Waktu/Ruang : III.A1./08.00-09.50
Desain pabrik biogas dari limbah cair kelapa sawit dengan kapasitas 18.000 Ton/tahun.
PENDAHULUAN
Palm Oil Mill Effluent (POME) merupakan limbah sawit yang dibuang ke sungai dengan
karakteristik berwarna kecoklatanyang memiliki kekeruhan yang tinggi akibat kandungan bahan
organik dan padatan tersuspensi[1]. Selama bertahun-tahun, kelapa sawit berperan penting dalam
perekonomian Indonesia dan merupakan salah satu komoditas andalan dalam menghasilkan
devisa. Produksi kelapa sawit cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Seiring dengan
peningkatan prokduktifitas kelapa sawit, diikuti juga peningkatan limbah yang dihasilkan dari
proses pengolahan buah kelapa sawit menjadi CPO. Adapun limbah yang dihasilkan dari pabrik
kelapa sawit adalah limbah cair yang dikenal palm oil mill effluent (POME),limbah udara yang
berupa emisi gas dari boiler dan insinerator dan limbah padat seperti tandan buah kosong, serat
dan cangkang. Hal ini menjadi masalah di lingkungan jika limbah-limbah tersebut tidak diolah
secara tepat sebelum dibuang ke lingkungan. POME adalah suspensi koloid yang mengandung
95-96% air, 0,6-0,7% minyak dan 4-5% lemak dan padatan total. POME dikeluarkan dari
industry berupa cairan coklat dengan suhu debit antara 80 °C dan 90°C dan cukup asam dengan
nilai pH kisaran 4,0-5,0. Biasanya POME berisi nilai rata-rata 6000 mg / l minyak dan lemak.
POME rata-rata mengandung BOD (Biologycal Oxygen Demand) berkisar antara 8.200-35.000
mg liter-1 dan COD (Chemical Oxygen Demand) berkisar antara 15.103- 65.100mg liter-1 yang
akan menjadi bahan pencemar apabila dibuang langsung ke perairan bebas[2].
Biogas merupakan produk akhir dari degradasi anaerobik bahan organik oleh bakteri-bakteri
anaerobik dalam lingkungan dengan sedikit oksigen. Komponen terbesar yang terkandung dalam
biogas adalah metana 55 – 70 % dan karbon dioksida 30 – 45 % serta sejumlah kecil nitrogen
dan hidrogen sulfida [3]. Tapi metana (CH4) yang terutama dimanfaatkan sebagai bahan bakar.
Apabila kandungan metana dalam biogas lebih dari 50% maka biogas tersebut telah layak
digunakan sebagai bahan bakar. Tabel 1 menunjukan komposisi biogas secara umum.
Tabel 2 memperlihatkan hasil karakterisasi limbah cair segar yang diambil dari tiga lokasi yang
berbeda yaitu PKS Rambutan, PKS Pagar Merbau dan PKS Sisirau dan juga cairan keluaran
fermentor.
Tabel 2. Karakteristik LCPKS dan cairan keluaran fermentor dari berbagai PKS
PKS Rambutan PKS Pagar Merbau PKS Sisirau Baku
Parameter
LCPKS Keluaran LCPKS Keluaran LCPKS Keluaran Mutu
Tabel 2 memperlihatkan bahwa nilai parameter BOD, COD, TS, minyak dan lemak dan NH 4-N,
baik untuk LCPKS segar maupun untuk keluaran fermentor berada diatas ambang baku mutu
limbah sehingga limbah tersebut tidak boleh dibuang ke sembarang tempat karena berdampak
negatif terhadap lingkungan, sehingga diperlukan pengolahan lebih lanjut agar berada di bawah
baku mutu. Sedangkan parameter pH masih berada di antara 6-9 baku mutu limbah. Berdasarkan
Tabel 2 juga dapat dilihat parameter BOD, COD, TS, minyak dan lemak antara LCPKS dan
keluaran mengalami penurunan akibat terjadinya fermentasi sehingga nilai pada keluarannya
juga mengalami penurunan. Sedangkan nilai pada parameter NH 4-N antara LCPKS dan keluaran
mengalami peningkatan karena adanya penambahan zat kimia yaitu natrium bikarbonat
(NaHCO3) dan amonium bikarbonat (NH4HCO3) sehingga nilai tersebut mengalami
peningkatan[4].
PROSES PENGOLAHAN
Gambar 1 Diagram Alir Kualitatif Pembuatan Biogas Dari Palm Oil Mill Effluent (POME)[5]
Proses produksi biogas dari limbah cair hasil pengolahan kelapa sawit (POME) dengan beberapa
tahapan sebagai berikut[5]: