Humas sebagai fungsi manajemen bisa berarti dua pengertian. Pertama, fungsi-fungsi kehumasan
sebenarnya melekat pada fungsi manajemen. Jika humas bertanggung jawab pada reputasi dan hubungan
baik perusahaan dengan publik-publiknya, maka itu berarti setiap para pengelola perusahaan atau setiap
pimpinan perusahaan bertanggung jawab terhadap reputasi dan hubungan baik tersebut. Kedua, sebagai
fungsi manajemen, maka praktisi humas juga harus ikut membangun filosofi perusahaan, tujuan-tujuan
perusahaan, dan praktisi humas bertanggung jawab dalam proses pembuatan kebijakan perusahaan.
Praktisi humas bisa sebagai penasihat bagi pimpinan dan manajemen, serta praktisi humas sebagai
fasilitator komunikasi bagi perusahaan dengan publik-publiknya. Perhatikanlah munculnya istilah humas
sebagai fungsi manajemen, dan istilah praktisi humas yang berfungsi manajemen
Adapun bahasan tentang Humas sebagai fungsi komunikasi, artinya adalah humas merupakan aktivitas
komunikasi dan oleh karena itu para praktisi humas sekaligus harus menjadi praktisi komunikasi itu
sendiri. Humas merupakan aktivitas komunikasi maksudnya tujuan-tujuan humas dicapai melalui
komunikasi. Dalam hal ini kita membicarakan soal akses komunikasi yang dibuka oleh perusahaan,
sistem komunikasi yang dibangun perusahaan, model komunikasi yang dipilih oleh perusahaan
merupakan wajah dari model humas perusahaan tersebut. Sedangkan praktisi humas sebagai praktisi
komunikasi itu berarti para praktisi humas memerlukan kompetensi dan keterampilan dalam
berkomunikasi dengan publik-publiknya.
Peran humas sebagai tehnisi komunikasi memerlukan praktisi yang berkualifikasi terampil
berkomunikasi. Terampil berkomunikasi disini bisa dilihat dari dua aspek: yaitu terampil dalam cara
berkomunikasinya, dan terampil dalam menyusun isi pesannya sesuai tujuan dan dengan berbagai
format.
Keterampilan komunikasi mendasar adalah berkomunikasi secara lisan. Baik komunikasi lisan secara
langsung maupun yang bermedia tehnologi audio dan visual. Komunikasi lisan ini dipraktekkan dalam
presentasi, lobi, rapat, wawancara, dsb. Berikutnya adalah kemampuan komunikasi tulis, baik dalam
format tulisan untuk pidato, presentasi, publikasi, iklan, berbagai naskah media, maupun tulisan untuk
media massa. Apalagi dengan tehnologi terbaru yaitu internet alias digital. Maka keterampilan humas
juga menyesuaikan dengan format digital tersebut. Berbicara, menulis, memproduksi pesan audio, visual,
dan audio visual.
Secara konseptual, tehnik humas ini sama pentingnya dengan prinsip dan teori komunikasi, riset
perancanaan dan evaluasi, strategi dan implementasi humas, serta pemagangan wajib dipelajari dan
dikuasai oleh seluruh mahasiswa kehumasan di Amerika Serikat, misalnya.
Teman-teman peserta tuton, pemahaman terhadap Humas/Public Relations dapat dimulai dengan
membedakan humas/PR sebagai fungsi manajemen dan public relations sebagai fungsi komunikasi.
Fungsi manajemen pada Humas adalah untuk membangun dan menjaga hubungan yang saling
menguntungkan antara organsisas dab berbagai public yang menentukan keberhasilan atau kegagalan
organisasi. Kegiatan Humas sebagai kegiatan komunikasi dengan mengemukakan pengertian humas
sebagai the management of communication betweew an organization and its public. Dengan kata lain
mereka melihat Humas sebagai kegiatan pengelolaan komunikasi antara sebuah organisasi dan berbagai
publiknya.
Public relation adalah proses interaksi dimana public relation menciptakan opini publik sebagai input
yang menguntungkan kedua belah pihak, dan menanamkan pengertian, menumbuhkan motivasi dan
partisipasi publik, bertujuan menanamkan keinginan baik, kepercayaan saling adanya pengertian, dan
citra yang baik dari publiknya. Sehingga antara Humas/PR memiliki pemahaman yang sebagian besar
sama dari fungsi dan tugasnya, namun dari segi prakteknya istilah Humas digunakan pada organisasi non
profit sementara untuk istilah PR digunakan pada organisasi profit.
Pekerjaan yang biasa dilakukan oleh Public Relations dapat disingkat menjadi PENCILS yaitu:
Publication & Publicity yaitu memperkenalkan perusahaan kepada publik.
Events yaitu menyelenggarakan, mengkordinasi event atau kegiatan sebagai upaya untuk membentuk
citrapositif.
News yaitu seorang public relations dituntut meguasai teknik-teknik menulis sehingga dapat
menghasilkan produk-produk tulisan (public relations writing)
Community Involvement yaitu membuat program2 yang ditujukan untuk menciptakan image positif
dengan melibatkan atau adanya keterlibatan komunitas atau masyarakat sekitar.
Identity Media yaitu pekerjaan public relations dalam membina hubungan dengan media (pers).
Lobbying yaitu public relations dituntut mempunyai keahlian persuasi dan negosiasi dengan perbagai
pihak.
Social Invesment yaitu pekerjaan publis relations untuk membuat program-program yang bermanfaat
bagi kepentingan dan esejahteraan sosial salah satunya termasuk program Corporate Social
Responsibility Public relations dituntut mempunyai kemampuan dalam praktik komunikasi
organisasi, manajemen krisis dan manajemen isu dan riset. Pengetahuan tentang komunikasi
organisasi yang baik perlu diperlukan karena kegiatan public relations berada dalam lingkup
organisasi. Di sini public relations harus mengetahui motivasi karyawan, arus informasi yang terjadi
(baik formal maupun non formal), kepuasan organisasi, dan iklim komunikasi dalam organisasinya.
Seorang public relations juga perlu bekal dalam keahlian dalam manajemen krisis & isu. Krisis yang
dikelola dengan baik akan menjadi titik awal meningkatkan citra perusahaan menuju kondisi yang lebih
baik. Pengetahuan tentang riset perlu dikuasai, mengingat pekerjaan public relations adalah “based of
fact”. Untuk memberikan gambaran lebih jelas tentang apa saja yang dikerjakan public relations dalam
kegiatan sehari-hari, sebagai berikut:
Mengumpulkan dan mendistribusikan news-release, artikel untuk konsumsi media massa
Mengorganisasikan konferensi pers, pers perception, press-party, dan press tours
Bertindak sebagai penyedia informasi bagi media massa
Mengatur sesi interview antara manajemen dengan media massa
Menyediakan dokumentasi khusus produk-produk fotografiMngedit dan memproduksi internal
newspaper atau majalah dan mengelola produk komunikasi internal lainnya, seperti ; video, slide
presentasi, message board dan lain-lain
Mengedit dan memproduksi jurnal eksternal untuk konsumsi distributor, konsumen atau pelanggan
Menyediakan dan mengelola macam-macam instrument audiovisual
Memimpin dan mengatur seremonial eksibisi termasuk macam-macam materialnya
Menciptakan dan menjaga identitas korporat, seperti logo, corporate colors, company vehicle,
employee uniform, dan lain-lain
Mengelola company visit bagi public eksternal atau sebaliknya dari personel pereusahaan ke tempat
lain
Ikut serta dalam pertemuan-pertemuan penting yang diadakan pimpinan cabang atau pimpinan pusat
Menghadiri pertemuan dengan divisi penjualan dan agen
Menjadi delegasi perusahaan pada pertemuan-pertemuan dengan lembaga lain
Menemani konsultan PR yang diundang perusahaan
Melatih staf PR dan staf lainya yang berkaitan dengan kepentingan PR
Mengelola riset pooling atau riset lainnya
Mengelola pekerjaan advertising jika fungsinya berkombinasi dengan departemen PR
Menjalin hubungan baik dengan politikus dan birokrat
Mengorganisasikan kunjungan seremonial bagi politikus, tamu kehormatan dan tamu dari luar negeri
Mengorganisasikan acara-acara khusus seperti open house termasuk media corverage-nya
Aktif dalam acara pemberian penghargaan seperti trophy untuk perusahaan terbaik tahunan
Mengumpulkan dan mengorganisasikan umpan balik dari berbagai sumber informasi seperti media
massa, karyawan atau dari public eksternal
Menganalisis umpan balik yang berkaitan dengan pencapaian tujuan perusahaan
Mengelola bermacam aktivitas yang berhubugan dengan kegiatan sponsorship.
Seorang praktisi PR/Humas haruslah memiliki kemapuan teknis sehingga dapat menjalankan profesinya
dengan baik. Seorang manajer PR/Humas pada dasarnya adalah orang yang memiliki kemampuan
manajerial dan kemampuan teknis.
Diskusi 1
Terima kasih atas pertanyaannya. Saya setuju bahwa praktisi humas bisa memanfaatkan tenaga spesialis
di bidang komunikasi seperti desainer grafis, cameramen, jurnalist, editor, video maker, script writer,
penulis naskah, dan sebagainya untuk membantu mereka dalam menghasilkan materi komunikasi yang
lebih baik dan efektif.
Namun, sebagai praktisi humas, memiliki pemahaman dan keterampilan dalam berbagai aspek
komunikasi seperti desain grafis, pembuatan video, penulisan naskah, dan sebagainya dapat memberikan
keuntungan tambahan dalam menjalankan tugas sehari-hari. Misalnya, jika seorang praktisi humas dapat
membuat desain grafis yang menarik dan efektif, ia dapat lebih mudah menarik perhatian dan
mempengaruhi audiens melalui materi yang dibuatnya. Demikian pula, jika seorang praktisi humas
memiliki keterampilan menulis naskah yang baik, ia dapat lebih mudah menyampaikan pesan dengan
jelas dan efektif.
Tentu saja, ada kekurangan jika seorang praktisi humas mencoba melakukan semua hal sendiri. Salah
satu kekurangannya adalah waktu. Jika seorang praktisi humas harus mengurus semua hal sendiri, ia
mungkin tidak memiliki waktu yang cukup untuk fokus pada tugas-tugas utama dalam bidang humas
seperti membangun hubungan dengan media, menjalin hubungan dengan stakeholders, dan sebagainya.
Selain itu, jika seorang praktisi humas mencoba melakukan semua hal sendiri, ia mungkin tidak memiliki
keterampilan yang cukup dalam semua aspek komunikasi yang dibutuhkan untuk menghasilkan materi
yang berkualitas.
Oleh karena itu, sebaiknya seorang praktisi humas memanfaatkan tenaga spesialis di bidang komunikasi
sebagai bagian dari timnya, namun tetap memiliki pemahaman dan keterampilan dalam aspek-aspek
komunikasi yang diperlukan untuk menjalankan tugas sehari-harinya.
Sumber referensi:
3. Presentasi
Salah satu tugas praktisi humas yang cukup penting dan sering dilakukan adalah melakukan presentasi
untuk berbagai kesempatan kepada berbagai publik, seperti untuk presentasi kepada karyawan, kepada
warga komunitas, kepada konsumen, kepada aparat pemerintah, kepada pemegang saham, kepada para
wartawan, dan sebagainya.
Dalam mempersiapkan presentasi yang akan dilakukan, seorang praktisi humas perlu
mempertimbangkan tiga hal utama, yakni khalayak atau audiens, tujuan atau maksud presentasi, dan
pesan yang akan disampaikan dalam presentasi. Oleh karena itu, analisis profil khalayak perlu dilakukan
dari segi demografi, psikografi, dan kepentingan khalayak.
Untuk menyiapkan presentasi pun, perlu dilihat terlebih dahulu tujuan dari sebuah presentasi, apakah
untuk member tahu khalayak sehingga pemahaman khalayak akan meningkat terhadap sebuah subjek,
untuk membujuk khalayak sehingga khalayak memiliki sikap tertentu terhadap suatu objek, atau untuk
memberi instruksi sehingga khalayak dapat melakukan tindakan seperti yang dinginkan organisasi.
Agar presentasi efektif, aspek pesan pun akhirnya harus disusun sedemikian rupa dan disajikan dengan
memanfaatkan berbagai teknik penyampaian pesan dan pemanfaatan berbagai unsur komunikasi secara
maksimal.
Sumber Referensi:
BMP SKOM4332
Fawkes, J. (2016). Public relations ethics and professionalism: The shadow of excellence. Routledge.
Public Relations Society of America. (2022). Code of ethics. Diakses dari
https://www.prsa.org/ethics/code-of-ethics/
Global Alliance for Public Relations and Communication Management. (2018). Global ethics principles.
Diakses dari https://www.globalalliancepr.org/ethics/principles
American Association for Public Opinion Research. (2021). Code of professional ethics and practices.
Diakses dari https://www.aapor.org/Standards-Ethics/Code-of-Professional-Ethics-and-Practices.aspx
Diskusi 3:
Menurut saya press release ini layak dimuat di media massa karena telah mememuhi beberapa unsur
kelayakan suatu berita, di antaranya:
Relevansi: Press release ini memiliki relevansi yang tinggi karena membahas tentang komitmen BCA
dalam mendukung UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) Indonesia. Saat ini, UMKM menjadi salah
satu sektor yang paling terdampak oleh pandemi COVID-19 dan banyak perusahaan yang berkomitmen
untuk membantu UMKM di Indonesia.
Signifikansi: Dalam press release ini, BCA menyatakan bahwa mereka akan memberikan bantuan
finansial kepada UMKM senilai 10 triliun rupiah. Hal ini merupakan sebuah angka yang signifikan dan
menunjukkan bahwa BCA serius dalam komitmennya untuk mendukung UMKM di Indonesia.
Kredibilitas: BCA merupakan salah satu bank terbesar di Indonesia dan memiliki reputasi yang baik
dalam dunia perbankan. Dalam press release ini, BCA juga menyatakan bahwa mereka telah memiliki
pengalaman dan keahlian dalam memberikan dukungan kepada UMKM.
Jangkauan: Press release ini dapat menjangkau target audience yang luas karena dipublikasikan di
media online dengan jangkauan nasional.
Sumber Referensi:
Putra, I. G. N. (2020). Teknik Hubungan Masyarakat. Modul Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.
PR Newswire. (n.d.). What Makes a Good Press Release? Diakses pada 24 April 2023, dari
https://www.prnewswire.com/knowledge-center/what-makes-a-good-press-release.html
Surya, A. (2022, February 15). BCA Perkuat Komitmen Dukungan untuk UMKM Indonesia. Tribunnews.
Diakses pada 24 April 2023, dari https://surabaya.tribunnews.com/2022/02/15/bca-perkuat-
komitmen-dukungan-untuk-umkm-indonesia
Diskusi 4:
Terima kasih atas pertanyaannya, Tutor.
Menurut saya strategi yang paling tepat digunakan pemerintah untuk mengubah sikap negatif publik
terhadap keputusan penggusuran hunian liar adalah strategi sosial budaya.
Dalam buku "Public Relations Strategies and Tactics", Dennis Wilcox dan Glen Cameron mengungkapkan
bahwa strategi sosial budaya dijelaskan sebagai salah satu strategi persuasif yang efektif untuk
mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat.
Strategi sosial budaya merupakan strategi persuasif yang bertujuan untuk mempengaruhi sikap dan
perilaku masyarakat dengan memanfaatkan budaya dan nilai-nilai yang dimiliki oleh masyarakat
tersebut. Dalam hal ini, pemerintah dapat menggunakan strategi sosial budaya dengan memperlihatkan
bahwa keputusan penggusuran tersebut merupakan tindakan yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma-
norma yang ada dalam masyarakat.
Pemerintah dapat melibatkan tokoh-tokoh masyarakat, termasuk tokoh agama, budayawan, dan
pemimpin komunitas, untuk mengajak masyarakat memahami pentingnya pembangunan jalan tol dan
pentingnya menghormati hak kepemilikan aset negara. Selain itu, pemerintah juga dapat mengadakan
kampanye sosialisasi yang menyentuh pada nilai-nilai sosial dan budaya masyarakat setempat agar
masyarakat dapat memahami bahwa keputusan penggusuran tersebut merupakan tindakan yang
diperlukan untuk kepentingan bersama.
Dalam artikel "Changing Attitudes about Residential Segregation in the United States: Evidence from a
National Survey Experiment" yang diterbitkan di American Journal of Sociology pada tahun 2012, Pager
dan Western membahas tentang bagaimana sosial budaya dapat mempengaruhi sikap dan perilaku
masyarakat terkait masalah segregasi perumahan di Amerika Serikat.
Dalam penelitian mereka, Pager dan Western melakukan eksperimen survei nasional dan menemukan
bahwa faktor sosial budaya seperti pandangan tentang kesetaraan rasial, identitas etnis, dan kepercayaan
terhadap hak-hak perumahan, dapat mempengaruhi sikap masyarakat terkait segregasi perumahan.
Penelitian ini menunjukkan bahwa ketika masyarakat lebih memahami pentingnya kesetaraan dan hak-
hak perumahan, sikap dan perilaku mereka terkait segregasi perumahan juga dapat berubah. Hal ini
menunjukkan bahwa strategi persuasif yang memanfaatkan faktor sosial budaya, seperti kampanye
sosialisasi dan melibatkan tokoh-tokoh masyarakat, dapat efektif dalam mengubah sikap dan perilaku
masyarakat terkait keputusan penggusuran hunian liar yang direncanakan oleh pemerintah.
Sumber referensi:
Putra, I. G. N. (2020). Teknik Hubungan Masyarakat. Modul Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.
Wilcox, D. L., & Cameron, G. T. (2017). Public Relations Strategies and Tactics (11th ed.). Boston, MA:
Pearson.
Pager, D., & Western, B. (2012). Changing Attitudes about Residential Segregation in the United States:
Evidence from a National Survey Experiment. American Journal of Sociology, 117(2), 527-559.
Diskusi 5:
Terima kasih atas pertanyaannya, Tutor.
Salah satu tugas praktisi yang dijalankan oleh seorang humas organisasi adalah menanggapi pemberitaan
atau tulisan yang termuat di media massa, terutama media cetak. Tulisan yang perlu ditanggapi bisa
berupa berita, ulasan, pendapat, kolom, atau keluhan yang disampaikan publik terhadap organisasi yang
biasanya termuat dalam rubrik surat pembaca.
Dalam bukunya yang berjudul "Effective Public Relations", Cutlip, Center, dan Broom (2013) menjelaskan
bahwa surat pembaca merupakan bentuk kritik publik yang dilindungi oleh hak atas kebebasan
berbicara, dan bukan selalu harus direspon oleh perusahaan. Mereka menekankan bahwa penting bagi
humas perusahaan untuk membedakan antara kritik yang memerlukan respons dan kritik yang dapat
dibiarkan saja.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Wilcox dan Cameron (2014) dalam bukunya yang berjudul "Public
Relations: Strategies and Tactics". Mereka menjelaskan bahwa dalam beberapa kasus, merespons setiap
surat pembaca dapat menarik perhatian lebih banyak orang pada masalah tersebut dan memperburuk
situasi. Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi yang cermat untuk menentukan apakah respons dari
humas perusahaan diperlukan atau tidak.
Maka menurut saya tidak selalu diperlukan bagi humas perusahaan untuk langsung merespons setiap
surat pembaca yang menyebutkan nama perusahaan tersebut. Hal ini karena Surat Pembaca adalah
bentuk ekspresi individu yang dilindungi oleh hak atas kebebasan berbicara, dan tidak selalu memiliki
implikasi langsung terhadap reputasi perusahaan. Selain itu, Surat Pembaca sering kali mengandung
kritik atau keluhan, dan dalam beberapa kasus, merespons setiap surat pembaca dapat memicu reaksi
yang tidak diinginkan atau memperburuk situasi.
Namun, dalam beberapa kasus, merespons Surat Pembaca dapat menjadi pilihan yang bijaksana untuk
mempertahankan reputasi perusahaan dan memperbaiki citra publik. Misalnya, jika surat pembaca
tersebut mengandung informasi yang salah atau menyesatkan tentang perusahaan, merespons dengan
jelas dan faktual dapat membantu memperbaiki persepsi publik tentang perusahaan. Selain itu,
merespons surat pembaca dengan sopan dan responsif juga dapat meningkatkan loyalitas konsumen dan
memperkuat hubungan dengan para pemangku kepentingan.
Sumber Referensi:
Putra, I. G. N. (2020). Teknik Hubungan Masyarakat. Modul Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.
Cutlip, S. M., Center, A. H., & Broom, G. M. (2013). Effective Public Relations. Prentice Hall.
Wilcox, D. L., & Cameron, G. T. (2014). Public Relations: Strategies and Tactics. Pearson Education.
12. Pemanfaatan Media Cetak Reguler: Newsletter, Majalah, dan Surat Kabar Perusahaan
Newsletter menjadi salah satu alat yang paling umum dipergunakan sebagai alat publikasi karena murah
dan mudah untuk dilakukan. Pada dasarnya, pesan melalui newsletter hampir sama dengan pesan yang
disampaikan melalui media cetak komersial lainnya. Titik perbedaannya terletak pada segmen sasaran
yang dituju. Hal dasar yang hampir sama juga berlaku untuk rancangan pesan melalui jurnal internal.
Berdasarkan terminologi tersebut, penulisan pesan melalui media internal dan newsletter juga
mempertimbangkan beberapa faktor, seperti syarat-syarat kelayakan sebuah berita, di antaranya
significance (penting), magnitude (besar), timeliness (waktu), proximity, prominance, dan human
interest.
Selain itu, penyusunan pesan melalui newsletter juga harus mempertimbangkan beberapa hal lain,
seperti pemahaman tentang jenis tulisan, nilai berita (news values), bahasa jurnalistik (language of mass
communications), kode etik jurnalistik, dan pemahaman tentang pengelolaan media massa. Hal tersebut
tidak terlepas dari alasan bahwa mengelola newsletter dan jurnal internal hampir sama dengan
mengelola media massa komersial.
Diskusi 6
Terima kasih atas pertanyaannya, Tutor. Menurut saya jika kita ingin menjelaskan profil perusahaan
melalui media publikasi cetak, baik poster maupun brosur dapat menjadi pilihan yang tepat tergantung
pada tujuan dan sasaran dari publikasi tersebut. Berikut ini adalah alasannya:
Kejelasan dan Kesederhanaan Informasi. Brosur adalah media yang lebih umum digunakan dalam
publikasi cetak untuk menjelaskan profil perusahaan karena dapat memberikan informasi yang lebih
jelas dan terperinci. Poster, di sisi lain, dapat menampilkan informasi yang singkat dan lebih mudah
dipahami dalam sekilas pandang. Poster cenderung menggunakan gambar atau ilustrasi dengan sedikit
kata-kata, sementara brosur cenderung lebih detail dan menggunakan lebih banyak teks.
Tujuan Publikasi. Jenis publikasi yang tepat digunakan tergantung pada tujuan yang ingin dicapai. Jika
tujuannya adalah untuk menarik minat dan perhatian audiens, poster mungkin lebih efektif karena
tampilannya yang menarik dan eye-catching. Di sisi lain, jika tujuannya adalah memberikan informasi
yang lebih detail tentang profil perusahaan, maka brosur mungkin lebih tepat digunakan.
Target Audiens. Pilihan media publikasi cetak juga tergantung pada target audiens yang ingin
dijangkau. Jika audiens yang dituju adalah orang yang terbiasa menggunakan media digital, seperti
generasi milenial atau generasi Z, maka poster mungkin lebih sesuai karena tampilannya yang lebih
modern dan mudah dibaca di layar ponsel atau laptop. Di sisi lain, jika target audiens adalah orang yang
lebih tua atau kurang terbiasa dengan media digital, maka brosur mungkin lebih mudah dipahami
karena menggunakan lebih banyak teks.
Referensi:
Putra, I. G. N. (2020). Teknik Hubungan Masyarakat. Modul Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.
Diskusi 7
Terima kasih atas pertanyaannya, Tutor.
Salah satu tugas humas adalah merancang pesan untuk perusahaan yang diwakili melalui media TV.
Namun, perkembangan siaran televisi nasional akhir-akhir ini membawa ancaman bagi tugas-tugas
humas. Pertama, fragmentasi audiens menjadi masalah karena masyarakat memiliki banyak pilihan
konten dari berbagai saluran televisi dan platform streaming. Hal ini menyebabkan penurunan jumlah
pemirsa untuk satu saluran tertentu, sehingga pesan yang disampaikan melalui saluran tersebut mungkin
tidak efektif dalam mencapai target audiens. Kedua, media sosial memungkinkan informasi tersebar
dengan cepat dan mudah. Pesan perusahaan di televisi dapat langsung disoroti, dievaluasi, atau bahkan
dikritik oleh pengguna media sosial. Oleh karena itu, humas perlu memperhatikan respons masyarakat di
media sosial dan meresponsnya dengan cepat dan efektif. Ketiga, beberapa saluran televisi nasional
menghadapi isu kepercayaan publik terhadap objektivitas dan kualitas beritanya. Ini dapat
mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap pesan yang disampaikan melalui saluran tersebut. Oleh
karena itu, humas perlu memilih saluran televisi yang mempertahankan integritas, objektivitas, dan
kredibilitas pesan perusahaan.
Ketika memutuskan untuk menggunakan televisi sebagai media penyampai pesan perusahaan, humas
harus melalui beberapa langkah penting. Pertama, mereka perlu melakukan analisis mendalam tentang
audiens yang ingin mereka capai melalui televisi. Pemahaman yang baik tentang karakteristik audiens,
preferensi media, dan kebiasaan menonton akan membantu dalam merancang pesan yang relevan dan
menarik bagi target audiens. Selanjutnya, humas harus melakukan penelitian dan evaluasi saluran televisi
yang potensial dalam mencapai target audiens. Penting untuk memilih saluran dengan jangkauan yang
luas dan memenuhi kriteria integritas dan objektivitas dalam penyajian konten. Selain itu, pesan yang
disampaikan melalui televisi harus kreatif dan menarik perhatian pemirsa. Humas perlu menggunakan
kreativitas dalam merancang pesan agar dapat mengkomunikasikan informasi perusahaan secara efektif
dan membedakan diri dari pesan pesaing. Terakhir, humas harus secara aktif memantau respons
masyarakat terhadap pesan yang disampaikan melalui televisi. Tanggapan positif atau negatif dari
masyarakat dapat memberikan masukan berharga untuk meningkatkan dan menyesuaikan pesan di
masa mendatang.
Sumber referensi:
Putra, I. G. N. (2020). Teknik Hubungan Masyarakat. Modul Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.
Diskusi 8
Sumber referensi:
Putra, I. G. N. (2020). Teknik Hubungan Masyarakat. Modul Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.
Li, C., & Bernoff, J. (2011). Groundswell: Winning in a world transformed by social technologies. Harvard
Business Review Press.