TIM PENYUSUN
Pelindung
Ir. Syukur Iwantoro, MS, MBA
Penanggung Jawab
Drh. Pudjiatmoko, Ph.D.
Direktur Kesehatan Hewan
Kontributor
Drh. April Wardhana, Ph.D
Dr. Didik Tulus Subekti, M.Kes
Drh. Manuel Kitu
Ketua
Drh. Mardiatmi
Kepala Subdit Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan
Anggota:
Drh. Yunasri
Drh.Yuni Yupiana,M.Sc.
Drh. Iwan Sofwan, MM.
Drh. Pebi Purwo Suseno
Drh. Ratna Vitta Ekowati
Drh. Wahyu Eko Kurniawan
Drh. Ernawati
Drh. Ermawanto
KATA PENGANTAR
ttd
I. SIFAT PENYAKIT
1.1 Etiologi
Penyakit Trypanosomiasis dapat disebabkan oleh protozoa
Trypanosoma evansi, Trypanosoma brucei, Trypanosoma
equiperdum, Trypanosoma congolense, Trypanosoma vivax,
Trypanosoma simiae, Trypanosoma theileri, Trypanosoma
avium dan masih banyak lainnya. Agen yang paling dominan
dilaporkan di Indonesia pada saat ini adalah Trypanosoma evansi
yang menyebabkan penyakit surra. Adapun T. equiperdum
umumnya menyebabkan dourine yang menyerang sistem
reproduksi, sedangkan T. vivax menyebabkan penyakit nagana.
a. Pada Kuda.
Masa inkubasi 4 - 13 hari diikuti demam (Temperatur lebih
dari 39°C). Hewan nampak lesu dan lemah. Mula-mula selera
makan menurun kemudian pulih kembali. Kepincangan sering
terjadi pada kaki belakang, bahkan tidak jarang mengalami
kelumpuhan tubuh bagian belakang.
Selaput lendir mata hiperemia disertai bintik-bintik darah
(ptechiae), kemudian berubah anemis berwarna kuning
sampai pucat. Kadang-kadang ditemukan adanya keratitis.
Limfoglandula submaxillaris bengkak dan apabila diraba
terasa panas dan hewan merasa sakit. Kadang-kadang
terjadi urticaria Tanda oedema dimulai pada bagian bawah
perut menyebar ke arah bagian bawah dada, alat kelamin
(busung papan) dan turun ke kaki belakang. Pada kuda
jantan diikuti pembengkakan pada testis, kadang-kadang
terjadi pembengkakan pada penis. Pada kuda bunting dapat
mengalami keguguran. Gejala klinis demikian juga dapat
Keterangan
Keterangan gambar:
gambar:
dan dan lendir
.Selaput lendir
.Selaput hiperemia
hiperemia kemudian kemudian pucat,testis
pucat, kebengkakan kebengkakan
gangguan
koordinasi saraf pusat yang menyebabkan kaki tidak seimbang dan cahexia.
testis gangguan koordinasi saraf pusat yang menyebabkan kaki
tidakwaktu
Dalam seimbang
yang dan cepat cahexia.dari 2 minggu) kuda mengalami cahexia
(kurang
dan kelemahan yang hebat kemudian roboh dan mati. Pada kasus-kasus
tertentu terlihat gejala syaraf (mubeng/berputar di tempat) sebelum roboh dan
mati. Ini terjadi karena protozoa (Trypanosoma) telah masuk ke dalam otak.
Dalam waktu yang cepat (kurang dari 2 minggu) kuda
mengalami cahexia dan kelemahan yang hebat kemudian
roboh dan mati. Pada kasus-kasus tertentu terlihat gejala
syaraf (mubeng/berputar di tempat) sebelum roboh dan mati.
Ini terjadi karena protozoa (Trypanosoma) telah masuk ke
dalam otak.
A B
Preparat UlasUlas
Preparat Darah Tipis
Darah TipisSurra
Surra (T. evansi)dengan
(T. evansi) dengan Pewarnaan
Pewarnaan GiemsaGiemsa
A). Ulas Darah
A). Ulas Tipis
Darah Rutin
Tipis B).Ulas
Rutin B). UlasDarah
Darah Tipis
Tipis + 1%
+ SDS SDS 1%
1.4.4 Pengobatan
Pengobatan terhadap hewan yang terinfeksi T. evansi bertujuan
untuk mengeliminasi protozoa secepat mungkin dari tubuh
hewan. Pengobatan pada hewan harus memperhatikan efikasi
obat, efek toksik obat terhadap spesies hewan yang terinfeksi
dan ketersediaan obat dalam suatu wilayah / daerah serta
1.5 Epidemiologi
3. Produk hewan
Pada daging, T.evansi tampaknya tidak bertahan hidup di
dalam daging yang terinfeksi lebih dari 8 jam pada suhu
ruang. Pada daging yang dibekukan (chilled meat) T.evansi
tidak akan bertahan lebih dari 48 jam.
4. Vektor
T.evansi tidak dapat bertahan hidup lama pada probosis
lalat penghisap darah yaitu sekitar 6 sampai 8 jam.
2.2.
Kebijakan Pengendalian dan Pemberantasan
Trypanosomiasis
Kebijakan umum pengendalian dan pemberantasan penyakit
trypanosomiasis adalah tindakan untuk mengeliminasi atau
mereduksi kasus secepat mungkin dengan cara stamping out
(depopulasi) ataupun tindakan pemberantasan lain yang tepat
dan sesuai serta operasional dilapangan maupun dengan
pengobatan yang efektif dan efisien. Tindakan pengendalian
dan pemberantasan dilakukan dengan mempertimbangkan
kondisi berikut :
Pengawasan lalu lintas ternak di Sumba terkait wabah surra Tahun 2010
a. Daerah bebas
Setiap ternak yang masuk ke daerah bebas harus dilakukan
uji cepat, seperti MHCT, ulas darah dan pemeriksaan
natif dengan pemberian SDS (tatacara pengujian lihat
lampiran teknis).
i. Apabila hewan yang akan dimasukkan (diintroduksi
ataupun diimpor) dinyatakan positif terinfeksi,
maka ternak tersebut harus dimusnahkan atau
dikembalikan ke daerah asal setelah mendapat
pengobatan dan penyemprotan dengan insektisida.
ii. Apabila hewan yang akan dimasukkan (diintroduksi
ataupun diimpor) dinyatakan negatif, maka dapat
dilakukan dua hal.
a) ternak wajib diisolasi / dikandangkan selama
2-3 bulan untuk diamati lebih lanjut, sebelum
dilepas bebas.
b) Selama periode isolasi dilaksanakan
pemeriksaan darah rutin dan berkala dengan
interval waktu 2-3 minggu dimulai sejak uji
cepat pertama kali dilakukan.
b. Daerah tertular
i. Ternak-ternak maupun hewan rentan dari daerah
tertular ataupun wabah dilarang keluar dari daerah
tersebut.
ii. Apabila kasus surra di daerah tertular telah
terkendali (tidak ada kasus selama 3 bulan atau
lebih), maka ternak rentan dapat dikeluarkan setelah
pemeriksaan uji cepat, memperoleh pengobatan
pencegahan dan penyemprotan vektor.
iii. Apabila pengiriman dilakukan pada sesama daerah
tertular (terutama daerah endemis) maka harus
dilihat tujuannya pengiriman hewan tersebut.
a) Apabila akan digunakan sebagai ternak potong,
maka dapat dilakukan pengiriman dengan
ketentuan :
Hewan sebaiknya dinyatakan negatif
pada uji cepat dengan ulas darah tipis
menggunakan SDS.
Pengiriman dilakukan pada malam hari
dan ditampung pada kandang yang
terlindung dari vektor.
Pemotongan dilakukan pada malam hari
dimana vektor tidak aktif.
b) Apabila akan digunakan sebagai ternak bibit
atau bakalan, maka dapat dilakukan pengiriman
dengan ketentuan :
a. Daerah bebas
Pemotongan paksa / Pemusnahan (stamping out)
ternak yang menderita Surra di daerah bebas ditujukan
untuk menghilangkan agen penyakit. Jika dilakukan
pengobatan dapat digunakan drug of choice dengan
bahan aktif suramin, melarsomin dehydrochloride atau
diminazen diaceturat. Pengobatan menggunakan
diminazene diaceturate harus diulangi kembali setelah 3
minggu atau saat terjadi relapse.
b. Daerah tertular
• Potong paksa / Pemusnahan (stamping out) ternak
yang menderita Surra di daerah tertular dilakukan
apabila prognosa ternak dinyatakan infausta.
• Ternak terinfeksi yang akan diobati harus diisolasi /
dikandangkan. Pilihan obat yang dapat digunakan
adalah obat berbahan aktif suramin, melarsomin
dehydrochloride atau diminazen diaceturat
sebagaimana telah diuraikan sebelumnya.
2.2.6. Pemusnahan
Pemusnahan ternak tidak disarankan di daerah wabah,
kecuali dengan prognosa dinyatakan infausta. Ternak yang
dimusnahkan harus dikubur. Pada daerah bebas, setiap
ternak yang terinfeksi (kasus individual) disarankan untuk
dimusnahkan dan dikubur. Acuan pemilihan kebijakan potong
paksa atau pemusnahan hendaknya mengacu pada penjelasan
sebagaimana disampaikan pada poin 2.2.1 dan 2.2.2.