ABSTRACT
Crisis management is needed by companies that are experiencing a crisis, especially in
Indonesian Aerospace (IAe).The management of this crisis if the company's crisis
management it must restore the company to use the crisis management process. The
purpose of this research is to know some crisis management process that has been done
by Public Relations is the process of identifying, isolating and controlling the crisis in
Indonesian Aerospace (IAe). This process is a series of strategies 3P such as prevention
strategies, preparation strategies and coping strategies. Researchers use the concept of crisis
coping strategies in acute conditions that is the process of identifying, isolating, and
controlling the crises. This research uses constructivism paradigm and qualitative method.
Researchers also use a case study approach that is about an institution or organization
with a phenomenon that exists and occurs manifestly in an institution or organization.
The results of this research explain that the process of identifying is to find the root of
the problems, the process of isolating this how to give understanding to the internal and
external, and the process of controlling to restore the company that suffered the crisis and
so as not to repeat the crisis.
Keywords: Crisis Management; Public Relations; Process.
PENDAHULUAN
Perusahaan swasta atau perusahaan BUMN tidak semua dapat mengalami
krisis, tetapi diperkirakan bahwa suatu perusahaan dapat mengalami krisis
karena ada sesuatu hal terjadi yang membuat citra perusahaan menjadi
buruk dimata masyarakat luas. Faktor penting dalam persaingan di dunia
usaha itu bagaimana perusahaan tersebut bisa mempertahankan citra
perusahaannya agar tetap dikenal baik oleh m asyarakat. Perusahaan harus
selalu mengantisipasi terjadinya krisis, karena dengan mengantisipasinya
suatu perusahaan akan siap menghadapi krisis.
(Soemirat, Ardianto 183:2012) ada beberapa resiko yang dapat
dialami dalam perusahaan yang mengalami krisis adalah seperti inten sitas
masalah menjadi meningkat, dibawah tekanan pemerintah dan pers,
operasional normal perusahaan mendjadi terganggu, dan nama baik citra
perusahaan akan terancam. Krisis cenderung dapat mengakibatkan dampak
atau efek menjadi masalah yang dapat merugikan baik perusahaan maupun
masyarakat.
Keberhasilan disuatu perusahaan di perkirakan bisa terjadi dengan
adanya citra yang baik bagaimana perusahaan tersebut bisa
mempertahankan sebuah usaha dalam keeksistensiannya di internal
maupun eksternal dengan kerja keras dan inovasi dari pihak perusahaan.
Citra adalah sesuatu hal yang penting bagi setiap perusahaan. Perusahaan
yang memiliki citra positif dimata konsumen juga cenderung bertahan pada
masa krisis. Peran dan fungsi Public Relations sangatlah penting untuk
menjaga citra perusahaan demi kelancaran komunikasi yang baik secara
70 Reputation: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Volume 2 Nomor 1 (2018) 69-88
Peran Manajemen Krisis Sebagai Upaya Mempertahankan Citra
dana dari PMN (Penyertaan Modal Negara) untuk menutupi kerugian agar
tidak dinyatakan pailit kembali. Perusahaan ini tidak mudah untuk
melakukan recovery yang sebelumnya mengalami kesulitan dana untuk
memproduksi pesawat. Suntikan dana dari PMN ini dibagi menjadi dua
bagian. Pertama, Dana cash yaitu dana berupa uang langsung yang diberikan
kepada perusahaan untuk membeli peralatan mesin-mesin pesawat. Kedua,
Non cash dalah dana yang diberikan kepada PT Dirgantara Indonesia
(Persero) untuk penghapusan hutang pada Negara.
Dana yang diberikan PMN untuk perusahaan ini tidak secara langsun
cair begitu saja. PMN memberikan dana sejak tahun 2012 hingga sekarang
baru sebagian cair ditahun 2014 dan 2016. Dana yang sudah cair tahun
2016 digunakan untuk pengembangan SDM baru di tahun 2017, tetapi
PMN pada tahun 2015 sudah memberikan dana kembali kepada
perusahaan ini dan hingga sekarang dana tersebut belum di cairkan.
Perusahaan kedirgantaraan ini setiap tahunnya selalu di audit oleh PT
Perusahaan Pengelola Aset (Persero).
LANDASAN TEORITIS
rata 30 sampai 40 wartawan, karna supaya tidak ada kesan PTDI itu
mendzalimi karyawan, karena yang diangkat mereka bahwa PTDI
belum bayar pesangon intinya pada saat itu. Sebenarnya bukan tidak
bayar pesangon tapi memang karena uang pensiunnya kecil. Dalam
terjadi nya pemutusan hubungan kerja itu walaupun kita
memutuskan 6651 karyawan angkanya bapak masih ingat itu semua
hak nya full kepada karyawan jadi ada 3 komponen di dalam pensiun
itu.” (Hasil wawancara 13 Maret 2018).
Berdasarkan hasil wawancara yang dikatakan oleh Bapak Rakhendi
Triatna bawa PT Dirgantara Indonesa (Persero) setelah terjadinya PHK
pada saat itu ada pesangon berdasarkan masa kerja, dana pensiun, dan
jaminan dari jamsostek. Ketiga komponen dana pensiun itulah yang
menjadi akar permasalahannya dan juga memang tidak ada suntikan dan
dari pemerintah.
Ketiga yaitu proses menyampaikan pesan kepada khalayak. Krisis
yang terjadi di PT Dirgantara Indonesia (Persero) pada tahun 1998 itu
banyak sekali demo-demo yang dilakukan oleh para karyawannya untuk
memperjuangkan nasib kedepannya akan seperti apa. Humas PT
Dirgantara Indonesia (Persero) pada saat itu yang terjun langsun
menghadapi karyawan. Bapak Kerry Apriawan selaku senior staff Humas
PT Dirgantara Indonesia (Persero) mengatakan bahwa :
“Waktu terjadinya krisis tahun 1998 baik itu pengerumahan sampai
pailit kan itu jadi Humas nya sendiri yang turun langsung ke lapangan
jadi pertama ada tuntutan dari karyawankan 16.000 orang. untuk
yang menyampaikan pesan dari jajaran direksi manajemen ke
karyawan di bawah tuh Humas yang terjun langsung, jadi Humas
sebagai spoke man itu yang berbicara langsung ke karyawan, baik
serikat maupun karyawan.” (Hasil wawancara tanggal 05 Maret 2018)
PT Dirgantara Indonesia (Persero) dalam menyampaikan pesannya
itu melalui media dan melakukan kerjasama dengan beberapa media.
Bekerja sama dengan beberapa media tersebut memudahkan seorang
Humas PT Dirgantara Indonesia (Persero) untuk menyampaikannya
kepada publik. Bapak Irlan Budiman selaku Manajer Hukum dan Humas
PT Dirgantara Indonesia (Persero) mengatakan bahwa :
“Selain itu juga kita kalo bicaranya kita menggandeng kerjasama
dengan media yaitu dengan antaranews kita bekerjasama. Waktu itu
kita ada kontrak selama satu tahun. Tugasnya itu untuk menaikkan
citra nya. Jadi kita selama setahun kerjasama dengan antaranews kita
membuat tulisan kita setiap hari juga ada berita positif dengan PTDI
baik di berita online atau offline, online sih banyaknya sebetulnya.
Antaranews itu banyak yang nyomot tuh baik di dalam maupun luar
negeri dan di web nya antaranews nya pun kita ada nama khusus
tentang update PTDI, ya selama setaun itu ya lumayan banyak yang
menyomot beritanya pada tahun 2011. Itu adalah salah satu cara nya
juga kan tetep eksis di pemberitaan kan dan citra nya tetep ada.”
(Bapak Irlan Budiman, wawancara tanggal wawancara tanggal 12
Maret 2018, pukul 10.20 WIB).
Berdasarkan Bapak Irlan Budiman menjelaskan tentang kerjasama
dengan media untuk menyampaikan pesannya melalui media Antaranews.
Bekerjasama dengan media Antaranews itu pilihan yang tepat.
Proses Mengisolasi Krisis di PT Dirgantara Indonesia (Persero)
Perusahaan harus ditangani dengan cepat, setelah identifikasi di selesaikan
selanjutnya bagaimana perusahaan itu untuk mengisolasi agar beberapa
pekerjaan yang dilakukan di perusahaan itu tidak terganggu. Perusahaan
jika tidak di isolasi terlebih dahulu cenderung dapat mengakibatkan
kerusuhan antar karyawan atau konflik horizontal yang terjadi di
perusahaan
Pertama, Planning (Perencanaan). Perusahaan yang mengalami krisis
tentunya ada cara dalam mengisolasi perusahaan agar operasional
perusahaan tidak terganggu. Soemirat (2012: 185) menjelaskan cara
mengisolasi perusahaan yang sedang mengalami krisis ini harus bisa bekerja
sama dengan pihak manajemen perusahaan dan bagaimana dalam
menghadapi media dalam pemberitaan agar tidak terjadi pemberitaan yang
simpang siur. Bapak Irlan Budiman mengatakan dalam mengisolasi krisis
itu bahwa :
” Nah kemudian untuk cara yang mengisolasi krisis ini sih setelah
melakukan kedua yg tadi kita melakukan prevention dan preparation kita
melakukan action-nya itu seperti apa kepada internal dan juga ekstenal
dan juga bagaimana kita melakukan planning nya terutama kepada
karyawan sih ya.” (Hasil wawancara tanggal 12 Maret 2018).
Lebih lanjut lagi menurut Bapak Harry Harjoyo cara mengisolasi
perusahaan ini yaitu bahwa :
“Untuk mengisolasi ya pada saat itu Humas dan tim yang lainnya
sangat berperan lah ya. Apalagi karyawan yang demo besar-besaran
seperti itu karena yang saya lihat ramai banget sampai ada yang
longmarch dari Bandung ke Jakarta dan ada juga demo di gedung sate
pada waktu itu. Nah itu dia makanya Humas itu penting bagi
manajemen apalagi ke media ya itu penting karena siapa lagi kalo
bukan media yang memberitakan keadaan PTDI pada waktu itu.”
(Hasil wawancara tanggal 05 Maret 2018).
Krisis yang melanda PT Dirgantara Indonesia (Persero) pada saat itu
terjadinya demo besar-besaran yang mengakibatkan ada beberapa buruh
yang berjalan kaki dari Bandung hingga ke Jakarta da nada juga karyawan
PT Dirgantara Indonesia (Persero) yang melakukan demo di Gedung Sate
Bandung.
Humas PT Dirgantara Indonesia (Persero) dalam mengisolasi khusus
nya menurut Bapak Harry Harjoyo selaku staff humas itu mengatakan
bahwa kekuatannya itu yang membantu memberitahukan kepada
masyarakat luas itu oleh media, jadi bagaimana cara berhubungan dengan
media tetap baik itu oleh media, maka dari itu tidak hanya para Direksi dan
tim yang lainnya untuk menangani ini Humas juga berperan untuk
menyampaikannya kepada karyawan. Humas yang membuat berita lalu
media nya yang mengolah berita itu dan di sampaikan kepada publik. Lebih
lanjut lagi Bapak Rakhendi Triatna mengatakan bahwa :
“Saya dan tim waktu itu sudah merencanakan dengan apa adanya
kepada karyawan. tapi karyawannya itu gak nerima apa yang udah di
tetapkan oleh perusahaan juga sampai karyawan itu kan demo ya di
depan perusahaan gitu.” (Hasil wawancara tanggal 13 Maret 2018).
Kedua, Mengisolasi dengan cara persuasif. Mengisolasi krisis dengan
cara persuasif ini cara berkomunikasi yang bertujuan untuk mengubah
sikap para karyawan atau mempengaruhi kepercayaan dan perilaku
seseorang agar bertindak apa yang sudah di informasikan oleh Humas dari
perusahaan dan memberitahukan kepada karyawan bagaimana kebijakan
perusahaan yang telah di sepakati oleh para Manajemen. Lebih lanjut Bapak
Rakhendi Triatna mengungkapkan bagaimana cara pengisolasian pada saat
krisis itu bahwa :
“Sebenarnya kita sudah mengisolasi dengan cara persuasif, nah
persuasif nya diberikan penjelasan kepada serikat pekerja itu sudah
di lakukan, sudah datang ke kantornya dan Pak Yusman (Dirut PTDI
pada saat itu) sudah menjelaskan tolong tahan para karyawan jangan
demo ini anak perusahaan akan di kembangkan bisnis-bisnis juga
berkembang, kita juga pernah membuat antene parabola itu jauh
lebih canggih karna kita bisa buat satelit hanya kita gak punya modal
lalu satelit nya gajadi dan menjadi antena parabola. Jadi anak
perusahaan itu akan menyerap itu, nah Pak Yusman bilang karyawan
sisanya itu jadikan lah karywan anak perusahaan dan suruh untuk
bekerjasama, jadi kita membela perusahaan itu .setelah terjadinya phk
besar-besaran terjadinya konflik horizontal, itu pernah ada jika mau
ngantor saya di dalam orang lain di luar kuncinya pake superglue dan
akhirnya di gergaji dan yg lebih parah itu adalah jumatan bisa di bagi
2 dan ada 98 kasus pemukulan pada saat itu.”(Hasil wawancara 13
Maret 2018).
Humas pada saat itu yang memberikan informasi tentang kebijakan
perusahaan menjadi tujuan karyawan untuk memukuli Humas perusahaan
pada saat itu, karena mungkin karyawan menganggap bahwa kebijakan
perusahaan itu hanya untuk para karyawan tetapi Humas sendiri tidak
terlepas dari manajemen yang telah menyampaikan sesuai dengan
peraturan yang ada. Masalah Inilah yang membuat terjadinya konflik di
internal perusahaan. Lebih lanjut Bapak Kerry Apriawan mengatakan
bahwa :
“Bahwa konfliknya itu ketegangan disitu bahwa memuncak lah gitu
merasa kecewa meskipun kita bilang a b c gtu gak akan di dengar.
Akhirnya perusahaan berenti sementara dulu sampai akhirnya kita
dapat intruksi dari pemerintah lalu kita narikin orang-orang nya
untuk bekerja lagi dan seperti apa kualifikasi nya untuk di tarik dan
di panggil, di telepon disuruh datang ke perusahaan. Nah yang jadi
masalah itu orang yang tidak di panggilnya tersebut.” (Hasil
wawancara tanggal 05 Maret 2018)
Humas PT Dirgantara Indonesia (Persero) pada saat itu sudah
memberikan informasi perihal kebijakan perusahaan, tetapi karyawan tetap
tidak menerima dengan kebijakan tersebut dan akhirnya terjadilah
pengerumahan masala tau pemberhentian kerja kepada karyawan.
Pengerumahan masal ini diberhentikan karena emosi karyawan yang
semakin memuncak, tetapi pihak manajemen setelah terjadinya
pemberhentian kerja tersebut menunggu kebijakan lebih lanjut dari
pemerintah untuk menanganinya dan akhirnya pemerintan memberikan
keringanan untuk pengrekrutan sebagian karyawannya lagi untuk bekerja di
perusahaan kedirgantaraan ini dalam menyelesaikan beberapa proyek yang
belum terselesaikan. Lebih lanjut Humas PT Dirgantara Indonesia
(Persero) pada saat itu mengatakan perihal dari pengerumahan masal
Peranan Humas dalam melakukan hal ini tujuannya agar bisa terus
bekerja sama dengan para media dan memudahkan wartawan untuk
bekerjasama dalam pembuatan berita dan tidak ada lagi yang dinamakannya
pemberitaan negatif mengenari PT Dirgantara Indonesia (Persero) yang
membuat pemberitaan itu menjadi seolah-olah perusahaan ini negatif di
masyarakat, maka dari itu proses ini lah yang dibuat oleh Humas PT
Dirgantara indonesia (Persero).
Menjalin hubungan dengan media bisa juga untuk meningkatkan
citra PT Dirgantara Indonesia (Persero), karena melalui media ini juga
perussahaan memberikan secara fakta tidak ada yang ditutup-tutupi
mengenai pemberitaan untuk masyarakat itu mengetahui berita terkini
tenang perusahaan apalagi untuk tahun ini PT Dirgantara Indonesia
(Persero) sedang mengeluarkan produk karya anak bangsa yaitu pesawat
N219. “Kemudian kita juga salin terbuka ke media, kenapa kita kerjasama
dengan antaranews yang pertama karena BUMN, lembaga media terbesar
se Asia. (Hasil wawancara tanggal 13 Maret 2018)”.
PENUTUP
Humas PT Dirgantara Indonesia (Persero) dalam menjalankan proses
manajemen krisis menggunakan tahap dari proses manajamen krisis
strategi 3P yaitu strategi pencegahan, strategi persiapan dan strategi
penanggulangan. Konsep ini yang di ambil dari strategi penanggulangan
yaitu dari tahap akut seperti mengidentifikasi, mengisolasi dan
mengendalikan krisis. Peneliti disini untuk mengetahui penanggulangannya
seperti apa dalam krisis yang berkondisi akut dengan menggunakan tahap
mengidentifikasi, mengisolasi dan mengendalikannya bagaimana. Peneliti
setelah menganalisis data hasil penelitian tentang Manajemen Krisis
Sebagai Upaya Mempertahankan Citra oleh PT Dirgantara Indonesia
(Persero) , maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. Pertama, Proses
mengidentifikasi masalah mengapa perusahaan itu terjadi krisis. Pertama
keadaan pada saat tahun 1998 terjadinya krisis ekonomi yang melanda di
Negara Indonesia. Proses ini merupakan langkah awal untuk mengetahui
mengapa krisis itu terjadi. Humas PT Dirgantara Indonesia (Persero)
beserta tim untuk mengidentifikasi awal yang menjadi akar
permasalahannya. Akar permasalahannya itu terjadi karena tidak dapat
bantuan dana dari pemerintah sehingga mengakibatkan adanya konflik
horizontal, PHK masal, dan terjadinya tuntutan dari karyawan yang tidak
terima dengan adanya PHK.
86 Reputation: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Volume 2 Nomor 1 (2018) 69-88
Peran Manajemen Krisis Sebagai Upaya Mempertahankan Citra
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, Elvinaro. (2013). Handbook Of Public Relations Pengantar
Komprehensif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Butterick, Keith. (2012). Pengantar Public Relations Teori dan Praktik. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Detik. (2014). PT Dirgantara Indonesia, Sempat Mati Kini Terbang Kembali,
diakses 22 November 201, dari
https://finance.detik.com/industri/2587833/pt-dirgantara-
indonesia-sempat-mati-kini-terbang-kembali
Jefkins, F . (2003). Public Relations. Jakarta : Erlangga.
Kasali, Rhenald. 1994,Manajemen Public Relations. Jakarta : Pustaka Utama
Grafiti
Kriyantono, Rachmat. (2012). Public Relations & Crisis Management
Pendekatan Critical Public Relations Etnografi Kritis & Kualitatif. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group
Ruslan, Rusady. (1999). Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi
(Konsepsi Dan Aplikasi). Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Soemirat, ardianto. (2012). Dasar-dasar Public Relations. Bandung: PT Remaja
Rosdakary Offset.
Suratno. (2016.) Pengaruh Citra Perusahaan dan Kualitas Pelayanan Terhadap
Loyalitas Pelanggan dengan Kepuasan Pelanggan Sebagai Variabel Intervening
Pada PT Pelabuhan Indonesia III Semarang, Journal of Management. Vol.2
No. 2-3.