Anda di halaman 1dari 3

FUNGSI DAN RASIONALISASI DALAM ARSITEKTUR

1. FUNGSI DALAM ARSITEKTUR

Pengertian umum dari “fungsi” menurut para ahli Bahasa adalah pendekatan pada studi Bahasa
yang berkenaan dengan fungsi yang ditujukan oleh bahasa, terutama dalam hal kognisi (informasi yang
berhubungan), ekspresi (mengidentifikasikan suasana), dan konasi. Pengertian umum “fungsi” menurut
para sosiolog adalah teori tentang hubungan antar bagian-bagian dalam masyarakat secara keseluruhan
dan satu dengan yang lain.

Sementara itu, pengertiannya dalam konteks arsitektural adalah: suatu prinsip arsitektural
dimana bentuk suatu bangunan harus diperoleh dari fungsi yang dipenuhinya. Aspek skematis dan teknis
dari modernisasi arsitektural, yang pendirian teoritisnya yang lebih luas juga membentuk pertanyaan
simbolik, filsafat, politik, social, dan ekonomi.

“Fungsi” dalam konteks ini dapat dimaknai dalam 2 arti. Pemahaman tradisional terhadap kata
“fungsi”, juga dasar dari penggunan kata tersebut, adalah “kegunaan”, “fitness for purpose (kecocokan
terhadap maksud/tujuan)”, yakni tugas yang harus dipenuhi suatu bangunan, pengaruh yang akan
bangunan tersebut berikan bagi para pengguna atau bagi mereka yang akan melihatnya.

Broadbent menelorkan enam fungsi yang dapat dilaksanakan oleh arsitektur untuk menjawab
pertanyaan apa yang dituntut oleh bangunan. Keenam fungsi tersebut adalah:

1. Environmental Filter. Bangunan bisa mengontrol iklim. Bangunan berperan sebagai


saringan atau filetr antara lingkungan luar dengan kegiatan yang akan kita lakukan.
Bangunan dapat membantu kita untuk membuat kondisi-kondisi agar kegiatan-kegiatan
dapat dilaksanakan dengan menyenangkan dan dalam kenyamanan. Kita bisa
menentukan ruang-ruang mana yang harus dekat satu sama lain dan yang mana yang bisa
dijauhkan.
2. Container of Activities. Bangunan sebagai wadah kegiatan-kegiatan yang
menempatkannya pada tempat yang khusus dan tertentu.
3. Capital Investment. Dalam pengertian ini bangunan dapat memberikan nilai lebih pada
tapak. Keduanya dapat menjadi sumber investasi yang baik.
4. Symbolic Function. Dalam pengertian ini bangunan dapat memberikan nilai-nilai simbolik
terutama pada kegiatan-kegiatan yang bersifat keagamaan atau yang berimplifikasi
budaya.
5. Behavior Modifier. Pada fungsi behavior modifier, bangunan dapat mengubah perilaku
dan kebiasaan, sesuai dengan suasana ruang.
6. Aesthetic Function. Pada pengertian ini bangunanbangunan akan menyenangkan bila
bangunan tampak bagus/cantik, sesuai dengan imajinasi yang fashionable saat ini, sesuai
dengan asas-asas tertentu dari order visual dan lain-lain
Contoh dari bangunan fungsional adalah rumah sakit dan sekolah

2. RASIONALISASI DALAM ARSITEKTUR

Kata rasional dan irrasional ada kaitannya dengan kata Logic yang berasal dari Yunani kuno λόγος
(logos). Kata Logic aslinya memiliki arti the word atau what is spoken, tetapi dalam perkembangannya
diartikan pula sebagai thought (pikiran) atau reason (alasan).

Konsep atau teori arsitektur yang rasional hanya bisa dicapai melalui cara berpikir kritis yang
berdasarkan nilai-nilai intelektual yang mencakup luas seluruh permasalahan yang ada serta memiliki
kejelasan, ketepatan, keakuratan, bukti dan kejujuran. Agar dapat berpikir kritis dengan baik, harus
dilengkapi dengan kemampuan mental untuk menganalisis atau mengevaluasi informasi, terutama
terhadap pernyataan atau pendapat yang diajukan orang lain.

Rasionalisasi dalam arsitektur menekankan fungsi arsitektur sebagai sebuah wadah aktifitas
manusia serta mengedepankan prinsip-prinsip rasionalitas. Prinsip-prinsip tersebut adalah:

1. Koordinasi dari unit-unit dalam massa bangunan


2. Penentuan dimensi elemen-elemen yang sesuai skala manusia
3. Sistem Struktur
4. Semua elemen-elemen di atas harus mampu menampilkan sesuatu logika tertentu;
pengungkapan struktur bangunan; proporsi; dan sistem struktur yang jelas

Ada satu prinsip dasar yang harus dipegang dalam mencoba menjelaskan secara rasional
sesuatu, yaitu penjelasan atau argumen tersebut boleh berlawanan dengan hukum alam. Hal ini juga
berlaku dalam desain arsitektur. Penjelasan dalam argumen-argumen desain arsitektur yang secara
insting bertentangan dengan sifat naluriah manusia dan alam secara serta merta akan dinilai irrasional.

Meski definisi rasional secara umum memiliki sifat subyektifitas dan bergantung pada
kemampuan berpikir dan logika seseorang, namun rasionalitas dalam arsitektur layaknya arsitektur itu
sendiri meski merupakan hasil permikiran atau konseptualisasi arsitek terhadap ruang dan solusi
permasahan namun tidak bisa subjektif.

Dalam teori arsitektur, rasionaliasi haruslah menjadi sebuah kebenaran terhadap data baik yang
merupakan interpretasi maupun ekspetasi namun disatu sisi haruslah bersifat obyektif. Pembuktian dan
penalaran teori atau konsep tersebut tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar dan naluri
manusia sebagai subyek sentral arsitektur.

Jika data diolah berdasarkan satu aspek saja, tanpa mempedulikan aspek lainnya, maka karya
arsitektural tersebut akan menjadi sebuah pembenaran semata, bukan suatu solusi ruang secara
menyeluruh terhadap kebutuhan atau permasalahan yang ada.

Contoh bangunan berupa tempat peribadatan, seperti masjid dan gereja.

Anda mungkin juga menyukai