Makalah Farmasi Rumah Sakit Perencanaan Dan Pengadaan Perbekalan Farmasi Di Rumah Sakit
Makalah Farmasi Rumah Sakit Perencanaan Dan Pengadaan Perbekalan Farmasi Di Rumah Sakit
Disusun oleh:
Kelompok 1
Fikry Awaluddin
1406664612
Abni Rahmi Nopitasari 1406664114
Citra Rezza Aurora P.P. 1406664266
Maipa Deapati 1406664556
Ika Luluk Tri Wandari 1406664455
Neneng Nurhalimah 1406664644
Shinta Puspitasari 1406664732
2015
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................................................i
BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah.....................................................................................................................2
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................2
1.4 Metode.........................................................................................................................................2
BAB 2 ISI........................................................................................................................................3
2.1 Perbekalan Farmasi......................................................................................................................3
2.2 Perencanaan.................................................................................................................................3
2.2.1 Tahap – Tahap Perencanaan.................................................................................................4
2.2.1.1 Tahap Pemilihan...............................................................................................................4
2.2.1.2 Tahap Kompilasi Pemakaian............................................................................................4
2.2.1.3 Tahap Perhitungan Kebutuhan.........................................................................................4
2.2.1.4 Tahap Proyeksi Kebutuhan...............................................................................................9
2.2.1.5 Tahap Penyesuaian Rencana Pengadaan..........................................................................9
2.3 Pengadaan..................................................................................................................................11
2.3.1 Metode Pelaksanaan Pengadaan.........................................................................................12
2.3.1.1 Pembelian......................................................................................................................12
2.3.1.2 Produksi.........................................................................................................................14
2.3.1.3 Pinjaman........................................................................................................................18
2.3.1.4 Hibah.............................................................................................................................20
2.3.1.5 Menukar.........................................................................................................................24
2.3.1.6 Konsinyasi.....................................................................................................................24
2.3.2 Cara Pengadaan Obat Yang Baik........................................................................................26
BAB 3 KESIMPULAN................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................30
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu bagian atau unit atau divisi atau
fasilitas di rumah sakit, tempat penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan kefarmasian
yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri. Seperti diketahui, pekerjaan
kefarmasian adalah pembuatan, termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan
pengadaan, penyimpanan dan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan
obat tradisional. Berdasarkan hal-hal tersebut IFRS dapat didefinisikan sebagai suatu
departemen atau unit atau bagian di suatu rumah sakit di bawah pimpinan seorang apoteker
dan dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan kompeten secara profesional, tempat atau fasilitas
penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan
kefarmasian, yang terdiri atas pelayanan paripurna, mencakup perencanaan; pengadaan;
produksi; penyimpanan perbekalan kesehatan atau sediaan farmasi; dispensing obat
berdasarkan resep bagi penderita rawat tinggal atau rawat jalan; pengendalian mutu; dan
pengendalian distribusi dan penggunaan seluruh perbekalan kesehatan di rumah sakit;
pelayanan farmasi klinik umum dan spesialis.
1.3 Tujuan
Memahami tahap-tahap penting pada perencanaan perbekalan farmasi.
Memahami tahap-tahap penting pada pengadaan perbekalan farmasi.
1.4 Metode
Pembuatan makalah ini menggunakan metode studi pustaka, yaitu melalui buku dan
e-book yang berkaitan dengan tema makalah serta melalui penelusuran situs atau jurnal
yang dapat dipercaya dari media internet.
BAB 2
ISI
2.1 Perbekalan Farmasi
2.2 Perencanaan
a. Obat dipilih berdasarkan seleksi ilmiah, medik dan statistik yang memberikan efek
terapi jauh lebih baik dibandingkan resiko efek samping yang akan ditimbulkan.
b. Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin, hal ini untuk menghindari duplikasi dan
kesamaan jenis. Apabila terdapat beberapa jenis obat dengan indikasi yang sama
dalam jumlah banyak, maka kita memilih berdasarkan Drug of Choice dari penyakit
yang prevalensinya tinggi.
c. Jika ada obat baru, harus ada bukti yang spesifik untuk efek terapi yang lebih baik.
d. Hindari penggunaan obat kombinasi kecuali jika obat tersebut mempunyai efek yang
lebih baik dibandingkan obat tunggal.
1. Metode Konsumsi
Metode konsumsi adalah metode yang didasarkan atas analisa data
konsumsi obat tahun sebelumnya. Untuk menghitung jumlah obat yang dibutuhkan
berdasarkan metode konsumsi perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
A = ( B+C+D)- E
2. Metode Morbiditas.
3. Metode Kombinasi
Merupakan gabungan dari metode konsumsi dan metode epidemiologi.
Dalam metode ini, anggaran yang diperlukan disesuaikan dengan yang tersedia.
Penyusunan perencanaan mengacu pada :
1. DOEN, formularium, standar treatmen, kebijakan setempat
2. Data catatan medik / rekam medik
3. Anggaran
4. Penetapan prioritas
5. Pola penyakit
6. Sisa persediaan
7. Data penggunaan periode yang lalu
8. Rencana pengembangan
4. Metode Anggaran
a. Analisa ABC.
Berdasarkan berbagai pengamatan dalam pengelolaan obat, yang paling
banyak ditemukan adalah tingkat konsumsi pertahun hanya diwakili oleh relatif
sejumlah kecil item. Sebagai contoh, dari pengamatan terhadap pengadaan obat
dijumpai bahwa sebagian besar dana obat (70%) digunakan untuk pengadaan, 10%
dari jenis/item obat yang paling banyak digunakan sedangkan sisanya sekitar 90%
jenis/item obat menggunakan dana sebesar 30%. Oleh karena itu analisa ABC
mengelompokkan item obat berdasarkan kebutuhan dananya, yaitu :
Kelompok A : Adalah kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencana pengadaannya
menunjukkan penyerapan dana sekitar 70% dari jumlah dana obat keseluruhan.
Kelompok B : Adalah kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencana pengadaannya
menunjukkan penyerapan dana sekitar 20%.
Kelompok C : Adalah kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencana pengadaannya
menunjukkan penyerapan dana sekitar 10% dari jumlah dana obat keseluruhan.
b. Analisa VEN.
Salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi penggunaan dana obat yang
terbatas adalah dengan mengelompokkan obat yang didasarkan kepada dampak tiap
jenis obat pada kesehatan. Semua jenis obat yang tercantum dalam daftar obat
dikelompokkan kedalam tiga kelompok berikut :
Kelompok V : Adalah kelompok obat yang vital, yang termasuk dalam kelompok ini
antara lain:
Obat penyelamat (life saving drugs).
Kelompok E : Adalah kelompok obat yang bekerja kausal, yaitu obat yang bekerja
pada sumber penyebab penyakit.
Kelompok N : Merupakan obat penunjang yaitu obat yang kerjanya ringan dan biasa
dipergunakan untuk menimbulkan kenyamanan atau untuk mengatasi keluhan ringan.
Penggolongan obat sistem VEN dapat digunakan untuk :
1. Penyesuaian rencana kebutuhan obat dengan alokasi dana yang tersedia. Obat-
obatan yang perlu ditambah atau dikurangi dapat didasarkan atas
pengelompokan obat menurut VEN.
b. Konsumsi
c. Target kondisi
d. Biaya
2.3 Pengadaan
2.3.1.1 Pembelian
Keuntungan dari metode tender terbuka ini adalah stabilitas harga terjamin
dan harga lebih murah dan persediaan/stock barang untuk jangka waktu tertentu
terjaga (aman). Sedangkan kerugiannya adalah proses lama (problem kekosongan
obat), membutuhkan tempat penyimpanan yang luas, dan resiko obat macet.
2) Tender terbatas
Tender terbatas dikenal juga dengan lelang tertutup. Hanya dilakukan pada
rekanan tertentu yang sudah terdaftar dan mempunyai riwayat yang baik. Harga
masih dapat dikendalikan, tenaga dan beban kerja lebih ringan bila dibandingkan
dengan tender terbuka.
b. Kontrak
Disebut juga pengadaan dengan negosiasi, dimana pembeli melakukan
pendekatan pada beberapa supplier (biasanya 3 atau lebih) untuk menentukan harga.
Pembeli juga dapat melakukan tawar-menawar dengan para supplier untuk
memperoleh harga atau pelayanan tertentu.
2.3.1.2 Produksi
Kegiatan produksi yang dilakukan oleh sub instalasi produksi farmasi ada dua, yaitu:
Kegiatan produksi steril yang akan dilakukan sub instalasi produksi farmasi:
a. Total Parenteral Nutrition (TPN)
Total parenteral nutrition adalah membuat atau mencampur bahan nutrisi
yang berisi asam amino, karbohidrat dan lipid yang steril dengan kadar yang
sesuai kebutuhan masing-masing pasien, sehingga dihasilkan sediaan yang steril.
Ruang untuk TPN bertekanan positif dari pada di luar karena obat ini tidak
berbahaya hanya saja dalam pembuatannya harus steril.
b. IV admixture
Merupakan proses pencampuran obat steril ke dalam larutan intravena
steril untuk menghasilkan suatu sediaan steril yang bertujuan untuk penggunaan
intra vena (i.v). Ruang lingkup dari IV admixture :
1) Pelarutan serbuk steril
2) Menyiapkan suntikan IV sederhana (tunggal)
3) Menyiapkan suntikan IV kompleks
Obat ini diberikan pada bagian produksi obat steril maksimal sehari
sebelum dilakukan kemoterapi. Sebelum obat dibuat harus dilakukan pengecekan
apakah pasien jadi dikempoterapi pada waktu yang telah ditentukan atau tidak.
Jika tidak maka obat tidak boleh disiapkan, karena obat harus diberikan segera
setelah direkonstitusi mengingat ketidakstabilan obat dan jika terlalu lama
disimpan maka obat menjadi rusak.
a. Pembuatan
Sub instalasi produksi farmasi memproduksi obat non steril berdasarkan
master formula. Produksi obat dilakukan dengan mengisi formulir pembuatan
obat. Tahapan pembuatan obat dilakukan berdasarkan urutan seperti contoh yang
terdapat pada formulir pembuatan obat dan pada setiap tahap pembuatan harus
diparaf oleh petugas yang mengerjakannya.
b. Pengenceran
Pengenceran dilakukan berdasarkan urutan seperti yang terdapat pada
formulir obat dan pada setiap tahap harus diparaf oleh petugas yang
mengerjakannya. Pengenceran misalnya pembuatan alkohol 70% dari alkohol
95%.
c. Pengemasan Kembali
Pengemasan kembali misalnya Betadine dan Rivanol dari kemasan besar
menjadi kemasan yang lebih kecil.
2.3.1.3 Pinjaman
Pinjaman adalah setiap penerimaan dalam bentuk uang, barang dan atau jasa yang
diperoleh dari pemberi pinjaman yang harus dibayar kembali dengan persyaratan tertentu.
Pinjaman bisa berasal dari dalam negeri maupun luar negeri.
Pinjam Pakai adalah pemanfaatan Aktiva Tetap /asset oleh Mitra untuk jangka
waktu tertentu dengan membayar kompensasi, sepanjang sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan pemanfaatan Aktiva Tetap tidak dapat dilaksanakan dengan cara
lain. Aktiva Tetap adalah aktiva berwujud yang digunakan dalam operasional suatu
lembaga tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan
memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun.
Bentuk kerjasama pendayagunaan asset dengan cara pinjam pakai terbagi menjadi dua,
yaitu :
1. Sewa
Sewa adalah pemanfaatan Aktiva Tetap/asset oleh Mitra dalam jangka waktu tertentu
dan mendapatkan imbalan uang tunai (PERMEN BUN NO 06/2011). Pemilik asset/
Aktiva Tetap berhak mendapatkan imbalan uang tunai berupa sewa bulanan atau
tahunan yang dibayarkan sekaligus dimuka yg dituangkan dalam perjanjian. Selama
jangka waktu sewa:
– Asset yang disewakan wajib diasuransikan atas nama pemilik asset dengan beban
mitra, sepanjang dapat dijamin oleh perusahaan asuransi dan/atau didasarkan pada
peraturan perundang-undanagn yang berlaku.
– Biaya pemelihaaan, kewajiban perpajakan, dan/atau biaya-biaya lain yang
ditimbulkan atas asset yang disewakan menjadi beban Mitra.
– Mitra wajib memelihara objek Sewa, termasuk sarana dan/atau prasarana yang
melekat dengan objek Sewa.
– Pada saat berakhimya Sewa, Mitra wajib menyerahkan objek Sewa kepada
pemiliknya dalam keadaan baik/layak fungsi dan menjamin bebas dari segala
tuntutan hukum dan hak-hak pihak ketiga.
2.3.1.4 Hibah
Hibah merupakan segala bentuk penerimaan baik dalam bentuk uang, barang dan
atau jasa termasuk tenaga ahli dan pelatihan yang tidak perlu dibayar kembali, yang
berasal dari dalam negeri maupun luar negeri (pp No10 tahun 2011). Hibah luar negeri
adalah penerimaan negara yang diperoleh dari lembaga keuangan internasional maupun
negara-negara sahabat dalam bentuk devisa dan atau devisa yang dirupiahkan maupun
dalam bentuk barang dan atau jasa termasuk tenaga ahli dan pelatihan yang tidak perlu
dibayar kembali (Keppres No.80 tahun 2003).
Perjanjian Hibah adalah kesepakatan tertulis mengenai hibah antara penerima dan
Pemberi Hibah yang dituangkan dalam dokumen perjanjian pemberian hibah atau
dokumen lain yang dipersamakan). Untuk mempermudah dalam proses penerimaan hibah
maka hibah juga dikelompokkan kedalam dua jenis yakni Hibah yang direncanakan
dan/atau hibah langsung. Hal tersebut ditujukan supaya tidak menimbulkan proses
birokkrasi yang rumit yang yang dapat menimbulkan disinsentif bagi calon pemberi
Hibah karena terkesan dipersulit. Hibah yang direncanakan adalah Hibah yang
dilaksanakan melalui mekanisme perencanaan. Hibah langsung adalah Hibah yang
dilaksanakan tidak melalui mekanisme perencanaan. Perjanjian hibah paling sedikit
memuat jumlah, peruntukan dan ketentuan & persyaratan. Kedua alternatif penerimaan
Hibah tersebut, diharapkan dapat menjembatani perbedaan kepentingan dari pihak calon
pemberi Hibah yang menghendaki kemudahan dalam pemberian Hibah dan dari
kepentingan pihak penerima Hibah yang menghendaki penerimaan Hibah harus
mengikuti ketentuan yang berlaku, serta dapat dipertanggungjawabkan kepada semua
pemangku kepentingan (stakeholders). Guna menjamin terwujudnya penerimaan Hibah
yang transparan dan akuntabel, maka penerimaan Hibah tersebut perlu ditatausahakan
dengan baik, diadministrasikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan,
dilakukan publikasi informasi, dilakukan monitoring, evaluasi, dan pengawasan secara
terus-menerus. Publikasi informasi mengenai Hibah paling sedikit meliputi (pp No10
tahun 2011) :
kebijakan tentang Hibah;
jumlah, posisi, dan komposisi jenis mata uang Hibah;
sumber dan penerima Hibah; dan
jenis Hibah.
Prinsip utama dalam proses pemberian hibah obat dan perbekalan kesehatan menurut
WHO yaitu :
1. Obat dan perbekalan kesehatan harus memberikan keuntungan yang sebesar-besarnya
bagi Negara penerima. Secara implicit harus berdasarkan kebutuhan dan oleh
karenanya obat dan perbekalan kesehatan yang tidak diinginkan perlu ditolak.
2. obat dan perbekalan kesehatan harus mengacu kepada keperluan dan sesuai dengan
otoritas penerima, dan harus mendukung kebijaksanaan pemerintah dibidang
kesehatan dan sesuai dengan persyaratan administrasi yang berlaku.
3. Tidak boleh terjadi standar ganda penetapan kualitas jika kualitas salah satu item obat
dan perbekalan kesehatan tidak diterima oleh Negara donor, sebaiknya hal ini juga
diberlakukan di Negara penerima.
4. Harus adanya komunikasi yang efektif antara Negara donor dan penerima, hibah
harus berdasarkan permohonan dan sebaiknya tidak dikirimkan tanpa adanya
pemberitahuan.
Persyaratan teknis hibah obat dan perbekalan kesehatan (Kepmenkes RI No
059/MENKES/SK/I/2011) adalah sebagai berikut.
1. Masa kadaluarsa obat dan perbekalan kesehatan
Masa kadaluarsa obat dan perbekalan kesehatan sebaiknya adalah minimal dua tahun
pada saat diterima oleh penerima hibah. Hal ini dimaksudkan agar obat dan
perbekalan kesehatan tersebut dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan program
maupun situasi darurat. Oleh karenanya sebaiknya pihak pemberi hibah sudah
mengkonfirmasi masa kadaluarsa obat dan perbekalan kesehatan yang akan dikirim.
2. Obat dan perbekalan kesehatan yang akan diterima harus berasal dari sumber resmi.
Obat dan perbekalan kesehatan yang diberikan sebaiknya merupakan obat dan
perbekalan kesehatan yang telah terdaftar atau mempunyai izin edar di negeri
pemberi atau mendapat pengakuan dari WHO, atau lembaga independen lainnya. Hal
ini diperlukan untuk menjamin keamanan dari obat dan perbekalan kesehatan yang
akan diterima oleh programmer kesehatan. Selain itu pihak pemberi hibah juga harus
menyertakan sertifikat GMP (Good Manufacturing Practice) dan sertifikat analisa
dari produsen obat dan perbekalan ksesehatan yang akan dihibahkan.
3. Obat yang diterima harus sesuai dengan Daftar Obata Esensial Nasional (DOEN)
Diperlukan agar tidak mengganggu program penggunaan obat esensial di fasilitas
pelayanan kesehatan.
4. Kekuatan/ potensi/dosis dari obat sebaiknya sama dengan obat yang biasa digunakan
oleh petugas kesehatan.
Diperlukan agar petugas kesehatan tidak bingung dengan kekuatan sediaan dari obat
hibah.
5. Semua obat dan perbekalan kesehatan hibah sebaiknya mempunyai label dalam
Bahasa Indonesia / Bahasa Inggris agar mudah dimengerti.
6. Obat dan perbekalan kesehatan sebaiknya memenuhi aturan Internasional Pengiriman
barang
Setiap obat dan perbekalan kesehatan yang dikirim hendaknya disertai dengan detil
isi karton yang menyebutkan secara spesifik bentuk sediaan, jumlah, nomor batch,
tanggal kadaluarsa, volume, berat dan kondisi penyimpanan yang khusus. Berat
karton sebaiknya tidak lebih dari 50 kg. hal ini diperlukan untuk memdahkan dalam
penyimpanan dan pendistribusian obat dan perbekalan kesehatan ke fasilitas-fasilitas
pelayanan kesehatan.
7. Pengeluaran dari pelabuhan
Obat dan perbekalan kesehatan hibah bisa mendapat fasilitas pembebasan tariff pajak
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
8. Biaya pengiriman dari Negara pemberi hibah, transport lokal,
pergudanga/penyimpanan yang baik, serta urusan bea cukai sebaiknya dibayar oleh
pihak/Negara pemberi hibah
Hal tersebut sebaiknya diinformasikan dari awal untuk menghindari terjadinya
masalah yang tidak diinginkan.
9. Pemusnahan obat dan perbekalan kesehatan hibah
Pemusnahan dilakuakn sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Prinsip yang harus diperhatikan dalam menerima pinjaman dan hibah adalah (PP Nomor
10 Tahun 2011) :
• transparan
• akuntable
• efisien dan efektif
• kehati –hatian
• Tidak disertai ikatan politik
• Tidak mengganggu keamanan & stabilitas negara
2.3.1.5 Menukar
2.3.1.6 Konsinyasi
Konsinyasi merupakan suatu perjanjian dimana salah satu pihak yang memiliki
barang menyerahkan sejumlah barang kepada pihak tertentu untuk dijualkan dengan
harga dan syarat yang diatur dalam perjanjian. Pengadaan dengan cara konsinyasi dalam
pengertian sehari-hari dikenal dengan pengadaan dengan system penitipan. Pihak yang
menyerahkan barang (pemilik) disebut Konsinyor/consignor/ pengamanat. Pihak yang
menerima barang Konsinyasi disebut Konsinyi/ Consigner/ Komisioner. Bagi konsinyor
barang yang dititipkan kepada konsinyi untuk dijualkan disebut barang konsinyasi
(konsinyasi keluar/consigment out). Konsinyasi biasanya dilakukan untuk produk baru
yang belum atau jarang dijual di rumah sakit. Dalam konsinyasi, PBF menitipkan barang
di rumah sakit, kemudian pembayaran baru dilakukan apabila barang titipan tersebut
telah terjual. Selama barang konsinyasi belum terjual, hak milik tetap di tangan pemilik.
1. Konsinyasi merupakan suatu cara untuk lebih memperluas pasaran yang dapat
dijamin oleh seorang produsen, pabrikan atau distributor, terutama apabila:
a. Barang-barang yang bersangkutan baru diperkenalkan, permintaan produk tidak
menentu dan belum terkenal
b. Penjualan pada masa-masa yang lalu tidak menguntungkan
1. Konsinyi tidak dibebani resiko menanggung kerugian bila gagal dalam penjualan
barang-barang konsinyasi
2. Konsinyi tidak mengeluarkan biaya operasi penjualan konsinyasi karena semua biaya
akan diganti /ditanggung oleh konsinyor
3. Kebutuhan akan modal kerja dapat dikurangi, sebab konsinyi hanya berfungsi sebagai
penerima dan penjual barang konsinyasi untuk konsinyor
4. Konsinyi berhak mendapatkan komisi dari hasil penjualan barang konsinyasi
Untuk memilih supplier yang baik, kita harus mengevaluasi apakah supplier
tersebut sudah terdaftar di agensi internasional, uji pembelian pada jumlah uang yang
sedikit, dan pertemuan yang tidak formal untuk lebih mengenal supplier tersebut lebih
lanjut. Pengadaan yang sukses berasal dari agensi yang juga sukses, hal ini
ditunjukkan dengan adanya tampilan supplier yang berkualitas dalam menyuplai
bahan yang dibutuhkan. Cirri lain supplier yang baik adalah kemasan dan label obat
yang selalu baik dan lengkap, mempunyai salinan registrasi yang jelas, adanya
koresponden, serta pembeli bias mengajukan complain bila merasa kurang puas
dengan pelayanan yang ditawarkan oleh supplier.
Supplier yang mempunyai daya saing yang tinggi adalah kunci untuk
mendapatkan harga yang bersaing, memperoleh sector pemasaran yang jelas untuk
pembelian yang sifatnya sedikit dan mendadak.
Ketika keuangan tidak tersedia untuk melakukan pembayaran pada obat yang
akan dibeli, sangat dibutuhkan pengurangan daftar obat sesuai dengan system
kesehatan yang ada. Berdasarkan system kesehatan, ada tiga alat yang dapat
dilakukan, yaitu analisis VEN, analisis ABC, dan analisis katagori terapi.
Ketika ada satu tender kefarmasian yang tidak berguna, hal ini
mengindikasikan adanya ketidak adilan, mungkin ada perubahan dalam proses tender
yang tidak diketahui oleh salah satu supplier dan menyebabkan masalah yang kronis.
Entah hal tersebut benar atau salah, tapi hal ini dapat merusak pelayanan kesehatan
yang ada, dan pasien akan kehilangan kepercayaan dirinya.
9. Audit tahunan
BAB 3
KESIMPULAN
Perencanaan dan pengadaan merupakan tahap awal yang penting dalam siklus
pengelolaan perbekalan farmasi di rumah sakit, untuk menjaga ketersediaan obat dan perbekalan
farmasi lainnya agar dapat digunakan pada saat yang tepat. Pada perencanaan, terdapat lima
tahap penting, yaitu tahap pemilihan, kompilasi pemakaian, perhitungan kebutuhan, proyeksi
kebutuhan, dan penyesuaian rencana pengadaan yang harus ditentukan dengan tepat. Dalam
menghitung kebutuhan perbekalan di rumah sakit, dapat dilakukan dengan beberapa metode
yaitu, metode konsumsi, metode morbiditas, serta metode kombinasi keduanya. Dan pada
penyesuaian rencana pengadaan, dapat dilakukan dengan analisis ABC dan analisis VEN.
Kemudian dilanjutkan dengan proses pengadaan, yang dapat dilakukan dengan cara pembelian,
produksi, meminjam, hibah, menukar, dan konsinyasi. Apoteker sebagai pihak yang berperan
dalam ketersediaan obat, bahan obat dan perbekalan kesehatan lainnya harus cermat dan teliti
dalam menjalani berbagai tahapan yang harus dilalui. Hal ini dilakukan agar obat, bahan obat
dan perbekalan kesehatan lainnya yang tersedia sesuai dengan yang dibutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA
Epstein, J. B., and Jermakowics, K. E., 2007, Wiley IFRS, Interpretation and Application of
International Financial Reporting Standards, USA, Wiley.
Wild,Tony, 2003, Consignment Stock, The IOM Knowledge Bank Issue Number 4.
Permenkes No.58 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
Siregar, Charles J. P. 2003. Farmasi Rumah Sakit: Teori Penerapan. Jakarta: EGC.
Departemen Kesehatan. 2004. Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit. Jakarta: DirJen
Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua
Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Perubahan Keempat
Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Tata Cara
Pengadaan Pinjaman Luar Negeri Dan Penerimaan Hibah
Salinan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor : PER-06/MBU/2011
Tentang Pedoman Pendayagunaan Aktiva Tetap Badan Usaha Milik Negara