Oleh:
Kelompok IV
ABSTRACT
i
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. i
ABSTRACT ............................................................................................................. i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Tujuan Praktikum ..................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 3
2.1 Total Petroleum Hydrocarbon (TPH) ....................................................... 3
2.2 Sifat-sifat TPH .......................................................................................... 4
2.3 Beberapa Senyawa TPH ........................................................................... 4
2.4 Dampak TPH Bagi Kesehatan Manusia ................................................... 5
2.5 Metode Pengukuran TPH ......................................................................... 6
2.6 Dampak Petroleum Hydrocarbon............................................................. 6
2.7 Ambang Batas TPH .................................................................................. 7
2.8 Karakteristik Tanah................................................................................... 7
2.9 Pencemaran Tanah .................................................................................... 9
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN ......................................................... 12
3.1 Bahan ...................................................................................................... 12
3.2 Alat ......................................................................................................... 12
3.3 Prosedur Percobaan ................................................................................ 12
3.4 Perhitungan dan Analisa Data ................................................................ 13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 14
4.1 Hasil........................................................................................................ 14
4.2 Pembahasan ............................................................................................ 14
BAB V KESIMPULAN ..................................................................................... 16
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 16
5.2 Saran ....................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 17
LAMPIRAN A ..................................................................................................... 18
LAMPIRAN B ..................................................................................................... 19
LAMPIRAN C ..................................................................................................... 20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
3
4
komponen hidrokarbon dengan rantai karbon antara C4 sampai C12 yang terdiri
dari 4-8% alkena, 25-40% isoalkana, 3-7% sikloalkena, dan 20-50% senyawa
aromatik.
2. Fuel Oil (1)
Fuel Oil (1) adalah senyawa hasil destilasi petroleum yang mengandung
hidrokarbon dengan ikatan C9 sampai C16. Senyawa ini banyak digunakan dalam
pestisida, industri keramik, dan pelapisan aspal.
3. Fuel Oil (2)
Fuel Oil (2) adalah senyawa hidrokarbon dengan ikatan karbon C11 sampai
C20. Terdiri dari 64% senyawa hidrokarbon alifatik (termasuk alkana rantai lurus
dan sikloheksena), 1-2% alkena, dan 35% hidrokarbon aromatik. Senyawa ini
banyak digunakan dalam pembakaran pada industri keramik.
4. Mineral Oil
Mineral Oil sering disebut sebagai minyak pelumas. Ikatan karbonya antara
C15 sampai C50. Mineral Oil banyak digunakan pada kendaraan bermotor.
Hidrokarbon yang terkandung antara lain alkana, sikloalkana, dan hidrokarbon
aromatik.
senyawa ini juga dapat mencemari udara dan berbahaya bagi kesehatan manusia
bila terhirup (Anonim, 2013 dalam Syarah, 2019).
Ruang ini membentuk jaringan kompleks pori dari ukuran bervariasi, seperti
halnya sponge. Pori tersebut mengandung air atau udara untuk akar tanaman atau
mikroorganisme yang hidup di tanah. Mineral tanah merupakan mineral yang
terkandung di dalam tanah dan merupakan salah satu bahan utama penyusun tanah
(Hadrah, 2015).
Mineral dalam tanah berasal dari pelapukan fisik dan kimia dari batuan yang
merupakan bahan induk tanah, rekristalisasi dari senyawa-senyawa hasil
pelapukan lainnya atau pelapukan (alterasi) dari mineral primer dan sekunder
yang ada. Mineral mempunyai peran yang sangat penting dalam suatu tanah,
antara lain sebagai indikator cadangan sumber hara dalam tanah dan indikator
muatan tanah beserta lingkungan pembentukannya. Menurut Hadrah (2015) jenis
mineral tanah secara garis besar dapat dibedakan atas mineral primer dan mineral
sekunder sebagai berikut:
1. Mineral Primer
Mineral primer merupakan mineral tanah yang umumnya mempunyai
ukuran butir fraksi (2-0,05 mm). Contoh dari mineral primer yang banyak terdapat
di Indonesia berserta sumbernya disajikan dalam Tabel 2.1 Analisis jenis dan
jumlah mineral primer dilakukan di laboratorium mineral dengan bantuan alat
mikroskop polarisasi. Pekerjaan analisis mineral primer dilaksanakan dalam dua
tahapan, yaitu pemisahan fraksi pasir dan identifikasi jenis mineral.
Tabel 2.1 Beberapa Jenis Mineral Primer
Mineral Sumber Utama
Olivin Batuan volkan basis dan ultra basis
Biotit Batuan granit dan metamorf
Piroksen Batuan volkan basis dan ultra basis
Amfibol Batuan volkan intermedier hingga basis
Plagioklas Batuan intermedier hingga basis
Orthoklas Batuan massam
Muskovit Batuan granit dan metamorf
Kuarsa Batuan massam
Sumber: Balai Penelitian Tanah, 2005
2. Mineral Sekunder
Mineral sekunder atau mineral liat adalah mineral-mineral hasil
pembentukan baru atau hasil pelapukan mineral primer yang terjadi selama proses
pembentukan tanah yang komposisi maupun strukturnya sudah berbeda dengan
mineral yang terlapuk. Jenis mineral ini berukuran halus (<2𝜇), sehingga untuk
9
identifikasinya digunakan alat XRD. Contoh dari mineral sekunder yang banyak
terdapat di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.2 sebagai berikut:
Tabel 2.2 Beberapa Jenis Mineral Sekunder
Mineral Keterangan
Kaolinit Mineral utama pada tanah Oxisol dan Ultisol
Haloisit Mineral utama pada tanah volkan Inceptisol dan Entisol
Vermikulit Mineral utama pada tanah yang berkembang dari bahan kayu mika
Smektit Mineral utama pada tanah Vertisol
Alofan Mineral utama pada tanah Andisol
Goetit/hematit Mineral oksida besi pada tanah merah Oxisol dan Utisol
Sumber: Balai Penelitian Tanah, 2005
Tekstur menunjukkan seberapa kasar atau halus ukuran partikel primer
tanah. Partikel tanah yang paling besar adalah pasir (sand). Liat adalah partikel
tanah berukuran terkecil dan silt adalah partikel tanah berukuran sedang
(intermediate). Partikel pasir berbentuk seperti baru kecil dan partikel slit seperti
batu yang lebih kecil. Partikel slit dan pasir tidak terlalu aktif secara kimia.
Mereka berkontribusi kecil terhadap daya adsorb (pengikatan) kontaminan (Balai
Penelitian Tanah, 2005).
Tekstur mempengaruhi porositas dan juga aktivitas kimia tanah. Sandy soil
mengandung pori besar yang dominan. Sandy soil mengandung air sedikit dan
meloloskan air dengan mudah. Tanah yang mengandung silt dan clay yang tinggi
memiliki pori berukuran kecil yang banyak dan tidak meloloskan air dengan
mudah. Loam adalah jenis tanah yang mengandung sand, slit dan clay dalam
jumlah yang cukup seimbang. Tanah loam memiliki aktivitas kimia yang lebih
banyak dari pada tanah berpasir dan mengikat air lebih banyak (Balai Penelitian
Tanah, 2005).
pembuangan limbah industri yang belum diolah secara baik. Akibatnya akan
terjadi perubahan sifat fisik kimia dan biologi yang tidak diinginkan terhadap
tanah, air dan udara yang selanjutnya dapat berdampak terhadap kehidupan
makhluk hidup dan habitatnya (Balai Penelitian Tanah, 2005).
Pencemaran yang terjadi di tanah akan berpengaruh pada tumbuhan yang
tumbuh diatasnya. Tanah adalah suatu benda alam yang bersifat kompleks atau
memiliki suatu sistem yang hidup dan dinamis. Bahan penyusun tanah adalah
batuan, sisa-sisa tumbuhan dan hewan serta jasad-jasad hidup, udara dan air.
Selain itu tanah adalah suatu lingkungan untuk pertumbuhan tanaman. Bagian
tanaman yang langsung berhubungan dengan tanah adalah akar yang berperan
dalam pertumbuhan dan kelangsungan hidup tanaman dengan jalan menyerap
hara dan air. Kerusakan tanah akan terjadi bila daya tangkap telah terlampaui
biasanya bahan pencemar ini mengandung bahan beracun berbahaya (B3) (Balai
Penelitian Tanah, 2005).
Pencemaran tanah adalah keadaan dimana bahan kimia buatan manusia
masuk dan merubah lingkungan tanah alami. Ketika suatu zat berbahaya atau
beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air
hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah
kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah
tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat
mencemari air tanah dan udara di atasnya (Junaidi et al, 2013).
Salah satu penyebab utama dari pencemaran tanah adalah aktivitas
penambangan. Salah satu jenis penambangan yang paling banyak menyebabkan
pencemaran bagi tanah adalah penambangan minyak. Pencemaran ini terjadi tidak
hanya terbatas pada saat kegiatan penambangannya saja, tapi juga pada saat
pengolahan dan pendistribusian hasil tambang tersebut (Junaidi et al, 2013).
Kontaminan dalam tanah adalah bahan kimia yang dapat diakibatkan oleh
kegiatan manusia. Kontaminan dapat masuk ke tanah secara sengaja dan tidak
disengaja. Kesengajaan seperti pemakaian pestisida, kegiatan pengeboran minyak
bumi baik secara modern maupun tradisional, serta contoh tidak sengajaan seperti
tumpahan minyak karena kecelakaan dan kebocoran. Kontaminan tanah juga
11
disebut sebagai limbah berbahaya atau pencemar (pollutant) tanah, terdiri atas
berbagai macam bahan kimia (Alexander, 1994 dalam Hairiah, 2009) termasuk:
1. Larutan mengandung klor, seperti triklorotilena (TCE) dan tetracloroetilena
(PCE).
2. Bahan peledak, seperti 2,4,6-trinitritiluena (TNT).
3. Logam, seperti kromium dan timbal.
4. Radionukleida, seperti plutonium.
5. Pestisida, seperti atrazine, benlat dan mathion.
6. BTEX (benzene, toluene benzene, xylema).
7. PAH (polycyclic aromatic hydrocarbon), seperti kreosol.
8. PCB (polychlorinated biphenyl), seperti campuran aroclor.
3.1 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan Analisa TPH (Total
Petroleum Hydrocarbon) antara lain:
1. Sampel tanah (tercemar minyak bumi)
2. n-Heksan
3. Natrium Sulfat (Na2SO4 anhidrat)
3.2 Alat
Adapun alat-alat yang digunakan pada percobaan Analisa TPH (Total
Petroleum Hydrocarbon) antara lain:
1. Timbangan Analitik
2. Gelas Ukur 100 mL
3. Gelas Beaker
4. Erlenmeyer 250 mL
5. Corong
6. Corong Pemisah
7. Cawan Porselin
8. Pipet Tetes
9. Kertas Saring
10. Batang Pengaduk
12
13
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑅𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢
% 𝑇𝑃𝐻 = 𝑥 100
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, didapatkan hasil TPH
(Total Petroleum Hidrokarbon) dari sampel tanah yang diuji yaitu sebesar 1,4%.
4.2 Pembahasan
Tahapan proses awal dari percobaan TPH (Total Petroleum Hidrokarbon)
pada pencemaran tanah yaitu dimulai dengan menimbang 10 gram sampel tanah
yang mengandung bahan pencemar yaitu berupa minyak bumi (petroleum
hidrokarbon) dan dicampurkan dengan n-Heksan sebanyak 100 mL lalu diaduk ±
60 menit.
Larutan n-Heksan digunakan karena larutan ini bersifat nonpolar, sama
halnya dengan minyak bumi. Prinsip like dissolved like menyebabkan larutan n-
Heksan ini mampu melarutkan minyak bumi yang terkandung didalam sampel
tanah. Ketika dicampur dan diaduk, minyak bumi (petroleum hidrokarbon) yang
terkandung didalam sampel tanah akan terekstraksi ke dalam larutan n-Heksan,
sehingga menyebabkan perubahan warna pada larutan n-Heksan dari warna
bening hingga menjadi warna coklat tua.
Selanjutnya melakukan proses pemisahan dengan menggunakan kertas
saring yaitu dengan memisahkan sampel tanah dengan larutan n-Heksan yang
telah bercampur minyak bumi, proses ini bertujuan untuk memisahkan residu
padat dengan filtrat berupa larutan n-Heksana yang bercampur minyak bumi.
Hasil dari filtrat ini dimasukkan ke corong pisah dan ditambahkan Natrium sulfat
anhidrat (Na₂SO₄) dan diaduk ± 10 menit. Penambahan Na₂SO₄ ini bertujuan
untuk mengurangi sisa air yang terkandung di dalam filtrat. Filtrat kemudian
didiamkan sejenak hingga terbentuk endapan kemudian larutan dipisahkan dari
endapan (residu) tersebut.
Larutan yang sudah dipisahkan lalu dipanaskan pada oven dengan suhu
100°C yang bertujuan untuk menguapkan n-Heksan dan air yang tersisa yang
terdapat pada filtrat. Sehingga yang tertinggal di cawan porselen hanya residu
saja, yaitu berupa minyak bumi (petroleum hidrokarbon).
14
15
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan hasil yang didapat nilai sampel TPH adalah sebesar
1,4%. Sampel tanah yang diuji di dalam percobaan ini dalam keadaan tercemar.
Hal ini dikarenakan Nilai TPH yang diperoleh melebihi dari nilai ambang batas
yang telah ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dalam Kepmen LH
128/2003, yaitu sebesar 1%, maka sampel tersebut harus diolah terlebih dahulu
agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan sekitar.
5.2 Saran
Sebaiknya digunakan pengadukan otomatis agar larutan lebih homogen,
karena waktu proses pengadukan berlangsung cukup lama juga agar
meminimalisir terjadinya human error.
16
DAFTAR PUSTAKA
17
LAMPIRAN A
LAPORAN SEMENTARA
18
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN
A. Berat Residu
C =D-B
= 87,83 gr – 87,69 gr
= 0,14 gr
B. Persentase TPH
C
% TPH = A x 100%
0,14 gr
= 10 gr
x 100%
= 1,4 %
Keterangan:
Berat sampel =A
Berat cawan kosong = B
Berat cawan + residu = D
Berat residu =C
19
LAMPIRAN C
DOKUMENTASI
20