Anda di halaman 1dari 20

Laporan Praktikum Dosen Pembimbing

Pengolahan Limbah Drs. Edward HS, MS

ANALISA TPH (TOTAL PETROLEUM HYDROCARBON)


PADA PENCEMARAN TANAH

Disusun oleh:

Kelompok : III (Tiga)


Nama : Alya Az Zahra (2007036175)
Muhammad Akbar (2007034769)
Chantika Maharani (2007036668)

LABORATORIUM DASAR-DASAR PROSES KIMIA


PROGRAM STUDI D-III TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2022

i
ABSTRAK

Total Petroleum Hidrokarbon (TPH) didefinisikan sebagai metoda analisis yang


digunakan untuk mengukur jumlah hidrokarbon minyak bumi dalam suatu media.
Percobaan analisa TPH pada pencemaran tanah ini bertujuan untuk mengetahui
persen TPH dari sampel tanah yang diuji. Percobaan dilakukan dengan
mengekstraksi petroleum hidrokarbon yang terkandung di dalam sampel tanah
dengan menggunakan pelarut n-Heksan. Solven yang mengandung petroleum
hidrokarbon kemudian dioven sehingga didapat petroleum hidrokarbon dengan
berat 0,36 gram. Berdasarkan hasil percobaan, didapat harga TPH sampel tanah
yang diuji sebesar 2,23%. Nilai ini melebihi batas ambang TPH yang telah
ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dalam Kepmen LH 128/2003,
yaitu hanya 1%. Ini berarti, sampel tanah yang diuji di dalam percobaan ini
tercemar, sehingga apabila tanah ini tidak diolah (bioremediasi), maka akan
menimbulkan dampak negatif bagi ekosistem makhluk hidup yang berada
dilingkungan ini.

Kata Kunci: Bioremediasi, Total Petroleum Hidrokarbon.

ABSTRACT

Total Petroleum Hydrocarbons (TPH) is defined as an analytical method used to


measure the amount of petroleum hydrocarbons in a medium. This TPH analysis
experiment on soil pollution aims to determine the percentage of TPH from the
tested soil samples. The experiment was carried out by extracting petroleum
hydrocarbons contained in soil samples using n-Hexan as a solvent. Solvent
containing petroleum hydrocarbons is then baked to obtain petroleum
hydrocarbons weighing 0.36 grams. Based on the experimental results, the TPH
value of the tested soil samples was 2.23%. This value exceeds the TPH threshold
that has been set by the Ministry of Environment in Kepmen LH 128/2003, which
is only 1%. This means that the soil sample tested in this experiment is polluted,
so that if the soil is not treated (bioremediation), it will have a negative impact on
the ecosystem of living things in this environment.

Keywords: Bioremediation, Total Petroleum Hydrocarbons.

i
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... i
ABSTRACT ..................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Tujuan Pustaka .................................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 2
2.1 Minyak Bumi .................................................................................... 2
2.2 Total Petroleum Hidrokarbon (TPH) ................................................ 3
2.3 Ambang Batas TPH .......................................................................... 3
2.4 Metode Pengukuran TPH .................................................................. 4
2.5 Dampak Petroleum Hidrokarbon ...................................................... 5
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN .................................................... 6
3.1 Bahan yang digunakan ...................................................................... 6
3.2 Alat yang digunakan ......................................................................... 6
3.3 Prosedur Percobaan ........................................................................... 6
3.4 Perhitungan dan Anallisa Data .......................................................... 7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHSAN .......................................................... 8
4.1 Hasil .................................................................................................. 8
4.2 Pembahasan ....................................................................................... 8
BAB V KESIMPULAN ................................................................................ 12
5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 12
5.2 Saran .................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Minyak bumi merupakan sumber energi yang paling banyak digunakan di
dunia, dihasilkan mencapai tiga milyar ton per tahun. Indonesia merupakan salah
satu penghasil terbesar minyak bumi di dunia. Penambangan minyak di Indonesia
memberikan kontribusi pada sumber energi, pemasukan devisa negara, dan
penyediaan lapangan kerja (Siswanto, 2007).
Penambangan minyak memberikan nilai bagi perekonomian dan
lingkungan. Selain memberikan nilai positif penambangan minyak juga
memberikan dampak negatif, contoh dampak negatif dari penambangan minyak
bumi diantaranya akumulasi lumpur minyak dan limbah cair, tumpahan minyak
bumi dan produk penyulingannya, kebocoran pipa minyak, dan rembesan dari
tempat penyimpanan. Cemaran minyak dapat mencemari tanah, air tanah, dan
permukaan air. Pencemaran pada lingkungan akan mengurangi kualitas dan daya
dukung lingkungan terhadap makhluk hidup (Siswanto, 2007).
Proses penambangan minyak bumi tentunya akan menghasilkan limbah
lumpur minyak bumi. Limbah lumpur minyak bumi merupakan produk yang tidak
mungkin dihindari oleh setiap perusahaan pertambangan minyak bumi dan
menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan. Lumpur limbah minyak bumi
mempunyai komponen Hidrokarbon atau Total Petroleum Hydrocarbon (TPH).
TPH adalah senyawa organik yang terdiri atas hidrogen dan karbon contohnya
Benzene, Toluene, Ethylbenzena dan Isomer Xylene. Logam Yang terkandung 2
dalam limbah minyak bumi seperti ; Fe, Cu, Zn, dan Ni (Siswanto, 2007).

1.2 Tujuan Percobaan


Tujuan percobaan analisa TPH (Total Petroleum Hidrokarbon) pada
pencemaran tanah yaitu untuk mengetahui persentase TPH sampel tanah yang
diuji.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Minyak Bumi


Minyak bumi adalah campuran komplek hidrokarbon plus senyawa
organik dari sulfur, oksigen, dan senyawa-senyawa yang mengandung konsituen
logam terutama nikel, besi, dan tembaga. Minyak bumi sendiri bukan merupakan
bahan yang uniform, melainkan komposisi yang sangat bervariasi, tergantung
pada lokasi, umur lapangan minyak dan juga kedalaman sumur. Dalam minyak
bumi parafinik ringan mengandung hidrokarbon tidak kurang dari 97% sedangkan
dalam jenis asphalitik berat paling murah 50% komponen hidrokarbon. Unsur-
unsur yang terdapat dalam minyak bumi sangat bervariasi. Berdasarkan atas hasil
analisa, diperoleh data sebagai berikut :
a. Karbin : 88,3-0,87%
b. Hydrogen : 10-14%
c. Nitrogen : 0,1-2 %
d. Oksigen : 0,05-1,5 %
e. Sulfur : 0,05-6,0
Komponen hidrokarbon dalam minyak bumi diklasifikasikan atas tiga
bagian, yaitu :
1. Golongan parafinik
2. Golongan nephthenik
3. Golongan aromatik
Sedangkan golongan olefenik umumnya tidak ditemukan dalam crude oil,
demikian juga hidrokarbon asetilenik sangat jarang. Crude oil mengandung
sejumlah senyawaan non hidrokarbon, terutama senyawaan sulfur, senyawan
nitrogen, senyawaan oksigen, senyawan organometalik. dan garam-garam organik
(Edward dkk, 2013).

2
3

2.2 Total Petroleum Hidrokarbon (TPH)


Kegiatan industri perminyakan dapat menimbulkan limbah yang
mencemari lingkungan. Selain itu, proses pengeboran dan pengilangan minyak
bumi juga menghasilkan lumpur minyak dalam jumlah besar. Lumpur minyak
merupakan polutan yang sangat berbahaya, UU No. 23 tahun 1997 dan PP No. 18
tahun 1999 mengkategorikan lumpur minyak sebagai limbah B3 (Bahan Kimia
Berbahaya dan Beracun) (Jannah, 2012).
Petroleum berasal dari kata petra yang artinya batu dan oleum yang artinya
minyak. Petroleum merupakan campuran kompleks. Petroleum terdiri dari
senyawa hidrokarbon (98%), Sulfur (1 – 3%), Nitrogen (< 1%), Oksigen (< 1%),
logam atau mineral (< 1%), Garam (< 1%). Menurut EPA (Environmental
Protection Agency), petroleum hidrokarbon berasal dari minyak mentah (crude
oil). Crude oil ini digunakan untuk membuat produk petroleum, yang dapat
mencemari lingkungan (Jannah, 2012).
TPH adalah jumlah hidrokarbon minyak bumi yang terukur dari media
lingkungan. Hidrokarbon minyak bumi (PHC – Petroleum Hydrocarbon) adalah
berbagai jenis senyawa hidrokarbon yang terdapat dalam minyak bumi. Dalam
satu jenis campuran minyak bumi akan terdapat rantai hidrokarbon dengan rantai
C3 – C35. Dengan demikian, TPH didefinisikan sebagai metoda analisis yang
digunakan untuk mengukur jumlah hidrokarbon minyak bumi dalam suatu media.

2.3 Ambang Batas TPH


Dalam Kepmen LH 128/2003 dicantumkan bahwa kosentrasi TPH
maksimum yang diijinkan untuk mengolah tanah tercemar dengan bioremediasi
adalah 15%. Jika terdapat konsentrasi hidrokarbon minyak bumi diatas 15% maka
harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu yang tujuannya adalah pemanfaatan.
Salah satu contohnya adalah oil recovery. KLH mempertimbangkan bahwa
konsentrasi TPH >15% masih memiliki potensi pemanfaatan.
Petroleum hydrokarbon yang dimaksudkan dalam Kepmen 128/2003 adalah
senyawa yang terdapat pada industri migas dan dihasilkan dari industri migas.
Dengan demikian, keberadaan senyawa ini pada daerah industri. pertimbangan
konsentrasi ambang batas untuk TPH industri migas didasarkan pada proteksi
terhadap tanaman dan sumber air (air tanah dan air permukaan). Hasil studi-studi
4

ini menunjukkan bahwa konsentrasi hidrokarbon minyak bumi pada <10.000


mg/kg atau 1% tidak menyebabkan dampak negatif pada pertumbuhan berbagai
tanaman ataupun perlindian pada air tanah. Angka 1% ini kemudian digunakan
oleh beberapa negara bagian di US untuk aplikasi pengolahan tanah tercemar di
Industri migas. Pada saat kepmen 128/2003 disusun, belum ada studi di Indonesia
yang menunjukkan berapa angka toksisitas petroleum hidrokarbon untuk
tanaman-tanaman di Indonesia, ataupun resiko terhadap sumber air (air tanah).
Oleh karena itu, angka 1% digunakan sebagai target konsentrasi akhir
bioremediasi di Indonesia. Dengan demikian, jelas tertera dalam judul Kepmen
128/2003 bahwa peraturan ini spespesifik untuk Industri Minyak dan Gas
(Anonim, 2013).

2.4 Metode Pengukuran TPH


Metode-metode yang dapat digunakan untuk mengukur TPH adalah
spectrophotometry inframerah (IR), teknik analisis gravimetri dan gas
kromatografi (GC). Metode Pengukuran TPH berbasis IR digunakan karena
sederhana, cepat dan murah. Namun, penggunaan saat ini sangat menurun dan
terbatas karena larangan seluruh dunia pada produksi Freon dan keterbatasan
penggunaan CCl4 (yang diperlukan untuk ekstraksi sampel dan pengukuran).
Pengukuran dengan spectrophotometer digunakan untuk mengukur konsentrasi
TPH yang rendah (<500 ppm). Metode pengukuran TPH berbasis
gravimetrimemiliki keterbatasan yang sama seperti metode berbasis IR, tetapi
paling tepat digunakan untuk mengukur TPH dalam konsentrasi besar (%).
Karena prosedur metode gravimetri sederhana, cepat dan murah, metode ini
paling sesuai untuk penghitungan TPH pada tahapan monitoring proses
bioremediasi. Metode untuk pengukuran TPH berbasis GC akan mendeteksi
berbagai jenis hidrokarbon, sensitivitas dan selektivitas yang paling terbaik, dan
dapat digunakan untuk identifikasi TPHserta kuantifikasi. Metoda GC umumnya
dipakai sebagai analisis awal dan akhir karena prosedur analisisanya memakan
waktu yang cukup lama. Dengan demikian, Kepmen LH 128/2003 mengijinkan
untuk menggunakan metoda gravimetri atau spectrophotometri untuk analisis
TPH selama tahap monitoring proses biodegradasi (Jannah, 2012).
5

2.5 Dampak Petroleum Hidrokarbon


Petroleum hidrokarbon merupakan salah satu kontaminan yang dapat
berdampak buruk baik bagi manusia maupun lingkungan. Ketika senyawa tersebut
mencemari permukaan tanah, maka zat tersebut dapat menguap, tersapu air hujan,
atau masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat beracun, akibatnya,
ekosistem dan siklus air juga ikut terganggu.
Pencemaran petroleum hidrokarbon atom juga dapat diakibatkan oleh
proses pembuangan limbah industri atau pun rumah tangga, kendaraan bermotor,
dan kegiatan pengeboran minyak. Petroleum hidrokarbon dapat mencemari air
secara langsung melalaui proses kebocoran. Selain itu, petroleum hidrokarbon
juga dapat meresap ke dalam lapisan tanah dan tertahan dalam jangka waktu yang
cukup lama. Sisanya menguap ke udara dan diuraikan oleh cahaya. Uap dari
senyawa ini juga dapat mencemari udara dan berbahaya bagi kesehatan manusia
bila terhirup (Anonim, 2013).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Bahan yang digunakan


Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan analisa TPH (Total
Petroleum Hidrokarbon) pada pencemaran tanah antara lain :
1. Sampel tanah (tercemar minyak bumi)
2. n-Heksan
3. Natrium sulfat (Na2SO4 anhidrat)

3.2 Alat yang digunakan


Alat-alat yang digunakan pada percobaan analisa TPH (Total Petroleum
Hidrokarbon) pada pencemaran tanah antara lain :
1. Batang pengaduk
2. Corong
3. Cawan porselin
4. Desikator
5. Erlenmeyer 250 ml
6. Gelas ukur
7. Kertas saring
8. Oven
9. Pipet tetes
10. Timbangan analitik

3.3 Prosedur Percobaan


1. Ditimbang sebanyak 10 gram sampel tanah tercemar
2. Dicampurkan sampel tanah dengan 100 ml n-Heksan di dalam erlenmeyer.
Campuran diaduk selama ± 60 menit.
3. Disaring campuran dengan kertas saring, residu dibuang sedangkan filtrat
ditampung di dalam erlenmeyer lainnya.
4. Ditambahkan filtrat 10 gram Na2SO4 anhidrat dan diaduk ±10 menit.

6
7

5. Disaring kembali Campuran filtrat dan Na2SO4 kemudian, dengan


menggunakan kertas saring, residu dibuang sedangkan filtratnya
dimasukkan ke dalam cawan porslen yang telah diketahui beratnya.
6. Dioven filtrat pada suhu 1050C sampai kering (hanya tersisa residu),
kemudian dimasukkan ke dalam desikator.
7. Ditimbang Cawan yang berisi residu dan dicatat. Pengovenan dilakukan
kembali hingga di dapat berat yang konstan.
8. Analisa TPH dilakukan.

3.4 Perhitungan dan Analisa Data


Perhitungan %TPH menggunakan persamaan berikut:
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan


Hasil percobaan terhadap analisa TPH (Total Petroleum Hidrokarbon)
pada pencemaran tanah, didapatkan persentase TPH sampel tanah yang diuji
sebesar 0,2 %.

4.2 Pembahasan
Tahap pertama yang dilakukan pada percobaan analisa TPH (Total
Petroleum Hidrokarbon) terhadap pencemaran tanah yaitu dimulai dengan
menimbang sebanyak 10 gram sampel tanah yang telah tercemar oleh minyak
bumi (petroleum hidrokarbon) dan dicampurkan dengan 100 ml n-Heksan,
kemudian dilakukan pengaduk ± 60 menit. Pengadukan yang dilakukan bertujuan
supaya sampel terkontakkan seluruhnya dengan pelarut n-Heksan. Penggunaan
larutan n-Heksan sebagai pelarut dikarenakan larutan ini bersifat nonpolar dan
sesuai dengan sampel yang akan dianalisa yaitu tanah yang telah tercemar oleh
minyak bumi. Prinsip like dissolved like menyebabkan larutan n-Heksan ini
mampu melarutkan minyak bumi yang terkandung di dalam sampel tanah
tersebut. Ketika proses pencampuran dan pengadukan, minyak bumi (petroleum
hidrokarbon) yang terkandung didalam sampel tanah akan terikat dengan larutan
n-Heksan dan terekstraksi ke dalam larutan n-Heksan, sehingga menyebabkan
larutan n-Heksan yang sebelumnya berwarna bening berubah warna menjadi
coklat tua. Perubahan warna ini mengindentifikasikan bahwa sampel telah
terbebas dari zat pencemar ini.
Proses selanjutnya yaitu memisahkan sampel tanah dengan larutan
n-Heksan yang telah bercampur dengan minyak bumi. Pemisahan dilakukan
dengan menyaring campuran menggunakan kertas saring yang ditempatkan
didalam corong. Proses penyaringan menghasilkan residu berupa tanah dan filtrat
berupa larutan n-Heksan yang bercampur minyak bumi dengan warna coklat.
Adapun rangkaian peralatan pada proses penyaringan disajikan pada Gambar 4.1,
sedangkan filtrat hasil penyaringan disajikan pada Gambar 4.2.

8
9

Gambar 4.1 Proses penyaringan


(Sumber: Dokumen pribadi)

Gambar 4.2 Filtrat hasil penyaringan


(Sumber: Dokumen pribadi)

Filtrat yang telah disaring kemudian ditambahkan dengan 10 gram


Natrium sulfat anhidrat (Na2SO4) dan di aduk ±10 menit. Penambahan padatan
Na2SO4 bertujuan untuk mengurangi sisa air yang terkandung di dalam filtrat.
Filtrat kemudian didiamkan sebentar dan terlihat warna larutan coklat tua dan
terbentuknya endapan berwana cream. Filtrat ini kemudian disaring kembali
dengan menggunakan kertas saring yang ditempatkan didalam corong. Proses
penyaringan kedua ini berfungsi untuk memisahkan antara residu berupa Na2SO4
10

dan sisa air dengan filtrat berupa larutan n-Heksan dan minyak bumi. Kemudian
dilakukan proses pengovenan terhadap filtrat tersebut (proses pengovenan
disajikan pada Gambar 4.3).
Cawan porselin kosong ditimbang untuk mengetahui beratnya, kemudian
filtrat (larutan n-Heksan-minyak bumi) dimasukkan ke dalam cawan tersebut
untuk dilakukan proses pengovenan. Proses pengovenan dilakukan pada suhu
1050C (sampai beratnya konstan). Proses pengovenan ini dilakukan bertujuan
untuk menguapkan n-Heksan yang masih bercampur dengan minyak bumi (n-
Heksan merupakan senyawa yang sangat mudah menguap) serta untuk
menghilangkan sisa-sisa air yang mungkin masih terdapat di dalam filtrat.
Sehingga yang tertinggal di cawan porselin hanya residu saja, yaitu berupa
minyak bumi (petroleum hidrokarbon), seperti yang disajikan pada Gambar 3.4.
Setelah proses pengovenan selesai (ditandai dengan berat cawan + residu konstan
untuk beberapa kali penimbangan berturut-turut), cawan porslen yang berisi
residu di timbang, sehingga diketahui berat residu atau minyak bumi (petroleum
hidrokarbon) yang terkandung di dalam sampel tanah yang diuji.

Gambar 4.3 Proses pengovenan


(Sumber: Dokumen pribadi)
11

Gambar 4.4 Petroleum Hidrokarbon


(Sumber: Dokumen pribadi)

Berdasarkan hasil percobaan, didapatkan harga TPH sampel tanah yang


diuji sebesar 0,2 %. Nilai ini tidak melebihi batas ambang TPH yang telah
ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dalam Kepmen LH 128/2003,
yaitu hanya 1%. Ini artinya, sampel tanah yang diuji di dalam percobaan ini tidak
telalu tercemar, tetapi tanah ini tetap diolah (bioremediasi) agar tidak
membahayakan makhluk hidup yang berada dilingkungan sekitarnya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, didapatkan harga TPH
(Total Petroleum Hidrokarbon) dari sampel tanah yang diuji yaitu sebesar 0,2 %.
Nilai ini tidak melebihi batas ambang TPH yang telah ditetapkan oleh
Kementerian Lingkungan Hidup dalam Kepmen LH 128/2003, yaitu hanya 1%.
Ini artinya, bahwa sampel tanah yang diuji di dalam percobaan ini tidak terlalu
tercemar, tetapi tanah ini tetap diolah (bioremediasi) agar tidak membahayakan
makhluk hidup yang berada dilingkungan sekitarnya.

5.2 Saran
Sebaiknya digunakan pengadukan otomatis agar larutan lebih homogen,
karena waktu proses pengadukan berlangsung cukup lama.

12
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2013. Bioremediasi dan Total Petroleum. [online] Tersedia:


http://www.bioremediasi.blogspot.com [Diakses pada 18 Desember 2012]
Jannah, D.A.K. 2012. Analisis Total Petroleum Hidrokarbon. [online] Tersedia:
http://www.chemistranger.blogspot.com [Diakses pada 18 Desember
2012]
Siswanto. (2007). Tween 80 Sebagai Peningkat Kinerja Bakteri Pendegradasi
Minyak Bumi. Tesis, IPB.
Suhardi, Renni. 2013. Bioremediasi dan Total Petroleum Hydrocarbon (TPH).
[online] Tersedia: http://www.blogs.itb.ac.id [Diakses pada 18 Desember
2012]
Edward, dkk. 2013. Penuntun Praktikum Pengolahan Limbah. Pekanbaru:
Program Studi D-III Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Riau.

13
LAMPIRAN A

LAPORAN SEMENTARA
Judul praktikum : Analisa TPH (Total Petrolium Hidrokarbon) pada
Pencemaran Tanah

Hari/tanggal praktikum : Selasa/ 8 November 2022

Dosen pengampu : Drs. Edward HS,M.Si

Kelompok/anggota : Kelompok 3

1. Alya Az Zahra
2. Chantika Maharani
3. Muhammad Akbar

Berat cawan kosong : 87, 75 gr


Berat sampel awal : 10 gr
Berat residu : 0,02
Tabel A.1 Data Hasil Percobaan
Waktu (menit) Hasil (gr)
20 105,92
15 95,13
15 87,77
15 87,77

Mengetahui, Pekanbaru, 8 November 2022

Asisten Laboratorium Pratikan

Jessica Jesslyn Mamahit Chantika Maharani


LAMPIRAN B
PERHITUNGAN

B.1 Berat Residu


C=D–B
= 87,77 gr – 87,75 gr
= 0,02 gr
B.2 Persentase TPH
% TPH = x 100%

= x 100%

= 0,2 %

Keterangan :
Berat sampel =A
Berat cawan kosong = B
Berat cawan + residu = D
Berat residu =C
LAMPIRAN C
DOKUMENTASI

Gambar C.1 Sampel Gambar C.2 Menimbang


Tanah Na2SO4 10 gr

Gambar C.3 Penambahan Gambar C.4 Pengadukan


N-Hexana selama 1 jam

Gambar C.5 Larutan setelah Gambar C.6 Penyaringan


penambahan Na2SO4 larutan
Gambar C.7 Pengeringan Gambar C.8 Hasil TPH
sampel di oven

Anda mungkin juga menyukai