan penghargaan. Kedua faktor tersebutlah yang
dikatakan peneliti mempengaruhi rendahnya motivasi kerja karyawan UD Surya
Logam Desa Temukus. Penelitian ini melampirkan beberapa penelitian sejenis yang
juga membahsa tentang faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja, seperti
penelitian yang dilakukan Tamba pada tahun 1999 dengan judul Faktor-faktor yang
mempengaruhi motivasi kerja pemetik teh perkebunan Purbasari, Bandung tahun
1999. Kemudian penelitian yang dilakukan Raika Gustisyah pada tahun 2009 yang
berudul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja Penyuluh
Perindustrian Pada Kantor Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Kota Medan. Ada
juga penelitian yang dilakukan oleh M.A Nurjaya Suriya Atmadja pada tahun 2008
dengan judul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja Karyawan Pada
PT. Timur Jaya Prestasi Medan Tahun 2008. Berdasarkan penelitian-penelitan yang
telah banyak dilakukan, maka penelitian ini bertujuan untuk menguji temuan atau
teori yang sudah ada.

Hasil yang didapatkan dari penelitian ini bahwa faktor-faktor yang


memperngaruhi motivasi kerja karyawan pada UD Surya Logam Desa Temukus adalah
faktor kebutuhan, tingkat pendidikan, kepuasan kerja, lingkungan kerja, gaji yang
cukup, serta penghargaan atas prestasi yang didapat. Hal ini terbukti sejalan dengan
teori yang diungkapkan oleh Saydam, bahwa faktor yang memperngaruhi motivasi
kerja adalah faktor instrinsik dan ektrinsik. Dimana lingkungan kerja, gaji yang cukup,
dan penghargaan atas prestasi kerja termasuk dalam faktor ekstrinsik. Sedangkan
yang tegolong pada faktor instrinsik adalah kebutuhan, tingkat pendidikan, dan
kepuasan kerja. Untuk lebih spesifiknya, nilai yang didapatkan dari faktor-faktor
tersebut antara lain ialah; faktor kebutuhan mendapatkan nilai varian sebesar
59,492%, faktor tingkat pendidikan sebesar 16,029%, faktor kepuasan kerja sebesar
10.657%, faktor lingkungan kerja sebesar 6,469%, gaji dengan nilai varian sebesar
4,678%, dan penghargaan atas prestasi kerja mendapat nilai 2,674%. Dari sini sudah
jelas bahwa faktor yang paling mendominasi dalam mempengaruhi motivasi kerja
adalah faktor kebutuhan dengan nilai 59,492%. Hal ini dapat disebabkan karena
kebutuhan karyawan tidak hanya mencakup kebutuhan fisiologis namun juga
kebutuhan pada rasa aman, sosia, penghargaan, dan aktualisasi diri.
ANALISIS JURNAL 4

Judul Motivation In the Workplace to Improve the Employee


Performance
Nama Jurnal International Journal of Engineering Technology, Management
and Applied Sciences
Penulis Vinay Chaitanya Ganta
Volume Vol. 2
Tahun Terbit November 2014

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya karyawan yang membutuhkan


motivasi kerja untuk mencari kenyamanan dalam bekerja sehingga dapat bekerja
secara optimal. Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pentingnya motivasi kerja dalam meningkatkan produktivitas karyawan. Tingkat
motivasi kerja memang berdampak langsung pada kinerja karyawan. karyawan yang
termotivasi pasti akan bersemangat dalam melakukan pekerjaannya dan
melaksanakan tanggung jawab dengan sebaik-baiknya. Pada penelitian ini dikatakan
bahwa pada beberapa karyawan termotivasi karena nilai uang yang diberikan
perusahaan namun ada juga karyawan yang secara pribadi termotivasi karena
mendapatkan pengakuan dan penghargaan dari perusahaan. Banyak karyawan yang
membutuhkan pengakuan dari atasan mereka agar menghasilakan pekerjaan yang
berkualitas. Pengakuan pemimpin atau penghargaan yang diberikan kepada karyawan
berguna untuk identifikasi bahwa pekerjaan mereka telah dilakukan dengan baik.
Dengan diakui dan dihargainya suatu pekerjaan yang dilakukan dengan baik akan
membuat karyawan merasa lebih baik dan mendorong mereka untuk melakukan hal-
hal baik pula.

Motivasi kerja selalu menjadi masalah utama bagi para pemimpin dan menejer
perusahaan. Karena memang apabila motivasi kerja yang kurang akan mempengaruhi
produktivitas karyawan sehingga kinerja perusahaan akan menurun. Penelitian ini
menyebutkan bahwa motivasi dihasilkan dari interaksi faktor kesadaran dan
ketidaksadaran seperti keinginan atau kebutuhan dan harapan dari individu. Faktor
internal dan faktor eksternal lah yang merangsang energi pada seseorang untuk terus
tertarik dan berkomitmen terhadap pekerjaan. Sehingga para karyawan mau bertahan
pada pekerjaannya. Disebutkan pula dipenelitian ini bahwa perusahaan juga
menggunakan insentif untuk meningkatkan jumlah produksi. Insentif ialah pengaruh
motivasi yang diprogram untuk mendorong perilaku dan memotivasi karyawan untuk
mendapatkan hasil pekerjaan yang berkualitas. Namun dijelaskan pula bahwa insentif
dan penghargaan hanya berpengaruh kecil pada motivasi kerja karyawan saat mereka
percaya diri dengan kemampuan yang mereka miliki. Orang-orang seperti ini biasanya
dapat bekerja secara produktif demi menantang kemapuan diri melalui pekerjaan yang
diberikan perusahaan.

Karyawan yang memiliki motivasi rendah cenderung sedikit mengeluarkan usaha


atau bahkan tidak ada usaha untuk pekerjaan mereka. Mereka juga cenderung
menghindari atau kabur dari tempat kerja sesering mungkin bahkan jika diberi
kesempatan untuk keluar atau resign mereka akan melakukannya. Lain hal nya
dengan karyawan yang punya motivasi tinggi. Mereka akan cenderung berkerja lebih
rajin, gigih, kreatif, dan produktif dalam menghasilkan pekerjaan yang berkualitas,
dan mereka mengerkajannya dengan penuh sukarela tanpa adanya paksaan. Banyak
penelitian yang dilakukan mengenai motivasi kerja. Kenyataannya adalah setiap orang
memiliki caranya masing-masing untuk bisa termotivasi. Oleh sebab itu perusahaan
harus mampu memahami dengan baik para karyawan mereka dan menggunakan cara
atau teknik yang berbeda pula untuk memberikan motivasi kepada karyawan
berdasarkan kebutuhan pribadi mereka. Perusahaan perlu memikirkan cara-cara
kreatif untuk mingkatkan motivasi karyawan, karena manfaat motivasi sangat banyak
dan berguna untuk kesejahteraan dan kemajuan perusahaan. Manfaat tersebut antara
lain: a) sumber daya yang dimiliki perusahaan seperti keuangan, fisik, dan manusia
akan dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk mencapai tujuan perusahaan.
Sehingga perusahaan mulai menunjukan kemajuan karena semua orang melakukan
yang terbaik untuk memenuhi tugas mereka. b) Motivasi dapat memfasilitasi karyawan
dalam mencapai tujuan pribadinya. Begitu karyawan itu memenuhi beberapa tujuan
awal, mereka akan menyadari bahwa ada hubungan yang jelas antara upaya dan
hasil, yang selanjutnya akan memotivasi mereka untuk melanjutkan ke tingkat yang
lebih tinggi. c) besarnya rasa kepuasan yang dimiliki karyawan. Dimana kepuasan
karyawan dapat menentukan kemajuan atau kemunduran perusahaan. d) membentuk
keseimbangan yang sempurna antara kemampuan dan kemauan sehingga efisiensi
karyawan meningkat. Keseimbangan tersebut dapat menyebabkan peningkatan
produktivitas, biaya operasional yang lebih rendah, dan peningkatan efisiensi secara
keseluruhan, dan hanya dapat dicapai melalui motivasi. e) peluang dalam mencapai
tujuan perusahaan lebih besar. f) keharmonisan antar pemimpin dan karyawan
semakin baik. g) meningkatkan loyaliti karyawan. Bila motivasi tinggi maka karyawan
akan semakin betah untuk bekerja di perusahaan.

Sebenarnya ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk memotivasi karyawan.
perusahaan dapat memotivasi dengan melihat faktor-faktor yang mempengaruhi
motivasi individu. Misalnya, karyawan yang termotivasi dengan nilai kompensasi atau
uang maka perusahaan dapat menerapkan gaji harian untuk karyawan yang
memenuhii projek perusahaan jangka pendek. Untuk projek jangka panjang,
perusahaan dapat menerapkan program yang dapat mendorong persaingan positif
antar karyawan untuk mencapai target perusahaan, seperti diakhir program
perusahaan dapat secara terbuka memberi penghargaan atau hadiah bagi karyawan
telah melakukan tugas dengan baik.

ANALISIS JURNAL 5

Judul The effect of the workplace on motivation and demotivation of


construction professionals
Nama Jurnal Cinstruction management and economics
Penulis Guinevere L. Smithers
Derek H.T. Walker
Volume Vol. 18
Tahun Terbit 2000

Investigasi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa motivasi karyawan di


semua industri terpengaruh oleh lingkungan atau budaya di mana mereka bekerja.
Penelitian yang dilakukan di Melbourne, Australia menyelidiki pengaruh lingkungan
tempat kerja yang ditemui di lokasi konstruksi terhadap motivasi dan demotivasi dari
profesional konstruksi. Data yang dikumpulkan mendukung hipotesis bahwa
lingkungan lokasi konstruksi mempengaruhi tingkat demotivasi personel lokasi. Secara
khusus, beberapa variabel secara signifikan terkait dengan hasil ini, termasuk jam
kerja yang panjang, kekacauan, tidak diakuinya pekerjaan yang dilakukan, dan gaya
manajemen agresif rekan kerja. Hasilnya memberikan dasar yang berharga untuk
menunjukkan bagaimana industri konstruksi dapat menciptakan lingkungan tempat
kerja yang lebih menarik untuk staf situs profesional.

Proses konstruksi sebagian besar merupakan bisnis manajemen 'orang'. Industri


konstruksi kompleks, dinamis dan tidak pasti, dan membutuhkan motivasi yang tinggi
pekerja. Masalah motivasi karyawan adalah penting karena menetapkan landasan
yang substansial untuk kinerja yang tinggi tingkat kinerja dan waktu yang kurang
produktif.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki kemungkinan bahwa


lingkungan yang dialami di lokasi konstruksi mempengaruhi tingkat motivasi dan
demotivasi. Sejumlah teknik telah berhasil digunakan untuk mengukur emosi subjektif
motivasi. Teknik penilaian penilaian organisasi Michigan adalah salah satu survei yang
telah digunakan oleh sejumlah peneliti seperti Olomolaiye (1988) dan Maloney dan
McFillen (1988). Survei ini disesuaikan untuk penyelidikan; itu meminta responden
untuk menilai setiap variabel motivasi dan demotivasi dalam hal pentingnya dan
kehadirannya.

Penelitian ini tidak dapat menyimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat
motivasi dengan jumlah waktu yang dihabiskan seorang profesional di lokasi
konstruksi. Tidak perbedaan yang signifikan dalam tingkat motivasi adalah ditemukan
di antara para pekerja di lokasi 5–6 hari per minggu dan orang-orang di situs 1-4 hari
per minggu. Ini menunjukkan bahwa upaya pengelolaan situs untuk meningkatkan
faktor-faktor yang memotivasi karyawan kerah putih akan salah tempat.

Sebaliknya, karyawan di lokasi 5–6 hari per minggu memiliki tingkat demotivasi
yang jauh lebih tinggi daripada karyawan di lokasi 1-4 hari per minggu. Data di sana
mendukung hipotesis bahwa lingkungan tempat kerja mempengaruhi tingkat
demotivasi. Banyak dari faktor yang diidentifikasi dan dibahas dalam makalah ini
berhubungan dengan cara tempat kerja lokasi konstruksi dikelola dari sudut pandang
hubungan manusia dan gambarannya yang muncul dari penelitian ini tidak menarik.
Panjang jam kerja berarti karyawan tidak dapat menghabiskan waktu sebagai banyak
waktu untuk keluarga dan kehidupan yang memuaskan di luar pekerjaan. Ini adalah
poin yang relevan untuk dipertimbangkan di mana anak membesarkan atau merawat
kerabat yang sakit mungkin menjadi masalah.

Tekanan yang ditahan oleh orang-orang di lokasi untuk waktu yang lama periode
tampaknya diperburuk dan ditandai dengan kecenderungan untuk perencanaan yang
buruk, kekurangan sumber daya, kekacauan dan/atau ad hokrasi, gaya manajemen
yang agresif dan isolasi psikologis. Ini hampir tidak kondusif untuk menarik rekrutan
yang mampu dan sangat berbakat ke industri atau mempertahankan mereka yang
sudah bekerja di bawah kondisi ini.

Tantangan yang dihadapi industri ini adalah meningkatkan gaya manajemen


yang berpengalaman dalam konstruksi situs melalui peningkatan pengakuan,
meningkatkan efektivitas perencanaan dan mengurangi sifat kacau dari sebuah
proyek. Ini harus dilengkapi dengan meningkatkan kesadaran dan pengurangan faktor
pemicu stres disorot di atas. Ini mungkin fungsi dari industri menjadi sangat kompetitif
biaya, dengan profit rendah margin yang mengarah ke pemotongan sudut yang luas
(Walker, 2014).

Menuntut agar industri membersihkan citranya, memposisikan dirinya menjadi


prospek yang lebih menguntungkan dan mengurangi faktor stres bagi karyawan tidak
terlalu bermanfaat. Solusinya mungkin bagi perusahaan konstruksi untuk
menargetkan beban kerja mereka secara lebih strategis pekerjaan meja yang lebih
pro sambil meningkatkan konstruksi gaya manajemen situs.
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis beberapa jurnal diatas, maka dapat disimpulkan


bahwa motivasi kerja merupakan suatu dorongan psikologis yang membuat karyawan
menjadi lebih semangat dan terarah dalam mewujudkan sebuah tujuan perusahaan.
Motivasi kerja menempati kedudukan yang cukup penting dalam perusahaan karena
motivasi kerja sangat mempengaruhi kinerja karyawan, yang mana karyawan adalah
salah satu sumber daya utama sebagai penentu sukses tidaknya sebuah perusahaan.
Dengan adanya motivasi kerja, karyawan dapat bekerja lebih produktif sehingga
mampu menghasilkan output yang memuaskan perusahaan. Motivasi kerja
dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor internal dan faktor eksternal. faktor insternal,
yaitu dorongan yang berasal dari dalam diri karyawan. Seperti orang tersebut
mendapat kepuasan dari pekerjaan yang ia lakukan bukan karena stimulus dari luar,
melainkan muncul atas dasar kemauan diri sendiri tanpa adanya paksaan orang lain,
bisa juga dihasilkan dari sifat pekerjaan itu sendiri yang membuat orang termotivasi.
Biasanya faktor internal muncul karena rasa keingintahuannya kuat. Oleh karena itu
orang yang memiliki motivasi dari faktor instrinsik akan memunculkan lebih banyak
ide yang kreatif. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri
karyawan seperti lingkungan kerja, gaji atau upah, status, dan penghargaan.

Dalam pekerjaan, motivasi kerja berhubungan dengan kepuasan kerja dan


disiplin kerja. Jadi ketika karyawan termotivasi maka ia akan melakukan pekerjaan
dengan mematuhi peraturan yang ada dan apabila tujuan atau kebutuhan mereka
sudah terpenuhi dengan baik maka akan muncul perasaan puas dalam diri karyawan.
Adapun manfaat dari motivasi kerja untuk perusahaan ialah d) membentuk
keseimbangan yang sempurna antara kemampuan dan kemauan sehingga efisiensi
karyawan meningkat. e) peluang dalam mencapai tujuan perusahaan lebih besar. f)
keharmonisan antar pemimpin dan karyawan semakin baik. g) meningkatkan loyaliti
karyawan. Jam kerja yang panjang juga akan mempengaruhi motivasi kerja, itulah
mengapa sistem waktu bekerja pada perusahan dibagi menjadi beberapa shift.
Apabila jam kerja suatu perusahaan sangat padat maka akan menyebabkan tingat
demotivasi yang tinggi.
LAMPIRAN JURNAL

1-5
Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Bisnis (JPEB) Vol.1 No.2 Oktober 2013 ISSN: 2302-2663

PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP


PRODUKTIVITAS KERJA PADA KARYAWAN PT. KABELINDO MURNI, Tbk.

Roni Faslah
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta

Meghar Tremtari Savitri


Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara


motivasi kerja dan disiplin kerja terhadap produktivitas kerja pada karyawan PT.
Kabelindo Murni, Tbk. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey
dengan pendekatan korelasional. Populasi terjangkau penelitian ini adalah
seluruh karyawan produksi PT. Kabelindo Murni, Tbk sebanyak 139 orang.
Sampel yang digunakan sebanyak 100 orang karyawan. Persamaan regresi
yang didapat adalah Ŷ = -145.950 + 0.633 X1 + 1.987 X2. Uji hipotesis yaitu uji
F dalam tabel ANOVA menghasilkan Fhitung (29.801) > Ftabel (3,11), hal ini berarti
X1 (Motivasi Kerja) dan X2 (Disiplin Kerja) secara bersama – sama memiliki
pengaruh dengan Y (Produktivitas Kerja). Uji t menghasilkan thitung dari X1
(Motivasi Kerja) sebesar 4,903 dan thitung dari X2 (Disiplin Kerja) sebesar 4.166
dan ttabel sebesar 1,66 karena thitung lebih besar dari ttabel. Kemudian uji koefisien
determinasi diperoleh hasil 38,1% yang berarti bahwa variabel Y (Produktivitas
Kerja) ditentukan oleh X1 (Motivasi Kerja) dan X2 (Disiplin Kerja) secara
simultan yaitu 38,1%. Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang
positif dan signifikan antara motivasi kerja dengan produktivitas kerja dan
disiplin kerja dengan produktivitas kerja pada karyawan.

Kata kunci: motivasi kerja, disiplin, produktivitas

PENDAHULUAN dukungan bagi perusahaan untuk


Untuk bersaing secara mencapai tujuan perusahaan, serta
kompetitif dalam era globalisasi ini, memiliki sikap mental yang baik,
maka perusahaan membutuhkan mempunyai semangat kerja yang
karyawan yang cakap dan tinggi sehingga dapat
berkualitas yang dapat memberi memanfaatkan dan mengendalikan

40 http://www.jpeb.net
Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Bisnis (JPEB) Vol.1 No.2 Oktober 2013 ISSN: 2302-2663

sumber daya lainnya. Semangat lingkungan kerja, pelatihan dan


kerja yang tinggi tercermin pula disiplin kerja.
dalam motivasi kerja yang berarti Hal yang penting bagi
mengacu pada dorongan dan usaha pemimpin perusahaan adalah
untuk memuaskan kebutuhan suatu memotivasi para karyawannya agar
tujuan dalam perusahaan. mereka dapat menjadi karyawan
Mengingat kedudukan karyawan yang produktif dan efektif dalam
dalam suatu perusahaan sangat pekerjaan. Upaya memotivasi
penting, maka karyawan diharapkan karyawan dapat menyebabkan
dapat memberikan kontribusi karyawan mampu meningkatkan
sehingga tujuan perusahaan akan produktivitas kerjanya sehingga
tercapai. Dalam kegiatan di tanggung jawabnya untuk
perusahaan, seringkali pihak meningkatkan produksi semakin
manajemen menemukan kesulitan besar.
dalam mengatur para karyawan. Motivasi kerja merupakan
Permasalahan ini mencakup pemberian daya gerak yang
bagaimana mengoptimalkan menciptakan keinginan kerja
motivasi kerja dan disiplin kerja seseorang agar mereka mau
yang tinggi, yang tentunya dapat bekerja sama, bekerja efektif dan
mempengaruhi produktivitas kerja terintegrasi dengan segala daya dan
karyawan. upayanya untuk mencapai
Bagi karyawan, tingkat kepuasan kerja. Pemberian motivasi
produktivitas kerja yang tinggi dapat sangat penting dalam setiap
memberikan keuntungan tersendiri, perusahaan, dengan adanya
seperti peningkatan gaji, motivasi merupakan hal yang
memperluas kesempatan untuk menyebabkan, menyalurkan, dan
dipromosikan, serta membuat ia mendukung perilaku manusia agar
semakin ahli dan berpengalaman bekerja giat untuk mencapai hasil
dalam bidang pekerjaannya. Oleh maksimal. Karyawan yang memiliki
sebab itu, pemimpin harus benar- motivasi kerja yang tinggi akan
benar memberikan perhatian dapat mendorong dirinya sendiri
terhadap faktor-faktor yang untuk bekerja lebih giat dan selalu
mempengaruhi produktivitasi kerja. berinspirasi serta bersemangat
Banyak hal yang mempengaruhi dalam melakukan pekerjaannya.
produktivitas kerja, diantaranya Motivasi juga dapat menggerakkan
motivasi kerja, stres kerja, insentif, dan menuntun karyawan dalam
mencapai sasaran, membantu

http://www.jpeb.net 41
Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Bisnis (JPEB) Vol.1 No.2 Oktober 2013 ISSN: 2302-2663

dalam mengambil inisiatif dan bawah sampai tingkat atas. Sebagai


bertindak secara efektif sehingga karyawan, setiap tindakan dan
dapat mencapai tujuan yang telah perbuatan yang dilakukan harus
ditetapkan. sesuai dengan peraturan yang telah
Seorang karyawan yang baik ditetapkan oleh perusahaan. Namun
pasti akan terus termotivasi dan pada kenyataannya, saat ini masih
memberikan kontribusi untuk terdapat karyawan yang melanggar
keberhasilan perusahaan. Semakin aturan jam tata tertib kerja yang
tinggi motivasi yang diberikan sudah di tentukan oleh perusahaan,
seorang karyawan demi untuk hal ini di karenakan kurangnya rasa
pencapaian peningkatan tanggung jawab seorang karyawan
perusahaannya, maka akan terhadap tugas yang dibebankan
semakin meningkat pula kepadanya sehingga mempengaruhi
produktivitas kerja karyawan dalam produktivitas kerja karyawan.
perusahaan.
Untuk menciptakan
produktivitas kerja karyawan tidak KAJIAN PUSTAKA
mudah, banyak faktor yang Produktivitas Kerja
mempengaruhinya diantaranya Triton P.B (2007:80)
adalah motivasi kerja dan disiplin mendefinisikan bahwa Produktivitas
kerja karyawan pada perusahaan. kerja sebagai perbandingan hasil-
Faktor lain yang tidak kalah hasil yang dicapai dengan
pentingnya dalam meningkatkan keseluruhan sumber daya yang di
produktivitas kerja karyawan adalah pergunakan atau perbandingan
insentif. Insentif merupakan suatu jumlah produksi (output) dengan
alat yang digunakan untuk dapat sumber daya yang digunakan
memenuhi apa yang diinginkan (input). Dengan begitu produktivitas
karyawan. merupakan ukuran hubungan antara
Faktor disiplin kerja input (tenaga kerja, modal, sumber
merupakan salah satu faktor yang daya alam, energi, dan lain-lain)
penting dalam terciptanya dengan kualitas dan kuantitas
produktivitas kerja yang tinggi. output (barang dan jasa). Hal
Setiap perusahaan memiliki serupa di jelaskan Greeberg yang
manajemen yang dilengkapi dengan dikutip oleh Robert L. Mathis
peraturan dan ketentuan kerja yang (2001:12) mendefinisikan
jelas untuk dilaksanakan oleh “produktivitas kerja sebagai
seluruh karyawan dari tingkat perbandingan antara totalitas

42 http://www.jpeb.net
Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Bisnis (JPEB) Vol.1 No.2 Oktober 2013 ISSN: 2302-2663

pengeluaran pada waktu tertentu organisasi,yang dapat diukur dari


dibagi totalitas masukan selama segi efektifitas dan efisiensi. Dalam
periode tersebut”. hal ini, efektivitas dan efisiensi yang
Ukuran produktivitas kerja difokuskan pada aspek-aspek: 1)
yang paling terkenal berkaitan hasil akhir (produk nyata) yang
dengan tenaga kerja yang dapat dicapai, baik dilihat dari kualitas
dihitung dengan membagi maupun kuantitasnya; 2)
pengeluaran oleh jumlah yang penggunaan sumberdaya secara
digunakan atau jam-jam kerja optimal; serta 3) kerjasama dengan
karyawan dalam suatu perusahaan. permintaan pasar atau pengguna.
Sedangkan definisi produktivitas Pendapat ini sejalan dengan
kerja menurut Zainal Mustafa Eq pandangan Blecher (Wibowo,
(2007:179-192), yaitu 2008:241) “produktivitas kerja
“perbandingan antara hasil yang adalah hubungan antara keluaran
dapat dicapai dengan pemakaian atau hasil organisasi dengan
mesin secara masukan yang diperlukan.”
tepat dan peran tenaga kerja yang Produktivitas dapat
bersangkutan per satuan waktu. dikuantifikasi dengan membagi
Secara matematis, jika hasil kerja keluaran dengan masukan.
atau output = 0 dan peran tenaga Menaikkan produktivitas dapat
kerja atau input = 1 maka dilakukan dengan memperbaiki
produktivitas kerja = (0/1)*100%”.3 rasio produktivitas, dengan
Seorang tenaga kerja dinilai menghasilkan lebih banyak keluaran
produktif jika yang bersangkutan atau output yang lebih baik dengan
mampu menghasilkan output lebih tingkat masukan sumber daya
banyak dalam satuan waktu tertentu. Dalam hal ini, produktivitas
tertentu. Jika produktivitas kerja kerja dapat dinilai penggunaan
hanya dikaitkan dengan waktu saja, sumber daya, waktu yang ditempuh
maka jelas kiranya bahwa dalam mengerjakan pekerjaanya,
produktivitas kerja sangat teknik yang ia gunakan dan
tergantung pada segi keterampilan tentunya dengan hasil yang
dan keahlian tenaga kerja secara diperoleh dari proses kegiatan
fisik. tersebut.
Menurut Tjutju Yuniarsih Sasaran utama manajemen
(2009 : 160-161) menyatakan sumber daya manusia adalah
bawah produktivitas kerja ditentukan menciptakan sistem
oleh dukungan semua sumberdaya memberdayakan personil yang

http://www.jpeb.net 43
Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Bisnis (JPEB) Vol.1 No.2 Oktober 2013 ISSN: 2302-2663

dapat menampilkan kinerja Dalam hal ini Whitemore


produktif. Produktivitas kerja memandang produktivitas kerja
menunjukan tingkat kemampuan sebagai ukuran atas penggunaan
pegawai dalam mencapai hasil sumber daya organisasi yang
(output), terutama dilihat dari sisi dinyatakan sebagai rasio antara
kuantitasnya. Oleh karena itu tingkat output yang dicapai dengan sumber
produktivitas kerja setiap pegawai daya yang digunakan.
bisa berbeda, bisa tinggi dan bisa Dari beberapa pendapat di
juga rendah tergantung pada tingkat atas dapat disimpulkan produktivitas
kegigihan dalam menjalani tuganya. kerja adalah perbandingan antara
Menaikan produktivitas hasil yang diperoleh (output)
pekerja berarti mengupayakan agar dengan sumber daya yang
pekerja menghasilkan lebih banyak digunakan sebagai masukan (input)
output selama periode waktu yang selama satuan waktu tertentu dalam
sama. Perusahaan dapat menaikan suatu proses kerja.
produktivitas pekerja dengan
meminta para pekerja yang ada Disiplin Kerja
bekerja lebih keras atau dengan Disiplin yang baik
memperbaiki proses-proses kerja. mencerminkan besarnya rasa
Dengan demikian, tanggung jawab seseorang
produktivitas kerja dapat diartikan terhadap tugas-tugas yang
sebagai hasil nyata (produk) yang diberikan kepadanya. Hal ini
dihasilkan oleh individu ataupun mendorong gairah kerja, semangat
kelompok, selama satuan waktu kerja, dan terwujudnya tujuan
tertentu dalam suatu proses kerja. perusahaan. Menurut I.G Wursanto
Dalam hal ini, semakin tinggi produk (2001:108) memberikan definisi
yang dihasilkan dalam waktu yang mengenai “disiplin kerja, yaitu
semakin singkat dapat dikatakan keadaan yang menyebabkan atau
bahwa tingkat produktivitasnya memberikan dorongan kepada
mempunyai nilai yangt tinggi. karyawan untuk bekerja dan
Whitemore (Sedarmayanti, melakukan segala kegiatan sesuai
2011:198) “productivity is measure dengan norma-norma dan aturan-
of the use of the resourcesof an aturan yang telah ditetapkan.
organizationand is usually Disiplin kerja menurut Pandji
expressedas a ratio of the output Anoraga (2004:178) diartikan
obtained by the use resources to the sebagai “sikap karyawan yang
amount of resources employee. senantiasa berkehendak untuk

44 http://www.jpeb.net
Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Bisnis (JPEB) Vol.1 No.2 Oktober 2013 ISSN: 2302-2663

mengikuti atau mematuhi segala mematuhi norma dan peraturan


peraturan dalam bekerja yang telah organisasi tertentu dalam bekerja”.
ditentukan oleh perusahaan” Hal Kedisiplinan sangat mempengaruhi
serupa dikatakan Gauzali Saydam kinerja karyawan dan perusahaan.
mendefinisikan “disiplin kerja Kedisiplinan seharusnya dipandang
merupakan sikap kesediaan sebagai bentuk latihan bagi
karyawan dalam bekerja untuk karyawan dalam melaksanakan
mematuhi atau mentaati segala aturan-aturan perusahaan. Semakin
norma dan peraturan yang berlaku disiplin maka semakin tinggi pula
di perusahaan”. kinerja karyawan dan perusahaan.
Peraturan sangat di perlukan Disiplin kerja menurut B. Siswanto
untuk memberikan bimbingan bagi Sastro Hadiwiryo (2002:291)
karyawan dalam menciptakan tata mendefinisikan sebagai “Suatu
tertib yang baik di perusahaan. sikap menghormati, menghargai,
Dengan tata tertib yang baik, maka dan patuh atau taat terhadap
produktivitas kerja pada karyawan peraturan yang berlaku, baik yang
akan meningkat, halini akan tertulis maupun yang tidak tertulis,
mendukung tercapainya tujuan serta sanggup menjalankannya dan
perusahaan. Kedisiplinan suatu tidak mengelak untuk menerima
perusahaan dikatakan baik, jika sangsi-sangsinya apabila ia
sebagian besar karyawan mentaati melanggar tugas dan wewenang
peraturanperaturan yang ada. yang diberikan kepadanya”.
Dalam disiplin kerja dituntut Alex S. Nitisemito (2000:199)
adanya kesanggupan menghayati mengatakan Disiplin kerja yang baik
peraturan-peraturan, norma-norma, mencerminkan besarnya rasa
dan tata tertib yang berlaku, tanggung jawab seorang karyawan
sehingga secara sadar mentaatinya. terhadap pekerjaan yang diberikan
Kesadaran tersebut menandakan kepadanya. Hal ini mendorong
telah tertanamnya unsur semangat kerja dan mendukung
pengendalian diri dalam terwujudnya tujuan karyawan dan
mengimplementasikan apa yang masyarakat dengan disiplinnya,
telah disadarinya. Sehingga, pekerjaan akan dilakukan dengan
menunjukan adanya sikap mental seefektif dan seefisien mungkin.
dan norma yang tinggi. Wujud kepatuhan dalam
Menurut Sjafri dan Aida disiplin kerja bisa dilihat dari sikap,
(2007:122) “disiplin kerja adalah tingkah laku, dan perbuatan
sifat karyawan yang secara sadar karyawan yang sesuai dengan

http://www.jpeb.net 45
Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Bisnis (JPEB) Vol.1 No.2 Oktober 2013 ISSN: 2302-2663

peraturan-peraturan yang ada di menyatakan “hubungan antara


dalam perusahaan. Peraturan- disiplin kerja terhadap produktivitas
peraturan tersebut dijadikan kerja karyawan adalah sangat kuat,
pedoman bagi seluruh karyawan yang artinya jika disiplin kerja yang
sehingga segala sesuatu yang diterapkan dalam perusahaan baik
dilakukan terarah pada ketentuan maka produktivitas kerja karyawan
yang di anggap benar, tidak juga akan semakin meningkat”. Hal
merugikan siapapun. serupa di ungkapkan oleh Widodo
Disiplin kerja yang efektif dan Sunarso (2009:55), “disiplin
dalam perusahaan adalah apabila kerja sangat mempengaruhi
pemimpin tidak mentolelir perilaku terhadap produktivitas karena
karyawan yang menyimpang, dengan disiplin kerja maka pekerja
karena hal tersebut dianggap tidak mampu melaksanakan
relevan dalam tindakan pekerjaannya sesuai dengan ilmu
pendisiplinan. Dalam penegakan yang di dapat dari penyuluhan”.
disiplin kerja sebaiknya diarahkan
kepada perilakunya dan bukan Motivasi Kerja
kepada karyawan secara pribadi, Agar dapat mencapai tujuan
karena alasan pendisiplinan adalah perusahaan yang maksimal
untuk meningkatkan produktivitas seseorang pemimpin harus dapat
karyawan. memberikan motivasi kerja yang
Beberapa faktor yang tepat bagi karyawannya. Hal ini
mengarah pada praktik disiplin kerja tentu saja tidaklah mudah untuk
yang efektif di perusahaan menurut dilakukan karena setiap karyawan
Robert L. Mathis dan John H. mempunyai tingkat kebutuhan yang
Jackson (2001:317), diantaranya: berbeda-beda. Seorang pemimpin
1. Pelatihan untuk manajer harus mampu memahami dan
2. Konsistensi dari tindakan mengetauhi bagaimana memenuhi
pendisiplinan kebutuhan karyawannya agar
3. Dokumentasi semangat dan produktivitas
4. Tindakan disiplin yang segera kerjanya dapat meningkat.
5. Disiplin yang impersonal Menurut Adella Hotyda
Bebererapa penelitian yang Siregar (2007:23) “motivasi kerja
relevan antara disiplin kerja denga adalah sesuatu yang menimbulkan
produktivitas kerja karyawan keinginan bagi seseorang atau
diantaranya adalah hasil penelitian pekerja, baik yang berasal dari
dari Afni Faunida (2012: 12) dalam dirinya maupun yang berasal

46 http://www.jpeb.net
Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Bisnis (JPEB) Vol.1 No.2 Oktober 2013 ISSN: 2302-2663

dari luar untuk melaksanakan (intrinsik) dan sumber dorongan dari


pekerjaan atau kegiatan dengan luar (ekstrinsik):
rasa tanggung jawab guna a. Intrinsik
mencapai tujuan yang diinginkan”. 1. Kebutuhan-kebutuhan ( needs)
motivasi kerja adalah suatu 2. Tujuan-tujuan (goals)
keadaan yang mendorong atau b. Ekstrinsik
yang mengerakkan seseorang atau 1. Pegawasan (supervision)
karyawan untuk melakukan suatu 2. Pengahargaan ( rewards)
tindakan atau pekerjaan tertentu 3. Keamanan kerja ( job-security)
kearah yang lebih baik. Motivasi Faktor pendorong motivasi
kerja menurut Osborne yang dikutip yang menyebabkan seseorang
oleh Suwatno (2011:171), bekerja adalah adanya kebutuhan
Motivasion to work describes the yang harus dipenuhi. Aktivitas
forces within an individual that dalam bekerja dapat berupa
account for the level, direction and menghasilkan sesuatu dan pada
persintence of effort expended akhirnya bertujuan untuk memenuhi
adequately”. kebutuhan-kebutuhannya.
Berdasarkan definisi di atas Menurut A.H Maslow
maka dapat disimpulkan motivasi (Ivancevic, 2005:148), kebutuhan-
kerja berkaitan dengan usaha yang kebutuhan manusia dapat
dilakukan seseorang atau karyawan dikelompokkan ke dalam lima
dalam rangka mencapai tujuan tingkat, yaitu:
dalam bekerja yang bersifat 1. Physiological needs
individual. 2. Safety needs
Secara umum dorongan ada 2 3. Affiliation or acceptance needs
macam yang dikenal , yaitu: 4. Esteem needs
a. Dorongan intrinsik adalah 5. Self actualization Needs
motivasi yang timbul dari dalam Dalam hal pemberian
diri individu. motivasi kerja ini pimpinan harus
b. Dorongan ekstrinsik adalah mampu melihat situasi serta
motivasi yang disebabkan oleh suasana kerja para karyawan pada
adanya rangsangan atau saat bekerja, hal ini berguna untuk
dorongan dari luar. memberikan motivasi pada saat
Dipertegas oleh Faustino kapan para karyawan di beri
Cardoso (2002:181) dorongan motivasi, baik itu motivasi positif
digolongkan menjadi dua, yaitu maupun negatif.
sumber dorongan dari dalam diri

http://www.jpeb.net 47
Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Bisnis (JPEB) Vol.1 No.2 Oktober 2013 ISSN: 2302-2663

Malayu Hasibuan (2007:35) efektif merangsang gairah kerja


(membedakan motivasi menjadi: karyawan. Motivasi positif efektif
1. Motivasi positif (incentive untuk jangka waktu panjang
positive) sedangkan motivasi negatif efektif
2. Motivasi negative (incentive untuk jangka waktu pendek. Akan
negative). tetapi, manajer harus konsisten dan
Motivasi positif (incentive adil dalam menerapkannya.
positive), maksudnya mananjer Dalam pemberian motivasi
memotivasi (merangsang) bawahan seluruh perusahaan mempunyai
dengan memberikan hadiah kepada kesamaan tujuan untuk merangsang
mereka yang berprestasi diatas dan mendorong individu agar
prestasi standar. Dengan motivasi bekerja lebih giat, efisien dan efektif
positif, semangat kerja bawahan dalam rangka mencapai tujuan
akan meningkat karena umumnya perusahaan. Ada beberapa tujuan
manusia senang yang baik-baik yang diperoleh dari pemberian
saja. motivasi menurut Malayu S.P
Motivasi negative (incentive Hasibuan (2007:36) yaitu:
negative), maksudnya manajer 1. Meningkatkan moral dan
memotivasi bawahan dengan kepuasan kerja karyawan.
standar mereka akan mendapat 2. Meningkatkan produktivitas kerja
hukuman. Dengan motivasi negatif karyawan
ini semangat bekerja bawahan 3. Mempertahankan kestabilan
dalam jangkah waktu pendek akan karyawan perusahaan
meningkat karena mereka takut 4. Meningkatkan disiplin karyawan
dihukum, tetapi untuk jangka waktu 5. Mengefektifkan pengadaan
panjang dapat berakibat kurang karyawan
baik. 6. Menciptakan suasana dan
Dalam prakteknya kedua hubungan kerja yang baik
jenis motivasi di atas sering 7. Meningkatkan loyaritas,
digunakan oleh suatu perusahaan. kreatifitas dan partisipasi
Penggunaanya harus tepat dan karyawan
seimbang supaya dapat 8. Meningkatkan tingkat
meningkatkan semangat kerja serta kkesejahteraan karyawan
dapat meraih produktivitas kerja 9. Mempertinggi rasa tanggung
yang diinginkan. Yang menjadi jawab karyawan terhadap
masalah adalah kapan motivasi tugastugasnya.
positif atau motivasi negative dapat

48 http://www.jpeb.net
Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Bisnis (JPEB) Vol.1 No.2 Oktober 2013 ISSN: 2302-2663

10. Meningkatkan efisiensi sedangkan apabila semakin buruk


pengunaan alat-alat dan bahan pelatihan, disiplin kerja dan motivasi
baku.49 kerja maka produktivitas kerja juga
Menurut Payama akan semakin turun”.
Simanjuntak (Priyono, 2008) Berdasarkan uraian tersebut
menyatakan bahwa perbaikan di maka dapat disimpulkan bahwa
bidang pengupahan dan jaminan motivasi kerja adalah suatu
sosial dapat menumbuhkan motivasi keadaan yang sengaja di kondisikan
kerja dan meningkatkan agar seseorang terdorong untuk
kemampuan fisik tenaga kerja. melakukan kegiatan yang sesuai
Adanya kepastian atas dengan tujuan organisasi dan
kelangsungan pekerjaan dan terpenuhinya kebutuhan hidupnya.
penghasilan yang akan di peroleh
merupakan daya dorong yang besar Perumusan Hipotesis
untuk meningkatkan produktivitas 1. Terdapat pengaruh positif antara
tenaga kerja. Sedangkan menurut motivasi kerja terhadap
Malayu S.P. Hasibuan (2007), produktivitas kerja.
“motivasi penting karena dengan 2. Terdapat pengaruh positif antara
motivasi karyawan mau bekerja disiplin kerja terhadap
keras dan antusias untuk mencapai produktivitas kerja.
produktivitas yang tinggi”. 3. Terdapat pengaruh positif antara
Dipertegas oleh Winardi dalam Acu motivasi kerja dan disiplin kerja
Supratman (2006) seseorang yang produktivitas kerja.
termotivasi akan melaksanakan
upaya yang substansial, guna
menunjang kesatuan kerjanya. METODOLOGI PENELITIAN
Motivasi penting karena dengan Metode penelitian yang
motivasi di harapkan setiap individu digunakan adalah metode survei
karyawan mau bekerja keras dan dengan pendekatan korelasional.
antusias untuk mencapai Dalam penelitian ini yang menjadi
produktivitas kerja yang tinggi. populasi adalah seluruh karyawan
Hal serupa diungkapkan juga PT. Kabelindo Murni, Tbk yang
oleh Afni Faunida (2012) berjumlah 287 karyawan.
menyatakan, “semakin baik Sedangkan populasi terjangkaunya
pelatihan, disiplin kerja dan motivasi adalah karyawan pada bagian
kerja maka semakin tinggi Production PT. Kabelindo Murni,
produktivitas kerja karyawan, Tbk yang berjumlah 139 karyawan,

http://www.jpeb.net 49
Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Bisnis (JPEB) Vol.1 No.2 Oktober 2013 ISSN: 2302-2663

maka sample yang diambil signifikan terhadap produktivitas


sebanyak 100 responden. kerja.
Analisis koefisien determinasi
(R2) digunakan untuk mengukur
HASIL PENELITIAN seberapa besar kemampuan suatu
Hasil uji perysaratan analisis model menerangkan variasi variabel
menunjukkan bahwa data dependen. Diketahui nilai R2
berdistribusi normal, model regresi adalah 0,381. Jadi kemampuan dari
tidak terjadi multikolinearitas dan variabel Motivasi Kerja dan Disiplin
tidak adanya masalah Kerja untuk menjelaskan
heterokedastisitas. Produktivitas Kerja secara simultan
Persamaan regresinya yaitu 38,1% sedangkan sisanya
adalah Ŷ = -145.950 + 0.633 X1 + sebesar 61,9% dipengaruhi oleh
1.987 X2. Hasil pengujian hipotesis faktor lain yang tidak diteliti.
dengan menggunakan uji F
diperoleh Fhitung (29.801) > Ftabel KESIMPULAN
(3,11), artinya H0, hingga dapat Hasil pengujian hipotesis
disimpulkan Motivasi Kerja dan menghasilkan kesimpulan :
Disiplin a. Terdapat pengaruh positif yang
Kerja secara serentak berpengaruh signifikan antara motivasi kerja
terhadap Produktivitas Kerja. dan produktivitas kerja. Artinya
Uji t untuk mengetahui jika motivasi kerja tinggi, maka
pengaruh variabel independent produktivitas kerja juga akan
secara parsial terhadap variabel tinggi, dan sebaliknya jika
dependen, apakah pengaruhnya motivasi kerja rendah, maka
signifikan atau tidak. Dapat produktivitas kerja juga akan
diketahui bahwa thitung dari motivasi rendah.
kerja (4,903) > ttabel (1,66) hal ini b. Terdapat pengaruh positif yang
menunjukan bahwa motivasi kerja signifikan antara disiplin kerja
mempunyai pengaruh positif yang dan produktivitas kerja. Artinya
signifikan terhadap produktivitas jika disiplin kerja tinggi, maka
kerja. Selain itu diketahui juga produktivitas kerja juga akan
bahwa thitung dari disiplin kerja tinggi, dan sebaliknya jika
(4.166) > ttabel (1,66) hal ini disiplin kerja rendah, maka
meunjukkan bahwa disiplin kerja produktivitas kerja juga akan
mempunyai pengaruh positif yang rendah.

50 http://www.jpeb.net
Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Bisnis (JPEB) Vol.1 No.2 Oktober 2013 ISSN: 2302-2663

c. Ada pengaruh positif yang Damodar N. Gujarati, Basic


signifikan antara motivasi kerja Econometrics, (Mc Graw Hill,
dan disiplin kerja terhadap USA, 2003)
produktivitas kerja. Edy Sutrisno, Budaya Organisasi,
(Jakarta: Kencana, 2010)
Eliza Herijulianti, Pendidikan
DAFTAR PUSTAKA Kesehatan Gigi, (Jakarta:
EGC, 2001)
Acu Supratman, Jurnal Percikan Endang Sri Astuti dan
Vol. 69 Edisi September Resminingsih, Bahan Dasar
2006 Untuk Pelayanan Konseling
Adella Hotyda Siregar dan Meiwana Pada Satuan Pendidikan
Sinisula, “Hubungan Antara Menengah Jilid 1, (Jakarta:
Motivasi Kerja, Grasindo, 2010)
Kesejahteraan dan Pelatihan Faustino Cardoso Gomes,
Kinerja”, Jurnal Manajemen Manajemen Sumber Daya
Mutu. Juli 2007 No. 2 Manusia, Ed. 1, (Yogyakarta:
Afni Fuanida, Jurnal ilmu ANDI, 2002)
Administrasi Bisnis Vol. 1 No. Faustino Cardoso Gomes,
1, 2012 Manajemen Sumber Daya
Aimee L. Franklin, Javier F. Pagan, Manusia, Edisi ke-2
Review Of Public Personel (Yogyakarta: ANDI, 2009)
Administration, (Columbia: Gauzali Saydam, Manajemen
Maret 2006, Vol. 26) Sumber Daya Manusia,
Alex S. Nitisemito, Manajemen (Jakarta: Gunung Agung,
Personalia, (Jakarta: Gharia 2000)
Indonesia, 2000) Husein Umar, Metode Riset dan
B. Siswanto Sastrohadiwiryo, Bisnis, (Jakarta: PT.
Manajemen Tenaga Kerja Gramedia Pustaka Utama,
Indonesia, (Jakarta: Bumi 2002)
Aksara, 2002) Husein Umar, Riset Sumber Daya
Burhanudin A, Administrasi Manusia, (Jakarta: PT.
Kepegawaian Suatu Tinjauan Gramedia Pustaka Utama,
Analitik, (Jakarta: Pradnya 2005)
Paramita, 2001) Husein Usman, Manajemen Teori:
Praktik dan Riset Pendidikan,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2006)

http://www.jpeb.net 51
Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Bisnis (JPEB) Vol.1 No.2 Oktober 2013 ISSN: 2302-2663

I.G Wursanto, Manajemen Robert L. Mathis dan John H.


Kepegawaian 2, (Yogyakarta: Jackson, Manajemen
Kanisius, 2001) Sumber Daya Manusia
Ivancevic, John M., Robert (Jakarta: Salemba Empat,
Konopaske, Michael T. 2001)
Matteson, Perilaku dan Sedarmayanti, Tata Kerja dan
Manajemen Organisasi, Produktivitas Kerja
(Jakarta: Erlangga, 2005) (Bandung: CV. Mandar Maju,
Jannati Tangngisalu, Jurnal Ilmiah 2011)
Bongaya (Manajemen & Sjafri Mangkuprawira dan Aida
Akuntansi), No. IV: Oktober Vitalaya Hubeis, Manajemen
2008 Mutu Sumber Daya Manusia,
Malayu S.P. Hasibuan, Organisasi (Jakarta: Ghalia Indonesia,
Dan Motivasi, Dasar 2007)
Peningkatan Produktivitas Sondang P. Siagian, Manajemen
(Jakarta: PT Bumi Aksara, Sumber Daya Manusia,
2007) (Bandung: Bumi Aksara,
Mapparenta, Jurnal Economic 2004)
Resourrces Vol. 11 No. 30, Sugiyono, Metode Penelitian
Februari, 2010 Pendidikan, (Bandung:
Pandji Anoraga, Manajemen Bisnis, Alfabeta, 2006),
(Jakarta: Rineka Cipta, 2004) Sugiyono, Statistik untuk Penelitian.
Priyono Tjiptoheriyanto dan Lailan (Bandung: Alfabeta, 2000)
Nagib, Pengembangan Suharsimi Arikunto, Manajemen
Sumber Daya Manusia, Penelitian, (Jakarta: Rineka
(Jakarta: Lipi Press, 2008) Cipta, 2009)
Rabianur Lubis, “Hubungan Antara Suwatno dan Donni Juni Priansa,
Disiplin Kerja dan Motivasi Manajemen SDM dalam
Kerja Terhadap Produktivitas Organisasi Publik dan Bisnis,
Kerja Dosen di Lingkungan (Bandung: Alfabeta, 2011)
Universitas Islam 45 Tjutju Y. Dan Suwatno, Manajemen
Bekasi”,Vol. 8 No. 1, 2012 Sumber Daya Manusia,
Raja Bambang Sutikno, The Power (Bandung: CV. Alfabeta,
of Empathy in Leadership, 2009)
(Jakarta: PT. Gramedia Tjutju Yuniarsih dan Suwatno,
Pustaka Utama, 2007) Manajemen Sumber Daya
Manusia, Teori, Aplikasi dan

52 http://www.jpeb.net
Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Bisnis (JPEB) Vol.1 No.2 Oktober 2013 ISSN: 2302-2663

Isu Penelitian (Bandung: Widodo dan Sunarso, Jurnal


Alfabeta, 2009) Manajemen Sumber Daya
Triton P.B., Manajemen Sumber Manusia Vol. 3 No. 1, Juni
Daya Manusia : Perspektif 2009
Partnership dan Kolektivitas, Zainal Mustafa Eq, Pengaruh
(Yogyakarta: Tugu Publisher, Kecerdasan Emosi Terhadap
2007) Produktivitas Kerja
Veithzal Rivai, Manajemen Sumber Karyawan, (Jurnal Kajian
Daya Manusia Untuk Bisnis dan Manajemen), Vol.
Perusahaan, (Jakarta: Raja 9 No. 2, Juni 2007.
Grafindo, 2005)
Wibowo, Manajemen Kinerja,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2008)

http://www.jpeb.net 53
Analisis Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kepuasan Kerja
(Studi Kasus pada Karyawan Restoran di Pakuwon Food Festival Surabaya)

Endo Wijaya Kartika, Thomas S. Kaihatu


Program Manajemen Perhotelan, Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra
Email: endo@peter.petra.ac.id, tommykaihatu@yahoo.com

ABSTRACT
Surabaya as the third largest city in Indonesia, become more popular for its culinary industry from the
smallest scale of traditional warung until the high end scale of fine dining restaurant. The amount of the
restaurant business is gradually increase, this phenomenon makes a good advantage for the local people
especially the amount of job opportunity. In the other side, restaurant industries in Surabaya also facing the
high rivalry and competition among individual restaurant business. In order to survive from the competition ,
each business should have its own competitive advantage. Human resource is one of the most important
resource to gaining the competitive advantage, since it related with human being at the final result how
excellent was the planning process, human aspect will take a final decision for the result of a process. The
research is focusing on the relation between motivation and job satisfaction, the writer saw the phenomenon
in Pakuwon Food Festival, that some employee feel satisfy with their work, although the working pressure is
high enough to make someone resign from his job within 7 days of work. According to the pre-interview, the
writer found that the employee feel comfortable with their work because of their workmates is very social and
feel like a new small family in working environment. This research used quantitative approach for the data
process, and simple linear regression for the analysis. The result of the research is that job satisfaction is
significantly affected by motivation.

Keywords: job satisfaction, motivation, restaurant employee.

PENDAHULUAN perusahaan meliputi sumber daya finansial, fisik,


sumber daya manusia, dan kemampuan teknologis
Semakin maraknya wisata kuliner yang akhir- dan sistem (Simamora, 1993). Restoran yang ada di
akhir ini menjadi ikon dari kota Surabaya, Surabaya saat ini juga diharuskan untuk mengelola
memberikan dampak yang berarti pula bagi industri sumber daya yang dimiliki dengan baik, mengingat
makanan baik yang berskala kecil maupun yang sumber-sumber yang dimiliki juga bersifat terbatas,
berskala besar. Pada tahun 2008, jumlah restoran sehingga setiap restoran dituntut untuk mampu
yang terdaftar mencapai 300 unit, dan di tahun 2009 memberdayakan dan juga mengoptimalkan peng-
menjadi 500 unit, sedangkan yang belum terdaftar gunaan sumber dayanya dengan baik, supaya dapat
jumlahnya mencapai 1500 unit (http://www.surya. mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.
co.id). Data tersebut dapat memberikan gambaran Karyawan sebagai sumber daya manusia yang
bahwa jumlah tenaga kerja yang dapat diserap dari dimiliki oleh restoran menempati posisi strategis
sektor restoran cukup tinggi, hal ini merupakan dalam sebuah perusahaan diantara sumber daya
keuntungan yang dapat dipetik khususnya bagi lainnya, sehingga untuk dapat menghasilkan output
masyarakat Surabaya, karena peluang untuk men- yang sesuai dengan harapan perusahaan, sudah
dapatkan lapangan pekerjaan akan semakin luas. seharusnya sumber daya manusia dikelola dan
Disisi lain, industri restoran di Surabaya saat ini dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Seringkali
mengalami persaingan yang cukup tinggi. Mengingat masalah yang berkaitan dengan sumber daya manusia
begitu banyaknya restoran baru yang selalu muncul terus meningkat, khususnya berhubungan dengan
membuat setiap restoran harus memiliki keunggulan supply tenaga kerja yang terampil, memiliki
kompetitif yang dapat membuat mereka survive kemampuan adaptasi yang tinggi, dan mampu
dalam menjalankan bisnis mereka. Setiap organisasi menghadapi ambiguitas atau kerancuan yang terjadi.
perusahaan beroperasi dengan menggunakan seluruh Sumber daya manusia mempunyai andil yang besar
sumber daya yang ada untuk dapat menghasilkan bagi keberhasilan bisnis, khususnya apabila sumber
produk baik barang atau jasa yang bisa dipasarkan. daya manusia tersebut sudah siap pakai dan
Dalam hal ini pengelolaan sumber daya yang dimiliki berpengalaman. Namun perusahaan juga tidak dapat

100
Kartika: Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kepuasan Kerja 101

menentukan secara pasti juga bagaimana caranya dengan seorang manajer di salah satu restoran. Dalam
untuk merekrut, mempertahankan, dan memotivasi pembicaraan tersebut dikatakan bahwa jumlah
sumber daya manusia yang semakin beragam. Selain pengunjung di Food Festival selalu tidak menentu,
hal tersebut, perusahaan sering kali juga terkendala terkadang sangat ramai dan terkadang sangat sepi.
dengan bagaimana caranya untuk mendapatkan Sehingga terkadang pada saat sepi pengunjung yang
individu yang memiliki ketrampilan, pengetahuan, makan di restoran hanya sekitar 10 orang. Sehingga
dan kemampuan yang tepat. Hal itu semua akhirnya manajer tersebut dituntut untuk meningkatkan
bermuara pada bagaimana mengarahkan sumber daya promosi untuk lebih menarik pengunjung lagi, kalau
manusia yang ada supaya dapat menjadi sumber tidak tercapai akan ada kemungkinan restoran
keunggulan yang kompetitif. tersebut akan tutup. Hal yang serupa juga dikatakan
Seringkali yang terjadi, para karyawan yang oleh seorang supervisor di restoran yang lain.
bekerja di restoran memiliki ketrampilan, pengetahu- Fenomena kedua yang terjadi adalah beberapa
an, dan kemampuan yang cukup untuk bekerja sesuai karyawan menyatakan bahwa mereka puas terhadap
standar yang ditetapkan. Namun permasalahan yang pekerjaan mereka, walaupun kondisi tidak menentu
muncul terletak pada bagaimana mempertahankan dan sering mereka berada di bawah tekanan untuk
karyawan untuk tetap dapat bekerja sesuai dengan meningkatkan penjualan, namun mereka tetap
tuntutan yang ada, dan selalu bersemangat dalam menyatakan puas. Dari hasil wawancara singkat
setiap pekerjaannya. Salah satu penyebab yang terjadi dengan 7 orang karyawan, 5 orang diantaranya
adalah berkaitan dengan kepuasan kerja karyawan. menyatakan puas dengan pekerjaan mereka saat ini,
Kepuasan kerja adalah sikap emosional yang sedangkan 2 orang lainnya menyatakan tidak puas.
menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini Alasan yang diberikan oleh 5 orang responden yang
dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan dan menyatakan puas adalah karena muncul semangat
prestasi kerja. Kepuasan kerja dinikmati dalam atau motivasi dari dalam diri mereka untuk bekerja
pekerjaan, luar pekerjaan, dan kombinasi dalam dan setiap harinya, secara lebih konkrit mereka
luar pekerjaan (Hasibuan, 2001:202). Seorang menjelaskan bahwa dengan bertemu rekan kerja
karyawan akan dapat bekerja dengan lebih baik dan mereka setiap hari, dapat membuat mereka lebih
prestasi mereka akan meningkat pada saat mereka bersemangat dalam bekerja, karena mereka sudah
puas akan pekerjaan yang mereka lakukan. Menurut merasa cocok dan kompak satu dengan yang lainnya,
Robbins, “Kepuasan kerja adalah sebagai suatu sikap sehingga betapa berat dan kerasnya pekerjaan yang
umum seorang individu terhadap pekerjaannya. harus dijalani tetapi apabila dilakukan secara
Pekerjaan menuntut interaksi dengan rekan kerja, bersama-sama, maka berat dan kerasnya pekerjaan
atasan, peraturan dan kebijakan organisasi, standar tidak lagi menjadi masalah dan mereka justru
kinerja, kondisi kerja dan sebagainya. Seorang menikmatinya. Alasan yang lebih spesifik lainnya
dengan tingkat kepuasan kerja tinggi menunjukkan mengatakan bahwa mereka telah berkeluarga,
sikap positif terhadap kerja itu, sebaliknya seseorang sehingga mereka memiliki tanggung jawab yang
tidak puas dengan pekerjaannya menunjukkan sikap besar untuk memberi nafkah keluarga, dan kemudian
negatif terhadap kerja itu.” (Robbins, 1996 : 179). gaji yang mereka terima selama ini tergolong cukup
Dari pernyataan Robbins diketahui bahwa kepuasan tinggi, hal tersebut yang menjadi pemicu mereka
kerja cenderung bersifat subjektif karena berkaitan bekerja dengan lebih giat lagi. Sehingga secara umum
dengan individu masing-masing. mereka menyatakan merasa puas atas pekerjaan yang
Penulis melakukan observasi mengenai kepuasan mereka lakukan sekarang.
kerja, dengan obyek karyawan yang bekerja di Berdasarkan fenomena yang kedua, penulis
Pakuwon Food Festival, Pakuwon City, Surabaya. mengambil hipotesis awal bahwa faktor yang
Dalam observasi yang telah dilakukan, ada beberapa mempengaruhi kepuasan kerja beberapa karyawan
fenomena yang muncul dari para karyawan tersebut. tersebut adalah motivasi kerja, Menurut George &
Yang pertama, tampak bahwa persaingan antar Jones (2005), motivasi kerja adalah suatu dorongan
restoran yang ada di Food Festival sangatlah tinggi, secara psikologis kepada seseorang, yang menentu-
hal ini terlihat dari begitu agresifnya tiap restoran kan arah dari perilaku (direction of behavior)
dalam menawarkan produk yang mereka jual. Baik seseorang dalam suatu organisasi, tingkat usaha (level
secara promosi tertulis, maupun dari staf yang of effort), dan tingkat kegigihan atau ketahanan dalam
menawarkan kepada setiap pengunjung yang lewat. menghadapi suatu halangan atau masalah (level of
Kondisi ini terjadi karena jumlah pengunjung yang persistence). Dari definisi tersebut, dapat dikatakan
relatif tidak stabil tiap harinya, dalam sebuah bahwa apabila seseorang mempunyai dorongan
kesempatan penulis melakukan pembicaraan singkat secara psikologis yang positif, maka akan menghasil-
102 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.12, NO. 1, MARET 2010: 100-112

kan perilaku yang baik, kemudian tingkat usaha yang psikologis kepada seseorang yang menentukan arah
diberikan dalam bekerja juga baik, dan menjadi gigih dari perilaku (direction of behavior) seseorang dalam
terhadap suatu masalah di dalam pekerjaan. Sehingga, suatu organisasi, tingkat usaha (level of effort), dan
ada benarnya walaupun beberapa karyawan selalu tingkat kegigihan atau ketahanan dalam menghadapi
mendapatkan tekanan atas pekerjaan mereka, namun suatu halangan atau masalah (level of persistence).
mereka masih saja merasa memiliki kepuasan Proses motivasi kerja sendiri terdiri dari tiga
terhadap pekerjaan mereka tinggi. elemen penting, yakni kebutuhan (needs), dorongan
Sebagai informasi bahwa Pakuwon Food (drives) dan rangsangan (incentives) (Luthans,
Festival, merupakan sebuah area pujasera disertai 1992:147) yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
beberapa lokasi bermain untuk anak-anak. Lokasi ini - Kebutuhan adalah tekanan yang ditimbulkan oleh
dibuka sekitar bulan November 2008. Didalam adanya kekurangan untuk menyebabkan sese-
pujasera tersebut terdapat satu hall untuk berjualan orang berperilaku untuk mencapai tujuan.
makanan dalam bentuk stall atau kios, dan beberapa Kekurangan tersebut dapat bersifat psikologis,
lokasi untuk restoran independen. Terdapat kurang fisiologis, atau sosial.
lebih 60 tenant berjajar untuk menjual makanan dan - Dorongan adalah suatu kondisi yang menyebab-
minuman dari yang skala kecil sampai ke skala yang kan seseorang menjadi aktif untuk melakukan
besar. Dengan begitu banyaknya tenant yang suatu tindakan atau perilaku demi tercapainya
berjualan makanan, membuat turnover usaha juga kebutuhan atas tujuan.
tinggi. Dengan menganut sistem survival for the - Rangsangan (incentives) adalah sesuatu yang me-
fittest, membuat setiap tenant yang ada, harus miliki kecenderungan merangsang minat sese-
bersaing dengan yang lain untuk mendapatkan orang untuk bekerja mencapai tujuan.
pengunjung dan mendapatkan penjualan. Sehingga
masing-masing pemilik cenderung mengupayakan NEEDS DRIVES INCENTIVES
usaha untuk mempromosikan produk mereka.
Berdasarkan fenomena diatas, maka penulis ingin
Gambar 1. Proses dasar motivasi kerja
mengetahui lebih dalam lagi mengenai pengaruh
motivasi kerja terhadap kepuasan kerja karyawan di Maslow’s Need Hierarchy Theory
Pakuwon Food Festival. Adapun beberapa masalah
yang akan digali dalam penelitian ini yaitu: apakah Teori ini dikemukakan oleh A.H. Maslow tahun
motivasi kerja berpengaruh secara signifikan terhadap 1943 (George & Jones, 2002, p.59) yang menyatakan
kepuasan kerja karyawan di Pakuwon Food Festival?, bahwa “manusia di motivasi untuk memuaskan
dan seberapa besar kontribusi variabel motivasi kerja sejumlah kebutuhan yang melekat pada diri setiap
terhadap kepuasan kerja karyawan di Pakuwon Food manusia yang cenderung bersifat bawaan. Kebutuhan
festival? ini terdiri dari lima jenis dan terbentuk dalam suatu
hierarki dalam pemenuhannya yang menimbulkan
Konsep Motivasi motivasi kerja seseorang”.

Teori Motivasi Kerja - Physiological Needs

Menurut Siagian (1983) definisi dari motivating Physiological Needs (kebutuhan fisik) yaitu
adalah keseluruhan proses pemberian motif bekerja kebutuhan yang diperlukan untuk mempertahankan
kepada para bawahan sedemikian rupa sehingga kelangsungan hidup seseorang, seperti makan,
mereka mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya minum, udara, perumahan. Keinginan untuk
tujuan organisasi dengan efisien dan ekonomis. (p. memenuhi kebutuhan fisik ini merangsang seseorang
152). berperilaku dan bekerja giat.
“Motivasi kerja merupakan proses yang menye-
babkan seseorang berperilaku dengan cara tertentu - Safety and Security needs
dalam rangka memenuhi kebutuhan yang sangat
individu untuk bertahan hidup, keamanan, kehormat- Safety and Security needs (kebutuhan keamanan
an, pencapaian, kekuasaan, pertumbuhan dan rasa dan keselamatan) adalah kebutuhan akan keamanan
harga diri.” (Bittel & Newstrom, 1994, p. 293). dari ancaman, yakni merasa aman dari ancaman
Menurut George & Jones (2005), motivasi kerja kecelakaan dan keselamatan dalam melakukan
dapat didefinisikan sebagai suatu dorongan secara pekerjaan.
Kartika: Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kepuasan Kerja 103

- Affiliation or Acceptance Needs c. Kebutuhan akan pertumbuhan (Growth Needs),


dalah keinginan intrinsik dalam diri seseorang
Affiliation or Acceptance Needs adalah kebutuh- untuk maju atau meningkatkan kemampuan
an sosial, teman, dicintai dan mencintai serta diterima pribadinya.
dalam pergaulan kelompok karyawan dan ling-
kungannya. Karena manusia adalah makhluk sosial, Unsur-Unsur Motivasi Kerja
sudah jelas ia menginginkan kebutuhan - kebutuhan
sosial. George dan Jones (2005, p.175) menyatakan
bahwa unsur–unsur motivasi kerja adalah sebagai
- Esteem or Status or Egoistic Needs berikut:
a. Arah perilaku (direction of behavior)
Esteem or Status or Egoistic Needs adalah Di dalam bekerja, ada banyak perilaku yang dapat
kebutuhan akan penghargaan diri, pengakuan serta dilakukan oleh karyawan. Arah perilaku (direction
penghargaan prestasi dari karyawan dan masyarakat of behavior) mengacu pada perilaku yang dipilih
lingkungannya. Prestasi dan status dimanifestasikan seseorang dalam bekerja dari banyak pilihan
oleh banyak hal yang digunakan sebagai simbol perilaku yang dapat mereka jalankan baik tepat
status. Misalnya, memakai dasi untuk membedakan maupun tidak. Banyak contoh perilaku tidak tepat
seorang pimpinan dengan anak buahnya dan lain - yang dapat dilakukan oleh seorang karyawan,
lain. perilaku–perilaku ini nantinya akan menjadi suatu
penghambat bagi organisasi dalam mencapai
- Self Actualization tujuannya. Sedangkan untuk mencapai tujuan
perusahaan secara maksimal, karyawan harus
Self Actualization adalah kebutuhan aktualisasi memiliki motivasi untuk memilih perilaku yang
diri dengan menggunakan kecakapan, kemampuan, fungsional dan dapat membantu organisasi dalam
ketrampilan, dan potensi optimal untuk mencapai mencapai tujuannya. Setiap karyawan diharapkan
prestasi kerja yang sangat memuaskan atau luar biasa dapat bekerja tepat waktu, mengikuti peraturan
yang sulit dicapai orang lain. Kebutuhan aktualisasi yang berlaku, serta kooperatif dengan sesama
diri berbeda dengan kebutuhan lain dalam dua hal, rekan kerja.
yaitu: b. Tingkat usaha (level of effort)
a. Kebutuhan aktualisasi diri tidak dapat dipenuhi Tingkat usaha atau level of effort berbicara
dari luar. Pemenuhannya hanya berasarkan mengenai seberapa keras usaha seseorang untuk
keinginan atas usaha individu itu sendiri. bekerja sesuai dengan perilaku yang dipilih.
b. Aktualisasi diri berhubungan dengan pertumbuhan Dalam bekerja, seorang karyawan tidak cukup
seorang individu. Kebutuhan ini berlangsung terus jika hanya memilih arah perilaku yang fungsional
- menerus terutama sejalan dengan meningkatkan bagi pencapaian tujuan perusahaan. Namun, juga
jenjang karier seorang individu. harus memiliki motivasi untuk bekerja keras
dalam menjalankan perilaku yang dipilih.
ERG Theory Alderfer Misalnya dalam pekerjaan, seorang pekerja tidak
cukup hanya memilih untuk selalu hadir tepat
Existence, relatednes, and Growth (ERG) Theory waktu, namun juga perlu dilihat keseriusan dan
ini dikemukakan oleh Clayton P. Alderfer (George & kesungguhannya dalam bekerja.
Jones, 2002, p.59). Teori Alderfer mengemukakan c. Tingkat kegigihan (level of persistence)
bahwa ada 3 kebutuhan manusia yang perlu Hal ini mengacu pada motivasi karyawan ketika
dipuaskan sebagai sumber motivasi kerja dan ini dihadapkan pada suatu masalah, rintangan atau
untuk melengkapi teori yang dikemukakan oleh halangan dalam bekerja, seberapa keras seorang
Maslow, yaitu: karyawan tersebut terus berusaha untuk mrnjalan-
a. Kebutuhan akan keberadaan (Existence Needs), kan perilaku yang dipilih. Misalnya saja bila ada
berhubungan dengan kebutuhan dasar termasuk kendala pada cuaca atau masalah kesehatan
didalamnya Physiological Needs dan Safety Needs seorang karyawan produksi, apakah karyawan
dari Maslow. tersebut tetap tepat waktu masuk bekerja dan
b. Kebutuhan akan hubungan (Relatedness Needs), sungguh–sungguh mengerjakan tugas seperti
menekankan akan pentingnya hubungan antar- biasanya atau memilih hal lain, seperti ijin pulang
individu (interpersonal relationship) dan ber- atau tidak masuk kerja. Dalam hal ini dibuat
masyarakat (social relationship). pengecualian jika masalah kesehatan yang dialami
104 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.12, NO. 1, MARET 2010: 100-112

pekerja termasuk penyakit serius yang dapat pekerjaannya yang timbul bukan hanya sebagai hasil
menyebabkan seseorang tidak mampu bekerja. interaksi antara karyawan dengan pekerjaannya, tetapi
juga dengan lingkungan kerja, situasi dan kondisi
Konsep Kepuasan kerja kerja serta rekan kerja karyawan.

Teori Kepuasan Kerja Faktor-faktor Kepuasan Kerja

Sumber daya manusia merupakan salah satu Faktor-faktor kepuasan kerja yang diambil
bagian dalam sebuah perusahaan yang memiliki berdasarkan pada Job Descriptive Index, dimana
peranan yang sangat penting dalam menentukan terdapat pengukuran yang standar terhadap kepuasan
pencapaian hasil yang sesuai dengan tujuan dari kerja, yang meliputi beberapa faktor yaitu pekerjaan
sebuah perusahaan yang telah ditetapkan oleh pihak itu sendiri, mutu dan pengawasan supervisi, gaji atau
manajemen perusahaan tersebut. Dengan mengetahui upah, kesempatan promosi, dan rekan kerja. Job
kepuasan kerja karyawan, melalui bagaimana Description Index adalah pengukuran terhadap
karyawan tersebut merespon terhadap berbagai kepuasan kerja yang dipergunakan secara luas. Riset
program atau rencana yang telah ditetapkan oleh menunjukkan bahwa Job Description Index dapat
perusahaan, hal ini dapat menjadi umpan balik yang menyediakan skala kepuasan kerja yang valid dalam
sangat berharga bagi perusahaan tersebut. Kepuasan skala yang dapat dipercaya (Dipboye, Robert, Smith,
kerja adalah sikap umum seseorang terhadap Howell, 1994:157).
pekerjaannya (Robbins, 2003:101). Pada dasarnya
kepuasan merupakan suatu konsep yang multifacet - Pekerjaan itu sendiri
atau banyak dimensi, dan bersifat subyektif dari
masing-masing individu yang bersangkutan (Gomes, Setiap karyawan lebih menyukai pekerjaan yang
1995:178). memberikan peluang kepada mereka untuk meng-
Menurut Blum dalam As’ad (1995:104) kepuas- gunakan ketrampilan dan kemampuan yang dimiliki,
an kerja merupakan sikap umum yang merupakan yang mampu menawarkan satu varietas tugas,
hasil dari beberapa sikap khusus terhadap faktor- kebebasan dan umpan balik tentang seberapa baiknya
faktor pekerjaan, penyesuaian diri dan hubungan mereka dalam melakukan hal tersebut. Karakteristik
individu di luar kerja. Sedangkan menurut Handoko tersebut membuat pekerjaan menjadi lebih menantang
(1992:193) kepuasan kerja atau job satisfaction secara mental. Studi-studi mengenai karakteristik
adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau pekerjaan, diketahui bahwa sifat dari pekerjaan itu
tidak menyenangkan dengan mana para karyawan sendiri adalah determinan utama dari kepuasan kerja.
memandang pekerjaan mereka. Sebuah perusahaan Lima dimensi inti dari materi pekerjaan yang meliputi
sangat bergantung pada karyawannya, sebagaimana ragam ketrampilan (skill variety), identitas pekerjaan
baiknya sebuah perencanaan namun pelaksanaan (task identity), keberartian pekerjaan (task signi-
akan tetap bergantung pada manusia yang ficance), otonomi (autonomy) dan umpan balik (feed
menjalankannya sehingga hasil sebenarnya akan juga back). Dari setiap dimensi inti dari pekerjaan
menggambarkan kepuasan kerja karyawan tersebut. mencakup sejumlah aspek materi pekerjaan yang
Ini menunjukkan pula bahwa semakin tinggi dapat mempengaruhi kepuasan kerja seseorang.
kepuasan kerja karyawan, maka makin tinggi pula Adapun kaitan masing-masing dimensi tersebut
prestasi kerja yang ditampilkan, begitu juga dengan semakin besarnya keragaman aktivitas
sebaliknya. Karyawan yang mempunyai prestasi yang pekerjaan yang dilakukan, seseorang akan merasa
baik akan menuntut imbalan yang sesuai dengan hasil pekerjaanya semakin berarti.
yang dicapainya.
Kepuasan kerja juga memiliki hubungan yang - Mutu Pengawasan Supervisi
erat dengan sikap karyawan atas pekerjaan mereka,
situasi kerja setiap harinya, kerjasama antar karyawan Kegiatan pengawasan merupakan suatu proses
baik dengan atasan maupun dengan rekan kerja. dimana seorang manajer dapat memastikan bahwa
Kepuasan kerja secara lebih jauh, juga menunjukkan kegiatan yang dilakukan oleh karyawannya sesuai
kesesuaian antara sebuah harapan terhadap pekerjaan dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya.
yang ada dan imbalan yang diperoleh dari pekerjaan Proses pengawasan mencatat perkembangan pekerja-
tersebut. Dari beberapa definisi dan penjelasan diatas an yang telah dilakukan oleh karyawan sehingga
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kepuasan kerja memungkinkan manajer untuk dapat mendeteksi
merupakan refleksi dari seorang karyawan terhadap adanya penyimpangan dari apa yang telah
Kartika: Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kepuasan Kerja 105

direncanakan dengan hasil saat ini, dan kemudian kerja juga merupakan bagian dari perwujudan salah
dapat dilakukan tindakan pembetulan untuk satu teori motivasi menurut Alderfer yaitu kebutuhan
mengatasinya. Perilaku pengawas merupakan hal akan hubungan (Relatedness Needs), dimana pene-
penting yang menentukan selain dari kepuasan kerja kanan ada pada pentingnya hubungan antar-individu
itu sendiri. Sebagian besar dari studi yang telah (interpersonal relationship) dan bermasyarakat
dilakukan menunjukkan hasil bahwa karyawan akan (social relationship). (George & Jones, 2002, p.59).
lebih puas dengan pemimpin yang lebih bijaksana, Pada dasarnya seorang karyawan juga menginginkan
memperhatikan kemajuan, perkembangan dan adanya perhatian dari rekan kerjanya, sehingga
prestasi kerja dari karyawannya. pekerjaan juga mengisi kebutuhan karyawan akan
interaksi sosial, sehingga pada saat seorang karyawan
- Gaji atau Upah memiliki rekan kerja yang saling mendukung dan
bersahabat, maka akan meningkatkan kepuasan kerja
Karyawan selalu menginginkan sistem penggaji- mereka.
an yang sesuai dengan harapan mereka. Apabila
pembayaran tersebut tampak adil berdasarkan pada Hubungan Antar Konsep
permintaan pekerjaan, tingkat ketrampilan individu,
dan standar pembayaran masyarakat pada umumnya, Menurut Gomes (1995:179) hubungan antara
maka kepuasan yang dihasilkan akan juga tinggi. motivasi dengan kepuasan kerja dapat dilihat seperti
Upah sebagai jumlah keseluruhan pengganti jasa Gambar 2.
yang telah dilakukan oleh tenaga kerja yang meliputi
upah pokok dan tunjangan sosial lainnya Kepuasan
(Heijdrachman, 1992:111). Gaji merupakan salah satu Tinggi Rendah
karakteristik pekerjaan yang menjadi ukuran ada Motivasi I. Nilai positif II. Nilai positif bagi
tidaknya kepuasan kerja, dalam artian ada atau Tinggi bagi organisasi organisasi dan
tidaknya keadilan dalam pemberian gaji tersebut. Gaji dan bagi negatif bagi
karyawan karyawan
atau upah yang diberikan kepada karyawan
Rendah III. Nilai negatif IV. Nilai negatif bagi
merupakan suatu indikator terhadap keyakinan
bagi organisasi, organisasi dan bagi
seseorang pada besarnya upah yang harus diterima. positif bagi karyawan
karyawan
- Kesempatan Promosi
Gambar 2. Hubungan antara motivasi dan
Promosi merupakan perpindahan dari suatu
kepuasan
jabatan ke jabatan yang lain dimana jabatan tersebut
memiliki status dan tanggung jawab yang lebih tinggi.
Pada kuadran pertama dapat ditunjukkan bahwa
Hal ini memberikan nilai tersendiri bagi karyawan,
karyawan yang termotivasi dan kepuasannya tinggi,
karena merupakan bukti pengakuan terhadap prestasi
membentuk sebuah keadaan yang ideal, baik bagi
kerja yang telah dicapai oleh karyawan. Promosi juga
perusahaan maupun karyawan itu sendiri. Keadaan ini
memberikan kesempatan untuk pertumbuhan pribadi,
dapat terjadi bila ada kesamaan antara harapan
untuk lebih bertanggung jawab dan meningkatkan
karyawan dan perusahaan dengan keadaan nyata saat
status sosial (Robbins, 2003:108). Oleh karena itu
ini, dimana di satu sisi perusahaan menemukan
salah satu kepuasan terhadap pekerjaan dapat
kondisi karyawan yang dapat bekerja dengan baik dan
dirasakan melalui ketetapan dan kesempatan promosi
mencapai tujuan perusahaan, sedangkan karyawan
yang diberikan oleh perusahaan.
menemukan kondisi bahwa segala harapan mereka
- Rekan Kerja berkaitan dengan karir, gaji telah diberikan oleh
perusahaan.
Manusia merupakan makhluk sosial yang Kuadran kedua menunjukkan bahwa karyawan
membutuhkan interaksi dengan orang lain, begitu termotivasi untuk bekerja dengan baik, tetapi tidak
juga dengan karyawan di dalam melakukan merasa puas dengan kerja mereka. Beberapa alasan
pekerjaannya membutuhkan interaksi dengan orang yang memungkinkan adalah karyawan membutuhkan
lain baik rekan kerja maupun atasan mereka. pekerjaan dan uang. Uang dan pekerjaan tergantung
Pekerjaan seringkali juga memberikan kepuasan pada kinerja yang baik, di satu sisi karyawan merasa
kebutuhan sosial, dimana tidak hanya dalam arti bahwa mereka berhak mendapatkan gaji yang lebih
persahabatan saja tetapi dari sisi lain seperti kebutuh- atas kinerja yang diberikan kepada perusahaan,
an untuk dihormati, berprestasi, dan berafiliasi. Rekan namun tidak mendapatkannya.
106 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.12, NO. 1, MARET 2010: 100-112

Pada kuadran ketiga terdapat kinerja yang rendah kesimpulan dari penelitian berupa angka. Dalam
dari karyawan namun mereka merasa puas dengan penelitian ini penulis melakukan perhitungan mean
pekerjaannya. Perusahaan telah memberikan segala dan distribusi frekuensi untuk memberikan gambaran
sesuatu sesuai dengan harapan karyawan sehingga dari data yang akan diperoleh.
karyawan tidak mengeluh, namun tidak ada timbal Populasi dalam penelitian ini meliputi semua
balik yang berarti bagi perusahaan sehingga kerugian karyawan yang bekerja pada restoran maupun kios
dapat dirasakan dari sisi perusahaan. makanan yang ada di Pakuwon Food Festival
Kuadran keempat, karyawan tidak bekerja Surabaya. Teknik pengambilan sampel menggunakan
dengan baik dan tidak memperoleh rangsangan yang teknik judgement sampling yang merupakan bagian
memuaskan dari perusahaan. Situasi seperti inilah dari non-probability sampling yaitu teknik peng-
yang akan mendorong keinginan pegawai untuk ambilan sampel dimana elemen populasi dipilih
berhenti dari pekerjaan atau keputusan perusahaan berdasarkan pertimbangan penulis dan jumlah sampel
untuk memberhentikan karyawan karena tidak ada yang sudah ditentukan. Jumlah sampel sebanyak 72
manfaat yang dapat diperoleh baik oleh pegawai yang terdiri dari karyawan yang bekerja pada restoran
maupun perusahaan. maupun kios makanan yang ada di Pakuwon Food
Menurut Prabu (2005:24), faktor–faktor motivasi Festival Surabaya.
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan
kerja pegawai. Hal ini menunjukkan bahwa semakin Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional
tinggi faktor-faktor motivasi yang diberikan maka akan Variabel
semakin tinggi pula kepuasan kerja pegawai.
Dalam penelitian ini variabel yang digunakan
Kerangka Pemikiran adalah 1 variabel bebas atau independen variabel dan
1 variabel terikat atau dependen variabel. Variabel
Motivasi Kerja: Kepuasan Kerja: bebas diberi notasi X, dan variabel terikat diberi notasi
ƒ Arah perilaku (direction of ƒ Pekerjaan itu sendiri dengan Y.
behavior) ƒ Mutu pengawasan supervisi
ƒ Tingkat usaha (level of ƒ Gaji atau upah
effort) ƒ Kesempatan promosi Variabel bebas (X):
ƒ Tingkat kegigihan (level of X1: Arah perilaku (direction of behavior)
persistence) Dipboye, Robert, Smith, Howell,
(1994, p.157) X2: Tingkat usaha (level of effort)
George & Jones (2005, p.175) X3: Tingkat kegigihan (level of persistence)

Variabel terikat (Y):


Gambar 3. Kerangka Pemikiran Y: Kepuasan kerja

Hipotesis Variabel arah perilaku (X1)

Berdasarkan latar belakang penelitian, dan hasil Arah perilaku (direction of behavior) mengacu
penelitian terdahulu maka dapat disusun hipotesis pada perilaku yang dipilih seseorang dalam bekerja
sebagai berikut: dari banyak pilihan perilaku yang dapat mereka
1. Diduga motivasi kerja berpengaruh secara jalankan baik tepat maupun tidak. Untuk mencapai
signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan di tujuan perusahaan secara maksimal, karyawan harus
Pakuwon Food Festival. memiliki motivasi untuk memilih perilaku yang
fungsional dan dapat membantu organisasi dalam
METODE PENELITIAN mencapai tujuannya. Setiap karyawan diharapkan
dapat bekerja tepat waktu, mengikuti peraturan yang
Jenis Penelitian, Gambaran Populasi, dan Sampel berlaku.
Arah perilaku pada penelitian ini menggunakan
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif indikator:
yang merupakan penelitian deskriptif kausal. 1. Dalam bekerja setiap harinya karyawan selalu
Penelitian ini menggunakan hipotesis yang bertujuan hadir tepat waktu.
mengetahui pengaruh motivasi kerja sebagai variabel 2. Dalam bekerja karyawan jarang membolos atau
independen terhadap kepuasan kerja sebagai variabel tidak hadir tanpa pemberitahuan.
dependen. Dalam penelitian kuantitatif, semua 3. Dalam bekerja karyawan selalu menaati peraturan
pengumpulan data, penafsiran data, dan penarikan yang ditetapkan oleh perusahaan.
Kartika: Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kepuasan Kerja 107

Variabel tingkat usaha (X2) 1. Pekerjaan itu sendiri


2. Mutu pengawasan supervisi
Tingkat usaha atau level of effort berbicara 3. Gaji atau upah
mengenai seberapa keras usaha seseorang untuk 4. Kesempatan promosi
bekerja sesuai dengan perilaku yang dipilih. Dalam 5. Rekan kerja
bekerja, seorang karyawan tidak cukup jika hanya
memilih arah perilaku yang fungsional bagi Teknik Analisis Data
pencapaian tujuan perusahaan. Namun, juga harus
memiliki motivasi untuk bekerja keras dalam Statistik Deskriptif
menjalankan perilaku yang dipilih.
Tingkat usaha pada penelitian ini menggunakan Dalam penelitian ini penulis melakukan peng-
indikator: hitungan distribusi frekuensi dan mean yang
1. Karyawan selalu berusaha untuk memanfaatkan bertujuan menggambarkan data yang diperoleh dari
waktu yang disediakan perusahaan untuk tabulasi jawaban responden. Penulis menggunakan
menyelesaikan tugas-tugas mereka. skala likert sebagai acuan pendapat yang dimiliki oleh
2. Karyawan selalu berusaha untuk melakukan responden, dan dalam penelitian ini penulis
pekerjaan mereka secara terampil dan kreatif. menggunakan jumlah pilihan genap yaitu dari skala 1
3. Karyawan selalu berusaha untuk tidak melakukan sampai 4, untuk mendeskripsikan sangat tidak setuju
kesalahan pada saat mereka bekerja. sampai sangat setuju. Pemilihan skala genap
4. Karyawan selalu berusaha untuk serius dan fokus bertujuan untuk mengurangi bias netral yang
pada pekerjaan yang mereka lakukan. mungkin akan muncul dari jawaban responden.

Analisis Regresi Sederhana


Variabel tingkat kegigihan (X3)
Teknis analisis data yang digunakan adalah
Tingkat kegigihan atau level of persistence regresi sederhana, di mana dengan regresi sederhana
mengacu pada motivasi karyawan ketika dihadapkan dapat meramalkan atau memprediksi variabel
pada suatu masalah, rintangan atau halangan dalam tergantung (Y) apabila variabel bebas (X) diketahui.
bekerja, seberapa keras seorang karyawan tersebut Regresi sedehana dapat dianalisis karena didasari oleh
terus berusaha untuk mrnjalankan perilaku yang hubungan sebab akibat variabel bebas terhadap
dipilih. variabel tergantung.
Tingkat kegigihan dalam penelitian ini meng- Dimana menurut Sugiyono (2004, p.234),
gunakan indikator: persamaan regresi sederhana dirumuskan:
1. Pada saat keadaan cuaca sedang buruk, karyawan
akan tetap masuk kerja seperti biasanya. Y = a + bX
2. Pada saat karyawan mendapat teguran dari atasan, dimana:
mereka tidak berkecil hati tetapi justru semakin Y = variabel kepuasan kerja karyawan
terpacu untuk bekerja lebih baik lagi. X = variabel motivasi kerja karyawan
3. Pada saat karyawan melakukan kesalahan dalam a = konstansta regresi sederhana
melakukan pekerjaan, mereka akan berinisiatif b = koefisien regresi
sendiri untuk langsung memperbaikinya menjadi
baik. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4. Setiap hasil dari pekerjaan yang dilakukan kar-
yawan selalu sesuai dengan standar yang telah Deskripsi Profil Responden
ditetapkan oleh perusahaan.
Berikut dapat dilihat karakteristik responden
Variabel kepuasan kerja (Y) dalam penelitian ini.

Kepuasan kerja merupakan refleksi dari seorang Tabel 1. Jenis Kelamin


karyawan terhadap pekerjaannya yang timbul bukan Valid Cumulative
hanya sebagai hasil interaksi antara karyawan dengan Frequency Percent
Percent Percent
pekerjaannya, tetapi juga dengan lingkungan kerja, Valid laki-laki 26 36.1 36.1 36.1
situasi dan kondisi kerja serta rekan kerja karyawan. perempuan 46 63.9 63.9 100.0
Kepuasan kerja dalam penelitian ini mengguna-
Total 72 100.0 100.0
kan indikator:
108 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.12, NO. 1, MARET 2010: 100-112

Tabel 2. Umur bulan, 15 orang responden (20,8%) telah bekerja


antara 13-18 bulan, dan sisanya sebanyak 6 orang
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent responden (8,3%) telah bekerja selama lebih dari 18
Valid 16-25th 27 37.5 37.5 37.5
bulan.
26-35th 27 37.5 37.5 75.0
Analisis Statistik Deskriptif
36-45th 12 16.7 16.7 91.7
46-55th 4 5.6 5.6 97.2
Analisis statistik deskriptif memberikan gambar-
>=56th 2 2.8 2.8 100.0
an suata data yang dilihat berdasarkan nilai rata-rata
Total 72 100.0 100.0 (mean) dan standar deviasi. Mean adalah nilai rata-
rata dari keseluruhan responden, sedangkan standar
Tabel 3. Pengeluaran Rata-rata per Bulan deviasi merupakan variasi dari jawaban responden.
Valid Cumulative Nilai minimum adalah jawaban atau skala terendah
Frequency Percent dan sebaliknya nilai maksimum adalah jawaban atau
Percent Percent
Valid 251rb-400rb 29 40.3 40.3 40.3 skala tertinggi. Nilai tersebut diperoleh dari
401rb-650rb 30 41.7 41.7 81.9 keseluruhan nilai yang diberikan responden terhadap
651rb-800rb 8 11.1 11.1 93.1 setiap indikator dari variabel bebas maupun terikat.
801rb-950rb 2 2.8 2.8 95.8
Tabel 5. Arah perilaku (direction of behavior)
951rb-1,1jt 1 1.4 1.4 97.2
>=1,101jt 2 2.8 2.8 100.0 Mini Maxi Std.
N Mean
Total 72 100.0 100.0 mum mum Deviation
Dalam bekerja
Tabel 4. Lama Bekerja setiap harinya
72 1.00 4.00 3.4028 .70531
karyawan selalu
Valid Cumulative hadir tepat waktu
Frequency Percent
Percent Percent
Dalam bekerja
Valid <=6bln 22 30.6 30.6 30.6 karyawan jarang
7-12bln 29 40.3 40.3 70.8 membolos atau 72 3.00 4.00 3.7639 .42767
13-18bln 15 20.8 20.8 91.7 tidak hadir tanpa
19-24bln 5 6.9 6.9 98.6 pemberitahuan
>=25bln 1 1.4 1.4 100.0 Dalam bekerja
Total 72 100.0 100.0 karyawan selalu
menaati peraturan 72 2.00 4.00 3.7639 .48912
yang ditetapkan
Berdasarkan deskripsi profil responden, meng-
oleh perusahaan
informasikan bahwa jumlah responden dari total
sebanyak 72 responden, meliputi 26 responden laki- Valid N (listwise) 72
laki (36,1%) dan 46 responden perempuan (63,9%).
Dari sisi umur, sebanyak 27 responden (37,5%) Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa dari
berumur 16-25 tahun, 27 responden (37,5%) berumur variabel arah perilaku, jawaban responden masuk ke
26-35 tahun, 12 responden (16,7%) berumur 36-45 dalam kategori baik, dan dalam penelitian ini terdapat
tahun, 4 responden (5,6%) berumur 46-56 tahun, dan dua indikator yang memiliki nilai mean yang sama
2 orang responden (2,8%) berumur diatas 56 tahun. yaitu indikator karyawan jarang membolos atau tidak
Berdasarkan pengeluaran rata-rata per bulan, dengan hadir tanpa pemberitahuan, dan karyawan selalu
nominal Rp. 251.000 – Rp. 400.000 sebanyak 29 menaati peraturan yang ditetapkan oleh perusahaan
responden (40,3%), Rp. 401.000 – Rp. 650.000 yaitu sebesar 3,7639.
sebanyak 30 responden (41,7%), Rp. 651.000 – Rp. Tabel 6 menunjukkan bahwa pada variabel
800.000 sebanyak 8 responden (11,1%), dan sisanya tingkat usaha, nilai mean tertinggi ada pada indikator
sebanyak 5 responden (7%) menyatakan pengeluaran karyawan selalu berusaha untuk memanfaatkan
rata-rata per bulannya diatas Rp. 800.000. Yang waktu yang disediakan perusahaan untuk menyelesai-
terakhir adalah berdasarkan lama bekerja, 22 orang kan tugas-tugas mereka, dengan nilai 3,7083.
responden (30,6%) bekerja kurang dari 6 bulan, 29 Sedangkan nilai rata-rata indikator yang lain juga
orang responden (40,3%) telah bekerja antara 7-12 tergolong baik.
Kartika: Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kepuasan Kerja 109

Tabel 6. Tingkat usaha (level of effort) N


Mini Maxi
Mean
Std.
mum mum Deviation
Minim Maxi Std. Pada saat keadaan
N Mean
um mum Deviation cuaca sedang buruk,
Karyawan selalu karyawan akan tetap 72 1.00 4.00 3.5139 .75046
berusaha untuk masuk kerja seperti
memanfaatkan biasanya
waktu yang
72 2.00 4.00 3.7083 .51560 Pada saat karyawan
disediakan mendapat teguran
perusahaan untuk dari atasan, mereka
menyelesaikan tidak berkecil hati
tugas-tugas mereka 72 1.00 4.00 3.5139 .75046
tetapi justru semakin
Karyawan selalu terpacu untuk
berusaha untuk bekerja lebih baik
melakukan lagi
72 2.00 4.00 3.6667 .53074
pekerjaan mereka Pada saat karyawan
secara terampil dan melakukan
kreatif kesalahan dalam
Karyawan selalu melakukan
berusaha untuk pekerjaan, mereka
tidak melakukan 72 2.00 4.00 3.6806 .55224 72 2.00 4.00 3.4444 .55383
akan berinisiatif
kesalahan pada saat sendiri untuk
mereka bekerja langsung
Karyawan selalu memperbaikinya
berusaha untuk menjadi baik
serius dan fokus Setiap hasil dari
72 1.00 4.00 3.5833 .66608
pada pekerjaan pekerjaan yang
yang mereka dilakukan karyawan
lakukan selalu sesuai dengan 72 1.00 4.00 3.0972 .73465
Valid N (listwise) 72 standar yang telah
ditetapkan oleh
perusahaan
Tabel 7. Tingkat kegigihan (level of persistence) Valid N (listwise) 72
Mini Maxi Std.
N Mean
mum mum Deviation
Dengan melihat tabel 7 mengenai tingkat
Pada saat keadaan
cuaca sedang buruk, kegigihan, juga didapatkan dua nilai mean yang sama
karyawan akan tetap 72 1.00 4.00 3.5139 .75046 besar yaitu pada indikator pada saat keadaan cuaca
masuk kerja seperti sedang buruk, karyawan akan tetap masuk seperti
biasanya
biasanya, dan indikator pada saat karyawan mendapat
Pada saat karyawan
mendapat teguran
teguran dari atasan, mereka tidak berkecil hati tetapi
dari atasan, mereka justru semakin terpacu untuk bekerja lebih baik lagi.
tidak berkecil hati
72 1.00 4.00 3.5139 .75046 Nilai mean kedua indikator tersebut masing-masing
tetapi justru semakin adalah 3,5139. Dan secara garis besar dari indikator
terpacu untuk
bekerja lebih baik tersebut memiliki nilai yang tergolong baik.
lagi
Pada saat karyawan Tabel 8. Pekerjaan itu sendiri
melakukan
kesalahan dalam Mini Maxi Std.
N Mean
melakukan mum mum Deviation
pekerjaan, mereka Bekerja di tempat kerja
72 2.00 4.00 3.4444 .55383 72 3.00 4.00 3.4583 .50176
akan berinisiatif saat ini menyenangkan
sendiri untuk
langsung Pekerjaan ini sudah
memperbaikinya sesuai dengan
menjadi baik kemampuan dan 72 1.00 4.00 3.0833 .62235
bidang yang dikuasai
Setiap hasil dari
karyawan
pekerjaan yang
dilakukan karyawan Valid N (listwise) 72
selalu sesuai dengan 72 1.00 4.00 3.0972 .73465
standar yang telah
ditetapkan oleh Dengan melihat tabel 8, diketahui bahwa nilai
perusahaan mean untuk variabel pekerjaan itu sendiri tergolong
110 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.12, NO. 1, MARET 2010: 100-112

baik, dengan indikator yang memiliki nilai rata-rata Tabel 11 menunjukkan bahwa variabel kesem-
terbaik adalah bekerja di tempat saat ini menyenang- patan promosi termasuk dalam kategori buruk karena
kan. nilai rata-rata keduanya berkisar antara 2,0278 dan
2,0972. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh
Tabel 9. Mutu pengawasan supervisi responden setuju bahwa dalam pekerjaan mereka saat
ini tidak ada kesempatan untuk promosi, dan cukup
Minim Maxi Std.
N Mean hanya untuk mencari nafkah tetapi tidak untuk
um mum Deviation
Pengawasan mutu berkarir.
2.888
kerja dari atasan 72 1.00 4.00 .74220
9 Tabel 12. Rekan kerja
sangat baik
Atasan adalah orang Mini Maxi Std.
2.791 N Mean
yang bijaksana dan 72 1.00 4.00 .64867 mum mum Deviation
7
perhatian
Karyawan
Valid N (listwise) 72 mempunyai rekan
72 3.00 4.00 3.6250 .48752
kerja yang
menyenangkan
Tabel 9 mengenai variabel mutu pengawasan
supervisi, menunjukkan bahwa rata-rata dari respon- Karyawan selalu
berhubungan baik 72 3.00 4.00 3.5000 .50351
den setuju mutu pengawasan supervisi dari tempat dengan rekan kerja
mereka bekerja saat ini cukup baik, walaupun berada Valid N (listwise) 72
sedikit di atas nilai kritis namun hal ini menunjukkan
bahwa mutu tidak terlalu menjadi perhatian bagi Tabel 12 menunjukkan bahwa variabel rekan
atasan. kerja, masuk dalam kategori baik. Hal ini ditunjukkan
dengan tingginya nilai mean dari dua indikator rekan
Tabel 10. Gaji atau upah kerja yaitu 3,6250 dan 3,5 dengan standar deviasi
Mini Maxi Std. yang tergolong kecil yang berarti hampir keseluruhan
N Mean
mum mum Deviation responden mempunyai pandangan yang kurang lebih
Gaji atau upah yang hampir sama mengenai rekan kerja mereka.
diterima saat ini 72 1.00 4.00 2.5417 .73038
sudah memuaskan
Analisis Regresi Linier Sederhana
Gaji atau upah yang
diterima saat ini Dalam model analisis regresi linier sederhana,
sesuai dengan tingkat 72 1.00 4.00 2.5833 .70711
ketrampilan dan
yang melibatkan variabel dependen (Y) yaitu
pekerjaan karyawan kepuasan kerja dan variabel independen (X) yaitu
Valid N (listwise) 72 motivasi kerja, dan hasil regresi tersebut tampak
dalam tabel berikut:
Tabel 10 menunjukkan bahwa variabel gaji atau
upah dapat dikategorikan buruk, dengan nilai mean Tabel 13. Coefficientsa
masing-masing indikator hanya di tingkat 2,5417 dan Unstandardized Standardized
2,5833. Hal ini menunjukkan bahwa karyawan Coefficients Coefficients
Model t Sig.
merasa gaji yang saat ini diterima masih kurang B
Std.
Beta
memuaskan mereka. Error
1 (Constant) 16.596 3.631 4.571 .000
Tabel 11. Kesempatan promosi motivasi kerja .307 .092 .369 3.326 .001
Mini Maxi Std.
N Mean Sehingga, persamaan regresinya adalah sebagai
mum mum Deviation
Dengan bekerja saat ini berikut:
karyawan mempunyai Y = 16.596 + 0.307 X
masa depan dan 72 1.00 3.00 2.0278 .50273 dimana:
kesempatan promosi Y = kepuasan kerja karyawan
untuk lebih maju lagi
X = motivasi kerja karyawan
Karir berjalan sesuai
dengan kemampuan 72 1.00 3.00 2.0972 .63156 Uji hipotesis dilakukan dengan melakukan uji t,
karyawan
adapula hipotesis awal yang diajukan penulis adalah
Valid N (listwise) 72
diduga motivasi kerja berpengaruh secara signifikan
Kartika: Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kepuasan Kerja 111

terhadap kepuasan kerja karyawan di Pakuwon Food sebesar 86,4% merupakan kontribusi dari variabel
Festival. Berdasarkan tabel, nilai t hitung adalah 3,326 lainnya, hal ini terjadi karena penulis hanya mem-
dengan signifikansi 0.001, karena signifikansi 0,001 < batasi penelitian ini dalam variabel motivasi saja,
0,05 maka hipotesis diterima yaitu motivasi sehingga penelitian ini dapat menjadi lead project
berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan untuk penelitian-penelitian selanjutnya. Dari hasil
kerja karyawan di Pakuwon Food Festival. Hasil deskriptif responden ada beberapa hal yang perlu
olahan data lebih lanjut adalah sebagai berikut: digaris bawahi dalam konteks penelitian ini, yaitu
variabel kepuasan kerja itu sendiri, khususnya pada
Tabel 14. Model Summary variabel mutu pengawasan supervisi, gaji atau upah,
Adjusted R Std. Error of the dan kesempatan promosi. Variabel mutu pengawasan
Model R R Square
Square Estimate supervisi mendapatkan nilai yang tergolong kritis, dan
1 .369a .136 .124 3.44005 variabel kesempatan promosi yang masuk dalam
a. Predictors: (Constant), motivasi kerja kategori buruk. Hal ini sedikit menjadikan tanda
tanya, mengingat bahwa beberapa restoran dan kios
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai R makanan yang ada di Pakuwon Food festival
square menunjukkan nilai 0.136 atau 13,6% dimana tergolong cukup terkenal di Surabaya, seharusnya
hal ini menunjukkan bahwa besarnya pengaruh dengan tingkat image yang cukup bagus pihak
motivasi kerja terhadap kepuasan kerja karyawan manajemen tidak perlu dipertanyakan lagi
hanya 13,6% sedangkan sisanya sebesar 86,4% berhubungan dengan kualitas dan juga jenjang karir
ditentukan oleh variabel lainnya yang tidak ikut bagi para karyawannya.
dihitung dalam penelitian ini. Penulis mengadakan wawancara tambahan
kepada beberapa karyawan restoran tersebut untuk
Tabel 15. Correlations klarifikasi hasil yang didapatkan, dan didapatkan
jawaban bahwa restoran tersebut mayoritas tidak
kepuasan motivasi menggolongkan outlet mereka yang ada di Pakuwon
kerja kerja
Food Festival sebagai bagian dari outlet utama
Pearson kepuasan kerja 1.000 .369 mereka, atau dengan kata lain hanya merupakan
Correlation motivasi kerja .369 1.000 proyek uji coba dimana hanya memiliki tujuan jangka
Sig. (1-tailed) kepuasan kerja . .001 pendek saja. Bagi pihak manajemen hasil untung atau
motivasi kerja .001 . rugi tidak menjadi hal yang berarti bagi mereka,
N kepuasan kerja 72 72 sehingga akhirnya imbas yang dihasilkan sampai
pada karyawan mereka. Sedangkan untuk variabel
motivasi kerja 72 72
gaji dan upah, hasil ini juga tercermin dalam deskripsi
responden dimana penulis sesungguhnya memasuk-
Berdasarkan tabel 15, hasil perhitungan diperoleh kan poin mengenai pengeluaran rata-rata per bulan
angka korelasi sebesar 0.369 yang artinya terdapat untuk mengetahui kurang lebih gaji yang didapatkan
hubungan yang lemah antara kedua variabel motivasi oleh para karyawan tersebut. Dan hasilnya memang
kerja dan kepuasan kerja dan berpengaruh secara menunjukkan bahwa mayoritas gaji yang didapatkan
signifikan. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikansi oleh para karyawan tersebut pada kisaran Rp.450.000
0.001 yang lebih kecil dari nilai 0,05. sampai Rp. 600.000 tiap bulannya.
Namun penulis juga salut terhadap karyawan
PEMBAHASAN yang menjadi responden karena hasil penelitian
menunjukkan bahwa mereka menyukai pekerjaan
Berdasarkan hasil pengolahan data diatas, yang mereka lakukan dan faktor rekan kerja
penelitian ini menunjukkan bahwa variabel motivasi merupakan kunci utama mengapa mereka menyukai
berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan pekerjaan tersebut, dalam wawancara konfirmasi hasil
kerja, hasil ini ikut menguatkan hasil penelitian dari penelitian penulis juga mendapatkan jawaban bahwa
Prabu (2005:24), yang mengatakan bahwa faktor– hubungan pertemanan antara rekan kerja sangat baik,
faktor motivasi memiliki pengaruh yang signifikan bahkan mereka menganggap seperti sebuah keluarga
terhadap kepuasan kerja pegawai. Hasil lain yang kecil baru di lingkungan kerja mereka sehingga faktor
didapatkan adalah dalam konteks penelitian ini, faktor tersebut yang menjadi pemicu kenapa mereka
motivasi hanya memberikan kontribusi sebesar menyukai pekerjaan mereka dan merasa cukup puas
13,6% terhadap kepuasan kerja sedangkan sisanya atas kondisi kerja mereka saat ini.
112 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.12, NO. 1, MARET 2010: 100-112

KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA

Kesimpulan Prabu, A., Desember 2005, “Pengaruh Motivasi


Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai Badan
Berdasarkan hasil penelitian diatas ditemukan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
kesimpulan bahwa variabel motivasi kerja ber- Kabupaten Muara Enim”, Jurnal Manajemen
pengaruh secara signifikan terhadap kepuasan kerja & Bisnis Sriwijaya, vol. 3, no. 6, hal. 1-25.
karyawan di Pakuwon Food Festival, dan kontribusi
As’ad, Moh., 1995, Psikologi Industri, edisi IV,
variabel motivasi terhadap kepuasan kerja hanya
Yogyakarta: Liberty.
sebesar 13,6% sedangkan sisanya merupakan
kontribusi dari variabel lain yang tidak diteliti oleh Bittel, L., Newstrom, J. W., Newstrom, J., 1994, What
penulis. Every Supervisor Should Know: The Complete
Guide to Supervisory Management, New
Saran York: McGraw-Hill, Inc.

1. Untuk pihak manajemen restoran yang ada di Dipboye, Robert, L., Smith, C. S., Howell, W. C.,
Pakuwon Food Festival, diharapkan untuk lebih 1994, Understanding Industrial and Organi-
memperhatikan kondisi restoran saat ini untuk zational Behavior, USA: Winston Inc.
lebih melakukan pengawasan mutu, karena secara George, J. M. & Jones, G. R., 2005, Essentials of
perlahan akan berpengaruh terhadap image Managing Organizational Behavior, 4th ed.,
restoran tersebut secara umum, karena mau tidak New Jersey: Upper Saddle River.
mau dengan adanya nama yang sama dengan
outlet lainnya yang ada di Surabaya tetap Gomes, Faustino C., 1995, Manajemen Sumber Daya
membawa kesan yang sama di mata konsumen. Manusia, Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Kemudian diharapkan untuk membuka
Handoko, T. Hani, 1992, Manajemen Personalia dan
kesempatan promosi bagi karyawan sehingga
Sumber Daya Manusia, Edisi II, Yogyakarta:
mereka lebih termotivasi lagi untuk bekerja
dengan lebih baik dan dengan kondisi yang lebih BPFE.
baik pula. Hasibuan, Melayu SP, 2001, Manajemen Sumber
2. Untuk karyawan yang bekerja di restoran yang Daya Manusia, Edisi Revisi, Bumi Aksara.
ada di Pakuwon Food Festival, diharapkan untuk
lebih berpikiran jauh kedepan untuk masa depan Heidjdrachman Ranupandojo, Suad, Husnan.
masing-masing, karena walaupun lingkungan Manajemen Personalia. (edisi 4). Yogyakarta:
kerja dan rekan kerja sangat baik dan mendukung, BPFE.
namun esensi dari kita bekerja harus jauh lebih
Luthans, F., 1995, Organizational Behavior, 7th ed.,
maju dari hanya sekadar mendapatkan
New York: McGraw-Hill, Inc.
penghasilan yang cukup dan lebih mementingkan
kebutuhan sosial saja. Namun motivasi yang Robbins, S. P., 1996, Organization Bahaviour,
dibawa oleh tiap individu harus meliputi karir dan Seventh Edition, Englewood Cliffs, New
kehidupan di masa depan yang lebih baik, Jersey: Simon & Schuster Company.
sehingga pelatihan mengenai goal setting dan
peningkatan ketrampilan sangat diperlukan oleh Robbins, S. P., 2003, Perilaku Organisasi, Jakarta:
setiap karyawan. PT. Indeks Kelompok Gramedia.
3. Untuk penelitian lebih lanjut, agar dapat Siagian, Sondang, 1983, Organisasi, Kepemimpinan
ditambahkan pula variabel baru untuk lebih dan Perilaku Adminsitrasi, Jakarta: PT.
melengkapi hasil dari penelitian ini dan lebih Gunung Agung.
mengeksplorasi fenomena yang ada, hal ini
dirasakan oleh penulis dimana pada saat Simamora, H., 1993, Manajemen Sumber Daya
wawancara konfirmasi hasil penelitian, penulis Manusi. Edisi I, Yogyakarta: Bagian Pener-
merasakan bahwa efek gunung es terjadi dalam bitan STIE YKPN.
penelitian ini. Sehingga penelitian lebih lanjut
akan sangat bermanfaat untuk kemajuan ilmu Sugiyono, 2004, Metode penelitian bisnis, Bandung:
pengetahuan. CV Alfabeta.
Vol: 4 No: 1 Tahun: 2014

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


MOTIVASI KERJA KARYAWAN
PADA UD SURYA LOGAM DESA TEMUKUS TAHUN 2014
Ni Nengah Sarinadi

Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

Email: ninengahsarinadi@rocketmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja karyawan
pada UD Surya Logam Desa Temukus dan faktor yang paling dominan mempengaruhi motivasi kerja
karyawan pada UD Surya Logam Desa Temukus. Penelitian ini dilaksanakan di UD Surya Logam Desa
Temukus dengan jumlah responden sebanyak 35 orang. Data yang dikumpulkan dengan metode
kuesioner, dianalisis dengan analisis faktor melalui Statistical Program Social Scence (SPSS) 16.0 for
windows. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat enam faktor yang mempengaruhi motivasi kerja
karyawan pada UD Surya Logam Desa Temukus, yaitu faktor kebutuhan, tingkat pendidikan, kepuasan
kerja, kondisi lingkungan kerja, kompensasi yang memadai, dan penghargaan atas prestasi kerja.
Besarnya variance explained masing-masing faktor tesebut secara berturut-turut, yaitu kebutuhan
sebesar 59,551%, tingkat pendidikan sebesar 15,974%, kepuasan kerja sebesar 10,662%, kondisi
lingkungan kerja sebesar 6,464%, kompensasi yang memadai sebesar 4,679%, dan penghargaan atas
prestasi kerja sebesar 2,670%. Faktor kebutuhan menjadi faktor paling dominan yang memiliki variance
explained tertinggi yaitu sebesar 59,551%.

Kata kunci: motivasi kerja karyawan

ABSTRACT
This study aimed at determining the factors that influences the employee's motivation at UD Surya
Logam and most dominant factor influencing the employee's motivation at UD Surya Logam. The
research had been implemented in UD Surya Logam Temukus vilaage amount thirty-five respondents.
The data were collected by questionnaire, and analyzed by factor analysis through Statistical Program
Social Scence (SPSS) 16.0 for windows. The result of findings showed that there were six factors that
affected the employee's motivation at UD Surya Logam, namely needs factors, education level , job
satisfaction, working conditions, adequate compensation, and achievement reward. The amount of
variance explained proficiency level of each factor in a row, the needs of 59,551%,15,974% of the
education level, 10,662% of the job satisfaction, 6,464% of the working conditions, adequate
compensation amounted to 4,679%, and 2,670% for achievement reward. Needs factors became the
most dominant factor that had the highest explained variance in the amount of 59,551%.

Keywords: employee's motivation


Vol: 4 No: 1 Tahun: 2014

PENDAHULUAN yang mau berbuat dan bekerjasama secara


Setiap organisasi dituntut untuk dapat optimal dalam melaksanakan sesuatu yang
mengoptimalkan sumber daya manusia dan telah direncanakan untuk mencapai tujuan
cara sumber daya manusia dikelola. yang telah ditetapkan”. Motivasi dalam
Pengelolaan sumber daya manusia tidak manajemen hanya ditunjukkan pada
lepas dari faktor karyawan yang diharapkan sumber daya manusia umumnya dan
dapat berprestasi sebaik mungkin demi bawahan khususnya. Pentingnya motivasi
mencapai tujuan organisasi. Demi karena motivasi adalah hal yang
tercapainya tujuan organisasi, karyawan menyebabkan, menyalurkan, dan
memerlukan motivasi untuk bekerja lebih mendukung prilaku manusia, supaya mau
rajin (Kadarisman, 2012). Motivasi adalah bekerja giat dan antusias mencapai hasil
serangkaian sikap dan nilai-nilai yang yang optimal. Menurut Malayu (2005: 143)
mempengaruhi individu untuk mencapai hal “motivasi adalah suatu keahlian, dalam
yang spesifik sesuai dengan tujuan individu mengarahkan karyawan dan organisasi
(Rivai, 2005). Kadarisman (2012) agar mau bekerja secara berhasil, sehingga
menyatakan bahwa tujuan pemberian para karyawan dan tujuan organisasi
motivasi kepada karyawan adalah untuk sekaligus tercapai”.
mengubah perilaku karyawan sesuai Menurut Jerald Greenberg dan Robert
dengan keinginan perusahaan. Banyak hal A. Baron (2003: 190), “motivasi merupakan
yang mempengaruhi motivasi kerja serangkaian proses yang membangkitkan
karyawan, menurut Saydam (2000) secara (arouse), mengarahkan (direct), dan
umum motivasi kerja dipengaruhi dua menjaga perilaku manusia menuju pada
faktor, yaitu faktor intern (faktor yang pencapaian tujuan”. Selanjutnya menurut
bersumber dari dalam diri karyawan) dan Nawawi (2005: 135) “motivasi adalah
faktor ekstern (faktor yang bersumber dari proses psikologis yang berlangsung dalam
luar diri karyawan). Faktor intern yang interaksi antar keperibadian yang berbeda-
terdiri dari tingkat pendidikan, kebutuhan, beda untuk memenuhi kebutuhan sebagai
dan kepuasan kerja, sedangkan faktor manusia”. Proses ini menghasilkan
ekstern yang terdiri dari kondisi lingkungan dorongan berupa kehendak, kemauan dan
kerja, kompensasi yang memadai, dan keinginan untuk bertindak atau berbuat
penghargaan atas prestasi. melalui pengambilan keputusan. Dengan
Berdasarkan penjelasan uraian diatas demikian, motivasi sebagai pendorong atau
bahwa setiap perusahaan di dalam penggerak perilaku ke arah pencapaian
pemberian motivasi kerja tidak senantiasa tujuan merupakan suatu siklus yang terdiri
berhasil, seringkali ada hal-hal yang dari tiga elemen, yaitu adanya kebutuhan
mengakibatkan timbulnya kegagalan dalam (need), dorongan untuk berbuat dan
pemberian motivasi kerja karyawannya. bertindak (drives), dan tujuan yang
Motivasi adalah serangkaian sikap diinginkan (gools). Dorongan tersebut
dan nilai-nilai yang mempengaruhi individu komponennya berupa arah perilaku (kerja
untuk mencapai hal yang spesifik sesuai untuk mencapai tujuan), dan kekuatan
dengan tujuan individu. Sikap dan nilai perilaku (seberapa kuat usaha individu
tersebut merupakan suatu yang invisible dalam bekerja).
yang memberikan kekuatan untuk Pemberian motivasi sangat penting
mendorong individu untuk bertingkah laku yang dilakukan oleh para manajer untuk
dalam mencapai tujuan. Motivasi adalah dapat bertahan (Lindner, 2000: 42).
kekuatan yang mendorong seseorang untuk Motivasi karyawan dibutuhkan untuk
melakukan suatu tindakan secara internal mengubah lingkungan kerja secara cepat.
dan eksternal yang dapat positif atau Karyawan yang termotivasi membantu
negatif untuk mengarahkannya sangat organisasi untuk bertahan. Karyawan yang
bergantung kepada ketangguhan sang termotivasi akan lebih produktif, kreatif dan
manajer. Menurut Anwar (2000: 15) inisiatif. Untuk itu manajer perlu memahami
“motivasi adalah rangsangan, dorongan apa yang memotivasi karyawan berkaitan
ataupun pembangkit tenaga yang dimiliki dengan peran yang didapatkan dalam suatu
seseorang atau sekelompok masyarakat organisasi. Pemberian motivasi pada
Vol: 4 No: 1 Tahun: 2014

dasarnya adalah memberikan kepuasan rasa ingin taunya, maka motivasi jenis
kerja kepada karyawan dengan harapan kedua ini perlu diberikan.
karyawan akan bekerja dan mempunyai Pendidikan merupakan usaha
produktivitas yang lebih baik lagi di dalam terencana untuk mewujudkan suasana
bekerja yang pada akhirnya kinerja belajar dan proses pembelajaran agar
organisasi juga akan semakin baik. peserta didik secara aktif mengembangkan
Menurut Kadarisman (2012: 278), potensi dirinya yang diperoleh dari
“motivasi kerja adalah penggerak atau beberapa tingkat pendidikan. Menurut Fuad
pendorong dalam diri seseorang untuk mau Ihsan (2005: 22) “tingkat pendidikan adalah
berperilaku dan bekerja dengan giat dan tahap pendidikan yang berkelanjutan, yang
baik sesuai dengan tugas dan kewajiban ditetapkan berdasarkan tujuan yang akan
yang telah diberikan kepadanya”. Menurut dicapai dan kemampuan yang
Hasibuan (1996), motivasi kerja adalah dikembangkan. Kadarisman (2012)
sejumlah aktivitas fisik dan mental untuk menyatakan bahwa seseorang pegawai
mengerjakan suatu pekerjaan. Menurut yang mempunyai pendidikan lebih tinggi
Mangkunegara (2001), motivasi kerja biasanya lebih mudah termotivasi, karena
didefinisikan sebagai kondisi yang sudah mempunyai pengetahuan dan
berpengaruh membangkitkan, wawasan lebih luas dibandingkan dengan
mengarahkan, dan memelihara perilaku pegawai yang berpendidikan lebih rendah
yang berhubungan dengan lingkungan atau tidak berpendidikan, demikian juga
kerja. sebaliknya jika tingkat pendidikan yang
Motivasi pada dasarnya memang dimilikinya tidak digunakan secara
sudah ada di dalam diri setiap orang. maksimal atau tidak dihargai sebagaimana
Hamzah (2008) menyatakan, motivasi kerja layaknya oleh perusahaan maka
dapat berupa motivasi intrinstik dan kemungkinan karyawan tersebut
ekstrinsik. Motivasi yang bersifat intrinsik mempunyai motivasi yang rendah di dalam
adalah manakala sifat pekerjaan itu sendiri bekerja. Dengan pengetahuan dan
yang membuat seseorang termotivasi, wawasan yang lebih luas maka akan lebih
orang tersebut mendapat kepuasan dengan mudah mengerti dan memahami serta
melakukan pekerjaan tersebut bukan mengantisipasi perkembangan organisasi
karena rangsangan lain seperti status dan dan tahu apa yang dibutuhkan organisasi
uang atau bisa juga dikatakan seseorang darinya.
melakukan hobinya. Motivasi intrinsik timbul Kebutuhan adalah segala sesuatu
dari dalam diri individu sendiri tanpa ada yang dibutuhkan manusia untuk
paksaan dorongan orang lain, tetapi atas mempertahankan hidup serta untuk
dasar kemauan sendiri. Motivasi intrinstik memperoleh kesejahteraan dan
timbul karena rasa ingin tahu. Karyawan kenyamanan. Kadarisman (2012: 299)
yang memiliki motivasi intrinstik yang kuat menyatakan bahwa “kebutuhan dianggap
akan membuat karyawan tersebut memiliki berbanding lurus dengan motivasi, makin
lebih banyak kreatifitas, ide, dan besar kebutuhan seseorang untuk minta
sebagainya untuk mewujudkan dipenuhi, makin besar pula motivasi
motivasinya. Motivasi ekstrinstik adalah seseorang untuk mau bekerja keras, karena
manakala elemen-elemen diluar pekerjaan yang bersangkutan percaya bahwa dengan
yang melekat di pekerjaan tersebut menjadi bekerja giat dan baik mereka akan dapat
faktor utama yang membuat seseorang memenuhi kebutuhannya”. Pemberian
termotivasi seperti status atapun motivasi merupakan pendorong seseorang
kompensasi. Motivasi ekstrinstik timbul untuk bertindak atau suatu tenaga di dalam
sebagai akibat pengaruh dari luar individu, diri manusia yang menyebabkan manusia
apakah karena adanya ajakan, suruhan, bertindak sehingga jelas mengapa
atau paksaan dari orang lain sehingga seseorang melakukan tindakan-tindakan
dengan keadaan demikian seseorang mau tertentu dalam rangka pemuasan
melakukan sesuatu tindakan, contohnya kebutuhan.
belajar. Bagi seseorang dengan motivaasi Kepuasan kerja adalah keadaan
instrinstik yang lemah, misalnya kurang emosional karyawan yang menyebabkan
Vol: 4 No: 1 Tahun: 2014

terjadi ataupun tidak terjadi titik temu antara penggajian atau imbalan yang diberikan
nilai balas jasa kerja karyawan dari kepada pegawai yang timbul dari pekerjaan
perusahaan dengan tingkat nilai balas jasa yang telah mereka lakukan. Kemudian
yang memang diinginkan oleh karyawan menurut Hasibuan (2009), kompensasi
yang bersangkutan (Martoyo, 2008). adalah semua pendapatan yang berbentuk
Hasibuan (2001: 199), menyatakan uang, barang langsung atau tidak langsung
“kepuasan kerja karyawan harus diciptakan yang diterima karyawan sebagai imbalan
sebaik-baiknya supaya moral kerja, atas jasa yang telah diberikan kepada
dedikasi, kecintaan, dan disiplin kerja perusahaan. Sedangkan menurut
karyawan meningkat”. Kepuasan kerja Panggabean (2004), kompensasi adalah
adalah sikap emosional yang seluruh bentuk penghargaan baik berupa
menyenangkan dan mencintai uang atau bukan uang yang diberikan
pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan oleh kepada karyawan secara layak dan adil
moral kerja, kedisiplinan, dan prestasi kerja. atas jasa mereka dalam mencapai tujuan
Kepuasan kerja dinikmati dalam pekerjaan, perusahaan.
luar pekerjaan, dan kombinasi dalam dan Menurut Handoko (1991: 102)
luar pekerjaan. Kepuasan kerja mempunyai “prestasi kerja adalah kuantitas dan kualitas
korelasi yang sangat kuat pada tinggi pekerjaan yang diselesaikan oleh individu,
rendahnya motivasi kerja seseorang. kelompok atau organisasi”. Menurut
Karyawan yang puas terhadap Suprihanto (1988), prestasi kerja adalah
pekerjaannya akan mempunyai motivasi hasil kerja seorang karyawan selama
yang tinggi terhadap pekerjaannya. periode tertentu dibandingkan berbagai
Kadarisman (2012), menyatakan kemungkinan, misalnya standar,
kondisi kerja adalah kondisi fisik atau target/sasaran yang telah ditentukan
lingkungan kerja yang mencakup fasilitas- terlebih dahulu dan telah disepakati
fasilitas yang ada dan telah disediakan. bersama. Sedangkan menurut
Kondisi kerja yang baik adalah kondisi yang Heidjrachman (1990: 188) “prestasi kerja
nyaman bagi karyawan dalam bekerja. ditafsirkan sebagai arti penting suatu
Kondisi lingkungan kerja tidak terbatas pekerjaan, kemajuan, dan tingkat
hanya pada kondisi kerja di tempat penyelesaian suatu pekerjaan.
pekerjaan masing-masing seperti Penelitian sejenis yang dilakukan oleh
kenyamanan tempat kerja, ventilasi yang Tamba pada tahun 1999 dengan judul
cukup, penerangan, keamanan dan lain- faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
lain. Akan tetapi kondisi kerja yang kerja pemetik teh perkebunan Purbasari,
dimaksud yaitu kondisi kerja yang Bandung tahun 1999. Penelitian ini
mendukung dalam menyelesaikan tugas bertujuan untuk mengetahui (1) faktor-faktor
yaitu sarana dan prasarana yang memadai yang mempengaruhi motivasi kerja pemetik
sesuai dengan sifat tugas yang harus teh perkebunan Purbasari, Bandung tahun
diselesaikan. Betapapun positifnya perilaku 1999, dan (2) faktor yang paling dominan
karyawan seperti tercermin dalam mempengaruhi motivasi kerja pemetik teh
kesetiaan, disiplin yang tinggi, dan dedikasi perkebunan Purbasari, Bandung tahun
yang tidak diragukan serta tingkat 1999. Pengumpulan data dalam penelitian
keterampilan yang tinggi tanpa sarana dan ini dilakukan dengan metode wawancara
prasarana kerja ia tidak akan dapat berbuat dan kuisioner. Data yang diperoleh
banyak apalagi meningkatkan efisiensi, selanjutnya dianalisis dengan
efektivitas dan produktivitas kerjanya. Di menggunakan analisis faktor. Hasil
dalam pemberian motivasi salah satu penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi
langkah yang digunakan yaitu melalui kerja pemetik teh perkebunan Purbasari
pemberian fasilitas, perusahaan dalam Bandung pada tahun 1999 dipengaruhi oleh
memotivasi harus memberikan fasilitas kondisi kerja, hubungan kerja antara atasan
kepada karywawan yang akan mendukung dan bawahan, pemberian kompensasi, dan
kelancaran pekerjaan. prestasi kerja. Faktor pemberian
Desseler (2007), mengemukakan kompensasi merupakan faktor yang paling
bahwa kompensasi adalah semua bentuk dominan mempengaruhi motivasi kerja
Vol: 4 No: 1 Tahun: 2014

pemetik teh perkebunan Purbasari terbukti berpengaruh positif yang signifikan


Bandung tahun 1999. terhadap peningkatan motivasi kerja
Penelitian sejenis yang dilakukan oleh karyawan pada PT. Timur Jaya Prestasi
Raika Gustisyah pada tahun 2009 dengan Medan.
judul Analisis Faktor-faktor yang UD Surya Logam adalah sebuah
Mempengaruhi Motivasi Kerja Penyuluh perusahaan yang bergerak dalam bidang
Perindustrian Pada Kantor Dinas industri kontruksi dan bengkel las, seperti
Perindustrian Dan Perdagangan Kota pembuatan rolling door, pintu harmonika,
Medan. Pengumpulan data dalam kontruksi baja, pintu cor antic, canopy,
penelitian ini dilakukan dengan metode trails, dan tangga putar. Perusahaan ini
wawancara, kuisioner, dan dokumentasi. menjual serta melayani pemesanan berupa
Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis pintu harmonika, pintu cor antic, rolling
dengan menggunakan analisis regresi linier door, canopy, trails dan tangga putar. UD
berganda, uji F (uji secara simultan), uji t Surya Logam terletak di Desa Temukus
(uji secara parsial), dan pengujian asumsi Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng.
klasik (uji normalitas, uji multikolinearitas, Lokasinya yang strategis yaitu di pinggir
dan uji heterokedastisitas). Hasil penelitian jalan membuat perusahaan ini mudah untuk
ini menunjukkan bahwa secara simultan dicari.
faktor kebutuhan, tingkat pendidikan, Berdasarkan hasil observasi awal
kepuasan kerja, kompensasi, kondisi yang diperoleh pada UD Surya Logam
lingkungan kerja, dan penghargaan atas menunjukkan motivasi kerja karyawan
prestasi kerja secara bersama-sama rendah. Rendahnya motivasi karyawan
berpengaruh terhadap peningkatan disebabkan oleh rasa ketidakpuasan
motivasi kerja penyuluh perindustrian pada karyawan. Rasa tidak puas ini dapat
Kantor Dinas Perindustrian dan ditimbulkan dari perasaan bahwa ada
Perdagangan Kota Medan. Sedangkan kebutuhan karyawan yang belum dipenuhi
pengujian variabel independent secara oleh perusahaan sehingga kontribusi
parsial, variabel tingkat pendidikan tidak pelaksanaan pekerjaan yang diberikan oleh
terdapat adanya pengaruh dalam karyawan belum optimal. Saydam (2000:
peningkatan motivasi kerja, sedangkan 370) menyatakan “faktor-faktor yang
variabel kebutuhan merupakan variabel mempengaruhi motivasi kerja karyawan,
yang dominan berpengaruh terhadap yaitu faktor intern dan faktor ekstern”.
peningkatan motivasi kerja penyuluh Faktor intern merupakan faktor yang
perindustrian pada Kantor Dinas bersumber dari dalam diri karyawan,
Perindustrian dan Perdagangan Kota sedangkan faktor ekstern merupakan faktor
Medan. yang bersumber dari luar diri karyawan.
Penelitian sejenis yang dilakukan oleh Faktor intern meliputi tingkat pendidikan,
M.A Nurjaya Suriya Atmadja pada tahun kebutuhan, dan kepuasan kerja, sedangkan
2008 dengan judul Analisis Faktor-faktor faktor ekstern meliputi kondisi kerja,
yang Mempengaruhi Motivasi Kerja kompensasi, dan penghargaan atas
Karyawan Pada PT. Timur Jaya Prestasi prestasi kerja. Kedua faktor tersebut sangat
Medan Tahun 2008. Pengumpulan data mempengaruhi motivasi kerja pada UD
dalam penelitian ini dilakukan dengan Surya Logam Desa Temukus, oleh karena
metode kuisioner. Data yang diperoleh itu melalui penelitian ini akan dikaji dari
selanjutnya dianalisis menggunakan faktor intern dan faktor ekstern yang
analisis regresi linier berganda, uji F, uji T- mempengaruhi motivasi kerja pada UD
test, uji asumsi klasik (uji asumsi klasik Surya Logam Desa Temukus. Berdasarkan
yang digunakan yaitu uji multikolonieritas, penjelasan di atas, maka penulis tertarik
uji heterokedastisitas, uji normalitas, uji untuk mengadakan penelitian dengan judul“
linieritas). Hasil penelitian ini menunjukkan Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
bahwa secara parsial faktor hubungan kerja Rendahnya Motivasi Kerja Karyawan Pada
antara atasan dan bawahan, kepuasan UD Surya Logam Desa Temukus, Kec.
kerja, keinginan dan harapan, kompensasi Banjar, Kabupaten Buleleng Tahun 2014”.
Vol: 4 No: 1 Tahun: 2014

METODE program SPSS 16.0 for Windows dengan


Penelitian ini merupakan penelitian taraf signifikansi 5%.
verifikas yang bertujuan untuk menguji Teknik analisis data yang digunakan
temuan atau teori yang sudah ada, dalam penelitian ini adalah analisis faktor.
sehingga dalam penelitian ini digunakan Menurut Suliyanto (2005) analisis faktor
hipotesis (Suliyanto, 2005). Penelitian ini terdiri beberapa tahap, yaitu (1) Membuat
berfokus pada subyek dan obyek yang matrik, Semua data yang masuk dan diolah
diteliti yaitu subyeknya adalah seluruh akan menghasilkan matrik korelasi. Matrik
karyawan pada UD Surya Logam Desa korelasi dapat diidentifikasikan variabel-
Temukus, sedangkan yang menjadi objek variabel tertentu yang tidak mempunyai
dalam penelitian ini adalah faktor-faktor korelasi dengan variabel yang lain,
yang mempengaruhi motivasi kerja sehingga dapat dikeluarkan dari analisis.
karyawan pada UD Surya Logam Desa Untuk menguji ketepatan model analisis
Temukus. Berdasarkan sifatnya, jenis data faktor, maka dapat digunakan Barlett’s test
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu of Sphericity yang dipakai untuk menguji
data kuantitatif. Data kuantitatif merupakan bahwa variabel-variabel dalam sampel
data yang dapat dihitung dan berupa berkorelasi. Hasil Barlett’s test of Sphericity
angka-angka. Data kuantitatif dalam menunjukkan apakah hubungan antara
penelitian ini adalah skor jawaban variabel-variabel signifikan atau tidak.
responden yang diperoleh dari hasil Statistik lain yang berguna adalah
penyebaran kuesioner mengenai faktor- pengukuran kelayakan sampel Kaiser
faktor yang mempengaruhi motivasi kerja Meyer Olkin (KMO). Analisis faktor
karyawan. dianggap layak jika besaran KMO nilainya
Ditinjau dari sumbernya data yang minimal 0,50. Besaran ini digunakan untuk
dipergunakan dalam penelitian ini yaitu data mengukur derajat korelasi antar variabel
primer berupa data yang diperoleh melalui dengan kriteria Measure of Sampling
pengisian angket/kuesioner mengenai Adequacy (MSA)  0,50, (2) Menentukan
faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi jumlah faktor, Variabel disusun kembali
kerja karyawan yang meliputi kebutuhan, berdasarkan pada korelasi hasil langkah
tingkat pendidikan, kepuasan kerja, kondisi pada butir dua untuk menentukan faktor
lingkungan kerja, kompensasi yang yang diperlukan untuk mewakili data. Untuk
memadai, dan penghargaan atas prestasi menentukan berapa faktor yang dapat
kerja. Metode pengumpulan data yang diterima secara empirik dapat dilakukan
digunakan dalam penelitian ini adalah berdasarkan besarnya eigenvalue setiap
kuesioner. Kuesioner merupakan metode faktor yang muncul. Semakin besar
pengumpulan data yang dilakukan dengan eigenvalue setiap faktor, semakin
memberikan daftar pernyataan kepada representatif faktor tersebut untuk mewakili
responden untuk dijawab, terutama sekelompok variabel. Faktor-faktor ini yang
berkaitan dengan faktor-faktor yang dipilih adalah faktor yang mempunyai
mempengaruhi motivasi kerja karyawan eigenvalue sama dengan atau lebih dari
pada UD Surya Logam Desa Temukus. satu, (3) Rotasi faktor,Hasil
kuesioner yang telah dirancang dengan penyederhanaan faktor dalam matrik faktor
menggunakan Skala Likert dengan setiap memperlihatkan hubungan antara faktor
jawaban dari responden akan diberikan dengan variabel individu, tetapi dalam
skor yang berbeda yaitu sangat setuju (ss) faktor-faktor tersebut terdapat banyak
diberi skor 5, setuju (s) diberi skor 4, kurang variabel yang berkorelasi sehingga sulit
setuju (ks) diberi skor 3, tidak setuju (ts) diinterpretasikan. Dengan menggunakan
diberi skor 2, dan sangat tidak setuju (sts) rotasi faktor matrik, matrik faktor
diberi skor 1. Kuesioner sebagai instrumen ditranspormasikan ke dalam matrik yang
pengumpulan data ordinal yang merupakan lebih sederhana sehingga mudah untuk
penjabaran dari indikator variabel sebelum diinterpretasikan. Dalam perilaku ini
digunakan untuk mengumpulkan data di digunakan rotasi varimax, (4) Interpretasi
lapangan, terlebih dahulu harus diuji tingkat faktor, Interpretasi faktor dilakukan dengan
validitas dan reliabilitasnya. menggunakan
Vol: 4 No: 1 Tahun: 2014

mengelompokkan variabel yang HASIL DAN PEMBAHASAN


mempunyai faktor loading tinggi ke dalam Hasil
faktor tersebut. Untuk menginterpretasikan Analisis faktor-faktor yang
hasil penelitian ini, faktor loading minimal mempengaruhi motivasi kerja karyawan
0,5. Variabel yang mempunyai faktor pada UD Surya Logam Desa Temukus
loading kurang dari 0,5 dikeluarkan dari tahun2014. Berdasarkan analisis yang
model, dan (5) Menentukan ketepatan dilakukan dengan menggunakan SPSS
model, Tahap terakhir dari analisis faktor 16.0 for Windows menunjukan bahwa KMO
adalah mengetahui apakah model mampu sebesar 0,823, dengan demikian angka
menjelaskan dengan baik. Fenomena yang KMO Measure of Sampling Adequacy lebih
ada perlu diuji dengan teknik Principal besar dari 0,50, ini berarti analisis faktor
Component Analisis (PCA) yaitu dengan tepat digunakan untuk menganalisis data
melihat jumlah resudial antara korelasi yang yang diperoleh. Hasil uji Barlett’s Test of
diamati dengan korelasi yang direproduksi. Sphericity menunjukkan hasil yang
Dalam penelitian ini, untuk mempermudah signifikan pada 0,000. Hal ini berarti matrik
proses perhitungan dan untuk korelasi memiliki korelasi yang signifikan
mendapatkan hasil perhitungan yang akurat dengan sejumlah variabel, karena nilai
dalam analisis data, peneliti menggunakan signifikan lebih kecil dari 0,05 ini dapat
bantuan alat hitung berupa program SPSS dilihat pada tabel 1
16.0 for Windows.

Tabel 1 Hasil untuk pengujian KMO and Barlett’s Test of Sphericity


KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling
.823
Adequacy.
Bartlett's Test of Approx. Chi-Square 101.616
Sphericity
df 15
Sig. .000

Pada hasil output Statistical Program layak digunakan dalam analisis adalah faktor
Social Scence (SPSS) 16.0 for Windows yang memiliki nilai MSA > 0,50. Apabila
(Anti-image Matrices), dapat diketahui faktor- terdapat faktor yang memiliki nilai MSA <
faktor atau variabel-variabel yang layak 0,50, maka faktor tersebut dikeluarkan agar
digunakan dalam analisis faktor. Pada output dapat dilakukan analisis faktor. Nilai MSA
SPSS (Anti-image Matrices), terdapat kode masing-masing faktor dapat dilihat pada
“a” yang artinya tanda untuk Measure of Tabel 2 berikut
Sampling Adequacy (MSA). Faktor yang

Tabel 2 Nilai Measure of Sampling Adequacy (MSA)


Faktor Nilai MSA Keputusan
Kebutuhan 0,769 > 0,50 Dapat digunakan untuk analisis faktor
Tingkat Pendidikan 0,630 > 0,50 Dapat digunakan untuk analisis faktor
Kepuasan Kerja 0,900 > 0,50 Dapat digunakan untuk analisis faktor
Kondisi Lingkungan Kerja 0,838 > 0,50 Dapat digunakan untuk analisis faktor
Kompensasi yang memadai 0,867 > 0,50 Dapat digunakan untuk analisis faktor
Penghargaan Prestasi Kerja 0,792 > 0,50 Dapat digunakan untuk analisis faktor

Berdasarkan Tabel 2, maka dapat analisis faktor adalah (1) kebutuhan, (2)
diketahui faktor-faktor yang digunakan dalam tingkat pendidikan, (3) kepuasan kerja, (4)
Vol: 4 No: 1 Tahun: 2014

kondisi lingkungan kerja, (5) kompensasi masing faktor. Nilai Total Variance Explained
yang memadai, (6) penghargaan atas digunakan untuk mengetahui persentase dari
prestasi kerja. Menentukan banyaknya faktor enam faktor yang dianalisis. Hasil analisis
yang mempengaruhi motivasi kerja karyawan faktor melalui SPSS menunjukkan
pada UD Surya Logam Desa temukus, dapat persentase dari masing-masing faktor dapat
dijelaskan oleh nilai persentase dari masing- dilihat pada Tabel 3 berikut

Tabel 3 Total Variance Explained


Total Variance Explained

Compo Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings


nent Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative %
1 3.570 59.492 59.492 3.570 59.492 59.492
2 .962 16.029 75.522
3 .639 10.657 86.179
4 .388 6.469 92.648
5 .281 4.678 97.326
6 .160 2.674 100.000

Tabel 3 menunjukkan persentase dari UD Surya Logam Desa Temukus. Untuk


faktor kebutuhan memiliki eigenvalue menjelaskan motivasi kerja karyawan pada
sebesar 3,570 dengan nilai varian sebesar UD Surya Logam, dapat dilakukan melalui
59,492%, faktor tingkat pendidikan memiliki ekstraksi faktor. Ekstraksi faktor dapat
eigenvalue sebesar 0,962 dengan nilai varian dijelaskan oleh total persentase dari masing-
sebesar 16,029%, faktor kepuasan kerja masing faktor utama. Faktor-faktor utama
memiliki eigenvalue sebesar 0,639 dengan tersebut adalah faktor kebutuhan yang
nilai varian sebesar 10.657%. Sedangkan memiliki nilai parameter eigenvalue > 1.
faktor kondisi lingkungan kerja memiliki Untuk mengetahui distribusi dimensi-dimensi
eigenvalue sebesar 0,388 dengan nilai varian yang belum dirotasi ke dalam faktor yang
6.469%, faktor kompensasi yang memadai telah terbentuk maka dapat dilihat pada
memiliki eigenvalue sebesar 0,281 dengan output SPSS 16.0 (Rotated Component
nilai varian 4.678%, dan faktor penghargaan Matrix). Faktor yang mampu mempengaruhi
atas prestasi kerja memiliki eigenvalue motivasi kerja karyawan pada UD Surya
sebesar sebesar 0,160 dengan nilai varian Logam Desa Temukus, dapat dilihat pada
2.674%. Jadi, keenam faktor-faktor tersebut Tabel 4 berikut.
mempengaruhi motivasi kerja karyawan pada

Tabel 4 Faktor yang Mempengaruhi Career Plateau (Kemandegan Karir) Guru


Varianced Factor
Faktor Eigenvalue
Explained (%) Loading
Kebutuhan 3.570 59.492 .929
Tingkat Pendidikan .962 16.029 -.285
Kepuasan Kerja .639 10.657 .847
Kondisi Lingkungan Kerja .388 6.469 .715
Kompensasi yang Memadai .281 4.678 .880
Penghargaan atas Prestasi Kerja .160 2.674 .789

Dilihat dari Tabel 4 di atas, dapat mampu menjelaskan sebesar 59.492%


dijelaskan bahwa faktor yang memiliki dengan demikian 59.492% dari seluruh
eigenvalue > 1 adalah Kebutuhan, total nilai variabel yang ada, dapat dijelaskan oleh satu
varianced explained dari faktor kebutuhan faktor yang terbentuk. Kebutuhan memiliki
Vol: 4 No: 1 Tahun: 2014

variance explained 59.492%, artinya bahwa memiliki nilai faktor loading tertinggi
faktor kebutuhan mampu mempengaruhi digunakan untuk memberi nama faktor.
motivasi kerja karyawan sebesar 59.492%. Untuk melihat nilai faktor loading dapat dilihat
Menentukan nama faktor yang telah pada Tabel 4.5 berikut.
terbentuk untuk masing-masing faktor
bersifat subjektif, kadangkala faktor yang

Tabel 5 Rotated Component Matrix


Component Matrixa
Component
1
Kebutuhan (X1) .929
Kompensasi (X5) .880
Kepuasan Kerja (X3) .847
Prestasi Kerja (X6) .789
Kondisi Lingkungan Kerja (X4) .715
Tingkat Pendidikan (X2) -.285
Extraction Method: Principal Component Analysis.
a. 1 components extracted.

Berdasarkan Tabel 5 di atas, faktor dan faktor penghargaan atas prestasi kerja
satu terbentuk dari faktor kebutuhan, tingkat sebesar 0,789.
pendidikan, kepuasan kerja, kondisi Berdasarkan pengujian hipotesis
lingkungan kerja, kompensasi yang konseptual, untuk menentukan dimensi atau
memadai, dan penghargaan atas prestasi faktor yang paling dominan mempengaruhi
kerja. Masing-masing kelompok faktor motivasi kerja karyawan digunakan
tersebut memiliki faktor loading tertinggi di parameter koefisien varimax atau mendekati
setiap komponen yaitu faktor satu faktor -1. Nilai yang mendekati 1 diawali oleh nilai
kebutuhan sebesar 0,.929, faktor tingkat 0,5 sedangkan nilai yang mendekati -1
pendidikan sebesar -0,285, faktor kepuasan diawali oleh -0,5. Secara lebih rinci hasil
kerja sebesar 0,847, faktor kondisi ringkasan rotasi dari matriks faktor memuat
lingkungan kerja sebesar 0,715, faktor nilai varimax rotation, dapat dilihat pada
kompensasi yang memadai sebesar 0,880, Tabel 6 berikut.

Tabel 6 Matriks Rotasi Hasil Analisis Faktor


Dimensi atau faktor motivasi kerja karyawan Varimax Rotation (%)
Kebutuhan 59.492

Berdasarkan Tabel 6, maka faktor yang Pembahasan


paling dominan mempengaruhi motivasi kerja Motivasi kerja karyawan pada UD
karyawan pada UD Surya Logam Desa Surya Logam Desa Temukus dipengaruhi
Temukus adalah faktor kebutuhan dengan oleh faktor kebutuhan, tingkat pendidikan,
nilai varimax rotation 59.492%. Artinya kepuasan kerja, kondisi lingkungan kerja,
kejelasan dari dimensi motivasi kerja kompensasi yang memadai, dan
karyawan adalah kebutuhan yang paling penghargaan atas prestasi kerja. Hal ini
mendominasi sebesar 59.492%. sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh
Saydam, bahwa faktor yang mempengaruhi
motivasi kerja karyawan yaitu faktor intern
dan ekstern. Hasil penelitian dapat dilihat
Vol: 4 No: 1 Tahun: 2014

bahwa faktor-faktor yang menyebabkan dari faktor kebutuhan, tingkat pendidikan,


motivasi kerja, meliputi 1) faktor intern terdiri kepuasan kerja, 2) faktor ekstern terdiri dari
faktor kondisi lingkungan kerja, kompensasi kerja dengan nilai varian sebesar 2.674%
yang memadai, dan penghargaan atas dan faktor yang paling dominan
prestasi kerja. Untuk menjelaskan yang mempengaruhi motivasi kerja karyawan
mempengaruhi motivasi kerja karyawan pada UD Surya Logam Desa Temukus
pada UD Surya Logam, dapat dilihat dari adalah faktor kebutuhan dengan nilai
faktor-faktor yang memiliki eigenvalue > 1 varimax rotation 59,492%.
yaitu, faktor kebutuhan.
Faktor kebutuhan merupakan faktor Saran
yang paling dominan mempengaruhi Dari hasil dan simpulan diatas, maka
motivasi kerja karyawan. Faktor ini paling saran yang ingin disampaikan Bagi UD
dominan dibandingkan faktor-faktor yang Surya Logam Desa Temukus diharapkan
lain, hal ini disebabkan karena kebutuhan dapat lebih meningkatkan motivasi kerja
karyawan tidak hanya mencakup kebutuhan karyawan baik dari faktor intern atau
fisiologis, namun berpengaruh terhadap ekstern. Dengan memberikan motivasi yang
kebutuhan rasa aman, sosial, penghargaan lebih kepada karyawan baik dari faktor
dan aktualisasi diri. intern atau ekstern akan mendorong
Hasil penelitian ini juga relevan semangat kerja seseorang atau karyawan
dengan penelitian sebelumnya oleh Raika agar mau bekerja dengan memberikan
Gustisyah pada tahun 2009 data yang secara optimal kemampuan dan
diperoleh selanjutnya dianalisis dengan keahliannya guna mencapai tujuan
menggunakan analisis regresi linier organisasi diharapkan melakukan penelitian
berganda, uji regresi serempak (F-test), uji lebih lanjut pada faktor-faktor tersebut. Hal
regresi parsial (t-test) dan standardized ini berguna untuk menggali informasi yang
coefficient beta. Hasil penelitian ini lebih mendalam terkait dengan faktor-faktor
menunjukkan bahwa secara parsial faktor yang mempengaruhi motivasi kerja
kebutuhan, tingkat pendidikan, kepuasan karyawan.
kerja, kondisi lingkungan kerja, kompensasi
yang memadai, dan penghargaan prestasi DAFTAR PUSTAKA
kerja terbukti berpengaruh positif yang Anwar Prabu Mangkunegara. 2000.
signifikan terhadap peningkatan motivasi Manajemen Sumber Daya Manusia
kerja penyuluh perindustrian pada Kantor Perusahaan. Bandung: Remaja
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Rosda Karya.
Medan. Bertitik tolak dari uraian diatas Anwar Prabu Mangkunegara. 2001.
maka original penelitian yang dilakukan Manajemen Sumber Daya Manusia
sekarang ini terletak pada pengembangan Perusahaan. Bandung: Remaja
metode analisis data yang digunakan. Data Rosda Karya
dalam penelitian ini dianalisis dengan Arikunto, Suharsimi. 2005. Prosedur
menggunakan analisis faktor. Penelitian Edisi Kedua Belas. Jakarta:
Rineka Cipta.
SIMPULAN DAN SARAN Danang, Sunyoto. 2012. Teori, Kuesioner,
Simpulan dan Analisis Data Sumber Daya
Berdasarkan hasil penelitian yang Manusia (Praktik Penelitian). Jakarta:
telah dilakukan pada UD Surya Logam PT buku Seru.
dapat disimpulkan bahwa faktor kebutuhan Desseler, Garry. 2007. Manajemen
dengan nilai varian sebesar 59,492%, Personalia. Edisi ketiga. Jakarta:
faktor tingkat pendidikan dengan nilai Erlangga
varian sebesar 16,029%, faktor kepuasan Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis
kerja dengan nilai varian sebesar 10.657%, Multivariate Dengan Program SPSS.
faktor kondisi lingkungan kerja dengan nilai Cetakan IV. Semarang: Badan
varian sebesar 6.469%, kompensasi yang Penerbit Universitas Diponegoro.
memadai dengan nilai varian sebesar
4.678%, dan penghargaan atas prestasi
Vol: 4 No: 1 Tahun: 2014

Greenberg, Jerald dan Robert A. Baron. Surakarta: Penerbit Pabelan.


2003. Behavior in Organizations. New Raika, Gustisyah. 2009. Analisis Faktor-
Jersey: Prentice Hall faktor yang Mempengaruhi
Handoko. T. Hani. 1991. Manajemen. Edisi Motivasi Kerja Penyuluh
II. Yogyakarta: BPFE Perindustrian Pada Kantor Dinas
Heidjrachman. 1990. Manajemen Perindustrian Dan Perdagangan
Personalia. Yogyakarta: BPFE Kota Medan. Universitas Sumatera
Ihsan, Fuad. 2005. Dasar-dasar Utara : tidak diterbitkan.
Kependidikan. Jakarta: PT Rineka Rao, TV. 1996. Penilaian Prestasi Kerja:
Cipta Teori dan Praktek. Jakarta: PT.
Juliansyah. 2013. Penelitian Ilmu Pusataka BinamanPressindo.
Manajemen. Jakarta: Kencana Riduwan, dkk. 2008. Cara Mudah Belajar
Pranada Media Group. SPSS 16.0 dan Aplikasi Statistik
Kadarisman. 2012. Manajemen Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Pengembangan Sumber daya Rivai, Veithzal. 2005. Manajemen Sumber
Manusia. Cetakan ke-1. Jakarta: Daya Manusia Untuk Perusahaan.
PT Raja Grafindo Persada. Jakarta: PT Raja Grafindo
Komang, Ardana. 2012. Manajemen Persada.
Sumber Daya Manusia. Robbins, Stephen P. 2001. Perilaku
Yogyakarta: Graha Ilmu Organisasi. Jakarta: Penerbit PT
Kreitner, Robert, dan Angelo Kinicki. 2001. Indeks Gramedia
Organizational Behavior. New Robbins, Stephen P. 2003. Organizational
York: McGraw-Hill Companies, Behavior. New Jersey: Prentice Hall.
Inc. Saydam, Gouzali. 2000. Manajemen
Lindner, James. 2000. Understanding Sumber Daya Manusia (Human
Employee Motivation. New York: Resources Management): Suatu
McGraw-Hill Companies, Inc. Pendekatan Mikro (Dalam Tanya
Malayu S.P Hasibuan. 2005. Manajemen Jawab). Cetakan ke-2. Jakarta:
Sumber Daya Manusia (Edisi Penerbit Djambatan.
Revisi). Jakarta: Bumi Aksara. Sedarmayanti. 2007. Manajemen Sumber
Malayu S. P Hasibuan. 2009. Organisasi Daya Manusia: Reformasi
dan Motivasi. Jakarta: PT Bumu Birokrasi dan Manajemen Pegawai
Aksara. Negeri Sipil. Cetakan ke-1.
Mangkuprawira. 2007. Manajemen Mutu Bandung: PT Refika Aditama.
sumber Daya Manusia. Jakarta: Sugiyono. (2004). Metode Penelitian
Penerbit Ghalia Indonesia. Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
M. A Nurjaya, S Atmadja. 2008. Analisis Bandung: Alfabeta.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Suliyanto. 2005. Analisis Data dalam
Motivasi Kerja Karyawan Pada PT. Aplikasi Pemasaran. Bogor: Ghalia
Timur Jaya Prestasi Medan Tahun Indonesia.
2008. Universitas Sumatra Utara: Suprihanto, Jhon. 1988. Penilaian
tidak diterbitkan. Pelaksanaan dan Pengembangan
Maslow, H, Abraham. 1993. Motivasi dan Karyawan. Yogyakarta: BPF
Kepribadian. Badung: Remaja Susbandono. 2006. Motivasi: Bagaimana
Rosda Karya. Cara Meningkatkannya. Jakarta: Penerbit
Nawawi, Hadari. 2003. Perencanaan SDM. HC.
Cetakan ke-2. Yogyakarta: Gadjah
Mada University. Tamba. 1999. Faktor-faktor yang
Pangabean, Mutiara S. 2004. Manajemen Mempengaruhi Motivasi Kerja
sumber Daya Manusia. Bogor: Pemetik Teh Perkebunan
Graha Indonesia Purbasari Bandung Tahun 1999.
Parwanto, Wahyuddin. 2002. Pengaruh Universitas Pendidikan Indonesia.
Faktor-faktor Kepuasan Kerja
terhadap Kinerja Karyawan.
Vol: 4 No: 1 Tahun: 2014

Wibowo. 2012. Manajemen Kinerja. Grafindo Persada


Cetakan ke-6. Jakarta: PT Raja
Vol: 4 No: 1 Tahun: 2014
International Journal of Engineering Technology, Management and Applied Sciences

www.ijetmas.com November 2014, Volume 2 Issue 6, ISSN 2349-4476

MOTIVATION IN THE WORKPLACE TO IMPROVE THE


EMPLOYEE PERFORMANCE
VINAY CHAITANYA GANTA
JUNIOR RESEARCH FELLOW (Ph.D.,)
DEPARTMENT OF COMMERCE AND MANAGEMENT STUDIES
ANDHRA UNIVERSITY, VISAKHAPATNAM – 530003
ABSTRACT

Most employees need motivation to feel good about their jobs and perform optimally. Some
employees are money motivated while others find recognition and rewards personally motivating.
Motivation levels within the workplace have a direct impact on employee productivity. Workers who
are motivated and excited about their jobs carry out their responsibilities to the best of their ability
and production numbers increase as a result. Employee motivation has always been a central
problem for leaders and managers. Unmotivated employees are likely to spend little or no effort in
their jobs, avoid the workplace as much as possible, exit the organization if given the opportunity
and produce low quality work. On the other hand, employees who feel motivated to work are likely
to be persistent, creative and productive, turning out high quality work that they willingly undertake.
There has been a lot of research done on motivation by many scholars. Employers need to get to
know their employees very well and use different tactics to motivate each of them based on their
personal wants and needs. In this paper we would like to emphasis on the importance of motivation
in the workplace to improve the employee performance and productivity. Even we would like to
present the theories and techniques of the motivation in the workplace.

KEYWORDS: Employee Motivation, Importance, Performance, Techniques and Theories.

I. INTRODUCTION

Motivation results from the interaction of both conscious and unconscious factors such as the
intensity of desire or need, incentive or reward value of the goal, and expectations of the individual
and of his or her peers. These factors are the reasons one has for behaving a certain way. An example
is a student that spends extra time studying for a test because he or she wants a better grade in the
class. Internal and external factors that stimulate desire and energy in people to be continually
interested and committed to a job, role or subject, or to make an effort to attain a goal.

Most employees need motivation to feel good about their jobs and perform optimally.
Some employees are money motivated while others find recognition and rewards personally
motivating. Motivation levels within the workplace have a direct impact on employee productivity.
Workers who are motivated and excited about their jobs carry out their responsibilities to the best of

221 VINAY CHAITANYA GANTA


International Journal of Engineering Technology, Management and Applied Sciences

www.ijetmas.com November 2014, Volume 2 Issue 6, ISSN 2349-4476

their ability and production numbers increase as a result. An incentive is a motivating influence that
is designed to drive behavior and motivate employees to be produce quality work. Employers use
several types of incentives to increase production numbers. Employee incentives come in a variety of
forms including paid time off, bonuses, cash and travel perks. Incentives drive employee motivation
because they offer workers more to strive for than a regular paycheck. Many employees need
recognition from their employers to produce quality work. Recognition and employee reward
systems identify employees who perform their jobs well. Acknowledging a job well done makes
employees feel good and encourages them to do good things. Employers recognize workers by
tracking progress and providing feedback about how they have improved over time. Public
recognition is also a motivating factor that drives worker productivity.

Some employees are motivated through feeling a sense of accomplishment and achievement
for meeting personal and professional goals. Many workers are self-disciplined and self-motivated.
Incentive and rewards have little effect on employees who feel motivated only when they are
confident in their abilities and personally identify with their role within the organization. These
individuals perform productively for the sake of the personal challenge their work provides. There
are several ways employers can motivate employees and drive worker productivity. Because
different factors influence workers in different ways, employers can utilize motivation strategies that
encompass several techniques. For example, to influence workers who are money motivated, an
employer may implement a daily "spiff" that pays cash instantly to employees who meet short-term
production goals. To achieve long-term production goals, an employer could implement a program
that encourages friendly competition between workers to meet production numbers. At the
conclusion of the program, employers can publicly recognize top performers for a job well done.

II. CONCEPT OF MOTIVATION

The word motivate is frequently used in the context of management as a transitive verb:
motivation is by implication something done by one person or group to another. A further
implication of this usage is that the motivated parties need to be induced to perform some action or
expend a degree of effort which they would not otherwise wish to do. That this is an issue of vital
importance to the prosperity of commercial organizations is emphasized by Lawler (1973): “Those
individual behaviors that are crucial in determining the effectiveness of organizations are, almost
without exception, voluntary motivated behaviors”.
Motivation concerns that “psychological processes that cause the arousal, direction and
persistence of behavior” (Ilgen and Klein, 1988). Whilst there is general agreement in the literature
about these three components of “motivation” (eg: Korman 1974, Kanfer, 1990), the nature and
place of motivation in a work-related context has been the subject of a long and developing study.
Theories have been propounded, tested and superseded at a pace which has left organizational

222 VINAY CHAITANYA GANTA


International Journal of Engineering Technology, Management and Applied Sciences

www.ijetmas.com November 2014, Volume 2 Issue 6, ISSN 2349-4476

practice often several steps behind the researchers. The following pages will attempt to document the
main themes and the most widely recognized theories.
Employee motivation has always been a central problem for leaders and managers.
Unmotivated employees are likely to spend little or no effort in their jobs, avoid the workplace as
much as possible, exit the organization if given the opportunity and produce low quality work. On
the other hand, employees who feel motivated to work are likely to be persistent, creative and
productive, turning out high quality work that they willingly undertake. There has been a lot of
research done on motivation by many scholars, but the behavior of groups of people to try to find out
why it is that every employee of a company does not perform at their best has been comparatively
unresearched. Many things can be said to answer this question; the reality is that every employee has
different ways to become motivated. Employers need to get to know their employees very well and
use different tactics to motivate each of them based on their personal wants and needs.
Inspiring employee motivation requires much more than the old-fashioned carrot- and-stick
approach. Today’s manager needs to understand the reasons why employees work and offer the
rewards they hope to receive. Motivated employees have a drive to succeed no matter what the
project. Managers cannot “motivate” employees, but they can create an environment that inspires
and supports strong employee motivation.

III. REVIEW OF LITERATURE

There has been a lot of research done on Motivation by many scholars. The following are
only a few of the research topics that have been done on Motivation: Motivation theories, Ways to
encourage employee motivation, Measures of Motivation, Principles of motivation, Ways of making
your firm more exciting, How to motivate your people problem, The missing link in Strategic
Performance, Salary is not a motivator anymore, How to effectively reward employees, Turning
Motivation Theory into Practice, Measures of Motivation, Self Theories and Employee Motivation.

Of the many theories of work motivation, Herzberg's (1966) motivator-hygiene theory has
been one of the most influential in recent decades. Basically, the theory divides motivating factors
into two categories: Motivator factors, which have something to do with the work itself, and Hygiene
factors, which have something to do with the surrounding context. According to Maslow, most of
what we know of human motivation comes not from psychologists but from psychotherapists
treating patients. He explains that these patients are a great source of error as well as of useful data,
because they constitute a poor sample of the population. The motivational life of neurotic sufferers
should be rejected as a paradigm for healthy motivation. Any theory of motivation must deal with the
highest capacities of the healthy and strong man.

Hackman and Oldham's (1976) model of job enrichment propose that jobs can be made
more motivating by increasing the following: skill variety (the number of different skills required by
the job), task identity (the degree to which the job produces something meaningful), task significance

223 VINAY CHAITANYA GANTA


International Journal of Engineering Technology, Management and Applied Sciences

www.ijetmas.com November 2014, Volume 2 Issue 6, ISSN 2349-4476

(the importance of the work), autonomy (the degree to which the individual has freedom in deciding
how to perform the job), and feedback (the degree to which the individual obtains ongoing. One
psychological view suggests that very high levels of intrinsic motivation are marked by such strong
interest and involvement in the work, and by such a perfect match of task complexity with skill level,
that people experience some kind of psychological "flow," a sense of merging with the activity they
are doing (Csikszentmihalyi 1975).The major psychological view suggests that extrinsic motivation
works in opposition to intrinsic motivation (Deci 1975; Deci & Ryan 1985). Extrinsic motivation
takes place when individuals feel driven by something outside of the work itself such as promised
rewards or incentives. In general, these theorists suggest that, when strong extrinsic motivators are
put to work, intrinsic motivation will decline.

IV. MOTIVATION IS THE KEY TO PERFORMANCE IMPROVEMENT

There is an old saying you can take a horse to the water but you cannot force it to drink; it
will drink only if it's thirsty - so with people. They will do what they want to do or otherwise
motivated to do. Whether it is to excel on the workshop floor or in the 'ivory tower' they must be
motivated or driven to it, either by themselves or through external stimulus. Are they born with the
self-motivation or drive? Yes and no. If no, they can be motivated, for motivation is a skill which can
and must be learnt. This is essential for any business to survive and succeed.

Performance is considered to be a function of ability and motivation, thus:

 Job performance =f(ability)(motivation)

Ability in turn depends on education, experience and training and its improvement is a slow and long
process. On the other hand motivation can be improved quickly. There are many options and an
uninitiated manager may not even know where to start. As a guideline, there are broadly seven
strategies for motivation.

 Positive reinforcement / high expectations


 Effective discipline and punishment
 Treating people fairly
 Satisfying employees needs
 Setting work related goals
 Restructuring jobs
 Base rewards on job performance

These are the basic strategies, though the mix in the final 'recipe' will vary from workplace situation
to situation. Essentially, there is a gap between an individuals actual state and some desired state and
the manager tries to reduce this gap.Motivation is, in effect, a means to reduce and manipulate this
224 VINAY CHAITANYA GANTA
International Journal of Engineering Technology, Management and Applied Sciences

www.ijetmas.com November 2014, Volume 2 Issue 6, ISSN 2349-4476

gap. It is inducing others in a specific way towards goals specifically stated by the motivator.
Naturally, these goals as also the motivation system must conform to the corporate policy of the
organization. The motivational system must be tailored to the situation and to the organization.

V. EMPLOYEE MOTIVATION SO IMPORTANT FOR PERFORMANCE

Managers need to find creative ways in which to consistently keep their employees motivated
as much as possible. Motivation is highly important for every company due to the benefits that it’s
able to bring. Such benefits include:

1. Human Capital Management

A company can achieve its full potential only by making use of all the financial, physical, and
human resources that it has. It is through these resources that the employees get motivated to
accomplish their duties. This way, the enterprise begins to glisten as everyone is doing their best to
fulfill their tasks.

2. Meet Personal Goals and Help an Employee Stay Motivated

Motivation can facilitate a worker reaching his/her personal goals, and can facilitate the self-
development of an individual. Once that worker meets some initial goals, they realize the clear link
between effort and results, which will further motivate them to continue at a high level.

3. Greater Employee Satisfaction

Worker satisfaction is important for every company, as this one factor can lead towards
progress or regress. In the absence of an incentive plan, employees will not fill ready to fulfill their
objectives. Thus, managers should seek to empower them through promotion opportunities,
monetary and non-monetary rewards, or disincentives in case of inefficient employees.

4. Raising Employee Efficiency

An employee’s efficiency level is not strictly related to his abilities and qualifications. In
order to get the very best results, an employee needs to have a perfect balance between ability and
willingness. Such balance can lead to an increase of productivity, lower operational costs, and an
overall improvement in efficiency, and can be achieved only through motivation.

5. A Higher Chance of Meeting the Company’s Goals

Any enterprise has its goals, which can be achieved only when the following factors are met:

225 VINAY CHAITANYA GANTA


International Journal of Engineering Technology, Management and Applied Sciences

www.ijetmas.com November 2014, Volume 2 Issue 6, ISSN 2349-4476

 There is a proper resource management


 The work environment is a cooperative one
 All employees are directed by their objectives
 Goals can be reached if cooperation and coordination are fulfilled at once through
motivation

6. Better Team Harmony

A proper work environment focused on cooperative relationships is highly important for an


organization’s success. Not only that it can bring stability and profits, but employees will also adapt
more easily to changes, fact which is ultimately in the company’s benefit.

7. Workforce Stability

Stability of the personnel is highly important from a business point of view. The staff will
stay loyal to the enterprise only they meet a sense of participation within the management side. The
abilities and potency of staff can be used in their own advantage, but also in the benefit of the
company. This may cause an honest public image within the market which can attract competent and
qualified individuals into the business.

VI. INTRINSIC VERSUS EXTRINSIC MOTIVATION

There are many frameworks, models, and theories that focus on employee motivation. A few
of the most common are quickly summarized below. While they are each based on good research and
have some degree of universal applicability, none are the absolute doctrine on motivation. In fact,
few motivation concepts are universal. However, one idea that is acknowledged by all frameworks
that address motivation is that there are extrinsic and intrinsic motivational factors.

1. Extrinsic Motivation
Extrinsic motivation is motivation that comes from things or factors that are outside the
individual. For example being motivated to work hard at the office because you are looking for a
promotion is a type of extrinsic motivation. Social recognition, money, fame, competition or material
achievements are all examples of extrinsic motivation.

2. Intrinsic Motivation
Intrinsic motivation is motivation that comes from within. It comes from the personal
enjoyment and educational achievement that we derive from doing that particular thing. For example
for people who love music, their motivation to practice the instrument, attend classes etc, is intrinsic
motivation. Intrinsic motivation is crucial in today's work environment. Research shows that it is a

226 VINAY CHAITANYA GANTA


International Journal of Engineering Technology, Management and Applied Sciences

www.ijetmas.com November 2014, Volume 2 Issue 6, ISSN 2349-4476

key factor in performance and innovation. At a personal level, intrinsic motivation makes your work
fulfilling. It's a major reason for deciding to stay on a job. It helps keep your stress level down.

VII. TECHNIQUES OF EMPLOYEE MOTIVATION


Job enlargement, job enrichment and job rotation are three basic approaches;
1. Job Enlargement:
Job enlargement involves expanding the job of an employee that has them doing more work
of a similar nature to what they already do. This may be allowing them to complete the whole task
instead of just part of it, for example, packaging the products as well as manufacturing them. This
process ideally removes the boredom out of the job by eliminating the repetitiveness out of tasks and
allowing them to complete the whole process, further increasing their responsibility.
2. Job Enrichment:
Job enrichment is an attempt to give workers more control over their tasks and more
responsibility for design, execution, and output. The worker assumes some of the functions
previously carried out by his or her immediate supervisor or by other staff.
3. Job Rotation:
Job rotation is a practice whereby each employee learns several operations in manufacturing
process and rotates through each in a set period. Job rotation has important implications for firm
learning. On one hand, when employees rotate, the firm receives information about the quality of
various jobs - employee matches. On the other hand, without rotation, the firm receives only direct
information about one match, but the information it gets about this one match is very reliable.

VIII. POPULAR THEORIES OF WORKPLACE MOTIVATION

Two of the most popular models of motivation are Maslow's Hierarchy of Needs and
Herzberg's two-factor model. Both are widely accepted and most recent research builds on the ideas
presented in these two models.

Maslow's Hierarchy of Needs

Abraham Maslow presented his model of motivation in 1954. The basic idea of Maslow's
model was that there are five levels of needs for humans and each level needed to be fulfilled before
someone could be motivated by higher level factors. Figure 1 is a graphical example of Maslow's
model.

According to Maslow, you wouldn't be able to motivate someone with positive feedback (an esteem
factor) if their basic physiological needs aren't met. This makes sense if you apply it to the
workplace. If someone doesn't get paid enough to put food on the table for his or her family, he or
she isn't going to care too much about a 'good job' sticker!

227 VINAY CHAITANYA GANTA


International Journal of Engineering Technology, Management and Applied Sciences

www.ijetmas.com November 2014, Volume 2 Issue 6, ISSN 2349-4476

Maslow's Hierarchy of Needs

Herzberg's two-factor model

Herzberg came up with one of the more popular motivation theories. He felt that certain
conditions, or 'hygiene factors', had to be in place for employees to be satisfied, but these did not
necessarily motivate the
employees.

Herzberg's two-factor model

For example, if an employee is working below the minimum wage, it is not likely that he/she
will be motivated until a perceived fair rate of pay is given. At the same time, if an employee is well
paid, Herzberg believed that a pay rise would not have a lasting motivational effect.

228 VINAY CHAITANYA GANTA


International Journal of Engineering Technology, Management and Applied Sciences

www.ijetmas.com November 2014, Volume 2 Issue 6, ISSN 2349-4476

Herzberg suggested that once the hygiene factors were met, employers should focus on
recognizing the achievements of the employee and providing opportunities to learn and grow. So the
motivation theories of Maslow and Herzberg were similar in this regard.

IX. CONCLUSION

Manager’s duties in today’s corporate world are multi-faceted. Not only do managers need to
be versed in finance, economics, and information systems; it is now essential for them to have a firm
grasp on organizational behavior and psychology. They must know how their people think and what
makes them do so. Making sure managers are aware of this psychology is the job of the human
resource department, but all managers of the organization have a responsibility to understand it. A
key aspect of organizational psychology is motivation. Managers must know why their people
behave the way they do, so that these buttons can be pushed at the manager’s discretion. A motivator
is that which impels or compels an individual to act toward meeting a need. Some major
motivational theories will also be explored. Practical ways of applying these theories to real people
will be considered.

When looked upon the first time, the link between employee motivation and
performance seems to be quite obvious. That’s because every time when we deem a task to be
important and valuable to us, we act with a high level of dedication and enthusiasm to its completion.
However, the relationship between these two things is in fact a lot more complex. With that in mind,
managers need to find creative ways in which to consistently keep their employees motivated as
much as possible. Motivation is very important for every company to improve the employee
performance and productivity of the organization.

REFERENCE

1. Atkinson, J. W. Introduction to motivation. Princeton, NJ: Van Nostrand, 1964.


2. Campbell, J. P., & Pritchard, R. D., Motivation theory in industrial and organizational
psychology, Chicago: Rand McNally, 1976.
3. Gallup. Gallup Management Journal, <http://www.gallup.com/>.
4. http://education-portal.com/academy/lesson/workplace-motivation-theories-types-
examples.html#lesson
5. http://heyroth.tripod.com/angela/examples/motivationpaper.pdf
6. http://rodericgray.com/workplacemotivation.pdf
7. http://smallbusiness.chron.com/motivation-productivity-workplace-10692.html
8. http://trainingstation.walkme.com/why-is-employee-motivation-so-important-for-
performance/
9. http://www.accel-team.com/motivation/
10. http://www.businessdictionary.com/definition/motivation.html#ixzz3IBlt53fD

229 VINAY CHAITANYA GANTA


International Journal of Engineering Technology, Management and Applied Sciences

www.ijetmas.com November 2014, Volume 2 Issue 6, ISSN 2349-4476

11. http://www.centerforworklife.com/cfwl-content/uploads/2013/02/Motivation-in-
workplace.pdf
12. http://www.practical-management-skills.com/motivation-theories.html
13. http://www.trainingsolutions.com/pdf/motivating.pdf
14. https://www.westminstercollege.edu/myriad/?parent=2514&detail=4475&content=4798
15. Ilgen, D R and Klein, H J (1988) “Individual Motivation and Performance: Cognitive
Influences on Effort and Choice” in J P Campbell; R J Campbell and Associates [eds]
Productivity in Organizations London, Jossey-Bass
16. Kanfer, R (1990) “Motivation Theory and Industrial and Organizational Psychology” in
17. Korman, A (1974) The Psychology of Motivation Englewood Cliffs, New Jersey, Prentice
Hall
18. M D Dunnette, and L M Hough [eds] Handbook of Industrial and Organizational
Psychology, Vol 1, 2nd edtn, Palo Alto, California, Consulting Psychologists Press
19. McDougall, W. An introduction to social psychology, London: Methuen, 1908
20. Vroom, V. H. Work and motivation. New York: Wiley, 1964.
21. Workplace motivation, a review of the literature, Roderic Gray, 2000, published on the
internet by, KumpaniaConsulting, www.kumpania.co.uk

230 VINAY CHAITANYA GANTA


See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/24077474

The effect of the workplace on motivation and demotivation of construction


professionals

Article  in  Construction Management and Economics · February 2000


DOI: 10.1080/014461900433113 · Source: RePEc

CITATIONS READS

76 8,477

2 authors, including:

Derek H.T. Walker


RMIT University
217 PUBLICATIONS   5,735 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Project Success View project

Understanding how to develop a realistic and reliable Target Outturn Cost for Project Alliances View project

All content following this page was uploaded by Derek H.T. Walker on 09 August 2014.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Construction Management and Economics (2000) 18, 833–841

The effect of the workplace on motivation and


demotivation of construction professionals
GUINEVERE L. SMITHERS AND DEREK H.T. WALKER
Department of Building and Construction Economics, RMIT University, GPO Box 2476V,
Melbourne 3001, Australia

Received 26 August 1999; accepted 11 May 2000

Investigations have been carried out which suggest that motivation of employees in all industries is affected
by the environment or culture in which they work. Research undertaken in Melbourne, Australia investigated
the effect of the workplace environment encountered on a construction site on motivation and demotivation
of construction professionals. The data collected supported the hypothesis that the environment of a construc-
tion site does affect demotivation levels of site personnel. SpeciŽ cally, several variables were signiŽ cantly
linked to this result, including long hours, chaos, non-recognition for work done and colleagues’ aggressive
management style. The results provide a valuable basis for indicating how the construction industry can
create a more attractive workplace environment for professional site staff.

Keywords: Culture, motivation, demotivation, management, workplace

Introduction and the impact that the Ž ndings may have on the on-
site workplace environment are then discussed. Con-
The construction process is largely a ‘people’ manage- clusions are presented and suggestions are offered on
ment business. The construction industry is complex, how to make the on-site workplace more attractive to
dynamic and uncertain, and requires highly motivated potential professional employees.
workers. The issue of employee motivation is impor-
tant as it establishes a substantial foundation for high
performance levels and less unproductive time. Motivation in the construction industry
Although some research has been conducted on
motivation of operational construction employees (The Many deŽ nitions of motivation exist. Perhaps the
Business Roundtable, 1982; Maloney and McFillen, neatest is that from Herzberg (1987), who said that ‘it
1986a; Olomolaiye, 1988, 1990a, b; Baldry, 1995), is only when one has a generator of one’s own
there is no indication of the effect of the workplace that we can talk about motivation. One needs no
environment on professional staff. This reveals a poten- outside stimulation. One wants to do it’. Although the
tial gap in the Ž eld of knowledge surrounding motiva- role of outside stimulation could be debated, Herzberg
tion and demotivation of professional construction recognizes and emphasizes that one has to want to do
employees. This paper reports upon research under- the task.
taken to investigate the effect of the workplace envi- There is considerable information on the testing of
ronment on the motivation and demotivation of motivation theories among construction industry oper-
professional construction employees. atives. Some motivating factors are revealed by a num-
The Ž ndings are presented of an Australian study ber of surveys conducted among both operational and
(Smithers, 1998) that focuses upon motivation of professional construction employees to be in uential
professional employees resulting from their workplace, across the organization. As a result of its relationship to

Construction Management and Economics


ISSN 0144–6193 print/ISSN 1466-433X online © 2000 Taylor & Francis Ltd
http://www.tandf.co.uk/journals
834 Smithers and Walker

productivity, much of the literature concludes by rec- the visible nature of the construction task was a very
ommending variables or incentives that the research has important aspect of motivation and was an effective
shown to have a positive in uence on motivation. These satisŽ er.
variables are presented in Table 1 for comparison. The research conducted by Maloney and McFillen,
Neale (1979) surmised that bonuses were difŽ cult Davies and Duff and Neale reaches similar conclusions
to manage and were ineffective. Olomolaiye (1990b) to those of other construction industry research
found that the effect of bonuses was dependent upon conducted in the USA, Australia and the UK. The
the economic development of the country. Maloney Business Roundtable of New York commissioned a
and McFillen (1985, 1986a, b) and McFillen and report on ‘construction labour motivation’ in 1982.
Maloney (1988) conducted research into operational The report Ž nds that:
construction employee motivation amongst union
l demotivating factors appear to be dominated by
members in America. They concluded that:
barriers to productivity and non-recognition;
l the primary means of in uencing motivation is l foremen ‘are unable to motivate; craftsmen are
to make receipt of important job outcomes self-motivated given the right conditions’, this
contingent on the performance or completion of statement providing the only hint of recognition
the assigned task (1985); that the industry is capable of intrinsic motiva-
l the expectancy theory is a workable conceptual tion through the visual growth of a building.
base for understanding the motivation of con-
A comparative report by the Royal Commission into
struction workers (1986a);
productivity in the building industry in NSW (1991)
l construction workers have a growth need
revealed that the most popular aspects of the industry
strength similar to other operational trade work-
are good pay and conditions, but that the response
ers (1986b).
varies according to the size of the organization and
They found that although construction work is per- the employee’s position within it. Although the reports
ceived to be intrinsically motivating, it actually achieves differ in their format and conclusion, the improvements
a relatively low job enrichment score. In the UK, suggested by NSW respondents echo those of the
however, Davies and Duff (1994) emphasized the Business Roundtable of New York report: better com-
importance of intrinsic motivation, concluding that munications and planning on the part of the managers
are necessary.
Table 1 Variables found during research of construction Research into professional construction employees is
operative motivation to be positively in uential: A = Neale less extensive than that into operatives, and generally
(1979), B = Davies and Duff (1994), C = Hughes (1991), D is based on behaviour motivation theories. Edwards
= Olomolaiye (1990a), E = Maloney and McFillen (1985) and Eckbald (1984) suggest activities that should
Motivation factors Construction industry achieve increased productivity. Although not stated
researchers explicitly, the authors recommend that the client take
more responsibility for projects, and all parties should
A B C D E understand, share and be committed to project objec-
High bonus 4 4 tives. They echo Oxley (1978), who also suggested
Good reputation 4 that management and employees share project objec-
Job security 4 4 tives and encourage a co-operative spirit to increase
Interesting projects 4 4 productivity.
Positive feedback 4 4 Barrett (1993) asked UK professionals to indicate
Physical exhaustion 4 levels of ‘wants’ and ‘gets’ of the top three levels of
Financial aspects 4
Maslow’s hierarchy (social needs, self-esteem and self-
Productivity 4 4
Tangible result 4 4
actualization). Needs were calculated from the differ-
Sense of achievement 4 ence between wants and gets. Architects indicated they
Good pay/conditions 4 received more social life from work than they wanted,
Working outdoors 4 less salary than required and insufŽ cient bonuses or
Use of skills 4 performance related pay. Quantity surveyors responded
Intrinsic rewards 4 4 similarly, while overall mid-level professionals desire
Opportunity 4 more bonuses than high level professionals. Barrett
Good relationships 4 4 concluded that both wants and needs of the goals at
Good supervision 4 the top of the hierarchy increase, in particular for low
Extrinsic rewards 4 – mid level professionals, thus showing that this aspect
Level of pay 4
of the theory is valid for construction professionals.
Motivation of construction employees in Australia 835

Chan (1993) conducted research among Australian ment, and three-point Likert scales for the presence
project managers, using McClelland’s theory of need measurement. The terms of reference applied to the
for power and achievement, and Herzberg’s two-factor Likert scale were taken from Bass et al. (1974), who
theory. Chan conducted an analysis by the categories recommend speciŽ c expressions which they suggest
of experience, project size and income. Generally, lead to the minimum overlapping of understanding by
project size had no bearing on motivation, but on the the respondent. A score for each variable was obtained
subject of salary Chan found that those with a higher by multiplying the rating given to the importance and
income value project size more than those on a lower presence of each variable. In the example illustrated in
salary. As salary increased, project managers also Table 2, ‘client satisfaction’ would have a motivation
desired a corresponding increase in achievement, rating score of 12 (from 4 ´ 3) and the variable ‘level
power and control. Chan concluded that the charac- of responsibility’ would have a motivation rating score
teristics of experience widely equalled the characteris- of 6 (from 3 ´ 2).
tics of age, and that for those with less experience Each respondent was given a relative motivation
Herzberg’s theory was applicable. index and a relative demotivation index indicating that
An area of research yet to undergo much empirical individual’s level of motivation and demotivation rela-
testing in the construction industry is the effect of tive to the maximum possible levels of motivation and
empowerment on motivation. Newcombe (1996) used demotivation. Comparison between groups of individ-
the resources of the Tavistock Institute of Human uals is possible through the use of the relative impor-
Relations (1965, from Newcombe, 1996) to open tance index (RII) and rank agreement factor (RAF).
discussion on the movement towards the modern The reader is referred to Kometa et al. (1994) and
construction management system. This is seen to have Chan and Kumaraswarmy (1997) for a more detailed
advantages over the traditional approach, by empow- explanation of the use of the RII and the RAF.
ering employer and employee equally, and encouraging The variables were sourced from the literature on
mutual goals. Hammuda and Dulaimi (1997) identify motivation and from a test group of people who are
that the process of empowerment is motivating, but working or have worked in construction. The survey
that several contingencies in uence the success of the was piloted and ambiguities clariŽ ed prior to compiling
empowerment process. One such factor is the strong the Ž nal survey instrument, to ensure variables were
need for achievement felt by project managers, who clearly calibrated for meaning and reliability. The
should both be empowered and empower others. instrument was distributed through human resource
Jawahar-Nesan et al. (1996) collected data on empow- managers in commercial construction organizations
erment of individuals in the construction industry and in Melbourne, to professional staff who have some
identiŽ ed 62 empowerment activities, of which eight site presence. It was assumed that the term ‘pro-
were critical. These included leadership activities, fessional’ would be interpreted to mean those
education and training, recognition (extrinsic to the employees who were not tradespeople. Respondents
were asked to complete their job title to ensure their
task) and process improvement (intrinsic).
eligibility for inclusion in the analysis. In all 130
surveys were sent; after reminder letters 45% (n = 58)
were returned.
The study of professional construction
The population for such a sample frame is not
employees in Melbourne
known, and not easily capable of determination. This
is overcome by split-halves reliability testing of the
Methodology
respondents, which negates the requirement for the
The aim of the research was to investigate the possi- population to be known. The sample size accessed in
bility that the environment experienced on construc- this survey was restrictive in statistical analysis terms;
tion sites affects levels of motivation and demotivation. the number of variables is large and the number of
A number of techniques have been used successfully respondents comparatively small. This excludes from
to quantify the subjective emotion of motivation. The the analysis such techniques as ANOVA which require
Michigan organizational assessment rating technique is division of the sample into small sets and assumes a
one such survey that has been used by a number of
investigators such as Olomolaiye (1988) and Maloney
and McFillen (1988). This survey was adapted for the Table 2 Example of scoring technique used by respondents
investigation; it asked respondents to rate each moti- Motivating factor Importance Presence
vating and demotivating variable in terms of its impor-
tance and its presence. Rating was carried out with Client satisfaction 1234 123
Level of responsibility 1234 123
four-point Likert scales for the importance measure-
836 Smithers and Walker

normal distribution. Non-parametric tests are more While testing the whole sample for statistical signiŽ -
appropriate for data of this nature; in particular the cance, the p value of the demotivation score was found
Kruskal–Wallis test, which is similar to the one-way to be 0.046, but the motivation score was not signiŽ -
between groups ANOVA. Although non-parametric cant (p = 0.748). Thus it can be concluded that while
tests are acknowledged as less powerful than their para- time on site may be a signiŽ cant demotivating factor
metric counterparts (Coakes and Steed, 1996) they are it is not a signiŽ cant motivating factor. This is an
suitable where samples are small and also where data important Ž nding because it implies that reducing
do not appear to be distributed normally (Norusis and demotivational factors appears to be the major effort
SPSS, 1993). required to improve employee productivity, rather than
focusing on increasing the presence of motivational
factors.
Analysis of the results
Two measures of relevance were used in the analysis:
The modal value for the whole sample for the number the statistical signiŽ cance of rank agreement or
of days spent on site each week was 1 (37%, n = 21). disagreement (deemed signiŽ cant at the 95% conŽ -
Slightly more of the respondents were on site up to 4 dence level) and the degree of agreement or disagree-
days per week (54%, n = 31), while 46% (n = 26) of ment by rank. For the purposes of discussion, where
the respondents were on site more than 4 days per there were 19 demotivating variables present: a rank
week. These two groups had signiŽ cantly different disagreement difference of more than 9 (at least half
demotivation means, and this enabled their results to the number of variables) represents strong disagree-
be compared with maximum reliability. Since the ment, and a rank disagreement of less than half the
research investigated the effect of the site environment number of variables but more than one quarter repre-
on motivation and demotivation, this signiŽ cant differ- sents some disagreement.
ence in demotivation levels between the groups made The perceived importance of four catalogue items was
a natural and convenient division point. The groups subject to some disagreement between the two groups
were known as the ‘full-time’ group and the ‘part-time’ (see Table 3): the importance of ‘long hours’ exhibited
group. The professional proŽ le of both groups predom- the greatest disagreement of eight places, being per-
inantly includes project managers; however, the full ceived to be more important by the full time group with
time group is completed by 1 quantity surveyor, 1 a signiŽ cance value of 0.014. ‘Non-recognition for
administrator and 7 engineers, whereas the part time work done’ was also perceived to be more important to
group includes 3 quantity surveyors, 3 engineers and this group, by six places, although not signiŽ cant.
1 administrator. ‘Colleague’s aggressive management style’ and ‘poor

Table 3 Importance of demotivating items by site time (* indicates ranking difference is signiŽ cant; bold text indicates
strong or some disagreement between groups)

Catalogue items Rank (1–4 days) Rank (5 and 6 days) Rank difference
1. Not enough challenge 1 4 3
2. Poor organization ethics 2 8 6
3. Hostile organization management style 3 1 2
4. Colleagues’ aggressive management style 4 9 5
5. Poor planning as a result of unfair resource distribution 5 5 0
6. Chaos/ad hocracy 6 7 1
7. Not enough responsibility 7 3 4
8. Non-recognition for work done 8 2 6
9. Colleagues mistakes 9 12 3
10. Unfair pay in comparison to my colleague’s 10 10 0
11. The work itself, e.g. hassles 11 13 2
12. Verbal harassment 12 14 2
13. Desire to do other things apart from work 13 11 2
14. Long hours 14 6 8*
15. Travel to work and back 15 16 1
16. Feeling isolated due to social interests 16 18 2
17. Having my opinion ignored by the opposite gender 17 17 0
18. Feeling isolated by the opposite gender 18 15 3
19. Travel between sites 19 19 0*
Motivation of construction employees in Australia 837

organization ethics’ were perceived to be more impor- ings of any differences to be held as reliable there
tant by the part-time group than by the full-time group, should be no signiŽ cant differences. As a result of this
but once again were not signiŽ cant. ‘Travel between test, the presence of ‘sense of achievement form feed-
sites’ was signiŽ cant (p = 0.044) but was ranked as the back’, ‘level of responsibility’, ‘exposure to new and
least important variable by both groups. variable concepts’, ‘aggressive organization manage-
The perceived presence of six variables was the subject ment style’ and ‘having my opinion ignored by the
of strong disagreement between the site time groups. opposite gender’ must be disregarded. Also signiŽ cant
‘Travel between work locations’ was perceived to be to the random groups was the importance of ‘travel
more present to the full-time group by ten places, while between work locations’, a variable notable in its signif-
‘colleague’s aggressive management style’ was perceived icance to the workplace environment results, but subse-
to be more present to the full-time group by nine places. quently disregarded.
The latter variable was signiŽ cant (p = 0.002). Of the 19 demotivating variables tested, eight were
Causing some disagreement were the variables ‘travel found to be signiŽ cantly ranked by respondents when
to and from work’, ‘desire to do other things’ (both grouped according to the proportion of time spent on
perceived to be more present by the part-time group), site.
‘non-recognition for work done’ and ‘ad hocracy/chaos’
l The importance of ‘long hours’
(both perceived to be more present for the full-time
l The presence of ‘non-recognition for work done’
group). All variables except the presence of ‘ad
l The presence of ‘poor planning as a result of
hocracy/chaos’ scored a presence rank difference of
unfair resource distribution’
Ž ve; the latter variable scored a presence rank differ-
l The presence of ‘chaos/ad hocracy’
ence of eight. SigniŽ cant catalogue items were the pres-
l The presence of ‘colleague’s aggressive manage-
ence of ‘poor planning as a result of unfair resource
ment style’
distribution’ (p = 0.046), ‘non-recognition for work
l The presence of ‘hostile organization manage-
done’ (p = 0.027), ‘chaos/ad hocracy’ (p = 0.011),
ment style’
‘hostile organization management style’ (p = 0.017),
l The presence of ‘feeling isolated by the opposite
‘feeling isolated by the opposite gender’ (p = 0.017)
gender’
and ‘feeling isolated due to social interests’ (p = 0.021).
l The presence of ‘feeling isolated due to special
The reliability of the data was tested using the split-
interests’
halves method. The sample was divided into two
random groups, and the importance and presence of These eight variables related signiŽ cantly to time spent
each variable was tested for signiŽ cance. For the Ž nd- on site are the focus of the following discussion.

Table 4 Presence of demotivating items by site time (* indicates ranking difference is signiŽ cant; bold text indicates strong
or some disagreement between groups)

Catalogue items Rank (1–4 days) Rank (5 and 6 days) Rank difference
1. Long hours, e.g. more than 50 hours per week 1 1 0
2. The work itself, e.g. hassles 2 2 0
3. Travel to and from work 3 8 5
4. Travel between work locations 4 14 10
5. Colleagues’ mistakes 5 7 2
6. Desire to do other things apart from work activities 6 11 5
7. Not enough challenge 7 10 3
8. Poor planning as a result of unfair resource distribution 8 5 3*
9. Non-recognition for work done 9 4 5*
10. Not enough responsibility 10 12 2
11. Unfair pay in comparison to colleagues 11 9 2
12. Colleagues’ aggressive management style 12 3 9*
13. Poor organization ethics 13 15 2
14. Chaos/ad hocracy 14 6 8*
15. Hostile organization management style 15 13 2*
16. Having opinion ignored by the opposite gender 16 18 2
17. Feeling isolated by the opposite gender 17 18 1*
18. Verbal harassment 18 19 1
19. Feeling isolated due to social interests 19 17 2*
838 Smithers and Walker

Impact of the research Ž ndings on the was a signiŽ cant difference of Ž ve places (p = 0.027).
attractiveness of the site environment Ranking differences for this variable were not signiŽ -
cant in other analysis categories. Two possible inter-
Working long hours pretations of this signiŽ cance are offered.
The site time comparison found signiŽ cant difference 1. Employees working 5 or 6 days per week on site
in the rankings of the importance of the variable ‘long actually receive less recognition than employees
hours’ (p = 0.014). The full time site group ranked working on site 1–4 days per week.
the importance of long hours (i.e. more than 50 hours 2. Employees working on site have higher expec-
per week) sixth out of 19 demotivating variables. The tations than those based in the ofŽ ce, and the
part-time site group, however, ranked the importance perceived difference between expected and
of long hours at 14th, a difference of eight places. actual feedback is greater.
Therefore long hours are perceived to be a more impor-
A number of explanations for the perceived lack
tant demotivator to professional workers on site full
of recognition by respondents on site full time are
time than to those who spend less time on site.
possible.
The occurrence of construction professionals work-
ing long (41–48) or very long (49+) hours per week 1. Site based respondents have higher expectations
is common in Australia. The Australian Centre for for recognition than ofŽ ce based respondents
Industrial Relations Research and Training (ACIRRT, due to differences in experience, personality or
1999) cites data from the Australian Bureau of proximity to the project.
Statistics for 1993 showing that about 20% work very 2. OfŽ ce based respondents receive more recogni-
long hours (49+ per week), and about a similar propor- tion as they are in closer proximity to the source
tion work long hours (41–48 hours per week). of the recognition givers, and a communication
The importance of long hours may be related to job barrier between ofŽ ce and site prevents the
satisfaction and preferred lifestyle. If a worker has other recognition being passed on.
responsibilities or preferred activities (family, social or 3. OfŽ ce based respondents are superior to site
sport activities) then the hours worked may be based respondents in experience and responsi-
perceived as relatively important, regardless of their bility, which gives them higher proŽ le or status
presence. The survey measured the respondents’ within the organization, making them more
perceptions of the importance and presence of a ‘desire likely to receive feedback.
to do other things apart from work’, but no signiŽ cant 4. The organization culture provides recognition in
difference in the rankings was found, and thus the areas other than public recognition, for example
results are inconclusive. The relationship between long increased salary, bonuses and fringe beneŽ ts.
hours, job satisfaction and lifestyle is inherently 5. Senior managers are not aware that recognition
complex and warrants further investigation. is an important demotivating factor to site based
The importance of long hours was also found to be employees, and simply do not provide sufŽ cient
signiŽ cantly ranked by respondents grouped according recognition.
to age (p = 0.027). The item is perceived to be more
important to the group aged 20–40 years, who ranked
Poor planning as a result of unfair resource
the item ninth, than for the respondents aged 41 years
distribution
or older, who ranked the item 13th. Thus is it possible
to state that long hours are a more important demo- The presence of ‘poor planning as a result of unfair
tivator to the younger age group. Perhaps as a result resource distribution’ (i.e. unequal or distribution
of their lower status in the organization, long hours are perceived to be unfair of resources required to manage
not a decision this age group is allowed to make, a construction project, e.g. labour, materials, plant and
whereas for those with more experience and more cash) was ranked Ž fth by those respondents on site full
responsibility, long hours are not necessary but carried time, compared with eighth by those on site part time
out through personal choice. (p = 0.046). Two possible explanations are presented
for this result.
First, poor planning as a result of unfair resource
Non-recognition for work done
distribution is more present and tangibly more obvious
The perceived presence of ‘non-recognition for work on site than in an ofŽ ce. Distribution of resources in
done’ was shown to be greater for those on site full the construction industry results in limited resources
time, who ranked the variable fourth, compared with (materials and skills) being located at the work front;
those on site part time, who ranked it ninth. There the demand for resources in the ofŽ ce is negligible
Motivation of construction employees in Australia 839

compared with the demand for resources on site. It is Maloney and Federle (1991) developed a model of
more likely that unfair resource distribution is per- organization culture, and explain that too much ‘ad
ceived to be present where demand exceeds supply: on hocracy’ may result in dysfunctional behaviour and
the construction site. Increasing the number of work squandering of resources.
faces, with poor management and planning, can result The perceived presence of chaos is explained by the
in con ict between managers competing for a limited temporary organization theory, in which temporary
supply of labour. organizations experience greater levels of uncertainty
A second explanation is that employees on site prefer than permanent organizations. Site based respondents
to have a detailed plan. Experience has taught site are clearly part of such temporary organizations and
based employees that the consequences of unfair thus indicate the greater perception of the presence of
resource distribution as a result of poor planning have chaos, heightened by their proximity to the uncertainty.
far reaching implications. The impact of poor planning It is also suggested that it is possible for individuals to
and unfair resource distribution is greater on site than have preferences for logic or for chaos, and that those
in the ofŽ ce, where the effect of poor planning is a with a preference for logic will have a keener aware-
more obscure problem. ness of the presence of chaos; however, this conjecture
falls into the realm of personality theory and should
be the subject of further research.
Chaos/ad hocracy
Unfair resource distribution might also be related to
Colleagues’ aggressive management style
the presence of other catalogue items such as ‘the work
itself, e.g. hassles’ or ‘chaos/ad hocracy’. The presence The presence of ‘colleagues’ aggressive management
of ‘the work itself, e.g. hassles’ was ranked second by style’ was perceived to be greater by those on site 5 or 6
all respondents when grouped according to time spent days per week who ranked it 12th. The rank difference
on site, although this result was not signiŽ cant. How- of nine places was found to be signiŽ cant (p = 0.002).
ever, the presence of ‘chaos/ad hocracy’ was ranked The variable is not signiŽ cant in any other analysis cat-
sixth by respondents on site full time, and fourteenth egory. It is important to recognize that the value in this
by respondents on site part time. The difference of variable comes from the signiŽ cant difference between
eight was found to be signiŽ cant (p = 0.011). This the presence of this variable between the two groups; the
indicates that ‘chaos/ad hocracy’ is perceived to be difference is both strong and signiŽ cant.
more present by site based respondents than by ofŽ ce This result can be interpreted in different ways. Site
based respondents, but it does not attempt to quantify employees may be actually more aggressive than ofŽ ce
the actual presence of chaos on site or in the ofŽ ce. employees. Increased personal aggression may be a
Chaos implies forced diversion from the plan, or result of the nature of construction projects, involving
utter confusion. This is re ected in common adjectives economic responsibility, decision making at short
of the industry being ‘dynamic’ and ‘ exible’. How- notice with minimum information but far reaching
ever, these adjectives apply to the industry, not just to consequences, and a competitive environment. Project
construction sites. A possible development of reasoning teams constitute a number of individuals who work in
for this difference lies in the nature of the construc- close proximity to each other, and when a team
tion site as a focal point for a temporary organization, member becomes aggressive it is inevitable that others
which involves the coordination of multiple parties to in the team become aware of this and may respond in
construct a unique product; inherently chaotic perhaps. similar behaviour. However, both of these possible
OfŽ ce based work, conversely, may be regarded as explanations assume that:
being a permanent collection of more deŽ ned tasks, is
1. colleagues’ aggression is less common in con-
less proximate to the production centre, and is heavily
struction organization ofŽ ces, and
involved with pre-production and the peripheral activ-
2. ofŽ ce based respondents have the opportunity
ities of production. This explanation is supported by
to avoid aggression through their increased
Beardsworth et al. (1988) and Antony (1988) who
status, responsibility and hence mobility.
agree that the uncertainty of project organizations is
greater than that found in permanent organizations Although the latter is possible, there is no measure-
(from Loosemore, 1994). ment that indicates the Ž rst is true. Alternatively, a
Previous motivation research has largely ignored more studied argument for the signiŽ cant difference
investigation of the presence of chaos, although some between site and ofŽ ce based personnel, focuses on the
items have come close to assessing the role of ‘ad prevalent culture of construction sites. Although sites
hocracy’ in motivating or demotivating the individual. have not been speciŽ cally referred to, much has been
However, chaos plays a substantial role in culture; written on the culture surrounding male dominated
840 Smithers and Walker

work places. Sinclair (1998) discusses how organiza- male respondents rank it 18th, the female respondents
tions favour masculinity and how leadership and rank it 16th (p = 0.046).
masculinity have become interwoven. Collinson and
Hearn (1994, from Sinclair, 1998) note one variety of
Feeling isolated due to social interests
masculine subculture being traditional authoritari-
anism advanced through bullying and fear. The presence of ‘feeling isolated due to social interests’
Research into managerial or organizational subcul- was found to be ranked signiŽ cantly in 19th by those
tures in the construction industry has not yet identi- on site part time, and 17th by those on site full time
Ž ed masculine cultures as present more on site than (p = 0.022). This is indicative of the perceived presence
in ofŽ ces. Indeed they have commonly ignored the of this variable not varying according to the work envi-
gender of a culture, preferring to focus on the market ronment, and is uniformly low.
orientation of an organizational culture. However, the
male dominated nature of the industry means the pres-
ence of a masculine subculture is a distinct possibility, Conclusions and suggestions for improving
and thus a possible explanation for the perceived the attractiveness of the construction site
increase in the presence of a colleagues’ aggressive workplace
management style on site. It can be concluded that the
signiŽ cant difference in the perceived presence of The research was unable to conclude that there is a rela-
colleagues’ aggressive management style is attributable tionship between motivation levels and the amount of
to the traditional culture of the construction site, time a professional spends on the construction site. No
described by Sinclair as masculine and encouraging signiŽ cant differences in levels of motivation were
aggressive behaviour as a show of strength. found between those workers on site 5–6 days per week
and those on site 1–4 days per week. This suggests that
site management efforts to improve those factors that
Hostile organization management style
motivate white collar employees would be misplaced.
The respondents signiŽ cantly agreed upon the By contrast, employees on site 5–6 days per week
perceived presence of ‘hostile organization management have signiŽ cantly higher levels of demotivation than
style’. Those on site part time ranked the variable 15th, employees on site 1–4 days per week. The data there-
and those on site ranked it 13th (p = 0.017). The rank fore support the hypothesis that the workplace envi-
difference of two indicates agreement between the ronment affects demotivation levels. Many of the
groups that hostile organization management style is factors identiŽ ed and discussed in this paper relate to
perceived to be not commonly present. the way the construction site work place is managed
from a human relations point of view and the picture
that emerges from this research is not  attering. Long
Feeling isolated by the opposite gender
work hours mean employees are not able to spend as
The presence of ‘feeling isolated by the opposite gender’ much time on family and a fulŽ lling life outside work.
rated signiŽ cant agreement (p = 0.017) of one place This is a pertinent point to be considered where child
between 17th (by the full time group) and 18th (by rearing or caring for sick relatives may be an issue.
the part time group). It is possible to conclude that The pressures withstood by those on site for very long
the perceived presence of ‘feeling isolated by the oppo- periods appear to be exacerbated and characterized by
site gender’ does not vary between site and ofŽ ce based a propensity for poor planning, resource deprivation,
respondents. This result supports the statement that chaos and/or ad hocracy, aggressive management style
isolation by the opposite gender as a demotivating and psychological isolation. This is hardly conducive to
factor is not highly present in the construction industry. charming the necessary able and highly talented recruits
This would be argued against by some international to the industry or to retaining those already working
researchers (Minkarah and Dorsey, 1993; Perrault, under these conditions.
1995) but agreed to by others (Gale, 1991; Moralee The challenge facing the industry is one of improving
and Court, 1995). the management style experienced on construction
All variables found to be signiŽ cantly related to site sites through increasing recognition, increasing plan-
time have also been examined for signiŽ cance in rela- ning effectiveness and decreasing the chaotic nature of
tion to other categories. As may be expected, this vari- a project. This should be supplemented by increasing
able was also found to be signiŽ cant in relation to the awareness and reduction of the stress inducing factors
gender of the respondent, although both male and highlighted above. This may be a function of the
female respondents signiŽ cantly agreed that feeling industry being highly cost competitive, with low proŽ t
isolated by the opposite gender is not present. The margins leading to extensive cutting of corners.
Motivation of construction employees in Australia 841

Demanding that the industry cleans up its image, Loosemore, M. (1994) Problem behaviour. Construction
positions itself into a more proŽ table prospect and Management and Economics, 12, 6.
reduces stress factors for employees is not particularly Maloney, W.F. and Federle, M.O. (1991) Organisation
helpful. The solution may be for construction compa- culture and management. Journal of Management in
Engineering, 7, 1.
nies to more strategically target their workload towards
Maloney, W.F. and McFillen, J.M. (1985) Valence of and
more proŽ table work while improving the construction
satisfaction with job outcomes. Journal of Construction
site management style. Engineering and Management, 111, 1.
Maloney, W. F. and McFillen, J.M. (1986a) Motivation in
unionized construction. Journal of Construction Engineering
References and Management, 112,1.
Maloney, W. F. and McFillen, J.M. (1986b) Motivational
ACIRRT (1999) Australia at Work—Just Managing?, implication in construction work. Journal of Construction
Prentice-Hall, Sydney. Engineering and Management, 112, 1.
Baldry, D. (1995) A study of construction operative work- Maslow, A. H. (1992) A theory of human motivation, in
place attitudes and the in uence upon industrial perfor- Management and Motivation, Vroom, V. and Deci, E.(eds),
mance, in Proceedings of the 11th ARCOM Conference, 18–20 Penguin, London.
September, York. McFillen, J.M. and Maloney, W. F. (1988) New answers
Barrett, P. (1993) Motivation proŽ les for construction and new questions in construction worker motivation.
professionals, in Proceedings of CIB W65, Trinidad, W.I. Construction Management and Economics, 6, 1.
Bass, B.M., Cascio, W.F. and O’Connor, E.J. (1974) Minkarah, E.C. and Dorsey, R. W. (1993) Women in
Magnitude estimations of expressions of frequency and construction, in Proceedings of CIB W65, Trinidad, W.I.
amount. Journal of Applied Psychology, 59, 3. Moralee, J. and Court, G. (1995) Balancing the Building
Chan, A.P.C. (1993) Motivation of the project manager, in Team: Gender Issues in the Building Profession, Institute for
Proceedings of CIB W65, Trinidad, W.I. Employment Studies, Brighton.
Chan, D. and Kumaraswarmy, M. (1997) A comparative Neale, R.H. (1979) Motivation of Construction Workers: Theory
study of causes of time overruns in Hong Kong construc- and Practice, Site Management Information Service, No.
tion projects. International Journal of Project Management, 78, CIOB.
15,1. Norusis, M. and SPSS Inc. (1993) SPSS for Windows: Base
Coakes, S. and Steed, L. (1996) SPSS for Windows: Analysis System User’s Guide, Release 6.0, SPSS, Inc., Illinois.
without Anguish, Wiley, Milton. Olomolaiye, P.O. (1988) An evaluation of bricklayers’ moti-
Davies, R. and Duff, A.R. (1994) Intrinsic motivation and vation and productivity, Ph.D. thesis Loughborough
satisfaction from the work itself: perceived task character- University of Technology.
istics of construction, in Proceedings of the 10th ARCOM Olomolaiye, P.O. (1990a) An evaluation of the relationships
Conference, 14–16 September, Loughborough. between bricklayers’ motivation and productivity.
Edwards, B. and Eckbald, J. (1984) Motivating the British Construction Management and Economics, 8, 3.
construction industry. Construction Management and Olomolaiye, P.O. (1990b) Construction operative motivation
Economics, 2, 2. in the UK and Nigeria—A comparison, in Proceedings of
Gale, A.W. (1991) What is Good For Women is Good For CIB 90 Building Economics and Construction Management,
Men: Action Research Aimed at Increasing the Proportion of International Building, University of Technology Sydney,
Women in Construction, Chapman & Hall, London. NSW.
Jawahar-Nesan, L., Holt, G.D. and Olomolaiye, P.O., (1996) Oxley, R. (1978) Incentives in the Construction Industry—
Empowerment in the construction industry, in ARCOM Effects on Earnings and Costs, Site Management Information
Workshop on Human Resouce Issues in Construction Service, No 74, CIOB.
Management, Neale, R.H., Bagilhole, B. and Loosemore, Perrault, R.J. (1995) Issues facing women in the construc-
M. (eds), School of the Built Environment, University of tion industry: a comparison between men and women.
Glamorgan. American Institute of Professional Constructors, 9, 2.
Kometa, S., Olomolaiye, P.O. and Harris, F. (1994) Sinclair, A. (1998) Doing Leadership Differently, Melbourne
Attributes of UK construction clients in uencing project University Press, Australia.
consultant’s performance. Construction Management and The Business Roundtable (1982) Construction Labour
Economics, 12, 5. Motivation, Report A2, The Business Roundtable, New York.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai