Anda di halaman 1dari 4

1.

PROSEDUR SEGITIGA
Berdasarkan ukuran dan jenis sisinya, segitiga dibagi menjadi tiga yaitu
segitiga sama kaki, segitiga sama sisi, dan segitiga sembarang. Berdasarkan sudutnya
yaitu segitiga lancip, segitiga siku-siku dan segitiga tumpul. Rumus segitiga yaitu :

atau

Contoh:
1. Diketahui sebuah segitiga memiliki ukuran alas dan = 8 cm dan tinggi = 6 cm maka
luas segitiga tersebut?
Pembahasan :

2. Suatu segitiga memiliki panjang sisi yang sama memiliki panjang sisi yang sama 18
cm. hitung berapa keliling segitiga sama sisi tersebut
Jawaban :

2. Miskonsepsi dalam penyelesaian segitiga


miskonsepsi dapat didefinisikan sebagai suatu pemahaman yang salah atau tidak
sesuai terhadap konsep tertentu. Atau dengan kata lain dapat dinyatakan sebagai konsepsi
yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima oleh para
ilmuwan.
Berikut merupakan kesalahan-kesalahan peserta didik yang sering didapatkan
dalam penyelesaian suatu permasalahan segitiga.
 kesalahan konseptual yaitu siswa menggambarkan segitiga dengan asal-asalan
dengan bentuk yang diingatnya, akibatnya apabila gambar diukur menggunakan
busur besar sudutnya ada yang kurang dari 90° dan ada yang lebih dari 90°. Dan
tidak menuliskan tanda kuadrat pada rumus dan siswa salah dalam mesakukan
nilai p dan q.
 kesalahan prosedural yaitu siswa salah dalam menuliskan tanda yang seharusnya
ditulis tanda kurang (-) namun siswa menulisnya dengan tanda sama dengan (=)
pada proses penyelesaian misal, 16 = 25 − 96 atau kesalahan berupa saat menarik
akar pada ruas kanan, tetapi di ruas kiri masih dalam bentuk kuadrat. Padahal
seharusnya setelah ruas kiri dalam bentuk c maka ruas kanan baru ditarik akar
pangkat dua.
 kesalahan komputasi yaitu kesalahan yang terjadi pada proses perhitungan.

3. Isu-Isu Terkait Pembalajaran segitiga


Isu dalam bahasa matematika merupakan perbedaan-perbedaan pendapat
atau pandangan yang di dapat dari pemahaman akan suatu konsep dalam
pembelajaran matematika, sehinga dapat menimbulkan miskonsepsi. Umumnya
dalam penerapan bahasa ini sebenarnya memiliki kesamaan namun jika diartikan
secara logika oleh siswa atau guru akan berbeda sesuai dengan pendapat dan
pemahamannya. Faktor yang menyebabkan perbadaan dalam bahasa matematika ini
adalah struktural bahasa dan budaya disetiap siswa berada dan ditambah terbatasnya
pengetahuan dan konteks berpikir.
Misalnya pemahaman akan fakta bilangan 25, jika ditafsir angka 25
merupakan bilangan asli yang dapat dihasilkan dari operasi perkalian, pembagian,
maupun pengurangan dan penambahan suatu bilangan.
Dalam kenyataannya, matematika yang ada dalam suatu buku teks tidak
hanya dikomunikasikan oleh pengarangnya dengan bahasa simbol. Namun,
matematika juga diungkapkan dan dijelaskan melalui kata-kata tertulis. Contohnya,
simbol m dan r masing- masing merepresentasi gradien suatu garis lurus dan
hipotenusa atau jari-jari-jari suatu lingkaran. Istilah gradien umumnya diartikan
sebagai kemiringan garis lurus, namun demikian ketika kosakata gradien diartikan
sebagai kemiringan garis, terindikasi menjadi penyebab miskonsepsi. Indikasi ini
terungkap dari jawaban siswa saat diberi gambar segitiga ABC siku-siku di B seperti
di bawah ini

a c

Mereka gagal menentukan gradien garis AC, padahal saat segitiga ABC dalam posisi
seperti berikut mereka dapat menentukannya.

a b

Dari beberapa kasus di atas menunjukkan bahwa kosakata “gradien” yang diartikan
sebagai sisi miring gagal diaplikasi oleh siswa. Diprakirakan penyebabnya adalah
kata “miring”, karena istilah tersebut menjadi penghambat saat gambar segitiga
ABC jika semua sisinya dalam kondisi miring.
Daftar pustaka

Ega Dian Resliana, Rahmatya Nurmeidina (2020) Analisis Kesalahan Siswa Smp Dalam
Menyelesaikan Soal Pemahaman Konsep Teorema Phytagoras.

Nur Hasan (2019) Analisis Kesalahan Siswa Kelas VIII Dalam Menyelesaikan Soal Cerita
Terkait Teorema Pythagoras.

Sugiatno, Nurul Husna (2020) Isu-Isu Kosakata Matematis dalam Pembelajaran Matematika.

Anda mungkin juga menyukai