Anda di halaman 1dari 6

Nama : Fandy Ahmad Kurniawan

Mata Kuliah : Pengolahan Limbah Industri

Jenjang Studi/Program Studi : Teknik Kimia/S1

Dosen Pengampu : Dr. Ir. Abdul Kahar, S.T., M.Si.

Hari/Tanggal : Rabu/6 Desember 2023

Waktu/Ruang : III.A1./08.00-09.50

Sifat Ujian : OPEN BOOK

Desain pabrik biogas dari limbah cair kelapa sawit dengan kapasitas 18.000 Ton/tahun.

PENDAHULUAN
Palm Oil Mill Effluent (POME) merupakan limbah sawit yang dibuang ke sungai dengan
karakteristik berwarna kecoklatanyang memiliki kekeruhan yang tinggi akibat kandungan bahan
organik dan padatan tersuspensi[1]. Selama bertahun-tahun, kelapa sawit berperan penting dalam
perekonomian Indonesia dan merupakan salah satu komoditas andalan dalam menghasilkan
devisa. Produksi kelapa sawit cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Seiring dengan
peningkatan prokduktifitas kelapa sawit, diikuti juga peningkatan limbah yang dihasilkan dari
proses pengolahan buah kelapa sawit menjadi CPO. Adapun limbah yang dihasilkan dari pabrik
kelapa sawit adalah limbah cair yang dikenal palm oil mill effluent (POME),limbah udara yang
berupa emisi gas dari boiler dan insinerator dan limbah padat seperti tandan buah kosong, serat
dan cangkang. Hal ini menjadi masalah di lingkungan jika limbah-limbah tersebut tidak diolah
secara tepat sebelum dibuang ke lingkungan. POME adalah suspensi koloid yang mengandung
95-96% air, 0,6-0,7% minyak dan 4-5% lemak dan padatan total. POME dikeluarkan dari
industry berupa cairan coklat dengan suhu debit antara 80 °C dan 90°C dan cukup asam dengan
nilai pH kisaran 4,0-5,0. Biasanya POME berisi nilai rata-rata 6000 mg / l minyak dan lemak.
POME rata-rata mengandung BOD (Biologycal Oxygen Demand) berkisar antara 8.200-35.000
mg liter-1 dan COD (Chemical Oxygen Demand) berkisar antara 15.103- 65.100mg liter-1 yang
akan menjadi bahan pencemar apabila dibuang langsung ke perairan bebas[2].
Biogas merupakan produk akhir dari degradasi anaerobik bahan organik oleh bakteri-bakteri
anaerobik dalam lingkungan dengan sedikit oksigen. Komponen terbesar yang terkandung dalam
biogas adalah metana 55 – 70 % dan karbon dioksida 30 – 45 % serta sejumlah kecil nitrogen
dan hidrogen sulfida [3]. Tapi metana (CH4) yang terutama dimanfaatkan sebagai bahan bakar.
Apabila kandungan metana dalam biogas lebih dari 50% maka biogas tersebut telah layak
digunakan sebagai bahan bakar. Tabel 1 menunjukan komposisi biogas secara umum.

Tabel 1. Komposisi Biogas Secara Umum


Komposisi Gas Jumlah
Metana (CH4) 55 – 70%
Karbon Dioksida (CO2) 30 – 45%
Nitrogen (N2) 0 – 0,3%
Hidrogen Sulfida (H2S) 1–5%
Kandungan yang terdapat dalam biogas dapat mempengaruhi sifat dan kualitas biogas sebagai
bahan bakar. Kandungan yang terdapat dalam biogas merupakan hasil dari proses metabolisme
mikroorganisme. Biogas yang kandungan metananya lebih dari 45% bersifat mudah terbakar dan
merupakan bahan bakar yang cukup baik karena memiliki nilai kalor bakar yang tinggi. Tetapi
jika kandungan CO2 dalam biogas sebesar 25 – 50 % maka dapat mengurangi nilai kalor bakar
dari biogas tersebut. Sedangkan kandungan H 2S dalam biogas dapat menyebabkan korosi pada
peralatan dan perpipaan dan nitrogen dalam biogas juga dapat mengurangi nilai kalor bakar
biogas tersebut. Selain itu terdapat uap air yang juga dapat menyebabkan kerusakan pada
pembangkit yang digunakan[3].

Tabel 2 memperlihatkan hasil karakterisasi limbah cair segar yang diambil dari tiga lokasi yang
berbeda yaitu PKS Rambutan, PKS Pagar Merbau dan PKS Sisirau dan juga cairan keluaran
fermentor.
Tabel 2. Karakteristik LCPKS dan cairan keluaran fermentor dari berbagai PKS
PKS Rambutan PKS Pagar Merbau PKS Sisirau Baku
Parameter
LCPKS Keluaran LCPKS Keluaran LCPKS Keluaran Mutu

BOD (mg/l) 36.000 28.000 33.000 6.700 50.000 9.100 250

COD (mg/l) 53.000 44.000 56.000 17.000 76.000 22.000 500

TS (mg/l) 42.000 35.800 43.000 18.700 58.610 33.660 300


Minyak dan
3.300 Ttd 7.900 Ttd 7.200 Ttd 20
Lemak (mg/l)

NH4-N (mg/l) 20 240 44 390 90 260 20

Ph 7,55 7,86 7,35 7,48 7,34 7,53 6–9

Tabel 2 memperlihatkan bahwa nilai parameter BOD, COD, TS, minyak dan lemak dan NH 4-N,
baik untuk LCPKS segar maupun untuk keluaran fermentor berada diatas ambang baku mutu
limbah sehingga limbah tersebut tidak boleh dibuang ke sembarang tempat karena berdampak
negatif terhadap lingkungan, sehingga diperlukan pengolahan lebih lanjut agar berada di bawah
baku mutu. Sedangkan parameter pH masih berada di antara 6-9 baku mutu limbah. Berdasarkan
Tabel 2 juga dapat dilihat parameter BOD, COD, TS, minyak dan lemak antara LCPKS dan
keluaran mengalami penurunan akibat terjadinya fermentasi sehingga nilai pada keluarannya
juga mengalami penurunan. Sedangkan nilai pada parameter NH 4-N antara LCPKS dan keluaran
mengalami peningkatan karena adanya penambahan zat kimia yaitu natrium bikarbonat
(NaHCO3) dan amonium bikarbonat (NH4HCO3) sehingga nilai tersebut mengalami
peningkatan[4].

PROSES PENGOLAHAN

Gambar 1 Diagram Alir Kualitatif Pembuatan Biogas Dari Palm Oil Mill Effluent (POME)[5]
Proses produksi biogas dari limbah cair hasil pengolahan kelapa sawit (POME) dengan beberapa
tahapan sebagai berikut[5]:

1. Tahap Penyimpanan Bahan Baku:


- Bahan baku POME disimpan pada suhu 35°C dan tekanan 1 atm dalam tangki
penyimpanan (T-01).
- Natrium bicarbonat (NaHCO3) disimpan pada suhu 35°C dan tekanan 1 atm dalam silo
penyimpanan bahan baku (S-01).
- Urea (CO(NH2)2) dan Fero klorida (FeCl2) disimpan dalam drum penyimpanan.

2. Tahap Penyiapan Bahan Baku:


- Natrium bikarbonat (NaHCO3) digunakan untuk menetralkan limbah cair POME.
- POME yang telah dinetralkan dipompa ke tangki penyimpanan (T-02).

3. Tahap Pembentukan Produk:


- Limbah cair POME yang dinetralkan dipompa ke reaktor (R-01) bersama inokulum dan
nutrisi (FeCl2 dan CO(NH2)2).
- Proses fermentasi menghasilkan biogas (CH4, CO2, NH3, H2S).
- Sisa fermentasi digunakan sebagai pupuk organik cair di tangki penyimpanan (T-03).

4. Tahap Pemurnian Biogas:


- Biogas yang dihasilkan memiliki komposisi CH4, CO2, NH3, dan H2S.
- Pemurnian dilakukan dengan dua absorber (ABS-01 dan ABS-02).
- Absorber pertama (ABS-01) menyerap CO2 dan H2S menggunakan larutan amine
MDEA.
- Absorber kedua (ABS-02) memisahkan NH3 dengan menggunakan air sebagai penyerap.
- Biogas yang telah dimurnikan dipanaskan, didinginkan, dan disimpan di tangki
penampungan biogas (T-05).
- Komposisi biogas setelah pemurnian adalah 79,85% CH 4, 15,88% CO2, 0,61% H2S, dan
3,66% NH3.
NERACA MASSA DAN PANAS
Produk = Biogas 54,31 % CH4
Kapasias perancangan = 18.000 Ton/Tahun
Kapasitas produksi = 50 Ton/Hari
Satu tahun produksi = 365 hari
Waktu operasi selama 1 hari = 24 jam
DAFTAR PUSTAKA
[1] Maryani, D., & Umar, L. (2021). Identifikasi Limbah Palm Oil Mill Effluent (Pome)
Menggunakan Biosensor Berbasis Alga. Journal Online Of Physics, 7(1), 1-6.
[2] Riky, Y., Uray, I., & Hantoro, S. (2012). Pengolahan Limbah POME (Palm Oil Mill
Effluent) Dengan Menggunakan Mikroalga. Jurnal Teknologi Kimia Dan
Industri, 1(1), 7-13.
[3] Deublein, D dan Steinhauster, A., Biogas from Waste and Renewable Resources. An
Introduction, WILEYVCH Verlag GmbH & Co. KGaA, Weinheim, 2008.
[4] Suraya, I., Tiarasti, H., Trisakti, B., Hasibuan, R., & Tomiuchi, Y. (2012). Pembuatan
Biogas dari Berbagai Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit. Jurnal Teknik Kimia
USU, 1(1), 45-48.
[5] Fitriani, D. A. (2011). Prarancangan Pabrik Biogas Dari Palm Oil Mill Effluent (Pome)
Kapasitas 1.312. 000 M3/Tahun.

Anda mungkin juga menyukai