Anda di halaman 1dari 28

HASIL PENELITIAN

PENGEMBANGAN BAKAT KETERAMPILAN COLOR GUARD MELALUI


EKSTRAKURIKULER DRUMBEN (DRUM BAND) KELAS X DAN XI DI
SMA NEGERI 1 SELAYAR

GUARD COLOR SKILLS DEVELOPMENT THROUGH EXTRACURRICULAR


DRUMBAND (DRUMBAND) GRADES X AND XI IN SMA NEGERI 1 SELAYAR

DWI NANDA HERNIANTI


12201
XI IPA 1

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 SELAYAR


KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR
2021
PENGEMBANGAN BAKAT KETERAMPILAN COLOR GUARD MELALUI
EKSTRAKURIKULER DRUMBEN (DRUM BAND) KELAS X DAN XI DI
SMA NEGERI 1 SELAYAR

GUARD COLOR SKILLS DEVELOPMENT THROUGH EXTRACURRICULAR


DRUMBAND (DRUMBAND) GRADES X AND XI IN SMA NEGERI 1 SELAYAR

DWI NANDA HERNIANTI


12201
XI MIPA 1

PENELITIAN INI DIBUAT UNTUK


BERTUJUAN MEMENUHI TUGAS BAHASA INDONESIA

SEKOLAH MENENGAH ATAS SMAN 1 SELAYAR


KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR
2021

ii
KATA PENGANTAR
Assalamulaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT. atas berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan tugas
penelitian ini yang guna menunjang program semester genap, berjudul “ PEMGEMBANGAN
BAKAT KETERAMPILAN COLOR GUARD MELALUI EKSTRAKURIKULER DRUMBEN
(DRUM BAND) KELAS X DAN XI DI SMA NEGERI 1 SELAYAR
Dalam menyusun penelitian ini, penulis mendapat bimbingan, bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak sehingga penelitian ini akhirnya dapat diselesaikan. Pada kesempatan kali ini
saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada kedua orang tua penulis,
Herling dan Syamsidar yang dengan tulus dan penuh rasa kasih sayang memberikan penulis doa
dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas penelitian ini.
Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak H. Muhammad Rusli, S,Pd.,M.M. selaku guru yang membingbing penulis yang
telah suka rela memberikan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk memberikan petunjuk,
pengetahuan dan arahan selama menyusun penelitian ini.
2. Bapak/ibu guru SMAN 1 SELAYAR, atas bantuan dan ilmu yang diberikan selama ini,
Kiranya akan jadi bekal hidup untuk saya.
3. Teman – teman penulis yang selalu meberikan bantuan dan motivasi agar menyelesaikan
penelitian ini.
4. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini yang tidak bisa disebutkan satu
persatu, semoga dibalas kebikannya dengan nikmat yang berlimpah.

Penulis sudah melakukan penelitian dengan semaksimal mungkin, tetapi sebagai manusia
penulis menyadari tulisan ini masih jauh dari sempurna. Penulis memohon maaf apa bila
terdapat salah kata di dalamnya. Kritik dan saran akan menyempurnakan tulisan ini.

Benteng Selayar, Mei 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................iii

DAFTAR ISI.......................................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1

1.2 Rumusan masalah...............................................................................................1

1.3 Tujuan...................................................................................................................2

1.4 Manfaat.................................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................3

2.1 Sejarah.................................................................................................................3

2.2 Instrumen bendera...............................................................................................4

2.3 Aspek-aspek penampilan.....................................................................................5

2.3.1. Aspek musikal.....................................................................................................5

2.3.2. Aspek visual........................................................................................................5

2.4 Color Guard Style, Equipment dan Teknik..........................................................6

2.4.1. Color Guard Style...............................................................................................6

2.4.2. Equipment...........................................................................................................6

BAB III METODOLOGI....................................................................................................10

3.1 Waktu dan Tempat.............................................................................................10

3.2 Alat......................................................................................................................10

3.3 Sasaran Kegiatan...............................................................................................11

3.4 Kegiatan.............................................................................................................11

BAB IV HASIL PENELITIAN............................................................................................12

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian..................................................................12

4.1.1 Visi dan Misi SMA Negeri 1 Selayar...............................................................12

iv
4.2 Pembahasan......................................................................................................14

BAB V PENUTUP............................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................22

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Drum Band atau dalam bahasa indonesia disebut drumben adalah sekelompok
barisan orang yang memainkan satu atau beberapa lagu dengan menggunakan
sejumlah kombinasi alat musik (tiup, perkusi, dan sejumlah instrumen pit) secara
bersama-sama. Penampilan drumben merupakan kombinasi dari permainan musik
(tiup, dan perkusi) serta aksi baris-berbaris dari pemainnya. Sebagai organisasi yang
fokus pada bidang musik, drumben memiliki beberapa alat musik seperti brass (alat
tiup), battery (alat pukul), pitch instrument (alat depan), dan sebagai pemanis dalam
drumben ada yang berperan sebagai koreografer yaitu color guard (pemain bendera).
Umumnya, penampilan Drumben dipimpin oleh satu atau dua orang Komandan
Lapangan dan dilakukan baik di lapangan terbuka maupun lapangan tertutup dalam
barisan yang membentuk formasi dengan pola yang senantiasa berubah-ubah sesuai
dengan alur koreografi terhadap lagu yang dimainkan, dan diiringi pula dengan aksi
tarian yang dilakukan oleh sejumlah pemain bendera (color guard).
Sma Negeri 1 Selayar sebagai salah satu sekolah yang memiliki drumben perlu
melakukan pengembangan bakat keterampilan color guard melalui ekstrakuliler
drumben untuk menampilan koreografi yang bagus. Anggota dari color guard ini
diasiapkan untuk tampil di acara formal maupun non formal sebagai pengisi acara
maupun hiburan.

1.2 Rumusan masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


1. Bagaimana penerapan ekstrakulikuler color guard di Sma Negeri 1 Selayar ?
2. Bagaimana pengembangan kecerdasan siswa melalui kegiatan ekstrakulikuler
color guard di Sma Negeri 1 Selayar ?

1
1.3 Tujuan

Kegiatan ini bertujuan untuk pengembangan bakat keterampilan pemain bendera


(color guard) melalui ekstrakurikuler drumben dan meningkatkan solidaritas serta
meningkatkan kepercayaan diri setiap anggota color guard

1.4 Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengetahuan baru bagi pembaca
dan Untuk memberikan masukan kepada dunia pendidikan untuk mewujudkan
pendidikan yang lebih menyenangkan dan memberikan fasilitas bagi siswa untuk
mengembangkan potensi dan kecerdasan yang dimilikinya.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah

Drumben bermula dari tradisi purba sebagai kegiatan yang dilakukan oleh
beberapa musisi yang bermain musik secara bersama-sama dan dilakukan sambil
berjalan untuk mengiringi suatu perayaan ataupun festival. Seiring dengan perjalananan
waktu, drumben berevolusi menjadi lebih terstruktur dalam kemiliteran pada masa-
masa awal era negara kota. Bentuk inilah yang menjadi dasar awal orkes militer yang
kemudian menjadi awal munculnya drumben saat ini.
Meskipun pola drumben telah berkembang jauh, masih terdapat cukup banyak
tradisi militer yang bertahan dalam budaya drumben, tradisi milter tersebut tampak pada
atribut-atribut seragam yang digunakan, tata cara berjalan, model pemberian instruksi
dalam latihan umumnya masih merupakan adaptasi dari tradisi militer yang telah
disesuaikan sedemikian rupa.
Di Indonesia, budaya drumben merupakan pengembangan lebih lanjut atas
budaya drumben yang sebelumnya berada di bawah naungan organisasi Persatuan
Drum Band Seluruh Indonesia (PDBI) yang dibina oleh Kementerian Pemuda dan
Olahraga Republik Indonesia.. Drumben lahir sebagai kegiatan yang memfokuskan
penampilan pada permainan musik dan visual secara berimbang, berbeda dengan
Drumben yang lebih memfokuskan sebagai kegiatan olahraga. Dalam
perkembangannya, drumben di Indonesia banyak mengadaptasikan variasi teknik-
teknik permainan yang digunakan oleh grup-grup drum corps di Amerika, khususnya
pada instrumen perkusi. Hal ini membuat corak permainan dalam penampilan drumben
menjadi lebih mudah dibedakan dari corak penampilan Drumben.
Masyarakat betawi memiliki bentuk kesenian yang merupakan asimilasi dari
drumben sebagai salah satu bagian dari kebudayaan rakyat yang dikenal dengan
tanjidor. Kesenian tanjidor diduga berasal dari bangsa portugis yang datang ke
Indonesia pada abad ke 14 hingga ke 16. Menurut sejarawan, tanjidor berasal dari kata
tanger yang dalam bahasa portugis berarti memainkan alat musik. Kegiatan memainkan

3
alat musik ini umumnya dilakukan pada pawai militer ataupun upacara keagamaan.
Kata tanger yang kemudian terasimilasi dalam budaya betawi sebagai tanjidor.

Di zaman dahulu, ketika jajahan Inggris pada masa perang saudara, ada pemain
Bagpipes dan Drums yang dapat dikatakan grup atau sekelompok Band. Pemain-
pemain ini selalu mendampingi prajurit untuk menetapkan tempo marching (baris-
berbaris) dan untuk memberi semangat. Selain Band, mereka selalu menyuruh
beberapa prajurit untuk membawa warna-warna untuk pasukannya. Dari situ berdiri
guardsmen pertama. Setelah sekian lama, idenya dipakai oleh banyak orang hingga
makin berkembang dan dalam waktu yang sangat cepat setiap pasukan militer
mempunyai pengawal untuk membawa warna dari kelompoknya.
Secara berlahan-lahan color guard berkembang hingga menjadi seperti yang
dapat dilihat di Drumben Militer Amerika Serikat. Hingga suatu saat muncul suatu
pemikiran bahwa sudah cukup banyak musik untuk memuaskan telinga tapi masih
kurang untuk memuaskan mata, maka dari situ awal muncul ide color guard sambil
memainkan gerak tubuh/badan dan perlengkapannya menggunakan flag (bendera),
rifle (senapan) dan saber (pedang). Bermula teriakan dahsyat dari perang dan
kebanggaan tentang warnanya lalu berkembang hingga menjadi seperti penampilan
show stopping yang mengiringi penampilan Drumben dimana-mana.
Ada masih banyak hal lain lagi mengenai color guard, namun yang paling utama
adalah untuk menampilkan warnanya dengan bangga sesuai repertoire yang disajikan
merupakan suatu kesuksesan.

4
2.2 Instrumen bendera

Instrumen bendera tidak digunakan untuk bermain musik, melainkan dimanfaatkan


oleh pemainnya sebagai alat bantu aksi tarian untuk menghasilkan efek-efek visual
tertentu yang mendukung penampilan. Pada praktiknya, pemain instrumen ini tidak
selalu menggunakan bendera sebagai aksesori, tetapi bisa menggunakan peralatan-
peralatan lain seperti senapan kayu, selendang, panji-panji, atau bahkan sapu,
tergantung pada koreografinya untuk mendukung penampilan secara keseluruhan.
Namun biasanya instrumen dasar yang digunakan adalah bendera dan senapan kayu.

2.3 Aspek-aspek penampilan

Aspek-aspek yang terkait dalam penampilan drumben pada dasarnya


dikelompokkan dalam dua kategori utama, yaitu aspek musikal dan aspek visual.
Pengelompokkan ini berpengaruh pula pada metode pelatihan pada proses penyiapan
sehingga sebuah grup drumben siap tampil. Umumnya latihan atas masing-masing
aspek tersebut dilakukan secara terpisah terlebih dulu sebelum digabungkan sebagai
sebuah penampilan utuh.

2.3.1. Aspek musikal

Lagu-lagu yang dibawakan dalam satu penampilan drumben umumnya membawa


satu ragam yang sama atau merupakan kombinasi atas beberapa ragam dalam satu
tema yang sama, tetapi ragam yang dibawa dalam satu penampilan tiap-tiap drumben
bisa berbeda-beda.
Secara struktural, umumnya karakteristik lagu-lagu yang dibawakan tiap-tiap
drumben memiliki tipikal elemen yang sama. Bagian "pembuka" yang ditujukan untuk
mendapat perhatian penonton, "solo perkusi" atau disebut dengan feature, "balada"
yang menampilkan solo musik tiup bersama dengan solo perkusi, dan "penutup"
sebagai puncak dari penampilan. Di masing-masing elemen tersebut sering pula
diwarnai dengan variasi teknik permainan, termasuk didalamnya permainan tempo,

5
birama, yang ditujukan untuk mendapatkan satu dinamika permainan yang lebih
seimbang, serta sebagai wahana menunjukkan keterampilan grup.

2.3.2. Aspek visual

Koreografi merupakan inti utama dari aspek visual dalam penampilan drumben. Di
dalamnya melingkupi alur pola atas formasi baris berbaris yang digunakan, aksi-aksi
tarian yang dibawakan oleh para pemain bendera, gerakan-gerakan untuk
menampilkan satu efek visual tertentu yang dilakukan oleh satu, sekelompok, atau
seluruh pemain yang terlibat dalam formasi barisan. Seringkali penampilan Drumben
menggunakan aksesoris-aksesoris tambahan yang dimainkan oleh beberapa orang
pemain untuk mendukung mendapatkan efek visual tertentu secara keseluruhan.

2.4 Color Guard Style, Equipment dan Teknik

2.4.1. Color Guard Style

Color Guard style yang ada di Indonesia maupun di dunia, cukup banyak dan
bervariasai, tetapi ketika melihat perkembangan color guard dewasa ini, style dari color
guard itu sendiri banyak dikembangkan di divisi yang tergabung di dalam DCI (Drum
Corps International) dan WGI (Winter Guard International), dengan equipment standard
yang dipakai seperti Flag, Rifle dan Saber.

2.4.2. Equipment
Dari perkembangan color guard di dunia, terdapat 4 (empat) penguasaan yang
wajib dikuasai suatu tim color guard yaitu 1 (satu) untuk penguasaan olah tubuh/badan
dan 3 (tiga) untuk equipment wajib, antara lain :
a. Body Technique (Ballet)
Dalam color guard, teknik yang diambil sebagai pondasi adalah basic ballet,
dengan penguasaan basic ballet yang dapat dihasilkan adalah pembentukan
badan baik sikap maupun performance, pengelolaan bahasa tubuh yang baik,

6
pelatihan kekuatan badan (terutama dibagian pinggang bawah) serta melatih
kelenturan tubuh dimana sebagai suatu syarat utama untuk menghasilkan pemain
color guard yang baik dan profesional. Selain dari ballet, dapat dikolaborasikan
dengan tari teater, kontemporer, hip hop, ballroom dances serta pengembangan
wawasan color guard dari color guard of Indiana “Blast” serta DCI dan WGI, atau
dapat juga dari refrensi dari sumber lainnya. Selain dari gerakan-gerakan dasar
diatas, dapat juga divariasikan dengan gerakan senam (gymnastic) seperti salto,
split dan sebagainya. Gerakan ini sangat bagus dan spektakuler tetapi berbahaya,
hanya dapat dilakukan dengan proses latihan yang baik dan dilakukan dengan
sangat terlatih.

b. Flag (Bendera)
Bagian-bagian Flag atau bendera terdiri dari tongkat dan kain benderanya
terkadang terdapat pemberat dari bahan karet dibagian ujung untuk
menyeimbangkan tongkat (rubber pole caps). Dalam pemilihan bahan tongkat
pilihlah tongkat aluminium, karena dari segi keseimbangan sangat bagus,
sedangkan untuk kain yang paling bagus dan mempunyai efek visual tinggi adalah
jenis kain Lame, karena jenis ini sangat mengkilap (seperti memantulkan cahaya)
dan ringan, tetapi tidak tahan lama, apalagi dengan perawatan yang tidak
sempurna. Untuk kain bendera yang tepat digunakan pada saat latihan adalah
kain abute, walaupun tidak mengkilap namun cukup tahan lama.
Flag terdapat beberapa jenis dan ukuran yang digunakan, sesuai dengan
konsep penampilan, yaitu :
1. Bendera Standard (standard flag)
Bendera ini dengan panjang tongkat 150 cm sampai dengan 180 cm dan
terbuat dari aluminium bulat ukuran diameter 7/8 inchi sampai dengan 1 inchi,
biasanya digunakan untuk gerakan-gerakan visual yang cepat, riang dan dinamis.
Ukuran standard yang dikembangkan di divisi DCI berkisar 180 cm, dengan jenis
bendera ini permainan skill sangat mudah terlihat, baik skill teknik bendera
maupun tubuh (body language) yang diperlihatkan color guard.

7
2. Bendera Besar (giant flag)
Bendera berukuran panjang tongkat 2 m atau bahkan lebih, biasanya
digunakan untuk visual klimaks dalam suatu permainan/untuk membuat efek
khusus yang mengejutkan.

3. Bendera Pita (simpai/kabuki)


Bendera dengan panbjang tongkat 1 m atau lebih dan terbuat dari aluminium
bulat berdiameter ¼ inchi, diujung tongkatnya diberi bendera seperti pita dengan
panjang pita 2 m sampai 3,5 m. Bendera ini digunakan untuk gerakan yang ringan
dan lincah, sesekali dapat digabungkan dengan gerakan ballet.

4. Bendera Kecil
Bendera ini biasanya digunakan untuk jenis one flag atau double flag (dua
bendera yang dimainkan dengan kedua tangan), panjang tongkat 1 m dan terbuat
dari aluminium berdiameter ¼ inchi. Bendera ini biasanya digunakan untuk
gerakan-gerakan dengan tempo lembut/pelan dan gerakan untuk mendukung
klimaks dari suatu pagelaran.

Diantara ke-empat bendera tersebut, standard flag merupakan equipment


yang wajib ada di dalam setiap color guard show.

c. Rifle (senapan)
Rifle pada umumnya terbuat dari bahan kayu tetapi ada juga yang terbuat dari
aluminium (dipakai star of indiana/blast 2000) dan berbentuk seperti senapan.
Bagian-bagian dari rifle terdiri dari bottom, neck, bolt, tip dan strap (optional).
Ukuran panjang rifle terdiri dari ukuiran 34 inchi, 36 inchi dan 39 inchi, sedangkan
beratnya berkisar antara 0.8 sampai dengan 1,5 kg, tetapi lebih baik
menggunakan rifle yang ringan, sangat kuat, tidak mudah patah, serta yang
seimbang. Untuk menguji keseimbangan rifle dapat dilakukan dengan meletakkan
rifle pada posisi berdiri, apabila rifle ini dapat berdiri maka dapat dikatakan
seimbang. Dalam pemilihan ukuran, sebaiknya menggunakan ukuiran 36 inchi,

8
karena ukuran ini sangat tepat untuk gerakan yang konsentrasi ke body language
ataupun ingin menonjolkan skill teknik dalam bermain.

d. Saber (Pedang)
Alat ini terbuat dari baja (steel) yang kuat dan tahan lama/tidak mudah
bengkok. Berbentuk seperti pedang dan agak melengkung serta pipih/tipis,
Bagian-bagian dari saber antara lain hilt, handle, blade dan tip dengan ukuran
panjang saber 32 inchi, 34 inchi, 36 inchi dan 39 inchi. Dalam pemilihan ukuran
sebaiknya disesuaikan dengan keadaan player, tetapi saber yang tepat adalah
ukuran 39 inchi karena dengan ukuran yang panjang ini, penampilan akan sangat
terlihat berskill dan atraktif.

e. Aksesoris
Selain dari ketiga equipment wajib diatas terdapat pula beberapa aksesoris
yang mendukung penampilan color guard, tetapi merupakan bagian yang tidak
wajib ada disetiap penampilan color guard, tergantung dari repertoire yang ingin
disajikan. Aksesoris tidak harus terpaku dengan sesuatu yang mencerminkan
color guard, banyak benda yang dapat dijakdikan aksesoris seperti kursi, karpet,
topi, tongkat dan masih banyak lagi.

f. Lain-lain
Tambahan lainnya yang terpenting adalah sarung tangan color guard atau
disebut dengan finger free glove, berfungsi untuk melindungi tangan color guard
dari cidera ketika bermain, pilih bahan yang tidak licin, elastis, nyaman ditangan,
tidak kaku/keras, sesuai dengan ukuran tangan. Sehingga memudahkan dan
mendukung pada saat memainkan equipment.
Selain itu carrying case bag atau tas tempat penyimpanan equipment juga
sangat membantu pada saat membawa equipment kemana-mana, bentuknya
seperti tas ransel yang sangat mudah dibawa. Ada juga wadah sebagai
penyimpanan equipment ketika tidak digunakan, yaitu equipment rack. Penting

9
adanya sebuah rak khusus untuk penyimpanan, selain membuat agar awet, rapi
digudang penyimpanan dan tidak cepat rusak.
Tape electrical tidak pernah lepas dari seorang color guard karena sangat
diperlukann untuk membalut equipment agar tahan lama dan melindungi bagian-
bagian penting equipment, selain itu juga tape electrical yang berwarna dapat
membuat equipment menjadi tampak beda.

BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Kegiatan pengembangan bakat keterampilan color guard akan dilaksanakan


setiap hari Rabu dan Sabtu pukul 16.00 Wita dilapangan sekolah SMA Negeri 1 Selayar
jalan Kemiri no. 04 Benteng Kecamatan Benteng Kabupaten Kepulauan Selayar,
Provinsi Sulawesi Selatan.

3.2 Alat

Alat yang akan digunakan adalah sebagai berikut :


1. Bendera (flag) – terdiri dari tongkat dan kain bendera serta pemberat berbahan
karet di ujung untuk menyeimbangkan tongkat. Ada empat jenis bendera
berdasarkan ukurannya yang dipilih sesuai konsep penampilan, yaitu bendera
standar, bendera kecil, bendera pita/sabuk dan bendera besar.
2. Senapan (rifle) – biasa terbuat dari kayu dan tambahan alumunium flat dengan
bagian-bagian berupa bottom, neck, bolt, tip dan strap. Rifle yang baik memiliki
berat ringan, tetapi cukup kuat sehingga tidak mudah patah, serta seimbang.
3. Pedang (saber) – terbuat dari baja yang kuat dan tahan lama, dengan bagian-
bagian meliputi hilt, handle, blade dan tip. Panjangnya sendiri menyesuaikan dari
ukuran 32 inchi hingga 39 inchi. Namun, pilihan paling tepat untuk penampilan
lebih atraktif yaitu 29 inchi.
10
4. Peralatan spesial yang telah dimodifikasi, aksesoris tambahan dan perlengkapan
untuk perlindungan selama mempraktekkan skill colour guard.

3.3 Sasaran Kegiatan

Siswa dan siswi kelas X dan XI Sekolah Menengah Atas 1 Selayar Kabupaten
Kepulauan Selayar

3.4 Kegiatan

Pemain color guard akan dilatih oleh seorang pelati koreografer color guard.
Anggota color guard akan dilatih empat penguasaan dasar, yaitu penguasaan olah
tubuh, serta 3 penguasaan menggunakan peralatan yang lazimnya mereka gunakan
yaitu bendera (flag), pedang (saber) dan senapan (rifle).

11
BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

SMAN 1 SELAYAR merupakan salah satu sekolah menengah atas negeri yang
berada di kabupaten kepulauan selayar, provinsi Sulawesi selatan, Indonesia. SMAN 1
SELAYAR pada awalnya berdiri tahun 1961 masih merupakan kelas jauh dari SMAN
Bantaeng. Selanjutnya tahun 1963 sesuai dengan surat Keputusan Dirijen Pendidikan
Dasar dan Menengah didefinitikan (dinegrikan) menjadi SMAN 256 Selayar yang berarti
SMAN yang ke 256 di Indonesia. Seiring pergantian sistem dan perbaikan kurikulum
belajar mengajar di negeri ini maka SMAN 256 Selayar berubah nama menjadi SMAN 1
SELAYAR sampai sekarang. Sama dengan SMA pada umumnya di Indonesia masa
pendidikan sekolah di SMAN 1 SELAYAR ditempuh dalam waktu tiga tahun pelajaran ,
mulai dari kelas X sampai kelas XII.

4.1.1 Visi dan Misi SMA Negeri 1 Selayar

A. Visi
Mewujudkan warga sekolah yang berkualitas, menguasai iptek berdasarkan imtaq
yang mampu bersaing di dunia global yang berwawasan lingkungan.

B. Misi
1. Mengembangkan kompetensi keagamaan dengan menumbuhkan penghayatan
terhadap ajaran agama yang dianut dan budaya bangsa sehingga menjadi
sumber kearifan dalam bertindak.
2. Mengembangkan kompetensi akademik yang meliputi pengetahuan, sikap,
keterampilan untuk meningkatkan wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi.
12
3. Mengoptimalkan berlangsungnya proses belajar mengajar.
4. Mengembangkan sarana dan jaringan teknologi informasi dan komunikasi dalam
kegiatan proses pembelajaran.
5. Menciptakan suasana belajar yang aman dan kondusif melalui ketahanan
sekolah yang mantap dan kuat.
6. Menanamkan budaya dan karakter bangsa kepada peserta didik yang
didasarkan pada keterampilan professional.
7. Menggali dan mengembangkan potensi bakat serta minat peserta didik dalam
bidang olahraga dan seni serta kegiatan ekstrakurikuler dan lingkungan hidup.
8. Menumbuhkan kreatifitas peserta didik dalam melakukan penelitian ilmiah dan
kewirausahaan.
9. Menumbuhkembangkan budaya mutu.

C. Fasilitas dan Sarana Penunjang


Fasilitas yang dapat memudahkan kelancaran proses belajar mengajar di
SMA Negeri 1 Selayar cukup tersedia. Beberapa sarana yang tersedia tersebut
sebagai berikut :
1. Ruang Laboratorium
2. Ruang Kepala Sekolah
3. Ruang Guru
4. Ruang Belajar Siswa
5. Taman Baca
6. Gedung Perpustakaan
7. Sarana Olahraga
8. Ruang UKS
9. Kantin
10. Ruang Seni/Drum Band
11. Lapangan Upacara

D. Struktur Organisasi

13
Struktur Organisasi adalah susunan dan hubungan tiap bagian serta
posisi yang ada pada suatu organisasi dalam menjalankan kegiatan operasional
untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Berikut struktur organisasi SMA Negeri
1 Selayar tahun pelajaran 2017/2018

Gambar 4.1
Struktur Organisasi SMA Negeri 1 Selayar

4.2 Pembahasan

A. Disiplin ilmu Seni yang dibutuhkan

14
Pada ekstrakulikuler drumben berbagai disiplin ilmu turut menentukan
suksesnya pertunjukan Drumben, disiplin tersebut tidak hanya dilihat dari kostum
yang mereka gunakan tetapi meliputi lagu, koreografi, langkah, visual dan musik.
Berikut dicoba uraikan masing-masing aspek yang terlibat dalam praktek Drumben.

1. Seni Musik
a. Arransemen dan orkestrasi merupakan hal utama dalam seni Drumben, ketika
kita melakukan sebuah arransemen maka secara otomatis ada pekerjaan
orkestarasi sebagai pelengkap dan penyempurnaan dari apa yang akan kita
buat. Dalam penampilannya terjadi proses kreatifitas dalam membuat
arransemen dan orkestrasi terhadap instrument yang ada. Jenis ritmik lagu
yang dimainkan oleh orkestrasi Drumben ini lambat laun kian rampak dan
beragam, balutan dan hentakan musik pop, dangdut, blues bahkan rock
sekalipun mampu dipersembahkan dengan apiknya, aransemen dan
orchestrasi yang memadai menjadi kata kunci di samping keuletan dan
ketekunan dalam berlatih. Membuat arransemen maupun orkestrasi pada saat
ini dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi, Adanya software untuk
penulisan notasi musik seperti Encore, Sibelius dan yang lainnya sangatlah
membantu dalam membuat sebuah arransemen dan orkestrasi. Melodi,chord
serta perpaduan bunyi semua instrument atau orkestrasi yang akan dibuat
dapat didengarkan langsung dan juga dapat diperdengarkan kepada para
marcher dalam proses Latihan baik sectional maupu gabungan. Dengan
sendirinya dapat mengontrol nada yang sumbang, namun apabila
ketergantungan terhadap tekhnologi yang ada menjadi hal utama maka fantasi
dalam pembauatan arransemen dan orkestrasi bagi seorang arranger menjadi
berkurang, padahal dalam pembuatan arransemen dan orkestrasi mesti
berdasarkan kaidah-kaidah ilmu musik yang ada agar karya yang dibuat
sistematis dan terstruktur (Irwan, 2007)
b. Seksional Battery atau instrument perkusi non melodi dapat dilakukan secara
parallel antara motif ritme melodi dengan motif ritme perkusi, dan juga dapat
dibuat secara independen yakni antara motif ritme perkusi berbeda sama

15
sekali dengan motif ritme melodi dan pada keutuhan arransemen seksional
Battery diberi ruang khusus untuk melakukan demonstrasi dengan motif ritmik
yang energik dan teknik seperti Gripping atau cara menggenggam stik,
Fulcrum, Drumming atau titik poros pada stik, Rudiment (Roll Rudiments,
Diddle Rudiments,Flam Rudiment, Drug Rudiments) dan masih banyak
pembagian dari teknik rudiment.Disamping teknik permainan stik Postur tubuh
seorang pemain Battery menjadi hal yang penting untuk diperhatikan guna
keseragaman dalam membentuk style dan karakter Showmanship sebuah
kelompok battery , (Saiman, 2012).
2. Seni Tari
Pelaksanaan seni Drumben tidak hanya berfokus pada aspek musikal,
namun masih banyak aspek lainnya yang mesti dikuasai secara utuh, salah
satunya aspek seni tari atau gerak, penguasaan gerak tari muncul ketika para
pemain berperan sebagai color guard dalam pembelajaran color guard ada
beberapa aspek yang harus diketahui, diawali dengan pengertian tentang color
guard, color artinya warna secara tersirat color merupakan suatu istilah bendera
kenegaraan (nation color) sedangkan guard artinya penjaga, pengawal atau
pasukan pengawal,color guard berarti pasukan atau penjaga bendera
kenegaraan disertai pataka dan benner sebagai identitas. Selain itu mesti
dipahami juga arti dan tujuan kehadirannya color guard dalam seni
marchingband diantaranya memberikan keindahan dan daya tarik seluruh
pagelaran, menunjukkan komunikasi terhadap pagelaran (Sopuan 2012). Dalam
mempraktekkan seni color guard banyak hal yang harus dilatih untuk dikuasai,
penguasaan peralatan yang digunakan (equipment) seperti Flag (bendera),Rifle
(senjata mainan) dan Sabre (pedang mainan) serta melatih teknik dasar dari
setiap alat yang akan digunakan.
3. Seni Desain Visual
Rancangan pola display yang akan digunakan dikonsep secara seni
desain agar proses latihan pada display dapat berjalan secara efektif, seiring
perkembangan teknologi pembuatan desain display dapat digunakan dengan
menggunakan sofwar yang telah ada bahkan dapat dirinci secara frase atau

16
chard dari gerakan satu, dua, tiga dan seterusnya dan disesuaikan dengan
musik yang dibuat. Hal ini sangat membantu secara konseptual, diharapkan pola
atau desain yang telah dibuat pada sofwar tersebut mestinya dilakukan metode
visual guna memberikan pemahaman terhadap konsep display yang dibuat dan
diterapkan oleh para marcher.

4. Seni Kepemimpinan dan baris berbaris (dril).


Pimpinan dalam kegiatan Drumben biasa disebut dengan fillcommander,
seorang illcommander diberikan pembekalan tentang kepemimpinan dan
pemahaman terhadap keutuhan konsep yang telah dibuat, penguasaan display
yang ada, penguasaan terhadap lagu yang telah dibuat serta kemampuan
memberikan aba-aba atau code dengan pasti dan tegas sesuai dengan
ketentuan atau kaidah yang terdapat pada keutuhan konsep baik secara musical
maupun visual.
B. Tahapan Pembelajaran
Proses perwujudan sebuah karya seni Drumben tidak dapat diwujudkan
secara bersamaan dari setiap section namun harus melalui tahapan-tahapan
antaralain :
1. Tahapan Sektional, langkah awal dari proses latihan yang dilakukan dimulai
latihan secara terpisah sesuai dengan section masing-masing seperti section
Colorguard, section hornline, Section Battery.Tahapan sectional diawali dengan
memberikan sosialisasi terhadap peran dan fungsi dari section yang ada dan
memberikan apresiasi dengan menggunakan metode audio visual, yakni
memberikan apresiasi lewat dokumentasi terhadap section yang ada pada
kegiatan marching yang lain, tujuannya dilakukan guna memberikan stimulant
atau rangsangan minat awal kepada para marcher, menurut Nurul Zuriah (2005)
menyatakan bahwa tindakan yang merupakan ujicoba ide ke dalam praktek
untuk memperbaiki atau mengubah sesuatu agar memperoleh dampak nyata
dari situasi. Sehingga metode ini menjadi hal yang mesti dipertimbngkan untuk
dilakukan. Langkah berikutnya pada tahapan section ini menggunakan Metode
Sampling atau memberikan contoh serta penerapan teknik dari masing sectional

17
(colorguard, hornline dan Battery) agar para marcher mendapatkan pemahaman
terhadap capaian apa yang akan dilakukan nantiknya, seorang instruktur tidak
hanya berbicara depan para anak didiknya namun mestinya memberikan contoh
terhadap apa yang akan dilakukan atau dipraktekkan biasa disebut dengan
penerapan langsung yang bersifat Partisipatori (Zuriah, 2005).
2. Tahapan penggabungan sectional, langkah berikut yang dilakukan setelah
tahapan sectional selesai dilakukan, menggunakan metode pemutaran audio
dari konsep keutuhan karya agar seluruh Marcher memahami capaian yang
akan mereka lakukan. Setelah audio diperdengarkan langkah berikutnya
memberikan pemahaman analisis bentuk terhadap keutuhan karya. Seorang
musisi maupun pengkarya yang baik tidak hanya membutuhkan imajinasi, akan
tetapi pengetahuan akan ilmu musik seperti pemahaman ilmu harmoni, ilmu
bentuk dan lainnya sehingga mempermudah untuk melakukan atau
mempraktekkannya, (Irwan, 2007)
3. Tahapan pembalajaran dasar-dasar drill (baris-berbaris), diawali melalui
apresiasi dalam bentuk pemutaran dokumentasi audio visual, Setelah apresiasi
dilakukan para instruktur mendemonstrasikan dasar-dasar drill dan
mendemonstrasikan pola-pola gerak yang dilakukan sesuai desain display yang
telah dikonsep, gaya drill atau baris berbaris yang ada pada kegiatan Drumben
berbeda dengan kegiatan baris berbaris militer,pramuka dan paskibraka,
perbedaan tersebut terdapat pada gerak di tempat atau jalan di tempat,hadap
kiri, hadap kanan dan balik kanan, gerak berjalan (manufer Marching) dengan
posisi punggung tegap lurus dan badan mengarah ke depan, aba-aba yang
digunakan juga berbeda. Setelah dipahami dilanjutkan dengan pelaksanaan drill
oleh para marcher secara bergantian sesuai dengan frase atau char yang telah
dibuat.
4. Tahapan Latihan konfigurasi/display Kering (tanpa Instrumen), setelah
melakukan tahapan-tahapan diatas selanjutnya para marcher diberikan
pemahaman atau sosialisasi terhadap pola konfigurasi yang akan dibuat, seiring
dengan perkembangan teknologi sofwar pembuatan konsep display
memberikan kemudahan bagi para instruktur untuk merangkai desain yang ingin

18
dicapai, sebelum memulainya perlu kiranya melakukan metode pemutaran audio
visual guna memberikan gambaran capaian yang akan dilakukan nantinya,
dalam penjabaran konsep konfigurasi yang akan dibuat perlu membagi gerak
sesuai frase atau chard yang disesuaikan dengan lagu.tahapan ini dilakukan
tanpa menggunakan instrument dengan membuat program tryout disesuaikan
dengan gambaran luasnya lapangan yang bakan digunakan dalam lomba
nantinya.
5. Tahapan Latihan konfigurasi/display Basah (menggunakan instrumen), masing-
masing pemain dilatih memainkan lagu dan gerak sesuai chard atau frase yang
telah dirancang. sambil memainkan lagu yang telah dibuat dengan
menggunakan instrumen, hal ini dilakukan dengan cara yang sama pada
tahapan latihan kering dengan membuat program tryout di lapangan baik indoor
maupun outdoor sesuai kondisi lapangan yang akan digunakan pada lomba
atau tempat penampilan, agar marcher mudah beradaptasi.

19
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pengembangan bakat color guard melalui ekstrakurikuler drumben yang


dilaksanakan oleh SMA Negeri 1 Selayar merupakan suatu sarana dan wadah
pengembangan minat dan bakat bagi siswa. Proses pembelajaran dalam kegiatan
esktrakurikuler drum band juga telah banyak menerapkan proses pembelajaran sesuai
dengan teori. Selain proses pembelajaran, proses rekutmen peserta tim.color guard
juga terbilang baik, dimana proses rekutmen siswa dilakukan dengan menetapkan
beberapa kategori. Hal itu tentu akan mempermudah jalannya latihan drum band,
dimana siswa yang mengikuti ekstrakurikuler drum band adalah siswa yang sedikit
banyak harus mengetahui cara bermain music dan gerakan color guard. Penentuan
peserta berdasarkan kategori yang telah ditetapkan pelatih membuat proses
pembelajaran drum band berjalan lancar. Sehingga kegiatan-kegiatan yang ada di
dalamnya mampu mengembangkan kecerdasan musikal yang dimiliki oleh siswa.

5.2 Saran

Melalui tulisan ini diharapkan adanya penyadaran dari pihak lembaga pendidikan
yang bergerak di bidang seni agar memberikan respon bahwa ada peluang dalam
berkreatifitas dan mengaplikasikan keilmuan seni yang dipelajari secara kolaboratif
terhadap kegiatan ekstrakulikuler seni Drumben, kenyataan yang ada masih minimnya
campur tangan pihak institusi seni terhadap pembinaan dan pengembangan kegiatan
tersebut karna begitu kompleknya seni yang ada dalam penggarapan sebuah karya
20
seni Drumben. Langkah awal yang sudah dilakukan sekolah SMA Negeri 1 Selayar
dengan memasukkan dalam kegiatan ekstakulikuler Drumben namun belum berjalan
secara maksimal, karena kurangnya fasilitas pendukung dalam mengaplikasikannya
dan pemberdayaan sumber daya yang belum maksimal, mungkin dengan cara
melakukan pengembangan bakat sumber daya yang ada ke komunitas atau kelompok
Drumben yang sudah profesioanal atau workshop terhadap kegitan yang bersangkutan
dengan mendatangkan tenaga professional di bidangnya dan hal lainnya, sehingga
memberikan celah atau ruang untuk memahami pentingnya menangkap peluang ini
untuk dijadikan proses berkreatifitas dalam penerapan keilmuan seni yang dipelajari
dan tidak tertutup kemungkinan menjadi ruang profesi.

21
DAFTAR PUSTAKA
Hikmat Budiman, 2001, “Lubang Hitam Kebudayaan”, Kanisius, Jogjakarta.
Irwan, 2007, “Buku Ajar Arransemen I” , Sekolah Tinggi Seni Indonesia,Padangpanjang.
Marko S. Hermawan, 2002, “Tips 3 K”, Trendmarching : Situs Library Indonesia
Marching Band Indonesia, Jakarta.
Nurul Zuriah, 2005, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan” Bumi Aksara, Jakarta
Sehat Kurniawan Saiman, 2012, “Brass Clinik” , Diktat Workshop Marching Band,
Pasaman Barat.
Sopuan, 2012, “ Color Guard Clinik”, Diktat Workshop Marching Band, Pasaman Barat.
Titi Nur Vidyarini, 2008, “Budaya Populer dalam Kemasan Program Televisi”, Jurnal
Ilmiah Scriptura, Jakarta.
Yusup oeblet, 2008, “ Menuju Pendidikan Musik Yang Terbarukan”, Depok

22
23

Anda mungkin juga menyukai