Pengertian umum dari “fungsi” menurut para ahli Bahasa adalah pendekatan pada studi Bahasa
yang berkenaan dengan fungsi yang ditujukan oleh bahasa, terutama dalam hal kognisi (informasi yang
berhubungan), ekspresi (mengidentifikasikan suasana), dan konasi. Pengertian umum “fungsi” menurut
para sosiolog adalah teori tentang hubungan antar bagian-bagian dalam masyarakat secara keseluruhan
dan satu dengan yang lain.
Sementara itu, pengertiannya dalam konteks arsitektural adalah: suatu prinsip arsitektural
dimana bentuk suatu bangunan harus diperoleh dari fungsi yang dipenuhinya. Aspek skematis dan teknis
dari modernisasi arsitektural, yang pendirian teoritisnya yang lebih luas juga membentuk pertanyaan
simbolik, filsafat, politik, social, dan ekonomi.
“Fungsi” dalam konteks ini dapat dimaknai dalam 2 arti. Pemahaman tradisional terhadap kata
“fungsi”, juga dasar dari penggunan kata tersebut, adalah “kegunaan”, “fitness for purpose (kecocokan
terhadap maksud/tujuan)”, yakni tugas yang harus dipenuhi suatu bangunan, pengaruh yang akan
bangunan tersebut berikan bagi para pengguna atau bagi mereka yang akan melihatnya.
Broadbent menelorkan enam fungsi yang dapat dilaksanakan oleh arsitektur untuk menjawab
pertanyaan apa yang dituntut oleh bangunan. Keenam fungsi tersebut adalah:
Kata rasional dan irrasional ada kaitannya dengan kata Logic yang berasal dari Yunani kuno λόγος
(logos). Kata Logic aslinya memiliki arti the word atau what is spoken, tetapi dalam perkembangannya
diartikan pula sebagai thought (pikiran) atau reason (alasan).
Konsep atau teori arsitektur yang rasional hanya bisa dicapai melalui cara berpikir kritis yang
berdasarkan nilai-nilai intelektual yang mencakup luas seluruh permasalahan yang ada serta memiliki
kejelasan, ketepatan, keakuratan, bukti dan kejujuran. Agar dapat berpikir kritis dengan baik, harus
dilengkapi dengan kemampuan mental untuk menganalisis atau mengevaluasi informasi, terutama
terhadap pernyataan atau pendapat yang diajukan orang lain.
Rasionalisasi dalam arsitektur menekankan fungsi arsitektur sebagai sebuah wadah aktifitas
manusia serta mengedepankan prinsip-prinsip rasionalitas. Prinsip-prinsip tersebut adalah:
Ada satu prinsip dasar yang harus dipegang dalam mencoba menjelaskan secara rasional
sesuatu, yaitu penjelasan atau argumen tersebut boleh berlawanan dengan hukum alam. Hal ini juga
berlaku dalam desain arsitektur. Penjelasan dalam argumen-argumen desain arsitektur yang secara
insting bertentangan dengan sifat naluriah manusia dan alam secara serta merta akan dinilai irrasional.
Meski definisi rasional secara umum memiliki sifat subyektifitas dan bergantung pada
kemampuan berpikir dan logika seseorang, namun rasionalitas dalam arsitektur layaknya arsitektur itu
sendiri meski merupakan hasil permikiran atau konseptualisasi arsitek terhadap ruang dan solusi
permasahan namun tidak bisa subjektif.
Dalam teori arsitektur, rasionaliasi haruslah menjadi sebuah kebenaran terhadap data baik yang
merupakan interpretasi maupun ekspetasi namun disatu sisi haruslah bersifat obyektif. Pembuktian dan
penalaran teori atau konsep tersebut tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar dan naluri
manusia sebagai subyek sentral arsitektur.
Jika data diolah berdasarkan satu aspek saja, tanpa mempedulikan aspek lainnya, maka karya
arsitektural tersebut akan menjadi sebuah pembenaran semata, bukan suatu solusi ruang secara
menyeluruh terhadap kebutuhan atau permasalahan yang ada.