Anda di halaman 1dari 20

Reputation: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat

Volume 2, Nomor 1, 2018, 69-88


Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung
https://jurnal.fdk.uinsgd.ac.id/index.php/reputation

Peran Manajemen Krisis Sebagai Upaya


Mempertahankan Citra
Ririn Riyani Triastuti1, Ruhiyat1, Abdul Aziz Ma’arif2
1Jurusan Ilmu Komunikasi Hubungan Masyarakat, UIN Sunan Gunung Djati, Bandung
Email : ririnriyaani@gmail.com
ABSTRAK
Manajemen krisis sangat dibutuhkan oleh perusahaan yang sedang
mengalami krisis khususnya di PT Dirgantara Indonesia (Persero).
Manajemen krisis ini jika perusahaan mengalami krisis maka pihak
manajemen harus mengembalikan kondisi perusahaan dengan
menggunakan proses manajemen krisis ini. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui beberapa proses manajemen krisis yang telah dilakukan
oleh Humas yaitu proses mengidentifikasi, mengisolasi dan mengendalikan
krisis di PT Dirgantara Indonesia (Persero). Proses ini merupakan
rangkaian dari strategi 3P yaitu strategi pencegahan, strategi persiapan dan
strategi penanggulangan. Peneliti menggunakan konsep dari tahap strategi
penanggulangan krisis dalam kondisi akut yaitu proses mengidentifikasi,
mengisolasi, dan mengendalikan krisis. Penelitian ini menggunakan
paradigma konstruktivisme dan metode kualitatif. Peneliti juga
menggunakan pendekatan studi kasus yaitu mengenai suatu lembaga atau
organisasi dengan berupa fenomena yang ada dan terjadi nyata di suatu
lembaga atau organisasi. Hasil dari penelitian ini menerangkan bahwa
proses mengidentifikasi yaitu mencari akar permasalahan, proses
mengisolasi ini bagaimana cara memberi pemahaman kepada internal dan
eksternal, dan proses mengendalikan untuk memulihkan perusahaan yang
mengalami krisi dan agar tidak terulang kembali krisis kepada perusahaan
Kata Kunci : Manajemen Krisis; Humas; Proses

ABSTRACT
Crisis management is needed by companies that are experiencing a crisis, especially in
Indonesian Aerospace (IAe).The management of this crisis if the company's crisis
management it must restore the company to use the crisis management process. The

Reputation: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Volume 2 Nomor 1 (2018) 69-88 69


Ririn Riyani Triastuti

purpose of this research is to know some crisis management process that has been done
by Public Relations is the process of identifying, isolating and controlling the crisis in
Indonesian Aerospace (IAe). This process is a series of strategies 3P such as prevention
strategies, preparation strategies and coping strategies. Researchers use the concept of crisis
coping strategies in acute conditions that is the process of identifying, isolating, and
controlling the crises. This research uses constructivism paradigm and qualitative method.
Researchers also use a case study approach that is about an institution or organization
with a phenomenon that exists and occurs manifestly in an institution or organization.
The results of this research explain that the process of identifying is to find the root of
the problems, the process of isolating this how to give understanding to the internal and
external, and the process of controlling to restore the company that suffered the crisis and
so as not to repeat the crisis.
Keywords: Crisis Management; Public Relations; Process.

PENDAHULUAN
Perusahaan swasta atau perusahaan BUMN tidak semua dapat mengalami
krisis, tetapi diperkirakan bahwa suatu perusahaan dapat mengalami krisis
karena ada sesuatu hal terjadi yang membuat citra perusahaan menjadi
buruk dimata masyarakat luas. Faktor penting dalam persaingan di dunia
usaha itu bagaimana perusahaan tersebut bisa mempertahankan citra
perusahaannya agar tetap dikenal baik oleh m asyarakat. Perusahaan harus
selalu mengantisipasi terjadinya krisis, karena dengan mengantisipasinya
suatu perusahaan akan siap menghadapi krisis.
(Soemirat, Ardianto 183:2012) ada beberapa resiko yang dapat
dialami dalam perusahaan yang mengalami krisis adalah seperti inten sitas
masalah menjadi meningkat, dibawah tekanan pemerintah dan pers,
operasional normal perusahaan mendjadi terganggu, dan nama baik citra
perusahaan akan terancam. Krisis cenderung dapat mengakibatkan dampak
atau efek menjadi masalah yang dapat merugikan baik perusahaan maupun
masyarakat.
Keberhasilan disuatu perusahaan di perkirakan bisa terjadi dengan
adanya citra yang baik bagaimana perusahaan tersebut bisa
mempertahankan sebuah usaha dalam keeksistensiannya di internal
maupun eksternal dengan kerja keras dan inovasi dari pihak perusahaan.
Citra adalah sesuatu hal yang penting bagi setiap perusahaan. Perusahaan
yang memiliki citra positif dimata konsumen juga cenderung bertahan pada
masa krisis. Peran dan fungsi Public Relations sangatlah penting untuk
menjaga citra perusahaan demi kelancaran komunikasi yang baik secara
70 Reputation: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Volume 2 Nomor 1 (2018) 69-88
Peran Manajemen Krisis Sebagai Upaya Mempertahankan Citra

internal maupun eksternal dengan mengedepankan moral dan perilaku


komunikasi yang baik.
(Suratno, Journal of Management, Volume 2 No.2 Maret 2016:3)
menjelaskan bahwa citra perusahaan adalah suatu atribut yang merupakan
hasil dari proses perbandingan pelanggan terhadap sebuah produk yang
dimiliki oleh perusahaan. Atribut tersebut berupa produk, kualitas dari
produk perusahaan ataupun kualitas pelayanan dari perusahaan.
Krisis adalah dimana situasi yang merupakan dapat membuat
sesuatu hal menjadi baik atau buruk dan cenderung dapat membuat citra
perusahaan menjadi positif atau negatif di suatu perusahaan (Kasali,
1994:28). Krisis bagi sebuah perusahaan tentunya mengakibatkan beberapa
hal yang terjadi di dalam internal perusahaan seperti para karyawan yang di
paksa untuk menyudahi pekerjaannya di sebuah instansi yang sedang
mengalami krisis atau bisa disebut PHK (Pengakhiran Hubungan Kerja).
Publik eksternal sangatlah berpengaruh terhadap suatu citra perusahaan
yang sedang mengalami krisis yang membuat masyarakat berpandangan
negatif terhadap perusahaan yang yang mengalami krisis atau bisa disebut
mengalami kebangkrutan.
Tahun 1998 perusahaan kedirgantaraan mengalami krisis yang
bertepatan dengan krisis ekonomi yang berada di Negara Indonesia. PT
Dirgantara Indonesia (Persero) hanya memproduksi rata-rata 12 pesawat
per tahun sampai akhirnya mengalami kesulitan keuangan yang kronis pada
masa krisis ekonomi tersebut. Perusahaan juga sempat tak mampu mebayar
gaji dan pesangon yang terkena PHK. Berdasarkan data hasil pra penelitian
dari artikel yang peneliti kutip dari detikfinance.com adalah:
“pesawat andalannya N250 di tahun 1998 juga terpaksa tidak
dilanjutkan. Akibatnya banyak PHK terjadi di tubuh IPTN, dari
16.000 karyawan dipangkas hingga hanya 4.000 karyawan saja.
Produktivitas IPTN pun turun drastis”
Berdasarkan hasil pra penelitian melalui profil sejarah PT
Dirgantara Indonesia (Persero) pada tahun 1998 naiknya nilai dollar
terhadap rupiah dan selanjutnya krisis ekonomi yang melanda Asia dan
terjadi tepat pada januari 1998 ditandatanganinya Letter of Intent (LoI) antara
Pemerintah Republik Indonesia, Presiden Soeharto dengan Direktur
International Monetery Fund (IMF) , Michael Camdesau pada 15 Januari 1998
di Jakarta yang berisi bahwa “Dana Anggaran dan Non Anggaran” yang
digunakan untuk program PT Dirgantara Indonesia (Persero) dihentikan.
Sebagai tindak lanjut LoI dengan IMF, Pemerintah mengeluarkan Instruksi

Reputation: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Volume 2 Nomor 1 (2018) 69-88 71


Ririn Riyani Triastuti

Presiden Nomor 3 Tahun 1998 tertanggal 21 Januari 1998. Pertama,


Menghentikan pemberian bantuan keuangan kepada PT Dirgantara
Indonesia (Persero). Kedua, Menghentikan pemberian fasilitas kredit yang
dijamin Pemerintah kepada PT Dirgantara Indonesia (Persero).
Penandatanganan hasil dari Letter of Intent (LoI) diatas, program pesawat
N250, pesawat N2130 dan satelit Aerial Navigation Satellite System terhenti
dan yang menjadi Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (Persero) pada
tahun 1998 yaitu Ir. Hari Laksono.
Krisis yang di hadapi oleh PT Dirgantara Indonesia (Persero)
sangatlah berdampak buruk bagi internal maupun eksternal. Khususnya
untuk Public Relations dalam menghadapi krisis perusahaan ini sangatlah
butuh beberapa strategi untuk tetap mempertahankan kejayaan
perusahaannya agar tetap berjalan dengan lancar dan tidak ada lagi yang
dinamakan pailit oleh Pengadilan Niaga dan juga tetap bertahan untuk
memproduksi beberapa pesawat dan helikopter untuk para customer. Peran
Public Relations sangatlah penting untuk sebuah perusahaan yang sedang
mengalami krisis ekonomi pada tahun 1998 dan untuk tetap
mempertahankannya agar perusahaan tersebut tetap berjalan hingga saat
ini. Berdasarkan data dari hasil pra penelitian dari artikel detikfinace.com
adalah :
“ karena dinilai tidak mampu membayar utang berupa
kompensasi dan manfaat pensiun dan jaminan hari tua kepada
mantan karyawannya, PTDI dinyatakan pailit oleh Pengadilan
Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada 4 September
2007. Namun pada tanggal 24 Oktober 2007 keputusan pailit
tersebut dibatalkan.”
Semenjak krisis moneter melanda bangsa Indonesia tahun 1998,
serta ditandatanganinya Letter of Intent (LoI) antara Pemerintah Indonesia
dengan IMF, di dalamnya dinyatakan bahwa pemerintah Indonesia tidak
diperkenankan memberikan dana lagi ke PT Dirgantara Indonesia
(Persero). Sejak saat itu, PT Dirgantara Indonesia (Persero) mengalami
pasang surut dalam mengelola bisnis rancang bangun dan manufakturing
pesawat terbang. Berbagai program telah dibuat dan sudah dijalankan
namun hal itu tidak membantu PT Dirgantara Indonesia (Persero) untuk
mampu bangkit dari keterpurukannya.
Berdasarkan data wawancara hasil pra penelitian dengan Harry
Harjoyo selaku Humas PT Dirgantara Indonesia (Persero) mengatakan
bahwa perusahaan kedirgantaraan pada tahun 2012 mendapatkan suntikan

72 Reputation: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Volume 2 Nomor 1 (2018) 69-88


Peran Manajemen Krisis Sebagai Upaya Mempertahankan Citra

dana dari PMN (Penyertaan Modal Negara) untuk menutupi kerugian agar
tidak dinyatakan pailit kembali. Perusahaan ini tidak mudah untuk
melakukan recovery yang sebelumnya mengalami kesulitan dana untuk
memproduksi pesawat. Suntikan dana dari PMN ini dibagi menjadi dua
bagian. Pertama, Dana cash yaitu dana berupa uang langsung yang diberikan
kepada perusahaan untuk membeli peralatan mesin-mesin pesawat. Kedua,
Non cash dalah dana yang diberikan kepada PT Dirgantara Indonesia
(Persero) untuk penghapusan hutang pada Negara.

Dana yang diberikan PMN untuk perusahaan ini tidak secara langsun
cair begitu saja. PMN memberikan dana sejak tahun 2012 hingga sekarang
baru sebagian cair ditahun 2014 dan 2016. Dana yang sudah cair tahun
2016 digunakan untuk pengembangan SDM baru di tahun 2017, tetapi
PMN pada tahun 2015 sudah memberikan dana kembali kepada
perusahaan ini dan hingga sekarang dana tersebut belum di cairkan.
Perusahaan kedirgantaraan ini setiap tahunnya selalu di audit oleh PT
Perusahaan Pengelola Aset (Persero).

LANDASAN TEORITIS

Public Relations sangatlah penting bagi setiap perusahaan atau organisasi,


karena bagaimana fungsi manajemen dari Public Relations itu adalah salah
satu cara untuk perusahaan bangkit dan maju. Perusahaan yang memiliki
citra yang positif itu bagaimana cara me-manage sebuah perusahaan atau
organisasi yang di kendalikan oleh Public Relations agar masyarakat menilai
baik kepada perusahaan tersebut, sebaliknya jika perusahaan mengalami
kegagalan atau krisis maka publik eksternal akan berpandangan negatif
terutama kepada para konsumen.
Public Relations menurut W. Emerson Reck adalah pertama, lanjutan
dari proses pembuatan kebijaksanaan, pelayanan, dan tindakan bagi
kepentingan terbaik dari suatu individu atau kelompok agar individu atau
lembaga tersebut memperoleh kepercayaan dan goodwill (itikad baik) dari
publik. Kedua, pembuatan kebijaksanaan, pelayanan, dan tindakan untuk
menjamin adanya pengertian dan penghargaan yang menyeluruh (Ardianto,
2013:9).
Jefkins menyebutkan beberapa jenis citra (image). Berikut ini lima
jenis citra yang dikemukakan, yakni 1)Mirror Image (Citra Bayangan).
2)Current Image (Citra yang Berlaku). 3)Multiple Image (Citra Majemuk).

Reputation: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Volume 2 Nomor 1 (2018) 69-88 73


Ririn Riyani Triastuti

4)Corporate Image (Citra Perusahaan). 5)Wish Image (Citra Yang Diharapkan)


Jefkins (2003:93). Citra adalah aset paling pening bagi perusahaan, karena
jika perusahaan memiliki citra yang positif maka masyarakat menilai bahwa
perusahaan tersebut memang menunjukan performa terbaik bagi
masyarakat khususnya apalagi untuk para customer, tetapi jika perusahaan
tersebut memiliki citra yang sangat buruk berarti masyarakat menilai bahwa
perusahaan tersebut memang tidak memberikan pelayanan yang baik bagi
para customer.
Kini banyak sekali perusahaan atau organisasi dan orang-orang yang
mengelolanya sangat sensitif menghadapi publik-publik yang sangat kritis.
“Namun, kebanyakan perusahaan juga meyakini bahwa citra perusahaan
yang positif adalah esensial, sukses yang berkelanjutan dan dalam jangka
panjang” (Soemirat, Ardiano 2012:111). Seorang praktisi Public Relations
harus bisa membuat sebuah perusahaan atau organisasi berjalan dengan
baik, karena jika manajemen perusahaannya itu berkomunikasi dengan baik
maka perusahaan itu akan berkembang lebih baik dan seorang Public
Relations tentunya harus menjaga citra positif agar tidak terjadinya
perusahaan yang gagal.
Berbicara mengenai fungsi Public Relations, sebenarnya dapat
dijelaskan secara sederhana bahwa Public Relation itu pada dasarnya adalah
untuk menghubungkan publik atau pihak yang berkepentingan didalam
atau diluar instansi. Effendy (2002) dalam bukunya Hubungan Masyarakat
Suatu Komunikologis menjelaskan ada tiga fungsi dari Public Relations
adalah Pertama, Menunjang kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan
organisasi.Public Relations suatu organisasi atau perusahaan harus berani
bertanggung jawab tujuan yang di inginkan. Kedua, Membina hubungan
yang harmonis antara organisasi dengan publik eksternal maupun internal.
Ketiga, Menciptakan komunikasi dua arah dan timbal balik dengan
menyebarkan suatu informasi kepada perusahaan atau organisasi kepada
publik dan menyalurkan opini publik kepada organisasi atau perusahaan.
Krisis itu terjadi tidak di duga-duga, artinya dapat melanda sebuah
perusahaan atau organisasi baik besar maupun kecil dan tidak
memperhatikan situasi atau reputasi perusahaan. Krisis dapat terjadi pada
waktu yang cepat, tidak bisa ditentukan dan tidak dapat di prediksi asal
mula atau tanda-tanda krisis itu muncul. Terjadi nya krisis di suatu
perusahaan atau organisasi meskipun awal permasalahannya jangka waktu
pendek, tetapi cenderung mengakibatkan konsekuensi menjadi jangka
panjang.

74 Reputation: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Volume 2 Nomor 1 (2018) 69-88


Peran Manajemen Krisis Sebagai Upaya Mempertahankan Citra

Salah satu bagian yang terpenting dalam menghadapi sebuah krisis


adalah perencanaan komunikasi yang baik bagaimana perusahaan yang
mengalami krisis merespons, seberapa cepat merespons terjadi nya krisis,
bagaumana perusahaan tersebut berkomunikasi, bagaimana pesan-pesan
yang disampaikan oleh perusahaan yang lebih penting ketimbang krisis itu
sendiri, sehingga arti penting komunikasi dalam krisis itu tidak bisa di
remehkan Butterick (2011).
Setiap organisasi atau perusahaan cenderung dapat mengalami
sebuah krisis dalam operasional sehari-hari. Krisis tersebut harus di-manage
dengan baik jika organisasi ata perusahaan berkeinginan untuk dapat
bertahan dalam dunia usaha yang ketat di era global saat ini Kriyantono
(2012).
Peran Public Relations sebagai aktivitas fungsi manajemen komunikasi
sebuah krisis bisa kekurangan dan ketidakpastian informasi. Public Relations
membantu mengatasi krisis dengan cara menjamin bahwa publik dilyani
dengan baik oleh organisasi. Public Relations menyarankan manajemen
untuk menerapkan strategi komunikasi yang memungkinkan organisasi
beradaptasi dengan situasi dilingkungannya (Kriyantono, 2012:223). Salah
satu upaya menyediakan informasi adalah menyediakan informasi yang
setiap saat dapat diakses media masa. Komuikasi yang tertutup dapat
menyebabkan kesalahan persepsi dan memunculkan isu-isu yang melua
dan bersifat negatif bagi perusahaan. Strategi komunikasi dalam krisis biasa
disebut komunikasi krisis yang merupakan bagian dari strategi manajemen
krisis.
Keterbukaan informasi ini sebenarnya merupakan prinsip dasar
perkembangan bidang Public Relations yang diawali oleh Ivy Leadbetter Lee
di awal abad 12. Seperti prinsip pertama dalam manajemen krisis yang
beorientasi pada keselamatan publik, strategi komunikasi krisis yang
diterapkan Public Relations harus juga memprioritaskan keselamtan publik.
Karena itu, strategi komunikasi krisis dapat dirancang, yakni 1) Mengurangi
resiko muncul kepanikan publik.. 2) Mengurangi kekhawatiran yang
dirasakan publik. 3) Mengurangi spekulasi-spekulasi khususnya di awal-
awal krisis. Spekulasi yang dibiarkan akan memunculkan rumor yang
memungkinkan lebih dipercaya, memengaruhi persepsi dan dianggap
sebagai kebenaran. 4) Melindungi perusahaan dari kritikkritik spekulasi,
yang biasanya muncul dari diskursus publik di media massa. 5) Bersifat
dapat dipercaya, keterbukaan, dan komunikasi berbasis keseimbangan

Reputation: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Volume 2 Nomor 1 (2018) 69-88 75


Ririn Riyani Triastuti

kepentingan. 6) Di desain untuk meminimalkan kerusakan pada citra


organisasi (Kriyantono, 2012: 189).
Ivy Lee seorang praktisi Public Relations pada saat mengatasi krisis
yang tengah melanda industry batu bara di Amerika Seriikat. Industri
tersebut mengalami kesulitan dalam melanjutkan proses produksi dan
menjadi lumpuh akibat pemogokan total yang dilakukan oleh para buruh
yang menuntut hak-hak kesejahteraan dan kenaikan upah yang layak
terhadap pemilik industri.
“Dengan metode dan strategi PR dan adanya keterbukaan pers
akhirnya bisa mengatasi krisis industri batu bara. Sukses kedua yang
diraih Ivy Lee, yaitu mengatasi situasi krisis yang terjadi akibat
kecelakaan pada jaringan utama di perusahaan kereta Pennsylvania,
dengan transportasi komunikasi terhadap pers dan masyarakat,
semua masalah dapat diselesaikan dengan baik”(Ruslan, 1999:17-
18).

HASIL DAN PEMBAHASAN

PT. Dirgantara Indonesia (Persero) atau Indonesian Aerospace (IAe) adalah


perusahaan yang bergerak dalam bidang manufacturing penerbangan udara
Indonesia. Industri pesawat terbang yang pertama dan satu-satunya
di Indonesia dan di wilayah Asia Tenggara. Perusahaan ini dimiliki oleh
Pemerintah Indonesia atau BUMN. Perusahaan tersebut menghasilkan
berbagai macam moda transportasi udara yang bermutu tinggi untuk
memenuhi kebutuhan bagi negara Indonesia dalam menunjang
kelengkapan pesawat buatan Negara Indonesia sendiri.
Memiliki sebuah Industri Pesawat terbang merupakan suatu
kebanggaan bagi suatu bangsa, khususnya PT Dirgantara Indonesia
(Persero) yang menjadi satu-satunya perusahaan pembuatan pesawat dan
helikopter di wilayah Asia Tenggara. PT Dirgantara Indonesia (Persero)
juga menyediakan berbagai macam jenis transportasi udara diantaranya
helikopter NAS332 Super Puma dan pesawat CN295. PT Dirgantara
Indonesia (Persero) adalah salah satu perusahaan penerbangan terbesar di
Indonesia dan sudah membuat sebanyak 407 Unit pesawat dan Helikopter
dari rentan tahun 1976-2017 dengan penerbangan domestik 105 pesawat
dan beberapa pesawat dalam penerbangan Internasional.
PT Dirgantara Indonesia (Persero) mempunyai tujuan yang dimana
turut serta membangun ekonomi nasional khususnya dalam rangka

76 Reputation: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Volume 2 Nomor 1 (2018) 69-88


Peran Manajemen Krisis Sebagai Upaya Mempertahankan Citra

pelaksanaan program pembangunan nasional di bidang teknologi


penerbangan. Dari berbagai aspek yang telah disebutkan, PT Dirgantara
Indonesia (Persero) juga ikut serta dalam membangun perekonomian yang
ada di negara Indonesia ini, dengan demikian peran PT Dirgantara
Indonesia (Persero) pembantu negara dalam berbagai aspek. Perusahaan
ini akan dijelaskan tentang sejarah PT Dirgantara Indonesia (Persero),
riwayat singkat PT Dirgantara Indonesia (Persero), dan tentang PT
Dirgantara Indonesia (Persero). Untuk mengetahui awal dibentuknya PT
Dirgantara Indonesia (Persero), disini perlu dijelaskan terlebih dahulu
tentang sejarah PT Dirgantara Indonesia (Persero).
Proses Mengidentifikasi Krisis di PT Dirgantara Indonesia (Persero)
Proses mengidentifikasi adalah langkah awal untuk mengetahui bagaimana
perusahaan yang sedang atau mengalami krisis dan mencari timbulnya
krisis, karena jika kita tidak mengetahui asal mula krisis tersebut berawal
dari mana maka untuk penanggulangannya kita menjadi sulit. Humas PT
Dirgantara Indonesia (Persero) telah melakukaan dengan beberapa tahap
untuk mengidentifikasi krisis.
Proses yang pertama adalah Prevention (Pencegahan) Proses dalam
mengidentifikasi suatu masalah yang ada di perusahaan dan faktor
penyebabnya itu jika kita bisa mengidentifikasi permasalahaan yang ada di
perusahaan dapat ditanggulangi atau tidak. Humas PT Dirgantara
Indonesia (Persero) menjelaskan ada tahapan untuk mengidentifikasi
permasalahan yang ada itu dengan cara Prevention (pencegahan). Proses ini
dimana suatu perusahaan itu harus memitigasi apa permasalahannya yang
mengakibatkan suatu perusahaan menjadi tidak baik. Mengidentifikasi
sebuah perusahaan sangatlah penting, jika tidak Manajemen perusahaan
cenderung akan mengalami kesulitan dalam menanggulanginya.
Berdasarkan pernyataan dari Manajer Hukum dan Humas PT Dirgantara
Indonesia (Persero) mengatakan :
“Memang kita itu melakukan kali pertama adalah melakukan
memitigasi dulu atau istilah saya itu prevention (pencegahan)
memitigasi apa permasalahannya yang bisa menjadikan krisis atau
akan menjadi krisisnya itu dan kemudian saya itu membuat tim kecil
untuk mempersiapkan nanti jika terjadinya krisis nanti,” (Hasil
wawancara tanggal 12 Maret 2018).
Berdasarkan pernyataan dari Bapak Irlan Budiman tersebut bahwa
fungsi Humas dalam menjalankan manajemen krisis awalnya dilakukan

Reputation: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Volume 2 Nomor 1 (2018) 69-88 77


Ririn Riyani Triastuti

dengan tahap yang dinamakan prevention (pencegahan) dimana perusahaan


ini harus di cegah apa yang membuat perusahaan menjadi krisis dan
menangani apa penyebabnya bisa terjadi di perusahaan. Memitigasi ini
merupakan bagian dari cara pencegahan tersebut dari manakah akar
permasalahan yang terjadi di PT Dirgantara Indonesia (Persero).
Melakukan pencegahan ini pihak manajemen perusahaan kedirgantaraan
membuat beberapa tim untuk menangani dan mencari apa yang menjadi
akar permasalahan di perusahaan kedirgantaraan ini khususnya di PT
Dirgantara Indonesia (Persero).
Kedua, dalam tahap ini Preparation (Persiapan) tahap ini adalah bagian
dalam persiapan setelah pencegahan yang dilakukan perusahaan. Persiapan
ini merencanakan apa yang dilihat dari cara memitigasi tersebut membuat
beberapa tim untuk melakukan Preparation dalam manajemen krisis bahwa
PT Dirgantara Indonesia (Persero) harus melakukan hal seperti ini untuk
menghindari beberapa isu yang tidak benar. Lebih lanjut Bapak Irlan
Budiman mengatakan bahwa :
”Selanjutnya yang saya lakukan preparation (persiapan) dari
manajemen krisis ini sendiri tentunya, persiapan ini dimulai dari kita
lihat yang tadi dari mitigasinya. Dari situ kita kan melakukan dan
menyiapkan beberapa ketika ini menjadi krisis, karena kita sudah
memitigasi sebelumnya nah kita melakukan manajemen krisis ini
dengan tadi kita sudah buat menyiapkan beberapa tulisan atau press
release. Sekarang kita lakukan memang 2 cara ada yang head to head
dengan pemberitaan itu ada yang kita juga membuat framing baru.”
(Hasil wawancara tanggal 12 Maret 2018).
Tahun 1998 pada saat krisis terjadi kepala Direksi, kepala Divisi dan
Humas menjadi satu tim dalam menangani krisis pada saat itu. Tim yang
menangani krisis selalu dikepung oleh para karyawan, sehingga untuk
membicarakan soal perusahaan yang sedang tidak baik melakukannya
berada di Hotel daerah Setrasari untuk membahas masalah yang terjadi,
karena sudut pandang wartawan itu jika ada pemberitaan mengenai
perusahaan selalu memihak kepada karyawan. Mengidentifikasi krisis ini
akar permasalahannya harus di jelaskan oleh Humas kepad masyarakat
melalui media. Bapak Rakhendi Triatna sebagai Pensiunan Humas PT
Dirgantara Indonesia (Persero) mengatakan bahwa :
“Untuk mengidentifikasi permasalahanya itu dapat dikatakan kita
membuat press release itu hampir tiap hari untuk disebar ke media
itu. press conference itu hampir 3 hari sekali. yang hadir itu hampir rata-

78 Reputation: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Volume 2 Nomor 1 (2018) 69-88


Peran Manajemen Krisis Sebagai Upaya Mempertahankan Citra

rata 30 sampai 40 wartawan, karna supaya tidak ada kesan PTDI itu
mendzalimi karyawan, karena yang diangkat mereka bahwa PTDI
belum bayar pesangon intinya pada saat itu. Sebenarnya bukan tidak
bayar pesangon tapi memang karena uang pensiunnya kecil. Dalam
terjadi nya pemutusan hubungan kerja itu walaupun kita
memutuskan 6651 karyawan angkanya bapak masih ingat itu semua
hak nya full kepada karyawan jadi ada 3 komponen di dalam pensiun
itu.” (Hasil wawancara 13 Maret 2018).
Berdasarkan hasil wawancara yang dikatakan oleh Bapak Rakhendi
Triatna bawa PT Dirgantara Indonesa (Persero) setelah terjadinya PHK
pada saat itu ada pesangon berdasarkan masa kerja, dana pensiun, dan
jaminan dari jamsostek. Ketiga komponen dana pensiun itulah yang
menjadi akar permasalahannya dan juga memang tidak ada suntikan dan
dari pemerintah.
Ketiga yaitu proses menyampaikan pesan kepada khalayak. Krisis
yang terjadi di PT Dirgantara Indonesia (Persero) pada tahun 1998 itu
banyak sekali demo-demo yang dilakukan oleh para karyawannya untuk
memperjuangkan nasib kedepannya akan seperti apa. Humas PT
Dirgantara Indonesia (Persero) pada saat itu yang terjun langsun
menghadapi karyawan. Bapak Kerry Apriawan selaku senior staff Humas
PT Dirgantara Indonesia (Persero) mengatakan bahwa :
“Waktu terjadinya krisis tahun 1998 baik itu pengerumahan sampai
pailit kan itu jadi Humas nya sendiri yang turun langsung ke lapangan
jadi pertama ada tuntutan dari karyawankan 16.000 orang. untuk
yang menyampaikan pesan dari jajaran direksi manajemen ke
karyawan di bawah tuh Humas yang terjun langsung, jadi Humas
sebagai spoke man itu yang berbicara langsung ke karyawan, baik
serikat maupun karyawan.” (Hasil wawancara tanggal 05 Maret 2018)
PT Dirgantara Indonesia (Persero) dalam menyampaikan pesannya
itu melalui media dan melakukan kerjasama dengan beberapa media.
Bekerja sama dengan beberapa media tersebut memudahkan seorang
Humas PT Dirgantara Indonesia (Persero) untuk menyampaikannya
kepada publik. Bapak Irlan Budiman selaku Manajer Hukum dan Humas
PT Dirgantara Indonesia (Persero) mengatakan bahwa :
“Selain itu juga kita kalo bicaranya kita menggandeng kerjasama
dengan media yaitu dengan antaranews kita bekerjasama. Waktu itu
kita ada kontrak selama satu tahun. Tugasnya itu untuk menaikkan
citra nya. Jadi kita selama setahun kerjasama dengan antaranews kita

Reputation: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Volume 2 Nomor 1 (2018) 69-88 79


Ririn Riyani Triastuti

membuat tulisan kita setiap hari juga ada berita positif dengan PTDI
baik di berita online atau offline, online sih banyaknya sebetulnya.
Antaranews itu banyak yang nyomot tuh baik di dalam maupun luar
negeri dan di web nya antaranews nya pun kita ada nama khusus
tentang update PTDI, ya selama setaun itu ya lumayan banyak yang
menyomot beritanya pada tahun 2011. Itu adalah salah satu cara nya
juga kan tetep eksis di pemberitaan kan dan citra nya tetep ada.”
(Bapak Irlan Budiman, wawancara tanggal wawancara tanggal 12
Maret 2018, pukul 10.20 WIB).
Berdasarkan Bapak Irlan Budiman menjelaskan tentang kerjasama
dengan media untuk menyampaikan pesannya melalui media Antaranews.
Bekerjasama dengan media Antaranews itu pilihan yang tepat.
Proses Mengisolasi Krisis di PT Dirgantara Indonesia (Persero)
Perusahaan harus ditangani dengan cepat, setelah identifikasi di selesaikan
selanjutnya bagaimana perusahaan itu untuk mengisolasi agar beberapa
pekerjaan yang dilakukan di perusahaan itu tidak terganggu. Perusahaan
jika tidak di isolasi terlebih dahulu cenderung dapat mengakibatkan
kerusuhan antar karyawan atau konflik horizontal yang terjadi di
perusahaan
Pertama, Planning (Perencanaan). Perusahaan yang mengalami krisis
tentunya ada cara dalam mengisolasi perusahaan agar operasional
perusahaan tidak terganggu. Soemirat (2012: 185) menjelaskan cara
mengisolasi perusahaan yang sedang mengalami krisis ini harus bisa bekerja
sama dengan pihak manajemen perusahaan dan bagaimana dalam
menghadapi media dalam pemberitaan agar tidak terjadi pemberitaan yang
simpang siur. Bapak Irlan Budiman mengatakan dalam mengisolasi krisis
itu bahwa :
” Nah kemudian untuk cara yang mengisolasi krisis ini sih setelah
melakukan kedua yg tadi kita melakukan prevention dan preparation kita
melakukan action-nya itu seperti apa kepada internal dan juga ekstenal
dan juga bagaimana kita melakukan planning nya terutama kepada
karyawan sih ya.” (Hasil wawancara tanggal 12 Maret 2018).
Lebih lanjut lagi menurut Bapak Harry Harjoyo cara mengisolasi
perusahaan ini yaitu bahwa :
“Untuk mengisolasi ya pada saat itu Humas dan tim yang lainnya
sangat berperan lah ya. Apalagi karyawan yang demo besar-besaran
seperti itu karena yang saya lihat ramai banget sampai ada yang

80 Reputation: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Volume 2 Nomor 1 (2018) 69-88


Peran Manajemen Krisis Sebagai Upaya Mempertahankan Citra

longmarch dari Bandung ke Jakarta dan ada juga demo di gedung sate
pada waktu itu. Nah itu dia makanya Humas itu penting bagi
manajemen apalagi ke media ya itu penting karena siapa lagi kalo
bukan media yang memberitakan keadaan PTDI pada waktu itu.”
(Hasil wawancara tanggal 05 Maret 2018).
Krisis yang melanda PT Dirgantara Indonesia (Persero) pada saat itu
terjadinya demo besar-besaran yang mengakibatkan ada beberapa buruh
yang berjalan kaki dari Bandung hingga ke Jakarta da nada juga karyawan
PT Dirgantara Indonesia (Persero) yang melakukan demo di Gedung Sate
Bandung.
Humas PT Dirgantara Indonesia (Persero) dalam mengisolasi khusus
nya menurut Bapak Harry Harjoyo selaku staff humas itu mengatakan
bahwa kekuatannya itu yang membantu memberitahukan kepada
masyarakat luas itu oleh media, jadi bagaimana cara berhubungan dengan
media tetap baik itu oleh media, maka dari itu tidak hanya para Direksi dan
tim yang lainnya untuk menangani ini Humas juga berperan untuk
menyampaikannya kepada karyawan. Humas yang membuat berita lalu
media nya yang mengolah berita itu dan di sampaikan kepada publik. Lebih
lanjut lagi Bapak Rakhendi Triatna mengatakan bahwa :
“Saya dan tim waktu itu sudah merencanakan dengan apa adanya
kepada karyawan. tapi karyawannya itu gak nerima apa yang udah di
tetapkan oleh perusahaan juga sampai karyawan itu kan demo ya di
depan perusahaan gitu.” (Hasil wawancara tanggal 13 Maret 2018).
Kedua, Mengisolasi dengan cara persuasif. Mengisolasi krisis dengan
cara persuasif ini cara berkomunikasi yang bertujuan untuk mengubah
sikap para karyawan atau mempengaruhi kepercayaan dan perilaku
seseorang agar bertindak apa yang sudah di informasikan oleh Humas dari
perusahaan dan memberitahukan kepada karyawan bagaimana kebijakan
perusahaan yang telah di sepakati oleh para Manajemen. Lebih lanjut Bapak
Rakhendi Triatna mengungkapkan bagaimana cara pengisolasian pada saat
krisis itu bahwa :
“Sebenarnya kita sudah mengisolasi dengan cara persuasif, nah
persuasif nya diberikan penjelasan kepada serikat pekerja itu sudah
di lakukan, sudah datang ke kantornya dan Pak Yusman (Dirut PTDI
pada saat itu) sudah menjelaskan tolong tahan para karyawan jangan
demo ini anak perusahaan akan di kembangkan bisnis-bisnis juga
berkembang, kita juga pernah membuat antene parabola itu jauh
lebih canggih karna kita bisa buat satelit hanya kita gak punya modal

Reputation: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Volume 2 Nomor 1 (2018) 69-88 81


Ririn Riyani Triastuti

lalu satelit nya gajadi dan menjadi antena parabola. Jadi anak
perusahaan itu akan menyerap itu, nah Pak Yusman bilang karyawan
sisanya itu jadikan lah karywan anak perusahaan dan suruh untuk
bekerjasama, jadi kita membela perusahaan itu .setelah terjadinya phk
besar-besaran terjadinya konflik horizontal, itu pernah ada jika mau
ngantor saya di dalam orang lain di luar kuncinya pake superglue dan
akhirnya di gergaji dan yg lebih parah itu adalah jumatan bisa di bagi
2 dan ada 98 kasus pemukulan pada saat itu.”(Hasil wawancara 13
Maret 2018).
Humas pada saat itu yang memberikan informasi tentang kebijakan
perusahaan menjadi tujuan karyawan untuk memukuli Humas perusahaan
pada saat itu, karena mungkin karyawan menganggap bahwa kebijakan
perusahaan itu hanya untuk para karyawan tetapi Humas sendiri tidak
terlepas dari manajemen yang telah menyampaikan sesuai dengan
peraturan yang ada. Masalah Inilah yang membuat terjadinya konflik di
internal perusahaan. Lebih lanjut Bapak Kerry Apriawan mengatakan
bahwa :
“Bahwa konfliknya itu ketegangan disitu bahwa memuncak lah gitu
merasa kecewa meskipun kita bilang a b c gtu gak akan di dengar.
Akhirnya perusahaan berenti sementara dulu sampai akhirnya kita
dapat intruksi dari pemerintah lalu kita narikin orang-orang nya
untuk bekerja lagi dan seperti apa kualifikasi nya untuk di tarik dan
di panggil, di telepon disuruh datang ke perusahaan. Nah yang jadi
masalah itu orang yang tidak di panggilnya tersebut.” (Hasil
wawancara tanggal 05 Maret 2018)
Humas PT Dirgantara Indonesia (Persero) pada saat itu sudah
memberikan informasi perihal kebijakan perusahaan, tetapi karyawan tetap
tidak menerima dengan kebijakan tersebut dan akhirnya terjadilah
pengerumahan masala tau pemberhentian kerja kepada karyawan.
Pengerumahan masal ini diberhentikan karena emosi karyawan yang
semakin memuncak, tetapi pihak manajemen setelah terjadinya
pemberhentian kerja tersebut menunggu kebijakan lebih lanjut dari
pemerintah untuk menanganinya dan akhirnya pemerintan memberikan
keringanan untuk pengrekrutan sebagian karyawannya lagi untuk bekerja di
perusahaan kedirgantaraan ini dalam menyelesaikan beberapa proyek yang
belum terselesaikan. Lebih lanjut Humas PT Dirgantara Indonesia
(Persero) pada saat itu mengatakan perihal dari pengerumahan masal

82 Reputation: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Volume 2 Nomor 1 (2018) 69-88


Peran Manajemen Krisis Sebagai Upaya Mempertahankan Citra

terhadap karyawan melakukan beberapa penarikan karyawan kembali


bahwa :
“Kenapa menghadapi 5600 Pak Rakhendi harus tenang ya karena
saya itu nahkoda kata Pak Yusman, nahkoda itu kalo kapal mau
tenggelam kita buat skoci, jadi membuat anak perusahaan
rencananya. Anak perusahaan itu akan menyerap yang 5600 itu.
Kurang lebih ada 8 anak perusahaan yang akan dibuat dan memang
semuanya sudah berjalan walaupun belum tangguh. Lalu Pak
Rakhendi harus selesaikan semuanya, baru lapor belakangan. Itu
adalah kemudahan bagi Pak Rakhendi, tapi apa yang membuat
akhirnya merasa gagal merasa Pak Rakhendi juga stress karena isu
politik yg dimasukkan manajemen. Pak Yusman nya di fitnah di
bilang Pak Yusman itu korupsi” (Hasil wawancara 13 Maret 2018).
Proses Mengendalikan Krisis di PT Dirgantara Indonesia (Persero)
Proses dalam mengendalikan krisis ini agar krisis tidak meluas dan harus di
cegah. Krisis yang terjadi di perusahaan haruslah di kendalikan, karena jika
krisis sudah di identifikasi akar permasalahannya seperti apa lalu
selanjutnya seorang Humas menjalankan penanggulannya itu seperti apa
dan jika krisis berhasil dalam menidentifikasi, mengisolasi perusahaan yang
terjadi krisis maka krisis di perusahaan itu berhasil di kendalikan.
Pertama, Recovery (pemulihan). Langkah dalam recovery ini bagaimana
perusahaan mengembalikan apa yang telah rusak dan hilang unntuk
melakukan sebuah perencanaan dan evaluasi terhadap tindakan krisis yang
sudah terjadi di perusahaan ini dan bagaimana kedepannya perusahaan ini
agar tetap berkembang setelah pihak Manajemen sudah mengendalikan
krisisnya seperti apa. Bapak Irlan Budiman mengatakan dalam
mengendalikan krisis itu bahwa :
“Jadi kita pun melakukan evaluasi nih, tidak hanya (kenapa itu bisa
terjadi) mungkin ada di interal nya kita sendiri, nah next nya agar tidak
terjadi lagi kita melakukan beberapa evaluasi. Sehingga dengan
harapan kedepannya itu tidak akan terjadi lagi. Nah jadi memang
yang paling sulit adalah me-maintance ini agar tidak terulang. Karena
kita awalnya sudah memitigasi jadi kita itu istilah nya early warning
lah.” (Hasil wawancara tanggal 12 Maret 2018).
Berdasarkan hasil wawancara bahwa melakukan recovery ini menurut
Bapak Irlan Budiman selaku Manajer Hukum dan Humas adalah tahap
penyembuhan dari krisis tersebut. Tahap evaluasi ini sangat penting agar

Reputation: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Volume 2 Nomor 1 (2018) 69-88 83


Ririn Riyani Triastuti

perusahaan ini dari pengalaman sebelumnya mengetahui bagaimana


mengendalikan jika krisis terjadi lagi di perusahaan PT Dirgantara
Indonesia (Persero). Perusahaan harus kuat menghadapi ini sebelum
kepada masyarakat luas.
Kedua, mengembalikan opini publik. Menyampaikan pesan atau opini
publik itu perannya lebih besar, karena perusahaan yang sedang baik
citranya maka masyarakan itu akan berpandangan positif kepada
perusahaan khususnya PT Dirgantara Indonesia (Persero). Prosesnya
bagaimana untuk membangun opini publik nya yang memang harapannya
Humas ini perannya lebih besar lagi dalam menyikapi opini publik ini.
Bapak Irlan Budiman mengatakan bahwa :
“Dalam menyampaikan pesannya kita di bantu dengan yang
namanya itu adalah media sosial. Sangat membantu sekali bagi kita
sebagai Humas, karena kalo media sosial kita langsung in touch dengan
netizen nya itu sendiri, nah tentu responnya pun lebih cepat dan
bagaimana kita melakukan respon kembali dari sisi netizen yang cepat
yang paling penting nya itu tadi sebetulnya membuat framing baru dari
opini publiknya sendiri.” (Hasil wawancara tanggal 12 Maret 2018).
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Irlan Budiman bahwa
Humas PT Dirgantara Indonesia (Persero) dalam menyampaikan pesannya
melalui media sosial berupa Instagram, karena dengan menggunakan
Instagram bisa berkomunikasi dengan para publik juga yang menggunakan
media sosial tersebut dan ini juga merupakan salah satu strategi dalam
mengembalikan citra PT Dirgantara Indonesia (Persero) untuk
menyampaikan berita apa saja yang mengenai tentang perusahaan
kedirgantaraan.
Ketiga, keterbukaan terhadap publik.
Penyampaian pesan kepada publik tentunya ini hal yang penting
khususnya bagi Humas perusahaan, karena jika tidak ada publik maka
kepada siapakah pesan itu di sampaikan. Keterbukaan ini dalam strategi
untuk penyampaian pesan inti tujuannya kepada masyarakat luas agar
masyarakat mengetahui sisi baik perusahaannya dan apalagi jika perusahaan
itu sedang proses untuk mengendalikan dari krisis yang terjadi, maka
perusahaan tersebut berusaha memperbaiki citranya melalui pemberitaan
yang positif bagi perusahaan kepada publiknya. Bapak Irlan Budiman
mengatakan perihal keterbukaan dengan publik bahwa :
“Bahwa dengan adanya kemajuan teknologi dan perekonomian yang
begitu cepat maka dari sisi ini tidak boleh lagi kaya dulu, itu kita lebih

84 Reputation: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Volume 2 Nomor 1 (2018) 69-88


Peran Manajemen Krisis Sebagai Upaya Mempertahankan Citra

tetutup nah sekarang kita harus terbuka. Untuk mempertahankannya


itu yaitu dengan tadi itu membuat framing-framing yang kita buat di
media sosial, kemudian memanfaatkan kegiatan pameran-pameran
dan kita terus bekerja sama dengan beberapa lembaga.” (Hasil
wawancara tanggal 12 Maret 2018).
Keempat, Bekerja sama dengan para stakeholder adalah salah satu cara
atau strategi untuk memperbaiki citra bahkan mengangkat citra PT
Dirgantara Indonesia tersebut bisa dikatakan saling menguntungkan satu
sama lain dalam menjalin kerjasama ini dan memanfaatkannya sebagai
peluang untuk meningkatkan citra perusahaan ini. Bapak Irlan Budiman
mengatakan bahwa :
“Memanfaatkan kegiatan pameran-pameran dan kita terus bekerja
sama beberapa lembaga kementrian perindustrian, kementrian
pariwisata, dan lain-lain yang memang bukan hanya
mempertahankan tetapi meningkatkan dari image ptdi nya sendiri.
Memperbaiki hubungan kerjasama dengan beberapa lembaga
kementrian dan lembaga daerahnya sendiri dari Humas pemkot nya
kita bekerjasama bahwa kita ingin PTDI itu menjadi iconnya kota
Bandung , menjadi icon kota teknolgi seperti PT Pindad, PT Len,
PTDI, Dahana PT Inti dan lain-lain. (Hasil wawancara tanggal 12
Maret 2018)”.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Irlan Budiman bahwa
banyak cara untuk mengembalikan citra perusahaan ini khususnya untuk
PT Dirgantara Indonesia (Persero) dalam menjalankan kegiatan berupa
pameran yang bekerjasama dengan kementrian pariwisata, misalnya seperti
setiap ada pameran perusahaan yang bekerjasama dengan kementrian
pariwisata itu memakai dinamakannya brand wonderful Indonesia itu selalu
melekat di PT Dirgantara Indonesia (Persero), begitupun kebalikannya jika
mereka melakukan pameran disitu perusahaan menyisipkan satu prodak
yaitu pesawat N-219. Humas PT Dirgantara Indonesia (Persero) dalam
melakukan ini tidak hanya bekerja sama saja dengan para Stakeholder tetapi
harus juga menjalin hubungan yang baik dengan media itu sangat penting.
Bekerjasama dengan para stakeholder ini merupakan cara terpenting juga
untuk menaikkan citra perusahaan. Feedback dari kerjasama dengan
beberapa perusahaan atau dengan pemerintahan ini membuat PT
Dirgantara Indonesia (Persero) bisa meningkatkan citra nya yang pada saat
itu perusahaan ini memang sedang krisis.

Reputation: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Volume 2 Nomor 1 (2018) 69-88 85


Ririn Riyani Triastuti

Peranan Humas dalam melakukan hal ini tujuannya agar bisa terus
bekerja sama dengan para media dan memudahkan wartawan untuk
bekerjasama dalam pembuatan berita dan tidak ada lagi yang dinamakannya
pemberitaan negatif mengenari PT Dirgantara Indonesia (Persero) yang
membuat pemberitaan itu menjadi seolah-olah perusahaan ini negatif di
masyarakat, maka dari itu proses ini lah yang dibuat oleh Humas PT
Dirgantara indonesia (Persero).
Menjalin hubungan dengan media bisa juga untuk meningkatkan
citra PT Dirgantara Indonesia (Persero), karena melalui media ini juga
perussahaan memberikan secara fakta tidak ada yang ditutup-tutupi
mengenai pemberitaan untuk masyarakat itu mengetahui berita terkini
tenang perusahaan apalagi untuk tahun ini PT Dirgantara Indonesia
(Persero) sedang mengeluarkan produk karya anak bangsa yaitu pesawat
N219. “Kemudian kita juga salin terbuka ke media, kenapa kita kerjasama
dengan antaranews yang pertama karena BUMN, lembaga media terbesar
se Asia. (Hasil wawancara tanggal 13 Maret 2018)”.

PENUTUP
Humas PT Dirgantara Indonesia (Persero) dalam menjalankan proses
manajemen krisis menggunakan tahap dari proses manajamen krisis
strategi 3P yaitu strategi pencegahan, strategi persiapan dan strategi
penanggulangan. Konsep ini yang di ambil dari strategi penanggulangan
yaitu dari tahap akut seperti mengidentifikasi, mengisolasi dan
mengendalikan krisis. Peneliti disini untuk mengetahui penanggulangannya
seperti apa dalam krisis yang berkondisi akut dengan menggunakan tahap
mengidentifikasi, mengisolasi dan mengendalikannya bagaimana. Peneliti
setelah menganalisis data hasil penelitian tentang Manajemen Krisis
Sebagai Upaya Mempertahankan Citra oleh PT Dirgantara Indonesia
(Persero) , maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. Pertama, Proses
mengidentifikasi masalah mengapa perusahaan itu terjadi krisis. Pertama
keadaan pada saat tahun 1998 terjadinya krisis ekonomi yang melanda di
Negara Indonesia. Proses ini merupakan langkah awal untuk mengetahui
mengapa krisis itu terjadi. Humas PT Dirgantara Indonesia (Persero)
beserta tim untuk mengidentifikasi awal yang menjadi akar
permasalahannya. Akar permasalahannya itu terjadi karena tidak dapat
bantuan dana dari pemerintah sehingga mengakibatkan adanya konflik
horizontal, PHK masal, dan terjadinya tuntutan dari karyawan yang tidak
terima dengan adanya PHK.
86 Reputation: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Volume 2 Nomor 1 (2018) 69-88
Peran Manajemen Krisis Sebagai Upaya Mempertahankan Citra

Kedua, Proses mengisolasi krisis di perusahaan untuk melakukan


perencanaan yang telah dibuat. Humas PT Dirgantara Indonesia (Persero)
pada saat itu agar tidak terjadinya konflik di internal maka Humas
memberikan informasi secara persuasif agar karyawan dapat mengikuti
kebijakan yang di keluarkan oleh pemerintah dan untuk masyarakat luas
Humas memberikan informasi melalui media untuk disampaikan kepada
publik. Dan ketiga, Proses mengendalikan krisis perusahaan dalam tahap ini
Humas dan tim PT Dirgantara Indonesia (Persero) berusaha untuk
mengembalikan citra, mengembalikan opini publik, bekerja sama dengan
beberapa lembaga atau organisasi untuk saling menguntungkan dan
menjalin hubungan dengan media. Proses ini dilakukan agar kesejahteraan
dalam internal membaik, citra perusahaan meningkat dan juga memberikan
berita-berita yang positif bagi masyarakat luar maupun kepada karyawan
agar tidak terjadi lagi konflik yang merugikan kepada karyawannya maupun
kepada perusahaannya.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari data-data di
lapangan, pada dasarnya penelitian ini berjalan baik. Bukan sesuatu
kekeliruan apabila peneliti ingin mengemukakan beberapa saran yang
bermanfaat bagi kemajuan bagi kedepannya. Saran yang peneliti ajukan
adalah 1) Bagi Perusahaan, PT Dirgantara Indonesia (Persero) memiliki
Manager Hukum dan Humas untuk mengawasi dan mengontrol kegiatan
staff Humas. Struktur Humas PT Dirgantara Indonesia (Persero) berbeda
dengan struktur Humas perusahaan yang lainnya. Humas PT Dirgantara
Indonesia (Persero) memiliki penggabungan divisi seperti Manager Hukum
dan Humas. Humas PT Dirgantara Indonesia (Persero) hanya memiliki
empat orang staff Humas. Lebih efektif lagi jika menambah SDM Humas
dan Manager khusus di divisi Humas saja tidak digabungkan dengan divisi
Hukum. 2) Perusahaan Terhadap Masyarakat Luas, proses
mengidentifikasi, mengisolasi, dan mengendalikan krisis perusahaan agar
dilakukan dengan baik oleh tim untuk menghindari krisis kembali. Proses
untuk mengendalikan krisis dengan program-program yang telah dibuat
harus benar-benar tercapai, karena kunci kesuksesan suatu intansi
perusahaan ada pada customer dan masyarakat yang menilai perusahaan baik
atau buruknya. 3) Kepada Mahasiswa, Penelitian ini hanyalah langkah awal
untuk penelitian dan selanjutnya mengenai proses manajemen krisis
sebagai upaya mempertahankan citra bisa kembali membaik setelah
terjadinya krisis pada tahun 1998.

Reputation: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Volume 2 Nomor 1 (2018) 69-88 87


Ririn Riyani Triastuti

DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, Elvinaro. (2013). Handbook Of Public Relations Pengantar
Komprehensif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Butterick, Keith. (2012). Pengantar Public Relations Teori dan Praktik. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Detik. (2014). PT Dirgantara Indonesia, Sempat Mati Kini Terbang Kembali,
diakses 22 November 201, dari
https://finance.detik.com/industri/2587833/pt-dirgantara-
indonesia-sempat-mati-kini-terbang-kembali
Jefkins, F . (2003). Public Relations. Jakarta : Erlangga.
Kasali, Rhenald. 1994,Manajemen Public Relations. Jakarta : Pustaka Utama
Grafiti
Kriyantono, Rachmat. (2012). Public Relations & Crisis Management
Pendekatan Critical Public Relations Etnografi Kritis & Kualitatif. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group
Ruslan, Rusady. (1999). Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi
(Konsepsi Dan Aplikasi). Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Soemirat, ardianto. (2012). Dasar-dasar Public Relations. Bandung: PT Remaja
Rosdakary Offset.
Suratno. (2016.) Pengaruh Citra Perusahaan dan Kualitas Pelayanan Terhadap
Loyalitas Pelanggan dengan Kepuasan Pelanggan Sebagai Variabel Intervening
Pada PT Pelabuhan Indonesia III Semarang, Journal of Management. Vol.2
No. 2-3.

88 Reputation: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Volume 2 Nomor 1 (2018) 69-88

Anda mungkin juga menyukai