Anda di halaman 1dari 11

MANNIPULATIVE THERAPIES “MASSAGE”

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Komunitas I

Dosen Pengampu :

Fatimah, S.Kp., M.Kep., Sp.Kep.Kom

Di Susun Oleh :

Hannisya tofiqurrohma 1032201019

Sabila Miftahul Zanah 1032201041

Siska Meilina 1032201043

Syifa wahyu setyorini 1032201045

Nadhira Nur Alifiana 1032201050

Rini dwi astuti 1032201039

Susan Yulian 1032201053

FAKULTAS KESEHATAN PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MOHAMMAD HUSNI THAMRIN JAKARTA

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan terapi komplementer akhir-akhir ini menjadi sorotan banyak


negara. Pengobatan komplementer atau alternative menjadi bagian penting dalam
pelayanan kesehatan. Klien yang menggunakan terapi komplementer memiliki beberapa
alasan. Salah satu alsannya adalah filosofi holistic pada terapi komplementer, yaitu
adanya harmoni dalam diri dan promosi kesehatan dalam terapi komplementer. Alasan
lainnya krena klien terlibat untuk pengambilan keputusan dalam pengobatan dan
peningkatan kualitas hidup dibandingkan sebelumnya.

Masyarakat luas saat ini mulai beralih dari pengobatan modern (medis) ke
pegobatan komplementer, meskipun pengobatan modern juga sangat popular
diperbincangkan di kalangan masyarakat, sebagai contoh banyak masyarakat yang
memilih mengobatkan keluarga mereka yang patah tulang ke pengobatan non medis
(sangkal putung) daripada mengobatkan ke rumah sakit ahli patah tulang.

Pengobatan komplementer sendiri terdiri dari berbagai macam. Salah satunya


adalah terapi manipulative dan sistem tubuh. Secara umum terapi manipulative ini
biasanya penerapannya dalam bentuk terapi Massage. Di zaman modern ini, terapi
massage banyak diminati masyarakat. Banyaknya kegiatan dan ativitas kerja yang
dilakukan dengan duduk atau berdiri, ditambah lagi gaya tarik grarvitasi telah
menyebabkan racun dari sisa-sisa hasil metabolisme tertimbundi telapak kaki.
Disamping itu kurangnya olahraga dan makanan yang tidak dijaga menyebabkan banyak
orang merasa letih, lesu, tidak semangat dan timbulnya berbagai penyakit. Berdasarkan
studi yang dilakuakn oleh International Journal of Alternative and Complementary
Medicine, orang yang menderita stres dan depresi merasa ada perbaikan setelah
menjalani terapi massage selama 30 menit minimal setiap minggu. Di Indonesia massage
dikenal dengan sebutan pijatan. Pijatan dilakukan dengan lembut menggunakan jari-jari.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana penerapan terapi keperawatan komplementer manipulative based


therpy dalam bentuk massage dewasa?
C. Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui penerapan dari terapi keperawatan komplementer


manipulative based therapy dalam bentuk massage dewasa.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Rawlins (1933) menyatakan, “Pijat adalah ilmu, bukan mode zaman” (hlm. 19).
Jensen (1932) mendefinisikan pijat sebagai "manipulasi ilmiah jaringan tubuh sebagai
tindakan terapeutik". Istilah pijat berasal dari kata Yunani massein, yang berarti “untuk
uleni” (Calvert, 2002). Kata Arab massa atau mas'h, "menekan dengan lembut," juga
berarti "pijat" (Goodall-Copestake, 1919, hal. 1).

Menurut Tairas (2000: 1-2), massage adalah suatu metode refleksiologi yang
bertujuan untuk memperlancar kembali aliran darah, yakni dengan genjotan-genjotan atau
pijatan-pijatan kembali aliran darah pada titik-titik sentrarefleks.

Hal senada diutarakan oleh C.K Giam (1993: 172) massage adalah manipulasi
jaringan lunak tubuh. Manipulasi ini dapat mempengaruhi sistem saraf, otot, pernafasan,
sirkulasi darah, dan limfa secara lokal maupun umum. Massage menghasilkan suatu
stimulus pada jaringan tubuh dengan cara menekan dan meregangkan. Penekanan
menyebabkan kompresi jaringan lunak dan mengubah ujung-ujung saraf yang berupa
jaringan reseptor, sedangkan peregangan memberikan ketegangan pada jaringan-jaringan
lunak.
Menurut Mumford (2001: 10) massage adalah rangkaian yang terstruktur dari
tekanan atau sentuhan. Tangan dan bagian tubuh yang lain seperti lengan bawah dan siku
dapat digunakan untuk melakukan manipulasi di atas kulit, terutama pada bagian otot
dengan gerakan mengurut, menggosok, memukul, dan menekan.
Menurut Harrold (1992: 8) massage adalah teknik pengobatan yang tertua dari
model pengobatan ortodoks atau pengobatan-pengobatan lainnya. Massage merupakan
gabungan dari teknik pengobatan dan tindakan instingtif.
Menurut Harrold (1992: 16) massage merupakan tindakan instingtif dan
pengobatan yang berdasarkan intuisi (gerak hati). Pada perkembangan selanjutnya teknik
mengurut dan teknik-teknik yang lainnya berkembang dan memiliki pengaruh yang
spesifik pada pemberiannya.
Menurut Katsusuke (1996: 61) massage atau pijat didasarkan pada ide bahwa
jantung ialah pusat pertumbuhan. Karena itu, cara pengobatannya mengikuti sistem
peredaran darah, terutama nadi-nadi arteri, dan bergerak masuk ke dalam dari ujung tubuh
menuju jantung.
Terapi dengan memanipulasi otot dan jaringan ikat untuk meningkatkan fungsi
jaringan dan relaksasi. Massage adalah salah satu manipulasi sederhana yang pertama-
tama ditemukan oleh manusia untuk mengusap bagian badan yang sakit. Meletakkan
tangan dengan lurus pada daerah sakit atau mengusap dahi yang panas dari tubuh yang
sakit, adalah permulaan sikap atau gerak apontan yang menghasilkan efek enak.

Pijat atau Massage untuk kesehatan sudah diakui oleh dunia medis, orang
yang memperkenalkan teori penyembuhan pijat tersebut kepada dunia kedokteran antara
lain Dr William Fitzgerald, Dr Edwin Bowers dan Dr Joseph Selbey Riley dari
Unieversitas Vermont.
Seiring dengan perkembangan ilmu dan berbagai metode serta alat bantu yang
digunakan, jenis pijat ini sudah beraneka ragam, mulai dari pijatan yang lembut, pijatan
keras, dan lain-lain. Jenis pijat yang paling terkenal diantaranya, Pijat Tradisional, Refleksi
(Reflexology), Akupresur, Deep tissue, Shiatsu, Thai massage, Swedish massage, Hot
Stone massage, Hawaian massage, French massage serta jenis pijat unik.
Pada dasarnya pijat ini bisa menyembuhkan hampir semua penyakit, namun tujuan
utama dari pemijatan bukanlah untuk penyembuhan, tetapi untuk kebugaran tubuh
sehingga secara tidak langsung dapat mencegah berbagai jenis penyakit.
B. Sejarah

Pijat adalah terapi komplementer yang banyak digunakan yang telah digunakan
oleh perawat sejak zaman Florence Nightingale. Spesialis perawat awal dalam pijat dilacak
sejarah pijat dalam buku teks seperti The Theory and Practice of Massage (Goodall-
Copestake, 1919); Pijat: Buku Teks Dasar untuk Perawat (Macafee, 1917); Dasar-dasar Pijat
untuk Mahasiswa Keperawatan (Jensen, 1932); dan Buku Ajar Pijat untuk Perawat dan
Pemula (Rawlins, 1933). Para penulis mengabdikan sejarah pijat yang luas "untuk
mengajarkan apresiasi siswa untuk subjek" (Jensen, 1932, hlm. v). Macafee (1917) menulis,
“Sejarah pijat setua itu manusia…” (hal. 5). Baik budaya Timur maupun Barat adalah bagian
dari sejarah praktik keperawatan tradisional pijat.

Pada 3000 SM, orang Cina mendokumentasikan penggunaan pijat di Cong Fau dari
TaoTse. Ada bukti dalam Sa-Tsai-Tou-Hoei, ditulis pada 1000 SM dan diterbitkan dalam
abad ke-16, bahwa orang Jepang juga menggunakan pijat (Calvert, 2002; Jensen, 1932).
Goodall-Copestake (1919) mencatat bagaimana pijat dikaitkan dengan Hindu kuno tulisan.
Orang Jepang menerjemahkan pijat atau keramas sebagai amma. Penduduk asli dari
Kepulauan Sandwich menggunakan istilah lomi-lomi, suku Maori di Selandia Baru
menggunakan istilah romi-romi, dan penduduk asli Pulau Tong menggunakan toogi-toogi
untuk mengartikan pijatan (Kellog, 1895, hal. 12). Pemijat kata Prancis, atau "untuk sampo,"
diterapkan pada pijat (Goodall-Copestake, 1919, hlm. 1; Jensen, 1932, hlm. 20).

Orang-orang Yunani dan Romawi mempengaruhi penggunaan pijat dalam


peradaban Barat. Hippocrates, Bapak Kedokteran, memasukkan pijat ke dalam praktik
kedokteran. Pada 380 SM, Hippocrates menulis, “Seorang dokter harus berpengalaman
dalam…menggosok” (Goodall-Copestake, 1919, hal. 2). Galen menggunakan prinsip pijat
dengan siswa gladiator di Pergamos (Jensen, 1932; Rawlins, 1933). Pada tahun 1813, Per
Henrik Ling Swedia mengembangkan gerakan pijat Swedia di Royal Central Institute dari
Stockholm. Pada tahun 1860, Dr. Johan Mezger dari Amsterdam menggunakan pijatan pada
King Frederick VII (saat itu putra mahkota) dari Denmark, dan kesuksesannya
mempromosikan popularitas pijat di seluruh Skandinavia, Belanda, dan Jerman (Jensen,
1932). Meskipun sepanjang sejarah telah dikenal sebagai seni dan terapi
komplementer/alternatif, praktik pijat terus dibangun di atas dasar yang kuat. Dasar, dan
praktik berbasis bukti yang terkait dengan pijat terus berkembang.

Di dunia Barat, pijat dapat digunakan untuk mengobati penyakit atau sindrom yang
didiagnosis oleh penyedia layanan kesehatan. Pijat Timur atau Asia direkomendasikan oleh
Eastern penyedia medis untuk mengobati ketidakharmonisan dan ketidakseimbangan dalam
tubuh manusia (Pijat Body of Knowledge Terapi [Satgas MTBOK], 2010; Wieting &
Cugalj, 2011). Pijat Barat dapat menggunakan effleurage, petrissage, tapotement, atau
gesekan yang dalam (Wieting & Cugalj, 2011). Praktek pijat timur termasuk shiatsu dan
may menggabungkan beberapa teknik (Wieting & Cugalj, 2011). Hari ini, di semua budaya,
pijat adalah intervensi holistik yang menggunakan proses penyembuhan alami untuk
menghubungkan tubuh, pikiran, dan jiwa.

C. Manfaat Massage
1. Meningkatkan fungsi kulit: Peredaran darah dalam tubuh yang meningkat akan
membantu proses untuk menghasilkan kelenjar minyak yang akan lebih efektif
memproduksi keringat, sehingga akan membuang zat yang tidak berguna. Lapisan
epidermis yang paling luar akan larut sehingga kondisi kulit akan lebih baik. Fungsi
kulit sebagai daya penyerap akan lebih meningkat dan kulit menjadi lebih halus.
2. Melarutkan lemak: Gerakan pengurutan yang sifatnya menekan dan menghentak
seperti meremas/ memijat, menepuk, memukul dapat membantu melarutkan lemak
sehingga terjadi pembakaran tubuh.
3. Meningkatkan refleksi pada pencernaaan: Pengurutan perut dengan gerakan-gerakan
tertentu akan lebih merangsang gerak refleksi (Peristaltik), dengan demikian akan
lebih memperlancar sistem pencernaan.
4. Meningkatkan fungsi jaringan otot: Meningkatnya sirkulasi peredaran darah dapat
meningkatkan nutrisi (sari makanan) ke dalam jaringan otot sehingga kekenyalan dan
elastisitas akan lebih bertahan.
5. Meningkatkanya peredaran darah: Meningkatnya peredaran darah yang ditimbulkan
oleh gerak pengurutan akan meningkat pula nutrisi sehingga dapat memberi makanan
pada sel-sel tulang. Dengan demikian meningkat pula pertumbuhan gerak persendian.
6. Meningkatkan fungsi jaringan syaraf: Gerakan vibrace dan friction dapat merangsang
pada fungsi syaraf di seluruh tubuh.
7. Sistem Getah Bening: Luka akibat pukulan akan menyebabkan terjadinya
pembengkakan yang masuk ke dalam sirkulasi getah bening. Pijat dapat
mengosongkan saluran getah bening dan menyembuhkan bengkak tersebut. Jika
cairan yang membuat bengkak tidak disingkirkan, maka akan mengeras sehingga tidak
dapat melewati saluran getah bening. Akibatnya gumpalan cairan yang mengeras
tersebut akan menyumpal di sekeliling jaringan: otot, tulang, urat, ikatan sendi tulang
(ligament) dan kemudian terbentuk “pelekatan” (adhesion).
8. Sistem Kandung Kemih: Pijat di bagian punggung dan perut akan meningkatkan
aktivitas ginjal yang mendorong pembuangan produk sisa metabolisme dan
mengurangi penumpukkan cairan.
9. Sistem Reproduksi: Sistem reproduksi juga dapat ditingkatkan. Pijat pada bagian
perut dan punggung dapat membantu meredakan masalah haid, seperti rasa sakit, pra
menstruasi, haid tidak teratur, dan lain-lain.
D. Efek Massage
a. Efek Fisiologis Massage
1. Stimulasi mekanik jaringan oleh penerapan tekanan & stretching scr ritmik.
2. Efek massage : reflektif, mekanis.
3. Reflektif: efek saraf sensoris & motoris secara lokal & beberapa respon saraf pusat.
4. Mekanis: membuat perubahan mekanis atau histologis pada struktur myofascial
melalui sentuhan langsung.
b. Efek Reflektif
1. Efek yang diperoleh melalui kulit & jaringan ikat superfisial.
2. Kontak langsung menstimulasi reseptor kulit
3. Mekanisme refleks dipercaya mrp fenomena sistem saraf otonom.
4. Stimulus refleks menyebabkan sedasi, mengendorkan ketegangan, & melancarkan
aliran darah.
5. Efek terhadap nyeri: pelepasan β-endorfin.
6. Efek terhadap sirkulasi: meningkatkan aliran darah & limfe.
7. Efek terhadap metabolisme: membantu membersihkan asam laktat.
c. Efek Mekanis
1. Teknik meregangkan otot, memperpanjang fascia atau memobilisasi jaringan lunak
yg mengalami adhesi atau restriksi.
2. Diarahkan pada jaringan yang lebih dalam, seperti adhesi atau restriksi otot, tendon,
& fascia.
d. Efek Terhadap Otot:
1. Stretching mekanis jaringan ikat intramuscular
2. Untuk menghilangkan nyeri & rasa tidak nyaman terkait dg trigger point myofascial.
3. Untuk memperlambat atrofi otot akibat cedera.
4. Meningkatkan aliran darah ke otot skelet.
5. Meningkatkan ROM
6. Tidak meningkatkan kekuatan maupun tonus otot.
e. Efek Mekanis: Terhadap Kulit
1. Meningkatkan suhu kulit
2. Meningkatkan kemampuan berkeringat
3. Menghilangkan adhesi (perlekatan) dan melunakkan scar
4. Meregangkan & merusak jaringan scar fibrosa
5. Menghilangkan perlekatan antara kulit & jaringan bawah kulit.
E. Posisi Massage
1. Posisi yang memungkinkan relaksasi, mencegah kelelahan, memungkinkan
pergerakan bebas lengan, tangan, & tubuh.
2. Berat badan didistribusikan seimbang, bertumpu bergantian kaki kanan dan kiri.
3. Tangan sebaiknya hangat.

F. Teknik Terapi Massage Dewasa


1. Pengaturan tekanan ditentukan oleh kondisi pasien.
2. Durasi tergantung pada patologi, daerah yang diterapi, kecepatan gerakan, umur, &
kondisi pasien.
3. Apabila ada bengkak, mulai dari proksimal untuk memfasilitasi aliran limfe
(“uncorking effect”).
4. Massage seharusnya tidak menyakitkan.
5. Arah kekuatan harus paralel dengan serabut otot
6. Dimulai & diakhiri dengan effleurage
7. Pastikan pasien hangat & dalam posisi nyaman dan relaks.
8. Menggunakan pelumas
9. Mulai dengan stroking superfisial utk meratakan pelumas.
10. Stroke sebaiknya overlap
11. Tekanan yang diberikan segaris dengan aliran vena, diikuti dengan return stroke.
12. Semua stroke sebaiknya ritmik
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Manipulative based therapy yaitu teori dengan cara memberikan perangsangan


pada tubuh untuk mengembalikan fungsi normal tubuh. Perangsangan dapat berupa
senruhan, tekanan, maupun menggerakkan anggota tubuh. Contoh terapi yaitu massage,
akupresur, dan yoga (Zahrawani, 2010). Terapi manipulatif diketahui telah berkembang
diberbagai belahan dunia. Referensi historis paling awal tentang praktik terapi
manipulative di Eropa dimulai pada tahun 400 SM.

B. Saran

Dengan ditulisnya makalah ini, kami berharap setelah membaca makalah ini
pembaca mampu mengetahui tentang pereapan keperawatan komplementer terutama
manipulative based therapy “Massage”.
DAFTAR PUSTAKA

Mariah Snyder. COMPLEMENTARY and ALTERNATIVE THERAPIES in NURSING.


2018.

Gusti. 2016. Prinsip Keperawatan Holistik dalam Terapi Komplementer.


http://gustinerz.com/prinsip-keperawatan-holistik-dalam-terapi-komplementer/. Diakses pada:
17 Oktober 2022. Pukul: 19.30 WIB.

Sudarsini. 2016. Teori dan Praktik Massage untuk Kesegaran Jasmani. Malang: Gunung
Samudra.

Anda mungkin juga menyukai