Unsur-unsur arsitektur terdiri dari tiga penggolongan utama, yaitu unsur fisik,
penerimaan, dan konsepsual. Dibawah ini adalah penjabaran masing-masing unsur
tersebut.
1. Unsur Fisik. Unsur fisik arsitektur berupa bentuk dan ruang, disini harus
diperhatikan bagaimana sistem dan struktur yang diterapkan, apa saja teknologi yang
dipakai.
2. Unsur Penerimaan. Berlawanan dengan unsur fisik, ini adalah unsur psikologis
dari suatu arsitektur. Apakah manusia akan nyaman menghuni bangunan ini.Apakah
jalan masuk dan keluar seseorang mengalir dan mudah untuk ditebak.
3. Apakah selain dapat diterima dengan baik bangunan/lingkungan ini juga ingin
menyampaikan suatu makna. Atau ingin membuat simbol tertentu. Sementara itu untuk
mencapai keindahan atau estetika yang diinginkan, suatu bentuk bangunan tetap
bertumpu pada unsur dan prinsip dasar rupa/desain. Karena sejatinya yang dirancang
dan dibangun adalah tetap sebuah objek visual.
2. Teori Positif (deskriptif). Teori positif berisikan pernyataan yang tegas yang melukiskan,
menerangkan kenyataan dan mampu untuk memperluas prediksi terhadap kenyataan-
kenyataan dimasa mendatang. Tujuan teori positif adalah untuk memberikan
kemungkinan masyarakat ilmuwan dalam memperoleh banyak pernyataan deskriptif
dari pernyataan tunggal (Alan Johnson, 1994). Teori positif merupakan pernyataan-
pernyataan positif, yaitu pernyataan tegas tentang realita (sebagaimana adnya). Teori
positif tidak akan menyiratkan bahwa sebenarnya teori harus sesuai dengan
epistemologi (ilmu yang mempelajari tentang asal usul) para positivist (penganut teori
positif) yang berpedoman bahwa tak ada kebenaran sebelum ada tahap pembuktian
sesuatu dan pembongkaran kepalsuannya.
3. Konfigurasi awal dalam mempelajari teori adalah memahami dan menelaah elemen,
karakteristik serta paradigma dasar. Namun bisa jadi untuk mempelajarinya, yaitu
dengan menyelidiki akarnya sebagai satu-kesatuan diantara banyak subjek pembentuk
arsitektur. Melihat hubungan tersebut memungkinkan kita untuk melihat peran serta
hubungan dengan subjek lain, memberikan wawasan tentang ranah dari masing-masing
subjek dan bagaimana interaksinya. Teori memainkan peran penting dalam disiplin ilmu.
Bahkan sebagian besar teori terdiri dari teorema yang menjelaskan tentang metode dan
konten. Teori dalam arsitektur adalah subjek yang berdiri sendiri untuk menjelaskan
desain secara komprehensif. Bahkan secara seksama teori ditandai sebagai upaya untuk
memberikan uraian tentang arsitektur secara menyeluruh dan substantif. Dengan
memahami teori dalam arsitektur sebagai falsafah dan eksplikasi global. Cara ini seraya
memperkenalkan hubungan ke sejumlah topik yang memiliki keluasan yang sama.
Sejarah dan kritik memiliki pendekatan dan peran yang proporsional dalam disiplin ilmu.
Sementara tugas spesifik dari subjek tersebut mungkin bisa dibilang berbeda.
Perbandingan yang diidentifikasi antara teori dan topik seperti sejarah, desain dan kritik
memungkinkan untuk memahami hubungan satu dengan yang lainnya. Subjek tersebut
tidak boleh dianggap terpisah. Sebagai contoh teori adalah klarifikasi, sejarah adalah
dokumentasi dari peristiwa masa lalu, kritik adalah ulasan terhadap karya. Teori dapat
diuji dalam desain dan proses desain dengan melibatkan sejarah dan kritik. Dari
pemahaman ini, teori dapat diidentifikasi di berbagai subjek, sehingga kompleksitas
hubungan ini menjadi jelas. Istilah "teori" digunakan banyak hal dalam arsitektur, mulai
dari aturan dasar plumbing hingga diskusi tentang isu terbaru yang menarik bagi
kalangan arsitek. Hal ini dapat dipahami sebagai topik sendiri atau bagian dari topik apa
pun. Untuk mendefinisikan dan mendeskripsikan teori adalah seraya melihat secara luas
bidang dan peristiwa sejarah yang membentuk pemahamannya. Dengan memahami
subjek, maka penggunaan istilah ini akan lebih luas, jelas, dan mudah dikomunikasikan.
Meskipun, kita tidak akan pernah mencapai kesepakatan yang sama. Teori telah menjadi
subjek yang dianalisis berbagai pemikir di berbagai disiplin ilmu. Dengan mencampurkan
analisa tersebut memungkinkan untuk menyusun deskripsi, menelaah elemen dan
karakteristik dalam membingkai subjek yang lebih definitf.
4. Menurut Edward Robbins (dalam Iwan Sudrajat)teori arsitektur dapat dibagi menjadi 3
yaitu :
1. Theroy in Architectur : teori yang umumnya mengamati aspek-aspek formal,
tektonik, struktural, represetnasional, dan prinsip-prinsip estetik yang melandasi
gubahan arsitektur, serta berusaha merumuskan dan mendefinisikan prinsip-prinsip
teoritis dan praktis yang penting bagi penciptaan desain bangunan yang baik . Teori
yang tergolong dalam kelompok ini cenderung bersifat superfisial, deskriptif dan
preskriptif, kurang dilandasi oleh interpretasi dan pemahaman yang kritis dan
mendalam.
2. Theory of Architectur : teori yang menjelaskan bagaimana para arsitek
mengembangkan prinsip-prinsip dan mengguankan pengetahuan, teknik dan
sumber-sumber dalam proses desain dan produksi bangunan. Isu pokok disini
bukanlah prinsip-prinsip umum yang memandu desain, tetapi bagaimana dan
mengapa arsitek mendesain, menggunakan media, dan bertindak serta mengapa di
antara mereka bisa terjadi keragaman historis maupun budaya.
3. Theroy about Architectur : teori yang bertujuan menjelaskan makna dan pengaruh
arsitektur, mendudukkan arsitektur dalam konteks sosial budayanya, memerikan
bagaimana arsitek bekerja sebagai produser budaya, atau memahami bagaimana
arsitektur digunakan dan diterima oleh masyarakat. Dengan kata lain, teori ini
berusaha menjelaskan bagaimana arsitektur berfungsi, dipahami dan diproduksikan
secara sosial dan budaya.
Teori dalam arsitektur biasanya meliputi mengidentifikasi elemen-elemen
pembentuk arsitektur dalam suatu karya arsitektur.
3. Larry R. Ligo
Ligo memunculkan lima Fungsi yang dapat di jalankan oleh arsitekrur
untuk menjawab fungsi sebagai konsep. Kelima fungsi bangunan menurut
liggo ( dari concepts of function of the twentieth century Atchitecture )
adalah :
Structural Articulation ( artikulasi structural ) menunjuk pada pengupasan
dalam design, dari material struktur dan metode sebuah bangunan
( misalnya “ fungsi “ material dan metode maupun pada artikulasi exterior
bangunan dengan variasi kegiatan yang terkandung di dalamnya.
Physcal function. ( fungsi fisik ). Meliputi control dari lingkungan dan
akomodasi bangunan terhadap aspek-aspek fisik dari tujuan yang di inginkan,
aspek-aspek seperti pola jalan dan fleksibilitas dari pengaturan ruang.
Physcal function. ( fungsi Psiokoligi ). Mengacu kepada “feelings” ( perasaan
atau rasa ) dimana bangunan-bangunan itu berbaur dengan pengamat-
pengamatnya, penghuni/pemakai dan pengkritikannya, termasuk penyakit-
penyakit psikologis seperti vertigo, clausphobia, kebingungan arah
(direction), kenyamanan fisik atau kurangnya rasa dan emosi yang
spesifik/khas.
Social function. ( fungsi Sosial ). Mengacu kepada kongkritisasi dari institusi
social dan karakteristik yang bernilai budaya atau masa tertentu.
Cultural/existential function. ( fungsi budaya/keberadaan ). Mengacu kepada
kongritisasi dati nilai-nilai universal atau struktur subconcius dari spatial dan
orientasi psikologi yang berhubungan lebih kepada esensi kemanusiaan dari
pada hidup manusia dalam suatu waktu dan tempat tertentu.
Larry R. ligo memahami fungsi sebagai tugas/pekerjaan ataupun efek-efek yang dapat di
timbulkan oleh Arsitektur.
6. Paradigma Kultur adalah Kegiatan dalam mewujudkan karya-karya interaksi ruang,
makna, komunikasi dan waktu yang berfokus pada penataan lingkungan. Penyebab
penting dalam penataan tersebut adalah bahwa makna lingkungan didalamnya
membantu komunikasi sosial antara orang-orang dengan lingkungan kepada masyarakat
melalui kultur
masing-masing. Jadi lingkungan melalui ruang dan makna mencerminkan pengaturan
komunikasi, sebab komunikasi merupakan faktor penting bersifat temporal dan dapat
dianggap pengaturan waktu. Waktu bisa masa lampau, sekarang dan yang akan
datang.
7.
Transformasi bersifat Topological (geometri)
Bentuk geometri yang berubah dengan komponen pembentuk dan fungsi ruang
yang sama.
Transformasi bersifat Gramatika hiasan (ornamen).
Dilakukan dengan menggeser, memutar, mencerminkan, menjungkirbalikkan,
melipat, dll.
Transformasi bersifat Reversal kebalikan).
Pembalikan citra pada figur objek yang akan ditransformasi dimana citra objek
dirubah menjadi citra sebaliknya.
Transformasi bersifat Distortion (merancukan).
Kebebasan perancang dalam beraktivitas.
10.
Pendekatan konvesional merupakan pendekatan pembelajaran yang
dilakukan dengan mengkombinasikan bermacam-macam metode
pembelajaran. Dalam praktiknya metode ini berpusat pada masyarakat
terhadap suatu karya arsitektur atau masyarakat lebih mendominasi dalam
presepsi terhadap suatu karya arsitektur
pendekatan ekologi, pada intinya adalah, mendekati masalah perancangan
arsitektur dengan menekankan pada keselarasan bangunan dengan perilaku
alam, mulai dari tahap pendirian sampai usiabangunan habis. Bangunan
sebagai pelindung manusia yang ketiga harus nyaman bagi penghuni,
selaras dengan perilaku alam, efisien dalam memanfatkan sumber daya
alam, ramah terhadap alam. Sehingga perencanaannya perlu memprediksi
kemungkinan.