Anda di halaman 1dari 3

Hati-hati, Rokok Elektrik

Juga Berpengaruh ke
Kesuburan!
Merokok memengaruhi kesuburan, sudah cukup umum diketahui.
Namun masih banyak yang belum tahu, bahwa hal yang sama
juga berlaku jika merokok elektrik. Penasaran? Ini info
lengkapnya.

Nge-Vape Lebih Aman daripada


Merokok Biasa? Tunggu Dulu
Rokok elektrik, atau juga dikenal sebagai vape, tergolong tren
yang relatif baru. Rokok ini pertama kali dijual di Amerika Serikat
pada tahun 2006, dan mulai marak dikonsumsi pada 2015 di
Indonesia. Vape memungkinkan penggunanya untuk menghirup
nikotin dalam bentuk uap, bukan asap. Perangkat vape
memanaskan cairan berbasis air yang mengandung nikotin,
perasa, dan bahan lainnya, sehingga menciptakan uap air yang
dihirup pengguna. Cara bekerja ini mirip dengan
perangkat vape ganja, yang
mengandung tetrahydrocannabinol (THC).

Inilah yang menjadi salah satu keuntungan rokok elektrik, yaitu


tidak membakar tembakau atau membuat asap. Artinya, nge-
vape tidak menghasilkan tar atau karbon monoksida, yang
merupakan beberapa elemen paling merusak dalam asap
tembakau. Sebagai informasi, ada 7.000 bahan kimia dalam asap
tembakau, 250 di antaranya dianggap berbahaya, dan 69 bersifat
karsinogen (bahan kimia penyebab kanker). Karena alasan ini
juga, siapa pun yang menjadi perokok pasif juga sama
berbahayanya dengan perokok aktif.
Inilah mengapa, sejak pertama kali kehadirannya vape seringkali
dipasarkan sebagai alternatif yang lebih aman daripada rokok
konvensional. Meski dianggap lebih aman daripada
merokok, nge-vape sebenarnya bukan pilihan yang sehat.
Pasalnya, vape masih mengandung nikotin yang sangat adiktif,
meningkatkan tekanan darah dan detak jantung, dan dapat
mempersempit arteri.

Penelitian menunjukkan bahwa banyak rokok elektrik juga


mengandung bahan kimia dan logam beracun lainnya. American
Lung Association mencantumkan beberapa bahan kimia dan
karsinogen yang lebih berbahaya yang ditemukan dalam vape,
seperti:
• Nikotin, yang memengaruhi detak jantung, tekanan darah,
aliran darah, dan arteri, dan dapat meningkatkan risiko
serangan jantung
• Akrolein, bahan kimia (herbisida) yang dapat menyebabkan
kerusakan paru-paru
• Dietilen glikol dan propilen glikol, yang berhubungan
dengan penyakit paru-paru.
• Diacetyl, bahan kimia yang terkait dengan penyakit paru-
paru tertentu.
• Logam berat seperti timbal.
• Kadmium, logam beracun yang juga ditemukan dalam rokok
tradisional.
• Benzena, karsinogen yang juga ditemukan dalam asap
knalpot mobil.
• Formaldehida, bahan kimia sangat beracun yang diserap
dengan baik jika terhirup.
• Partikel sangat halus yang dapat menyebabkan kerusakan
paru-paru

Di samping itu, pada Februari 2020, Centers for Disease Control


and Prevention (CDC) mengidentifikasi penyakit baru berkenaan
dengan infeksi paru-paru disebabkan oleh konsumsi vape,
sekaligus mengonfirmasi 2.807 kasus, termasuk 68 kematian,
akibat infeksi paru-paru terkait penggunaan rokok elektrik
atau vaping. CDC memberi nama penyakit ini Evali atau E-
cigarette or Vaping-Product-Use Associated Lung Injury. Para
peneliti mengidentifikasi rokok elektrik yang mengandung THC
dan vitamin E asetat sangat terkait dengan EvaIi, walaupun tidak
menutup kemungkinan juga ada kontribusi bahan kimia lainnya.

Anda mungkin juga menyukai