Anda di halaman 1dari 5

STRATEGI KOMUNIKASI KRISIS DALAM MENGATASI

SKANDAL KORPORAT

Rumusan Masalah
1. Bagaimana merancang strategi komunikasi krisis yang efektif untuk
menangani dampak negatif skandal korporat sehingga meredakan ketegangan
dan memulihkan reputasi perusahaan?
2. Apa saja faktor-faktor kunci yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun
dan mengimplementasikan strategi komunikasi krisis yang berhasil dalam
menanggulangi skandal korporat, dan bagaimana faktor-faktor tersebut dapat
dioptimalkan?

Menurut Heath dan O'Hair (2020) dalam buku “Handbook of Risk and Crisis
Communication,” pengelolaan risiko dan komunikasi krisis merupakan aspek penting
dalam kehidupan sehari-hari, terutama di lingkungan hubungan, organisasi,
pemerintahan, dan interaksi lainnya. Buku tersebut menyoroti pentingnya memahami
risiko dan krisis secara menyeluruh, dengan pertimbangan penting seperti bagaimana
mengurangi dampak negatif, serta tanggung jawab masyarakat dalam mengelola
risiko. Selain itu, Frandsen dan Johansen (2016) menekankan bahwa kesiapan
menghadapi krisis dalam organisasi bukan hanya sebagai langkah rasional, tetapi juga
sebagai upaya simbolis untuk mendapatkan legitimasi di mata publik. Mereka
menggambarkan fenomena isomorfisme di dalam sosiologi organisasi, yang
menjelaskan mengapa beberapa organisasi mengadopsi manajemen dan komunikasi
krisis, sementara yang lain tidak berhasil melakukannya. Hal ini menyoroti
pentingnya pemahaman akan dinamika sosial dalam pengelolaan krisis di perusahaan.
Sementara itu, Theaker (2020) menunjukkan evolusi peran praktisi PR yang
kini semakin terlibat dalam proses pengambilan keputusan strategis di dalam
perusahaan. Kenaikan peran PR secara strategis mencerminkan kesadaran akan
pentingnya memahami khalayak dan mengantisipasi serta meredam masalah
potensial. Ini menunjukkan betapa pentingnya manajemen komunikasi krisis sebagai
bagian integral dari kegiatan perusahaan dalam menghadapi tantangan internal dan
eksternal. Selain itu, penelitian oleh Mndawe (2020) dan Ye (2014) menyoroti peran
penting media sosial, seperti Facebook, sebagai alat komunikasi krisis yang efektif
bagi perusahaan. Dengan pergeseran paradigma komunikasi dari model “satu-ke-
banyak” menjadi “banyak-ke-banyak” di era media sosial, penting bagi perusahaan
untuk memahami cara mengelola krisis melalui platform digital ini guna memperkuat
reputasi dan membangun hubungan yang lebih baik dengan khalayak mereka. Dalam
konteks ini, manajemen komunikasi krisis menjadi landasan penting bagi upaya
perusahaan dalam menghadapi berbagai tantangan dan krisis yang mungkin muncul.
Menurut Yuanita (2021), strategi public relations (PR) dalam mengatasi krisis
perusahaan memainkan peran penting dalam menjaga reputasi perusahaan. Dalam era
media sosial, krisis tidak hanya berdampak pada citra perusahaan, tetapi juga
merambah ke ranah media sosial. Dalam konteks ini, Social Mediated Crisis
Communication (SMCC) menjadi model strategi yang melibatkan media sosial,
media tradisional, dan komunikasi Word of Mouth (WOM) secara online dan offline.
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi peran Key Opinion Leader (KOL),
waktu respons krisis, bentuk pesan, dan cara penyampaian informasi krisis dalam
strategi komunikasi perusahaan menggunakan model SMCC. Temuan penelitian
menekankan pentingnya peran KOL sebagai sekutu perusahaan dalam menyampaikan
informasi krisis kepada publik, dengan penekanan pada transparansi, kejujuran, dan
penggunaan metode storytelling sebagai bagian dari strategi komunikasi krisis yang
efektif. Studi oleh Akhyar dan Pratiwi (2019) mengungkapkan penerapan Situational
Crisis Communication Theory (SCCT) pada industri telekomunikasi, yang rentan
terhadap krisis di tengah kemajuan teknologi yang cepat. Penelitian menyoroti
perlunya sistem penanda krisis yang responsif dan respons yang cepat terhadap
perilaku pelanggan yang cenderung tidak sabar dan cepat menyebarkan berita negatif
melalui media sosial mereka. Di sisi lain, penelitian oleh Siregar dan Haeirina (2021)
menganalisis komunikasi krisis yang dilakukan oleh PT. Jouska Finansial Indonesia
dalam upaya memulihkan citra perusahaan setelah mengalami krisis yang melibatkan
pihak otoritas. Penelitian menunjukkan bahwa PT. Jouska Finansial Indonesia belum
memiliki SOP yang jelas dalam berkomunikasi dengan klien dan belum menerapkan
manajemen krisis secara efektif. Rekomendasi diberikan, termasuk tindakan
kolaboratif dengan berbagai pihak, membangun strategi komunikasi yang kuat, dan
memperbaiki hubungan dengan pemangku kepentingan.
Selain itu, Widowati (2016) menjelaskan pentingnya manajemen komunikasi
dalam menghadapi tantangan dalam organisasi. Studi kasus PT. Krakatau Steel pada
tahun 1995-1996 menunjukkan bagaimana perusahaan berhasil mengelola krisis
melalui kebijakan P2DAPS yang memberikan penawaran pensiun dini kepada
karyawan, sehingga mampu mengurangi jumlah karyawan tanpa menimbulkan
ketidakpuasan yang besar. Melalui pendekatan manajemen komunikasi yang efektif,
perusahaan mampu mengendalikan situasi dan meminimalisir dampak krisis. Dalam
konteks komunikasi krisis, Eray (2018) menyoroti pentingnya storytelling sebagai
alat komunikasi yang efektif. Studi ini menunjukkan bahwa storytelling dapat
digunakan oleh organisasi sebagai alat komunikasi yang kuat, terutama dalam
mengatasi krisis. Melalui cerita, organisasi dapat membangkitkan emosi audiens,
memengaruhi persepsi publik, dan mengelola narasi seputar krisis yang mereka
alami.

Kerangka KTI
1. Abstrak
Pendahuluan
2. Tinjauan Pustaka
a) Pengenalan tentang Skandal Korporat dan Implikasinya terhadap
Reputasi Perusahaan
b) Tinjauan terhadap Literatur tentang Strategi Komunikasi Krisis yang
Telah Terbukti Efektif dalam Mengelola Skandal Korporat
3. Metodologi
4. Hasil dan Pembahasan
a) Analisis Skandal Korporat dan Respons Awal Perusahaan
b) Evaluasi tentang Efektivitas Strategi Komunikasi Krisis yang
Diterapkan dalam Menangani Skandal Korporat
c) Pembahasan Mendalam mengenai Pelajaran yang Diperoleh dan
Implikasi Praktis dari Temuan Penelitian
5. Kesimpulan

Referensi

Akhyar, D., & Pratiwi, A. S. (2019). Media Sosial dan Komunikasi Krisis.
Ultimacomm: Jurnal Ilmu Komunikasi, 11(1), 35-52.

Eray, T. E. (2018). Storytelling in crisis communication. Online Journal of


Communication and Media Technologies, 8(2), 131-144.Sellnow, T. L., &
Seeger, M. W. (2021). Theorizing crisis communication. John Wiley & Sons.

Frandsen, F., & Johansen, W. (2016). Organizational crisis communication: A


multivocal approach. Sage.

Heath, R. L., & O'Hair, H. D. (Eds.). (2020). Handbook of risk and crisis
communication. Routledge.

Mndawe, T. M. (2020). Towards a crisis communication strategy for the


Bushbuckridge Local Municipality. University of Johannesburg (South Africa).

Siregar, I. K., & Haeirina, K. P. (2021). Komunikasi Krisis Pt. Jouska Finansial
Indonesia Dalam Pemulihan Citra Perusahaan. Jurnal Pustaka Komunikasi,
4(1), 1-10.
Widowati, D. (2016). Dialektika Manajemen Komunikasi Dalam Perusahaan. An-
Nidhom: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 1(02), 125-150.

Theaker, A. (Ed.). (2020). The public relations handbook. Routledge.

Ye, L. (2014). Is Facebook an effective crisis communication tool for companies?:


An analysis of BP's Facebook usage after the oil spill in 2010. The University
of Alabama.

Yuanita, D. (2021). Peran key opinion leader dalam strategi public relations pada
komunikasi krisis perusahaan. PRofesi Humas, 6(1), 23-44.

Anda mungkin juga menyukai