Anda di halaman 1dari 6

Nama : Devi Silvia

NIM : 321910096
Kelas : ARS.19D
UTS Mata Kuliah : Teori dan Kritik Arsitektur

1. Konfigurasi awal dalam mempelajari teori adalah memahami dan menelaah elemen,
karakteristik serta paradigma dasar. Namun bisa jadi untuk mempelajarinya, yaitu dengan
menyelidiki akarnya sebagai satu-kesatuan diantara banyak subjek pembentuk arsitektur.
Bagaimana Melihat hubungan tersebut memungkinkan kita untuk melihat peran serta
hubungan dengan subjek lain, dan bagaimana wawasan tentang ranah dari masing-
masing subjek dan bagaimana interaksinya.

JAWAB :
Sejarah adalah kombinasi ide-ide seperti manuskrip dan narasi yang saling berkaitan
dalam menyusun subjek. Dengan memulai pengamatan tentang pengertian sejarah dari bukti-
bukti secara langsung, diharapkan mampu membangun pemahaman tentang luasnya susunan
subjek tersebut. Pemahaman sejarah sebagai satu kejadian yang nyata memungkinkan untuk
mendapatkan sebuah informasi yang faktual. Oleh karena itu, mengapa sejarah itu sangat
penting. Karena tujuan sejarah adalah untuk menghubungkan orang, benda, tempat, waktu dan
statistik, namun juga menjelaskan informasi yang saling berkaitan. Hubungan dan deskripsi
memainkan peranan penting dalam membentuk sejarah. Gagasan sejarah terbentuk dari masa
lalu dan yang akan datang, semacam pola peristiwa yang dapat dipahami. Pandangan masa
lalu ini menunjukkan bahwa pembentukan lingkungan binaan dapat disampaikan melalui
catatan kronologis. Karya ini dapat diatur waktunya secara divergen dengan mengidentifikasi
dan menanggapi fakta berbeda, menciptakan sejumlah narasi yang menjelaskan masa lalu
sesuai dengan peristiwa yang dikenali. Namun berbeda pandangan dengan sejarah arsitektur;
pemahaman bangunan dapat terjadi melalui tindakan yang tidak reflektif dan kegiatan desain
terjadi tanpa komposisi yang jelas. Hal itu telah digambarkan John Hancook sebagai
tradisi,yang diterima tanpa pertanyaan. Sejarah menawarkan banyak hal, sementara tradisi
menangkap masa lalu dalam satu narasi. Luasnya pemahaman sejarah tidak terpaku pada
dokumentasi masa lalu tetapi sekarang memiliki kemampuan untuk menduga tentang definisi
dari lingkungan yang dibangun.
Kritik dapat didefinisikan secara umum sebagai keterlibatan dalam evaluasi dan
analisis untuk membahasa karya secara deskriptif. Bentuk penghakiman berkembang menuju
diskusi yang mencakup norma dan diskrimiansi dalam budaya. Peranan penting yang
dimainkan kritik dalam arsitektur dapat dilihat dengan fungsinya dalam disiplin ilmu. Diskui
mengenai topik dalam literatur memberikan banyak pengetahuan tentang kegiatan tersebut,
karena dialog kritik menawarkan pemahaman mendalam yang dapat diterapkan secara luas.
Wayne Shumaker dalam “Elements of Critical Theory”, yang membahas topik secara
mendalam. Menjelaskan bahwa kritik haruslah netral secara emosional, dan tidak dibuat
dengan tujuan merekomendasikan sesuatu yang paling baik Dalam menilai sesuatu, apa yang
hendak ditinjau haruslah terlebih dahulu diakui dan dipahami. Dengan cara ini, menentukan
fokus penelitian sebagai bagian dari kritik itu sendiri. Mengakui sesuatu yang layak ditinjau
menjadi praktik awal, menandakan bahwa standar telah diterapkan sejak awal. Oleh karena itu
penilaian dan analisis tidak berbeda secara signifikan dari afirmasi dan evalusi.
Mendefinisikan kritik sebagai diskusi yang cerdas melibatkan nilai yang ada. Analisis dan
evaluasi berpaktik sebagai jalur penyelidikan induktif. Dengan cara ini, kritik dan berteori
sebagai fitur yang sama.
Peran sejarah umumnya dianggap sebagai dokumentasi dan komunikasi informasi
tentang peristiwa masa lalu, yang dilengkapi dengan pemahaman pengetahuan tentang bentuk
dan ruang. Mahasiswa terkadang merasa bahwa subjek acapkali menawarkan presentasi data,
tetapi materi yang dibahas biasanya dikompilasi dengan cara mencakup alasan mengapa dan
bagaimana masa lalu terjadi. Hal ini perlu melibatkan pemahaman karena alasan dipilih
sejarawan, kemudian menjadi penjelasan yang berkaitan erat dengan teori. Namun berbeda
dengan kritik yang dipahami dengan cara berbeda dari teori dan sejarah. Karena fungsinya
sebagai bagian integral dari subjek ini. Umumnya dianggap sebagai tambahan daripada bagian
yang terpisah dan berbeda. Tentu saja kritik dapat dilihat sebagai tautan yang responsif dalam
menanggapi ide ataupun situasi yang faktual. Namun kritik memberikan fungsi yang penting
dalam disiplin ilmu karena mampu berfungsi baik sebagai analitis dalam praktik maupun
diskusi yang lebih umum. Ini membuatnya dapat berpraktik secara terpisah dan dianggap
sebagai pembahasan yang mampu berdiri sendiri. Fokus kritik sebagai topik memungkinkan
pemahaman yang lebih dalam, hal ini bertujuan untuk mengamati arsitektur. Kritik melibatkan
segala hal mulai dari mengenali dan menafsirkan ruang dan bentuk yang dibangun hingga
menerapkan berbagai langkah evaluatif. Terlebih dalam praktiknya memiliki niat konstruktif
atau destruktif, sehingga tujuan dasarnya dalam penilaian sebuah objek terlihat semu. Dalam
arsitektur, teori – sejarah – kritik merupakan sesuatu yang saling berkaitan. alitik yang bersifat
konstruktif. Teori, kritik, dan sejarah arsitektur penting dalam masyrakat yang dinamis.
Seiring dengan perkembangan teknologi dan ketidakpuasan akan masa lalu muncul atau
disebarluaskan kedalam sistem sosial, teori-kritik-sejarah menjadi relevan. Perubahan dapat
terjadi secara produktif bila terdapat kesadaran akan teori-sejarah dan kritik

2. Teori memainkan peran penting dalam disiplin ilmu. Teori dalam arsitektur adalah subjek
yang berdiri sendiri untuk menjelaskan desain secara komprehensif. Bahkan secara seksama
teori ditandai sebagai upaya untuk memberikan uraian tentang arsitektur secara menyeluruh
dan substantif.
Bagaimana memahami teori dalam arsitektur sebagai falsafah dan eksplikasi global.

JAWAB :
Sejarah dan kritik memiliki pendekatan dan peran yang proporsional dalam disiplin
ilmu. Sementara tugas spesifik dari subjek tersebut mungkin bisa dibilang berbeda.
Perbandingan yang diidentifikasi antara teori dan topik seperti sejarah, desain dan kritik
memungkinkan untuk memahami hubungan satu dengan yang lainnya. Subjek tersebut tidak
boleh dianggap terpisah. Sebagai contoh teori adalah klarifikasi, sejarah adalah dokumentasi
dari peristiwa masa lalu, kritik adalah ulasan terhadap karya. Teori dapat diuji dalam desain
dan proses desain dengan melibatkan sejarah dan kritik. Dari pemahaman ini, teori dapat
diidentifikasi di berbagai subjek, sehingga kompleksitas hubungan ini menjadi jelas. Istilah
"teori" digunakan banyak hal dalam arsitektur, mulai dari aturan dasar plumbing hingga
diskusi tentang isu terbaru yang menarik bagi kalangan arsitek. Hal ini dapat dipahami sebagai
topik sendiri atau bagian dari topik apa pun. Untuk mendefinisikan dan mendeskripsikan teori
adalah seraya melihat secara luas bidang dan peristiwa sejarah yang membentuk
pemahamannya. Dengan memahami subjek, maka penggunaan istilah ini akan lebih luas,
jelas, dan mudah dikomunikasikan. Meskipun, kita tidak akan pernah mencapai kesepakatan
yang sama. Teori telah menjadi subjek yang dianalisis berbagai pemikir di berbagai disiplin
ilmu. Dengan mencampurkan analisa tersebut memungkinkan untuk menyusun deskripsi,
menelaah elemen dan karakteristik dalam membingkai subjek yang lebih definitf.
Kegiatan perancangan arsitektur (the Architectural Design Activity) pada
kenyataannya baik di dunia akademis (di lingkungan kampus yang dilakukan oleh para
mahasiswa Jurusan Arsitektur) maupun di dunia praktis (di lingkungan profesional yang
dilakukan oleh para Arsitek/Perancang Bangunan) merupakan kegiatan yang paling
ditekankan sebagai kegiatan utama. Paradigmaparadigma lama maupun baru dalam kegiatan
pendidikan maupun profesional bidang Arsitektur, tetaplah menjaga secara konsisten serta
memberikan prioritas yang cukup besar terhadap bentukbentuk kegiatan yang berhubungan
dengan ‘perancangan arsitektur’.
Para mahasiswa Jurusan Arsitektur di dunia akademis maupun para profesional Arsitek
di dunia praktek/tempat kerja, pada kenyataannya tidak dapat lepas atau menghindar diri dari
kegiatan ‘perancangan arsitektur’. Mengapa demikian? Karena pada dasarnya ‘kegiatan
perancangan arsitektur’ (the architectural design activity) merupakan muara atau akhir dari
semua kegiatan bidang arsitektur. Kegiatan perancangan (arsitektur) selain sebagai muara juga
sebagai pengikat bagi kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan bidang arsitektur.
Bidang-bidang tentang ‘ilmu-ilmu’ arsitektur, bidang-bidang tentang ‘teknik dan
keteknikan/engineering’ arsitektur, maupun bidang-bidang tentang ‘seni/kesenian’ arsitektur,
semuanya pada akhirnya bermuara pada ujung kegiatan berupa kegiatan perancangan
(arsitektur).
Secara taksonomi keilmuan, ‘kegiatan perancangan’ arsitektur pada dasarnya
merupakan muara dari seluruh rangkaian kegiatan perencanaan dan perancangan bidang
arsitektur yang terbagi kedalam beberapa ranah/bidang garapan/bidang kajian (domain)
penting yang tidak dapat terpisahkan satu dengan lainnya. Setidaknya ditemukan dan dikenal
lima ranah-ranah penting dalam bidang Arsitektur yang perlu diketahui dan dipahami baik
oleh kalangan para akademisi maupun para profesional. Kelima ranah penting dalam arsitektur
tersebut adalah: (a) Ranah Keilmuan dalam Arsitektur (The Architectural Sciences Domain),
(b) Ranah Seni/Kesenian dalam Arsitektur (The Architectural Arts Domain), (c) Ranah
Teknik/Keteknikan dalam Arsitektur (The Architectural Engineering Domain), (d) Ranah
Filosofi/Filsafat dalam Arsitektur (The Architectural Philosophy Domain) dan (e) Ranah
Perancangan dalam Aritektur (The Architectural Design Domain).- (lihat [1]).
Jika dilihat dari siklus kegiatannya, maka kegiatan ‘perancangan arsitektur’ akan
didahului oleh pengetahuan-pengetahuan dasar utama, seperti misalnya: Teori Arsitektur dan
Metoda Perancangan Arsitektur. Pengetahuan-pengetahuan dasar ini sangat diperlukan sebagai
dasar atau landasan awal melakukan kegiatan perancangan arsitektur. Setelah melakukan
kegiatan perancangan arsitektur (baik yang dilakukan oleh para mahasiswa di studio atau
lingkungan kampus – maupun oleh para profesional arsitek di dunia kerja atau lingkungan
praktis), maka tahap selanjutnya yaitu melakukan kegiatan Evaluasi/Penilaian terhadap ‘Karya
Rancang-Bangun Arsitektur’. Kegiatan yang berisikan pemberian masukan (input) dan
penilaian (evaluasi) terhadap karya-karya rancang-bangun Arsitektur ini dikenal sebagai
kegiatan ‘Kritik Karya’ Arsitektur (The Critics of Architecture).
Kedudukan atau posisi Teori Arsitektur (The Architectural Theory) dalam kegiatan
perancangan arsitektur adalah sebagai pengetahuan atau wawasan dasar utama yang berfungsi
sebagai pengetahuan awal pendukung kegiatan perancangan arsitektur. Di dalam teori
arsitektur dibahas antara lain pokok-pokok pengetahuan yang berkaitan dengan:
definisi/pengertian tentang Arsitektur, ruang-lingkup, cakupan dan penekanan dalam
Arsitektur, wawasan-wawasan berkait dengan bidang arsitektur, kaidah-kaidah dasar hingga
kaidah-kaidah lanjut pada perancangan arsitektur, pengenalan domain-domain penting dalam
arsitektur hingga domain filosofis dalam arsitektur. Untuk memberi corak atau warna dalam
proses perancangan arsitektur (di dalam kegiatan studio), pada Teori Arsitektur diberikan:
‘pendekatan tipologis’ (the typologic approach) maupun ‘pendekastan tematis’(the thematic
approach) dalam arsitektur.
Dengan demikian peran dari Teori Arsitektur pada dasarnya adalah memberi
dukungan: pengetahuan dasar, kaidah-kaidah/prinsip-prinsip dalam perancangan arsitektur
hingga pembekalan berupa wawasan-wawasan Arsitektur secara mendasar dan menyeluruh
sehingga kegiatan perancangan arsitektur yang dilakukan dapat berjalan dengan baik. Kriteria
penilaian tentang perancangan arsitektur didapat selengkapnya melalui Teori Arsitektur, baik
yang menyangkut: ‘Benar’/‘Salah’ (the Right-ness/the Wrong-ness), ‘Tepat’/‘Tidak Tepat’
atau ‘Cocok’/‘Tidak Cocok’ atau ‘Nyaman’/‘Tidak Nyaman’ (the Adaptability and the
Confortibility) hingga kriteria ‘Indah’/‘Tidak Indah (Buruk)’ (the Beauty/the Ugly) tentang
Arsitektur – dapat dimiliki.

3. Teori dapat diuji dalam desain dan proses desain dengan melibatkan sejarah dan kritik.
Bagaiman mendefinisikan dan mendeskripsikan teori arsitektur secara luas pada subjek
bidang dan peristiwa sejarah.

JAWAB :
Arsitektur lahir dari dinamika antara kebutuhan (kebutuhan kondisi lingkungan yang
kondusif, keamanan, dsb), dan cara (bahan bangunan yang tersedia dan teknologi konstruksi).
Arsitektur prasejarah dan primitif merupakan tahap awal dinamika ini. Kemudian manusia
menjadi lebih maju dan pengetahuan mulai terbentuk melalui tradisi lisan dan praktik-praktik,
arsitektur berkembang menjadi ketrampilan. Pada tahap inilah terdapat proses uji coba,
improvisasi, atau peniruan sehingga menjadi hasil yang sukses. Seorang arsitek saat itu
bukanlah seorang figur penting, ia semata-mata melanjutkan tradisi. Arsitektur
Vernakular lahir dari pendekatan yang demikian dan hingga kini masih dilakukan di banyak
bagian dunia.
Permukiman manusia pada masa lalu pada dasarnya bersifat rural. Kemudian timbullah
surplus produksi, sehingga masyarakat rural berkembang menjadi masyarakat urban.
Kompleksitas bangunan dan tipologinya pun meningkat. Teknologi pembangunan fasilitas
umum seperti jalan dan jembatan nulai berkembang. Tipologi bangunan baru seperti sekolah,
rumah sakit, dan sarana rekreasi pun bermunculan. Arsitektur religius tetap menjadi bagian
penting di dalam masyarakat. Gaya-gaya arsitektur berkembang, dan karya tulis mengenai
arsitektur mulai bermunculan. Karya-karya tulis tersebut menjadi kumpulan aturan (kanon)
untuk diikuti khususnya dalam pembangunan arsitektur religius. Contoh kanon ini antara lain
adalah karya-karya tulis oleh Vitruvius, atau Vaastu Shastra dari India purba. Di
periode Klasik dan Abad Pertengahan Eropa, bangunan bukanlah hasil karya arsitek-arsitek
individual, tetapi asosiasi profesi (guild) dibentuk oleh para artisan / ahli
keterampilan bangunan untuk mengorganisasi proyek.
Pada masa Pencerahan, humaniora dan penekanan terhadap individual menjadi lebih
penting daripada agama, dan menjadi awal yang baru dalam arsitektur. Pembangunan
ditugaskan kepada arsitek-arsitek individual - Michaelangelo, Brunelleschi, Leonardo da
Vinci - dan kultus individu pun dimulai. Namun pada saat itu, tidak ada pembagian tugas yang
jelas antara seniman, arsitek, maupun insinyur atau bidang-bidang kerja lain yang
berhubungan. Pada tahap ini, seorang seniman pun dapat merancang jembatan karena
penghitungan struktur di dalamnya masih bersifat umum.
Bersamaan dengan penggabungan pengetahuan dari berbagai bidang ilmu
(misalnya engineering), dan munculnya bahan-bahan bangunan baru serta teknologi, seorang
arsitek menggeser fokusnya dari aspek teknis bangunan menuju ke estetika. Kemudian
bermunculanlah "arsitek priyayi" yang biasanya berurusan dengan bouwheer (klien)kaya dan
berkonsentrasi pada unsur visual dalam bentuk yang merujuk pada contoh-contoh historis.
Pada abad ke-19, École des Beaux-Arts di Prancis melatih calon-calon arsitek menciptakan
sketsa-sketsa dan gambar cantik tanpa menekankan konteksnya.
Sementara itu, Revolusi Industri membuka pintu untuk konsumsi umum, sehingga
estetika menjadi ukuran yang dapat dicapai bahkan oleh kelas menengah. Dulunya produk-
produk berornamen estetis terbatas dalam lingkup keterampilan yang mahal, menjadi
terjangkau melalui produksi massal. Produk-produk sedemikian tidaklah memiliki keindahan
dan kejujuran dalam ekspresi dari sebuah proses produksi.
Ketidakpuasan terhadap situasi sedemikian pada awal abad ke-20 melahirkan
pemikiran-pemikiran yang mendasari Arsitektur Modern, antara lain, Deutscher
Werkbund (dibentuk 1907) yang memproduksi objek-objek buatan mesin dengan kualitas
yang lebih baik merupakan titik lahirnya profesi dalam bidang desain industri. Setelah itu,
sekolah Bauhaus (dibentuk di Jerman tahun 1919) menolak masa lalu sejarah dan memilih
melihat arsitektur sebagai sintesis seni, ketrampilan, dan teknologi.
Ketika Arsitektur Modern mulai dipraktikkan, ia adalah sebuah pergerakan garda
depan dengan dasar moral, filosofis, dan estetis. Kebenaran dicari dengan menolak sejarah dan
menoleh kepada fungsi yang melahirkan bentuk. Arsitek lantas menjadi figur penting dan
dijuluki sebagai "master". Kemudian arsitektur modern masuk ke dalam lingkup produksi
massal karena kesederhanaannya dan faktor ekonomi.
Namun, masyarakat umum merasakan adanya penurunan mutu dalam arsitektur
modern pada tahun 1960-an, antara lain karena kekurangan makna, kemandulan, keburukan,
keseragaman, serta dampak-dampak psikologisnya. Sebagian arsitek menjawabnya
melalui Arsitektur Post-Modern dengan usaha membentuk arsitektur yang lebih dapat diterima
umum pada tingkat visual, meski dengan mengorbankan kedalamannya. Robert
Venturi berpendapat bahwa "gubuk berhias / decorated shed" (bangunan biasa yang interior-
nya dirancang secara fungsional sementara eksterior-nya diberi hiasan) adalah lebih baik
daripada sebuah "bebek / duck" (bangunan di mana baik bentuk dan fungsinya menjadi satu).
Pendapat Venturi ini menjadi dasar pendekatan arsitektur pasca-modern.
Sebagian arsitek lain (dan juga non-arsitek) menjawab dengan menunjukkan apa yang
mereka pikir sebagai akar masalahnya. Mereka merasa bahwa arsitektur bukanlah perburuan
filosofis atau estetis pribadi oleh perorangan, melainkan arsitektur haruslah
mempertimbangkan kebutuhan manusia sehari-hari dan menggunakan teknologi untuk
mencapai lingkungan yang dapat di tempati. Design Methodology Movement yang melibatkan
orang-orang seperti Chris Jones atau Christopher Alexander mulai mencari proses yang lebih
inklusif dalam perancangan, untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Peneilitian mendalam
dalam berbagai bidang seperti perilaku, lingkungan, dan humaniora dilakukan untuk menjadi
dasar proses perancangan.
Bersamaan dengan meningkatnya kompleksitas bangunan, arsitektur menjadi lebih multi-
disiplin daripada sebelumnya. Arsitektur pada masa sekarang membutuhkan sekumpulan
profesional dalam pengerjaannya. Namun, arsitek individu masih disukai dan dicari dalam
perancangan bangunan yang bermakna simbol budaya. Contohnya, sebuah museum senirupa
menjadi lahan eksperimentasi gaya dekonstruktivis, seperti Museum Yahudi.

Anda mungkin juga menyukai