Anda di halaman 1dari 6

TUGAS RESUME PENGANTAR

ARSITEKTUR
Arsitektur dan Materialitas

UNIVERSITAS DIPONEGORO

PEMBICARA:
Endy Yudho Prasetyo, ST., MT
Diandra Pandu Saginatari, S.Ars, MA

MODERATOR:
Prof. Dr. Ir. Erni Setyowati, MT.

OLEH:
Kayla Taffania Faridh - 21020120140105

DOSEN:
Masyiana. AA, ST, M.Arch.
Definisi Material menurut Dictionary
 Material [Noun] – the matter from which a thing is or can be made

Maksud dari Dictionary ini adalah bagaimana sesuatu tersusun dari apa dan bagaimana
akhirnya susunan tersebut menjadi bentuk seperti apa.

 “Architecture ≠Building”

Maksud dari pernyataan diatas adalah arsitektur lebih dibahas materiality dibandingkan
Building yang lebih memikirkan material.

Dematerialization of Architecture (Dematerialisasi material)

Dematerialisasi Material adalah suatu proses mengubah suatu bentuk fisik yang memiliki
materi (bersifat konkrit) menjadi konsepsual atau abstrak.

A. Question
Pertama tama,

Timbul pertanyaan “Apa itu Arsitektur?”

kita harus mengetahui apa itu arsitektur terlebih dahulu. Secara umum, arsitektur
mencakup Trinity yaitu Venustas (Keindahan), Firmitas (Kekuatan), dan Utilitas
(Kegunaan). Tanpa ketiga hal itu, arsitektur tidak bisa terbentuk. Tiga hal ini dikatakan
oleh Vitruvius pada serangkaian bukunya yang berjudul “De Architectura”. Buku ini
dulunya dibuat untuk membangun bangunan di zaman romawi.

Namun, penjelasan ini tentu belum cukup menjawab pertanyaan “apa itu arsitektur?”

B. Through Sense
Diambil dari buku Peter Zumthor yang berjudul Seven Personal Observations on
Presence In Architecture, kita bisa membahas tentang apa yang dirasakan (sense) di
arsitektur.

Bisa diambil dari salah satu cerita di buku, ketika Peter masih kecil, ia merasakan sesuatu
ketika melihat ada satu pohon ditengah padang rumput yang luas dan tidak
mempertanyakan mengapa pohon itu bisa berada ditempat itu. Sama seperti arsitektur,
arsitektur juga tidak perlu dipertanyakan mengapa bisa menjadi seperti itu dan berada di
tempat itu.

Namun, dari penjelasan Plato, beliau berkata kepada murid muridnya bahwa arsitektur
lebih baik menggunakan ide daripada sense supaya mampu memahami arsitektur dengan
lebih jernih.

C. Building vs Architecture
Penjelasan tentang perbedaan Building dan Architecture berawal dari kalimat didalam
buku karya Niolaus Pevsner yang berjudul An Outline of Europian Architecture. Dari
sini, bisa mulai dijelaskan perbedaannya dari Building Typology dan Aesthetic Appeal.

1. Building Typology

Bisa diambil contoh bahwa bangunan tempat parkir sepeda dan Licoln Cathedral
mempunyai kesamaan, tetapi kita bisa melihat bahwa masing masing mempunyai
tipologi tertentu yang bisa membuat tempat parkir sepeda sebagai “Buildings” dan
Licoln Cathedral sebagai “Arsitektur”

2. Aesthetic Appeal

Dengan adanya Aesthetic Appeal, Bangunan yang tadinya hanya “Buildings” Ketika
diberikan Aesthetic Appeal sampai dengan titik tertentu, bangunan tersebut akan
perlahan menjadi Architecture. Namun, letak pasti dimana titik itu berada tidak bisa
terjawab karena itu bersifat subjektif.

D. Form of Knowledge

Dikutip dari buku Bernard Tschumi berjudul Architecture Concept, Red is Not A Colour,
Arsitektur biasanya berhubungan dengan bangunan yang memiliki keindahan atau
kebesarannya. Arsitektur merupakan yang pertama kali menciptakan ide dan konsep di
dunia yang kita tinggali. Secara alamiah, arsitektur sudah pasti mencakup material
tentang konsep dan ide.

E. Through Idea

Arsitektur pada dasarnya bukan benda nyata yang kita lihat, namun adalah apa yang ada
dibaliknya. Arsitektur sebenarnya adalah ide dan design method, yaitu representasi
bangunan yang dituangkan pada gambar di kertas. Sehingga, objek nyata seperti maket
atau bangunan hanyalah wujud dari manifestasi ide pada Arsitektur.

F. Legacy of Unbuild

Dari beberapa arsitek, banyak yang mencoba menerjemahkan gambarnya melalui media
buku sehingga mereka bisa mengungkapkan bahwa merekalah yang membuat bangunan
tersebut, seperti memperlihatkan tampak gambar denah dari sebuah gedung sehingga orang
tidak hanya melihat wujud nyata dari sebuah ide arsitektur, namun bisa melihat ide
langsung yang dituangkan seorang arsitek itu sendiri kedalam kertas.

Idea Vs Matter
 Form dan Material

Plato berbicara bahwa pure form adanya di ide, maka Ketika ide tersebut ter-materialize,
ia akan menjadi tidak sempurna. Karena material punya batas umur dan dia pasti akan
berubah

Sedangan Aristotle berbicara bahwa ia percaya akan keberadaan matter (material) dan
kaitannya dengan form. Pada Akhirnya, form adalah sesuatu yang membentuk matter
pada arsitektur. Material menjadi sesuatu yang sekunder dibandingkan form.

 Materiality di Arsitektur

Materiality menurut Alban Janson dan Florian Tigges itu tidak hanya membicarakan
tentang bagaimana arsitektur itu terealisasikan dengan material yang ada, namun juga
material itu harus dapat memberikan ekspresi.

Ketika kita membicarakan materiality, terdapat kontribusi manusia didalamnya, dimana


manusia itu yang digunakan sebagai jembatan antara ide pada form dan juga material.
Peran manusia juga penting dalam menentukan kualitas pada material dan juga fungsi
material. Seperti contohnya pembentukan Clay, dimana manusia yang menentukan
sendiri bagaimana Clay itu ingin dibentuk, kualitas seperti apa yang diinginkan, dan
untuk apa Clay itu digunakan.
Jadi, walaupun para arsitek merealisasikan idenya dengan material yang sama, mereka
bisa menghasilkan karya dan ide yang berbeda beda. Setiap material tidak harus
menghasilkan ekspresi dan fungsi yang sama pada suatu bangunan.

Salah satu contoh bangunan dimana materialnya sangat lokal, yaitu Therme Vals yang
dibuat oleh Peter Zumthor. Walaupun hanya memakai batu, ia menyusun batu batu
tersebut secara sangat detail dan indah. Zumthor pun juga mencoba menmbaurkan
material yang dipakai dengan lingkungan sekitarnya.

 Material pada Surface

Seperti perkataan Gibson, Environment itu terdiri dari Medium, Surface, dan Substance.
Surface adalah cerminan dari Substence. Surface itu memancarkan aura. Aura yang akan
kita rasakan ataupun kita dapatkan itu tergantung dari surface itu sendiri, bagaimana
surface itu di dekorasi, dan lainnya.

Tetapi, surface juga tidak bisa berdiri sendiri, sehingga ia harus Kembali kepada geometri
yang ada dibalik surface itu sendiri. Material yang memiliki tekstur tertentu dapat dipakai
di surface itu sendiri bisa menjadi sebuah ornamen

Surface juga sesuatu yang meng-capture trace (dapat menangkap jejak) seseorang yang
menyentuhnya atau memegangnya. Seperti contohnya patung David Hume di Edinburgh.
Dikarenakan patung ibu jari kakinya sering disentuh banyak orang, patungnya berubah
menjadi menguning. Ini bisa dibilang menjadi sebuah tanda bahwa ia sering disentuh
manusia dan juga sudah berumur.

 Pengertian Immaterial pada Architecture

Dari kutipan Jonathan Hill, Immaterial architecture bukanlah tidak ada material sama
sekali, tetapi ketidak adanya rasa pada material itu lagi. Sepertinya besi yang sudah
berumur, bukan berarti besi itu menjadi hilang, namun hanya materialnya berubah
menjadi berkarat.

Sean lally berkata bahwa energi material arsitektur itu sendiri hanyalah temperatur,
bukanlah objek, sesuatu yang tampak atau benda padat.
Jadi Apa Itu Material Of Architecture?

Kesimpulan dari webinar ini yang dapat saya ambil untuk menjawab pertanyaan ini
adalah Material of Architecture lebih membahas ke materiality dibandingkan sebuah
material. Itulah yang membuat arsitektur berbeda dari “bangunan” biasa. Materiality itu
adalah material dimana tidak hanya digunakan untuk membangun suatu bangunan untuk
menjadi kokoh atau kuat, namun material itu juga harus merealisasikan ide kreatif pada
suatu arsitektur dan juga bisa memberikan ekspresi pada bangunan yang dibuat.

Screenshot:

Anda mungkin juga menyukai