Anda di halaman 1dari 13

Bab I

Tinjauan Teori

A. Pengertian Nifas
Masa nifas adalah masa 2 jam setelah lahirnya plasenta pada
minggu berikutnya. Masa nifas dapat di artikan pula masa sejak
selesainya persalinan hingga pulihnya alat-alat kandungan dan anggota
badan serta psikososial yang berhubungan dengan kehamilan atau
persalian selama 6 minggu (Marmi.2013, hal 298).
Masa nifas adalah masa 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai
enam minggu berikutnya. Istilah waktu yang tepat digunakan dalam
rangka pengawasan post partum dua sampai enam jam, dua jam
sampai enam hari, dua jam sampai enam minggu (boleh juga disebut
enam jam, enam hari dan enam minggu) (Asmar Yetty. Z. 2005, hal
123).
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk
memulihkan kembali organ reproduksi, biasanya sekitar enam
minggu(Herawati. 2009, hal 152).
Masa nifas adalah masa dua jam setelah lahirnya plasenta sampai
enam minggu berikutnya. Istilah waktu yang tepat digunakan dalam
rangka pengawasan post partum adalah dua sampai enam jam, dua jam
sampai enam hari, dua jam sampai enam minggu (boleh juga disebut
enam jam,enam hari, enam minggu) (Eko. S dan Hesty. W. 2010, hal
145).
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika organ-organ reproduksi kembali kembali seperti
keadaan sebelum hamil. Masa nifas (puerperium) ialah masa sesudah
persalinan yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ
reproduksi biasanya sekitar 6 minggu.
jadi, yang dimaksud dengan masa nifas adlah masa kembalinya
organ reproduksi seperti keadaan sebelum hamil dalam waktu 6
minggu stelah melahirkan(Herawati Mansur & Temu Budiarti. 2014,
hal 132).
Fase nifas merupakan bagian dari kehidupan ibu dan bayinya yang
bersifat kritis. Diperkirakan sekitar 60 % dari kematian ibu akibat
persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama
pasca persalinan. dalam memberikan pelayanan pada fase nifas, bidan
harus memantau keadaan fisik, psikologis, spiritual, kesejahteraan
sosial ibu, sekaligus juga memberikan pendidikan dan penyuluhan
secara kontinu. Melalui proses ini diharapkan dapat mencegah
kematian ibu dan bayi (Herri Zan Pieter & Namora Lumongga Lubis.
2010, hal 247-248)
B. Adaptasi Psikologis di Masa Nifas
Beberapa hal yang perlu diperhatikan bidan dan keluarga untuk
membantu ibu beradaptasi pada masa nifas ialah peran dan fungsinya ibu
menjadi orangtua, respon dan dukungan psiko-sosial dari keluarga, sejarah
riwayat dan pengalaman masa kehamilan dan persalinannya. Ketidak
bahagiaan masa kehamilan akan memperburuk adaptasi fase nifasnya. jadi
hal hal yang harus dipenuhi pada fase nifas ialah :
1. Kondisi fisiknya, seperti kesehatan organ reproduksi ibu
2. Gizi dan lingkungan nifas yang bersih
3. Pemberian dukungan dan suami/ dari keluarga besar
4. Perhatian dan kasih sayang
5. Menghibur ibu saat sedih
6. Menemani saat ibu merasa kesepian
7. Harapan, keinginan aspirasi saat hamil dan melahirkan
Menjadi orang tua merupakan suatu krisis tersendiri dan harus
melewati masa transisi. masa transisi pada post partum yang harus
diperhatikan bidan adalah : fase honeymoon adalah fase setelah anak lahir
dimana terjadi intiminasi dan kontak yang lama antara ibu-ayah-anak.
Menurut klasifikasi Rubin terdapat tiga tingkat psikologis klien setelah
melahirkan adalah :
1. Periode Taking In
a. Berlangsung satu-dua hari setelah melahirkan.
b. Ibu fasik terhadao lingkungan. Oleh karna itu, perlu menjaga
komunikasi yang baik. Ibu menjadi sangat bergantung pada
orang lain, mengharapkan segala sesuatu kebutuhan dapat
dipenuhi oleh orang lain. Perhatiannya tertuju pada
kekhawatiran akan perubahan tubuhnya. Ibu mungkin akan
bercerita tentang pengalamannya ketika melahirkan secara
berulang-ulang. Diperlukan lingkungan yang kondusif agar ibu
dapat tidur dengan tenang untuk memulihkan keadaan utuhnya
seperti sedia kala. Nafsu makan bertambah sehingga
dibutuhkan peningkatan nutrisi, kurangnya nafsu makan
menandakan ketidak normalan proses pemulihan.
2. Periode Taking Hold
a. Berlangsung 3-10 setelah melahirkan.
b. Pada fase ini ibu merasa khawatir akan
ketidakmampuannya dalam merawat bayi, ibu menjadi
sensitif, sehingga mudah tersinggung. oleh karena itu, ibu
membutuhkan sekali dukungan dari orang-orang terdekat.
Saat ini merupakan saat yang baik bagi ibu untuk menerima
berbgai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya.
Dengan begitu ibu dapat menumbuhkan rasa percaya
dirinya. Pada periode ini ibu erkonsetrasi pada
pengontrolan fungsi tubuhnya, misalnya BAK/BAB, mulai
belajar untuk mengubah posisi seperti duduk/jalan, serta
belajar tentang perawatan bagi diri dan bayinya.
3. Periode Letting Go
1. Berlangsung 10 hari setelah melahirkan. secara umum fase
ini terjadi ketika ibu kembali kerumah.
2. ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan mulai
menyesuakan diri dengan ketergantungan bayinya.
keinginan untuk merawat bayinya meningkat. ada kalanya,
ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan
bayinya, keadaan ini baby blush (Herawati mansur. 2009,
154-155)

Didalam buku karangan Herri Zan Pieter & Namora Lumomgga


Lubis (2013, 255-256)
1. Fase Taking In
Merupakan fase ketergantungan ibu yang berlangsung dari
hari pertama sampai hari kedua pasca melahirkan. Pada saat ini,
Fokus perhatian ibu terutama pada dirinya semata sehingga
pengalaman selama persalinan kerap kali berulang diceritakan ibu
kepada setiap orang yang mengunjunginya. Kelelahan membuat
ibu membutuhkan istirahat dan ingin tidur. Sebaiknya, kelelahan
menjadi perhatian ekstra dan melakukan berkomunikasi yang baik
dan memberikan asupan gizi yang baik. Setelah kelelahannya
mulai berkurang, kini ibu mulai menjadari berlangsungnya
persalinan merupakan hal nyata. Periode taking in berlangsung
selama 1-2 hari.
2. Fase Taking Hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Selama
fase ini, ibu selalu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dan
tanggung jawab merawat anak. Perasaan ibu sensitif sehingga
mudah tersinggung. Saat ini ibu sangat membutuhkan dukungan
dari orang lain. Momen ini merupakan kesempatan yang sangat
baik untuk memberikan bimbingan dalam perawatan diri sendiri
dan anaknya. Periode ini di anggap masa perpindahan dari keadaan
ketergantungan menjadi keadaan mandiri. Perlahan-lahan tingkat
energi ibu meningkat, merasa lebih nyaman, dan berfokus pada
bayi yang di lahirkannya. Kini ibu mulai mandiri hingg akhirnya
dia memiliki inisiatif merawat dirinya, mengontrol fungsi tubuh,
mengeliminasi, dan memperhatikan aktivitas. Kegagalan dalam
fase taking hold menyebabkan depresi postpartum, yaitu perasaan
tidak mampu merawat bayi.
3. Fase Letting Go.
Fase ini merupakan fase penerimaan tanggung jawab akan
peran barunya yang berlangsung selama 10 hari setelah
melahirkan. Ibu sudah mampu menyesuaikan diri dengan
ketergantungannya. Kini keinginan merawat diri dan bayi sudah
meningkat, merasa lebih nyaman, dan bertahap mulai mengambil
alih tanggung jawab, dan memahami kebutuhan bayi.
 Bounding Attachment
Merupakan ikatan kasih sayang yang di mulai sejak dini
begitu bayi di lahirkan. Bounding adalah hubungan antara ibu dan
anak. Sedangkan attachment ialah suatu keterikatan anak dan ibu.
Jadi, proses bounding attachment terus meningkat seiring dengan
sikap penerimaan ibu terhadp bayi.
Dalam karangan Herri Zan Pieter & Namora Lumongga Lubis
(2013. 250-251) terdapat 4 bagian yaitu :
1. Fase Taking In
Yakni ketergantungan ibu yang be5lansung 1-2 hari
pascamelahirkan. ibu berfokus kepada dirinya sebagai akibat
ketidaknyamanan, seperti rasa mulas, nyeri pada luka jahitan,
kurang tidur dan kelelahan. Hal yang perlu diperhatikan pada
fase ini adalah istirahat yang cukup, komunikasi yang baik dan
asupan nutrisi. Bentuk perubahan psikologis yang dialami ibu
nifas pada fase taking in ialah :
 Kekecewaan pada bayinya
 Ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan Fisik yang
dialami
 Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya atau
 Dampak kritikan suami atau keluarga tentang perawatan
bayinya
2. Fase Taking Hold
Fase ini berlansung antara 3-10 hari pasca melahirkan, yang
ditandai dengan sikap ibu yang selalu merasa khawatir atas
ketidakmampuannya merawat anak, perasaan sensitif, mudah
tersinggung, dan tergantung kepada orang lain, terutama pada
dukungan keluarga dan bidan (tenaga kesehatan). Meskipun
demikian, berkat dukungan keluarga dan bidan kini ibu mulai
belajar mandiri dan berinisiatif merawat dirinya sendiri dan
bayinya, belajar mengontro fungsional tubuhnya,
mengeliminasi dan memerhatikan aktivitas. Kegagalan dalam
fase taking hold membuat para ibu mengalami depresi
postpartum.
3. Fase Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran
barunya yang berlansung selam 10 hari setelah melahirkan. ibu
sudah bisa menyesuaikan diri dari ketergantungannya. kini
keinginan merawat diri sendiri dan bayi sudah semakin
meningkat, mersa lebih nyaman, secara bertahap ibu mulai alih
terhadap tugas dan tanggung jawab perawatan bayi (Herri Zan
Pieter dan Namora Lumongga Lubis. 2010, 250-251)

C. Inisiasi Menyusui Dini dan ASI Eksklusif


Memberi asi pada bayi merupakan proses alami sebagai kewajiban
ibu mangasuh anaknya
D. Baby Bonding

Bounding attachment yaitu kasih sayang yang di mulai sejak dini


begitu bayi di lahirkan. Bounding ialah hubungan antara ibu dengan anak.
Sedangkan attachment ialah keterikatan anak dengan ibu dalam bentuk
sikap penerimaan ibu terhadap kehadiran bayinya.
Bounding attachment atau ikatan kasih. Mulai sejak dini begitu
bayi di lahirkan. Bounding adalah suatu istilah untuk menerangkan
hubungan antara ibu dan anak, sedangkan attachment adalah suatu
keterikatan antara orang tua dan anak. Peran bidan penting sekali untuk
memikirkan bagaimana hal tersebut dapat di laksanakan. Partisipasi suami
dalam proses persalinan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan
ikatan kasih tersebut (Bethsaida Janiwarty & Herri Zan Pieter. 2013,

Bounding attachment merupakan kasih sayang yang dimulai sejak


dini begitu bayi di lahirkan. Bounding adalah hubungan antara ibu dan
anak. Sedangkan attachment ialah suatu keterikatan anak dan ibu. Jadi
proses bounding attachment akan terus meningkat seiring dengan sikap
penerimaan ibu terhadap bayinya (Namora Lumongga Lubis dan Herri
Zan Pieter. 2010,256 )

E. Masalah Masalah Yang Sering Terjadi


a. Baby blues
Gejala-gejala baby blues tidak perlu di kuatirkan dan tidak
membutukan pengobatan khusus. Gambaran umum dari gejala-gejala
baby blues adalah memiliki suasana hati yang berubah-ubah, merasa
sedih, kecemasan,sering menangis, hilangnya nafsu makan dan sulitan
tidur (insomia).
Penyebab terjadinya baby blues ialah hormon progesteron yang
telah meningkat sejak kehamilan, kemudian pasca persalinan hormon
ini mengalami penurunan secara tiba-tiba sehingga memengaruhi
keadaan fisik dan emosi. Perubahan hormonal tubuh yang drastis
bukan faktor utama yang menyebabkan baby blues, namun di serti
kehidupan psikologis ibu, seperti kurangnya dukungan suami,
keluarga, atau anggota masyarakat, kelelahan luar biasa setelah
melahirkan, kekhawatiran keadaan ekonomi dan masalah-masalah
lainnya.
b. Depresi post partum
Depresi post partum adalah perasaan sedih yang di bawa ibu sejak
masa hamil yang berkaitan dengan sikap ibu yang sulit menerima
kehadiran bayinya. Perubahan ini merupakan respon alamiah sebagai
akibat kelelahan pasca persalinan.

Ciri-ciri depresi post partum ialah adanya pikiran ibu utuk


menyakiti bayi, menyakiti diri sendiri, merasa tidak memiliki
kepentingan pada bayi, ragu tentang kemampuannya untuk menjadi
ibu yang baik, tidak berdaaya, sensitif, rendahnya kontrol diri, stres,
cemas atas perubahan dalam rutinitas kerja dan rumah, fantasi untuk
menjadi ibu yang sempurna, kehilangan identitas diri yang dimiliki
sebelum hadirnya sikecil, dan perasaan kurang menarik lagi.
Sementara ciri-ciri depresi post partum ialah sulit tidur, kurang nafsu
makan, cemas, perasaan tak berdaya, sulit bernafas dan seringnya
jantung berdebar-debar.

Penyebab depresi post partum ialah :

a. Kekecewaan emosi yang tidak di ikuti rasa puas.


b. Ketakutan pada masa kehamilan dan persalinan.
c. Rasa sakit masa nifas.
d. Kelelahan karena kurang tidur selama persalinan.
e. Kecemasan atas ketidakmampuannya merawat bayi setelah pulang
dari rumah sakit.
f. Rasa takut tidak menarik lagi bagi suami.
c. Depresi masa nifas
Depresi masa nifas adalah keadaan yang sangat serius, karena pada
masa ini ibu harus memerlukan istorahat dan dukungan dari orang-
orang di sekitarnya. Biasanya penyebab depresi masa nifas berkaitan
dengan kesibukan ibu mengurus anak yang lain sebelum melahirkan
anaknya. Gejala-gejala psikis dari ibu yang mengalmi depresi masa
nifas ialah tidak mau mengurus diri atau bayinya, gampang murung,
mudah marah, dan terkadang mengalami halusinasi pendengaran.
d. Baby blue (post partum blues)
Merupakan kesedihan atau kemurungan setelah melahirkan.
Biasanya hanya muncul sementara waktu yakni sekitar dua hari hingga
dua minggu sejak kelahiran bayi yang di tandai dengan gejala-gejala
sebagai berikut :

a. Cemas tanpa sebab.


b. Menangis tanpa sebab.
c. Tidak sabar.
d. Tidak percaya diri.
e. Sensitif
f. Mudah tersinggung.
g. Merasa kurang menyayangi bayinya

Jika hal ini di anggap enteng, hal ini bisa serius dan bisa bertahan
dua minggu sampai satu tahun dan akan berlanjut menjadi post partum
sindrom.

Gangguan yang sering terjadi pada masa nifas dapat berupa


gangguan psikologis seperti post partum blues, post partum sindrome
(PPS), depresi post partum dan post partum psikosis.

1. Baby Blue (post partum blues)

Merupakan kesedihan atau kemurungan setelah melahirkan.


Biasanya muncul sementara waktu yakni sekitar 2 hari hingga 2 minggu
sejak kelahiran bayi yang ditandai dengan gejala-gejala sebagai berikut :

a. Cemas tanpa sebab


b. Menangis tanpa sebab
c. Tidak sabar
d. Tidak percaya diri
e. Sensitif
f. Mudah tersinggung
g. Merasa kurang menyayangi bayinya
Jika hal ini dianggap enteng, keadaan ini bisa serius dan biasa
bertahan dua mingg sampai satu tahun dan akan berlanjut menjadi post
partum sindrome (Eko Suryani & Hesti Widyasih. 2010, 149)

1. Post Partum Blues (Baby Blues)

a. Pengertian post partum blues

Post partum blues menurut Ambarwati (2009) adalah perasaan sedih yang
di alami oleh ibu setelah melahirkan, hal ini berkaitan dengan bayinya. Menurut
Cunninghum (2006), post partum blues adalah gangguan suasana hati yang
berlangsung selama 3-6 hari paska melahirkan. post partum blues sering di sebut
juga dengan maternity blues atau baby syndrome, yaitu kondisi yang sering terjadi
dalam 14 hari pertama setelah melahirkan, dan cenderung lebih buruk pada hari ke
tiga dan ke empat (Suririnah, 2008).

Berdasarkan pengertian dari beberapa sumber tersebut maka dapat di


simpulkan bahwa yang di maksud dengan post partum blues adalah suasana hati
yang di rasakan oleh wanita setelah melahirkan yang berlangsung selama 3-6 hari
dalam 14 hari pertama paska melahirkan, di mana perasaan ini berkaitan dengan
bayinya.

b. Gejala post partum blues menurut Ambarwati (2009).

- Menangis

- Mengalami perubahan perasaan

- Cemas

- Khawatir mengenai sang bayi

- Kesepian

- Penurunan gairah seksual

- Kurang percaya diri terhadap kemampuannya menjadi seorang ibu


c. Penyebab post partum blues

-Faktor hormonal, berupa perubahan kadar estrogen, progesteron,


prolaktin, dan estriol yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Kadar
estrogen turun secara bermakna setelah melahirkan. Ternyata estrogen
memiliki efek supresi terhadap aktivitas enzim monoamine oksidase, yaitu
suatu enzim otak yang bekerja menginaktivikasi, baik noradrenalin
maupun serotonin yang berperan dalam suasana hati dan kejadian depresi.

-Faktor demografik, yaitu umur paritas. Umur yang terlalu muda untuk
melahirkan, sehingga dia memikirkan tanggung jawabnya sebagai seorang ibu
untuk mengurus anaknya. Sedangkan post partum blues banyak terjadi pada ibu
primipara, mengingat dia baru memasuki perannya sebagai seorang ibu, tetapi
tidak mentup kemungkinan juga terjadi pada ibu yang pernah melahirkan, yaitu
jika ibu mempunyai riwayat post partum blues sebelumnya.

-Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan. Kesulitan-ksesulitan


yang di alami ibu selama kehamilannya akan turut memperburuk kondisi ibu
paska melahirkan. Sedangkan pada persalinan, hal-hal yang tidak menyenangkan
bagi ibu mencakup lamanya persalinan serta interpensi medis yang di gunakan
selama proses persalinan, seperti ibu yang melahirkan dengan cara operasi sesar
(sectio caesarea) akan dapat menimbulakan perasaan takut terhadap peralatan
opersi dan jarum. Ada dugaan bahwa semakin besar trauma fisik yang terjadi
selama proses persalinan, akan semakin besar pula trauma psikis yang muncul.

-Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan, seperti tingkat


pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak di inginkan, riwayat
gangguan kejiwaan sebelumnya, status sosial ekonomi, serta keadekuatan
dukungan sosial dari lingkungannya (suami,keluarga,dan teman). Apakah suami
juga menginginkan kehamilan ini ? apakah suami, keluarga, dan teman memberi
dukungan moril (misalnya dengan membantu dalam menyelesaikan pekerjaan
rumah tangga atau berperan sebagai tempat ibu mengadu atau berkeluh kesah)
selama ibu menjalani masa kehamilannya ?
-Fisik. Kelahan fisik karena aktivitas mengasuh bayi, menyesui,
memandikan, mengganti popok, dan menimang sepanjang hari bahkan tak jarang
di malam buta sangatlah mengurus tenaga. Apalagi jika tidak ada bantuan dari
suami atau anggota keluarga yang lain.

d. Penatalaksanaan post partum blues

Tindakan yang dapat di lakukan untuk mengatasi post partum blues


pada ibu adalah :

1). Dengan meminta bantuan suami atau keluarga jika ibu mebutuhkan
istirahat untuk menghilangkan kelelahan.

2). Beritahu suami mengenai apa yang sedang ibu rasakan. Mintalah
dukungan dan pertolongannya.

3). Buang rasa cemas dan khawatiran ibu akan kemampuan merawat bayi.

4). Carilah hiburan dan luangkan waktu untuk diri sendiri

2. Depresi post partum

a. pengertian depresi post partum

Depresi post partum hampir sama dengan baby blues syndrome,


perbedaannya keduanya terletak pada frekuensi, intensitas, serta durasi
berlangsungnya gejala-gejala yang timbul. Pada post partum depresion, ibu akan
merasakan berbagai gejala yang ada pada baby blues syndrome, tetapi dengan
intensitas yang lebih sering, lebih hebat, serta lebi lama.

Depresi post partum yang di alami seorang ibu paling lambat 8


minggu setelah melahirkan, dan dalam kasus yang lebih parah, bisa berlanjut
selama setahun. Wanita yang menderita post partum depresion mempunyai
kesulitan untuk menjalin ikatan batin dengan buah hati yang dilahirkannya,
sehingga diapun mebutuhkan terapi pengobatandari seseorang ahli kejiwaaan
yang fisikiater, denga dukungan orang-orang terdekat.
F. Cara Penanganannya.
a. Dengan cara memberikan Dukungan
1. Untuk masalah yang sudah nyata dan mencurigai
2. Emosional tugas-tugas di rumah agar ibu lebih banyak waktu
mengasuh bayinya.
b. Dengan cara memberikan Informasi yang di butuhkan adalah :
Pengasuh anak dan pemberian ASI, juga perubahan fisik, tanda infeksi,
asuhan bagi diri sendiri, penyembuhan, kehidupan seksual,kontrasepsi,
dan gizi.
c. Dengan cara Mengatasi rasa takut.
Mengatasi persaan ketidakmampuan serta rasa kehilangan hubungan
yang erat dengan suaminya tanggung jawab yang terus menerus untuk
mengasuh bayinya.
d. Dengan cara pendekatan komunikasi terapeutik.
e. Dengan cara peningkatan support mental/dukungan keluarga (Eko
Suryani & Hesti Widyasih. 2010, 150)

Anda mungkin juga menyukai