Anda di halaman 1dari 20

Nama : Azmi Dary

NPM : 162050096
Mata Kuliah : Tugas Komunikasi Korporat (Semester Sisipan)

Komunikasi Korporat

Definisi Komunikasi Korporat

Public Relation (PR) atau Hubungan masyarakat, pendahulu dari fungsi


komunikasi korporat (KomKorp), tumbuh karena kebutuhan. Walaupun perusahaan-
perusahaan tidak memiliki strategi sfesifik untuk sistem komunikasi, mereka sering
merespon kepada konstituen eksternal apakah mereka mau atau tidak, karena hukum-
hukum baru memaksa perusahaan untuk berkomunikasi di banyak situasi yang
dulunya mereka tidak terbiasa dikonfrontasikan, kebutuhan terus-menerus untuk
merespon berarti bahwa sumber daya yang berdedikasi dibutuhkan untuk mengatur
aliran sistem komunikasi. Komunikasi korporat dapat menjadi strategi sebagai
penyebaran informasi oleh berbagai spesialis dan generalisasi dalam suatu organisasi,
dengan tujuan umum meningkatkan kemampuan organisasi.

Komunikasi korporat adalah cara-cara organisasi berkomunikasi dengan


bermacam kelompok orang. Komunikasi korporat merupakan cara untuk membangun
komunikasi dalam organisasi-organisasi. Dalam komunikasi korporat
menghubungkan antara aplikasi teori komunikasi yang membuat hubungan
komunikasi korporat dan strategi korporat perusahaan keseluruhan (Paul A. Argenti,
2010:31).

Kerangka Kerja Komunikasi Korporat

Sumber : Komunikasi Korporat (Paul A.Argenti, 2010:32)


Di dalam karya utama Aristotle, The Art of Rhetoric (Seni Retorika), kita
dapat menemukan akar dari teori komunikasi modern. Di awal naskah semisal ini,
Aristotle mendefinisikan komposisi dari setiap pembicaraan :

“Setiap pembicaraan dibentuk dari tiga bagian yaitu pembicara, subjek


yang diperlakukan, dan subjek yang ditujukan, maksud saya, pendengar
yang merupakan akhir atau objek dari pembicaraan itu”

Van Riel menyebutkan corporate communication sebagai cara komunikasi


yang digunakan oleh organisasi selain marketing communication. Di sini Van Riel
membedakan antara corporate communication dengan marketing communication. Hal
ini dengan jelas diutarakan Van Riel di bukunya “Essentials of
Corporatecommunication: Implementing practices for effective reputation
management”, dengan pernyataannya sebagai berikut :

“Corporate communication encompasses marketing communications,


organizational communications, and management communications. By
“corporate communication”, we mean a coherent approach to the
development of communications in organizations, one that communication
specialists can adopt to streamline their own communications activities by
working from a centrally coordinated strategic framework. Corporate
communication adopts a “corporate” point of view. Derived from the latin
“corpus” meaning “body” or “the whole”, it invites communication
specialists to focus, first and foremost, on the problems of the organization
as a whole. Corporate communication therefore addresses the fulfilment of
organizational objectives. Developing a corporate communication
perspective does not require establishing a new function in organizations.”
(van Riel, 2010:22)

Corporate communication termasuk juga marketing communication,


manajemen komunikasi. Dengan "corporate communication", berarti kita melakukan
pendekatan yang koheren untuk pembangunan komunikasi dalam organisasi, spesialis
komunikasi dapat mengadopsi untuk merampingkan kegiatan mereka sendiri
komunikasi dengan bekerja dari kerangka kerja strategis pusat terkoordinasi.
Corporate communication mengadopsi kata dengan sudut pandang "corporate".
Berasal dari bahasa Latin "corpus" yang berarti "tubuh" atau "keseluruhan", yang
membuat spesialis komunikasi untuk fokus, pertama dan terutama, masalah organisasi
secara keseluruhan. Corporate communication menunjukan atas pemenuhan tujuan
organisasi. Mengembangkan perspektif komunikasi perusahaan tidak memerlukan
membangun fungsi baru dalam organisasi”. (Van Riel, 2010:22)

Sedangkan menurut Grunig dan Hunt (1984) dalam bukunya, Four


Models of Public relations yang dikutip dari buku Strategi Public relations (Silih
Agung Wasesa dan Jim Macnamara, 2010:268) menjelaskan corporate
communication adalah

“mengenai komunikasi dua arah asimetris atau simetris untuk


memersuasi/membujuk audiensi (misalnya untuk mengubah sikap,
pembelian barang atau jasa, hidup sehat, dll) atau untuk membentuk
relationship/hubungan”.

Dari uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa corporate


communication merupakan wadah untuk pengiriman pesan yang dilakukan oleh
perusahaan terhadap khalayaknya, dengan beberapa khalayak yang dimilikinya seperti
yang telah disebutkan di atas, perusahaan dapat memilih ingin mempublikasikan
dirinya terhadap konstituen yang mana yang dituju. Apabila untuk mendapatkan citra
dan membangun image, maka khalayak yang dituju adalah publik di luar perusahaan.
Akan tetapi, apabila ingin membangun identitasyang kuat di dalam perusahaan maka
khalayak yang dituju adalah yang ada di dalam perusahaan, dan untuk demikian
diperlukan sistem komunikasi internal yang baik dalam proses penyampaian pesan,
agar tujuan perusahaan dapat dicapai.
Teori Komunikasi Korporat

Pentingnya seorang Public Relations dalam menyampaikan suatu komunikasi


dalam suatu organisasi atau perusahaan kepada para stakeholder. Seorang Public
Relations harus dapat memahami dasar dari teori komunikasi.

Suatu perusahaan merupakan lembaga di mana terdapat kelompok orang yang


secara tertentu melakukan kegiatan-kegiatan usaha. Salah satunya adalah Public
Relations. Seorang Public Relations harus dapat menjaga kestabilan suatu perusahaan
dan menjaga nama baik atau image suatu perusahaan serta dapat menimbulkan
pencitraan yang baik terhadap perusahaan yang lain.

Teori Situasional publik, Grunig (dalam Ardianto, 2010 :93) :

Teori situasional public adalah bagian dari theory of the role of Public
Relations (teori peran Public Relations) dalam manajemen strategi yang
dikemukakan Grunig. Teori Grunig menyebutkan bahwa public muncul ketika
organisasi membuat keputusan yang memiliki konsekuensi pada orang-orang
di dalam dan di luar organisasi, yang mana mereka tidak terlibat dalam
membuat keputusan itu. Grunig berpendapat bahwa istilah stakeholder
digunakan untuk kategori kategori umum, orang-orang yang dipengaruhi
konsekuensi actual atau konsekuensi potensial strategic atau penting,
keputusan organisasional.

Kategori-kategori stakeholder secara umum adalah yang menjadi focus


program-program Corporate Communication, seperti hubungan karyawan, komunitas,
investor, konsumen atau pemerintah. Dengan demikian teori situasional dapat
digunakan untuk mengidentifikasi publik-publik yang aktif dalam program-program
environmental scanning (yang berhubungan dengan lingkungan), isu-isu manajemen
dan krisis komunikasi. Dalam hal ini, Public Relations di perusahaan tersebut
membutuhkan Corporate Communication untuk menjalankan kegiatannya sesuai
dengan strategi Corporate Public Relations.
Strategi menurut Glueck dan Jauch (dalam Saladin, 2004 :1) “Sebuah rencana
yang disatukan, luas dan terintegrasi, yang menghubungkan keunggulan
strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dan yang dirancang untuk
memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui
pelaksanaan yang tepat oleh organisasi.”

Dari pegertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa strategi perusahaan adalah


suatu kesatuan rencana menyeluruh, komprehensif, dan terpadu yang diarahkan untuk
mencapai tujuan perusahaan. Untuk mewujudkan strategi tersebut dibutuhkan strategi
Public Relations yang tepat. Strategi Public Relations memiliki peranan yang sangat
penting dalam suatu perusahaan, karena strategi ini berperan untuk memenangkan
persaingan dalam merebut konsumen.
Prinsip - prinsip Komunikasi Korporat

1. Hubungan dengan pihak eskternal

Menjadi hal mendasar karena jelas kegiatan Komunikasi Korporat ini kegiatan
agar masyarakat tau visi dan misi perusahaan. Membangun saling pengertian
dan kesepahaman dengan pihak eksternal.

Biasa nya ada dalam konsep pentahelik = bagaimana unsur unsur yang terlibat
dalam sebuah aktifitas yang didasarkan pada unsur unsur yang saling
mendorong atau saling mengikatkan diri dan menjalin hubungan yang baik.

A. Pemerintah harus dianggap penting dalam hal membuka ruang ruang,


karena pemerintah yg mempunyai dana dari apbn, apbd dan lain lain
contoh nya kita membuka usaha, hand sanitizer, apd, masker karena
saat seperti ini pemerintah membutuhkan alat alat seperti itu termasuk
pemerintah daerah, disitu lah hubungan baik diperlukan.

B. Media massa, cetak/elektronik. Contoh Facebook, instagram, Twitter


banyak sponsor pada platform tersebut sehingga sebagian media cetak,
televisi sudah mulai ditinggalkan karena masyarakat lebih dekat
dengan media sosial.

C. Komunitas justru dianggap penting karena komunitas sendiri yang ikut


membantu mengintegrasikan, menyampaikan informasi bahkan
mengajak kepada publik atau masyarakat umum agar tertarik pada
produk yang disenangi suatu komunitas tersebut Harus menguasai data
dan fakta - Maksudnya kita tau bahwa data dan fakta itu merupakan
kekuatan dari seorang komunikasi korporat
2. Pengelolaan isu-isu yang berkaitan dengan hal hal yang dianggap penting
ataupun tidak bisa iya dan tidak

A. Dengan analisis 5w+1H


B. Identifikasi langkah sehingga menghasilkan solusi
C. Mempersuasi di berbagi cabang perusahaan, dan melakukan
pendekatan kepada masyarakat setempat dan membuat press confrence
yang menyampaikan informasi bahwa ternyata tuduhan atau isu
tersebut salah. Hingga pulih kepercayaan masyarakat

3. Problem solver

Maksudnya seorang komunikasi korporat harus menjadi penyelesai masalah


saat situasi sedang panik sekalipun.

4. Penguatan branding

Kemampuan konsumen dalam mengenali atau mengingat sebuah merek,


termasuk nama, gambar, logo, dan juga slogan-slogan tertentu yang pernah
digunakan oleh brand tersebut
Komunikasi Kesehatan

Definisi Komunikasi Kesehatan

Manusia sebagai makhluk sosial, terkandung suatu maksud bahwa manusia


bagaimanapun juga tidak dapat terlepas dari individu yang lain. Hidup bersama antar
manusia akan berlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi dan situasi. Ada
berbagai bentuk pola interaksi antar manusia dalam kehidupan ini, khususnya
mengenai interaksi yang disengaja, salah satunya interaksi dalam memberikan
informasi kesehatan (komunikasi kesehatan).

Salah satu isu utama dalam komunikasi kesehatan adalah mempengaruhi


individu dan komunitas. Dengan tujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dengan
cara berbagi informasi seputar kesehatan.

Menurut Healthy People 2010 dalam Liliweri (2009),


komunikasi kesehatan yaitu seni menginformasikan, mempengaruhi dan
memotivasi individu, institusi, serta masyarakat tentang isu-isu penting di
bidang kesehatan dalam meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan individu
dalam masyarakat.

Sedangkan menurut Cline, R. dalam Liliweri (2009), komunikasi kesehatan


merupakan sebuah bidang teori, riset dan praktek yang berkaitan dengan
pemahaman dan saling ketergantungan mempengaruhi komunikasi (interaksi
simbolik dalam bentuk pesan dan makna) dan kepercayaan kesehatan terkait,
perilaku dan hasil.

Komunikasi kesehatan menurut Notoatmodjo (2007), merupakan usaha yang


sistematis untuk mempengaruhi secara positif perilaku kesehatan masyarakat
dengan menggunakan berbagai prinsip dan metode komunikasi, baik
menggunakan komunikasi interpersonal, maupun komunikasi massa.

Ratzan dalam Liliweri (2009) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan


komunikasi kesehatan ialah proses kemitraan anara partisipan berdasarkan
dialog dua arah yang di dalamnya ada suasana interaktif, ada pertukaran
gagasan, ada kesepakatan mengenai kesatuan gagasan mengenai kesehatan,
juga merupakan teknik dari pengirim dan penerima untuk memperoleh
informasi mengenai kesehatan yang seimbang demi membaharui pemahaman
bersama.

Komponen Komunikasi Kesehatan

Komponen komunikasi kesehatan tak berbeda halnya dengan komponen


komunikasi pada umumnya. Komunikasi tidak hanya sebatas penyampaian pesan saja,
adanya umpan balik (feedback) atau respon dari penerima pesan menandakan bahwa
komunikasi dapat terjadi hanya jika memenuhi komponen-komponen tertentu.
Komunikasi juga merupakan suatu proses yang tidak akan berjalan baik tentunya jika
tidak memenuhi komponen-komponen tersebut.

Menurut Lasswel, komponen komunikasi ialah:

1. Komunikator

Dalam komunikasi kesehatan, komunikator adalah orang atau lembaga


kesehatan yang menyampaikan pesan. Misalnya berisikan himbauan untuk
melakukan program KB.

2. Komunikan.

Dalam komunikasi kesehatan istilah komunikan ialah sebagai orang yang


menerima pesan. Komunikan bisa berupa masyarakat yang diberikan
sosialisasi dari pihak lembaga kesehatan.

3. Pesan.

Dalam komunikasi kesehatan, pesan adalah pernyataan yang didukung oleh


lambang yang mempunyai arti, contohnya slogan tentang hindari HIV/AIDS.
4. Media Media

Dalam komunikasi kesehatan ialah sebagai sarana atau saluran yang


mendukung proses penyampaian pesan. Media dalam komunikasi kesehatan
ada dua yakni media (saluran) interpersonal dan kelompok. Media bisa berupa
cetak maupun elektronik yang biasa dilakukan dengan kegiatan penyuluhan.

5 Efek

Efek pada komunikasi kesehatan yakni dampak atau akibat yang


ditimbulkan oleh pesan. Efek atau dampak ialah ketercapaian kita dalam
penyampaian pesan.

Tujuan Komunikasi Kesehatan

Tujuan utama dari komunikasi kesehatan ini adalah untuk perubahan prilaku
kesehatan pada sasaran kearah yang lebih kondusif sehingga dimungkinkan terjadinya
peningkatan status kesehatan sebagai dampak (impact) dari program komunikasi
kesehatan.

Menurut Liliweri (2009:52-53) tujuan komunikasi kesehatan terbagi dua,


diantaranya:
1. Tujuan strategis Pada umumnya program-program yang berkaitan
dengan komunikasi kesehatan yang dirancang dalam bentuk paket acara atau
modul dapat berfungsi untuk:
1. Relay information, yakni meneruskan informasi kesehatan dari suatu
dari suatu sumber kepada pihak lain secara berangkai (hunting).
2. Enable informed decision making, ialah memberikan informasi
akurat untuk memungkinkan pengambilan keputusan.
3. Promote peer information exchange and emotional support, yakni
mendukung pertukaran pertama dan mendukung secara emosional
pertukaran informasi kesehatan.
4. Promote healthy behavior, informasi untuk memperkenalkan hidup
sehat.
5. Promote self care, yakni memperkenalkan pemeliharaan diri sendiri.
6. Manage demand for health services, ialah untuk memenuhi
permintaan layanan kesehatan. Tujuan Praktis Menurut Taibi Kahler
dalam Liliweri (2009:53

2. Tujuan Praktis Menurut Taibi Kahler dalam Liliweri (2009:53-54)


menyatakan bahwa sebenarnya secara praktis tujuan khusus komunikasi
kesehatan itu meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui beberapa
usaha pendidikan dan pelatihan agar dapat :
1. Meningkatkan pengetahuan yang mencakup :
a. Prinsip-prinsip dan proses komunikasi manusia.
b. Menjadi komunikator (yang memiliki etos, patos, logos,
kredibilitas dan lain-lain).
c. Menyusun pesan verbal dan non verbal dalam komunikasi
kesehatann.
d. Memilih media yang sesuai dengan konteks komunikasi
kesehatan.
e. Menentukan segmen komunikasi yang sesuai dengan konteks
komunikasi kesehatan.
f. Mengelola umpan balik atau dampak pesan kesehatan yang
sesuai dengan kehendak komunikator dan komunikan.
g. Mengelola hambatan-hambatan dalam komunikasi kesehatan.
h. Mengenal dan mengelola konteks komunikasi kesehatan.
i. Prinsip-prinsip riset.
2. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan berkomunikasi efektif.
3. Membentuk sikap dan perilaku berkomunikasi, seperti:
a. Berkomunikasi yang menyenangkan, empati.
b. Berkomunikasi dengan kepercayaan pada diri.
c. Menciptakan kepercayaan publik dan pemberdayaan publik.
d. Membuat pertukaran gagasan dan informasi makin
menyenangkan.
e. Memberikan apresiasi terhadap terbentuknya komunikasi
yang baik.
Manfaat komunikasi kesehatan

Manfaat mempelajari ilmu komunikasi kesehatan menurut Alo Liliweri.


(2009 : 56-69) adalah:

1. Memahami interaksi antara kesehatan dengan perilaku individu.


2. Meningkatkan kesadaran kita tentang isu kesehatan.
3. Melakukan strategi intervensi pada tingkat komunitas.
4. Menghadapi disparitas pemeliharaan kesehatan antar etnik atau ras dalam
suatu masyarakat.
5. Menampilkan ilustrasi ketrampilan, menggambarkan berbagai jenis
keterampilan untuk memelihara kesehatan, pencegahan, advokasi atau sistem
layanan kesehatan kepada masyarakat.
6. Menjawab permintaan terhadap layanan kesehatan (mengetahui dan
melakukan analisis kebutuhan).
7. Memperkuat infrastruktur kesehatan masyarakat di masa yang akan datang
bagi hasil yang memuaskan masyarakat umum.
8. Membarui peranan para profesional di bidang kesehatan, misalnya
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan para petugas medis, memperkuat
infrastruktur kesehatan, membangun kemitraan, mengembangkan akuntabilitas,
dan mengembangkan pembuktian atas layanan.
Landasan Teori Komunikasi Kesehatan

Teori Komunikasi Persuasif (communication persuasive theory)

Dikatakan oleh McGuire dalam jurnal (Endah: 2015) teori komunikasi untuk
persuasi menegaskan bahwa komunikasi dapat dipergunakan untuk mengubah sikap
dan perilaku kesehatan yang secara langsung terkait dalam rantai kausal yang sama
(Graeff, 1996).

Efektivitas upaya komunikasi yang diberikan bergantung pada berbagai input


(stimulus) serta output (tanggapan stimulus). Menurut teori ini, perubahan
pengetahuan dan sikap merupakan pra kondisi bagi perubahan perilaku kesehatan dan
perilaku-perilaku yang lain. Variabel-variabel input meliputi: sumber pesan, pesan itu
sendiri, saluran penyampai, dan karakteristik penerima dan tujuan pesan-pesan
tersebut. Variabel-variabel output merujuk pada perubahan dalam faktor-faktor
kognitif tertentu, seperti pengetahuan, sikap, pembuatan keputusan dan juga
perilakuperilaku yang dapat diobservasi. Saat ini fokus komunikasi kesehatan
ditujukan lebih untuk menarik perhatian khalayak daripada membujuk mereka,
dengan mempertimbangkan langkah-langkah persuasi McGuire yang dituangkan
dalam teori ini dapat memberikan kerangka yang valid untuk mendekati stakeholder
untuk menarik minat mereka agar mau terlibat dalam sebuah program kesehatan.
Namun teori ini perlu juga memperhatikan perihal karakteristik dan kebutuhan
khalayak yang dapat berubah dari waktu ke waktu. Hal ini mengharuskan
komunikator untuk memasukkan perubahanperubahan dalam desain dan pengiriman
pesan serta merekomendasikan perilaku-perilaku yang sesuai dengan gaya hidup dan
kebutuhan masyarakat (Graef, 1996).

TEORI S-O-R (Stimulus – Organism – Respon)

Menurut Hosland dalam Effendy (2003: 255) Teori ini mendasarkan asumsi
bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang
(stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya kualitas dari sumber
komunikasi (sources) misalnya kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara sangat
menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat.

Hosland, et al (1953) mengatakan bahwa proses perubahan perilaku pada


hakekatnya sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut
menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari:

1) Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau


ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus
itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu dan berhenti disini. Tetapi
bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan
stimulus tersebut efektif.

2) Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka


ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya. Setelah itu
organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk
bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap). 3) Akhirnya
dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus
tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku)
Prinsip Komunikasi Kesehatan

1. Informasi benar, valid dan dapat dipertanggung jawabkan

Prinsip komunikasi kesehatan yang paling dasar dan paling penting adalah
informasi yang disebarkan haruslah benar adanya, tidak ditambah atau
dikurangi dan dapat dipertanggung jawabkan. Kenapa ? karena komunikasi
kesehatan memiliki fungsi utama untuk menyebarkan informasi mengenai
kesehatan yang tidak jarang akan membahas kondisi kesehatan seseorang,
obat-obatan, hingga dosis pemakaian obat. Atas dasar itulah, komunikasi
kesehatan yang dilakukan tidak boleh mengandung kebohongan dan informasi
palsu.

2. Komunikasi adalah penyampaian informasi dengan simbol

Komunikasi merupakan sebuah simbol yang digunakan untuk memberikan


dan menyebarkan informasi. Prinsip yang satu ini akan menuntun orang-orang
dibidang kesehatan untuk sanggup dan mampu menggunakan berbagai simbol
yang ada, seperti kata-kata, gestur tubuh, perilaku, mimik wajah, hingga
penggunaan alat bantu komunikasi lainnya. Dengan prinsip ini pula,
komunikasi kesehatan akan mampu dilakukan meskipun informasi yang
dibahas adalah mengenai kondisi kesehatan seseorang yang buruk atau tidak
tertolong dan lain sebagainya.

3, Perilaku mempengaruhi komunikasi

Perilaku seseorang yang bertindak dalam menyampaikan pesan kesehatan,


haruslah mencerminkan sikap dan perilaku orang – orang yang peduli dengan
kesehatan. Perilaku yang baik adalah salah satu Cara Mengatasi Kesalahan
Persepsi atau tanggapan yang salah dari penerima informasi. Oleh sebab itu,
pemberi informasi haruslah dapat menjadi contoh atau panutan dari penerima
informasi. Perilaku penyampai informasi juga akan memberikan pengaruh
yang besar terhadap keberhasilan komunikasi yang sedang dilakukan.
4. Hubungan atau ikatan

Kesehatan tidaklah menjadi hal utama yang diperhatikan oleh orang banyak,
terutama yang kehidupannya memiliki jadwal yang padat. Oleh sebab itu,
komunikasi kesehatan lebih efektif ketika dilakukan oleh orang – orang yang
memiliki hubungan atau ikatan. Hubungan atau ikatan yang sudah terjalin
akan membuat komunikasi lebih saling menghargai dan saling menerima dan
menjadi Cara Berkomunikasi dengan Baik. Selain itu, hubungan juga akan
membuat potensi keberhasilan komunikasi kesehatan menjadi lebih besar.

5. Etika penyampaian

Prinsip komunikasi kesehatan yang selanjutnya adalah etika penyampaian


informasi, baik secara langsung, melalui perantara atau menggunakan Macam-
macam Media Komunikasi. Etika penyampaian berhubungan pula dengan isi
atau dimensi pesan yang akan disampaikan. Ketika pemberi informasi
memiliki etika penyampaian yang baik, maka informasi kesehatan yang
disampaikan akan dapat diterima dengan baik pula.

6. Penempatan diri

Prinsip komunikasi kesehatan yang berikutnya adalah penempatan diri.


Penempatan diri, secara tidak langsung akan memaksa penyampai informasi
atau penerima informasi untuk dapat menempatkan dirinya pada tempat yang
benar. Tujuannya adalah untuk meminimalisir salah tafsir bagi orang yang
mendengar informasi tersebut atau menjaga perasaan seseorang yang sedang
dibicarakan. Selain itu, penempatan diri akan memberikan citra positif dimata
penerima informasi diberbagai situasi dan menjadi salah satu Cara
Komunikasi Efektif dengan Pasien.

7. Kesempatan

Komunikasi kesehatan yang terjadi, tidak terlepas dari berbagai kesempatan


yang ada seperti waktu, hari, tempat atau dengan siapa komunikasi tersebut
berlangsung. Oleh sebab itu, pemberi informasi pada komunikasi kesehatan
harus mampu melihat, memilih berbagai kesempatan yang ada dan
menentukannya secepat mungkin kapan informasi tersebut akan disampaikan
agar Proses Komunikasi Efektif.

8. Pertimbangkan Efek

Komunikasi kesehatan yang dilakukan juga harus mampu untuk


mempertimbangkan efek yang akan muncul setelah komunikasi terjadi.
Caranya adalah dengan menyusun kata – kata dengan baik dan memprediksi
efek atau apa hasil yang mungkin saja akan terjadi terkait dengan informasi
yang diucapkan. Ketika pemberi informasi dapat memprediksi dan
mempertimbangkan efek yang akan terjadi, maka komunikasi kesehatakan
akan berjalan dengan baik serta menghasilkan efek yang baik pula. Selain itu,
pemberi informasi akan mampu untuk mengatasi Pengaruh Efektivitas
Komunikasi dalam Integrasi Sosial yang tidak diharapkan.

9. Tahap komunikasi

Tahap-tahap Komunikasi yang Efektif pada komunikasi kesehatan juga harus


dipertimbangkan dengan baik, mulai dari pemilihan kata, penyampaian kata,
kritik atau saran, pesan – pesan atau himbauan hingga kepada kesimpulan dan
pemberian motivasi atau semangat. Selain tahap tahap komunikasi tersebut,
sistem komunikasi seperti pemilihan informasi, tujuan, orang yang
menyampaikan informasi hingga lingkungan, tempat penyampaian informasi,
pola pikir dan berbagai hal lainnya juga harus diperhatikan dengan baik.
Jangan sampai karena proses perencanaan tahapan yang buruk, informasi
malah mendapat Gangguan Makna dalam Komunikasi.

10. Sosial – Budaya

Ketika komunikasi kesehatan dilakukan kepada masyarakat dengan berbagai


berlatar belakang mulai dari tingkat sosial, budaya bahkan kepercayaan,
cenderung lebih sulit untuk dilakukan dari pada komunikasi kesehatan dengan
latar belakang yang hampir sama. Oleh sebab itu, pemberi informasi kesehatan
harus memiliki Cara Mengatasi Gap Komunikasi kesehatan ketika hal tersebut
terjadi. Caranya adalah dengan menggunakan bahasa daerah, menggunakan
simbol, atau mengajak para tokoh agama dan lain sebagainya.

11. Sifat Komunikasi Nonsekuensial

Komunikasi kesehatan memiliki sifat komunikasi nonsekuensial


atau Komunikasi Dua Arah, dengan pengertian bahwa pemberi informasi
dapat menjadi penerima dan penerima informasi dapat menjadi pemberi
informasi meskipun tidak begitu dominan dan lebih sering
menggunakan Komunikasi Nonverbal. Karena prinsip inilah, seseorang yang
bertindak sebagai pemberi informasi kesehatan harus mampu untuk
menangkap pesan yang diberikan oleh penerima informasi secara nonverbal
seperti anggukan kepala, gerak tubuh, tatapan mata hingga ekspresi wajah.

12. Sifat Dinamis dan Prosesual

Komunikasi kesehatan biasanya akan selalu berkesinambungan atau Prosesual


dan selalu berkembang atau dinamis seiring dengan berjalannya komunikasi.
Oleh sebab itu, pemberi informasi kesehatan harus mampu untuk mendesign
dan menjalankan komunikasi dengan baik, memiliki suasana yang cair dan
terjadi pertukaran informasi. Dengan prinsip ini, pesan atau informasi
kesehatan akan mudah untuk diterima dan diingat oleh penerima informasi.
Selain itu, penerima informasi akan merasa memiliki hubungan yang kuat
dengan pemberi informasi sehingga komunikasi kesehatan dapat berjalan
secara berkesinambungan.

13. Ucapan Tidak Dapat Ditarik

Jika pada Komunikasi Bisnis atau Komunikasi Politik ucapan yang


dikeluarkan dapat ditarik kembali, maka pada komunikasi kesehatan ucapan
tidak dapat ditarik lagi karena komunikasi kesehatan memiliki sifat
Irreversibel. Oleh sebab itu setiap informasi yang diucapkan harus
dipertimbangkan setiap aspeknya, mulai dari kebenaran informasi, efek
informasi, hingga risiko yang akan ditimbulkannya.

14. Komunikasi bukan Panasea

Prinsip yang satu ini mengajarkan kepada siapa saja yang melakukan
komunikasi kesehatan bahwa komunikasi bukanlah panasea atau obat atau
jalan keluar bagi setiap permasalahan. Namun, komunikasi hanyalah bertindak
untuk mencari obat atau jalan keluar terhadap sebuah penyakit.

15. Anggap Lawan Bicara Sama

Dengan menganggap lawan bicara memiliki kesamaan mulai dari ekonomi,


kedudukan, status dan budaya, maka pemberi informasi akan mampu untuk
berkomunikasi dengan baik. Tapi ketika pemberi komunikasi menganggap
dirinya lebih tinggi dari penerima informasi, maka yang keluar adalah sifat
angkuh, sombong dan sebagainya.
Kampanye Komunikasi Kesehatan

Selama ini program kesehatan cenderung lebih menekankan pada pengobatan


(gratis) penderita penyakit daripada program di bidang kesehatan untuk mencegah
agar masyarakat tidak terkena penyakit.

Padahal menurut Kartono Mohamad (2009), keberhasilan pemerintah dalam


bidang kesehatan bukan pada berapa banyak rumah sakit dan balai pengobatan
yang didirikan dan berapa besar ia membiayai pengobatan bagi yang miskin,
melainkan seberapa jauh penyakit dapat dicegah, seberapa besar kematian
yang tidak seharusnya bisa dihindarkan, seberapa jauh kecacatan akibat
penyakit dapat dikurangi, seberapa jauh rakyat didorong untuk berperilaku
sehat, dan seberapa jauh pemerintah dapat mengantisipasi datangnya wabah
baru.

Dalam kampanye komunikasi kesehatan terdapat 5 langkah dalam menentukan


khalayak sasaran

a. Kelompok masyarakat berdasarkan kebutuhan mereka


b. Kelompok masyarakat berdasarkan kebiasaan memanfaatkan sarana
kesehatan
c. Jaringan atau hubungan antara sumber informasi kesehatan dengan
masyarakat sasaran dan bagaimana masyarakat sasaran berhubungan dengan
sumber informasi.
d. Pilih segmen khalayak yang lebih banyak hubungannya dengan sumber atau
e. Buatkan aksi kampanye komunikasi kesehatan agar dapat mencapai
khalayak sasaran yang dituju.

Anda mungkin juga menyukai