3212100071
PUTRI INDIARTRI N. 3212100073
awalnya dirumuskan. Namun, pada beberapa kasus terdapat keadaan dimana sebuah
teori dipahami dalam suatu era, namun tidak terdapat tulisan mengenainya, padahal telah
terdapat bukti berupa arsitektur yang telah terbangun berdasarkan teori tersebut.
Terkecuali Vitruvius, kasus seperti ini banyak terjadi pada masa kuno.
kesepakatan dalam hal ini, dan penginterpretasian sering kali bersifat subyektif. Analisis
arsitektur secara historis kemudian seringkali bersifat ambigu dan tidak sesuai dengan
teori-teori yang ada di baliknya. Bukti tertulis dari teori-teori kemudian menjadi sebuah
keharusan, yang lalu membuat teori arsitektur selalu berhubungan erat dengan tulisan.
Namun dengan batasan inipun, teori arsitektur tetap melibatkan pengamat sebagai
bagian dalam prosesnya, sehingga subyektivisme masih terjadi walau mungkin dengan
derajat yang lebih kecil. Sistem historis kemudian perlu dimengerti untuk mengatasi
keadaan ini, dalam artian dasar pemikiran dan tujuan mereka. Penilaian setiap sistem
teoretis harus dilihat berdasarkan tujuan mereka masing-masing, dan kepada siapa
mereka ditujukan.
seakan mengasumsi bahwa kualitas dalam teori arsitektur meningkat seiring berjalannya
waktu. Padahal, stagnasi atau bahkan kemunduran seringkali terjadi. Maka dari itu,
perkembangan teori arsitektur tidak dapat direduksi menjadi rumusan-rumusan seperti
dalam teori seni, atau dalam konteks sastra. Hal ini membuat teori arsitektur bersifat
polivalen; ruang lingkupnya tidak dibatasi. Sisi lain dalam hal ini menyangkut tentang
sikap yang harus diambil terhadap isu-isu praktis, seperti konstruksi, material, efisiensi, dan
lain sebagainya, mengenai sejauh apa mereka dibawa ke dalam rangka kerja buku seperti
ini, dan seberapa penting aspek-aspek ini bagi teori-teori yang bersangkutan.
Mayoritas program-program yang berisi teori arsitektur mengombinasikan aspek-
aspek estetika, sosial, dan praktis sebagai satu kesatuan. Penekanan pada salah satunya
akan kemudian mengembangkan hal lain. Contohnya jika penekanan terjadi pada aspek
teoretis akan lebih condong ke bidang kritik, atau jika lebih banyak menyingkap masalah
teknis, format luaran akan lebih seperti handbook yang biasanya dipenuhi oleh kompilasi
bagian-bagian individu sebuah vila, untuk didiskusikan secara terpisah. Namun, hal ini
rawan akan terjadinya pengabaian konteks teoretis. Selain itu, seseorang juga rentan
secara keseluruhan ataupun parsial, yang berdasarkan pada kategori estetika. Definisi ini
masih berlaku bahkan jika aspek estetika ini direduksi menjadi aspek fungsional. Definisi ini
juga dapat bersifat lebih terbuka, dengan tidak memberi batasan yang terlalu tegas
antara teori estetik dan teori artistik di satu sisi, serta aspek teknologi di sisi lain. Selain itu,
terdapat pula hubungan yang erat antara teori arsitektur dan bidang sejarah lainnya,
khususnya arkeologi, sejarah arsitektur, dan sejarah seni. Menariknya, hal ini juga terjadi
pada area yang bertumpuk antara dunia utopia politik dan sosial, dimana pemikiran-
pemikiran mengenai masyarakat dapat diekspresikan dalam bentuk pemikiran tentang
arsitektur.
Untuk mengapresiasi bagaimana para arsitek memandang tugas mereka, penting
bagi kita untuk mengerti fondasi teoretis yang berlaku pada masa tersebut dan
evolusinya. Teori arsitektur merupakan konteks historis yang kausatif. Sistem-sistem baru
selalu bermunculan dari sistem-sistem lama; tak ada yang namanya sistem baru. Maka
dari itu, teori arsitektur selalu berkaitan dengan sejarah. Hal-hal yang ada pada masa kini
berkaitan dengan subjek yang akan dikerjakan menjadi hal yang sangat diperlukan, atau
bisa disebut sebagai prasyarat dalam berarsitektur. Teori-teori tersebut akan sangat
yang tidak berdasar pada suatu teori tertentu akan bersifat klise dan sewenang-wenang.
Lantas bagaimanakah hubungan antara teori arsitektur dengan arsitektur? Apakah
teori ex post facto merupakan pembenaran / melengkapi / memperkuat apa yang sudah
terbangun? Ataukah teori tersebut menghasilkan suatu program / syarat apa yang harus
ada dalam sebuah arsitektur? Kedua hal tersebut menimbulkan kemelut dan
menimbulkan tafsir yang berbeda. Bisa saja teori tersebut menggambarkan kondisi
arsitektur yang ada sebenarnya, dan bisa saja menggambarkan kondisi yang diinginkan
dari relasi antara teori arsitektur dengan arsitektur.
Muncul berbagai kritik yang bersifat menolak gagasan teori arsitektur yang
mempengaruhi praktik. Salah satu kritik berasal dari Emil Kauffman (1924) dimana ia
mengatakan bahwa teori ataupun kritik yang menginterverensi kreasi artistik seakan tidak
dapat dipertahankan. Kreasi di masa depan akan berhutang banyak terhadap terhadap
karya asalnya, seperti emosi yang ditimbulkan, pola asumsi intelektual yang dihadirkan
pada suatu jaman tertentu, dan masih banyak lagi faktor yang lain. Kreasi seni yang
terikat pada teori arsitektur seakan-akan terkesan tidak bebas, sehingga menimbulkan
kesan teori arsitektur tidak lebih dari ekspresi zaman dan hanya akan menjadi sebuah
Dewasa ini, tidak dapat dipungkiri bahwa arsitektur mulai jaman Renaisans sampai
Neo-Klasik terlihat sangat berbeda dari pengaruh teori Vitruvius. Studi mengenai
arsitektur klasik dan studi mengenai Vitruvius sebenarnya saling melengkapi, namun
kedua hal tersebut memiliki jalur yang berbeda.
estetika muncul dari norma-norma yang telah disetujui. Hal ini pada akhirnya akan
menghambat kreativitas. Teori arsitektur dapat membuat ketentuan yang mengarahkan
berjalan dengan baik. Sebuah teori terdahulu dapat menjadi sebuah pernyataan,
penyusunan dari praktik maupun program. Arsitektur yang kemudian merespon teori
tersebut akan menjadi tolak ukur kegunaan sebuah teori arsitektur. Namun apakah
sebuah arsitektur yang baik adalah arsitektur yang sesuai dengan teori arsitektur? Palladio
dan Frank Lloyd Wright misalnya. Mereka tidak akan pernah dapat memahami
arsitekturnya apabila mereka tidak kenal dengan teori arsitektur. Namun memang tidak
ada penjelasan sederhana mengenai hubungan teori arsitektur dengan arsitektur itu
sendiri.
Teori arsitektur dalam sejarahnya diwarnai oleh berbagai ideologi politik, bahkan
sudah menjadi ideologi itu sendiri. Kedudukan teori arsitektur dalam tiap jaman, negara,
budaya selalu berbeda-beda. Contohnya di Prancis pada masa Colbert, teori arsitektur
mememenuhi kaidah norma dan fungsi, namun menahan kebebasan intelektual.
Sementara pada masa totalitarian, hal tersebut menurun dikarenakan karena adanya
keseragaman.
Teori arsitektur harus dilihat sebagai sebuah prinsip di dalam konteks sejarah.
Apabila sebuah bentuk dalam arsitektur mengadaptasi bentuk dari bentuk sejarah dan
melepas latar belakang nilai historikalnya, maka nilai sejarahnya pun akan hilang. Ide
estetika sebenarnya bukanlah hal yang paling penting; yang terpenting adalah ketika
dibawah suatu keadaan dan mengandung berberapa konteks.
Sistem teori arsitektural harus dipahami sebagai kesatuan dan bagian dari sekuens
historis. Pertama kita harus paham sistem itu sendiri, baru kita dapat melakukan penilaian
kritis. Untuk berlaku adil pada sebuah sistem, perlu dilakukan pengukuran yang melawan
klaim dari sebuah sistem sebelum akhirnya membuat sebuat putusan kritis atas sistem
tersebut.
Buku karangan Hanno-Walter Kruft ini berusaha ditulis dengan tidak berpihak
Buku ini memiliki tujuan untuk menjaga kerangka sejarah, namun debat – debat
pasca Perang Dunia II yang muncul dirasa terlalu dini untuk dinilai dalam konteks sejarah.
Hanno menilai dirinya sebagai partisipan yang terlibat dalam pengembangan sejarah teori
arsitektur dan sebagai observan kritis.
KESIMPULAN
Teori arsitektur terdiri dari sistem tertulis arsitektur apapun, baik secara
keseluruhan ataupun parsial, yang berdasarkan pada kategori estetika dan merupakan
sejarah kausatif. Ambiguitas dan subyektivitas dalam bidang yang polivalen ini dapat
dihindari dengan selalu mengevaluasi sudut pandang pada masa teori-teori tersebut
yang sudah pasti teori arsitektur dipengaruhi oleh jaman dan budaya yang berlaku
disuatu tempat. Sehingga memungkinkan akan ada teori-teori arsitektur yang akan
suatu praktik dalam arsitektur sehingga dapat digunakan untuk memperkuat arsitektur itu
sendiri, sebab teori arsitektur mengandung makna yang dalam dari beberapa
berkonsep maupun sampai tahap rancangan. Teori arsitektur juga sebagai petunjuk untuk
menentukan sebuah keputusan. Banyak yang mengatakan bahwa proses desain adalah
sesuatu yang terus berkembang. Oleh karena itu, dengan adanya teori akan lebih paham
tentang batasan sejauh mana desain tersebut harus dirancang hingga dikatakan sebuah
arsitektur, bagaimana peran dan pengaruh desain arsitektur tersebut dengan lingkungan
sekitar, dan bagaimana mendesain yang “sistematis” supaya terarah mencapai tujuan
desain.
Teori dalam arsitektur sendiri bukanlah sesuatu yang terukur atau presisi. Teori
dalam arsitektur cenderung bersifat sintesis daripada analitis. Hal ini dikarenakan arsitektur
merupakan sesuatu yang kompleks dimana arsitektur juga berhubungan dengan manusia
sebagai pengguna. Teori dalam arsitektur diaplikasikan untuk memberi arahan dalam
merancang namun tidak dapat memprediksi bagaimana hasil dalam rancangan tersebut.
Teori arsitektur berbeda dengan teori sains dimana segala proyek sains yang
berlandaskan teori akan dapat diprediksi sedangkan arsitektur tidak. Sebagai contoh,
seorang arsitek merancang sebuah hotel. Rancangannya sudah memenuhi teori – teori
arsitektur yang ada. Namun, karena faktor manusia, lingkungan, ternyata hotel tersebut
dihancurkan karena dapat meningkatkan kriminalitas lingkungan sekitar.
Teori dalam arsitektur dibedakan menjadi tiga, yaitu pengertian arsitektur, peran
arsitektur, dan bagaimana arsitektur dirancang. Penjelasan masing – masing adalah
sebagai berikut :
WHAT ARCHITECTURE IS
1. Mathematical analogy
Arsitektur adalah sesuatu yang memiliki
2. Biological analogy
Pendekatan ini melihat arsitektur sebagai sebuah proses alam, bukanlah sebuah
proses estetis. Hal ini seperti konsep arsitektur organik yang diterapkan dalam
falling water house karya Frank llyod Wright. Arsitektur ini mengikuti alur alam,
seakan ‘menghormati’ alam. Arsitektur dilihat sebagai pendatang baru di alam,
4. Linguistic analogy
Linguistik secara harfiah bahasa. Analogi linguistik
disampaikan kepada pengamat. Ada tiga macam Ekspresi arsitektur yang lengkung
sebagai respons lahan yang datar.
linguistik yang disampaikan sebuah arsitektur.
Pertama adalah arsitektur sebagai massa gramatik. Hal ini berarti arsitektur
memiliki batasan supaya arsitektur dapat dimengerti oleh banyak orang. Salah
skala monumental. Hal ini menunjukkan bahwa bank tersebut memiliki kekuatan
terhadap segala resiko.
5. Mechanical analogy
Pemikiran yang ada pada analogi adalah arsitektur
sebuah bangunan.
6. Problem-solving analogy
Dalam hal ini arsitektur dikatakan sebagai penyelesaian sebuah masalah secara
sistematis, terarah,pemikiran logika. Arsitektur adalah sesuatu yang disengaja.
Arsitektur seperti dapat dipelajari oleh semua orang karena melalui proses yang
sistematis seperti melakukan sebuah penelitian. Arsitektur tidak lagi
menggunakan rasa atau instuisi. Arsitektur menjadi sebuah proses yang rasional.
Dapat dikatakan pulan sebagai penelitian desain yang setidaknya memenuhi tiga
Analogi ini melihat arsitektur sebagai sebuah bangunan yang responsif. Arsitektur
sebaiknya menyesuaikan dengan
dengan ukuran ubin. Hasil dari arsitektur ini dapat dikatakan sebagai modular.
sebagai contoh adalah The Charles Eames House.
memenuhi kebutuhan pengguna, namun harus tepat guna pula. Dapat dikatakan
pula harus ada efisiensi dalam karya arsitektur. Hal ini disesuaikan dengan
9. Dramaturgical analogy
Dramaturgical digunakan sebagai istilah saja, namun tidak berarti secara harfiah
bahwa arsitektue adalah sebuah drama. Disini ditekankan bahwa arsitektur dapat
mengatur perilaku manusia. Arsitektur dapat mengarahkan manusia. Arsitektur
Hal – hal yang perlu dicapai pada sebuah arsitektur sehingga memenuhi hal – hal
yang harus dilakukan supaya arsitektur tersebut sesuai dengan konsep tujuannya.
Terdapat dua hal yang perlu diperhatikan untuk mencapai tujuan dari arsitektur,
yaitu :
1. General goals
Banyak para ahli yang berpendapat tentang aspek – aspek yang harus
terhubung antara sosial, teknik, ekonomi, psikologi. Aspek – aspek ini tentu
dapat berubah lagi seiring perubahan lingkungan yang diikuti oleh
pemikiran baru terhadap hal – hal yang harus dipenuhi pada sebuah
arsitektur.
karakter yang berbeda baik secara sosial maupun fenomena alamnya. Oleh
karena itu, setiap negara atau wilayah akan memiliki respons arsitektur yang
HOW TO DESIGN
1. Staffing
Arsitektur merupakan sebuah bangunan yang kompleks. Seorang arsitek
tentu saja tidak dapat berdiri sendiri untuk dapat menghasilkan sebuah
karya arsitektur. Disiplin ilmu lain juga diperlukan untuk menghasilkan
Induktif, yaitu merancang yang berawal dari detail – detail. Detail – detail ini
kemudian membentuk bangunan secara utuh. Sebagai contoh, sebuah
dapur tidak boleh dilewati tamu, maka dapur diletakkan di belakang. Untuk
efisiensi perpipaan, maka dapur diltekkan berdampingan dengan kamar
mandi. Kamar mandi dekat dengan area servis namun tidak berdekatan
dengan area ruang tamu dan ruang makan, dan seterusnya. Sehingga
dulu atau struktur dulu adalah pilihan. Namun, penentuan skala prioritas ini
membantu rancangan menjadi lebih fokus. Dapat pula menghasilkan
mengikuti. Atau justru mengutamakan The Pompidou Centre By Renzo Piano And
Richard Roger
sistem bangunan seperti utilitas,
KRITIK
Kritik dalam arsitektur adalah rekaman dari tanggapan terhadap lingkungan
buatan. Tidak hanya yang bersifat negatif, pada hakikatnya kritik bermaksud untuk
menyaring dan memisahkan. Ciri pokok dari kritik adalah penilaian, bukan pembedaan.
Media
Media yang digunakan untuk merekam tanggapan tersebut sangatlah penting.
Media yang paling terkenal untuk kritik arsitektur yaitu berupa kata-kata yang tertulis,
sedangkan media lain yaitu seperti foto, sketsa kartun, atau ukuran-ukuran tertentu.
Beberapa jenis kritik tidak dapat disampaikan secara baik dalam bentuk tulisan yang
tercetak, contohnya reaksi penduduk pada rancangan perumahan umum biasanya dalam
bentuk lisan atau melalui perbuatan penduduk sendiri pada bangunan tersebut—atau
bahkan kekerasan. Maka kita perlu mengetahui dan memanfaatkan metode-metode lain
Metode
Kritik yang dikemukakan oleh kritikus yang tidak memahami sifat dan potensi
metode yang digunakan akan menjadi kurang efektif. Metode-metode konvensional yang
Dasarnya berupa doktrin, sistem, tipe, atau ukuran. Hal ini digunakan
sebagai pedoman uintuk menilai rancangan bangunan dan kota,
2. Interpretive Criticism
kritikus untuk membuat orang lain melihat lingkungan buatan seperti yang
dilihatnya. Biasanya dengan menggunakan kiasan atau analogi untuk
Audience
Pada akhirnya media dan metode harus dipandang oleh pengamat tertentu.
Dalam kritik arsitektur pengamatnya beragam, ada pengamat yang menjadi arsitek dari
suatu bangunan. Maka yang akan terjadi adalah kritikus memberikan tanggapan sesudah
pembangunan selesai dan setelah bangunan ditempati. Ada juga arsitek secara umum,
kritikus akan ingin menyampaikan pandangan baru atau mengajarkan suatu prinsip
tertentu. Para klien, calon penghuni bangunan baru, dan ahli sejarah arsitektur juga
merupakan seorang pengamat. Para kritikus tidak hanya menulis kritik untuk kesenangan
SEJARAH
Dalam pendidikan arsitek, sejarah mempunyai peranan yang cukup banyak. Ada
tiga aspek sejarah arsitektur yang penting diperhatikan yaitu; isinya (bahan apa yang layak
dimasukkan), metode (bagaimana bahan dirumuskan dan disajikan), dan dampak apa
yang diciptakan pengetahuan sejarah terhadap pendidikan arsitektur.
Isi penggarapan sejarah yang ditulis oleh para ahli sejarah mencakup hal-hal
mulai dari yang abstrak berbentuk teori—sampai hal yang khusus seperti ukuran-ukuran
menjadi perhatian penting dari sejarah. Sistem modul, geometri, tipologi standar,
dan metode perancangan lain mempunyai akibat berbeda dalam bentuk dan ciri
bangunan.
4. Bangunan dan Dokumen-Dokumen yang Terkait—pada akhirnya bangunan itu
kehidupan subjek.
Impact in Education
Sejarah merupakan bagian dari pendidikan arsitek yang sangat penting, dimana
bukan hanya kita mempelajari sejarah namun juga kita harus belajar dari sejarah.
KESIMPULAN
yang diberikan oleh para kritikus juga berdasarkan teori-teori serta sejarah yang berupa
fakta-fakta.
Teori, kritik, dan sejarah arsitektur penting dalam masyarakat yang mengalami
perubahan. Ditempat teknologi-teknologi baru dikembangkan, dan dimana
ketidakpuasan akan masa lalu muncul atau disebarluaskan kedalam sistem sosial, teori—
kritik—sejarah menjadi relevan. Perubahan dapat terjadi secara produktif bila terdapat