DISERTASI
Diajukan guna memenuhi syarat-syarat memperoleh
gelar Doktor (S3) Konsentrasi Syariah
Oleh :
Pembimbing:
Prof. Dr. Huzaemah T. Yanggo, MA
Prof. Dr. dr. M.K. Tajudin, Sp.And
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1436 H / 2014 M
i
ii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI
Menyatakan bahwa Disertasi tersebut adalah karya orisinil hasil penelitian saya
sendiri dan tidak mengandung unsur-unsur plagiarisme sebagaimana yang
disebutkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.
17 tahun 2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan
Tinggi. Adapun tulisan atau pendapat orang lain, telah saya sebutkan kutipannya
secara jelas dan sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku. Saya pun telah
melakukan pengecekan melalui http://www.plagiarisma.net dengan hasil sebagai
berikut (bukti pengecekan terlampir):
1. Bab 1 : 94% originality
2. Bab 2 : 100% originality
3. Bab 3 : 95% originality
4. Bab 4 : 97% originality
5. Bab 5 : 98% originality
6. Bab 6 : 100% originality
7. Bab 7 : 100% originality
8. Bab 8 : 99% originality
Apabila di kemudian hari terbukti bahwa disertasi ini merupakan hasil plagiarisme,
maka saya bersedia untuk menerima sanksi pencabutan gelar yang saya terima
maupun sanksi akademik lainnya sesuai dengan peraturan yang berlaku.
iii
HASIL UJI PLAGIARISME
Berikut ini ialah hasil uji naskah disertasi untuk mencegah
plagiarism. Nilai arbahwa setiap kutipan teks selalu disertai dengan catatan
kaki sebagai keterangan sumber. Dengan cara ini dapat dieliminir adanya
kemungkinan plagiat dalam suatu karya ilmiah.
Pengujian ini menggunakan Plagirisma.net sebagai Plagiarism
Checker, karena inilah metode yang paing valid dan dapat untuk menguji
karakter teks yang sangat banyak dan mampu menjangkau hingga kl 158
bahasa di dunia.
Pengujian dilakukan per Bab sesuai dengan Bab-bab dalam disertasi. Akan
tetapi telah dilakukan sejumlah perubahan hingga dalam bentuk buku ini.
iv
SURAT PERSETUJUAN PEMBIMBING
v
vi
SURAT PERSETUJUAN PENGUJI
vii
viii
Kata Pengantar
ix
dan telah banyak membantu proses administrasi penulis sehingga dapat
menyelesaikan program Doktor ini.
7. Seluruh dosen dan staf pengajar serta karyawan Sekolah Pascasarjana
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan pelayanannya dengan sungguh-sungguh baik berupa ilmu
pengetahuan maupun proses administrasi selama penulis menimba ilmu di
Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta ini.
8. Yang teramat mulia ibunda tercinta, Ibu Hj. Sriyatin Mulyati yang dengan
tulus ikhlas selalu mendo’akan keberhasilan penulis dalam menempuh dan
menyelesaikan studi ini.
9. Yang tercinta isteri penulis, Euis Nurmala, S.Pd, yang dengan penuh
kesetiaan mendampingi penulis dalam suka maupun duka selama
menempuh studi di Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta. Tentu saja
yang paling istimewa kedua buah hati penulis; Fathiyyah Ash-Shafa dan
Mumtaz Arafah yang selalu menjadi pendorong motivasi penulis untuk
menyelesaikan studi ini.
10. Semua pihak yang telah membantu penulis baik dalam studi maupun dalam
penyelesaian disertasi ini yang tidak mungkin penulis sebutkan namanya
satu persatu. Semoga Alla>h Jalla wa ‘Ala> membalas semua
kebaikan mereka dengan balasan yang berlipat ganda. Amin.
x
ABSTRAK
Disertasi ini memperoleh temuan bahwa dalil sadd al-dhari>‘ah digunakan
dalam semua topik kedokteran dalam mu'tamar-mu'tamar Majma‘ al-Fiqh al-
Isla>mi> al-Dawli> yang dibahas dalam penelitian ini. Masing-masing topik
menggunakan beberapa dalil atau metode, dengan satu metode utama, yaitu metode
sadd al- dhari>‘ah digunakan pada pembahasan Bank Sperma dan Rahim Titipan;
al-istis}h}a>b dan al-mas}lah}ah al-mursalah digunakan pada pembahasan Inseminasi
Buatan dan Bayi Tabung; al-istih}sa>n bi al-nas}s} dan sadd al-dhari>‘ah
digunakan pada pembahasan Bank Air Susu Ibu; al-istih}sa>n bi qa‘idah
raf‘ al-h}araj wa al- mashaqqah dan sadd al-dhari>‘ah digunakan pada
pembahasan Alat Bantu Hidup dan Penentuan Kematian; serta al-mas}lah}ah al-
mursalah dan al-istih}sa>n bi al-mas}lah}ah digunakan pada pembahasan Transplantasi
Organ. Hal tersebut membuktikan bahwa semakin suatu tindakan medis membawa
kepada kerusakan (mafsadat) yang lebih besar, maka lebih cenderung digunakan
dalil yang bersifat preventif.
Disertasi ini mendukung hasil kajian Jam‘i>yah al-‘Ulu>m al-T{ibbi>yah
al- Isla>mi>yah al-Urduni>yah dalam buku Qad}a>ya> T{ibbi>yah Mu‘a>s}irah. Namun
demikian berbeda dengan hasil penelitian Mus}t}afa> Di>b al-Bugha> dalam
bukunya Athar al- Adillah al-Mukhtalaf fi>ha> fi> al-Fiqh al-Isla>mi> dan penelitian
Mus}lih} Ibn ‘Abd al- H{ayy al-Najja>r dalam bukunya Al-Adillah al-Mukhtalaf fi>ha>
‘inda al-Us}u>li>yyi>n wa Tat}biqa>tuha> al-Mu‘a>s}irah.
Sumber primer disertasi ini ialah “Majallah Majma‘ al-Fiqh al-
Isla>mi>”>, yang berisi kumpulan makalah penyaji, pembanding, dan notulen mu'tamar-
mu'tamar Majma‘ al-Fiqh al-Isla>mi> al-Dawli> Munaz}z}amah al-Ta‘a>wun al-
Isla>mi> atau International Islamic Fiqh Academy of Organization of Islamic
Cooperation (IIFA – OIC). Hingga tahun 2010, Majallah Majma‘ berjumlah 36
jilid buku, masing-masing setebal kurang lebih 500 halaman. Adapun bidang
kedokteran mencakup sekitar 10% dari seluruh topik pembahasan Majma‘. Selama
kurun waktu 1985 s.d. 2010 telah dibahas 23 masalah kedokteran dalam 29 kali
mu'tamar. Penelitian ini memilih 4 (empat) dari 23 topik di atas, dengan alasan
bahwa topik- topik tersebut merupakan tema yang penting dalam dunia kedokteran
serta menjadi acuan pokok dari topik-topik kedokteran berikutnya.
Penulis menganalisis cara pengeluaran hukum (t}ari>q al-istinba>t})
yang dilakukan oleh Majma‘ al-Fiqh dari seluruh sumber-sumber hukum Islam yang
ada. Selanjutnya menguji dalil-dalil manakah yang paling relevan untuk digunakan
memecahkan persoalan kedokteran tersebut. Dengan demikian disertasi ini
menggunakan metode penelitian deskriptif analitis yang bersifat yuridis melalui
pendekatan us}u>l al-fiqh, al-qawa>‘id al-fiqhi>yah, fiqh, ilmu kedokteran, dan lain-
lain.
xi
xii
ABSTRACT
This research is written on the basis of the fiqh contemporary issues on
medical field. Since medicine is not merely a science but also an implemented
knowledge which directly embraces every side of human life. Medicine has become
the example of contemporary problems which dynamically move along with human
notion about healthy and sickness, life and death, and aesthetical matters.
The main source of this research is “Majallah Majma‘ al-Fiqh al-Isla>mi>”, a
series of books consists of selective papers (either of the presenters, discussants or
comparators) and minutes of meeting of conferences of Majma‘ al-Fiqh al-
Isla>mi>al-Dawli> Munaz}z}amah al-Ta‘a>wun al-Isla>mi> or International Islamic
Fiqh Academy-Organization of Islamic Cooperation (IIFA –OIC). IIFA-OIC has
released 36 volumes up to the year of 2010 and each volume consists of more than
500 pages whereas only 10% concerning medicine topics. During the year of 1985
to 2010, the conference has been discussing 23 medical topics concerning medical
issues in 29 conferences. However, only 4 topics of medical issues have been
chosen to be discussed in this research.
The author is to analyse medical problems from the point of view of all of
Islamic legal main resources.
This research concludes that even one of the medical treatment more
carry to make a damage (mafsadat), so it's the way through to be prevented.
The reason of its conclusion is that Majma‘ al-Fiqh al-Isla>mi> has
been using several methods in each topic of contemporary medical issues. The main
method of sadd al-dhari>‘ah is used in Sperm Banking and Surrogacy; al-
istis}h}a>b and al-mas}lah}ah al-mursalah method are used in Artificial Insemination
and Test Tube Baby; al-istih}sa>n bi al-nas}s} and sadd al-dhari>‘ah are used in
Breastmilk; al- mas}lah}ah al-mursalah and al-istih}sa>n bi al-mas}lah}ah are
used in Organ Transplantation; al-istih}sa>n bi qa‘idah raf‘ al-h}araj wa al-
mashaqqah and sadd al- dhari>‘ah also used in Ventilator as well as Definition of
Death. And last, the research reveals that sadd al-dhari>‘ah method is used in all of
the topics also.
The conclusion above is relatively equal to study of Jam‘i>yah al-‘Ulu>m
al- T{ibbiy> ah al-Isla>mi>yah al-Urduni>yah in its book named Qad}a>ya> T{ibbi>yah
Mu‘a>s}irah. Nevertheless, it has been distinctiveness with the standpoint of
Mus}t}afa> Di>b al- Bugha> in his book named Athar al-Adillah al-Mukhtalaf fi>ha>
fi> al-Fiqh al-Isla>mi> and Mus}lih} Ibn ‘Abd al-H{ayy al-Najja>r in his book named Al-
Adillah al-Mukhtalaf fi>ha> ‘inda al-Us}u>li>yyi>n wa Tat}biqa>tuha> al-Mu‘a>s}irah.
Along with the more complexity of modern issues or problems, the more
demand for the scholar verdicts or fatwa> or decision for ijtiha>d deserves
more authoritative way among Muslim society in the form of collective ijtiha>d (al-
ijtiha>d al-jama>‘i>)) rather than individual ijtihad (al-ijtiha>d al-fardi>). Collective
ijtiha>d means that the opinion of Islamic laws or fata>wa> issued are based on the
ijtiha>d of the expert assembly which consists of Islamic jurists and medical doctors
in various related knowledge.
xiii
xiv
ملخص البحث
اختاات3ه œاا:ه الرسااتل قضااتiت الط _بياا ضوعااولت ل ب اا ،ل ماات ناالط الطاا œااو
نتحيتي ل مي وتطبيقي ال:ي iتع ق ننواحي ل يتةالبشر. i
كثار_ة المئااتلم المعتااارة الشااتلو الماا:كو3ة تتط اا اللتااتوم التاا الت ضاا ضاا
ضنهج اإلسالم ضن نتحي ،وضن نتحي أخرم تواك تطو3اه ال يتة .ضر_جاا
œاا:االب œا_او ضم اا الممماا اللقااو اإلسااالضي الاا ولي لمن ماا التعااتوط
اإلسالضي المطبوع نئ وثالثين ضم ا وفي خمس ضتل ال في كم ضم تقرiبت .أضات
ضئتلم الطبي التي ن ثنت لنهت فتشمم لشرة نتلمتلا ضان جميا الموعاولته التاي ن ا_ المممااا اللقاااو لنهااات
ضااان ضااا ة سااان 5891حتااا 0252ون ااا المممااا اللقاااو 02
ضوعولته في 08ضؤتمراه ،وضن ثم iختات 4 3لناتوiن ضنهات ل ب ا فاي œا:ه الرساتل
ال كتو3ة.
ضمماا اللقااو الاا ولي œااو ت اا ولا3ة وضئاا ولي ا ضتناا العتضاا ل من ماا وœااو
ضنئاا ليوااوط ض اام ال 3اساا فااي œاا:ه الرسااتل ،نااو الممماا الاا ولي المعاارو نقااوة اإلس نت بتط
واإ_لحتط نوا_م الما:ا œالمتبعا فضاال لان الب اور وال 3اساته المق ضا ضان
الع مت و البتحثين ،كمت أط لضو iالممم تمثم الب اط ا لضتء نتلمن م .
أضت ضن نتحي وس نت بتط الممم i ،رم البتح نلنو ال نوتلي نتلمصاتل 3وا اا_و
المتلق ل يهت ف ئ ولون iتتج ول ا او ا خرم وتئام ا ااو المخت اف فيهات أو ا لل
المخت ف فيهت وœاي اإلست ئاتط والمصاتلل المرسا وسا ال:i3عا و ارع ضان
قب ناااات واإلستصااا_ا ت وأقااا_اوا الصاااا تن والعاااار .وضاااان œناااات اط اااا البتحاااا كاااام
ضصااتل3ا حوتم وضبااتلح ا حوا_اتم ضاان المتلااق ل يهاات و المخت ا_اف فيهاات كثاار وسااتخ اضهت
كمصتل 3الستنبتط نل توم الممم .وخاال
ضت توام وليو البتح œو أط ك مت ا لمت الطبي تميم ولي ضلئ ة ضن
أي ضلتس فهنتك iنبغي تمنبهت .تؤخ :الخاال ضن أط الممم iئتخ م ل ة ا لل أو
المنهمي في كم ضوعوع اللتوم .وأœم ا او iت قق في كم الموعوع كمت ذكر في
وأجه ة اإلنعتش ونهت iال يتة نوك ال ي فتإلست ئتط استخ م لن ن التتلي.
الت قيل الصنتلي وأطلت است خ ض لن ن المصتلل المرس اإلنئ نت ي .وأضت
ا نتني وو_نـتلتع اإلنئـتط نللضـتء جئم ونئـت _ط أخر حيت كتط أو ضيتت .وأضت س ال:i3ع
المئتلجر .وأiضت ضنهج س ال:i3ع ننوك المني والرحم لن ن است خ ض
است خ ض لن كم ضوعوع الطبي .ل:ا،
قرا3اه اللقهي الموثوق ضن المئتلم الم iا ة تتمثام فاي اإلجتهاتل المماتلي
ال:ي ا 3ه الل توم ضممعول ضن اللقهتء والخبراء نع وم الطبي .
xv
xvi
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
xvii
Catatan:
Huruf madd berupa alif dilambangkan dengan ā seperti qā la ()قال
Huruf madd berupa waw dilambangkan dengan ū seperti qā lū ( )قالوا
Huruf madd berupa ya dilambangkan dengan ī seperti qīla ()قيل
Huruf tā’ marbūṭah ( )ةyang terletak di akhir kata ditulis h, Sedangkan tā’
marbūṭah ( )ةyang menjadi mu«āf ditulis t seperti wazārat al-tarbiyah (الرتبي ة
)وزارة. Sedangkan kata yang di akhirnya tā marbūṭah ( )ةyang menjadi ṣifat dan
mawṣūf ditulis h seperti al-risālah al-qaṣīrah ()القصرية الرسالة
Kata-kata serapan dari bahasa Arab yang telah biasa digunakan, ditulis sesuai
dengan ejaan bahasa Indonesia, seperti: Islam, darurat, fikih.
xviii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
PERSETUJUAN PEMBIMBING v
KATA PENGANTAR ix
ABSTRAK xi
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Permasalahan 9
1. Identifikasi Masalah 9
2. Pembatasan Masalah 11
3. Perumusan Masalah 12
C. Kajian Terdahulu yang Relevan 13
D. Kerangka Teori 14
E. Metodologi Penelitian 15
F. Tujuan dan Manfaat Penelitian 17
G. Sistematika Penulisan 18
xix
F. Qawl al-S{ah}a>bi> 51
G. Shar‘u Man Qablana> 57
H. Al-Istih{sa>n 60
I. Al-Mas}a>lih{ al-Mursalah 64
J. Sadd al-Dhara>’i‘ 70
K. Al-‘Urf 75
xxi
BAB VII TRANSPLANTASI ORGAN TUBUH DARI ORANG 363
HIDUP MAUPUN DARI JENAZAH (INTIFA<‘
AL-INSA<N BI A‘D{A<’ JISM INSA<N A<KHAR HAYYAN
KA<NA AW MAYYITAN)
A. Proses dan Definisi Transplantasi Organ 364
1. Jenis-Jenis Transplantasi 366
2. Transplantasi dari Sisi Resipien 367
3. Proses Tranplantasi Masing-Masing Organ, Jaringan 371
ataupun Sel
4. Transplantasi Organ Tubuh di Negara-negara Arab 376
5. Pengadaan Organ Transplantasi 378
B. Pembahasan Fikih tentang Transplantasi 382
1. Hukum Asal Transplantasi Organ Tubuh 382
2. Kewajiban Terapi dengan Metode dan Benda- 385
benda yang Halal
3. Larangan Terapi dengan Metode atau Benda-benda 387
yang Haram
4. Definisi Transplantasi Organ dari Para Fuqaha>' 390
5. Pokok Pandangan Syariat Islam 393
Tentang Transplantasi Organ Tubuh
6. Prinsip Perbuatan Mulia Mendahulukan Keperluan 400
Orang Lain ()اإليثار
7. Prinsip Larangan Menjerumuskan Diri dalam 401
Kebinasaan
8. Kaidah-Kaidah Fikih yang Relevan 405
dengan Transplantasi Organ Tubuh
9. Transplantasi Organ yang Berasal dari Organ Tubuh 409
Sendiri
10. Kesimpulan dari Perselisihan Fuqaha'
412
11. Transplantasi Organ yang Berasal dari Benda Tiruan
413
12. Transplantasi Organ yang Berasal dari Organ Tubuh
415
Mayat
13. Kebolehan Melakukan Bedah Mayat untuk
423
Keperluan Tertentu
14. Transplantasi Organ yang Berasal dari Jasad Orang
424
yang Terpelihara Darahnya
15. Transplantasi Organ yang Berasal dari Jasad Orang
426
yang Tidak Terpelihara Darahnya
16. Seputar Masalah Izin Eksplantasi Organ Tubuh Mayat
429
17. Asas Kemanusiaan dan Etika Profesi Dokter
pada Tindakan Tranplantasi Organ Tubuh 430
18. Dasar Pertimbangan Majma‘
C. Kesimpulan Hukum Majma‘ al-Fiqh 432
437
xxii
BAB VIII PENUTUP 441
A. Kesimpulan 441
B. Saran-Saran 442
xxiii
xxiv
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL
xxv
Tabel 1. Masalah Kedokteran yang Dibahas Majma‘ 1985-2010 10
Tabel 2. Organ Reproduksi Pria dan Fungsinya 179
Tabel 3. Kandungan Semen pada Pria 184
Tabel 4. Grafik Kadar Hormon pada Siklus Haid 213
Tabel 5. Tabel Keputusan Majma‘ tentang Reproduksi 240
Tabel 6. Cara Menegakkan Diagnosa Mati Batang Otak (MBO) 294
Tabel 7. Beberapa Kesukaran Dalam Diagnosa MBO 296
Tabel 8. Refleks untuk Menegakkan Diagnosa MBO 297
Tabel 9. Kesimpulan Majma‘ tentang Penghentian Alat Bantu Hidup 362
Tabel 10. Transplantasi Organ Tubuh yang Biasa Dilakukan 369
Tabel 11. Negara-Negara yang Menggunakan Sistem Opt-In 378
(Informed Consent) dan Opt-Out (Presumed Consent)
Tabel 12. Masa Hidup Pasien pada Berbagai Jenis Transplantasi 381
Tabel 13. Kesimpulan Majma‘ tentang Transplantasi dari Sisi 439
Pendonor
Tabel 14. Kesimpulan Penggunaan Dalil dalam Masalah Kedokteran 441
xxvi
BAB I
PENDAHULUAN
1
Biasa diistilahkan dengan life style disease. Seperti penyakit gastritis kronis
akibat terlalu sibuk bekerja sehingga makan tidak teratur, atau atherosclerosis akibat terlalu
banyak memakan junk food.
2
Biasa disebut dengan occupational disease, yaitu penyakit akibat jenis pekerjaan
tertentu, seperti conjunctivitis kronis pada pekerja yang banyak terpapar bahan kimia.
3
Seperti dermatitis allergic pada penduduk yang menggunakan air sungai yang
tercemar limbah industri.
4
Seperti cryopreservasi pada penyimpanan sperma di Bank Sperma.
5
Bagi masyarakat yang semakin hedonistic, maka menjadi tua adalah sebuah
tragedi. Akibatnya tumbuh menjamur berbagai sentra terapi agar orang (tampak) lebih
muda, dari mulai terapi hormonal, botox, hingga bedah kosmetik.
1
kepada apa yang dituju dalam penelitian ini dan tidak melebar kepada hal-hal
lainnya, maka topik-topik yang dipilih ialah yang pada umumnya menjadi dasar
dari problema-problema kedokteran yang terus berkembang. Contohnya ialah
pembahasan tentang transplantasi organ. Kesimpulan hukum atas topik ini ini
menjadi dasar untuk pembahasan Majma‘ al-Fiqh selanjutnya, yaitu tentang stem
cell, kloning, transplantasi organ janin, dan lain-lain.
6
Muhammad Shahru>r, Nah}w Us}u>l Jadi>dah li al-Fiqh al-Isla>mi>, terj: Sahiron et
al. (Yogyakarta: Elsaq Press, 2004) , 295-303.
7
Kata ‚ijtiha>d‛ diambil dari kata al-jahd dan al-juhd yang berarti kemampuan dan
kesungguhan, yaitu bersungguh-sungguh dalam menuntut sesuatu. Adapun secara
terminologis, terdapat beragam definisi yang berbeda-beda, namun memiliki inti pengertian
yang relatif sama, yaitu: ‚Ijtihad ialah segala daya upaya yang dicurahkan oleh seorang
faqi>h untuk menghasilkan suatu hukum shara‘ yang bersifat z}ann‛. Lihat: ‘Abd al-Ma>jid l-
Su>su>h, Dirasa>t fi> al-Ijtiha>d (Bayru>t: Da>r al-Bas}a’ir al-Islami>yah, 1423H-2003M), 11-12, 15.
‘Abd al-Rah}ma>n al-Bana>ni>, H}ashi>yah al-Bana>ni> (Bayrut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmi>yah, 1418H-
1998M), j. II, 585-586. Abu> H}a>mid al-Ghaza>li>, al-Mustas}fa> (Bayrut: Da>r al-Kutub
al- ‘Ilmi>yah, t.t), j. II, 350.Al-T}ayyib Khud}ri> al-Sayyid, Al-Ijtiha>d fi>ma> La> Nas}s} fi>h (Al-
Riya>d}: Maktabah al-Haramayn, 1983), j. I, 11.
8
Menilik kepada perbincangan di atas mengenai ijtihad, maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat empat kriteria yang harus dipenuhi dalam definisi ijtihad, yaitu:
a. Mencurahkan semua kemampuan (istifra>gh al-wus‘), baik konsentrasi, kemampuan
intelektual, maupun komitmen moral dan akhlaq.
b. Seorang ahli fikih (al-faqi>h), meskipun tidak mencapai peringkat mujtahid.
Diantara syarat terpenting bagi seorang faqi>h ialah memahami situasi dan kondisi
kontemporer, serta memahami permasalahan yang akan difatwakan. Bahkan seorang
faqi>h tidak boleh berfatwa tentang sesuatu yang tidak faham tentang masalah tersebut
dengan baik.
c. Menghasilkan kesimpulan hukum yang bersifat z}anni> ( li tah}s}i>l al-z}ann), tidak
sampai kepada peringkat qat}‘i>.
d. Hukum shara‘ (bi h}ukm shar‘i>), yaitu bidang yang dilakukan ijtihad ialah hanya pada
hukum-hukum shara‘ saja. Bukan pada topik-topik keimanan dan akhlak, dan bukan
pula pada perkara-perkara yang semata-mata bersifat empiris (h}issi>ya>t) dan
rasional (‘aqli>ya>t) saja.
2
lama, kemudian muncul para pembaharu (mujaddid) dan mujtahid untuk
menyelesaikan persoalan yang timbul pada masanya.9
Adapun bagi ulama dan pakar keislaman pada era kontemporer ini, dapat
dikatakan seluruhnya berpendapat bahwa tidak boleh dalam suatu periode terjadi
kekosongan dari keberadaan mujtahid. Mereka pun sepakat untuk menyatakan
bahwa keberadaan mujtahid dan ijtihad adalah wa>jib kifa>’i>.10
Ijtihad, tak dapat dipungkiri, diperlukan untuk masuk di relung-relung
kehidupan masyarakat yang semakin majemuk ini. Sejak generasi awal umat ini
sudah menggalakkan ijtihad dalam area yang memang tidak tersentuh Al-
Qur'a>n dan al-Sunnah secara rinci. Ini bisa disimak dari hadis yang sangat masyhur,
manakala Rasulullah SAW akan mengangkat Mu‘a>dh Ibn Jabal sebagai gubernur
di Yaman:
:"
:
:
11 " .
Sesungguhnya tatkala Rasu>lulla>h SAW mengutus Mu‘a>dh ke Yaman, Beliau
bertanya: "Bagaimana engkau memutuskan hukum jika diajukan kepadamu suatu
masalah?". Dia menjawab:"Aku memutuskan dengan Kitab Alla>h". Beliau bertanya
lagi:"Lalu apabila engkau tidak dapati di dalam Kitab Alla>h?" Dia menjawab: "Aku
akan memutuskan dengan Sunnah Rasu>lulla>h SAW". Beliau pun bertanya lagi:" lalu
apabila tidak kau dapati dalam Sunnah Rasu>lulla>h?" Dia pun menjawab: "Aku
akan berijtihad dengan pikiranku dan tidak berpaling (lagi) darinya". Kemudian
Nabi SAW menepuk dadanya seraya berkata: "Segala puji bagi Alla>h yang
telah menepati Rasu>lulla>h SAW dengan apa yang Dia ridhai untuk Rasu>lulla>h".
Secara umum, para ulama mengklasifikasikan dalil-dalil Al-Qur’a>n dan al-
Sunnah, kepada al-Thawa>bit dan al-Mutaghayyira>t. Yang pertama berarti hal-
hal yang baku (qat}’i>) dan tetap sepanjang masa serta tidak memerlukan
ijtihad, sedangkan yang kedua ialah hal-hal yang dapat bahkan harus terus dilakukan
interpretasi dan reinterpretasi agar sesuai dengan kemaslahatan pada masa dan
tempat tertentu dalam sejarah.12
Di samping itu, ijtihad yang diperlukan pada masa kini ialah termasuk
bagaimana mempermudah penerapan syariah Islam di tengah masyarakat, serta
bagaimana mendorong mereka untuk melaksanakan perintah-perintah agama dan
menjauhkan diri dari larangan-larangannya.13 Hukum Islam (dalam arti fiqh) adalah
9
Lihat buku-buku tentang Ta>ri>kh al-Tashri>‘ (sejarah perkembangan hukum Islam).
10
Jama>l ‘At}i>yah, Al-Tajdi>d al-Fiqhi> al-Manshu>d (Dimashq: Da>r al-Fikr,
1422H- 2002M), 19.
11
Riwayat Abu> Da>wud, al-Tirmidhi>, Ah}mad, al-Da>rimi>, al-Bayhaqi>, ‘Abd Ibn
H{umayd, Abu> Da>wud al-T{aya>li>si>, Ibn Abi> Shaybah, al-T{abra>ni>, al-T{ah}a>wi>, Muh}ammad Ibn
Sa‘d al-Zuhri>, Ibn ‘Asa>kir, Yu>suf al-Mizzi>, dan al-Khat}i>b al-Baghda>di>.
12
Wahbah al-Zuh}ayli>, Tajdi>d al-Fiqh al-Isla>mi> (Dimashq: Da>r al-Fikr, 2002), 172.
13
Sali>m al-‘Awwa>, Al-Fiqh al-Isla>mi> fi> T}ari>q al-Tajdi>d (Dimashq: al-Maktab
al- Isla>mi>, 1998), 15.
3
hukum yang berkembang secara kontinyu. Perkembangan itu merupakan tabiat
hukum Islam yang terus hidup.14
Dalam pada itu sifat dinamis dari fikih tersebut, haruslah tetap mengacu
secara teguh kepada Al-Qur’a>n dan Hadis Sahih. Hal ini senantiasa diingatkan
oleh para ulama us}ul al-fiqh, diantaranya ialah ‘Abd al-Maji>d al-Su>su>h:
‚Fikih merupakan hasil ijtihad para ulama atas shari>’ah Isla>mi>yah, dimana
syariat Islam ini bersumber kepada wahyu Alla>h Ta‘a>la, baik berupa Al-
Qur’a>n maupun al-H{adi>th al-S}ah}i>h}. Oleh karenanya maka ijtihad bukanlah suatu
keputusan yang sama sekali baru (al-insha>’), melainkan merupakan uraian,
prediksi, maupun implementasi dari apa-apa yang diinginkan oleh Alla>h Jalla> wa
‘Ala> bagi ummat manusia (al-kashf wa al-iz}}ha>r li mura>d al-Sha>ri‘).‛ 15
Dalam terminologi fikih, masalah-masalah kedokteran, termasuk dalam apa
yang disebut dengan na>zilah (jamak: nawa>zil), yaitu masalah-masalah baru yang
belum pernah dibahas oleh para fuqaha>' sebelumnya.16 Mengingat kompleksitas dan
keragaman masalah-masalah kontemporer,17 mujtahid18 dewasa ini dipandang
belum cukup memadai jika hanya memenuhi persyaratan-persyaratan ijtihad hukum
fikih terdahulu semata,19 sebagaimana telah dirumuskan oleh ulama terdahulu.20
Untuk masa sekarang ini persyaratan dan ilmu lain perlu juga dimiliki oleh faqi>h,
seperti epistemologi, sosiologi, antropologi budaya, dan pengetahuan tentang
masalah yang akan digali hukumnya. 21 Ilmu-ilmu ini menjadi lebih penting, jika
masalah yang akan digali hukumnya adalah masalah-masalah kontemporer yang
bukan hanya tidak dimuat secara jelas dalam teks Al-Qur'an dan al-Sunnah, namun
juga masalah-masalah tersebut terus berkembang seiring kemajuan ilmu dan
teknologi. Jika masalah itu berkaitan dengan masalah kedokteran dan kesehatan
misalnya, maka dari seorang ulama dituntut pula untuk memahami kerangka
berfikir dan prinsip-prinsip ilmu kedokteran, terutama yang langsung berkaitan
dengan masalah yang sedang dibahas. Tidak terkecuali dalam hal ini ialah jtihad
dalam memformulasikan pandang-dunia Islam ( Islamic world view) maupun fikih
Islam tentang kedokteran kontemporer.
14
Muhammad Shahru>r, Nah}w Us}ul Jadi>dah li al-Fiqh al-Isla>mi>, 44-45.
15
‘Abd al-Maji>d al-Su>su>h, Dira>sa>t fi> al-Ijtiha>d wa Fahm al-Nass}}, 136.
16
Yu>suf Ibn ‘Abdilla>h Ibn Ah}mad al-Ah}mad, Ah}ka>m Naql A‘d}a>' al-Insa>n fi> al-Fiqh
al-Isla>mi> (Al-Riyad}: Da>r Kunu>z Ishbi>li>ya, 1427H-2006M), 25.
17
Muh}ammad al-Shawka>ni>, Irsha>d al-Fuh}u>l (Bayru>t: Da>r al-Kita>b
al-‘Arabi>, 1424H-2003M), j.II, 205-227.
18
Ta>j al-Di>n al-Subki>, Al-Ibha>j fi> Sharh} al-Minha>j (Bayru>t: Da>r al-Kutub al-
‘Ilmi>yah, 1404H-1984M), j.III, 254-256.
19
Ibn al-Qayyim al-Jawzi>yah, I‘la>m al-Muwaqqi‘i>n (Bayru>t: Da>r al-Fikr, 1397H-
1977M), j.IV, 205-218.
20
Abu> al-Baraka>t Hafiz} al-Di>n al-Nasafi>, Kashf al-Asra>r (Bayru>t: Da>r al-Kutub al-
‘Ilmi>yah, t.t.) j.II, 300-310. Muh}ammad Ibn al-Najja>r, Sharh} al-Kawkab al-Muni>r (Makkah
al-Mukarramah: Ja>mi‘ah Umm al-Qura>, 1408H-1987M) j.IV, 459-472.
21
‘Abd al-Wahha>b Khalla>f, Us}u>l al-Fiqh (Al-Kuwayt: Al-Da>r al-
Kuwayti>yah, 1968), 17.
4
3. Ijtiha>d Jama>‘i> (Ijtihad Kolektif) dalam Bidang Kedokteran
Pada uraian di atas, tampak bahwa ajaran Islam tidak bisa diartikan
seluruhnya sebagai agama langit yang rigid, final, dan siap pakai. Kejumudan akan
membuat Islam segera usang dan kehilangan kemampuan untuk menghadapi
berbagai persoalan yang terus berkembang dengan pesat. Selain itu, eksistensi
manusia sebagai makhluk yang berakal, harus dihargai dengan cara memberinya
peluang untuk berpikir lebih maju. Oleh karena itu, berkenaan dengan bidang
hukum, Alla>h Ta‘a>la> tidak menjelaskan semua hukum secara rigid (qat}‘i>)
dalam setiap aspek kehidupan insani.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh individu faqi>h untuk berijtihad,
ialah sebagaimana yang disebutkan oleh Imam al-Subki> dalam Jam‘ al-Jawa>mi‘ :22
a. Ba>ligh, yaitu telah sampai pada usia yang mampu mengidentifikasi hal-hal
yang baik dan buruk, serta berperilaku baik.
b. Berakal (‘a>qil), yaitu seorang faqi>h yang yang telah mumayyiz, dalam
keadaan sadar (alert) dan tanpa tekanan dari pihak manapun.
c. Mengetahui dalil ‘aqli> dan memiliki kecakapan hukum (mukallaf) dalam
rangka menerapkan keputusan tersebut.
d. Memiliki pengetahuan yang memadai dalam bidang bahasa, baik i‘ra>b,
lughah, maupun bala>ghah.
e. Memahami ayat-ayat Al-Qur’a>n dan al-Sunnah yang terkait dengan
masalah- masalah hukum, meskipun tidak menghafalnya.
f. Mengerti kaidah-kaidah syara’ secara global serta penggunaannya, yang
dikaitkan dengan maqa>s}id al-shari>‘ah.
g. Mengerti ilmu-ilmu Al- , terutama al-na>sikh wa al-mansu>kh dan asba>b al-
Qur’an>
nuzu>l.
h. Mengerti tentang hadis-hadis mutawa>tir dan a>ha>d, s}ahi>h dan d}a‘i>f, serta
perihal para periwayat hadits.
22
Al-Bana>ni>, H}a>shi>yah al-Bana>ni>, j. II, 589-594.
23
Jala>l al-Di>n al-Suyu>t}i>, Taysi>r al-Ijtiha>d (Makkah al-Mukarramah: Al-
5
Maktabah al-Tija>ri>yah, t.t.), 33-34.
6
e. Memahami bahasa Arab dengan baik.
Pada sisi lain, para ulama era modern sekarang ini menambahkan sejumlah
kriteria bagi yang akan berijtihad, yaitu:24
a. Memiliki kapabilitas intelektual.
b. Memiliki kemampuan berpikir dan analisa yang cermat, sehingga relatif dapat
dikatakan ra>sikh fi> al-‘ulu>m.
c. Memahami isu-isu sentral pada zamannya.
d. Memiliki kepedulian yang tinggi terhadap persoalan-persoalan kemasyarakatan.
8
mazhab yang lain. Termasuk dalam hal ini ialah penguasaan ilmu-ilmu yang
menjadi persyaratan mujtahid. Apalagi jika kategorisasi fikih dipandang dari sudut
ilmu pengetahuan modern, maka akan memunculkan pendekatan-pendekatan baru
dalam ilmu tersebut. Misalnya fikih ekonomi, fikih wanita, fikih pariwisata, dan
fikih kedokteran.
Ijtihad individual (ijtiha>d fardi>), lebih banyak menerima kritik dan
bantahan dibandingkan dengan hasil ijtihad kolektif (ijtiha>d jama>‘i>). Hal ini
disebabkan karena keterbatasan penguasaan ilmu-ilmu kontemporer dari seorang
pemberi
fatwa.
Kondisi di atas menunjukkan bahwa ijtiha>d fardi> pada era
modern nampaknya akan menemui banyak kendala untuk dapat diterima luas
oleh masyarakat. Oleh karena itu, kiranya tidak berlebihan jika dikatakan bahwa
kegiatan ijtihad yang lebih otoritatif ialah dengan mengambil bentuk ijtiha>d jama>‘i>.
Ijtihad jenis ini dalam implementasinya di bidang kedokteran ialah berupa
himpunan sejumlah pakar yang terdiri dari para ahli ilmu-ilmu Islam serta para ahli
dalam berbagai bidang kedokteran, sehingga kelompok tersebut telah memenuhi
persyaratan yang diperlukan dalam berijtihad. Dengan kata lain, segala persyaratan
ijtihad yang telah dirumuskan oleh para ahli us}u>l al-fiqh telah terpenuhi secara
kolektif oleh kelompok/lembaga yang melakukan ijtihad, dan bukan secara
individual. Dengan demikian, lembaga ijtihad kolektif inilah yang berperan
melakukan kegiatan ijtihad.
Salah Osman27 menjelaskan dengan ringkas akan kebutuhan terhadap
ijtihad kolektif tersebut:
Finally, given the complexity of contemporary issues and their distribution
among astronomy, medicine, law and economics, as well as morality and
aesthetics, there is no room for the individual absolute ijtihad in our time, in the
sense that the problems of today are not as those in the past time, which can be
solved by one jurist. But the efforts of scientists and experts from various fields
must be combined to reach the religious opinion that is suit variables of our era.
That requires that the jurist, or the jurisdiction, have experts in the various
disciplines, should be consulted, and they must be, naturally, from the people of
piety and devoutness, in addition to their expertise and specializations.28
"Akhirnya, untuk menghadapi kompleksitas masalah-masalah dalam bidang
astronomi, kedokteran, hukum, dan ekonomi, sebagamana juga problema moralitas
dan estetika modern, maka tidak ada ruang bagi ijtihad individual pada era kita ini.
Dengan suatu pemikiran bahwa problem-problem masa kini tidak sama dengan
problem-problem pada masa lalu, ketika dapat diselesaikan oleh seorang faqi>h.
Upaya para saintis dan para ahli dalam berbagai bidang harus dipadukan untuk
dapat menghasilkan opini syariah yang cocok dengan zaman sekarang. Semua hal
itu memerlukan ahli fikih, atau bahkan tata hukum, yang mempunyai keahlian
27
Salah Mahmoud Osman Mohamed. Guru besar ilmu logika dan filsafat sains pada
Munifiya university, Mesir. Menjadi pembicara dalam sejumlah seminar Kedokteran Islam
tingkat internasional.
28
Salah Osman, A Contemporary Reading of the Logic of Islamic Jurisprudential
9
Measurement (Paper, offprint, 2006), 35.
1
dalam sejumlah disiplin ilmu, diman mereka sepatutnya lahir dari kalangan
masyarakat yang tulus dan penuh pengabdian".
Pada saat ini terdapat banyak Lembaga Fatwa atau lembaga ijtihad kolektif
(ijtiha>d jama>‘i>) di berbagai negeri muslim. Lembaga-lembaga tersebut
pada umumnya lebih dapat dipercaya dan menjadi panutan bagi komunitasnya. Ada
yang berskala nasional dan lebih dikenal sehingga diikuti oleh komunitas mereka
masing- masing, seperti Majlis Tarjih Muhammadiyah, Bahtsul Masa-il Nahdlatul
’Ulama, Dewan Hisbah Pusat Pimpinan Persatuan Islam (PERSIS). Ada pula yang
bersifat lokal, seperti Lajnah Mut}a>la’ah dari suatu Pesantren, MUI Kabupaten,
ataupun Tim Pengasuh rubrik fikih di sejumlah majalah atau web Islam.
Di samping itu terdapat pula lembaga fatwa berskala nasional yang
memiliki otoritas di pemerintah (regulator) dan masyarakat pada umumnya.
Lembaga dalam kategori ini di Indonesia ialah Majelis Ulama Indonesia, dimana
fatwa-fatwanya dikeluarkan oleh Komisi Fatwa MUI, sedangkan fatwa dalam
bidang ekonomi dan keuangan dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional ” MUI.
Selain lembaga-lembaga tersebut di atas, terdapat pula sejumlah lembaga
fatwa, yang berskala nasional maupun internasional, yang tidak jarang dijadikan
sebagai referensi penting ataupun pembanding bagi banyak lembaga fatwa tingkat
nasional maupun lokal, termasuk dalam bidang kedokteran. Diantara lembaga-
lembaga tersebut ialah:
a. Majma‘ al-Buhu>th al-Isla>mi>, al-Azha>r al-Shari>f, Kairo.
b. Majma‘ al-Fiqh al-Isla>mi> li Ra>bit}ah al-‘A<lam al-Isla>mi>, Makkah.
c. Majma‘ al-Fiqh al-Isla>mi> Munaz}z}amah al-Mu’tamar al-Isla>mi>, Jeddah.
d. Jama>‘ah Ahl al- di>th, a>ba>d.
Ha{ Islam>
e. Hay’ah Kiba>r al-ulama, Riya>d}.
f. Hay’ah al-Muh}a>sabah wa al-Mura>ja‘ah li al-Mu’assasa>t al-Ma>li>yah al-
Isla>mi>yah (Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial
Institutions), Bah}rayn.
g. Ida>rah al-Da‘wah wa al-Irsha>d al-Di>ni>, Qat}r.
h. Lajnah al-Fatwa> bi al-Kuwa>yt.
i. Al-Hay'ah al-‘A<mmah li al-Shu'u>n al-Isla>mi>yah wa al-Awqa>f al-Ima>ra>t al-
‘Arabi>yah al-Muttah}idah, UAE.
1
seiring cara pandang masyarakat tentang sehat dan sakit, hidup dan mati,
estetika, serta perkembangan teknologi medis yang terus berkembang pesat.
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Disertasi ini berjudul "FIKIH KEDOKTERAN KONTEMPORER (Analisis
Produk Pemikiran Hukum Majma‘ al-Fiqh al-Isla>mi> 1985 ” 2010 dalam
Bidang Kedokteran)". Ini menunjukkan bahwa penelitian ini menjadikan bidang
fikih sebagai acuan pokok. Lebih spesifik lagi ialah analisis terhadap produk
hukum hukum, sehingga ini berarti menitikberatkan kepada metodologi
pengambilan keputusan hukum, dan bukan kepada hasil keputusan hukumnya .
Di samping itu istilah kontemporer berarti bahwa masalah yang dibahas ialah
problem kedokteran yang berkembang dewasa ini.
Sebelum penulis masuk ke dalam pokok kajian, maka perlu diterangkan
bahwa terdapat beberapa lembaga di dunia Islam yang menggunakan nama Majma‘
al-Fiqh. Adapun Lembaga Majma‘ al-Fiqh al-Isla>mi> yang dimaksud
dalam penelitian ini ialah Majma‘ al-Fiqh al-Isla>mi> al-Dawli> Munaz}z}amah al-
Ta‘a>wun al- Isla>mi> atau International Islamic Fiqh Academy of Organization
of Islamic Cooperation (IIFA ” OIC). Lembaga ini merupakan lembaga
keulamaan yang bersifat otonom di bawah kordinasi Sekretariat Jenderal OIC
(Organisation of Islamic Cooperation, dulu bernama Organisation of Islamic
Conference. Selanjutnya disebut: OKI ” Organisasi Kerjasama Islam). Untuk
selanjutnya, Majma‘ al-Fiqh yang dimaksud, akan cukup disebut dengan Majma‘.
Kantor Majma‘ berdekatan dengan kantor Sekretariat Jenderal OKI di ‘Imarah al-
Qurayshi>, Sha>ri‘ Filist}i>n, Jeddah, Saudi Arabia. Adapun sidang-sidang atau
rapat-rapat Majma‘ diselenggarakan berpindah-pindah di berbagai negara anggota
OKI.
Sumber utama disertasi ini ialah makalah-makalah (penyaji, pembanding,
dan penyanggah) serta notulasi atas diskusi-diskusi pada mu'tamar-mu'tamar
Majma‘. Yang dimaksud dengan mu'tamar Majma‘ ialah rapat tahunan yang
dihadiri oleh seluruh anggota Majma‘ dan pakar-pakar yang diundang untuk
membahas suatu masalah. Sebagian besar masalah yang dibahas dalam mu'tamar
Majma‘ ialah bidang ekonomi dan keuangan. Selain itu bidang-bidang bahasan
berikutnya ialah penerapan suatu prinsip atau kaidah us}u>l al-fiqh, politik, budaya,
akidah, hak-hak sipil, hak dan peranan wanita, hukum perang dan damai, zakat, dan
‘iba>dah mah}d}ah.
Adapun penelitian ini berfokus pada topik bidang kedokteran dan
kesehatan. Pemilihan ini beralasan bahwa:
a. Bidang kedokteran termasuk bidang yang paling pesat perkembangannya,
seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi, baik dari sisi diagnostik maupun
terapi, berikut berbagai perangkat penunjangnya.
b. Bidang tersebut bersifat urgen dan vital bagi keberlangsungan kehidupan
manusia.
1
Berikut ini adalah tabel daftar masalah-masalah kedokteraan yang dibahas
dalam mu'tamar Majma‘ pada periode 1985 s.d. 2010. Beberapa topik dibahas
sampai dua atau tiga kali mu'tamar. Hingga tahun 2014, tidak ada penambahan
masalah kedokteran yang dibahas oleh Majma‘.
TOPIK
1 Inseminasi Buatan dan Bayi Tabung
2 Bank Air Susu Ibu
3 Alat Bantu Hidup
4 Transplantasi Organ Tubuh Manusia
dari Orang Hidup atau dari Jenazah
5 Keluarga Berencana
6 Transplantasi Otak dan Sumsum
Tulang Belakang
7 Inseminasi In-Vitro ketika Sangat
Diperlukan
8 Penggunaan Janin untuk
Transplantasi Organ
9 Transplantasi Organ Reproduksi
10 Transplantasi Anggota Tubuh pada
Orang Cacat Akibat Hukum Qis}a>s}
11 Terapi Medik
12 Rahasia Profesi Dokter
13 Etika Kedokteran: Konsekuensi dan
Cakupannya
14 Diagnosa dan Terapi oleh Dokter
Pria pada Pasien Wanita
15 Penyakit AIDS
16 Penyakit AIDS dan Hukum-hukum
Fikih yang Terkait Dengannya
17 Pembatal-pembatal Puasa karena
Menjalani Terapi Medik
18 Kloning pada Manusia
19 Tanggung Jawab Profesi Medik
20 Batasan-batasan Syariat Islam
dalam Pembahasan Biologi Medik
pada Manusia
21 Diabetes dan Puasa Ramad}a>n
22 Operasi Kecantikan dan Hukum-
hukum Fikih Tentangnya
23 Izin pada Tindakan Operasi Gawat
Darurat
Tabel 1. Masalah Kedokteran yang Dibahas Majma‘ pada 1985-2010
1
Dari keseluruhan topik mu'tamar Majma‘ selama kurun waktu tersebut,
bidang kesehatan dan kedokteran mencakup hanya sekitar 10% (sepuluh persen)
dari keseluruhan topik pembahasan Majma‘. Dalam kurun waktu tahun 1985 s.d.
2010 telah dibahas 23 masalah kedokteran dalam 29 kali mu'tamar. Dari jumlah
tersebut dipilih 4 (empat) diantaranya. Adapun alasan pemilihannya ialah bahwa
topik-topik tersebut merupakan masalah kontemporer yang belum menjadi
pembahasan para ulama terdahulu, serta menjadi acuan berpikir (pokok) dalam
membahas topik-topik kedokteran lainnya. Topik-topik kedokteran yang dibahas
pada mu'tamar-mu'tamar berikutnya, pada umumnya adalah derivasi dari tema
pokok yang dibahas dalam disertasi ini.
Dengan demikian dapat diidentifikasi masalah pokok dalam penelitian
ini, ialah mengenai bagaimana prosedur dan proses berlangsungnya pembahasan
topik- topik kedokteran kontemporer dalam mu'tamar-mu'tamar Majma‘. Selain itu
dapat pula diidentifikasi bahwa dari seluruh sumber hukum Islam, maka sumber
atau metodologi us}u>l al-fiqh apa saja yang digunakan oleh Majma‘ untuk
mengambil keputusan fikih terhadapnya.
2. Pembatasan Masalah
Penulis berasumsi bahwa untuk memecahkan masalah-masalah kedokteran
kontemporer tidak cukup hanya berpedoman kepada sumber-sumber hukum Islam
klasik yang telah disepakati, yaitu Al-Qur’a>n, al-H{adi>th, al-Ijma>‘, dan al-
Qiya>s. Masing-masingnya, al-Qur’a>n dan al-Sunnah dikenal sebagai mas}a>dir al-
ah}ka>m, sedangkan al-Ijma>‘ dan al-Qiya>s dikenal sebagai maba>di’ al-ah}ka>m. Dikenal
dengan istilah al-us}u>l al-muttafaq ‘alayha>.
Untuk itu masih diperlukan lagi perangkat us}u>l al-fiqh yang cukup
penting yaitu sejumlah sumber pokok di luar yang empat tersebut, meskipun
sumber- sumber yang terakhir ini diperselisihkan oleh para ulama tentang
penggunaannya.
Sumber-sumber hukum Islam jenis ini terdiri dari 7 (tujuh) pokok yang
biasa dijadikan acuan oleh para fuqaha>'. Acuan ini merupakan suatu cara berpikir
dalam memutuskan suatu hukum, yang oleh karenanya disebut pula sebagai
metodologi pokok dalam hukum Islam. Metode tertentu digunakan oleh sebagian
fuqaha>' dan sebagian lainnya menggunakan metode yang lain lagi. Oleh karena itu
metodologi hukum Islam ini biasa disebut dengan al-us}u>l al-mukhtalaf fi>ha> atau al-
adillah al-mukhtalaf fi>ha>, yaitu :
a. Al-Istis}h}a>b
b. Qawl al-S{ah}a>bi>
c. Shar‘ Man Qablana>
d. Al-Istih}sa>n
e. Al-Mas}lah}ah al-Mursalah
f. Sadd al-Dhari>‘ah
g. Al-‘Urf
1
Asumsi tersebut di atas didasarkan pada penelitian Mus}t}afa> Di>b al-Bugha>
dalam bukunya Athar al-Adillah al-Mukhtalaf fi>ha> fi> al-Fiqh al-Isla>mi>,29 dan
penelitian Mus}lih} Ibn ‘Abd al-H{ayy al-Najja>r dalam bukunya Al-Adillah al-
Mukhtalaf fi>ha> ‘inda al-Us}u>li>yyi>n wa Tat}biqa>tuha> al-Mu‘a>s}irah.30
Namun demikian, contoh-contoh kasus implementasi yang disebutkan
dalam kedua buku di atas bukanlah masalah-masalah kedokteran saja. Berbeda
dengan itu, penelitian ini mengambil kasus pada problematika kedokteran
kontemporer. Dengan demikian penelitian ini menggunakan seluruh sumber hukum
Islam yang ada sebagai pisau analisis terhadap masalah-masalah kedokteran yang
dibahas oleh Majma‘. Keseluruhan sumber hukum Islam yang dimaksud ialah empat
yang disepakati (Al-Qur'a>n, al-Sunnah, al-Ijma>‘, al-Qiya>s) dan tujuh yang
diperselisihkan (al-Istis}h}a>b, Qawl al-S{ah}a>bi>, Shar‘ Man Qablana>, al-Istih}sa>n,
al- Mas}lah}ah al-Mursalah, Sadd al-Dhari>‘ah, al-‘Urf).
Atas dasar itu, kemudian disusun sistematika pembahasan dalam penelitian
ini sebagai berikut:
a. Profil kelembagaan Majma‘. Berikut pedoman dan referensi kepustakaan
Majma‘ dalam pengambilan keputusan hukum fikih (qara>r), serta prosedur
penetapan fatwa Majma‘.
b. Pemaparan dari sisi ilmu kedokteran yang terkait dengan masalah yang akan
dibahas dalam mu'tamar.
c. Pemaparan dan analisis penulis terhadap makalah-makalah dan diskusi para
ulama anggota Majma‘.
d. Kesimpulan analisis penulis tentang t}ari>q al-istinba>t} dalam masalah kedokteran
terkait.
3. Perumusan Masalah
Penelitian ini mengkaji, menyusun, dan melakukan kategorisasi berbagai
dalil dan alur berpikir para anggota Majma‘ yang didiskusikan dalam mu'tamar-
mu'tamar hingga keputusan Majma‘. Rumusan masalah disertasi ini ialah dalil-dalil
atau metodologi us}u>l al-fiqh apa saja yang digunakan oleh Majma al-Fiqh al-Islam> i>
al-Dawli> dalam fatwa-fatwanya (qara>ra>t) tentang masalah-masalah kedokteran,
dan bagaimana kecenderungan pengutamaan penggunaan dalil tertentu dibandingkan
dengan dalil lainnya. Rumusan masalah ini dapat dirinci ke dalam dua pertanyaan
pokok, yaitu:
29
Buku tersebut berasal dari disertasinya dalam bidang Us}u>l al-Fiqh pada
universitas al-Azhar Mesir, dan lulus dengan peringkat cum laude. Urgensi al-adillah al-
mukhtalaf fi>ha> disebutkan secara ringkas dalam pengantar bukunya, serta diuraikan panjang
lebar pada setiap babnya. Lihat: Mus}t}afa> Di>b al-Bugha>, Athar al-Adillah al-Mukhtalaf fi>ha>
fi> al-Fiqh al-Isla>mi> (Dimashq: Da>r al-Qalam, 1993), 7-9.
30
Dalam banyak bagian dari bukunya, al-Najja>r menguraikan urgensi keempat
pokok tersebut berikut implementasinya yang relevan dengan problematika kontemporer.
Mus}lih} Ibn ‘Abd al-Hayy al-Najja>r, Al-Adillah al-Mukhtalaf fi>ha> ‘inda al-Us}u>li>yi>n wa
Tat}bi>qa>tuha> al-Mu‘a>s}irah (Al-Riya>d}: Maktabah al-Rushd, 1424H-2003M), 13-15.
1
1. Dalil-dalil apa saja yang digunakan dan diutamakan oleh Majma‘ al-Fiqh al-
Isla>mi> al-Dawli> dalam fatwa-fatwanya (qara>ra>t) tentang masalah-
masalah kedokteran;
2. Bagaimana pola kecenderungan penggunaan dalil dalam fatwa-fatwa
(qara>ra>t) Majma‘ al-Fiqh al-Isla>mi> al-Dawli> dalam masalah-masalah
kedokteran.
Penulis belum menjumpai tulisan dengan topik yang serupa ataupun yang
menganalisis Keputusan-keputusan Majma‘, khususnya dalam bidang kedokteran.
Akan tetapi penulis mendapati penelitian lain dengan obyek ijtihad secara
kolegial. Penelitian tersebut dilakukan oleh M. Atho Mudzhar, Fathurrahman
Djamil, Wahiduddin Adams,31 dan Hasanudin. Penelitian yang dilakukan oleh Atho,
membuktikan adanya pengaruh politik terhadap fatwa dan dinamika respon
masyarakat terhadap fatwa.32 Penelitian yang dilakukan oleh Djamil, membuktikan
penggunaan prinsip-prinsip maqa>s}id al-shari>ah dalam pengambilan
keputusan fatwa.33 Penelitian Wahiduddin menunjukkan proses transformasi fatwa
dalam peraturan perundang-undangan, serta membuktikan adanya pengaruh dan
sumbangsih fatwa dalam penyusunan perundang-undangan. Penelitian ini
menunjukkan adanya dialektika antara MUI (juga fatwa) dengan negara.
Disamping itu, terdapat disertasi Dede Rosyada di IAIN Jakarta (1998),
yang menelusuri ijtihad kolektif para ulama Dewan Hisbah Persis tentang proses
penetapan hukum dan metode-metode yang digunakan dalam penetapan hukum.
Penelitian berikutnya adalah disertasi Hasanudin tentang fatwa Dewan
Syariah Nasional, lembaga otonom di MUI yang berfungsi mengeluarkan fatwa
ekonomi syariah. Disertasi ini membuktikan adanya pergeseran pemikiran hukum
Islam ulama Indonesia (MUI) dengan mengadopsi konsep multi akad yang
sebelumnya ditolak oleh para ulama. Fatwa yang dikeluarkan oleh DSN”MUI ini
menjadi rujukan bagi lembaga dan otoritas keuangan di Indonesia.34
Adapun kajian terdahulu yang berupa penelitian tentang pandangan fikih
terhadap bidang kedokteran tertentu, maka penulis mencermati empat karya ilmiah
yang cukup penting:
a. Ah}ka>m al-Jara>h}ah al-T{ibbi>yah wa al-A<tha>r al-Mutarattabah ‘Alayha>
(Hukum- hukum Pembedahan dan Berbagai Implikasi yang Terkait Dengannya),
terdiri dari 2 jilid, ditulis oleh Muh}ammad Ibn Muh}ammad al-Mukhta>r Ibn
Ah}mad Mazi>d al-Jakni> al-Shanqit}i> ini. Buku ini pada asalnya adalah disertasi
Doktor
31
Lihat: Wahiduddin Adams, Pola Penyerapan Fatwa Majelis Ulama Indonesia
MUI dalam Peraturan Perundang-undangan 1975 ” 1997 (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah),
Disertasi.
32
Lihat: M. Atho Mudzhar, Fatwas of the Council of Indonesia Ulama: a Study
of Islamic Legal Thought in Indonesia 1975 ” 1988 (INIS, t.t.), Disertasi.
33
Fathurrahman Djamil, Ijtihad Muhammadiyah dalam Masalah Fikih
Kontemporer, (Jakarta: IAIN Syarif Hidayatullah, 1994), Disertasi.
34
Hasanudin, Konsep Multi Akad dalam Fatwa Dewan Syariah Majelis Ulama
1
Indonesia (DSN-MUI (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2008), Disertasi.
1
bidang fikih di Universitas Madi>nah tahun 1414H. Diterbitkan oleh Maktabah
al-S}ah}a>bah, al-Shariqah, al-Ima>ra>t al-‘Arabi>yah al-Muttah}idah (Uni Emirat
Arab) tahun 2010.
b. Ah}ka>m Naql A‘d}a>' al-Insa>n fi> al-Fiqh al-Isla>mi> (Hukum-hukum Transplantasi
Organ Manusia dalam Pandangan Fikih Islam), yang ditulis oleh Yu>suf Ibn
‘Abdilla>h Ibn Ah}mad al-Ah}mad. Buku ini pada asalnya merupakan
disertasi Doktor pada Universitas Imam Muh}ammad Ibn Su‘u>d di Riyad}
pada tahun 1425H. Diterbitkan oleh Da>r Kunu>z Ishbiliya>, Riya>d} tahun 1427H-
2006M.
c. Qad}a>ya> T{ibbi>yah Mu‘a>s}irah (Keputusan-keputusan Masalah Kedokteran Masa
Kini), terdiri dari 2 jilid. Disusun oleh tim Jam‘i>yah al-‘Ulu>m al-T{ibbi>yah al-
Isla>mi>yah, suatu sindikasi (niqa>bah) dari Asosiasi Dokter Yordania. Diterbitkan
oleh Da>r al-Bashi>r, ‘Amma>n, Yordania pada tahun1415H-1995M.
d. Ikhtiya>r Jins al-Jani>n wa al-Intifa‘> bi al-Ajinnah wa al-Khalaya> > al-Jidh‘iy> ah wa
al-Ikhsa} >b al-T{ibbi> al-Musa>‘id min Manz}u>r al-Isla>mi> (Pemilihan Kelamin
Janin dan Penggunaan Organ Janin dan Otak Janin dan Sumsum Tulang
Belakangnya dan Fertilisasi Buatan dalam Pandangan Islam), yang ditulis oleh
‘Abd al- Fatta>h Mah}mu>d Idri>s, Guru Besar dan Kepala Departemen Fikih
Perbandingan, Fakultas Syariah dan Perundang-Undangan, Universitas al-Azhar.
Diterbitkan oleh Da>r al-S{ami>‘i>, Riya>d} tahun 1433H-2012M.
D. Kerangka Teori
Sebelum ini telah diuraikan bahwa pokok masalah yang hendak dijadikan
kajian dalam disertasi ini ialah uraian masalah kedokteran yang dijadikan materi
pembahasan. Mengingat bahwa mu'tamar Majma‘ terkait telah berlangsung cukup
lama, maka penulis merekonstruksi kembali dengan referensi kedokteran yang lebih
mutakhir. Referensi tersebut baik berupa buku teks maupun jurnal-jurnal
kedokteran. Di samping itu penulis pun meringkas pemaparannya dibandingkan
dengan teori kedokteran yang disajikan dalam mu'tamar Majma‘.
Selain itu teori us}u>l al-fiqh tentang metode istinba>t} yang diambil dari
1
kitab-kitab ulama periode klasik maupun periode modern, ditulis secara ringkas dan
1
dipilih yang relevan dengan penelitian ini. Sebagai pengantar pembahasan, uraian
ringkas tentang teori sumber hukum Islam dimuat dalam Bab II.
E. Metodologi Penelitian 35
1. Jenis Pendekatan
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif analitis yang bersifat
yuridis, melalui ilmu interdisipliner. Ilmu-ilmu yang menonjol digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan us}u>l al-fiqh, qawa>‘id fiqhi>yah, fiqh, dan ilmu
kedokteran. Penggunaan pendekatan us}u>l al-fiqh dan qawa>‘id fiqhi>yah
dimaksudkan untuk membuat rekonstruksi secara sistematis dan objektif, dengan
cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasikan, serta mensintesiskan data-
data untuk mendukung fakta memperoleh kesimpulan yang kuat. Dalam penelitian
ini penulis membatasi pada periode persidangan 1985 s.d. 2010. Periodisasi ini
diperlukan agar dapat dipetakan peran dan perkembangan ijtihad Majma‘ pada
kurun waktu tersebut.
Bayumedia Publishing, 2006), 284-292. Mattulada, Studi Islam Kontemporer, dalam Taufik
Abdullah et.al., Metodologi Penelitian Agama (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1991), 3-8.
2
diperluas dengan kepustakaan yang relevan dengan masalah yang dibahas. Data
primer dari literatur terbagi menjadi sumber primer dan sumber sekunder.
a. Sumber primer adalah kumpulan makalah, notulasi rapat dan pernyataan
keputusan rapat (mu'tamar) Majma’, yang merupakan kajian dan pembahasan
yang berkaitan langsung dengan masalah penelitian.
b. Sumber sekunder adalah buku-buku referensi atau buku-buku teks. Penulis
mengkaji referensi dalam berbagai bidang ilmu, khususnya ilmu kedokteran,
tafsi>r Al-Qur'a>n, sharh} al-h}adi>th, us}u>l al-fiqh dan fiqh. Ini semua dalam rangka
untuk memahami latar belakang, argumentasi, alur dan corak pemikiran para
anggota Majma‘ tersebut.
Demikian pula, penulis telah tiga kali berkunjung ke kantor sekretariat
Majma‘ al-Fiqh di Jeddah. Penulis sempat berdialog dengan Usta>dh Muh}ammad
‘Adna>n (sekretaris Majma‘) dan Shaykh Dr. ‘Abd al-H{ali>m (anggota Majma‘ yang
sering berada di kantor Majma‘).
a. Reduksi Data. Data yang diperoleh melalui studi dokumen dan kepustakaan
akan dicek kelengkapannya dan kemudian dipilah-pilah berdasarkan satuan
konsep, kategori, atau tema tertentu. Konsep yang dimaksud ialah konsep
tentang ‚Sumber-sumber hukum Islam‛. Konsep berikutnya ialah tentang topik
masalah kedokteran yang dibahas Majma‘.
Tema yang diteliti ialah tema-tema kedokteran saja, dengan kategorisasi ilmu
kedokteran modern. Selanjutnya dikaji lebih jauh dari segi metodologi us}u>l al-
fiqh yang digunakannya. Sementara itu data yang tidak diperlukan disisihkan,
yaitu tema non-kedokteran, sehingga yang diperlukan saja yang akan dipakai.
b. Kesimpulan. Data yang telah dipolakan dan disusun secara sistematik, baik
melalui penentuan topik, tema maupun kategorisasi yang telah dibuat,
kemudian dianalisis sehingga makna data dapat ditemukan.
36
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta:
Rineka Cipta, 1996), 243.
37
Sutrisno Hadi, Methodology Research (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), j.II, 12.
2
4. Teknik Penulisan
Teknik penulisan penelitian ini merujuk pada ‚Pedoman Penulisan Bahasa
Indonesia, Transliterasi, dan Pembuatan Notes dalam Karya Ilmiah" Sekolah
Pascasarjana (SPs) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta,
Februari 2014.
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini akan mengurai alur berpikir dalam pembahasan topik-topik
kedokteran oleh para anggota Majma‘. Setelah itu dapat ditarik kesimpulan
mengenai dalil-dalil atau metodologi us}u>l al-fiqh apa saja yang dominan
digunakan oleh Majma‘ dalam mengambil keputusan hukum Islam. Oleh karenanya
tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui apakah Majma‘ menggunakan dalil atau metode tersebut
sesuai dengan kaidah dan cara para ulama terdahulu.
b. Di antara metode-metode tersebut, metode yang mana saja yang lebih dominan
digunakan dalam pengambilan keputusan Majma‘
2. Manfaat Penelitian
Penulis memilih topik tersebut di atas, mengingat manfaat dan urgensinya
yang dapat ditinjau dari berbagai aspek, yaitu:
a. Keputusan-keputusan Majma‘ sering menjadi bahan pertimbangan yang sangat
penting bagi banyak lembaga-lembaga keulamaan (fatwa) di seluruh dunia.
Oleh karenanya dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
aplikatif tentang prosedur dan metode ijtihad bagi para pengambil keputusan
bidang hukum Islam.
b. Dengan ditelitinya cara pengambilan keputusan Majma‘, maka dapat menjadi
benchmark bagi lembaga-lembaga serupa di Indonesia, seperti Majelis Ulama
Indonesia (MUI), Majlis Tarjih Muhammadiyah, Bahts al-Masa’il NU
(Nahdhatul Ulama), Dewan Hisbah PERSIS (Persatuan Islam), dan lain-lain.
c. Dapat memahami urgensi atas penguasaan dalil-dalil atau metodologi us}u>l al-
fiqh, baik yang disepakati maupun yang diperselisihkan, bagi pemecahan
masalah kedokteran kontemporer.
d. Pemahaman atas metode-metode tersebut, berikut aplikasinya dapat menjadi
bahan masukan bagi kurikulum serta studi lanjutan, baik untuk Fakultas
Kedokteran UIN maupun komunitas akademik profesi hukum Islam dan profesi
kedokteran.
2
G. Sistematika Penulisan
BAB V : BANK AIR SUSU IBU (BUNU<K AL-H{ALI<B). Di dalam bab ini
diuraikan tentang nilai lebih (advantageous) air susu ibu (ASI), definisi susuan,
serta bagaimana pandangan ulama tentang urgensi dan hukum Bank ASI.
BAB VIII : PENUTUP. Bab ini berisi Kesimpulan dari hasil penelitian berikut
Saran-saran.
2
BAB II
TEORI ISTINBA<T{ DAN SUMBER-SUMBER HUKUM ISLAM
Kata "sumber" dalam terminologi us}u>l al-fiqh berarti rujukan yang pokok
atau utama dalam menetapkan hukum Islam. Adapun "dali>l" secara
terminologis berarti suatu petunjuk yang dijadikan landasan berfikir yang benar
untuk meraih keputusan hukum syariat yang bersifat praktis, atau bisa pula berarti
segala sesuatu yang menunjukan kepada madlu>l. Madlu>l itu adalah hukum
syariat yang diaplikasikan berdasarkan dalil. Untuk sampai kepada
madlu>l dibutuhkan pemahaman atau tanda penunjuknya (dala>lah).4
Adapun kata istidla>l berarti upaya menemukan landasan hukum Islam atas
suatu kasus. Imam al-Dimyathi memberikan arti istidlâl secara umum, yaitu
mencari dalil untuk mencapai tujuan yang diminta. Ada ulama yang bependapat
bahwa istilah istibat ialah mengeluarkan hukum dari nass, sedangkan istidlal ialah
mengeluarkan hukum dari selain nas}s}, ijma>‘ dan qiya>s, yaitu mengambilnya
dari sumber-sumber ijtiha>di>yah, seperti istis}h}a>b, istih}sa>n, dan lain-lain.5
Berikut ini adalah klasifikasi ringkas tentang dali>l:
1. Dali>l ditinjau dari segi asalnya:
a. Dali>l al-naqli>; yaitu dalil-dalil yang berasal langsung dari nas}s} Al-
Qur'a>n dan al-Sunnah.
1
Wahbah al-Zuh}ayli>, Us}u>l al-Fiqh al-Isla>mi>, (Dimashq: Da>r al-Fikr, 1406H-
1986M), j.I, 197-203.
2
‘Abd al-Wahha>b Khalla>f, Us}u>l al-Fiqh, 126-134. Wahbah al-Zuh}ayli>, Us}u>l al-Fiqh
al-Isla>mi>, 249-356.
3
‘Abd al-Wahha>b Khalla>f, Us}u>l al-Fiqh, 173-181.
4
Abu> al-Qa>sim Muh}ammad Ibn Ah}mad al-Kalbi> al-Gharna>t}i>, Taqri>b al-Wus}u>l
ila>‘Ilm al-Us}u>l (Bayru>t: Da>r al-Kutub al-‘Ilmi>yah, 1424H-2003M), 145.
5
Al-Shawka>ni>, Irsha>d al-Fuh}u>l, j.II, 172.
2