Anda di halaman 1dari 164

5 cm

Prelims.indd 1 24/01/2017 14:45:33


Akuntansi Pemerintahan Daerah
Buku 1

Oman Rusmana
Dyah Setyaningrum
Yuliansyah
Maryani

Manajer Penerbitan dan Produksi: Novietha Indra Sallama


Supervisor Editor: Ema S. Suharsi
Copy Editor: Jatiningrum
Tata Letak: John Roy Sibarani
Desain Sampul: Ferdy Firnaldy

Hak Cipta © 2017 Penerbit Salemba Empat


Jln. Raya Lenteng Agung No. 101
Jagakarsa, Jakarta Selatan 12610
Telp. : (021) 781 8616
Faks. : (021) 781 8486
Website : http://www.penerbitsalemba.com
E-mail : info@penerbitsalemba.com

Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun, baik secara
elektronis maupun mekanis, termasuk tidak terbatas pada memfotokopi, merekam, atau dengan menggunakan sistem penyimpanan
lainnya, tanpa izin tertulis dari Penerbit.

UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA


1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi
Pencipta yang meliputi penerjemahan dan pengadaptasian Ciptaan untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana
penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak
ekonomi Pencipta yang meliputi penerbitan, penggandaan dalam segala bentuknya, dan pendistribusian Ciptaan untuk
Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
3. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada poin kedua di atas yang dilakukan dalam bentuk pembajakan,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00
(empat miliar rupiah).

Rusmana, Oman
Setyaningrum, Dyah
Yuliansyah
Maryani

Akuntansi Pemerintahan Daerah/Oman Rusmana, Dyah Setyaningrum, Yuliansyah, Maryani

—Jakarta: Salemba Empat, 2017


2 jil., 172 hlm., 19 × 26 cm

ISBN  978-979-xxx-xxx-x

1. Akuntansi 2. Akuntansi Sektor Publik


I. Judul   II. Oman Rusmana, Dyah Setyaningrum, Yuliansyah, Maryani

000.0.00

Prelims.indd 2 24/01/2017 14:45:34


Tentang Penulis

Dr. Oman Rusmana, S.E., M.Si., Ak.


Penulis lahir di Ciamis, Jawa Barat pada
tanggal 31 Maret 1975. Penulis memperoleh
gelar S-1 dari Fakultas Ekonomi Universitas
Jenderal Soedirman Purwokerto pada tahun
1997, gelar S-2 dari Program Magister
Sains Akuntansi Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta pada tahun 2001, dan gelar S-3
dari Universitas Padjajaran Bandung pada
tahun 2010. Penulis merupakan dosen tetap
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Jenderal Soedirman Purwokerto sejak
tahun 2000 dengan materi seputar akuntansi
keuangan, akuntansi sektor publik, dan
perpajakan.
Sampai saat ini penulis juga menjabat sebagai Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. Pengalaman mengajar penulis di antaranya di Universitas
Pancasila Jakarta, Universitas Muhammadiyah Purwokerto, dan STIE Muhammadiyah Cilacap. Penulis
juga aktif sebagai konsultan di sejumlah pemerintah daerah, Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan
Koperasi Kabupaten Banyumas, staf ahli DPRD, perusahaan swasta, serta melaksanakan pengabdian
kepada masyarakat sebagai penyedia layanan pengembangan bisnis (business development service provider).
Selain itu, penulis juga menjadi pembicara di berbagai forum ilmiah dalam negeri seperti Simposium
Nasional Akuntansi dan beberapa seminar lainnya. Penulis juga mengikuti seminar ilmiah di luar negeri
seperti 6th Asian Business Research Conference di Bangkok (2012) dan Third Asian−Pacific Business Research
Conference di Kuala Lumpur, Malaysia (2013).

iii

Prelims.indd 3 24/01/2017 14:45:35


Riset-riset terkait pajak yang dilakukan antara lain Faktor-Faktor yang Memengaruhi Niat Pemerintah
Akuntansi Pemerintahan Daerah

dalam Menghadapi Peralihan Pajak Bumi dan Bangunan dari Pajak Pusat menjadi Pajak Daerah (PBB-P2)
pada DPPKAD Kabupaten Banyumas (2012), Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak
pada Pelaporan SPT Masa pada KPP Pratama Purwokerto (2012), serta Pengembangan Model Kurikulum
Edukasi Keuangan dan Perpajakan UMKM Berbasis Kearifan Lokal pada Mata Kuliah Perpajakan di
Program Studi S-1 Akuntansi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto (2016). Penulis dapat dihubungi
melalui surel: omanrsm@gmail.com atau nomor telepon seluler 085227067466.

Dr. Dyah Setyaningrum, S.E., Ak., M.S.M., CA.,


CPMA.
Penulis merupakan staf pengajar di Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Indonesia. Beliau menamatkan
pendidikan S-1, S-2 dari Program Magister Sains
Manajemen di bidang Manajemen Keuangan, dan S-3
Akuntansi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Indonesia. Selama menjadi staf pengajar, penulis aktif
dalam penelitian di bidang Akuntansi Keuangan,
Pendidikan Akuntansi, dan Akuntansi Sektor Publik.
Hasil penelitian penulis juga sudah dipublikasikan di
jurnal internasional yang terindeks Scopus, yaitu The
Academy of Accounting and Financial Studies Journal
dan di jurnal nasional yang terakreditasi seperti Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, serta The
International Research Journal of Business Studies.
Selain publikasi tersebut, penulis juga aktif mendiseminasikan hasil penelitiannya di berbagai
konferensi internasional dan nasional, seperti European Accounting Association (EAA) di Paris tahun 2013,
Asian-Pacific Conference on International Accounting Issues (APC) di Bali tahun 2013, British Accounting
and Finance Association (BAFA) di London tahun 2014, Asian-Pacific Conference on International
Accounting Issues (APC) di Taiwan tahun 2014, Asian-Pacific Conference on International Accounting
Issues (APC) di Gold Coast tahun 2015, International Conference on Social Sciences and Information
(SSR-SSI) di Tokyo tahun 2015, Asian Academic Accounting Association (4A) di Bandung tahun 2015,
serta Simposium Nasional Akuntansi (SNA): SNA XV di Banjarmasin tahun 2012, SNA XVII di Lombok
tahun 2014, SNA XVIII di Medan tahun 2015, dan SNA XIX di Lampung tahun 2016.

Yuliansyah, M.S.A., Ph.D., Akt., CA.


Pria kelahiran Bangka Belitung merupakan
staf pengajar di Fakultas Ekonomi Jurusan
Akuntansi Universitas Lampung. Penulis
menamatkan pendidikan S-1 di Universitas
Jenderal Soedirman Purwokerto, S-2 dari
Program Master of Science in Accounting
(M.S.A.) di Meinders School of Business,
Oklahoma City University, USA, serta S-3
dari Philosophy of Doctor bidang Akuntansi
di University of South Australia.

iv

Prelims.indd 4 24/01/2017 14:45:36


Selama menjadi staf pengajar, penulis aktif dalam penelitian di bidang akuntansi manajemen. Hasil

  Tentang Penulis
penelitiannya pernah dipresentasikan atau diterima di seminar internasional maupun nasional seperti
Monash Forum on Management Accounting (MONFORMA) di Melbourne tahun 2009, International
World Cultural Tourism Conference di Bangkok tahun 2009, Asian Pacific Conference (APC) di Beijing
tahun 2011, Asian Accounting Academic Association Conference (4A) di Denpasar tahun 2011, Australia
New Zealand International Business Association (ANZIBA) di Adelaide tahun 2012, The Global Advanced
Research Conference on Management and Business Studies (GARCOMBS) di Bandung tahun 2012,
British Accounting and Finance Association (BAFA) di Brighton UK tahun 2012, Global Accounting and
Organizational Change Conference (GAOC) di Kuala Lumpur tahun 2012, Asian Accounting Academic
Association Conference (4A) di Kyoto tahun 2012, American Accounting Association (AAA) Conference
tahun 2013, Asia Pacific Interdisciplinary Research in Accounting (APIRA) Conference di Kobe tahun
2013, Asia Pacific of Management Accounting Association Conference (APMAA) di Nagoya tahun 2013,
New Zealand Management Accounting Conference di Otago New Zealand tahun 2013, Asian Accounting
Academic Association Conference (4A) di Penang tahun 2013, European Accounting Association (EAA)
Annual Congress di Tallinn Estonia tahun 2014, The 11th Asian Academy of Management International
Conference (AAMIC) di Penang Malaysia tahun 2015, serta Simposium Nasional Akuntansi (SNA): SNA
XV di Banjarmasin tahun 2012, SNA XVI di Manado tahun 2013, SNA XVII di Lombok tahun 2014,
SNA XVIII di Medan tahun 2015, dan SNA XIX di Lampung tahun 2016, Konferensi Ilmiah Akuntansi
I di Jakarta, Forum Managemen Indonesia (FMI) di Medan tahun 2014, Konferensi Ilmiah Akuntansi II
di Jakarta tahun 2015, serta Konferensi Ilmiah Akuntansi III tahun 2016 di Jakarta.
Dalam seminar dan konferensi tersebut, penulis pernah meraih predikat sebagai salah satu The
Best Paper, yakni pada Simposium Nasional Akuntansi XVII di Lombok tahun 2014 dan Konferensi
Ilmiah Akuntansi II di Jakarta tahun 2015. Selain melakukan penelitian, penulis juga aktif memberikan
pelatihan (workshop) di beberapa universitas, pemerintahan daerah, dan lembaga penelitian individu. Pada
bidang profesi akuntansi, penulis juga menjadi anggota Board Committee of Asia Pacific Management
Accounting Association (APMAA) di tahun 2013, anggota Asian Academy of Management, anggota
British Accounting and Finance Association, anggota Tim Penjamin Mutu Lembaga Sertifikasi Profesi
Auditor Forensik, anggota International Consultant for Qualitative Study (Nvivo Program), sekretaris
Ikatan Akuntan Indonesia wilayah Lampung, serta salah satu pengurus IAI Kompartemen Akuntan
Pendidik pada periode 2014-2016.
Selain buku ini, penulis bersama rekan-rekan lainnya juga menulis beberapa buku, yaitu: (1) Kiat-
Kiat Terhindar dari Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa (co-author), (2) Kiat-Kiat Terhindar dari Korupsi
pada Hibah dan Bansos (co-author), (3) Manajemen dan Analisis Data Kualitatif dengan Perangkat Lunak
Nvivo (co-author), (4) Simulasi Pencatatan dan Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Berbasis Akrual (Berdasarkan PP No. 71 Tahun 2010 dan Permendagri No. 64 Tahun 2013) (co-author),
(5) New Innovation Mart (co-author), (6) Buku Pratikum Akuntansi untuk Perusahaan Dagang (co-
author), (7) Akuntansi Desa (co-author), (8) Penyelarasan Strategis Organisasi: Teori dan Konsep, serta
Penerapannya di Industri Perbankan, (9) Kiat-Kiat Terhindar dari Korupsi pada Pengelolaan Keuangan
Desa (co-author), dan (10) Pratikum Akuntansi Keuangan Pemerintahan Daerah Berbasis Akrual. Penulis
dapat dihubungi melalui surel: yuliansyah@feb.unila.ac.id.

Prelims.indd 5 24/01/2017 14:45:36


Maryani, S.E., M.M., M.Buss., Akt., CA.
Akuntansi Pemerintahan Daerah

Penulis merupakan staf pengajar Program Studi Akuntansi,


Politeknik Negeri Lampung. Penulis menamatkan pendidikan
S-1 di Universitas Sriwijaya, S-2 dari Program Magister
Manajemen di Universitas Lampung, dan S-2 dari Program
Master of Business in Accounting (M.Buss) di School of
Commerce, University of South Australia.
Selama menjadi staf pengajar, penulis aktif dalam
penelitian di bidang akuntansi manajemen. Hasil penelitiannya
pernah dipresentasikan atau diterima di seminar berskala
nasional maupun internasional, seperti Asian Accounting
Academic Association Conference (4A) di Kyoto tahun 2012,
Australia and New Zealand International Business Association
Conference (ANZIBA) di Adelaide tahun 2012, Global Accounting and Organizational Change Conference
(GAOC) di Kuala Lumpur tahun 2012, Asia Pacific of Management Accounting Association Conference
(APMAA) di Nagoya tahun 2013, serta Simposium Nasional Akuntansi (SNA) XV di Banjarmasin dan
SNA XVI di Manado.
Selain buku ini, penulis bersama rekan-rekan lainnya juga menulis beberapa buku, yaitu: (1) Simulasi
Pencatatan dan Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Berbasis Akrual (Berdasarkan PP
No. 71 Tahun 2010 dan Permendagri No. 64 Tahun 2013) (co-author), (2) Pratikum Akuntansi Keuangan
Pemerintahan Daerah Berbasis Akrual, dan (3) Buku Praktikum Pengantar Akuntansi 1. Penulis juga
pernah diminta menjadi editor untuk beberapa buku, antara lain: (1) Kiat-Kiat Terhindar dari Korupsi
Pengadaan Barang dan Jasa, (2) Kiat-Kiat Terhindar dari Korupsi pada Hibah dan Bansos, (3) Manajemen
dan Analisis Data Kualitatif dengan Perangkat Lunak Nvivo, (4) New Innovation Mart, dan (5) Buku
Pratikum Akuntansi untuk Perusahaan Dagang. Penulis dapat dihubungi melalui surel: maryani123@
yahoo.com.

vi

Prelims.indd 6 24/01/2017 14:45:38


Kata Pengantar

Perkembangan akuntansi pemerintahan di Indonesia sangat dinamis. Salah satunya terkait kewajiban
implementasi laporan keuangan berbasis akrual sejak diterbitkannya UU Nomor 17 Tahun 2003. Namun
kenyataannya, tarik ulur implementasi basis akrual masih terus terjadi. Dalam PP Nomor 71 Tahun 2010
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan disebutkan bahwa basis akrual berlaku efektif untuk laporan
keuangan mulai tahun anggaran (TA) 2010. Namun apabila entitas pelaporan belum dapat menerapkan
basis akrual, entitas tersebut dapat menerapkan basis kas menuju akrual sampai paling lama 4 tahun
setelah TA 2010. Tahun 2015 menjadi tahun pertama diwajibkannya penerapan basis akrual di seluruh
jajaran pemerintahan, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Berdasarkan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan BPK pada semester 1 tahun 2016, salah satu temuan yang
dilaporkan BPK atas LKKL maupun LKPD tahun 2015 adalah belum disajikannya akun-akun pada laporan
keuangan sesuai basis akrual. Permasalahan ini muncul karena sistem aplikasi yang ada belum sepenuhnya
menghasilkan laporan keuangan berbasis akrual yang akurat, begitu juga permasalahan sumber daya
manusia yang belum sepenuhnya memahami pencatatan transaksi keuangan berbasis akrual. Untuk
menjembatani hal ini, maka penulis ingin memberikan solusi dengan menerbitkan buku teks berjudul
Akuntansi Pemerintahan Daerah. Buku ini merupakan paket komplit yang dapat membantu pengajar,
mahasiswa, maupun praktisi untuk memahami akuntansi pemerintahan secara mudah.
Buku Akuntansi Pemerintahan Daerah terdiri dari dua buku. Buku pertama akan membahas tentang
berbagai konsep dasar Akuntansi Pemerintahan mulai dari Konsep Pengelolaan Keuangan Negara,
Anggaran, dan Siklus Akuntansi Pemerintahan. Sementara buku kedua akan berisi sistem akuntansi
beberapa jenis akun yang disesuaikan dengan Standar Akuntansi Pemerintahan, mulai dari Sistem
Akuntansi Kas dan Setara Kas sampai Akuntansi Koreksi Kesalahan.
Mengapa buku ini harus dibaca? Buku ini berbeda dengan buku Akuntansi Pemerintahan yang sudah
ada sebelumnya karena di buku ini penulis menciptakan persamaan dasar akuntansi pemerintahan yang
sangat mudah untuk dipahami, sehingga pengajar, mahasiswa, maupun praktisi dapat dengan mudah
memahami berbagai pencatatan transaksi akuntansi di entitas pemerintahan. Selain itu, pembahasan
yang ada di setiap bab menyertakan ilustrasi transaksi termasuk format pencatatan yang sama dengan

vii

Prelims.indd 7 24/01/2017 14:45:38


kondisi aktual yang dihadapi di entitas akuntansi pemerintahan, sehingga pemahaman yang diperoleh
Akuntansi Pemerintahan Daerah

pembaca akan menjadi lebih komprehensif.


Namun, penulis menyadari bahwa penulisan buku ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh
karena itu, penulis menerima masukan yang bersifat konstruktif untuk membantu penyempurnaan buku
ini nantinya.

Jakarta, Januari 2017

Penulis

viii

Prelims.indd 8 24/01/2017 14:45:38


Daftar Isi

Tentang Penulis  iii


Kata Pengantar  vii
Daftar Isi  ix
Daftar Gambar  xv
Daftar Tabel  xvii

Bab 1  Pendahuluan   1
Mengapa Akuntansi Pemerintahan dan Bukan Akuntansi Sektor Publik? 2
Karakteristik Pemerintah dan Organisasi Non-Profit 2
Lembaga Penyusun Standar Pelaporan Keuangan Pemerintah 4
Tujuan Pelaporan Keuangan Pemerintah 7
Perbedaan Laporan Keuangan Pemerintah dan Laporan Keuangan Entitas Bisnis
(Swasta) 9
Komponen Laporan Keuangan Pemerintah 10
Pengguna Laporan Keuangan Pemerintah 13
Masa Depan Akuntansi Pemerintahan 15
Materi Buku 15
Untuk Siapa Buku ini Ditulis? 16

Bab 2  Keuangan Negara dan Akuntansi Pemerintahan   19


Latar Belakang Reformasi Keuangan Negara 20
Lingkup Manajemen Keuangan Negara 21

ix

Prelims.indd 9 24/01/2017 14:45:39


Akuntansi Pemerintahan Daerah

Asas-Asas dalam Keuangan Negara 21


Kekuasaan atas Pengelolaan Keuangan Negara 22
Kekuasaan atas Pengelolaan Keuangan Daerah 23
Perubahan Paradigma Akuntansi Pemerintahan 24
Pengakuan dan Pengukuran Dasar Kas Menuju Dasar Akrual 24
Teknik Pembukuan Tunggal (Single Entry) menjadi Pembukuan Berpasangan
(Double Entry) 27
Laporan Anggaran dan Laporan Akuntansi 28

Bab 3  Prinsip-Prinsip Akuntansi Pemerintahan   31


Prinsip-Prinsip Akuntansi Pemerintahan, Kerangka Konseptual, Standar Akuntansi
Pemerintahan, dan Kebijakan Akuntansi 32
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan 34
Lingkungan Akuntansi Pemerintahan 34
Entitas Pelaporan dan Pengguna Laporan Keuangan Pemerintah 36
Tujuan dan Peranan Pelaporan Keuangan Pemerintah 36
Asumsi Dasar Pelaporan Keuangan Pemerintah 37
Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan 37
Kendala Informasi yang Relevan dan Andal 38
Prinsip Akuntansi dan Pelaporan Keuangan 39
Pengakuan dan Pengukuran Unsur Laporan Keuangan 41
Standar Akuntansi Pemerintahan 41

Bab 4  Siklus Pengelolaan Keuangan Negara, Anggaran, dan Akuntansi   43


Siklus Pengelolaan Keuangan Negara 44
Perencanaan dan Penganggaran 44
Pelaksanaan Anggaran/Perbendaharaan 45
Akuntansi 46
Pemeriksaan 46
Pertanggungjawaban 47
Siklus Anggaran Pemerintah Daerah 48
Siklus Akuntansi 51
Perbedaan Antara Siklus Anggaran Dan Siklus Akuntansi 52

Bab 5  Persamaan Dasar Akuntansi Pemerintahan   55


Dana Umum dan Ekuitas 56
Persamaan Akuntansi Pemerintahan 57

Prelims.indd 10 24/01/2017 14:45:39


  Daftar Isi
Ilustrasi Transaksi 60
Contoh 1 60
Contoh 2 62
Contoh Penyesuaian dalam Persamaan Akuntansi 66
Contoh 3 67
Laporan Operasional dan Laporan Realisasi Anggaran dalam Persamaan Akuntansi
Pemerintahan 70

Bab 6  Siklus Akuntansi dan Konsep Resiprokal   77


Pendahuluan 78
Gambaran Umum Siklus Akuntansi 79
Jurnal Umum 80
Jurnal Laporan Operasional (LO) 81
Jurnal Laporan Realisasi Anggaran (LRA) 82
Buku Besar 83
Neraca Saldo Sebelum Penyesuaian 84
Jurnal Penyesuaian 85
Neraca Saldo Setelah Penyesuaian 85
Jurnal Penutup 86
Jurnal Penutup–LO 86
Jurnal Penutup–LRA 87
Laporan Keuangan 87
Laporan Operasional 87
Laporan Realisasi Anggaran 87
Laporan Perubahan Ekuitas 88
Neraca 88
Laporan Perubahan SAL 89
Laporan Arus Kas 89
Home Office and Branch Office (HOBO) 89
HOBO pada Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual 89
Ilustrasi 1 91
Ilustrasi 2 91
Ilustrasi 3 91
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) 92
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) 94

xi

Prelims.indd 11 24/01/2017 14:45:39


Bab 7  Akuntansi Kas dan Setara Kas   95
Akuntansi Pemerintahan Daerah

Pendahuluan 96
Klasifikasi 96
Jurnal Standar 97
Kas dan Setara Kas saat Bertambah 97
Kas dan Setara Kas saat Berkurang 97
Contoh Kasus 97
Ilustrasi 1  Kas dan Setara Kas Bertambah 97
Ilustrasi 2  Kas dan Setara Kas Bertambah 98
Ilustrasi 3  Kas dan Setara Kas Berkurang 98
Ilustrasi 4  Kas dan Setara Kas Berkurang 99

Bab 8  Sistem Akuntansi Piutang   101


Pendahuluan 102
Klasifikasi 103
Jurnal Standar di SKPD 105
Contoh Kasus di SKPD 106
Piutang Retribusi 106
Penyisihan Piutang SKPD 107
Jurnal Standar di PPKD 108
Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) 108
Dinas Pendapatan Daerah 109
Contoh Kasus di PPKD 109
Ilustrasi 1  Piutang Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 109
Ilustrasi 2  Piutang Transfer Pemerintah Pusat 110
Ilustrasi 3  Piutang Pemerintah Daerah Lainnya 111
Ilustrasi 4  Penyisihan Piutang PPKD 112

Bab 9  Sistem Akuntansi Investasi   113


Pendahuluan 114
Klasifikasi 114
Jurnal Standar 115
Perolehan Investasi 115
Perolehan Investasi Jangka Pendek 115
Perolehan Investasi Jangka Panjang 115
Hasil Investasi 116
Hasil Investasi Jangka Pendek 116
Hasil Investasi Jangka Panjang 117

xii

Prelims.indd 12 24/01/2017 14:45:39


  Daftar Isi
Pelepasan Investasi 119
Pelepasan Investasi Jangka Pendek 119
Pelepasan Investasi Jangka Panjang 119
Contoh Kasus 122
Investasi Jangka Pendek 122
Perolehan Investasi 122
Hasil Investasi 123
Pelepasan Investasi 123
Investasi Jangka Panjang–Metode Biaya 124
Perolehan Investasi 124
Hasil Investasi 124
Pelepasan Investasi 125
Investasi Jangka Panjang–Metode Ekuitas 126
Perolehan Investasi 126
Hasil Investasi 127
Pelepasan Investasi 128
Investasi Jangka Panjang–Metode Nilai Bersih yang Dapat Direalisasikan 129
Perolehan Investasi 129
Hasil Investasi 129
Pelepasan Investasi 130

Bab 10  Sistem Akuntansi Persediaan   131


Pendahuluan 132
Klasifikasi 132
Jurnal Standar 133
Contoh Kasus 135
Ilustrasi Pengakuan Beban Persediaan 135
Ilustrasi Sistem Pencatatan Persediaan 135
Ilustrasi Pengukuran Persediaan 136
Ilustrasi Penilaian Persediaan 137
Ilustrasi Penyajian dan Pengungkapan 138
Ilustrasi Penyajian 138
Ilustrasi Pengungkapan 138

Daftar Pustaka  D_1


Indeks  I_1

xiii

Prelims.indd 13 24/01/2017 14:45:39


Akuntansi Pemerintahan Daerah

xiv

Prelims.indd 14 24/01/2017 14:45:39


Daftar Gambar

Gambar 1.1 Badan Penyusun Standar Akuntansi dan Pelaporan Keuangan di Amerika
Serikat 5
Gambar 1.2 Laporan Keuangan Pokok Pemerintahan Menurut GASB 10
Gambar 1.3 Model Artikulasi Laporan Keuangan Pemerintah Menurut PP Nomor 24
Tahun 2005: Basis Cash toward Accrual 12
Gambar 1.4 Model Artikulasi Laporan Keuangan Pemerintah Menurut PP Nomor 71
Tahun 2010: Basis Akrual 13
Gambar 1.5 Model Pengguna Laporan Keuangan Pemerintah 14
Gambar 1.6 Sistematika Pembahasan Buku Akuntansi Pemerintahan Daerah 17
Gambar 2.1 Pengelolaan Keuangan Daerah 23
Gambar 2.2 Skema Dasar Akuntansi 24
Gambar 2.3 Keterkaitan Teknik Pembukuan dan Dasar Akuntansi 29
Gambar 3.1 Kaitan antara Kebijakan Akuntansi, Standar Akuntansi, Prinsip Akuntansi,
dan PABU 32
Gambar 3.2 Kebijakan Akuntansi 33
Gambar 3.3 Hierarki Kualitas Informasi 39
Gambar 4.1 Proses dan Siklus Anggaran Pemerintah Daerah 48
Gambar 4.2 Siklus Akuntansi 51
Gambar 6.1 Hubungan R/K PPKD dan R/K SKPD pada Pemerintah Daerah 78
Gambar 6.2 Siklus Akuntansi 80
Gambar 6.3 Struktur HOBO pada Pemerintah Daerah di Indonesia 90
Gambar 6.4 Struktur Pengelolaan Kas Pemerintah Daerah 93

xv

Prelims.indd 15 24/01/2017 14:45:39


Akuntansi Pemerintahan Daerah

xvi

Prelims.indd 16 24/01/2017 14:45:40


Daftar Tabel

Tabel 1.1 Perbandingan Tujuan Pelaporan Keuangan Pemerintah dan Organisasi Non-
Profit di Amerika Serikat 8
Tabel 1.2 Perbedaan Laporan Keuangan Pemerintah Menurut Perspektif Anggaran dan
Perspektif Bisnis 9
Tabel 2.1 Elemen Adopsi Dasar Kas menuju Dasar Akrual 26
Tabel 2.2 Manfaat Adopsi Dasar Kas menjadi Dasar Akrual 27
Tabel 4.1 Sistem Akuntansi SKPD dan BUD 47
Tabel 4.2 Jadwal Penyusunan dan Penetapan Anggaran Pemerintah Daerah 50
Tabel 4.3 Perbedaan antara Siklus Anggaran dan Siklus Akuntansi 53
Tabel 5.1 Persamaan Akuntansi Pembentuk Laporan Keuangan Pemerintah 60
Tabel 5.2 Persamaan Akuntansi Pembentuk Laporan Keuangan Pemerintah 72

xvii

Prelims.indd 17 24/01/2017 14:45:40


Akuntansi Pemerintahan Daerah

xviii

Prelims.indd 18 24/01/2017 14:45:40


Bab 1

Pendahuluan

01.indd 1 24/01/2017 14:46:07


MENGAPA AKUNTANSI PEMERINTAHAN DAN
Akuntansi Pemerintahan Daerah

BUKAN AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK?


Istilah dalam buku ini sengaja dipilih Akuntansi Pemerintahan dan bukan Akuntansi
Sektor Publik, dengan alasan:

1. Mayoritas pembahasan di sektor publik adalah pemerintahan, sisanya sedikit


membahas sektor non-profit.
2. Nama standar yang menjadi acuan buku ini adalah Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP). Oleh karena itu, sangat janggal apabila buku ini mengacu kepada SAP tetapi
menggunakan istilah Akuntansi Sektor Publik.
3. Akuntansi pemerintahan dan akuntansi sektor publik memiliki bidang garap masing-
masing, yang mana setiap bidangnya memiliki penekanan sendiri terhadap tujuan
pengajarannya.

KARAKTERISTIK PEMERINTAH DAN ORGANISASI


NON-PROFIT
Bagi sebagian besar pembaca mungkin bertanya-tanya, “mengapa pemerintahan dan
organisasi non-profit menggunakan praktik akuntansi yang sangat berbeda dari organisasi
swasta atau entitas bisnis yang profit-oriented?”
Sebagaimana kita ketahui bahwa organisasi bisnis/swasta merupakan entitas yang
profit-oriented, yaitu organisasi yang mempunyai tujuan menyediakan atau menjual
barang/jasa dengan maksud untuk memperoleh laba yang akan dinikmati oleh para
pemilik atau anggota. Sumber pendanaannya berasal dari investor, kreditur, dan para
anggota. Sedangkan, pemerintah dan organisasi non-profit memiliki tujuan dan layanan
yang berbeda dari entitas bisnis. Tujuan dari pemerintah dan organisasi non-profit adalah
menyediakan layanan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sebagian besar
sumber dana yang diperoleh pemerintah dan organisasi non-profit berasal dari pajak,
donasi/sumbangan, utang, laba perusahaan negara atau daerah, dan sumber lainnya. Sering
kali sulit untuk memperkirakan besarnya keuntungan, manfaat atau imbal balik langsung
bagi masyarakat secara proporsional. Pemerintah sebagai manajemen yang mengelola
keuangan negara memiliki tugas khusus dan dituntut untuk mempertanggungjawabkan
penggunaan sumber-sumber dana tersebut kepada masyarakat selaku pembayar pajak,
donatur, kreditur, dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.
Pada masing-masing negara, ruang lingkup pemerintahan dan organisasi non-profit
berbeda-beda dan tidak ada definisi yang pasti dan komprehensif bagi semua sistem
pemerintahan di setiap negara. Namun yang pasti, pemerintah dan organisasi non-profit di
setiap negara memiliki ruang lingkup dan peranan yang besar dalam pelayanan masyarakat
umum. Contohnya, pemerintahan di Amerika Serikat dibagi menjadi general purpose
governments dan special purpose governments.

a. Pemerintah pusat (states), provinsi (counties), kotamadya (municipalities), termasuk


juga desa, disebut sebagai pemerintahan dengan tujuan umum (general purpose

01.indd 2 24/01/2017 14:46:07


government), yaitu pemerintahan yang menyediakan berbagai macam jenis pelayanan

Bab 1  Pendahuluan
bagi penduduknya (misalnya: layanan perlindungan dari kepolisian, pemadam
kebakaran, sanitasi, pembangunan dan pemeliharaan jalan raya dan jembatan, serta
kesehatan dan kesejahteraan masyarakat).
b. Sekolah, perguruan tinggi dan universitas umum, termasuk dalam contoh kategori
bidang pemerintahan dengan tujuan khusus (special purpose government), yaitu
pemerintahan yang hanya menyediakan atau menangani fungsi yang terbatas
(seperti: pendidikan, drainase dan pengendalian banjir, irigasi, konservasi tanah dan
air serta pengadaan air). Special purpose government ini memiliki kekuasaan untuk
mengenakan dan memungut pajak, serta memperoleh pendapatan dari berbagai
sumber lainnya yang diizinkan oleh hukum pemerintah untuk mendanai layanan-
layanan yang mereka sediakan.

Di Amerika Serikat, organisasi non-profit terdiri dari beberapa bentuk dan melayani
berbagai fungsi yang berbeda-beda, meliputi perguruan tinggi dan universitas-universitas
swasta, berbagai jenis organisasi layanan kesehatan, perpustakaan dan museum, asosiasi
profesi dan perdagangan, organisasi sosial, serta organisasi keagamaan.
Sementara itu, pemerintahan di Inggris diklasifikasikan menjadi departemen-
departemen pemerintah pusat (seperti: pendidikan dan ilmu pengetahuan, transportasi,
kesehatan, lingkungan hidup, energi, keamanan sosial, dan lain-lain); pemerintah
daerah (seperti: countries/kabupaten, regions/provinsi, dan districts/daerah otonom); dan
organisasi di bidang industri nasional (seperti: kereta api, kantor pos, penerbangan, dan
lain-lain).
Pemerintahan di Indonesia sendiri terdiri dari pemerintah pusat dan pemerintah
daerah (termasuk perusahaan negara/daerah). Sedangkan organisasi non-profit terdiri
dari bermacam-macam bentuk, di antaranya organisasi di bidang pendidikan, kesehatan,
dan organisasi-organisasi massa, berbagai LSM, dan lain sebagainya.
Pemerintahan dan organisasi non-profit memiliki perbedaan yang penting dari
organisasi bisnis (swasta), termasuk perbedaan dalam prinsip-prinsip akuntansi dan
pelaporan keuangannya. Dalam Statement of Financial Accounting Concepts Nomor 4,
Financial Accounting Standards Board (FASB) menyatakan beberapa karakteristik yang
membedakan antara pemerintahan dan entitas non-profit dengan organisasi bisnis, antara
lain:

a. Receipts of significant amounts of resources from resource providers who do not


expect to receive either repayment or economic benefits proportionate to the resources
provided.
b. Operating purposes that are other than to provide goods or services at a profit or profit
equivalent.
c. Absence of defined ownership interest that can be sold, transfered, or redeemed, or
that conveyentitlement to a share of a residual distribution of resources in the event of
liquidation of the organization.

Governmental Accounting Standards Board (GASB) membedakan entitas pemerintah


di Amerika Serikat dari entitas non-profit dan dari entitas bisnis dengan memberikan

01.indd 3 24/01/2017 14:46:07


penekanan bahwa keberadaan pemerintah dalam lingkungan di mana kekuasaan tertinggi
Akuntansi Pemerintahan Daerah

berada di tangan rakyat. Selanjutnya, kekuasaan tersebut akan didelegasikan kepada lembaga
eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Negara bagian yang merupakan tingkatan pemerintahan
yang lebih tinggi akan mengawasi aktivitas-aktivitas tingkat pemerintahan yang lebih
rendah. Pendapatan pada masing-masing tingkatan pemerintah diperoleh terutama dari
para pembayar pajak. Masyarakat para pembayar pajak sangat berperan sebagai penyedia
sumber dana bagi pemerintah meskipun kadang mereka tidak memperoleh imbal balik
layanan pemerintah yang proporsional dengan pajak yang mereka bayarkan.
Semenjak pemerintah diperbolehkan memonopoli pelayanan yang mereka sediakan
untuk masyarakat, sulit untuk mengukur efisiensi atas pelayanan tersebut secara tepat.
Selain itu, juga sangat sulit untuk mengukur kuantitas atau kualitas yang optimal bagi
beberapa pelayanan pemerintah, sebagai contoh, sejauh manakah pelayanan polisi
dirasakan cukup oleh masyarakat? GASB juga menyatakan bahwa sulitnya menentukan
kuantitas dan kualitas pelayanan pemerintah yang optimal dikarenakan perolehan sumber
dana tersebut berasal dari pajak yang dikenakan secara wajib dan dipaksakan (bukan
sukarela).
Untuk membedakan, misalnya seorang pelanggan yang membeli sebuah produk
komersial dapat memilih antara kualitas yang bagus, lebih bagus, atau paling bagus.
Pembeli tersebut secara sukarela dapat membayar dengan jumlah yang sesuai dengan
kualitas produk yang diinginkan. Sedangkan dalam pelayanan pemerintah memiliki
situasi yang lebih kompleks. Contohnya, dua orang wajib pajak mungkin membayar pajak
dengan jumlah yang sama besar, tetapi dalam menikmati pelayanan pemerintah bisa
saja berbeda baik secara kuantitas maupun kualitasnya. Misalnya, jika salah satu dari
mereka menyekolahkan anaknya di sekolah umum (negeri), sementara yang lainnya tidak,
berarti yang mendapatkan pelayanan pemerintah adalah yang menyekolahkan anaknya
pada sekolah yang mendapat fasilitas dan subsidi dari pemerintah, sedangkan yang tidak
menyekolahkan anaknya tidak menikmati fasilitas dan layanan tersebut.

LEMBAGA PENYUSUN STANDAR PELAPORAN


KEUANGAN PEMERINTAH
Gambar 1.1 menunjukkan sumber-sumber utama dari standar akuntansi dan pelaporan
keuangan untuk organisasi bisnis dan organisasi non-profit, serta pemerintah pusat dan
pemerintah daerah di Amerika Serikat. GASB dan FASB merupakan badan yang sejajar/setingkat
di bawah pengawasan Financial Accounting Foundation (FAF). FASB menetapkan standar untuk
organisasi bisnis dan organisasi non-profit bukan pemerintahan. GASB menetapkan standar
untuk pemerintah pusat dan pemerintah daerah, termasuk organisasi non-profit pemerintahan.
Sedangkan Federal Accounting Standards Advisory Board (FASAB) menetapkan standar untuk
pemerintah federal, beserta lembaga-lembaga dan departemen-departemennya.
Otoritas untuk menyusun standar akuntansi dan pelaporan bagi organisasi non-profit
dibagi di antara FASB dan GASB karena sejumlah organisasi non-profit (khususnya perguruan
tinggi, universitas, dan rumah sakit) adalah milik pemerintah tetapi sebagian besar di antaranya
merupakan bagian-bagian dari pemerintah yang independen (bukan milik pemerintah). Dengan
demikian, GASB memiliki tanggung jawab untuk menyusun standar akuntansi dan pelaporan

01.indd 4 24/01/2017 14:46:07


keuangan bagi organisasi non-profit milik pemerintah. Sedangkan FASB memiliki tanggung

Bab 1  Pendahuluan
jawab untuk menyusun standar akuntansi dan pelaporan keuangan bagi organisasi non-profit
bukan pemerintah.
Undang-Undang Federal menyerahkan tanggung jawab untuk menyusun dan
mengembangkan struktur keuangan yang sehat/baik bagi pemerintah federal kepada tiga lembaga,
yaitu Comptroller General, Director of the Office Management and Budget, dan Secretary of the
Treasury. Pada tahun 1990, ketiga lembaga tersebut membuat Federal Accounting Standards
Advisory Board (FASAB) atau Badan Penasihat Standar Akuntansi bagi Pemerintah Federal
untuk memberikan rekomendasi terkait prinsip-prinsip dan standar akuntansi bagi pemerintah
federal dan lembaga-lembaganya. Maksudnya, untuk memaksimalkan kemungkinan bahwa
standar akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah federal konsisten atau sesuai dengan
standar akuntansi dan pelaporan keuangan yang disusun oleh GASB dan dapat diaplikasikan
oleh FASB.
American Institute of Certified Public Accountant (AICPA) secara formal menjadikan
GASB, FASAB, dan FASB sebagai badan otoritas untuk menyusun Generally Accepted
Accounting Principles (GAAP) bagi pemerintah pusat dan daerah, pemerintah federal, serta
organisasi bisnis dan organisasi non-profit bukan pemerintah. Singkatnya, GASB adalah
pihak independen yang berwenang untuk merumuskan standar akuntansi pemerintahan
di Amerika Serikat. GASB menetapkan standar pelaporan keuangan untuk pemerintah
pusat dan daerah, termasuk pemerintah kota dan organisasi yang memberikan pelayanan
khusus, seperti: pendidikan, kesehatan, dan lain sebagainya.

Gambar 1.1  Badan Penyusun Standar Akuntansi dan Pelaporan Keuangan di Amerika Serikat

Financial • Comptroller General


Accounting • Director of the Office of
Foundation Management and Budget
• Secretary of the Treasury

Financial Governmental
Accounting Federal Accounting
Accounting
Standards Board Standards Advisory Board
Standards Board
(GASB) (FASAB)
(FASB)

Organisasi- Organisasi- Pemerintah federal,


Organisasi- organisasi Organisasi- beserta lembaga-lembaga
organisasi
organisasi bisnis non-profit bukan organisasi non- dan departemen-
pemerintah pusat
(profit-oriented) pemerintahan profit pemerintahan departemennya
dan daerah

Sumber: Wilson, Earl Ray dan Susan C. Katellus (2004).

01.indd 5 24/01/2017 14:46:08


Sementara itu, ada empat pilar standar akuntansi yang berlaku di Indonesia,
Akuntansi Pemerintahan Daerah

meliputi:

1. Standar Akuntansi Keuangan


Standar Akuntansi Keuangan (SAK) digunakan oleh entitas yang memiliki
akuntabilitas publik signifikan. SAK disusun oleh Dewan Standar Akuntansi
Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) dengan mengadopsi International
Financial Reporting Standards (IFRS).
2. Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK
ETAP)
SAK ETAP digunakan oleh entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan.
SAK ETAP diadaptasi dari International Financial Reporting Standard for Small and
Medium-sized Entities (IFRS for SMEs). Seperti halnya SAK, penyusunan SAK ETAP
merupakan tanggung jawab DSAK IAI.
3. Standar Akuntansi Keuangan Syariah (SAK Syariah)
SAK Syariah digunakan oleh entitas yang melakukan transaksi syariah, baik entitas
syariah maupun entitas konvensional. SAK Syariah disusun oleh Dewan Standar
Akuntansi Syariah menggunakan model pengembangan SAK Konvensional dengan
mengacu kepada fatwa Majelis Ulama Indonesia.
4. Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) digunakan oleh entitas pemerintah, baik
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. SAP disusun oleh Komite Standar
Akuntansi Pemerintahan (KSAP) yang hasil kerjanya dikukuhkan dengan Peraturan
Pemerintah.

SAP merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam penyusunan dan


penyajian laporan keuangan pemerintah. SAP dirumuskan oleh sebuah komite independen
yang disebut Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) yang dibentuk oleh Menteri
Keuangan. Dasar hukum yang memperkuat kedudukan KSAP adalah UU Nomor 17 Tahun
2003 tentang Keuangan Negara dan UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara yang mengamanatkan tugas penyusunan SAP kepada Komite Standar Akuntansi
Pemerintahan (KSAP) dan selanjutnya ditetapkan dengan Keputusan Presiden RI Nomor
84 Tahun 2004.
KSAP terdiri dari Komite Konsultatif Standar Akuntansi Pemerintahan (Komite
Konsultatif) dan Komite Kerja Standar Akuntansi Pemerintahan (Komite Kerja). Komite
Konsultatif bertugas memberi konsultasi dan/atau pendapat dalam rangka perumusan
konsep Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
Komite Kerja bertugas mempersiapkan, merumuskan, dan menyusun konsep Rancangan
Peraturan Pemerintah tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Selanjutnya KSAP
menyampaikan konsep Peraturan Pemerintah tentang Standar Akuntansi Pemerintah
kepada Menteri Keuangan untuk proses penetapan menjadi Peraturan Pemerintah.
KSAP bertujuan meningkatkan akuntabilitas dan keandalan pengelolaan keuangan
pemerintah melalui penyusunan dan pengembangan standar akuntansi pemerintahan,
termasuk mendukung pelaksanaan penerapan standar tersebut. Dalam mencapai tujuan
tersebut, KSAP mengacu pada praktik-praktik terbaik internasional, di antaranya dengan

01.indd 6 24/01/2017 14:46:08


mengadaptasi International Public Sector Accounting Standards (IPSAS) yang diterbitkan

Bab 1  Pendahuluan
oleh International Federation of Accountant (IFAC). Dalam penyusunan SAP, KSAP
menggunakan materi/referensi yang dikeluarkan oleh:

1. International Federation of Accountants (IFA).


2. International Accounting Standards Committee (IASC).
3. International Monetary Fund (IMF).
4. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).
5. Financial Accounting Standard Board (FASB)–Amerika Serikat.
6. Governmental Accounting Standard Board (GASB)–Amerika Serikat.
7. Pemerintah Indonesia, berupa sejumlah regulasi di bidang keuangan negara.
8. Organisasi profesi lainnya di berbagai negara yang membidangi pelaporan keuangan,
akuntansi, dan audit pemerintahan.

Sesuai dengan UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, SAP ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah (terbaru adalah PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan). SAP diterapkan di lingkup pemerintah pusat, pemerintah
daerah, dan satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah, jika menurut
peraturan perundang-undangan satuan organisasi tersebut wajib menyajikan laporan
keuangan.

TUJUAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH


Menurut The Conceptual Framework for General Financial Reporting by Public Sector
Entities (IPSAS, 2015), pelaporan keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi
terkait entitas yang berguna bagi para pengguna laporan keuangan pemerintah dalam
rangka akuntabilitas dan pembuatan keputusan. Tujuan pelaporan keuangan ditentukan
berdasarkan permintaan pengguna dan kebutuhan pengguna atas informasi keuangan.
Dalam Concepts Statement Nomor 1 tentang Tujuan dari Pelaporan Keuangan, GASB
menyatakan bahwa akuntabilitas merupakan tujuan dari pelaporan keuangan pemerintah.
Pemerintah harus menunjukkan akuntabilitasnya dalam mempertanggungjawabkan
kepada masyarakat terkait pengelolaan dan pengalokasian sumber-sumber dana yang
diperoleh. Akuntabilitas pemerintah didasarkan pada kepercayaan bahwa masyarakat
mempunyai hak untuk mengetahui, hak untuk mendapatkan fakta-fakta secara terbuka
dari wakil-wakil rakyat yang telah mereka pilih. Pelaporan keuangan memainkan peranan
penting bagi pemerintah dalam menjalankan tugas-tugas dan pertanggungjawaban kepada
publik dalam suatu lingkungan pemerintahan yang demokratis. Tabel 1.1 menunjukkan
beberapa cara bagaimana laporan keuangan pemerintah pusat dan daerah digunakan
dalam pengambilan keputusan ekonomi, sosial, dan politik, serta penilaian akuntabilitas
di Amerika Serikat.
Konsep akuntabilitas sebagai tujuan dari pelaporan keuangan pemerintahan erat
hubungannya dengan konsep GASB dan apa yang disebut sebagai ekuitas antar-periode
(equity interperiod). Singkatnya, pelaporan keuangan hendaknya dapat membantu para
penggunanya dalam menilai apakah pendapatan pada tahun tersebut mencukupi untuk
mendanai pelayanan-pelayanan yang disediakan pada tahun tersebut dan apakah para

01.indd 7 24/01/2017 14:46:08


wajib pajak di masa depan akan menanggung beban untuk pelayanan-pelayanan yang
Akuntansi Pemerintahan Daerah

telah disediakan sebelumnya.


Dengan terbitnya PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP) di Indonesia, pemerintah pusat maupun pemerintah daerah wajib menyajikan laporan
keuangan dengan mengacu kepada SAP. Tujuan umum laporan keuangan pemerintah
adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas, dan
kinerja keuangan suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam
membuat dan mengevaluasi keputusan terkait alokasi sumber daya.
Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk menyajikan
informasi yang berguna bagi pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas
entitas pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya dengan menyediakan
informasi terkait: (1) perubahan posisi dan penggunaan sumber daya ekonomi, kewajiban,
dan ekuitas dana pemerintah; (2) ketaatan realisasi terhadap anggaran; (3) cara entitas
pelaporan mendanai aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan kasnya; (4) potensi pemerintah
untuk membiayai penyelenggaraan kegiatan pemerintahan; dan (5) evaluasi kemampuan
entitas pelaporan dalam mendanai aktivitasnya.
Pelaporan keuangan juga menyajikan informasi bagi pengguna mengenai: (1) indikasi
apakah sumber daya telah diperoleh dan digunakan sesuai dengan anggaran, dan (2)
indikasi apakah sumber daya diperoleh dan digunakan sesuai dengan ketentuan, termasuk
memenuhi batas anggaran yang telah ditetapkan.

Tabel 1.1  Perbandingan Tujuan Pelaporan Keuangan Pemerintah dan Organisasi Non-Profit di Amerika
Serikat

Pemerintah Negara Bagian dan


Pemerintah Federal Organisasi Non-Profit
Daerah
Pelaporan keuangan digunakan Pelaporan keuangan Laporan keuangan hendaknya
dalam pengambilan keputusan hendaknya dapat membantu menyediakan informasi yang
ekonomi, sosial, dan politik, serta mencapai akuntabilitas berguna dalam:
penilaian akuntabilitas terutama dan dimaksudkan untuk
• Pembuatan keputusan alokasi
dengan: membantu pengguna laporan
sumber daya.
dalam mengevaluasi:
• Membandingkan hasil • Penilaian
keuangan aktual dengan • Integritas anggaran. management stewardship dan
anggaran yang telah ditetapkan. • Kinerja operasi. kinerja.
• Menilai kondisi keuangan dan • Stewardship. • Penilaian sumber-sumber
hasil operasi. • Kesesuaian antara sistem ekonomi, kewajiban, kekayaan
• Menilai kepatuhan keuangan dan pengendalian. bersih, dan perubahan-
yang dihubungkan dengan perubahan di dalamnya.
hukum dan regulasi.
• Penilaian dalam mengevaluasi
efisiensi dan efektivitas.
Sumber: GASB Concepts Statement No. 1, Paragraf Sumber: FASB Statement of Federal Sumber: FASB Concepts Statement No. 4, hlm. 19-
32. Accounting Concepts No. 1, 23.
Paragraf 134.

01.indd 8 24/01/2017 14:46:08


Tabel 1.2  Perbedaan Laporan Keuangan Pemerintah Menurut Perspektif Anggaran dan Perspektif Bisnis

Bab 1  Pendahuluan
Aspek Perbedaan Perspektif Anggaran Perspektif Bisnis
Orientasi waktu Masa depan, tetapi dibatasi oleh Masa lalu (historis), namun
masa lalu dan masa kini. disesuaikan dengan masa kini dan
masa datang.
Model konseptual Pendapatan – Belanja = Defisit Aset = Kewajiban – Ekuitas
atau Surplus
Sistem pencatatan Single entry Double entry
Model pengukuran Budgetary basis Full accrual basis
Dokumen keuangan utama Anggaran dan pelaksanaan Neraca, Laporan Operasional,
anggaran. Laporan Arus Kas.
Pengguna utama dari Pengguna internal: legislatif, Pengguna eksternal: investor dan
informasi keuangan pembuat kebijakan, dan manajer. kreditur.
Frekuensi pelaporan Triwulanan, bulanan, atau sesuai Tahunan kepada publik
dengan permintaan pihak yang
berkepentingan.
Cakupan dokumen keuangan Salah satu bagian dari Pemerintahan secara keseluruhan
pemerintahan.
Sumber: Analisis penulis dari SAP dan IPSAS.

PERBEDAAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAN


LAPORAN KEUANGAN ENTITAS BISNIS (SWASTA)
Laporan keuangan swasta dianggap sebagai model bagi laporan keuangan akuntansi
pemerintah. Sejarah di Amerika Serikat mencatat bahwa pada tahun 1802, Thomas
Jefferson, penulis proklamasi kemerdekaan Amerika Serikat mengatakan bahwa ia “ingin
melihat laporan keuangan Amerika seteliti dan sejelas pembukuan pedagang.”
Menurut Chan (2000), berikut karakteristik pelaporan keuangan swasta.

1. Pemisahan yang jelas antara akuntansi keuangan dan akuntansi manajerial.


2. Sistem double entry pasti digunakan dalam akuntansi keuangan.
3. Basis akrual pasti digunakan dalam akuntansi keuangan.
4. Laporan keuangan konsolidasian secara tahunan dipublikasi sebagai bagian dari
laporan akuntansi keuangan.

Berikut karakteristik pelaporan keuangan pemerintah.

1. Kinerja keuangan adalah bagian dari pelaksanaan anggaran, sehingga akuntansi


merupakan bagian perluasan dari bidang anggaran.
2. Defisit anggaran atau surplus anggaran yang merupakan hasil perbandingan antara
anggaran pendapatan dan anggaran pengeluaran adalah indikator utama terkait
kinerja fiskal pemerintah.

01.indd 9 24/01/2017 14:46:09


3. Proyeksi penerimaan dan pengeluaran kas sangat diperlukan untuk menentukan
Akuntansi Pemerintahan Daerah

kebutuhan defisit keuangan, dan pengawasan terhadap komitmen sangat diperlukan


untuk pengendalian anggaran tersebut.
4. Laporan interim yang tepat harus melingkupi unit atau program di bawah kendali
para pejabat pemerintah.

Tabel 1.2 menyajikan beberapa perbedaan laporan keuangan pemerintah menurut


perspektif anggaran dan perspektif bisnis.

KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH


Sebagai perbandingan, kita perlu mengetahui komponen-komponen laporan keuangan di
Amerika Serikat. Gambar 1.2 menunjukkan laporan keuangan minimal yang harus dipenuhi
dalam pelaporan keuangan eksternal untuk tujuan umum bagi pemerintah di Amerika Serikat
sesuai GASB Statement Nomor 34.
Fokus Gambar 1.2 adalah Management’s Discussion and Analysis (MD&A). GASB
menetapkan laporan keuangan dasar dan informasi tambahan yang dibutuhkan (Required
Supplementary Information—RSI) sesuai tujuan umum pemerintahan. MD&A menyediakan
analisis tujuan atas aktivitas-aktivitas keuangan pemerintah, juga memperbandingkan arus
tahun lalu sebagai dasar informasi pemerintahan yang lebih luas. MD&A digunakan untuk
menganalisis posisi laporan keuangan dan hasil operasi, serta untuk memperbaiki hasil aktivitas
tahun sebelumnya.

Gambar 1.2  Laporan Keuangan Pokok Pemerintahan Menurut GASB

Management’s Discussion and Analysis (MD&A)

Government-Wide Fund Financial


Financial Statements Statements

Notes to the Financial Statements

Required Supplementary Information (RSI)


[selain MD&A]

Sumber: Wilson, Earl Ray dan Susan C. Katellus (2004).

10

01.indd 10 24/01/2017 14:46:09


Laporan keuangan dasar (Basic Financial Statement) terdiri dari Government-Wide Financial

Bab 1  Pendahuluan
Statement dan Fund Financial Statement. Government-Wide Financial Statement dimaksudkan
untuk menyediakan pandangan yang lebih lengkap dan menyeluruh atas aset dan hasil dari
aktivitas-aktivitas keuangan pemerintah. Laporan ini menyajikan laporan pemerintahan secara
utuh dan membantu penilaian akuntabilitas operasi, apakah pemerintah telah menggunakan
sumber-sumber daya yang dimiliki secara efisien dan efektif, serta kesesuaiannya terhadap
tujuan. GASB menyimpulkan bahwa dalam pelaporan akuntabilitas operasi, pendekatan terbaik
adalah dengan menggunakan basis akuntansi dan fokus pengukuran yang secara esensial
sama dengan yang digunakan pada organisasi bisnis, yaitu basis akrual (accrual basis) dengan
fokus pengukuran pada arus sumber daya ekonomi. Fund Financial Statement atau laporan
keuangan dana adalah jenis lain dari laporan keuangan dasar. Laporan keuangan dana ini
membantu dalam penilaian akuntabilitas fiskal, yakni apakah pemerintah telah mendapatkan
dan membelanjakan sumber daya ekonomi yang sesuai dengan rencana anggaran, serta dalam
kepatuhannya dengan hukum dan regulasi yang berlaku. Apakah dana pemerintah lebih fokus
pada arus jangka pendek dari sumber daya ekonomi saat ini daripada arus sumber daya ekonomi
jangka panjang.
Bagi sebagian pengguna yang sangat berkepentingan dengan informasi keuangan
pemerintahan, ada kebutuhan terhadap informasi secara lebih terinci selain yang terdapat
pada MD&A, Basic Financial Statement (Government-Wide Financial Statement dan Fund
Financial Statement), serta RSI. Untuk pemerintah pusat dan daerah, rincian yang lebih lengkap
dapat ditemukan pada Laporan Keuangan Komprehensif Tahunan (Comprehensive Annual
Financial Reports—CAFR). Standar pelaporan dari CAFR ditetapkan dalam GASB Codification
of Governmental Accounting and Financial Reporting Standard, yang mana CAFR seharusnya
memuat bagian pendahuluan (introductory section), bagian keuangan (financial section), dan
bagian statistika (statistical section).
Introductory section terdiri dari beberapa poin, yakni halaman judul dan halaman isi
(letter of transmittal), seperti: nama, alamat, tanda tangan pimpinan eksekutif, dan nama
unit pemerintahannya; dan poin lainnya yang dimiliki/disediakan oleh pihak manajemen.
Financial section sebaiknya mencakup: (1) laporan auditor, (2) MD&A, (3) Basic Financial
Statement (Government-Wide Financial Statement dan Fund Financial Statement), (4) RSI, dan
(5) informasi pelengkap lainnya, seperti: laporan dana kombinasi dan laporan dana individual,
beserta skedul laporannya. Sebagai tambahan, CAFR juga dapat memuat bagian statistika.
Bagian ini secara khusus menyajikan tabel-tabel dan diagram yang menunjukkan data sosial
dan ekonomi, kecenderungan (trend) keuangan, serta kapasitas/kemampuan fiskal pemerintah
secara terinci yang mungkin dibutuhkan oleh para pembaca yang berkepentingan dengan
aktivitas-aktivitas dari unit pemerintahan tersebut.
Di Indonesia (sesuai UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan UU Nomor
1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara), laporan keuangan pemerintah yang pokok
setidak-tidaknya terdiri atas: Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, Laporan Arus Kas
(LAK), dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK). Di samping menyajikan keempat laporan
keuangan pokok tersebut, suatu entitas pelaporan diperkenankan menyajikan Laporan Kinerja
Keuangan Berbasis Akrual dan Laporan Perubahan Ekuitas.

11

01.indd 11 24/01/2017 14:46:09


Akuntansi Pemerintahan Daerah

GAMBAR 1.3 Model Artikulasi Laporan Keuangan Pemerintah Menurut PP Nomor 24 Tahun
2005: Basis Cash toward Accrual

Neraca Laporan Realisasi Anggaran


Aset Kewajiban Pendapatan
Kas di Kas Daerah K. Lancar Belanja
... K. Jk. Panjang Transfer
Aset Tetap Ekuitas Dana Surplus/Defisit
EDL Pembiayaan
EDI Penerimaan Pembiayaan
EDC Pengeluaran Pembiayaan
Pembiayaan Neto
Laporan Arus Kas
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran
A.K dari Aktivitas Operasi
A.K dari Aktivitas Investasi
A.K dari Aktivitas Pendanaan
A.K dari Aktivitas Transitoris Catatan atas Lap Keu
Kenaikan/Penurunan Kas Gambaran Umum
Saldo Kas Awal Kebijakan Akuntansi
Saldo Kas Akhir Penjelasan per Pos Lap Keu

Laporan Perubahan Ekuitas Laporan Kinerja Keuangan

Sumber: PP Nomor 71 Tahun 2010.

Setelah adanya perubahan menjadi PP Nomor 71 Tahun 2010, terdapat perubahan


model menjadi model yang lebih lengkap dalam akuntansi pemerintahan di Indonesia,
yang mana model tersebut menggabungkan antara laporan keuangan finansial dan laporan
anggaran seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 1.4.
Laporan keuangan, terdiri dari:
1. Neraca
2. Laporan Operasional
3. Laporan Perubahan Ekuitas
4. Laporan Arus Kas
5. Catatan atas Laporan Keuangan

Laporan anggaran, terdiri dari:


1. Laporan Realisasi Anggaran
2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih

12

01.indd 12 24/01/2017 14:46:09


Bab 1  Pendahuluan
GAMBAR 1.4 Model Artikulasi Laporan Keuangan Pemerintah Menurut PP Nomor 71 Tahun
2010: Basis Akrual

Neraca Laporan Realisasi Anggaran


Aset Kewajiban Pendapatan
Kas di Kas Daerah K. Lancar Belanja
... K. Jk. Panjang Transfer
Aset Tetap Ekuitas Dana Surplus/Defisit

Laporan Arus Kas Pembiayaan

A.K dari Aktivitas Operasi Penerimaan Pembiayaan

A.K dari Aktivitas Investasi Pengeluaran Pembiayaan

A.K dari Aktivitas Pendanaan Pembiayaan Neto

A.K dari Aktivitas Transitoris Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran

Kenaikan/Penurunan Kas Laporan Perubahan SAL


Saldo Kas Awal Saldo Anggaran Lebih Awal xxx
Saldo Kas Akhir Penggunaan SAL xxx
SiLPA/SiKPA xxx
Laporan Perubahan SAL
Koreksi Kesalahan xxx
Pendapatan
Saldo Anggaran Lebih Akhir xxx
Beban
Surplus/Defisit dari Keg. Non Operasi Laporan Perubahan Ekuitas
Pos Luar Biasa Ekuitas Awal
Surplus/Defisit-LO Surplus/Defisit-LO
Ekuitas Akhir

Catatan Atas LK
Gambaran Umum; Kebijakan Akuntansi; Penjelasan per Pos Laporan Keuangan
Sumber: PP Nomor 71 Tahun 2010.

PENGGUNA LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH


Sebelum reformasi keuangan negara di Indonesia, seorang penyelenggara negara hanya
diminta untuk melaporkan satu jenis laporan saja, yaitu laporan realisasi anggaran ditambah
dengan nota perhitungan anggaran. Sementara itu, sejak berlakunya UU Nomor 17 Tahun
2003, semua Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) diwajibkan melaporkan Laporan
Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan.
Menurut logika sederhana, akan muncul pertanyaan “Untuk apa harus bersusah payah
membuat laporan yang berbeda untuk transaksi dan mata anggaran yang sebenarnya
identik dengan keadaan-keadaan sebelumnya?” Hal inilah yang sebenarnya diharapkan
akan menunjukkan model peningkatan akuntabilitas akuntansi pemerintahan. Lebih rumit

13

01.indd 13 24/01/2017 14:46:09


lagi, PP Nomor 71 Tahun 2010 memberi kewajiban bagi lembaga penyelenggara negara
Akuntansi Pemerintahan Daerah

untuk menyusun 7 laporan keuangan berbasis akrual, yaitu Laporan Realisasi Anggaran,
Laporan Perubahan SAL, Neraca, Laporan Arus Kas, Laporan Operasional, Laporan
Perubahan Ekuitas, dan Catatan atas Laporan Keuangan.

GAMBAR 1.5  Model Pengguna Laporan Keuangan Pemerintah

Tingkat Pemerintahan
Pembayar Penerima
Tingkat Pajak yang Lebih Tinggi
Pajak Jasa

Pemilu dan Pengarahan


Kebijakan Publik Konstituen

Mengangkat

Mengangkat
Badan
Badan
Legislatif
Pengajuan Pengawas
dan Eksekutif
Anggaran dan
Alokasi Kebijakan
Anggaran, Mengawasi
Kebijakan, dan Manajemen
Pengawasan Kepala
Pemerintahan Mengangkat
Administrasi
Implementasi
Kebijakan Pendapatan Bukan Pajak

Pendapatan Pajak Barang dan Jasa


Operasional
Pembiayaan Pemerintah

Tenaga Kerja Remonsasi


Pokok dan Barang dan Jasa
Belanja
Bunga
Investor dan Pegawai
Rekanan
Peminjam Negeri

Sumber: Drebin, Chan, dan Ferguson (1981).

14

01.indd 14 24/01/2017 14:46:10


Model pengguna laporan keuangan pemerintah, menurut Drebin (1981) ada 10 pihak

Bab 1  Pendahuluan
yang terkait dengan aliran dana pajak, yaitu:

1. Eksekutif (management) 6. Penerima jasa (service recipients)


2. Legislatif (legislative bodies) 7. Investor (investors)
3. APIP (oversight bodies) 8. Pemberi hibah (grantors)
4. Pegawai (employees) 9. Pembayar pajak (tax payers)
5. Pemasok (vendors)

Menurut PP 71 Tahun 2010 tentang SAP, berikut klasifikasi pengguna laporan


keuangan.

1. Masyarakat.
2. Wakil rakyat, lembaga pengawas, dan lembaga pemeriksa.
3. Pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan pinjaman.
4. Pemerintah.

MASA DEPAN AKUNTANSI PEMERINTAHAN


Permasalahan yang perlu dikaji saat ini adalah: “Apakah pendidikan akuntansi bagi aparat
pemerintah daerah telah berbasis pada suatu kerangka pendidikan akuntansi yang mampu
mengantisipasi perubahan regulasi keuangan dan akuntansi pemerintahan daerah atau hanya
sekadar memahami regulasi yang ada dan mematuhinya untuk kemudian akan berubah di
masa depan?” Jawaban sementara tentunya adalah pada waktu sekarang ini, pendidikan
akuntansi bagi aparat pemerintah daerah baru pada tahapan memahami regulasi yang ada
dan berusaha mematuhinya. Jika di masa depan ada perubahan regulasi, maka regulasi
akuntansi yang lama dianggap telah mengalami perubahan secara keseluruhan, sehingga
sulit bagi aparat pemerintah daerah untuk mengantisipasi perubahan regulasi tersebut.
Materi buku ini memiliki penekanan pada akuntansi keuangan pemerintah dengan
fokus utama pada pemerintah daerah. Berikut beberapa alasan mengapa fokus pada bidang
akuntansi keuangan.

1. Akuntansi keuangan adalah state of the art dari akuntansi itu sendiri, yang
mana kecanggihan dan reformasi akuntansi ditunjukkan dalam akuntansi
pemerintahan.
2. Materi akuntansi keuangan merupakan materi dasar.
3. Audit laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi keuangan.

MATERI BUKU
Materi buku ini merupakan materi buku tingkat pengantar dan intermediate. Para
pembaca diasumsikan telah memiliki pengetahuan mengenai dasar-dasar akuntansi
swasta. Pengetahuan dasar ini perlu untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam
terhadap materi akuntansi pemerintahan. Materi buku ini sedapat mungkin diupayakan

15

01.indd 15 24/01/2017 14:46:10


menghindari regulasi/perundang-undangan yang bagi beberapa orang menjadi hal yang
Akuntansi Pemerintahan Daerah

cukup menyulitkan.
Materi pembahasan dalam buku Akuntansi Pemerintahan Daerah ini mencakup:

1. Pendahuluan
2. Keuangan Negara dan Akuntansi Pemerintahan
3. Prinsip-Prinsip Akuntansi Pemerintahan
4. Siklus Pengelolaan Keuangan Negara, Anggaran, dan Akuntansi
5. Persamaan Dasar Akuntansi Pemerintahan
6. Siklus Akuntansi dan Konsep Resiprokal
7. Akuntansi Kas dan Setara Kas
8. Sistem Akuntansi Piutang
9. Sistem Akuntansi Persediaan
10. Sistem Akuntansi Investasi
11. Sistem Akuntansi Aset Tetap
12. Sistem Akuntansi Penyusutan Aset Tetap dan Amortisasi Aset Tidak Berwujud
13. Akuntansi Dana Cadangan
14. Sistem Akuntansi Aset Lainnya
15. Sistem Akuntansi Kewajiban
16. Sistem Akuntansi Pembiayaan
17. Sistem Akuntansi Pendapatan
18. Sistem Akuntansi Beban dan Belanja
19. Sistem Akuntansi Transfer
20. Akuntansi Koreksi Kesalahan

Secara sistematis, sistematika pembahasan dalam buku ini dapat digambarkan pada
Gambar 1.6. Masing-masing bab dari buku ini dilengkapi dengan: (1) pertanyaan, (2)
soal, dan (3) tugas. Selain itu, disediakan pula buku tanya jawab akuntansi pemerintahan,
berupa solusi manual atas soal-soal yang ada di buku ini.

UNTUK SIAPA BUKU INI DITULIS?


Buku ini ditulis dengan tujuan untuk membantu pemahaman akuntansi yang selama ini
sering kali dikacaukan dengan anggaran. Anggaran bukanlah akuntansi, dan akuntansi
tidak sama dengan anggaran. Namun, akuntansi dan anggaran di pemerintahan tidak
dapat dipisahkan. Pemahaman akuntansi yang benar akan menuntun kita untuk tidak
terpaku dan terfokus pada regulasi, namun akan mendapatkan pemahaman akuntansi
yang lebih rasional. Buku ini ditujukan bagi:

1. Para Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kabupaten dan Kota yang tugasnya memiliki
kaitan dengan anggaran dan pelaporan Akuntansi Pemerintahan Daerah.
2. Anggota DPRD sebagai wakil rakyat yang akan menganalisis Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah.
3. Mahasiswa Jurusan Akuntansi.
4. Dosen Akuntansi Pemerintahan.
5. Peminat Akuntansi Pemerintahan.

16

01.indd 16 24/01/2017 14:46:10


Bab 1  Pendahuluan
Gambar 1.6  Sistematika Pembahasan Buku Akuntansi Pemerintahan Daerah

Pendahuluan (Bab 1)
Keuangan Negara dan Akuntansi Pemerintahan (Bab 2)
Prinsip-Prinsip Akuntansi Pemerintahan (Bab 3)

Siklus Akuntansi dan Konsep Resiprokal (Bab 6)


Siklus Pengelolaan Keuangan Akuntansi Kas dan Setara Kas (Bab 7)
Negara, Anggaran, dan Sistem Akuntansi Piutang (Bab 8)
Akuntansi (Bab 4) Sistem Akuntansi Persediaan (Bab 9)
Sistem Akuntansi Investasi (Bab 10)
Sistem Akuntansi Aset Tetap (Bab 11)
Sistem Akuntansi Penyusutan Aset Tetap dan Amortisasi
Aset Tidak Berwujud (Bab 12)
Akuntansi Dana Cadangan (Bab 13)
Sistem Akuntansi Aset Lainnya (Bab 14)
Sistem Akuntansi Kewajiban (Bab 15)
Sistem Akuntansi Pembiayaan (Bab 16)
Sistem Akuntansi Pendapatan (Bab 17)
Persamaan Dasar Akuntansi Sistem Akuntansi Beban dan Belanja (Bab 18)
Pemerintahan Sistem Akuntansi Transfer (Bab 19)
(Bab 5) Akuntansi Koreksi Kesalahan (Bab 20)

Buku ini diharapkan akan memberikan wawasan sebagai pengantar memahami


sejumlah regulasi yang berlaku dalam bidang akuntansi pemerintahan daerah. Perlu
diingat bahwa regulasi (seperti: UU dan peraturan lainnya) akan selalu berubah, sehingga
penulis menghimbau agar para pembaca membekali diri dengan ilmu akuntansi agar dapat
mengatasi hambatan dan bekerja secara lebih baik.

17

01.indd 17 24/01/2017 14:46:11


Akuntansi Pemerintahan Daerah

18

01.indd 18 24/01/2017 14:46:11


Bab 2
Keuangan Negara dan
Akuntansi Pemerintahan

19

02.indd 19 24/01/2017 14:46:34


LATAR BELAKANG REFORMASI KEUANGAN NEGARA
Akuntansi Pemerintahan Daerah

Dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, yakni mengacu pada
penerapan prinsip good governance, pemerintah Republik Indonesia telah melakukan
reformasi di bidang pengelolaan/manajemen keuangan negara. Reformasi manajemen
keuangan negara merupakan salah satu agenda yang terus dilaksanakan Pemerintah
Indonesia, baik pada pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Salah satu
pertimbangan yang melatarbelakangi reformasi pengelolaan keuangan negara ini adalah
perubahan sistem pemerintahan.
Otonomi daerah yang dimulai tahun 2001 berdampak pada perubahan hubungan
keuangan antara pusat dan daerah, yang mana sebagian besar urusan fungsi pemerintahan
yang menyangkut pelayanan dasar diserahkan penanganannya kepada pemerintah daerah,
termasuk pengelolaan anggaran yang digunakan untuk belanja atas pelayanan-pelayanan
dasar wajib tersebut. Hal ini mutlak memerlukan suatu metode pengawasan yang memadai.
Salah satu bentuknya adalah adanya keterlibatan masyarakat (stakeholder).
Bentuk reformasi pengelolaan keuangan negara ini, antara lain dilakukan dengan
cara:

a. Penataan peraturan perundang-undangan sebagai landasan hukum.


b. Penataan kelembagaan.
c. Penataan sistem pengelolaan keuangan negara.
d. Pengembangan sumber daya manusia di bidang keuangan.

Untuk melaksanakan reformasi manajemen keuangan negara, baik pada pemerintah


pusat maupun pemerintah daerah diperlukan landasan hukum yang memadai dan andal.
Pada tahun 2004 telah ditetapkan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
dan UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan
Daerah sebagai pengganti UU Nomor 22 Tahun 1999 dan UU Nomor 25 Tahun 1999.
Setelah perubahan tersebut, berikut produk hukum yang mendasari pengelolaan keuangan
negara/daerah.

a. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.


b. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
c. UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara.
d. UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan.
e. UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
f. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah.
g. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.
h. PP Nomor 24 Tahun 2005 dan PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan.
i. PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
j. PP Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi
Pemerintah.

20

02.indd 20 24/01/2017 14:46:35


Tiga undang-undang yang pertama tersebut dikenal sebagai paket undang-undang

Bab 2  Keuangan Negara dan Akuntansi Pemerintahan


di bidang keuangan negara.

LINGKUP MANAJEMEN KEUANGAN NEGARA


Manajemen/pengelolaan keuangan negara, meliputi: penerimaan dan pengeluaran uang
melalui Kas Umum Negara, baik secara objek, subjek, proses, dan tujuan. Fokus pengelolaan
keuangan negara/daerah tidak hanya pada arus kas tetapi juga utang, piutang, dan aset
jangka panjang. Dalam melakukan pengelolaan keuangan tidak hanya memperhatikan
kepentingan satu tahun anggaran tetapi menggunakan perspektif waktu jangka panjang.
Pasal 1 Butir (5) PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
(PKD) mengartikan Keuangan Daerah sebagai “semua hak dan kewajiban daerah dalam
rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk
di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban
daerah tersebut.” Selanjutnya Pasal 2 menyebutkan bahwa pengelolaan keuangan daerah,
mencakup:

a. Hak daerah untuk memungut pajak–retribusi daerah dan melakukan pinjaman.


b. Kewajiban daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah dan membayar
tagihan.
c. Penerimaan daerah.
d. Pengeluaran daerah.
e. Kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain: uang, surat berharga,
piutang, barang, serta hak-hak lain.
f. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah.

ASAS-ASAS DALAM KEUANGAN NEGARA


Dalam rangka pengelolaan keuangan negara, dikenal adanya beberapa asas yang sudah
lazim digunakan selama ini, yaitu:

1. Asas tahunan, artinya membatasi masa berlakunya anggaran untuk suatu tahun
tertentu.
2. Asas universalitas mengharuskan agar setiap transaksi keuangan ditampilkan utuh
dalam dokumen anggaran.
3. Asas spesialitas mewajibkan agar kredit anggaran yang disediakan terinci secara jelas
peruntukannya.
4. Asas kesatuan menghendaki agar semua pendapatan dan belanja negara/daerah
disajikan dalam satu dokumen anggaran.

Selanjutnya, pengelolaan keuangan negara/daerah juga mengadopsi asas-asas baru


yang berasal dari praktik-praktik terbaik yang telah diterapkan di berbagai negara untuk
menjamin terselenggaranya pengelolaan keuangan negara/daerah secara akuntabel dan
transparan.

21

02.indd 21 24/01/2017 14:46:35


Berikut asas-asas yang dimaksud tersebut.
Akuntansi Pemerintahan Daerah

1. Akuntabilitas berorientasi pada hasil


Pemerintah wajib mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan negara,
baik pertanggungjawaban keuangan (financial accountability) maupun
pertanggungjawaban kinerja (performance accountability).
2. Profesionalitas
Keuangan negara harus dikelola secara profesional. Oleh karena itu sumber daya
manusia di bidang keuangan harus profesional, baik di lingkungan Bendahara Umum
Negara/Daerah maupun di lingkungan Pengguna Anggaran/Barang.
3. Proporsionalitas
Sumber daya yang tersedia dialokasikan secara proporsional terhadap hasil yang akan
dicapai. Hal ini diakomodasi dengan diterapkannya prinsip penganggaran berbasis
kinerja.
4. Keterbukaan
Pengelolaan keuangan dilaksanakan secara transparan, baik dalam perencanaan
dan penganggaran, pelaksanaan anggaran, pertanggungjawaban, maupun hasil
pemeriksaan.
5. Pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri
Pemeriksaan atas tanggung jawab dan pengelolaan keuangan negara/daerah
dilakukan oleh badan pemeriksa yang independen, dalam hal ini adalah Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK). Pemeriksaan oleh BPK dilaksanakan sesuai dengan
amanat undang-undang dan hasil pemeriksaan disampaikan langsung kepada
parlemen. Kedudukan BPK terhadap pemerintah adalah independen, dengan kata
lain BPK merupakan auditor eksternal pemerintah.

KEKUASAAN ATAS PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA


Berdasarkan Pasal 6 UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Presiden selaku
kepala pemerintahan adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara. Untuk
membantu Presiden dalam pelaksanaan kekuasaan tersebut maka sebagian wewenang:

a. Dikuasakan kepada Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal dan wakil pemerintah
dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan.
b. Dikuasakan kepada menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/
Pengguna Barang Kementerian/Lembaga yang dipimpinnya.
c. Diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintahan daerah
untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam
kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan.

Menteri Keuangan sebagai pembantu Presiden dalam bidang keuangan pada


hakikatnya adalah Chief Financial Officer (CFO) Pemerintah Republik Indonesia, sementara
setiap menteri/pimpinan lembaga pada hakikatnya adalah Chief Operasional Officer
(COO) untuk suatu fungsi pemerintah tertentu. Secara singkat, proses pendelegasian
wewenang pengelolaan keuangan negara adalah: keuangan negara disahkan oleh DPR

22

02.indd 22 24/01/2017 14:46:35


atau DPRD menjadi UU atau Peraturan Daerah (Perda) → Presiden dan Kepala Daerah

Bab 2  Keuangan Negara dan Akuntansi Pemerintahan


adalah pelaksana UU atau Perda → Presiden mendelegasikan wewenangnya kepada Menteri
Keuangan, sedangkan Kepala Daerah mendelegasikan wewenangnya kepada Sekretaris
Daerah.

KEKUASAAN ATAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH


Pada pemerintah daerah, kekuasaan untuk mengelola keuangan daerah yang diterima
oleh gubernur/bupati/walikota dilaksanakan oleh:

a. Sekretaris Daerah sebagai koordinator dalam pengelolaan keuangan daerah (PP


Nomor 58 Tahun 2005). Sekretaris Daerah bertugas dalam mengoordinasikan
pengelolaan keuangan daerah. Di samping itu, Sekretaris Daerah adalah sebagai
pimpinan tim anggaran pemerintah daerah dan memberikan persetujuan pengesahan
Dokumen Pelaksanaan Anggaran–Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA–SKPD).
b. Satuan kerja pengelola keuangan daerah selaku pejabat pengelola APBD sebagai
CFO.
c. Kepala satuan kerja perangkat daerah selaku pejabat pengguna anggaran/barang
daerah sebagai COO.

Gambar 2.1 merupakan skema pembagian kekuasaan Pengelola Keuangan Daerah


(PKD).

Gambar 2.1  Pengelolaan Keuangan Daerah

CHIEF EXECUTIVE OFFICER


GUBERNUR/
BUPATI/WALIKOTA

SEKRETARIS DAERAH

CHIEF OPERATING OFFICER CHIEF FINANCIAL OFFICER


SKPD PENGGUNA ANGGARAN SKPKD/PPKD/BUD

KUASA PENGGUNA ANGGARAN KUASA BUD

Keterangan:

SKPD: Satuan Kerja Perangkat Daerah PPKD: Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
SKPKD: Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah BUD: Bendahara Umum Daerah

Sumber: UU Nomor 17 Tahun 2003.

23

02.indd 23 24/01/2017 14:46:35


Akuntansi Pemerintahan Daerah

Gambar 2.2  Skema Dasar Akuntansi

Modified Modified
Cash Accrual
Cash Accrual

Sumber: International Federation of Accountant (2002).

PERUBAHAN PARADIGMA AKUNTANSI PEMERINTAHAN


Reformasi dalam keuangan negara di Indonesia erat kaitannya dengan akuntansi
pemerintahan karena aspek akuntansi yang paling terpengaruh oleh reformasi keuangan
negara tersebut adalah akuntansi pemerintahan. Sedangkan aturan yang paling berpengaruh
adalah UU mengenai Keuangan Negara dan Perbendaharaan Negara. Dengan adanya
Peraturan Pemerintah (PP) mengenai Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) maka
lengkap sudah infrastruktur akuntansi dalam pemerintahan, dan tumbuhlah suatu cabang
baru yang membentuk paradigma menjadi suatu bidang kajian yang penulis sebut dengan
akuntansi pemerintahan.
Paradigma merupakan cara pandang terhadap suatu realitas. Seperti halnya reformasi
keuangan negara di Indonesia, paradigma dalam akuntansi pemerintahan pun telah
berubah, dari mekanistik dan birokratik menjadi lebih fleksibel, dinamis, dan lebih bersifat
bisnis. Perubahan yang signifikan ini dapat dielaborasi dalam beberapa aspek. Berikut
aspek akuntansi pemerintahan yang mengalami perubahan signifikan.

Pengakuan dan Pengukuran Dasar Kas menuju Dasar Akrual


Aspek pertama perubahan akuntansi pemerintahan adalah perubahan dari dasar kas
menjadi dasar akrual. Untuk menuju dasar akrual, maka diperlukan masa transisi atau
penyesuaian dengan kondisi masing-masing entitas, tempat akuntansi pemerintahan
diaplikasikan. Studi International Federation of Accountant (IFAC) dan Public Sector
Committee (PSC) mengidentifikasi bahwa antara dasar kas dan dasar akrual terdapat 2
modifikasi yang dapat digunakan, yaitu: (1) dasar modifikasi kas (modified cash basis),
dan (2) dasar modifikasi akrual (modified accrual basis). Gambar 2.2 menunjukkan hal
tersebut secara sistematis.
Transisi antara masing-masing dasar akuntansi berbeda dari satu negara ke negara
lain. Hal ini tergantung dari:

a. Kondisi sosial dan politik negara yang bersangkutan.


b. Dasar akuntansi yang digunakan saat ini.
c. Kualitas dan jangkauan informasi yang tersedia.
d. Sumber daya yang dialokasikan untuk transisi tersebut.
e. Periode waktu yang disediakan untuk transisi menuju dasar akrual.

24

02.indd 24 24/01/2017 14:46:36


Secara teoretis, manfaat dari dasar akrual jauh lebih besar daripada dasar kas. Oleh

Bab 2  Keuangan Negara dan Akuntansi Pemerintahan


karena itu, mengaplikasikan dasar akrual merupakan tujuan dari akuntansi pemerintahan.
Namun demikian perlu dipertimbangkan apakah tujuan akuntansi pemerintahan itu sesuai
dengan tujuan nasional dari masing-masing negara. Jika manfaat yang dihasilkan dari
penerapan dasar akrual lebih kecil daripada biaya yang dikeluarkan untuk penerapan dasar
akrual tersebut, maka dasar modifikasi kas atau modifikasi akrual lebih tepat digunakan
di negara tersebut.

1. Dasar kas (cash basis) adalah dasar akuntansi yang mengakui transaksi dan kejadian
pada saat kas diterima atau dibayarkan. Fokus pengukurannya ada pada saldo kas
dan perubahan saldo kas, yaitu mengukur hasil-hasil keuangan untuk satu periode
dengan membedakan antara kas yang diterima dan kas yang dikeluarkan. Dasar ini
meliputi pembahasan mengenai saldo kas, penerimaan kas, dan pengeluaran kas.
Keterbatasan dasar kas, antara lain adalah:

a. Pemakai laporan keuangan membutuhkan informasi yang lebih kompleks yang


tidak dapat disediakan oleh akuntansi dasar kas.
b. Informasi dasar kas kurang relevan bagi para pengambil keputusan, karena
dasar kas hanya berfokus pada arus kas dan mengabaikan arus sumber daya
lainnya.
c. Akuntansi dasar kas tidak dapat memberikan informasi modal (aset) secara
akurat.
d. Publik mempunyai keterbatasan untuk meminta pertanggungjawaban
pemerintah atas penggunaan sumber daya. Informasi dasar kas berarti
pemerintah mempertanggungjawabkan kas yang digunakan, tetapi tidak
disebutkan pertanggungjawaban atas aset dan kewajiban.

2. Dasar kas modifikasian (modified cash basis) pada dasarnya mirip dengan dasar kas
dalam mengakui transaksi dan kejadian pada saat kas diterima atau dibayarkan,
hanya saja di antara keduanya terdapat beberapa perbedaan. Perbedaan tersebut
antara lain karena pada dasar kas modifikasian:

a. Pembukuan masih dibuka pada akhir periode dengan ditambah suatu jangka
waktu tertentu setelah tahun buku.
b. Penerimaan dan pengeluaran yang terjadi selama periode perpanjangan tersebut,
namun berasal dari transaksi periode sebelumnya diakui sebagai pendapatan
dan pengeluaran dari tahun fiskal sebelumnya.
c. Arus kas pada awal periode pelaporan yang telah dipertanggungjawabkan pada
periode sebelumnya, dikurangkan dari aliran kas periode saat ini.

Terdapat persamaan antara dasar kas dan dasar kas modifikasian, yaitu dalam hal
pengakuan dan pelaporan saldo kas. Hanya saja, dalam dasar kas modifikasian masih
dibuka pembukuan untuk mengakui suatu jumlah yang diterima dan dibayar selama
periode perpanjangan tertentu. Pos-pos dasar kas modifikasian adalah pos-pos dasar
kas termasuk saldo neto jumlah diterima dan dibayar selama periode tertentu yang
terjadi di periode sebelumnya.

25

02.indd 25 24/01/2017 14:46:36


3. Dasar akrual modifikasian (modified accrual basis) mengakui transaksi dan peristiwa
Akuntansi Pemerintahan Daerah

pada saat transaksi atau peristiwa terjadi dan bukan pada saat kas diterima atau
dibayarkan. Perbedaan utama dasar akrual modifikasian dari dasar akrual adalah:

a. Aset fisik dibiayakan (expensed) pada waktu pembelian.


b. Seluruh aset dan kewajiban lainnya diakui seperti dasar akrual.

Elemen-elemen yang diakui dalam dasar akrual modifikasian adalah:

a. Aset-aset keuangan.
b. Kewajiban.
c. Kewajiban bersih/aset-aset keuangan bersih.
d. Pendapatan dan biaya modifikasi akrual.

Dasar akrual modifikasian menyediakan informasi terkait sumber daya, alokasi


sumber daya, dan penggunaan sumber-sumber keuangan bagi para pengguna laporan
keuangan.

4. Dasar akrual (accrual basis) mengakui transaksi dan peristiwa pada saat transaksi
atau peristiwa terjadi, dan bukan saat kas diterima atau dibayarkan. Elemen dasar
akrual adalah aset, kewajiban, laba bersih, pendapatan, dan biaya. Pengukuran
akuntansi akrual berfokus pada pengukuran sumber daya ekonomi dan perubahan
sumber daya tersebut pada suatu entitas. Model pelaporan pada dasar akrual, yaitu:
Laporan Posisi Keuangan (Neraca), Laporan Kinerja Keuangan, dan Laporan Arus
Kas.

Tabel 2.1  Elemen Adopsi Dasar Kas menuju Dasar Akrual

Dasar Modifikasi Dasar Modifikasi Dasar


Keterangan Dasar Kas
Kas Akrual Akrual
Perbedaan pengukuran. Banyak perbedaan Seragam

Jangkauan elemen
laporan keuangan:
Lebih
• Definisi elemen Sederhana
kompleks
• Rincian definisi
elemen
Pentingnya
pertimbangan Sangat
Tidak penting
(judgements) dalam penting
akuntansi.
Biaya untuk
pengembangan dan
pengawasan sistem Murah Mahal
akuntansi (dapat
ditentukan secara tepat).
Sumber: International Federation of Accountant (2002).

26

02.indd 26 24/01/2017 14:46:36


Tabel 2.2  Manfaat Adopsi Dasar Kas menjadi Dasar Akrual

Bab 2  Keuangan Negara dan Akuntansi Pemerintahan


Dasar Dasar Modifikasi
Keterangan Dasar Kas Dasar Akrual
Modifikasi Kas Akrual
Incremental Benefits less benefits more benefits
Improved Decision Making less quality of f.i. more quality of f.i.
Obligation to be Accountable less obligation more obligation
Opportunity Cost not having info having info
Sumber: International Federation of Accountant (2002).

Manfaat-manfaat adopsi dasar kas menjadi akrual dapat dilihat di Tabel 2.2. Biaya
dan manfaat dari masing-masing dasar akuntansi tergantung kepada:

a. Karakteristik dan hakikat suatu entitas.


b. Tipe dan tujuan laporan.
c. Nilai informasi bagi pengguna.
d. Biaya (cost) pengembangan dan pemeliharaan sistem.

Cash toward accruals adalah suatu basis yang menyatakan bahwa pengakuan
pendapatan dan belanja adalah pada saat dikeluarkannya kas; serta pengakuan aset,
kewajiban, dan ekuitas dana dilakukan dengan dasar akrual (pada saat terjadinya peristiwa
atau transaksi). Pengertian dari berbagai variasi transisi antara kas dan akrual adalah
relatif, tergantung pihak yang mengeluarkan definisinya. Untuk akuntansi pemerintahan
di Indonesia, maka pembahasan cash toward accruals akan menjadi lebih relevan. Hal ini
dikarenakan di Indonesia menggunakan istilah ini sebagai transisi menuju penerapan
akrual di tahun 2009. Jika pengertian dasar kas dan dasar akrual tidak diperdebatkan
lagi oleh para ahli akuntansi, lain halnya dengan modifikasi kas dan modifikasi akrual.
Beberapa penulis dan sejumlah referensi menunjukkan penggunaan istilah modifikasi kas
dan modifikasi akrual dengan pengertian yang sangat bervariasi antara satu dengan yang
lain, tergantung pada penerapannya masing-masing.

Teknik Pembukuan Tunggal (Single Entry) menjadi


Pembukuan Berpasangan (Double Entry)
1. Pembukuan tunggal (single entry) adalah tata cara pembukuan dengan mencatat pada
suatu pos laporan keuangan yang terpisah antara satu dengan yang lainnya. Pos-pos
laporan keuangan dalam model pembukuan tunggal hanya dicatat pada suatu pos
saja dalam laporan keuangan dan tidak ada kaitannya antara satu pos dengan pos
yang lain. Teknik pembukuan single entry tidak mengaitkan satu pos dengan pos
yang lain, masing-masing pos dalam laporan keuangan tidak memiliki hubungan
secara matematis dengan pos yang lainnya. Pada umumnya teknik pembukuan
tunggal diterapkan bersama dengan basis kas karena basis kas merupakan basis
yang paling sederhana. Contohnya, sebelum reformasi akuntansi pemerintahan,
semua pencatatan di pemerintahan menggunakan sistem tata buku tunggal. Buku
tunggal yang dimaksud biasanya disebut buku kas umum.

27

02.indd 27 24/01/2017 14:46:36


2. Pembukuan berpasangan (double entry). Pada tahun 1419, Luca Pacioli, ahli
Akuntansi Pemerintahan Daerah

matematika Italia, menerbitkan buku akuntansi pertama tentang sistem pembukuan


berpasangan. Sistem tata buku berpasangan ini merupakan dasar yang kokoh bagi
perkembangan akuntansi karena dalam sistem ini setiap transaksi yang terjadi dicatat
dengan memperlihatkan kedua aspeknya (akun-akun dicatat dengan pasangannya),
sehingga menghasilkan keseimbangan. Sejak digunakannya sistem tata buku
berpasangan dalam akuntansi pemerintahan, setiap pencatatan transaksi harus
dianalisis terlebih dahulu. Analisis dilakukan dengan menghubungkan transaksi
dengan persamaan akuntansi. Rasionalnya setiap transaksi akan memengaruhi
persamaan akuntansi, baik sisi debit (kiri) dan sisi kredit (kanan). Tata buku
berpasangan akan mencatat setiap transaksi di dua buku yang berbeda. Apabila
setiap transaksi langsung dicatat dalam dua atau lebih buku yang berbeda, maka tentu
saja tidak praktis dan akan merepotkan. Untuk meringkas kegiatan tersebut maka
transaksi dianalisis dan hasilnya ditulis dalam bentuk jurnal, debit dan kredit.

Laporan Anggaran dan Laporan Akuntansi


1. Laporan Anggaran. Sebelum reformasi keuangan negara, penyelenggara negara
hanya diminta untuk melaporkan satu jenis laporan saja, yaitu Laporan Realisasi
Anggaran ditambah dengan nota perhitungan anggaran. Laporan Realisasi Anggaran
merupakan laporan yang dihasilkan dari proses atau siklus anggaran (siklus
anggaran akan dijelaskan lebih lanjut di Bab 4). Sementara itu, sejak berlakunya
UU mengenai Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003, semua Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) diwajibkan melaporkan Laporan Realisasi Anggaran,
Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Perubahan ini
diharapkan akan menunjukkan adanya peningkatan akuntabilitas dalam sistem
akuntansi pemerintahan.
2. Laporan Akuntansi merupakan laporan yang dihasilkan dari proses akuntansi (proses
dan siklus akuntansi akan dijelaskan lebih lanjut di Bab 4). Berdasarkan praktik
akuntansi pemerintahan yang berkembang di Indonesia, laporan akuntansi dapat
dihasilkan dari proses akuntansi dan tanpa proses akuntansi.

a. Laporan yang dihasilkan dari proses akuntansi. Laporan ini dihasilkan dari
proses akuntansi, dimulai dari pengidentifikasian bukti transaksi, jurnal, buku
besar, neraca saldo buku besar, dan tersusunnya laporan keuangan. Laporan
jenis pertama inilah yang dapat diaudit, dan kemungkinan akan menghasilkan
laporan audit dengan opini wajar tanpa pengecualian.
b. Laporan yang dihasilkan tanpa proses akuntansi. Laporan ini dihasilkan dengan
menggunakan informasi penerimaan dan pengeluaran kas, serta inventarisasi
aset pada akhir tahun. Informasi aset, kewajiban, dan ekuitas dana dihasilkan
dari informasi yang tidak tersistem.

28

02.indd 28 24/01/2017 14:46:37


Bab 2  Keuangan Negara dan Akuntansi Pemerintahan
Gambar 2.3  Keterkaitan Teknik Pembukuan dan Dasar Akuntansi

Basis Kas Basis Akrual

Single Entry Double Entry

Sumber: Belkaoui, A.R. (1996).

Laporan keuangan yang dihasilkan tanpa proses akuntansi dapat dipastikan tidak
lengkap dan tidak akurat informasinya. Oleh karena itu, UU Perbendaharan Negara
mewajibkan agar laporan keuangan pemerintahan dihasilkan dari proses akuntansi.
Selanjutnya, untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan
keuangan negara, maka laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah harus disusun
menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).
Teknik pembukuan dan dasar akuntansi yang berkaitan dengan keduanya dapat
dikatakan saling mendukung. Single entry mendukung basis kas. Double entry mendukung
basis akrual. Gambar 2.3 mengilustrasikan keterkaitan tersebut. Menurut basis cash
toward accrual yang dianut dalam Standar Akuntansi Pemerintahan Indonesia, baik aset,
kewajiban, maupun ekuitas diakui menggunakan basis akrual. Sementara pendapatan dan
belanja diakui menggunakan basis kas. Basis akrual di sistem akuntansi pemerintahan
Indonesia mengakui transaksi pada saat terjadinya.

29

02.indd 29 24/01/2017 14:46:37


Akuntansi Pemerintahan Daerah

30

02.indd 30 24/01/2017 14:46:37


Bab 3
Prinsip-Prinsip
Akuntansi Pemerintahan

Tujuan bab 3 adalah memberikan pemahaman bagi pembaca terkait prinsip, kerangka konseptual,
standar, dan kebijakan akuntansi pemerintahan di Indonesia. Pembaca diharapkan dapat menganalisis
dan menyintesis keberadaan prinsip, kerangka konseptual, standar, dan kebijakan akuntansi
pemerintahan di Indonesia tersebut dengan perkembangan referensi internasional dan penerapan
praktis dalam kebijakan akuntansi pemerintahan pada laporan keuangan pemerintah Indonesia.
Selesai mempelajari bab ini, Anda diharapkan mampu:

1. Menjelaskan pengertian kerangka konseptual akuntansi pemerintahan.


2. Menjelaskan aspek-aspek penting dalam lingkungan akuntansi pemerintahan yang
perlu dipertimbangkan dalam menentukan tujuan akuntansi dan pelaporan keuangan
pemerintah.
3. Mengetahui entitas pelaporan keuangan pemerintah.
4. Mengetahui pengguna laporan keuangan pemerintah.
5. Menjelaskan tujuan umum pelaporan keuangan pemerintah.
6. Menjelaskan peranan laporan keuangan pemerintah.
7. Menjelaskan asumsi-asumsi dasar dalam pelaporan keuangan pemerintah.
8. Menjelaskan karakteristik kualitatif laporan keuangan pemerintah.
9. Menjelaskan kendala informasi yang relevan dan andal dalam laporan keuangan
pemerintah.
10. Menjelaskan prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan dalam akuntansi pemerintahan.
11. Menjelaskan pengakuan dan pengukuran unsur laporan keuangan.
12. Menjelaskan esensi Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang berbasis cash toward
accrual.

31

03.indd 31 24/01/2017 14:47:01


PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI PEMERINTAHAN,
Akuntansi Pemerintahan Daerah

KERANGKA KONSEPTUAL, STANDAR AKUNTANSI


PEMERINTAHan, DAN KEBIJAKAN AKUNTANSI
Prinsip-prinsip dalam akuntansi pemerintahan adalah keseluruhan konsep, ketentuan,
cara, prosedur, metode, dan teknik yang tersedia, baik di Indonesia maupun di dunia
Internasional, baik secara teoretis maupun praktis, untuk mencatat, mengklasifikasi,
mengikhtisarkan, menyesuaikan, melaporkan, dan menganalisis transaksi keuangan
pemerintah. Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan merupakan konsep dasar
dalam penyusunan Standar Akuntansi Pemerintahan yang bersumber dari Prinsip-
Prinsip Akuntansi yang Berterima Umum (PABU). Kerangka konseptual ditetapkan
bersama Standar Akuntansi Pemerintahan dan menjadi pedoman penyusunan standar
akuntansi.

Gambar 3.1  Kaitan antara Kebijakan Akuntansi, Standar Akuntansi, Prinsip Akuntansi, dan
PABU

Prinsip-prinsip akuntansi Ketentuan/praktik yang tidak


(accounting principles): diatur dalam standar akuntansi, termasuk
semua konsep, ketentuan, prosedur, metode, peraturan pemerintah atau badan lain,
dan teknik yang tersedia, baik secara teoretis kebiasaan, dan konvensi.
maupun praktis.

Standar akuntansi (accounting standards) Praktik-praktik sehat (sound practices)

Prinsip-Prinsip Akuntansi yang Berterima Umum

Kerangka Konseptual dan Standar Akuntansi

Entitas akuntansi pemerintah mempertimbangkan PABU dan


memilih kebijakan akuntansi

Kebijakan akuntansi (accounting policy):


konsep, ketentuan, prosedur, metode, teknik yang secara praktis digunakan oleh entitas akuntansi
untuk mencatat, mengklasifikasi, mengikhtisarkan, menyesuaikan, melaporkan, dan menganalisis
transaksi keuangan suatu entitas akuntansi pemerintah.

Sumber: Suwardjono (2005).

32

03.indd 32 24/01/2017 14:47:02


Standar Akuntansi Pemerintahan adalah konsep, ketentuan, cara, prosedur, metode,

Bab 3  Prinsip-Prinsip Akuntansi Pemerintahan


dan teknik yang tersedia, baik di Indonesia maupun di dunia Internasional, baik secara
teoretis maupun praktis untuk mencatat, mengklasifikasi, mengikhtisarkan, menyesuaikan,
melaporkan, dan menganalisis transaksi keuangan pemerintah yang telah dipilih dan
ditetapkan oleh badan/lembaga yang berwenang untuk menyusun standar dan selanjutnya
dikodifikasi menjadi standar.
Meskipun dinyatakan bahwa kerangka konseptual merupakan basis untuk
penyusunan standar akuntansi, namun terdapat kemungkinan standar akuntansi
menyimpang dari kerangka konseptual. Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan
di Indonesia menyatakan apabila ada pertentangan dengan kerangka konseptual akuntansi,
maka yang digunakan sebagai acuan adalah standar akuntansi. Sebagai ilustrasi, dalam
kerangka konseptual dinyatakan bahwa aset diakui berdasarkan nilai historis, namun
pengakuan persediaan dalam neraca pemerintah menggunakan nilai pembelian terakhir.
Ketidaksesuaian ini menunjukkan bahwa yang didahulukan dalam praktik akuntansi
pemerintah adalah standar akuntansi di atas kerangka konseptual. Sementara kebijakan
akuntansi adalah konsep, ketentuan, cara, prosedur, metode, dan teknik yang dipilih dari
PABU, kerangka konseptual, standar akuntansi, atau praktik-praktik sehat yang digunakan
dan dipilih oleh suatu entitas, untuk selanjutnya ditetapkan sebagai kerangka penyusunan
laporan keuangan pada periode tertentu.

Gambar 3.2  Kebijakan Akuntansi

PABU

Kerangka Kebijakan Standar


Konseptual Akuntansi Akuntansi

Praktik-Praktik
Sehat (Sound
Practices)

Sumber: Suwardjono (2005).

33

03.indd 33 24/01/2017 14:47:03


Pemerintah merupakan lembaga yang secara khusus memiliki sejarah tersendiri
Akuntansi Pemerintahan Daerah

dalam pengembangan prinsip-prinsip pemerintahannya. Di Amerika Serikat,


pengembangan prinsip-prinsip akuntansi pemerintahan sejajar dan berkembang sejalan
dengan perkembangan dalam bidang akuntansi swasta. Namun meskipun perkembangan
akuntansi di Amerika Serikat cukup berkembang pesat, pengembangan akuntansi di
Indonesia masih terlihat stagnan. Menurut ICW (1927), hal ini karena keberadaan undang-
undang yang menghambat perkembangan akuntansi, yang mana mewajibkan negara untuk
menerapkan stelsel kas dalam pengelolaan keuangan negara. Akuntansi pemerintahan
di Indonesia baru berkembang setelah ditetapkannya UU No. 17 Tahun 2003 tentang
Kewajiban Menggunakan Basis Akrual dalam Pelaporan Keuangan Negara.

KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI


PEMERINTAHAN
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan merupakan prinsip-prinsip yang
mendasari penyusunan dan pengembangan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).
Kerangka konseptual merumuskan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian
laporan keuangan, baik untuk pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Kerangka
konseptual merupakan acuan dan rujukan penting bagi penyusun standar yang disebut
sebagai Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP), penyusun laporan keuangan,
pemeriksa laporan keuangan, dan para pengguna laporan keuangan dalam mencari solusi
atas permasalahan akuntansi yang mungkin belum dinyatakan dalam SAP.

LINGKUNGAN AKUNTANSI PEMERINTAHAN


Sebagaimana dijelaskan dalam Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan, lingkungan
operasional organisasi pemerintah berpengaruh terhadap karakteristik tujuan akuntansi
dan pelaporan keuangannya. Berikut disajikan beberapa aspek penting dari lingkungan
pemerintahan yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan tujuan akuntansi dan
pelaporan keuangannya.

1. Ciri utama struktur pemerintahan dan pelayanan yang diberikan.

a. Bentuk umum pemerintahan dan pemisahan kekuasaan.


Pihak eksekutif menyusun anggaran dan menyampaikannya kepada pihak
legislatif untuk mendapatkan persetujuan. Selanjutnya, setelah mendapat
persetujuan, pihak eksekutif melaksanakannya dalam batas-batas apropriasi
dan ketentuan perundang-undangan yang terkait dengan apropriasi tersebut.
Pihak eksekutif bertanggung jawab atas penyelenggaraan keuangan tersebut
kepada pihak legislatif dan publik (masyarakat).
b. Sistem pemerintahan otonomi dan transfer pendapatan antarpemerintah.
Tiga lingkup pemerintahan di Indonesia, yaitu: pemerintah pusat, pemerintah
provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota. Pemerintah yang menghasilkan
pendapatan (baik dari pajak maupun bukan pajak) yang lebih besar akan

34

03.indd 34 24/01/2017 14:47:03


menggunakan sistem bagi hasil, alokasi dana umum, hibah, atau subsidi antar-

Bab 3  Prinsip-Prinsip Akuntansi Pemerintahan


entitas pemerintahan.
c. Adanya pengaruh proses politik.
Salah satu ciri yang penting dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat dan
keseimbangan fiskal adalah berlangsungnya proses politik untuk menyelaraskan
berbagai kepentingan yang ada di masyarakat.
d. Hubungan antara pembayaran pajak dan pelayanan pemerintah.
Sering kali efisiensi pelayanan yang diberikan pemerintah dengan pungutan
yang digunakan untuk pelayanan tersebut sulit diukur. Hal ini dikarenakan
keterkaitannya dengan monopoli pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah.
Pengukuran kualitas dan kuantitas berbagai pelayanan yang diberikan oleh
pemerintah merupakan hal yang relatif sulit untuk dilakukan.

2. Ciri keuangan pemerintah yang penting bagi pengendalian.

a. Anggaran sebagai pernyataan kebijakan publik, target fiskal, dan alat


pengendalian.
Fungsi anggaran di lingkungan pemerintah mempunyai pengaruh penting
dalam akuntansi dan pelaporan keuangan, antara lain karena:

1) Anggaran merupakan pernyataan kebijakan publik.


2) Anggaran merupakan target fiskal yang menggambarkan keseimbangan
antara belanja, pendapatan, dan pembiayaan yang diinginkan.
3) Anggaran menjadi landasan pengendalian yang memiliki konsekuensi
hukum.
4) Anggaran memberi landasan penilaian terhadap kinerja pemerintah.
5) Hasil pelaksanaan anggaran dituangkan dalam laporan keuangan pemerintah
sebagai pernyataan pertanggungjawaban pemerintah kepada publik.

b. Investasi dalam aset yang tidak langsung menghasilkan pendapatan.


Fungsi aset bagi pemerintah berbeda dengan fungsinya bagi organisasi komersial.
Pemerintah menginvestasikan dana yang besar dalam bentuk aset yang tidak
secara langsung menghasilkan pendapatan bagi pemerintah, seperti gedung
perkantoran, jembatan, jalan, taman, dan kawasan konservasi. Sebagian besar
aset tersebut tidak menghasilkan pendapatan secara langsung bagi pemerintah,
bahkan menimbulkan komitmen pemerintah untuk memeliharanya secara
berkelanjutan di masa mendatang.

c. Kemungkinan penggunaan akuntansi dana untuk tujuan pengendalian.


Akuntansi dana (fund accounting) merupakan sistem akuntansi dan pelaporan
keuangan yang lazim diterapkan di lingkungan pemerintah dengan memisahkan
kelompok dana menurut tujuannya, sehingga masing-masing kelompok dana
merupakan entitas akuntansi yang mampu menunjukkan keseimbangan
antara belanja dan pendapatan atau transfer yang diterima. Akuntansi dana
dapat diterapkan untuk tujuan pengendalian masing-masing kelompok dana
selain kelompok dana umum (general fund), sehingga perlu dipertimbangkan
pengembangannya dalam pelaporan keuangan pemerintah.

35

03.indd 35 24/01/2017 14:47:03


ENTITAS PELAPORAN DAN PENGGUNA LAPORAN
Akuntansi Pemerintahan Daerah

KEUANGAN PEMERINTAH
Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas
akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan
laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan. Entitas pelaporan yang dimaksud
terdiri dari:

1. Pemerintah pusat.
2. Pemerintah daerah.
3. Satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah atau organisasi lainnya,
jika menurut peraturan perundang-undangan, satuan organisasi tersebut wajib
menyajikan laporan keuangan.

Kelompok utama pengguna laporan keuangan pemerintah, antara lain:

1. Masyarakat.
2. Para wakil rakyat, lembaga pengawas, dan lembaga pemeriksa.
3. Pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan pinjaman.
4. Pemerintah.

TUJUAN DAN PERANAN PELAPORAN KEUANGAN


PEMERINTAH
Tujuan umum pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk menyajikan informasi yang
bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan
ekonomi, sosial, maupun politik. Untuk memenuhi tujuan tersebut, laporan keuangan
menyediakan informasi mengenai pendapatan, belanja, transfer, dana cadangan,
pembiayaan, aset, kewajiban, ekuitas dana, dan arus kas suatu entitas pelaporan yang
dituangkan dalam empat laporan keuangan pokok, yaitu: Laporan Realisasi Anggaran
(LRA), Neraca, Laporan Arus Kas (LAK), dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
Pelaporan keuangan oleh entitas pelaporan memiliki beberapa peranan, di antaranya
untuk kepentingan:

1. Akuntabilitas
Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya dan pelaksanaan kebijakan
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Manajemen
Memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan, dan pengendalian atas seluruh aset,
kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah.
3. Transparansi
Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat
(stakeholders).

36

03.indd 36 24/01/2017 14:47:03


4. Keseimbangan antargenerasi (intergenerational equity).

Bab 3  Prinsip-Prinsip Akuntansi Pemerintahan


Memberikan informasi mengenai kecukupan penerimaan pemerintah untuk
membiayai seluruh pengeluaran dan apakah generasi yang akan datang ikut
menanggung beban pengeluaran tersebut.

ASUMSI DASAR PELAPORAN KEUANGAN


PEMERINTAH
Asumsi dasar dalam pelaporan keuangan adalah anggapan yang diterima sebagai suatu
kebenaran tanpa perlu dibuktikan agar standar akuntansi dapat diterapkan, yang terdiri
dari:

1. Asumsi kemandirian entitas.


Setiap unit organisasi dianggap sebagai unit yang mandiri dan mempunyai kewajiban
untuk menyajikan laporan keuangan. Salah satu indikasi terpenuhinya asumsi ini
adalah adanya kewenangan entitas untuk menyusun anggaran dan melaksanakannya
dengan tanggung jawab penuh.
2. Asumsi kesinambungan entitas.
Laporan keuangan disusun dengan asumsi bahwa entitas pelaporan akan berlanjut
keberadaannya. Dengan demikian, pemerintah diasumsikan tidak bermaksud
melakukan likuidasi atas entitas pelaporan dalam jangka pendek.
3. Asumsi keterukuran dalam satuan uang (monetary measurement).
Laporan keuangan entitas pelaporan harus menyajikan setiap kegiatan yang
diasumsikan dapat dinilai dengan satuan uang. Hal ini diperlukan agar memungkinkan
dilakukannya analisis dan pengukuran dalam akuntansi.

KARAKTERISTIK KUALITATIF LAPORAN KEUANGAN


Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu
diwujudkan dalam informasi akuntansi agar laporan keuangan dapat memenuhi tujuannya.
Berikut beberapa hal yang menjadi prasyarat normatif yang diperlukan agar laporan
keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang diinginkan.

1. Relevan
Relevan artinya informasi yang terdapat dalam laporan keuangan sesuai dengan
maksud/kepentingan para penggunanya, serta berguna dalam proses pengambilan
keputusan. Informasi dikatakan relevan apabila:

a. Memiliki manfaat umpan balik (feedback value).


b. Memiliki manfaat prediktif (predictive value).
c. Tepat waktu.
d. Penyajiannya selengkap mungkin.

37

03.indd 37 24/01/2017 14:47:03


2. Andal
Akuntansi Pemerintahan Daerah

Laporan keuangan dikatakan andal apabila informasi yang terdapat di dalamnya


tidak menyesatkan dan bebas dari kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara
jujur, serta dapat diverifikasi (diuji). Informasi dikatakan andal apabila memenuhi
karakteristik:

a. Penyajian jujur.
b. Dapat diverifikasi (verifiability).
c. Netralitas.
3. Dapat dibandingkan
Informasi dalam laporan keuangan dapat dibandingkan dengan laporan keuangan
periode sebelumnya atau laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya.
Perbandingan dapat dilakukan secara internal maupun eksternal.
4. Dapat dipahami
Sedapat mungkin penyajian informasi dalam laporan keuangan dapat dipahami
oleh para pengguna. Informasi tersebut dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang
disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna.

KENDALA INFORMASI YANG RELEVAN DAN ANDAL


Untuk mencapai kondisi yang ideal dalam mewujudkan informasi akuntansi dan laporan
keuangan yang relevan dan andal sering kali terdapat beberapa kendala dikarenakan
keterbatasan (limitation) ataupun alasan kepraktisan. Berikut hal-hal yang menimbulkan
kendala dalam informasi akuntansi dan laporan keuangan pemerintah.

1. Materialitas.
Laporan keuangan pemerintah harus memuat informasi yang memenuhi kriteria
materialitas. Suatu informasi dikatakan material apabila kelalaian atau kesalahan
dalam penyajian informasi tersebut akan berpengaruh pada keputusan ekonomi
yang diambil para penggunanya.
2. Pertimbangan biaya dan manfaat.
Biaya yang dikeluarkan dalam penyusunan/penyajian informasi dalam laporan
keuangan harus lebih kecil dari manfaat yang dapat diperoleh atas informasi tersebut.
Oleh karena itu, laporan keuangan pemerintah tidak semestinya menyajikan segala
informasi yang manfaatnya lebih kecil dari biaya penyusunannya.
3. Keseimbangan antarkarakteristik kualitatif.
Keseimbangan antarkarakteristik kualitatif diperlukan untuk mencapai suatu
keseimbangan yang tepat di antara berbagai tujuan normatif yang diharapkan dari
laporan keuangan pemerintah.

38

03.indd 38 24/01/2017 14:47:03


Bab 3  Prinsip-Prinsip Akuntansi Pemerintahan
Gambar 3.3  Hierarki Kualitas Informasi

Pengambilan Keputusan
1 beserta Karakteristiknya

2 Benefit > Kos

3 Keterpahaman

4 Kebermanfaatan Keputusan

KEBERPAUTAN KETERANDALAN
5

Nilai Balikan Ketepatwaktuan Keterujian Ketepatan


Penyimbolan
Nilai Prediktif Kenetralan

Keterbandingan/Ketaatasasan

6 Materialitas

Sumber: Suwardjono (2005).

PRINSIP AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN


Para pembuat standar akuntansi, penyelenggara akuntansi dan pelaporan keuangan, serta
para pengguna laporan keuangan hendaknya dapat memahami dan menaati ketentuan
atau prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan. Berikut merupakan delapan prinsip yang
digunakan dalam akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah.

1. Basis akuntansi
Basis akuntansi merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang menentukan kapan
pengaruh atas transaksi atau kejadian harus diakui untuk tujuan pelaporan keuangan.
Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah adalah basis kas
(cash basis) untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam Laporan
Realisasi Anggaran (LRA) dan basis akrual (accrual basis) untuk pengakuan aset,
kewajiban, dan ekuitas dalam Neraca.
Dalam akuntansi berbasis kas, transaksi ekonomi dan kejadian lain diakui ketika
kas diterima dari kas pemerintah (Kas Umum Negara/Kas Umum Daerah) atau
dibayarkan dari kas pemerintah (Kas Umum Negara/Kas Umum Daerah). Sementara
dalam akuntansi berbasis akrual, transaksi ekonomi dan peristiwa-peristiwa lain
diakui pada saat terjadinya transaksi/peristiwa tersebut, bukan pada saat kas atau
setara kas diterima atau dibayarkan.

39

03.indd 39 24/01/2017 14:47:04


Entitas pelaporan yang menyajikan laporan kinerja keuangan diperkenankan
Akuntansi Pemerintahan Daerah

untuk menyelenggarakan akuntansi dan penyajian laporan keuangan dengan


menggunakan basis akrual sepenuhnya (fully accrual basis), baik dalam pengakuan
pendapatan, belanja, dan pembiayaan maupun dalam pengakuan aset, kewajiban, dan
ekuitas dana. Namun, entitas pelaporan tersebut tetap menyajikan Laporan Realisasi
Anggaran (LRA) berdasarkan basis kas. Rekonsiliasi dari LRA berbasis akrual ke
LRA berbasis kas wajib disajikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK),
yang mana sesuai amanat UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan
UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, pemerintah diwajibkan
menerapkan basis akuntansi akrual secara penuh atas pengakuan dan pengukuran
pendapatan dan belanja negara paling lambat tahun anggaran 2008.
2. Prinsip nilai historis (historical cost)
Dalam laporan keuangan, pencatatan aset dan kewajiban berdasarkan nilai
historisnya. Aset dicatat sebesar pengeluaran kas dan setara kas yang dibayar atau
sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration) untuk memperoleh aset tersebut pada
saat perolehan. Kewajiban dicatat sebesar jumlah kas dan setara kas yang diharapkan
akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban tersebut di masa yang akan datang.
Nilai historis lebih dapat diandalkan daripada penilaian yang lain karena lebih
objektif dan dapat diverifikasi. Apabila tidak terdapat nilai historis dapat digunakan
nilai wajar.
3. Prinsip realisasi (realization)
Dalam akuntansi komersial digunakan prinsip yang disebut penandingan antara
biaya dengan pendapatan (matching-cost against revenue principle) pada suatu
periode akuntansi. Berbeda dengan akuntansi komersial, akuntansi pemerintahan
menggunakan prinsip realisasi. Dalam arti pendapatan yang tersedia dan telah
diotorisasikan melalui anggaran pemerintah pada suatu tahun fiskal akan digunakan
(direalisasikan) untuk membayar utang dan belanja dalam periode tersebut.
4. Prinsip substansi mengungguli bentuk formal (substance over form)
Informasi dimaksudkan untuk menyajikan transaksi dan peristiwa lain yang
seharusnya disajikan secara wajar, agar transaksi atau peristiwa lain tersebut dapat
dicatat dan disajikan sesuai substansi dan realitas ekonomi, bukan hanya pada aspek
formalitasnya saja. Apabila substansi transaksi atau peristiwa lain tidak konsisten/
berbeda dengan aspek formalitasnya, maka hal tersebut harus diungkapkan dengan
jelas dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
5. Prinsip periodisitas (periodicity)
Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan entitas pelaporan perlu dibagi menjadi
periode-periode pelaporan, sehingga kinerja entitas dapat diukur dan posisi
sumber daya yang dimilikinya dapat ditentukan. Periode utama yang digunakan
adalah tahunan. Namun, periode bulanan, triwulanan, dan semesteran juga dapat
dianjurkan.
6. Prinsip konsistensi (consistency)
Perlakuan akuntansi yang sama diterapkan pada kejadian yang serupa dari periode
ke periode oleh suatu entitas pelaporan (prinsip konsistensi internal). Hal ini tidak
berarti bahwa tidak boleh terjadi perubahan dari satu metode akuntansi ke metode
akuntansi yang lain. Metode akuntansi yang digunakan dapat diubah dengan syarat

40

03.indd 40 24/01/2017 14:47:04


bahwa metode baru yang diterapkan mampu memberikan informasi yang lebih baik

Bab 3  Prinsip-Prinsip Akuntansi Pemerintahan


dibandingkan metode yang lama. Pengaruh atas perubahan penerapan metode ini
diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
7. Prinsip pengungkapan lengkap (full disclosure)
Laporan keuangan menyajikan secara lengkap informasi yang dibutuhkan oleh
pengguna. Informasi yang dibutuhkan oleh pengguna laporan keuangan dapat
ditempatkan pada lembar muka (on the face) laporan keuangan atau Catatan atas
Laporan Keuangan (CaLK).
8. Prinsip penyajian wajar (fair presentation)
Laporan keuangan menyajikan dengan wajar Laporan Realisasi Anggaran, Neraca,
Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Faktor pertimbangan sehat
bagi penyusun laporan keuangan diperlukan ketika menghadapi ketidakpastian
peristiwa dan keadaan tertentu. Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-
hatian pada saat melakukan perkiraan dalam kondisi ketidakpastian, sehingga
aset atau pendapatan tidak dinyatakan terlalu tinggi, sementara kewajiban tidak
dinyatakan terlalu rendah, sehingga laporan keuangan menjadi tidak netral dan
tidak andal.

PENGAKUAN DAN PENGUKURAN UNSUR LAPORAN


KEUANGAN
Pengakuan dalam akuntansi adalah proses penetapan terpenuhinya kriteria pencatatan
suatu kejadian atau peristiwa dalam catatan akuntansi agar dapat menjadi bagian yang
melengkapi unsur dalam laporan keuangan (seperti aset, kewajiban, ekuitas dana,
pendapatan, belanja, dan pembiayaan). Berikut kriteria pengakuan yang perlu dipenuhi
oleh suatu kejadian atau peristiwa.

1. Besarnya kemungkinan manfaat ekonomi yang terjadi di masa depan.


2. Kejadian atau peristiwa tersebut mempunyai nilai/biaya yang dapat diukur atau
diestimasi dengan andal.
3. Adanya pertimbangan terhadap aspek materialitas.

Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui dan menyertakan
setiap pos dalam laporan keuangan. Pengukuran pos-pos dalam laporan keuangan
menggunakan nilai perolehan historis, yang mana pengukuran pos-pos laporan keuangan
tersebut menggunakan mata uang rupiah. Transaksi yang menggunakan mata uang asing
dikonversi terlebih dahulu dan dinyatakan dalam mata uang rupiah.

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN


Suatu standar akuntansi diturunkan dari kerangka konseptual. Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam
penyusunan dan penyajian laporan keuangan pemerintah. SAP dirumuskan oleh sebuah
komite independen yang disebut Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP), yang

41

03.indd 41 24/01/2017 14:47:04


mana SAP ini dinyatakan dalam bentuk Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
Akuntansi Pemerintahan Daerah

(PSAP) yang menyajikan secara terperinci elemen-elemen standar akuntansi dalam


pemerintahan.
Saat ini PSAP yang telah ditetapkan oleh KSAP adalah sebagai berikut:

1. PSAP Nomor 1 tentang Penyajian Laporan Keuangan.


2. PSAP Nomor 2 tentang Laporan Realisasi Anggaran.
3. PSAP Nomor 3 tentang Laporan Arus Kas.
4. PSAP Nomor 4 tentang Catatan atas Laporan Keuangan.
5. PSAP Nomor 5 tentang Akuntansi Persediaan.
6. PSAP Nomor 6 tentang Akuntansi Investasi.
7. PSAP Nomor 7 tentang Akuntansi Aset Tetap.
8. PSAP Nomor 8 tentang Akuntansi Konstruksi dalam Pengerjaan.
9. PSAP Nomor 9 tentang Akuntansi Kewajiban.
10. PSAP Nomor 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, dan
Peristiwa Luar Biasa.
11. PSAP Nomor 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian.

Dalam upaya memudahkan pemahaman dan penerapannya, diterbitkan pula


Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (IPSAP) dan Buletin Teknis.
IPSAP adalah klarifikasi, penjelasan, dan uraian lebih lanjut atas PSAP. Sementara Buletin
Teknis adalah informasi yang memberikan arahan dan pedoman dalam mengatasi masalah-
masalah akuntansi dan pelaporan keuangan yang timbul. Sesuai dengan UU Nomor 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, SAP ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
(terbaru adalah PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan).
SAP diterapkan di lingkup pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan satuan organisasi
di lingkungan pemerintah pusat/daerah, jika menurut peraturan perundang-undangan
satuan organisasi tersebut wajib menyajikan laporan keuangan.

42

03.indd 42 24/01/2017 14:47:04


Bab 4
Siklus Pengelolaan
Keuangan Negara,
Anggaran, dan Akuntansi

Secara umum dalam bab ini pembaca diharapkan dapat memahami siklus anggaran dan siklus akuntansi
dalam pemerintahan di Indonesia. Pembaca juga diharapkan mampu mendeskripsikan, menganalisis,
dan menyintesis model ringkas pelaporan pemerintah, baik laporan anggaran maupun laporan akuntansi
dalam memahami kompleksitas yang ditemui dalam sistem akuntansi pemerintahan di Indonesia.
Selesai mempelajari bab ini, Anda diharapkan mampu:

1. Menjelaskan tahapan dalam siklus pengelolaan keuangan negara.


2. Menjelaskan pelaksanaan anggaran/perbendaharaan pada pemerintah pusat dan pemerintah
daerah dalam siklus pengelolaan keuangan negara.
3. Menjelaskan sistem penerimaan dan sistem pembayaran dalam pelaksanaan anggaran di satuan
kerja pada siklus pengelolaan keuangan negara.
4. Menjelaskan sistem dan prosedur akuntansi dalam pelaksanaan anggaran pada siklus pengelolaan
keuangan negara.
5. Menjelaskan sistem akuntansi bagi pengguna anggaran dan bendahara umum pada siklus
pengelolaan keuangan negara.
6. Mengetahui macam-macam opini atas laporan keuangan pemerintah yang diberikan oleh
pemeriksa.
7. Mengetahui kriteria yang digunakan pemeriksa dalam menentukan opini atas laporan keuangan
pemerintah.
8. Menjelaskan tahapan dalam siklus anggaran pemerintah daerah.
9. Menjelaskan jadwal penyusunan dan penetapan anggaran pemerintah daerah.
10. Menjelaskan tahapan-tahapan dalam siklus akuntansi.
11. Menjelaskan perbedaan antara siklus anggaran dan siklus akuntansi.

43

04.indd 43 24/01/2017 14:47:24


SIKLUS PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA
Akuntansi Pemerintahan Daerah

Siklus pengelolaan keuangan negara merupakan rangkaian dari perencanaan, pelaksanaan,


dan evaluasi terhadap kegiatan dalam sistem pengelolaan keuangan negara. Pengelolaan
keuangan negara adalah pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja negara. Anggaran
dalam sektor pemerintahan adalah segalanya. Tidak ada satu transaksipun yang berbasis
pada anggaran. Pada pengelolaan keuangan negara, siklus terdiri dari perencanaan dan
penganggaran, pelaksanaan anggaran/perbendaharaan, akuntansi, pemeriksaan, dan
pertanggungjawaban.

Perencanaan dan Penganggaran


Sesuai UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, penyempurnaan penganggaran
dilakukan melalui pendekatan berikut.

a. Pengintegrasian antara Rencana Kerja dan Anggaran


Rencana Kerja dan Anggaran merupakan satu kesatuan dan disusun secara
terintegrasi.
b. Penyatuan Anggaran (Unified Budget)
Setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) memiliki satu dokumen anggaran, yang
mana tidak ada lagi pemisahan antara anggaran rutin dan anggaran pembangunan.
Dengan pendekatan ini diharapkan tidak terjadi lagi duplikasi anggaran.
c. Penganggaran Berbasis Kinerja
Alokasi anggaran disesuaikan dengan hasil yang ingin dicapai, terutama berfokus
pada keluaran (output) dari kegiatan yang dilaksanakan.
d. Penggunaan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM)
Dalam rangka menjaga kesinambungan program/kegiatannya, pemerintah daerah
dituntut menyusun anggaran dengan perspektif waktu jangka menengah. Selain
menyajikan anggaran yang dibutuhkan selama tahun berjalan, pemerintah daerah
juga dituntut memperhitungkan implikasi biaya yang akan menjadi beban APBD
pemerintah daerah pada tahun anggaran berikutnya terkait adanya program/kegiatan
tersebut.
e. Klasifikasi Anggaran
Pemerintah menggunakan klasifikasi anggaran yang dikembangkan dengan mengacu
pada Government Finance Statistic (GFS). Klasifikasi anggaran tersebut terdiri dari
klasifikasi menurut fungsi, organisasi, dan jenis belanja.

Tahap perencanaan pada pemerintah pusat dikoordinasi oleh Bappenas, sementara


pada pemerintah daerah dikoordinasi oleh satuan kerja perencanaan daerah. Tahap
penganggaran pada pemerintah pusat dipimpin oleh Kementerian Keuangan, sementara
pada pemerintah daerah dikelola oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah.
Penyusunan rencana kerja dimulai pada bulan Januari dengan menyiapkan rancangan
kebijakan umum, program indikatif, dan pagu indikatif yang diperlukan oleh Kementerian/
Lembaga/SKPD untuk menyusun Rencana Kerja dan Anggaran–KL/Satuan Kerja Perangkat
Daerah (RKA-KL/SKPD). Rancangan RKP/RKPD ini selesai bulan Juni untuk selanjutnya

44

04.indd 44 24/01/2017 14:47:24


disampaikan ke DPR/DPRD untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan. Setelah

Bab 4  Siklus Pengelolaan Keuangan Negara, Anggaran, dan Akuntansi


disepakati bersama dengan DPR/DPRD, maka kebijakan umum, program prioritas, dan
plafon anggaran sementara akan menjadi dasar bagi Kementerian/Lembaga/SKPD untuk
menyusun RKA. RKA ini selanjutnya digunakan untuk menyusun Rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah (RAPBN/D) yang wajib disampaikan ke legislatif
untuk dibahas dan diperbaiki sebelum disetujui untuk ditetapkan menjadi APBN/APBD.
Proses pengesahan RAPBN dilakukan setelah ada persetujuan dari DPR. Sementara pada
proses pengesahan RAPBD ada tambahan proses evaluasi, yang mana setelah disetujui
oleh DPRD disahkan oleh gubernur untuk RAPBD kabupaten/kota dan Menteri Dalam
Negeri untuk RAPBD provinsi.

Pelaksanaan Anggaran/Perbendaharaan
Pelaksanaan APBN pada pemerintah pusat dimulai dengan diterbitkannya Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA). Segera setelah suatu tahun anggaran dimulai, maka DIPA
harus segera diterbitkan untuk dibagikan pada satuan-satuan kerja sebagai pengguna
anggaran di kementerian/lembaga. Sementara pada pemerintah daerah, setelah terbit
Peraturan Daerah tentang APBD, SKPD wajib menyusun Dokumen Pelaksanaan Anggaran
(DPA). Pada pemerintah daerah masih diperlukan Surat Penyediaan Dana (SPD), yaitu
suatu dokumen yang menyatakan tersedianya dana untuk melaksanakan kegiatan. Setelah
DPA dan SPD terbit, maka masing-masing satuan kerja wajib melaksanakan kegiatan yang
menjadi tanggung jawabnya.
Dalam pelaksanaan kegiatan oleh satuan kerja terdapat dua sistem yang terkait dengan
pelaksanaan anggaran, yaitu sistem penerimaan dan sistem pembayaran.

a. Sistem Penerimaan
Seluruh penerimaan negara/daerah harus disetor ke Rekening Kas Umum Negara/
Daerah dan tidak diperkenankan digunakan secara langsung oleh satuan kerja yang
melakukan pemungutan (asas bruto). Pendapatan diakui setelah uang disetor ke
Rekening Kas Umum Negara/Daerah (basis kas). Oleh karena itu penerimaan wajib
disetor ke Rekening Kas Umum selambat-lambatnya pada hari berikutnya. Dalam
rangka mempercepat penerimaan pendapatan, Bendahara Umum Negara/Daerah
dapat membuka rekening penerimaan pada bank. Bank yang bersangkutan wajib
menyetorkan penerimaan pendapatan setiap sore hari ke Rekening Kas Umum
Negara/Daerah.
b. Sistem Pembayaran
Dalam sistem pembayaran terdapat dua pihak yang terkait, yaitu Pengguna
Anggaran/Barang dan Bendahara Umum Daerah. Terdapat dua cara pembayaran,
yaitu pembayaran yang dilakukan secara langsung oleh BUD kepada yang berhak
menerima pembayaran atau lebih dikenal dengan sistem LS (pembayaran langsung).
Pembayaran dengan sistem LS dilakukan untuk belanja dengan nilai yang cukup
besar atau di atas jumlah tertentu. Cara lainnya adalah dengan menggunakan Uang
Persediaan (UP) melalui Bendahara Pengeluaran. Pengeluaran dengan UP dilakukan
untuk belanja yang nilainya kecil di bawah jumlah tertentu untuk membiayai
keperluan kantor sehari-hari.

45

04.indd 45 24/01/2017 14:47:24


Akuntansi
Akuntansi Pemerintahan Daerah

Sistem dan prosedur akuntansi sangat diperlukan dalam pelaksanaan anggaran, tujuannya
adalah:

a. Untuk menetapkan prosedur yang harus diikuti oleh pihak-pihak yang terkait,
sehingga jelas pembagian kerja dan tanggung jawab di antara mereka.
b. Terselenggaranya pengendalian internal untuk menghindari terjadinya
penyelewengan.
c. Untuk menghasilkan laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban entitas
pelaporan dalam pengelolaan keuangan. Setiap entitas pelaporan terdiri dari dua
bagian entitas akuntansi, yaitu pengguna anggaran dan bendahara umum.

1) Pengguna Anggaran
Sistem ini diterapkan pada satuan kerja sesuai peranannya sebagai pengguna
anggaran. Bagian sistem ini terutama untuk mencatat transaksi yang menjadi
kewenangannya, di antaranya adalah pendapatan (pendapatan bukan pajak atau
retribusi daerah, umumnya terkait dengan jasa yang dikelola instansi tersebut),
belanja (dilakukan menggunakan uang persediaan ataupun dengan pembayaran
langsung), serta aset yang dikelola dan digunakan. Pada akhir periode, kegiatan
akuntansi oleh satuan kerja sebagai pengguna anggaran akan menghasilkan tiga
laporan, yaitu Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, dan Catatan atas
Laporan Keuangan (CaLK).
2) Bendahara Umum
Bagian ini terutama mengelola pendapatan pajak dan pendapatan lain yang
tidak diserahkan pengelolaannya pada satuan kerja pengguna anggaran
(pendapatan bunga dan hasil investasi), belanja (belanja bunga, hibah, dan
dana perimbangan), serta pembiayaan (investasi dalam bentuk penyertaan
modal, obligasi, dan pemberian pinjaman berjangka pada pihak lain). Ada 4
jenis laporan yang dihasilkan dari pelaksanaan akuntansi ini oleh bendahara
umum, yaitu Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, Laporan Arus Kas
(LAK), dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).

Hubungan di antara dua bagian entitas akuntansi tersebut ditunjukkan di dalam
Tabel 4.1.

Pemeriksaan
Pemerintah pusat maupun daerah wajib mempertanggungjawabkan pengelolaan
keuangannya kepada rakyat yang diwakili oleh DPR/DPRD, namun lembaga perwakilan
tersebut tidak mempunyai informasi secara penuh terkait laporan pertanggungjawaban
atas pengelolaan keuangan daerah dari pihak eksekutif. Oleh karena itu, perlu adanya pihak
yang kompeten dan independen untuk menguji laporan pertanggungjawaban tersebut.
Lembaga yang berwenang untuk melakukan pemeriksaan atas laporan pertanggungjawaban
tersebut adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

46

04.indd 46 24/01/2017 14:47:25


Tabel 4.1  Sistem Akuntansi SKPD dan BUD

Bab 4  Siklus Pengelolaan Keuangan Negara, Anggaran, dan Akuntansi


Level Masukan Proses Keluaran Konsolidasi Pengguna
Satuan Kerja Bukti
Sistem
Perangkat Daerah Transaksi, LRA, Neraca,
Akuntansi
(SKPD) Realisasi CaLK
SKPD
Anggaran Dikonsolidasi Kepala Daerah
Satuan Kerja SKPKD/BUD, menyampaikan
Pengelola Bukti diaudit BPK pada DPRD dan
Sistem
Keuangan Daerah Transaksi, LRA, Neraca, RI masyarakat.
Akuntansi
(SKPKD)/Bendahara Realisasi LAK, CaLK
SKPKD/BUD
Umum Daerah Anggaran
(BUD)
Sumber: PP Nomor 58 Tahun 2005.

Pemeriksaan keuangan oleh BPK akan menghasilkan pernyataan pendapat (opini)


tentang tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Ada empat
macam opini yang diberikan pemeriksa, yaitu:

a. Wajar tanpa pengecualian.


b. Wajar dengan pengecualian.
c. Tidak wajar.
d. Menolak memberikan opini.

Sementara kriteria yang digunakan dalam menentukan opini, antara lain:

a. Kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.


b. Kecukupan pengungkapan.
c. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.
d. Efektivitas sistem pengendalian internal.

Hasil setiap pemeriksaan yang dilaksanakan oleh BPK disusun dan disajikan dalam
Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP). Selanjutnya LHP tersebut disampaikan kepada DPR/
DPRD/DPD sesuai dengan kewenangannya (kecuali yang memuat rahasia negara) dan
kepada pemerintah. LHP atas laporan keuangan selambat-lambatnya disampaikan kepada
pihak legislatif 2 (dua) bulan setelah diterimanya laporan keuangan dari pemerintah.
Dalam rangka transparansi dan partisipasi publik, LHP yang telah disampaikan kepada
pihak legislatif dinyatakan terbuka untuk umum. Dengan demikian masyarakat dapat
memperoleh kesempatan untuk mengetahui hasil pemeriksaan.

Pertanggungjawaban
Pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN/APBD berupa laporan keuangan. Laporan
keuangan yang disampaikan ke DPR/DPRD adalah laporan keuangan yang telah diperiksa
oleh BPK. Laporan keuangan yang telah diaudit ini disampaikan kepada lembaga legislatif
selambat-lambatnya 6 bulan setelah tahun anggaran berakhir. Selain laporan keuangan

47

04.indd 47 24/01/2017 14:47:25


tersebut juga dilampirkan ikhtisar laporan keuangan perusahaan daerah dan satuan
Akuntansi Pemerintahan Daerah

kerja lainnya yang pengelolaannya diatur secara khusus, seperti Badan Layanan Umum
(BLU).

SIKLUS ANGGARAN PEMERINTAH DAERAH


Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang akan dicapai oleh suatu
entitas dalam periode tertentu yang dinyatakan dalam ukuran moneter. Pada umumnya
siklus anggaran terdiri dari tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Penyusunan/Persiapan Anggaran
2. Ratifikasi Anggaran
3. Pelaksanaan Anggaran
4. Pelaporan dan Evaluasi

Gambar 4.1  Proses dan Siklus Anggaran Pemerintah Daerah

1. PENYUSUNAN 2. PENETAPAN
ANGGARAN ANGGARAN
Dilakukan oleh eksekutif Anggaran ditetapkan
(dinas/instansi) dengan oleh DPRD. Prosesnya
mempertimbangkan dilakukan melalui
aspirasi masyarakat yang serangkaian pembahasan
dirumuskan melalui dengan pihak eksekutif.
proses Musrenbang.

4. AUDITING 3. PELAKSANAAN
ANGGARAN ANGGARAN
Auditing dilakukan oleh Eksekutif merupakan
beberapa pihak antara pengguna anggaran yang
lain adalah Bawasda, telah ditetapkan. Kepala
BPKP, dan BPK. Daerah bertanggung jawab
terhadap penggunaan
anggaran.

Sumber: UU Nomor 17 Tahun 2003 dan UU Nomor 15 Tahun 2004.

48

04.indd 48 24/01/2017 14:47:25


Siklus dan proses penganggaran di setiap negara berbeda satu dengan yang lainnya,

Bab 4  Siklus Pengelolaan Keuangan Negara, Anggaran, dan Akuntansi


namun pada dasarnya mempunyai urut-urutan yang sama atas makna dan tujuannya.
Menurut buku panduan tentang “Analisis dan Advokasi Anggaran Pemerintah Daerah
di Indonesia,” yang diterbitkan oleh The Asia Foundation dari Bank Pembangunan Asia
(Asian Development Bank–ADB), proses/siklus anggaran dapat dibagi ke dalam 4 (empat)
tahapan, yaitu:

1. Penyusunan Anggaran
Tahapan penyusunan anggaran terdiri dari pengumpulan aspirasi masyarakat
melalui forum pertemuan komunitas Musyawarah Perencanaan Pembangunan
(Musrenbang), proses penyusunan kegiatan oleh satuan kerja perangkat daerah
(dinas/instansi) sampai dengan penyiapan draf usulan APBD yang diserahkan oleh
kepala daerah (pihak eksekutif) kepada DPRD (pihak legislatif) untuk dibahas dan
disetujui bersama. Dalam proses penyusunan anggaran yang memerlukan waktu
beberapa bulan,Tim Anggaran Eksekutif yang beranggotakan unsur-unsur dari
Sekretariat Daerah, BAPPEDA dan Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD)
mempunyai fungsi dan peranan yang sangat penting. Walaupun masyarakat dimintai
pendapatnya dalam proses penentuan prioritas program, namun pada akhirnya
proses penyusunan program dilakukan secara tertutup di masing-masing Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD).
2. Penetapan Anggaran
Penetapan anggaran merupakan tahapan yang dimulai ketika pihak eksekutif
menyerahkan usulan anggaran kepada pihak legislatif. Pada umumnya proses ini
ditandai dengan pidato dari kepala daerah (Bupati/Walikota) di hadapan anggota
DPRD. Selanjutnya DPRD akan melakukan pembahasan selama beberapa waktu,
yang mana dalam waktu tersebut akan terjadi diskusi antara pihak Panitia Anggaran
Legislatif dengan Tim Anggaran Eksekutif. Pada kesempatan ini pihak legislatif
berkesempatan untuk menanyakan dasar-dasar kebijakan eksekutif dalam membahas
usulan anggaran tersebut.
3. Pelaksanaan Anggaran
Pelaksanaan anggaran adalah tahapan yang dimulai sejak APBD disahkan melalui
peraturan daerah pada setiap akhir tahun sebelum tahun anggaran baru dimulai.
Tahapan pelaksanaan berlangsung selama 1 (satu) tahun terhitung mulai awal tahun
anggaran baru, yakni pada bulan Januari setiap tahunnya. Tahapan pelaksanaan ini
sepenuhnya menjadi tanggung jawab pihak eksekutif melalui Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) yang jumlahnya sesuai dengan struktur organisasi pemerintah
daerah yang bersangkutan.
4. Tahapan Auditing (Pemeriksaan)
Tahapan auditing mencakup antara lain penelaahan atas pelaksanaan anggaran untuk
waktu satu tahun anggaran yang bersangkutan. Tahapan pemeriksaan terdiri dari
pemeriksaan internal yang dilakukan oleh Badan Pengawas Daerah (BAWASDA)
dan BPKP, serta pemeriksaan eksternal oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Apabila dijabarkan secara rinci, setiap tahapan mempunyai siklus waktu yang berbeda.
Tahap 1 dan 2 (Penyusunan Anggaran dan Penetapan Anggaran) memerlukan waktu 12

49

04.indd 49 24/01/2017 14:47:25


bulan, Tahap 3 (Pelaksanaan Anggaran) berlangsung 12 bulan, dan Tahap 4 (Auditing
Akuntansi Pemerintahan Daerah

Anggaran) memerlukan waktu 6 bulan. Dengan demikian proses anggaran di Indonesia


memerlukan waktu 30 bulan (dua setengah tahun). Dalam UU Nomor 25 Tahun 2004,
SKB Nomor 0259/M.PPN/1 Tahun 2005, dan PP Nomor 58 Tahun 2005 diberikan alokasi
penjadwalan waktu untuk Tahap 1 dan 2 (Penyusunan dan Penetapan Anggaran) yang
mempunyai siklus waktu 12 bulan, meskipun pada kenyataannya setiap pemerintahan
kabupaten/kota mempunyai variasi tersendiri dalam pengaturan waktunya. Tabel 4.2
menyajikan contoh jadwal penyusunan dan penetapan anggaran pemerintah daerah.

Tabel 4.2  Jadwal Penyusunan dan Penetapan Anggaran Pemerintah Daerah

Waktu Kegiatan
Januari • Tahun anggaran dimulai.
• BAPPEDA merumuskan 1 dokumen yang disebut Kerangka Ekonomi Daerah,
yaitu proyeksi dari penerimaan dan pengeluaran yang didasarkan pada anggaran
tahun sebelumnya. Kerangka ini memuat daftar aktivitas daerah yang mengacu
pada Rencana Pengeluaran Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana
Strategis (Renstra) SKPD. Semua kegiatan yang terkait dengan pelayanan publik
akan didiskusikan dalam suatu pertemuan yang disebut forum Musyawarah
Perencanaan Pembangunan (Musrenbang), yang mana Musrenbang pertama untuk
tingkat desa sebaiknya dimulai pada bulan Januari.
Februari • Musrenbang tingkat kecamatan diselenggarakan di bulan Februari.
• Selanjutnya, dilakukan forum musyawarah tingkat SKPD.
Maret • Musrenbang tingkat kabupaten/kota.
April – Mei • Semua aktivitas/program kerja yang berasal dari masing-masing SKPD
dikoordinasikan dan dicantumkan dalam bentuk dokumen yang disebut Rencana
Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).
Juni – Agustus • Penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUA), yaitu kebijakan umum tentang
APBD yang disusun berdasarkan RKPD.
• Penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) bagi setiap satuan
kerja.
• Penyusunan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (RK-SKPD).
• Setiap unit kerja mempersiapkan estimasi anggaran yang terkait dengan RK-SKPD
dan menyampaikan kepada pemerintah daerah.
September • Kompilasi anggaran yang diajukan oleh setiap SKPD.
Oktober • Finalisasi Anggaran yang dipersiapkan oleh Panitia Anggaran Eksekutif
dikoordinasikan oleh Sekretaris Daerah.
• Penyiapan rancangan Perda APBD untuk disetujui DPRD.
• Pembahasan oleh unsur Legislatif dan Eksekutif.
November • Pembahasan dan pengesahan anggaran oleh DPRD.
Desember • Penyusunan Dokumen Pelaksanaan Anggaran yang ditetapkan oleh Bupati/
Walikota.
Sumber: Permendagri Nomor 13 Tahun 2006.

50

04.indd 50 24/01/2017 14:47:25


SIKLUS AKUNTANSI

Bab 4  Siklus Pengelolaan Keuangan Negara, Anggaran, dan Akuntansi


Dari sudut pengguna, akuntansi merupakan suatu fungsi yang menyediakan informasi
yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efisien dan mengevaluasi kegiatan-
kegiatan organisasi. Sementara dari proses kegiatannya, akuntansi merupakan proses
pencatatan, penggolongan, peringkasan, penganalisisan, dan penafsiran data keuangan
suatu unit ekonomi tertentu dengan cara tertentu. Dengan demikian, akuntansi harus
mencakup identifikasi data yang relevan, proses atau analisis data, dan pengubahan
dari data menjadi informasi yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan yang
semuanya tertuang dalam laporan keuangan.
Prosedur pencatatan transaksi sampai menjadi laporan keuangan disebut proses
akuntansi atau siklus akuntansi. Siklus akuntansi dimulai dari analisis transaksi keuangan
dan diakhiri dengan analisis laporan keuangan. Hasil akhir yang paling penting dari siklus
akuntansi adalah laporan keuangan. Gambar 4.2 menunjukkan tahapan-tahapan dalam
siklus akuntansi. Siklus akuntansi dimulai dengan adanya suatu transaksi yang harus
didukung bukti-bukti, yang mana setiap transaksi yang terjadi harus dibuktikan dengan
dokumen-dokumen sumber. Atas dasar dokumen/bukti tersebut, setiap transaksi dianalisis
dan dicatat secara kronologis (berdasarkan urutan waktu) dalam jurnal. Setiap transaksi
yang telah dianalisis, diklasifikasikan, dan dicatat dalam jurnal kemudian dipindahkan ke
perkiraan/rekening/akun dalam buku besar dan buku besar pembantu. Proses pemindahan
ini disebut pembukuan (posting).

Gambar 4.2  Siklus Akuntansi

1. Menganalisis
transaksi
keuangan Siklus Selanjutnya
10. Menganalisis unit usaha 2. Menjurnal
laporan (entitas). transaksi.
keuangan.

9. Menyiapkan 3. Memposting ke
neraca saldo Siklus sebelumnya rekening buku
setelah besar.
penutupan.

4. Menyiapkan
8. Menjurnal dan neraca saldo.
memposting
penutupan.

5. Menjurnal dan
7. Menyiapkan memposting
laporan penyesuaian.
keuangan. 6. Menyiapkan
neraca saldo
setelah
penyesuaian.

Sumber: Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, dan Terry D. Warfield (2003).

51

04.indd 51 24/01/2017 14:47:26


Selanjutnya, neraca saldo disusun atas dasar saldo-saldo dari setiap akun buku besar.
Akuntansi Pemerintahan Daerah

Penyesuaian diperlukan untuk membuat akun-akun dalam buku besar mencerminkan


kondisi yang sebenarnya pada akhir periode akuntansi. Setelah menjurnal dan memposting
penyesuaian yang diperlukan kemudian dibuat neraca saldo setelah penyesuaian. Dengan
dasar penyesuaian tersebut, maka dapat disusun laporan keuangan. Dalam akuntansi
pemerintahan, laporan keuangan tersebut terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA),
Neraca, Laporan Arus Kas (LAK), Laporan Kinerja Keuangan, dan Catatan atas Laporan
Keuangan. Selain keempat laporan keuangan pokok tersebut, dapat juga disusun laporan
keuangan tambahan, seperti Laporan Operasional dan Laporan Perubahan Ekuitas
Dana.
Pada akhir periode akuntansi, akun-akun nominal harus ditutup dengan membuat
ayat-ayat penutup dalam jurnal penutup untuk kemudian diposting ke buku besar. Setelah
semua ayat jurnal penyesuaian dipindahkan ke akun buku besar dan akun nominal sudah
ditutup, maka dihitung saldo dari setiap akun buku besar untuk menyusun neraca saldo
setelah penutupan. Selanjutnya, setelah itu dibuat ayat-ayat pembalik dalam jurnal pembalik
agar neraca awal dapat disusun.

PERBEDAAN ANTARA SIKLUS ANGGARAN DAN


SIKLUS AKUNTANSI
Terdapat perbedaan antara siklus anggaran dan siklus akuntansi. Penekanan siklus anggaran
adalah ketaatan terhadap aturan dan pencapaian target yang telah ditetapkan sebelumnya.
Sementara itu penekanan siklus akuntansi adalah pencatatan realisasi transaksi tanpa
terlewat satu transaksipun. Anggaran ditetapkan di masa lalu, sehingga dapat dipastikan
dalam siklus akuntansi akan terdapat transaksi yang tidak dianggarkan sebelumnya. Hal
ini wajar karena anggaran merupakan prediksi di masa yang akan datang. Jarang terjadi
prediksi yang pasti tepat seratus persen, oleh karenanya pasti akan terdapat perbedaan
antara pencatatan anggaran dan akuntansi. Pencatatan transaksi yang tidak dianggarkan
sebelumnya disebut dengan transaksi non-anggaran. Transaksi non-anggaran dipastikan
akan terjadi dalam siklus akuntansi. Titik singgung antara siklus anggaran dengan siklus
akuntansi adalah terletak pada tahap pelaksanaan anggaran. Perbedaan antara siklus
anggaran dan siklus akuntansi ditunjukkan di dalam Tabel 4.3.

52

04.indd 52 24/01/2017 14:47:26


Tabel 4.3  Perbedaan antara Siklus Anggaran dan Siklus Akuntansi

Bab 4  Siklus Pengelolaan Keuangan Negara, Anggaran, dan Akuntansi


Perbedaan Siklus Anggaran Siklus Akuntansi
Fungsi Alat perencanaan, pengendalian, Mencatat, mengklasifikasi,
kebijakan fiskal, politik, koordinasi menggolongkan, menganalisis,
dan komunikasi, penilaian, kinerja, mengikhtisarkan, melaporkan, dan
pemotivasi, menciptakan ruang menginterpretasi transaksi.
publik.
Tujuan pencatatan Kepatuhan. Pencatatan transaksi.
Membandingkan antara anggaran
dan realisasi.
Sistem Pembukuan Tata buku tunggal (single entry). Tata buku berpasangan (double entry).

Output Laporan Laporan perbandingan antara Neraca, Laporan Kinerja Keuangan,


anggaran dan realisasi anggaran. Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan
Ekuitas Dana.
Informasi yang dihasilkan Informasi terbatas (penerimaan Informasi yang lebih luas.
dan pengeluaran kas).
Rentang waktu Lebih dari satu periode fiskal. Satu periode fiskal (satu tahun).

Transaksi yang dicatat Hanya transaksi yang dianggarkan. Mencatat semua transaksi, baik yang
dianggarkan maupun yang tidak
dianggarkan.
Sumber: Schiavo-Campo, Salvatore dan Daniel Tommasoi (1999).

53

04.indd 53 24/01/2017 14:47:26


Akuntansi Pemerintahan Daerah

54

04.indd 54 24/01/2017 14:47:27


Bab 5
Persamaan Dasar
Akuntansi Pemerintahan

Selesai mempelajari bab ini, Anda diharapkan mampu:

1. Menjelaskan pengertian persamaan akuntansi.


2. Menjelaskan fungsi akun dalam persamaan akuntansi.
3. Menjelaskan pengertian elemen-elemen Neraca.
4. Menjelaskan pengertian elemen-elemen Laporan Operasional.
5. Menjelaskan pengertian elemen-elemen Laporan Perubahan Ekuitas.
6. Menjelaskan pengertian elemen-elemen Laporan Arus Kas.
7. Menjelaskan pengertian elemen-elemen Laporan Realisasi Anggaran.
8. Menjelaskan pengertian elemen-elemen Laporan Perubahan SAL.
9. Membuat persamaan akuntansi pemerintahan.
10. Menerapkan persamaan akuntansi pemerintahan untuk menganalisis transaksi sederhana
di pemerintahan.
11. Menjelaskan setiap akibat transaksi dalam akuntansi pemerintahan dan pengaruhnya
terhadap persamaan akuntansi.
12. Menyusun neraca awal sederhana dari persamaan akuntansi pemerintahan.
13. Menjelaskan contoh penyesuaian dan pengaruhnya terhadap persamaan akuntansi dan
Neraca.
14. Menyelesaikan siklus transaksi di pemerintahan dengan menggunakan persamaan
akuntansi.

55

05.indd 55 24/01/2017 14:47:56


DANA UMUM DAN EKUITAS
Akuntansi Pemerintahan Daerah

Untuk memahami akuntansi pemerintahan menurut Standar Akuntansi Pemerintahan


(SAP), maka kita perlu mengetahui terkait mekanisme akuntansi dana umum yang
dianut dalam SAP. Standar Akuntansi Pemerintahan Indonesia menganut konsep dana
umum, sebagaimana dinyatakan secara implisit dalam Kerangka Konseptual Akuntansi
Pemerintahan paragraf 15 sebagai berikut.

“Akuntansi dana dapat diterapkan untuk tujuan pengendalian masing-masing


kelompok dana selain kelompok dana umum (the general fund), sehingga perlu
dipertimbangkan dalam pengembangan pelaporan keuangan pemerintah.”

Pernyataan ini menginterpretasikan bahwa akuntansi pemerintahan di Indonesia menganut


konsep dana umum. Hanya saja, dalam standar selanjutnya tidak ditemukan penjelasan
lebih lanjut terkait dana umum ini yang dalam praktiknya terdapat di sisi ekuitas dalam
neraca pemerintah.
Menurut Suwardjono (2005), dana (fund) mempunyai dua pengertian yang sebenarnya
cukup rancu. Dana dapat diartikan sebagai kas (uang), aset likuid, atau sumber keuangan
(financial resources) yang digunakan untuk mendanai suatu kegiatan, program, atau proyek
dalam rangka mencapai tujuan tertentu (spesifik). Dana juga dapat berarti kesatuan,
wadah, atau pusat, seperti kegiatan, program, atau proyek yang didanai dengan aset likuid
tersebut.
Pengertian dana menurut General Accounting Standard Board (GASB) Codification
(Wilson dan Katellus, 2004) adalah:

“A fund is formally defined as a fiscal and accounting entity with self balancing
set of accounts recording cash and other financial resources, together with all
related liabilities and residual equities or balances and changes there in, which
are segregated for the purpose of carrying on spesific activities or attaining certain
objectives in accordance with special regulations, restrictions, or limitations.”

Konsep dana dianggap sangat fundamental bagi akuntansi pemerintahan. Sebagaimana


dinyatakan dalam definisi tersebut, dana merupakan entitas fiskal yang terpisah, memiliki
sumber daya sendiri, serta melaporkan kewajibannya dan hasil operasinya sendiri untuk
periode fiskal. Lebih jauh lagi, dana secara konseptual memiliki catatan akuntansi tersendiri
(misalnya jurnal, buku besar) dan dapat menyiapkan laporan keuangan sendiri secara
terpisah. Dengan demikian, dana merupakan entitas akuntansi tersendiri. Konsep ini
memandang bahwa kegiatan, program, proyek, atau unit kegiatan lainnya sebagai kesatuan
atau entitas yang berdiri sendiri dan menjadi pusat pelaporan. Sumber keuangan yang
dianggarkan dan diserahkan untuk pelaksanaan kegiatan dipertanggungjawabkan melalui
kegiatan tersebut sebagai dana yang berdiri sendiri, terpisah dengan dana yang lain.
Dengan demikian diperlukan seperangkat sistem akuntansi yang dapat menghasilkan data
akuntansi dan laporan keuangan untuk pertanggungjawaban kesatuan dana tersebut.

56

05.indd 56 24/01/2017 14:47:57


Penjelasan terkait pos-pos ekuitas dalam Neraca dapat ditemukan di dalam Buletin

Bab 5  Persamaan Dasar Akuntansi Pemerintahan


Teknis Nomor 3 tentang Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah sesuai Standar
Akuntansi Pemerintahan dengan Konversi yang mana menyatakan bahwa:

“Pendekatan yang digunakan untuk menyajikan pos-pos ekuitas ke dalam format


Neraca berdasarkan SAP dilakukan dengan pendekatan self balancing.”

Pendekatan self balancing di dalam Neraca berdasarkan SAP merupakan selisih antara
saldo aset dan kewajiban, yang mana dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa
ekuitas dana di dalam Neraca merupakan:

1. Kelompok dana umum.


2. Penyeimbang (self balancing) terhadap akun aset dan kewajiban.

Saldo dana dalam Neraca dapat diinterpretasi sebagai dana likuid yang siap digunakan
dan disebut sebagai ekuitas dana lancar, Selisih Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA), dan
dana cadangan. Untuk menggunakan SiLPA dan dana cadangan perlu ketetapan hukum
yang mengatur penggunaan dana SiLPA yang tersedia.

PERSAMAAN AKUNTANSI PEMERINTAHAN


Pemisahan antara eksekutif dan legislatif sebagai wakil rakyat dalam pemerintahan
memerlukan adanya pertanggungjawaban. Pertanggungjawaban pemerintah terhadap
keuangan masyarakat yang dikelolanya diwujudkan dalam bentuk pelaporan, seperti
Neraca yang mengharuskan aset pemerintah ditunjukkan asalnya, apakah dari kewajiban
ataukah milik pemerintah sendiri (ekuitas dana). Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa hubungan fungsional aset harus selalu sama dengan kewajiban dan ekuitas dana.
Hubungan fungsional antara aset, kewajiban, dan ekuitas dana dalam akuntansi disebut
sebagai persamaan akuntansi.
Persamaan akuntansi adalah hubungan fungsional antar-akun (tempat mencatat
transaksi) dalam suatu sistem akuntansi sebagai hasil dari dimintanya pertanggungjawaban
berdasarkan konsep entitas pelaporan dan kemandirian entitas yang menghendaki agar
kekayaan yang dikelola oleh pemerintah dapat ditunjukkan sumber atau asalnya. Berikut
persamaan akuntansi pemerintahan secara sederhana.

Aset = Kewajiban + Ekuitas

Dengan menggunakan notasi, maka persamaan tersebut dapat ditulis:

A=K+E

57

05.indd 57 24/01/2017 14:47:57


Berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) berbasis akrual, berikut pos-
Akuntansi Pemerintahan Daerah

pos yang ada di dalam laporan keuangan pemerintah.

1. Aset 7. Pembiayaan
2. Kewajiban 8. SiLPA/SiKPA
3. Ekuitas 9. Pendapatan-LO
4. Pendapatan-LRA 10. Beban
5. Belanja 11. Surplus/Defisit-LO
6. Transfer

Terdapat dua jenis komponen pelaporan keuangan dalam akuntansi pemerintahan


di Indonesia, yaitu komponen finansial dan komponen anggaran.

A = K + E + Pendapatan-LO – Beban

Komponen finansial ini merupakan adopsi praktik akuntansi dari pelaporan keuangan
sektor privat. Secara teori, praktik ini merupakan implementasi dari Teori NPM.

A = K + E + Surplus/Defisit-LO

Dari persamaan tersebut, A adalah aset, K adalah kewajiban, E adalah ekuitas,


pendapatan-LO adalah pendapatan yang diakui dengan basis akrual, beban adalah
pengeluaran pemerintah yang diakui dengan basis akrual. Persamaan tersebut akan
menghasilkan laporan berupa Neraca, Laporan Operasional, dan Laporan Perubahan
Ekuitas.
Penggunaan basis akrual dalam pelaporan keuangan pemerintah bukan berarti
menghilangkan basis kas. Basis kas di pemerintahan masih tetap digunakan dalam
praktiknya, yaitu dalam Laporan Arus Kas dan Laporan Anggaran. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa implementasi basis akrual dalam pemerintahan merupakan
upaya melengkapi praktik basis kas yang telah diterapkan selama ini di pemerintahan.
Oleh karena itu, basis akrual yang digunakan tidak berarti menggantikan basis kas.
Untuk menyusun Laporan Operasional (LO) dapat digunakan rumus berikut.

Surplus/Defisit-LO = Pendapatan-LO – Beban

Surplus/defisit-LO menunjukkan selisih antara pendapatan pemerintah akrual dikurangi


dengan beban pemerintah akrual. Hal ini mirip dengan konsep laba bersih (net income)
dalam perhitungan laba rugi perusahaan. Surplus/defisit-LO dapat berfungsi sebagai
penambah atau pengurang ekuitas pemerintah. Apabila surplus/defisit-LO bertambah,
maka ekuitas pemerintah akan bertambah, demikian juga sebaliknya. Faktor utama
yang mengubah ekuitas pemerintah adalah surplus/defisit-LO. Namun, ada faktor lain
yang dapat berpengaruh terhadap surplus/defisit-LO, seperti penyesuaian atas transaksi-

58

05.indd 58 24/01/2017 14:47:57


transaksi periode sebelumnya, sehingga persamaan akuntansi untuk transaksi perubahan

Bab 5  Persamaan Dasar Akuntansi Pemerintahan


ekuitas dapat ditulis sebagai berikut.

Ekuitas Akhir = Ekuitas Awal + Pendapatan-LO – Beban

atau

Ekuitas Akhir = Ekuitas Awal + Surplus/Defisit-LO

Dalam konsep Laporan Arus Kas, perhitungan arus kas akan didasarkan pada
perubahan kas selama periode tertentu. Hal ini berarti apabila ada peningkatan jumlah
arus kas, maka saldo kas awal akan bertambah menjadi saldo kas akhir, begitu juga
sebaliknya.

Saldo Kas Akhir = Saldo Kas Awal + Perubahan Kas

bukan

Saldo Kas Awal + Penerimaan Kas – Pengeluaran Kas = Saldo Kas Akhir

Perubahan kas ini diidentifikasi melalui empat penyebab, yakni: (1) Aktivitas operasi,
(2) Aktivitas investasi, (3) Aktivitas pembiayaan, dan (4) Aktivitas transitoris.

Saldo Kas Akhir = Saldo Kas Awal + Perubahan dari Aktivitas


Operasi + Perubahan dari Aktivitas Investasi + Perubahan dari
Aktivitas Pembiayaan + Perubahan dari Aktivitas Transitoris

Anggaran merupakan fokus utama dari akuntansi pemerintahan. Aktivitas


pemerintahan sangat tergantung pada dokumen anggaran. Hal ini berarti Laporan Realisasi
Anggaran memiliki kedudukan yang sangat penting dalam akuntansi pemerintahan.
Berikut formula perhitungan komponen anggaran.

Pendapatan-LRA = Belanja + Transfer + Penerimaan Pembiayaan –


Pengeluaran Pembiayaan + SiLPA/SiKPA

Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih akan menghitung akumulasi SiLPA dari
periode-periode sebelumnya dengan periode saat ini. Laporan Perubahan SAL dapat
disusun dengan formula berikut.

SAL Akhir = SAL Awal + SiLPA/SiKPA

Hal yang perlu mendapat perhatian bahwa harus dibedakan antara istilah belanja dan
beban. Belanja merupakan komponen Laporan Realisasi Anggaran (LRA), sementara
beban merupakan komponen Laporan Operasional (LO).

59

05.indd 59 24/01/2017 14:47:57


Tabel 5.1  Persamaan Akuntansi Pembentuk Laporan Keuangan Pemerintah
Akuntansi Pemerintahan Daerah

Komponen Laporan Keuangan Persamaan Akuntansi


Neraca Aset = Kewajiban + Ekuitas
Laporan Operasional Surplus/Defisit-LO =Pendapatan-LO – Beban
Laporan Perubahan Ekuitas Ekuitas Akhir = Ekuitas Awal + Pendapatan-LO – Beban
Laporan Arus Kas Saldo Kas Akhir = Saldo Kas Awal + Perubahan dari Aktivitas
Operasi + Perubahan dari Aktivitas Investasi + Perubahan dari
Aktivitas Pembiayaan + Perubahan dari Aktivitas Transitoris
Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan-LRA = Belanja + Transfer + Penerimaan Pembiayaan –
Pengeluaran Pembiayaan + SiLPA/SiKPA
Laporan Perubahan Saldo SAL Akhir = SAL Awal + SiLPA/SiKPA
Anggaran Lebih

ILUSTRASI TRANSAKSI
Berikut ilustrasi untuk menggambarkan transaksi-transaksi yang terjadi di dalam
pemerintahan daerah secara sederhana.

Contoh 1
Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur mengadakan inventarisasi untuk yang pertama
kali pada tahun 2015. Berikut data-data yang dihasilkan.

(dalam jutaan rupiah)


Kas di Kas Daerah 5.000
Persediaan 2.000
Aset Tetap 3.000
Dana Cadangan 1.000
Utang Jangka Pendek 1.500
Utang Jangka Panjang 2.500

Pertanyaan:
Buat persamaan akuntansi atas inventarisasi yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten Makmur.

Penyelesaian:
Dari informasi tersebut kita dapat menyusun persamaan akuntansi sebagai berikut.

(dalam jutaan rupiah)


Kas Aset Dana Utang Utang
Persediaan Ekuitas
di Kas Daerah Tetap Cadangan Jangka Pendek Jangka Panjang
Debit Kredit
5.000 2.000 3.000 1.000 1.500 2.500 7.000

60

05.indd 60 24/01/2017 14:47:57


Berikut Neraca yang disusun atas inventarisasi yang dilakukan oleh Pemerintah

Bab 5  Persamaan Dasar Akuntansi Pemerintahan


Daerah Kabupaten Makmur.

Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur


Neraca
per 31 Desember 2015
(dalam jutaan rupiah)
ASET KEWAJIBAN
Aset Lancar Utang Jangka Pendek 1.500
Kas di Kas Daerah 5.000 Utang Jangka Panjang 2.500
Persediaan 2.000 Total Kewajiban 4.000
Total Aset Lancar 7.000 EKUITAS
Aset Tetap dan Lainnya Ekuitas 7.000
Aset Tetap 3.000
Dana Cadangan 1.000
Total Aset Tetap dan Lainnya 4.000 Total Ekuitas 7.000
TOTAL ASET 11.000 TOTAL KEWAJIBAN DAN EKUITAS 11.000

Dalam pencatatan transaksi di akuntansi pemerintahan, setiap transaksi akan


mempertimbangkan 2 hal, yakni transaksi finansial dan transaksi anggaran (budgetary).
Transaksi finansial ini dalam SAP dikenal dengan transaksi LO. Oleh karenanya, dalam
persamaan akuntansi, akuntan pemerintah harus mempertimbangkan apakah transaksi
ini hanya berpengaruh secara finansial atau berpengaruh pada dua aspek sekaligus, baik
finansial maupun anggaran. Kemampuan ini harus diidentifikasi dengan mengetahui
apakah transaksi memiliki pengaruh pada kas atau akrual. Jika kas, maka transaksi ini
akan dicatat di dalam 2 jenis pelaporan, yaitu LO dan LRA. Jika hanya akrual saja yang
terpengaruh, maka pencatatan cukup untuk LO saja. Berikut perbedaan transaksi finansial
dan transaksi anggaran.

Finansial Anggaran
Kas di kas daerah. Otorisasi penerimaan dan pengeluaran dalam APBD/APBN.
Perubahan dalam kas di kas daerah. Realisasi anggaran.
Penerapan akrual. Tidak dicatat dalam anggaran.

61

05.indd 61 24/01/2017 14:47:57


Contoh 2
Akuntansi Pemerintahan Daerah

Berikut APBD dan realisasi APBD Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur selama tahun
2016, APBD Kabupaten Makmur ditetapkan dan direalisasikan sebagai berikut:

(dalam jutaan rupiah)


Pos APBD APBD Realisasi APBD
Pendapatan 31.000 30.000
Belanja Operasi 16.000 15.000
Belanja Modal/Aset Tetap 10.000 10.000
Surplus/(Defisit) 5.000 5.000
Penerimaan Pembiayaan dari Utang Jangka
8.000 7.000
Panjang
Pengeluaran Pembiayaan Pembentukan
(7.000) (5.000)
Dana Cadangan
Sisa Lebih/(Kurang) Pembiayaan 1.000 2.000
SiLPA/(SiKPA) 6.000 7.000

Berikut transaksi-transaksi keuangan yang terjadi di Pemerintah Daerah Kabupaten


Makmur selama tahun 2016 (dalam jutaan rupiah).

a. Inventarisasi aset Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur sebesar Rp11.000.


b. Realisasi pendapatan asli Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur sebesar
Rp30.000.
c. Realisasi belanja operasi Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur sebesar
Rp15.000.
d. Realisasi belanja modal Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur sebesar Rp10.000.
Pengakuan aset atas realisasi belanja modal Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur
sebesar Rp10.000.
e. Realisasi penerimaan pembiayaan dari utang jangka panjang sebesar Rp7.000, dicatat
sebagai pelunasan utang jangka panjang sebesar Rp7.000 dan penerimaan kas sebesar
Rp7.000.
f. Pengeluaran pembiayaan berupa pembentukan dana cadangan dalam rangka
pembangunan bandara di Kabupaten Makmur sebesar Rp5.000, dicatat sebagai
penambahan dana cadangan sebesar Rp5.000 dan pengeluaran kas sebesar
Rp5.000.

Pertanyaan:
Bagaimana pengaruh realisasi APBD Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur terhadap
persamaan akuntansi Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur?

62

05.indd 62 24/01/2017 14:47:58


Penyelesaian:

Bab 5  Persamaan Dasar Akuntansi Pemerintahan


Penjelasan Transaksi (a)
Transaksi (a) adalah pencatatan neraca awal yang berasal dari inventarisasi aset dan
kewajiban. Dalam transaksi ini dicatat aset yang dapat diidentifikasi, serta kewajiban yang
dimiliki oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur pada akhir tahun 2015. Masing-
masing selisih antara total aset dan kewajiban akan diidentifikasi dan dikelompokkan ke
dalam ekuitas. Transaksi (a) merupakan saldo awal neraca untuk pencatatan selanjutnya.
Transaksi ini hanya berkaitan dengan aspek finansial (LO) saja. Dalam Laporan Realisasi
Anggaran, transaksi ini tidak dicatat.

Penjelasan Transaksi (b)


Transaksi (b) adalah realisasi pendapatan Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur sesuai
APBD. Pengakuan pendapatan berdasarkan SAP akan menempatkan target penerimaan
sebagai piutang pajak, terutama setelah diterbitkannya Surat Keputusan Pajak Daerah.
Total nilai Surat Keputusan Pajak Daerah pada tahun 2016 sama dengan anggarannya,
yakni sebesar Rp31.000. Transaksi ini dicatat secara akrual sebagai pengakuan adanya
penambahan piutang dan penambahan pendapatan pajak-LO sebesar Rp31.000.
Realisasi pendapatan Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur adalah Rp30.000.
Transaksi yang terjadi atas realisasi anggaran tersebut akan menambah aset Pemerintah
Daerah Kabupaten Makmur berupa kas sebesar Rp30.000 di sisi debit, sementara di
sisi kredit akan mengurangi jumlah piutang pajak sebesar Rp30.000. Transaksi realisasi
pendapatan pemerintah ini hanya akan menambah kas dan tidak mengubah komposisi
aset lainnya.
Terkait realisasi anggaran, LRA akan mencatat realisasi pendapatan pajak-LRA
sebesar Rp30.000 di sisi kredit dan perubahan SAL sebesar Rp30.000 di sisi debit. Transaksi
ini berpengaruh pada aspek finansial, yaitu pengakuan piutang dan pembayaran piutang
pajak. Selain itu berpengaruh juga pada aspek anggaran, yaitu realisasi pendapatan dan
perubahan SAL.

Penjelasan Transaksi (c)


Transaksi (c) adalah realisasi belanja operasi Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur
sesuai APBD. Realisasi belanja operasi Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur pada
tahun 2016 adalah Rp15.000. Transaksi yang terjadi atas realisasi anggaran tersebut akan
mengurangi aset Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur berupa kas sebesar Rp15.000
di sisi kredit, sementara di sisi debit akan menambah jumlah beban operasi sebesar
Rp15.000. Transaksi realisasi belanja operasi pemerintah ini hanya akan mengurangi kas,
tidak mengubah komposisi aset lainnya. Dari aspek anggaran, transaksi realisasi belanja
operasi pemerintah akan menambah belanja operasi sebesar Rp15.000 dan mengurangi
perubahan SAL sebesar Rp15.000.

Penjelasan Transaksi (d)


Transaksi (d) adalah realisasi belanja modal Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur
sesuai APBD. Realisasi belanja modal Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur pada tahun
2016 adalah Rp10.000. Transaksi yang terjadi atas realisasi anggaran tersebut pada aspek

63

05.indd 63 24/01/2017 14:47:58


finansial akan mengurangi aset Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur berupa kas di
Akuntansi Pemerintahan Daerah

kas daerah sebesar Rp10.000, sementara aset tetap sendiri juga akan berkurang Rp10.000.
Transaksi realisasi belanja operasi pemerintah ini bukan hanya memengaruhi LO saja,
tetapi juga LRA, yaitu dengan menambah belanja modal di sisi debit sebesar Rp10.000,
dan mengurangi perubahan SAL di sisi kredit sebesar Rp10.000.

PERSAMAAN AKUNTANSI LO
(dalam jutaan rupiah)
Kas Utang Utang
Piutang Aset Dana Akum.
Transaksi di Kas Persediaan Jangka Jangka Ekuitas Keterangan
Pajak Tetap Cadangan Peny.
Daerah Pendek Panjang
  Debit Kredit

Neraca
a. 5.000 2.000 3.000 1.000 1.500 2.500 7.000
Awal
Piutang/
b. 31.000 31.000 Pendapatan
Pajak
  5.000 31.000 2.000 3.000 1.000 1.500 2.500 38.000  

Penerimaan
b. 30.000 (30.000)
Pajak

  35.000 1.000 2.000 3.000 1.000 1.500 2.500 38.000  


Beban
c. (15.000) (15.000)
Operasi
  20.000 1.000 2.000 3.000 1.000 1.500 2.500 23.000  

Pengadaan
d. (10.000) 10.000
Aset Tetap

  10.000 1.000 2.000 13.000 1.000 1.500 2.500 23.000  

Penerimaan
Pembiayaan
e. 7.000 7.000 dari Utang
Jangka
Panjang

  17.000 1.000 2.000 13.000 1.000 1.500 9.500 23.000  

Pembiayaan:
f. (5.000) 5.000 Dana
Cadangan

  12.000 1.000 2.000 13.000 6.000 1.500 9.500 23.000  

64

05.indd 64 24/01/2017 14:47:58


Bab 5  Persamaan Dasar Akuntansi Pemerintahan
PERSAMAAN AKUNTANSI LRA
(dalam jutaan rupiah)
Perubahan Perubahan
Transaksi Belanja Pendapatan Keterangan
SAL SAL

  Debit Kredit
a.

b.

 
Realisasi Pendapatan
b. 30.000 30.000
LRA
  30.000 30.000
c. 15.000 15.000 Belanja Operasi
  15.000 30.000 30.000 15.000

d. 10.000 10.000 Belanja Modal

  25.000 30.000 30.000 25.000

Realisasi Penerimaan
e. 7.000 7.000
Pembiayaan

  25.000 37.000 37.000 25.000

Pembiayaan: Dana
f. 5.000 5.000
Cadangan

  30.000 37.000 37.000 25.000

Penjelasan Transaksi (e)


Transaksi (e) adalah realisasi penerimaan pembiayaan Pemerintah Daerah Kabupaten
Makmur sesuai APBD. Realisasi penerimaan pembiayaan Pemerintah Daerah Kabupaten
Makmur pada tahun 2016 adalah Rp7.000 yang berasal dari utang jangka panjang.
Transaksi yang terjadi atas realisasi anggaran tersebut pada aspek finansial akan menambah
aset Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur berupa kas di kas daerah sebesar Rp7.000 di
sisi debit, sementara di sisi kredit akan menambah jumlah utang jangka panjang sebesar
Rp7.000. Transaksi realisasi belanja operasi pemerintah ini pada aspek anggaran akan
menambah belanja operasi sebesar Rp7.000 di sisi debit dan mengurangi perubahan SAL
sebesar Rp7.000 di sisi kredit.

65

05.indd 65 24/01/2017 14:47:58


Penjelasan Transaksi (f)
Akuntansi Pemerintahan Daerah

Transaksi (f) adalah realisasi pengeluaran pembiayaan Pemerintah Daerah Kabupaten


Makmur sesuai APBD untuk membentuk dana cadangan. Realisasi pengeluaran
pembiayaan Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur pada tahun 2016 adalah Rp5.000.
Transaksi yang terjadi atas realisasi anggaran tersebut pada aspek finansial (LO) akan
mengurangi aset Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur berupa kas di kas daerah sebesar
Rp5.000 dan akan menambah dana cadangan sebesar Rp5.000. Pada aspek anggaran,
transaksi ini akan menambah belanja pembiayaan sebesar Rp5.000 dan mengurangi
perubahan SAL sebesar Rp5.000.

Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur


Neraca Saldo Sebelum Penyesuaian
per 31 Desember 2015
(dalam jutaan rupiah)
ASET KEWAJIBAN DAN EKUITAS
Aset Lancar Kewajiban
Kas di Kas Daerah 12.000 Utang Jangka Pendek 1.500
Piutang Pajak 1.000 Utang Jangka Panjang 9.500
Persediaan 2.000  
Total Aset Lancar 15.000 Total Kewajiban 11.000
Aset Tetap dan Lainnya EKUITAS
Aset Tetap 13.000 Ekuitas 23.000
Dana Cadangan 6.000
Total Aset Tetap dan Lainnya 19.000 Total Ekuitas 23.000
TOTAL ASET 34.000 TOTAL KEWAJIBAN DAN EKUITAS 34.000

CONTOH PENYESUAIAN DALAM PERSAMAAN


AKUNTANSI
Setiap akhir tahun, di dalam akuntansi pemerintahan perlu diperhatikan pos-pos yang
memerlukan penyesuaian. Penyesuaian diperlukan karena tidak setiap pos dalam Neraca
menunjukkan kondisi yang sebenarnya. Misalnya, pos persediaan di dalam Neraca
Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur pada akhir tahun 2015, yang mana nilainya sama
dengan pos persediaan di awal tahun 2016 (neraca awal). Untuk memastikan bahwa pos
tersebut saldonya telah tepat, perlu adanya pengecekan nilai persediaan (stock opname).
Kasus lain misalnya, Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur menyusutkan asetnya untuk
mendapatkan nilai wajar aset tetap di dalam Neraca.
Adanya transaksi yang belum tercatat, atau akun pada akhir tahun belum menunjukkan
nilai yang tepat menunjukkan bahwa di dalam akuntansi pemerintahan perlu dilakukan
penyesuaian (judgement) terhadap akun-akun yang muncul. Hasil dari penilaian tersebut
adalah munculnya jurnal penyesuaian untuk memperbaiki laporan agar menggambarkan
keadaan yang wajar.

66

05.indd 66 24/01/2017 14:47:58


Contoh 3

Bab 5  Persamaan Dasar Akuntansi Pemerintahan


Dalam ilustrasi sebelumnya, Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur melakukan stock
opname pada akhir tahun 2016 untuk memastikan pos persediaan telah menunjukkan
saldo yang sebenarnya. Hasilnya diketahui nilai wajar dari persediaan yang dimiliki
Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur adalah Rp3 miliar. Selain itu, pada awal tahun
anggaran, DPRD Kabupaten Makmur memberi mandat agar menyusutkan nilai aset tetap
yang dimiliki Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur sebesar Rp500 juta per tahun.

Pertanyaan:
Bagaimana pengaruh penyesuaian ini terhadap persamaan akuntansi dan Neraca?

Penyelesaian:
Berikut pengaruh penyesuaian terhadap persamaan akuntansi Pemerintah Daerah
Kabupaten Makmur.

Penjelasan Transaksi (g)


Transaksi (g) adalah pengakuan terhadap hasil stock opname yang menunjukkan bahwa
persediaan yang dimiliki Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur pada akhir tahun 2016
adalah Rp3.000. Hal ini menunjukkan perbedaan dengan nilai persediaan pada awal tahun
yang berjumlah Rp2.000. Perbedaan nilai sebesar Rp1.000 perlu diselesaikan dengan
menambahkan masing-masing sebesar Rp1.000 pada pos persediaan (sebagai tambahan
aset lancar) dan pos ekuitas.

Penjelasan Transaksi (h)


Transaksi (h) adalah penyusutan aset tetap pada akhir tahun. Seiring dengan semakin
lamanya digunakan, aset tetap (selain tanah) akan mengalami penurunan manfaat karena
aus atau rusak akibat penggunaan. Dalam rangka penyajian nilai wajar terhadap aset-aset
tersebut dilakukan penyusutan. Selain itu, aset tetap juga dapat direvaluasi, dihentikan
penggunaannya, atau dilepaskan (dijual).
Penyusutan adalah penyesuaian nilai terkait penurunan kapasitas atau manfaat
dari suatu aset. Selain tanah dan konstruksi dalam pengerjaan, seluruh aset tetap dapat
disusutkan sesuai sifat dan karakteristik aset tersebut. Penyusutan ini bukan untuk alokasi
biaya sebagaimana penyusutan di sektor swasta (komersial), tetapi untuk penyesuaian
agar nilai aset tetap dapat disajikan secara wajar. Pengertian ini berdampak pada transaksi
yang harus dibuat untuk mengakui penyusutan, yang mana tidak ada pengakuan beban
penyusutan melainkan hanya penurunan nilai aset.
Nilai penyusutan untuk masing-masing periode dicatat dengan menambah pos
akumulasi penyusutan dan mengurangi pos ekuitas. Nilai penyusutan aset tetap yang
dimiliki Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur pada tahun 2016 adalah Rp500.
Penyusutan ini akan mengurangi nilai aset tetap sebesar Rp500 (dengan terbentuknya
pos baru berupa akumulasi penyusutan yang merupakan akun kontra dari aset tetap) dan
mengurangi nilai pos ekuitas. Dengan kata lain, akumulasi penyusutan bertambah (kredit)
dan ekuitas berkurang (debit).

67

05.indd 67 24/01/2017 14:47:58


Akuntansi Pemerintahan Daerah

PERSAMAAN AKUNTANSI LO
(dalam jutaan rupiah)
Kas di Utang Utang
Piutang Aset Dana Akum.
Transaksi Kas Persediaan Jangka Jangka Ekuitas Keterangan
Pajak Tetap Cadangan Peny.
Daerah Pendek Panjang
  Debit  Kredit
Neraca
a. 5.000   2.000 3.000 1.000   1.500 2.500 7.000
Awal

Piutang
b.   31.000             31.000
Pajak

  5.000 31.000 2.000 3.000 1.000 1.500 2.500 38.000  

Penerimaan
b. 30.000 (30.000)              
Pajak

  35.000 1.000 2.000 3.000 1.000 1.500 2.500 38.000

Beban
c. (15.000)               (15.000)
Operasi

  20.000 1.000 2.000 3.000 1.000 1.500 2.500 23.000

Pengadaan
d. (10.000)     10.000          
Aset Tetap

  10.000 1.000 2.000 13.000 1.000 1.500 2.500 23.000

Penerimaan
Pembiayaan
e. 7.000 7.000 Utang
Jangka
Panjang

  17.000 1.000 2.000 13.000 1.000 1.500 9.500 23.000

Pembiayaan
f. (5.000) 5.000 Dana
Cadangan

  12.000 1.000 2.000 13.000 6.000 1.500 9.500 23.000

Penyesuaian
g.     1.000           1.000 Beban
Persediaan

  12.000 1.000 3.000 13.000 6.000   1.500 9.500 24.000  

Penyesuaian
h.           (500)     (500) Beban
Penyusutan

  12.000 1.000 3.000 13.000 6.000 (500) 1.500 9.500 23.500  

68

05.indd 68 24/01/2017 14:47:59


Bab 5  Persamaan Dasar Akuntansi Pemerintahan
PERSAMAAN AKUNTANSI LRA
(dalam jutaan rupiah)

Perubahan Pendapatan Perubahan


Transaksi Belanja Keterangan
SAL SAL SAL

  Debit Kredit  
a.          
b.          
           
Realisasi
b.   30.000 30.000  
Pendapatan-LRA
  30.000 30.000    
c. 15.000     15.000 Belanja Operasi
  15.000 30.000 30.000 15.000  
d. 10.000     10.000 Belanja Modal
  25.000 30.000 30.000 25.000  
Realisasi Penerimaan
e. 7.000     7.000
Pembiayaan
  32.000 30.000 30.000 32.000  
Pembiayaan: Dana
f. 5.000 5.000
Cadangan
  37.000 30.000 30.000 37.000  *
g.          
  37.000 30.000 30.000 37.000  
h.          
  37.000 30.000 30.000 37.000  **

Keterangan: 

* Neraca Saldo Sebelum Penyesuaian


** Neraca Saldo Setelah Penyesuaian

Teknik lain yang dapat digunakan adalah mengurangi penyusutan langsung terhadap
aset tetap dan ekuitas dana investasi–diinvestasikan pada aset tetap sesuai nilai wajarnya.
Berikut Neraca Saldo Setelah Penyesuaian tersebut.

69

05.indd 69 24/01/2017 14:47:59


Akuntansi Pemerintahan Daerah

Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur


Neraca Saldo Setelah Penyesuaian
per 31 Desember 2015
(dalam jutaan rupiah)
ASET KEWAJIBAN DAN EKUITAS
Aset Lancar Kewajiban
Kas di Kas Daerah 12.000 Utang Jangka Pendek 1.500
Piutang Pajak 1.000 Utang Jangka Panjang 9.500
Persediaan 3.000  
Total Aset Lancar 16.000 Total Kewajiban 11.000
Aset Tetap dan Lainnya EKUITAS
Aset Tetap 13.000 Ekuitas 23.500
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap (500)
Dana Cadangan 6.000
Total Aset Tetap dan Lainnya 18.500 Total Ekuitas 23.500
TOTAL ASET 34.500 TOTAL KEWAJIBAN DAN EKUITAS 34.500

LAPORAN OPERASIONAL DAN LAPORAN REALISASI


ANGGARAN DALAM PERSAMAAN AKUNTANSI
PEMERINTAHAN
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang ditetapkan dengan PP Nomor 24 Tahun
2005 menggunakan basis modifikasi kas menuju akrual (cash towards accrual). Basis ini
mengharuskan penyajian aset, kewajiban, dan ekuitas dengan basis akrual, sementara
pendapatan, belanja, dan pembiayaan menggunakan basis kas. Aset, kewajiban, dan ekuitas
merupakan unsur Neraca, sementara pendapatan, belanja, dan pembiayaan merupakan
unsur Laporan Realisasi Anggaran. Perkembangan selanjutnya, PP Nomor 71 Tahun
2010 menggunakan basis akrual (accrual) dalam pencatatan akuntansi pemerintahan.
Basis ini mengharuskan penyajian aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan-LO, dan beban
dengan basis akrual, sedangkan pendapatan, belanja, dan pembiayaan, serta Laporan
Arus Kas menggunakan basis kas. Aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan-LO, dan beban
merupakan unsur Neraca dan Laporan Operasional, sedangkan pendapatan-LRA, belanja,
dan pembiayaan merupakan unsur Laporan Realisasi Anggaran.
Dengan kata lain, Neraca dan LO disajikan dengan basis akrual, sementara Laporan
Realisasi Anggaran dan Laporan Arus Kas disajikan dengan basis kas. Berikut merupakan
penyajian laporan keuangan sebelum penyesuaian.

70

05.indd 70 24/01/2017 14:47:59


Bab 5  Persamaan Dasar Akuntansi Pemerintahan
Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur
Laporan Operasional Sebelum Penyesuaian
Untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2015
(dalam jutaan rupiah)
Penerimaan Pajak 31.000
Dikurangi:  
Beban Operasi (15.000)
Surplus/Defisit-LO 16.000

Sebelum penyesuaian surplus-LO Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur adalah


Rp15.000, berbeda dengan surplus-LO Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur setelah
penyesuaian beban persediaan sebesar Rp1.000 dan beban penyusutan sebesar Rp500.
Surplus-LO Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur setelah penyesuaian adalah Rp16.500.
Perbedaan ini karena diterapkannya basis akrual dalam pembukuan Pemerintah Daerah
Kabupaten Makmur. Basis ini mampu meningkatkan kualitas laporan keuangan karena pos-
pos Laporan Operasional (LO) setelah penyesuaian menjadi lebih akurat jika dibandingkan
dengan Laporan Operasional (LO) setelah penyesuaian. Berikut merupakan penyajian
Laporan Operasional (LO) Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur setelah penyesuaian.

Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur


Laporan Operasional Setelah Penyesuaian
Untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2015
(dalam jutaan rupiah)
Penerimaan Pajak 31.000
Dikurangi:
Belanja Operasi (15.000)
Penyesuaian Persediaan 1.000
Beban Penyusutan (500)
Surplus/Defisit-LO 16.500

Surplus/defisit-LO merupakan penyebab utama terjadinya perubahan pada ekuitas.


Ekuitas awal merupakan aset bersih suatu pemerintahan. Jika tidak ada faktor lain yang
mendorong perubahan ekuitas, maka ekuitas hanya akan berubah karena surplus/defisit-
LO. Berikut merupakan Laporan Perubahan Ekuitas Pemerintah Daerah Kabupaten
Makmur dengan surplus/defisit-LO setelah penyesuaian.

Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur


Laporan Perubahan Ekuitas
Untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2015
(dalam jutaan rupiah)
Ekuitas, 1 Januari 2015 7.000
Surplus/Defisit-LO 16.500
Ekuitas, 31 Desember 2015 23.500

71

05.indd 71 24/01/2017 14:47:59


Tabel 5.2  Persamaan Akuntansi Pembentuk Laporan Keuangan Pemerintah
Akuntansi Pemerintahan Daerah

Jumlah
Transaksi Keterangan Aktivitas Arus Kas Aktivitas
(dalam Jutaan Rupiah)
a. 5.000 Neraca Awal Saldo Awal
b. 30.000 Penerimaan Pajak Operasi
c. (15.000) Beban Operasi Operasi
d. (10.000) Pengadaan Aset Tetap Investasi
e. 7.000 Penerimaan Pembiayaan Utang Jangka Panjang Pembiayaan
f. (5.000) Pembiayaan Dana Cadangan Pembiayaan
  12.000 Neraca Awal Saldo Akhir

Laporan Arus Kas merupakan informasi yang dihasilkan dari aktivitas kas. Basis
kas bukan berarti ditinggalkan dalam pengelolaan keuangan dan diganti dengan basis
akrual, tetapi basis akrual merupakan penyempurna informasi yang dihasilkan dengan
basis kas. Pada umumnya, Laporan Arus Kas disusun dengan mengklasifikasi penerimaan
dan pengeluaran kas ke dalam tiga aktivitas, yakni:

1. Aktivitas operasional yang terkait dengan kegiatan operasional suatu


pemerintahan.
2. Aktivitas investasi yang terkait dengan investasi jangka panjang dan aset tetap suatu
pemerintahan.
3. Aktivitas pembiayaan yang terkait dengan upaya pengurangan defisit atau peningkatan
surplus.

Laporan Arus Kas dapat disusun menggunakan dua metode, yaitu: metode langsung
dan metode tidak langsung. Penyusunan Laporan Arus Kas (LAK) menggunakan metode
langsung dilakukan dengan mengklasifikasi secara langsung transaksi kas ke dalam
tiga aktivitas arus kas. Pada umumnya, metode langsung memiliki keterkaitan dengan
pencatatan kas.

Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur


Laporan Arus Kas
(Metode Langsung)
Untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2015
(dalam jutaan rupiah)
Arus Kas dari Aktivitas Operasi
Pendapatan 30.000
Belanja Operasi (15.000)
Total Arus Kas dari Aktivitas Operasi 15.000

(Bersambung)

72

05.indd 72 24/01/2017 14:47:59


Bab 5  Persamaan Dasar Akuntansi Pemerintahan
(Lanjutan)

Arus Kas dari Aktivitas Investasi


Belanja Modal/Aset Tetap (10.000)
Total Arus Kas dari Aktivitas Investasi (10.000)

Arus Kas dari Aktivitas Pembiayaan


Penerimaan Pembiayaan dari Utang Jangka Panjang 7.000
Pengeluaran Pembiayaan Pembentukan Dana Cadangan (5.000)
Total Arus Kas dari Aktivitas Pembiayaan 2.000

Total Penambahan Kas 7.000


Saldo Kas Awal 5.000
Saldo Kas Akhir 12.000

Laporan Arus Kas menggunakan metode tidak langsung tidak diwajibkan, bahkan
menurut PP Nomor 71 Tahun 2010 laporan ini tidak diperbolehkan penggunaannya.
Namun, Laporan Arus Kas (LAK) sebenarnya memiliki manfaat yang besar dari informasi
yang dihasilkannya. Manfaat Laporan Arus Kas menggunakan metode tidak langsung
antara lain menjelaskan hubungan antara surplus/defisit-LO dengan peningkatan atau
penurunan kas, menguji ketepatan angka surplus/defisit-LO dengan perubahan di dalam
Neraca, dan menguji ketepatan artikulasi laporan keuangan tersebut.

Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur


Laporan Arus Kas
(Metode Tidak Langsung)
Untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2015
(dalam jutaan rupiah)
Arus Kas dari Aktivitas Operasi
Surplus/Defisit-LO 16.500
Penyesuaian:
Kenaikan Persediaan (1.000)
Kenaikan Piutang (1.000)
Penyusutan 500
Total Arus Kas dari Aktivitas Operasi 15.000

Arus Kas dari Aktivitas Investasi


Belanja Modal/Aset Tetap (10.000)
Total Arus Kas dari Aktivitas Investasi (10.000)

(Bersambung)

73

05.indd 73 24/01/2017 14:48:00


Akuntansi Pemerintahan Daerah

(Lanjutan)

Arus Kas dari Aktivitas Pembiayaan


Penerimaan Pembiayaan dari Utang Jangka Panjang 7.000
Pengeluaran Pembiayaan Pembentukan Dana Cadangan (5.000)
Total Arus Kas dari Aktivitas Pembiayaan 2.000

Total Penambahan Kas 7.000


Saldo Kas Awal 5.000
Saldo Kas Akhir 12.000

Neraca dan Laporan Realisasi Anggaran merupakan laporan-laporan yang saling


berhubungan. Pendapatan yang merupakan salah satu komponen dari Laporan Realisasi
Anggaran didefinisikan sebagai semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah
yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran tertentu dan menjadi
hak pemerintah, sehingga pemerintah tidak perlu membayar kembali. Selanjutnya, belanja
yang juga menjadi salah satu komponen Laporan Realisasi Anggaran didefinisikan sebagai
semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang mengurangi ekuitas
dana lancar dalam periode tahun anggaran tertentu, yang mana tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh pemerintah.

Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur


Laporan Realisasi Anggaran
per 31 Desember 2015
(dalam jutaan rupiah)
  Anggaran Realisasi
Pendapatan 31.000 30.000
Belanja Operasi 16.000 15.000
Belanja Modal/Aset Tetap 10.000 10.000
Surplus/(Defisit) 5.000 5.000
Penerimaan Pembiayaan dari Utang Jangka Panjang 8.000 7.000
Pengeluaran Pembiayaan Pembentukan Dana Cadangan (7.000) (5.000)
Pembiayaan Neto 1.000 2.000
SiLPA/(SiKPA) 6.000 7.000

74

05.indd 74 24/01/2017 14:48:00


Bab 5  Persamaan Dasar Akuntansi Pemerintahan
Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
Untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2015
(dalam jutaan rupiah)
Perubahan SAL, Awal -
Ditambah:
SiLPA 7.000
Perubahan SAL, Akhir 7.000

75

05.indd 75 24/01/2017 14:48:00


Akuntansi Pemerintahan Daerah

76

05.indd 76 24/01/2017 14:48:00


Bab 6
Siklus Akuntansi dan
Konsep Resiprokal

Selesai mempelajari bab ini, Anda diharapkan mampu:

1. Menjelaskan konsep Home Office and Branch Office (HOBO), serta aplikasinya di pemerintah
daerah.
2. Menjelaskan fungsi dan tugas PPKD.
3. Menjelaskan fungsi dan tugas SKPD.
4. Menjelaskan akun R/K SKPD.
5. Menjelaskan akun R/K PPKD.
6. Menjelaskan hubungan resiprokal antara R/K SKPD dan R/K PPKD.

77

06.indd 77 24/01/2017 14:48:19


PENDAHULUAN
Akuntansi Pemerintahan Daerah

Akun resiprokal adalah akun internal di pemerintah daerah yang menggambarkan


hubungan keuangan di antara PPKD sebagai Home Office dan SKPD sebagai Branch
Office. Hubungan Home Office and Branch Office (HOBO) digambarkan sebagai teknik
akuntansi yang memfasilitasi pengakuan piutang di SKPD oleh PPKD dan pengakuan
utang ke PPKD oleh SKPD. Hubungan HOBO ini digambarkan dengan akun R/K PPKD
pada akun yang dimiliki SKPD dan akun R/K SKPD pada akun yang dimiliki PPKD.
Akun R/K PPKD pada akun yang dimiliki SKPD pada hakikatnya merupakan utang
dari SKPD ke PPKD. Akun R/K SKPD pada akun yang dimiliki PPKD pada hakikatnya
merupakan piutang yang diakui oleh PPKD atas SKPD. Kedua akun ini berpasangan
dan jumlahnya akan sama, baik di SKPD maupun di PPKD. Hubungan kedua akun ini
ditunjukkan pada Gambar 6.1, yang mana pada bagian kiri terdapat ilustrasi 3 SKPD
dengan R/K PPKD pada masing-masing Neraca yang dimilikinya (R/K PPKD berada di
sisi pasiva). Sementara pada bagian kanan terdapat ilustrasi 1 PPKD yang membawahi 3
SKPD baik secara keuangan maupun anggaran. Neraca PPKD mencantumkan R/K SKPD
dari masing-masing SKPD di sisi aktiva.
Berdasarkan PP Nomor 71 Tahun 2010 bahwa:

“Akuntansi didefinisikan sebagai sebuah proses identifikasi, pencatatan,


pengukuran, pengklasifikasian, pengikhtisaran atas semua transaksi dan aktivitas
keuangan, penyajian laporan, serta penginterpretasian atas hasilnya.”

Gambar 6.1  Hubungan R/K PPKD dan R/K SKPD pada Pemerintah Daerah

NERACA SKPD A

R/K PPKD

NERACA SKPD B NERACA PPKD


R/K SKPD A
R/K PPKD R/K SKPD B
R/K SKPD C

NERACA SKPD C

R/K PPKD

Sumber: Permendagri Nomor 64 Tahun 2013.

78

06.indd 78 24/01/2017 14:48:20


Dalam definisi tersebut terdapat kata “proses” yang bermakna ada pengolahan

Bab 6  Siklus Akuntansi dan Konsep Resiprokal


masukan (input) menjadi keluaran (output). Proses akuntansi akan mengolah seluruh
transaksi dan aktivitas keuangan yang ada di setiap entitas, untuk kemudian menghasilkan
informasi dalam bentuk laporan keuangan agar dapat digunakan dalam proses evaluasi
dan pengambilan keputusan. Jadi, input dari proses akuntansi adalah transaksi dan
output-nya adalah laporan keuangan.
Untuk mendapatkan output dari input yang dimasukkan tentunya data transaksi
harus melewati suatu siklus akuntansi dalam suatu periode tertentu. Siklus akuntansi
merupakan serangkaian tahapan yang harus dilalui untuk mengubah input (transaksi)
menjadi output (laporan keuangan). Apabila dalam definisi akuntansi menurut PP Nomor
71 Tahun 2010 terdapat serangkaian proses yang terdiri dari identifikasi, pencatatan,
pengukuran, pengklasifikasian, pengikhtisaran, penyajian, serta intrepertasi, maka dapat
dikatakan bahwa siklus akuntansi merupakan suatu kumpulan proses untuk mendapatkan
output (laporan keuangan) yang dapat diintrepertasikan.
Proses identifikasi merupakan proses yang menilai apakah suatu transaksi dapat
dikategorikan sebagai transaksi ekonomi atau bukan. Contohnya, apabila suatu pemerintah
daerah memberikan penghargaan berupa medali kepada pahlawan daerah tersebut, maka
hal ini tidak dikategorikan sebagai transaksi ekonomi. Namun baru dapat dikategorikan
sebagai transaksi ekonomi jika pembelian medali dilakukan oleh pemerintah daerah
tersebut. Proses pencatatan adalah proses mencatat transaksi ekonomi tersebut berdasarkan
bukti transaksi yang tersedia dalam bentuk jurnal umum. Proses pengukuran merupakan
penentuan jumlah rupiah terhadap suatu objek transaksi pada saat perolehannya. Misalnya,
sebuah mesin yang memiliki harga jual Rp7.000.000. Proses pengklasifikasian merupakan
proses mengategorikan suatu transaksi apakah termasuk dalam kategori aset, kewajiban,
atau ekuitas. Proses ini juga menentukan jenis-jenis akun yang tepat untuk menggambarkan
transaksi tersebut di buku besar. Klasifikasi akun dalam buku besar akan menggambarkan
kondisi setiap akun secara terinci. Proses pengikhtisaran merupakan proses penyusunan
neraca saldo, jurnal penyesuaian, dan juga pembuatan neraca lajur (sifatnya opsional)
yang akan menjadi dasar dibuatnya laporan keuangan di akhir periode. Proses penyajian/
pelaporan merupakan suatu proses pembuatan laporan keuangan, termasuk di dalamnya
pembuatan jurnal penutup. Selanjutnya, setelah dilakukan penutupan akan didapatkan
laporan keuangan yang menggambarkan kinerja selama satu periode dan kondisi keuangan
pada akhir periode yang dimaksud.

GAMBARAN UMUM SIKLUS AKUNTANSI


Siklus akuntansi dimulai dengan pencatatan transaksi atau aktivitas keuangan ke
dalam jurnal. Transaksi yang telah dicatat di dalam jurnal kemudian diklasifikasikan
ke dalam buku besar per akun atau kode rekening. Pada tanggal tertentu (misalnya, akhir
periode), saldo dari setiap akun atau kode rekening dari buku besar diikhtisarkan menjadi
neraca saldo. Neraca saldo ini yang menjadi dasar penyusunan laporan keuangan.

79

06.indd 79 24/01/2017 14:48:20


Akuntansi Pemerintahan Daerah

Gambar 6.2  Siklus Akuntansi 

Transaksi
(Identifikasi)

Jurnal Pembalik Jurnal Umum


(Opsional) (Jurnal LO dan LRA)

Neraca Saldo
Posting ke
Setelah Penutupan
Buku Besar
(opsional)

Laporan Keuangan Neraca Saldo


Sektor Publik (Sebelum Penyesuaian)

Jurnal Jurnal Penyesuaian


Penutup (Jurnal LO)

Neraca Saldo
(Setelah Penyesuaian)

Sumber: Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, dan Terry D. Warfield (2016).

JURNAL UMUM
Jurnal merupakan catatan kronologis dan sistematis atas seluruh transaksi keuangan
sebuah entitas. Penjurnalan merupakan prosedur awal dalam siklus akuntansi yang sangat
penting dan mayoritas dikerjakan oleh manusia dalam prosesnya. Patut dicatat bahwa
jurnal ditulis berdasarkan bukti, yang mana terdapat dua jenis bukti, yaitu bukti transaksi
dan bukti memorial. Basis akrual dalam akuntansi sangat erat kaitannya dengan bukti
memorial, sebagai contoh dalam pencatatan terkait penyusutan, amortisasi aset tidak
berwujud, bunga, pendapatan, dan beban yang sifatnya diterima di muka.
Dalam melakukan pencatatan transaksi ke dalam jurnal digunakan metode double
entry bookeeping, yang mana setiap transaksi akan dicatat di sisi debit dan sisi kredit.
Untuk pencatatan dalam bentuk ayat jurnal di sektor publik, berikut hal-hal yang perlu
diperhatikan.

1. Jurnal dicatat secara kronologis berdasarkan tanggal terjadinya transaksi.


2. Nomor bukti harus dicatat sesuai dengan yang tertera dalam bukti transaksi. Apabila
bukti transaksi berasal dari internal kementerian/lembaga, maka harus sesuai
dengan standar administrasi dan kesekretariatan dari kementerian/lembaga yang
bersangkutan.

80

06.indd 80 24/01/2017 14:48:21


3. Kode rekening atau bagan akun standar harus disesuaikan dengan kode rekening yang

Bab 6  Siklus Akuntansi dan Konsep Resiprokal


tertera dalam Lampiran Permendagri Nomor 64 Tahun 2013 atau yang disesuaikan
dengan kebijakan akuntansi kementerian/lembaga tersebut.
4. Akun yang berada di sisi debit dicatat terlebih dahulu daripada akun yang berada
di sisi kredit, beserta angka yang tertera dalam bukti transaksi dan juga bukti
memorial.
5. Akun yang berada di sisi kredit dicatat menjorok ke kanan, beserta angka yang tertera
dalam bukti transaksi dan juga bukti memorial.

Berikut adalah contoh jurnal umum dalam akuntansi sektor publik.

Jurnal LO
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)
Bukti Akun
30 Juli 2015 003/045/ 1.1.1.02.01 Kas di Bendahara Penerimaan 120.000.000
VII/15 1.1.3.02.02 Piutang Retribusi Pelayanan
Persampahan/Kebersihan 120.000.000

Jurnal LRA
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)
Bukti Akun
30 Juli 2015 003/045/ 3.1.2.05.01 Estimasi Perubahan SAL 120.000.000
VII/15 4.1.2.02.01 Retribusi Pelayanan
Persampahan/Kebersihan-LRA 120.000.000

Akuntansi berbasis akrual berdasarkan PP Nomor 71 Tahun 2010 berbeda dengan


akuntansi berbasis kas menuju akrual berdasarkan PP Nomor 24 Tahun 2005, terutama
terkait pencatatan yang mana tidak terdapat jurnal korolari yang selama ini identik dengan
pemerintahan. Dalam akuntansi berbasis akrual dikenal dua tipe jurnal, yaitu Jurnal
Laporan Operasional (LO) dan Jurnal Laporan Realisasi Anggaran (LRA). Hal ini tidak
lepas dari PP Nomor 71 Tahun 2010 yang sebenarnya masih menggunakan dua jenis laporan
dalam laporan keuangan pemerintah, yakni Laporan Finansial (Laporan Operasional,
Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca, dan Laporan Arus Kas), serta Laporan Anggaran
(Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih).

Jurnal Laporan Operasional (LO)


Jurnal LO diperlukan untuk mencatat transaksi yang terkait aset, kewajiban, ekuitas,
pendapatan-LO, dan beban. Transaksi-transaksi yang dicatat dalam jurnal LO adalah
seluruh transaksi yang memengaruhi kegiatan ekonomi suatu entitas, termasuk di
dalamnya adalah transaksi-transaksi yang merupakan bagian dari basis akrual. Untuk
melakukan pencatatan dalam jurnal LO kita harus mengetahui akun-akun mana yang
masuk ke dalam kategori aset, kewajiban, dan ekuitas.

81

06.indd 81 24/01/2017 14:48:21


Jurnal Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
Akuntansi Pemerintahan Daerah

Jurnal LRA merupakan jurnal yang dicatat dengan basis kas. Jurnal LRA digunakan untuk
mengakui adanya realisasi anggaran atas pendapatan-LRA, penerimaan pembiayaan,
belanja, transfer, dan pengeluaran pembiayaan. Jurnal LRA ini akan menghasilkan
Laporan Realisasi Anggaran (LRA). Jurnal ini digunakan untuk merekam anggaran dan
realisasinya. Akun yang sangat identik dengan jurnal LRA karena selalu dicatat adalah
akun estimasi perubahan SAL.
Saldo Normal Akun Laporan Realisasi Anggaran

Akun Laporan Realisasi Anggaran Saldo Normal


Estimasi Pendapatan Debit
Estimasi Penerimaan Pembiayaan Debit
Belanja Debit
Pengeluaran Pembiayaan Debit
Aprosiasi Belanja Kredit
Aprosiasi Pengeluaran Pembiayaan Kredit
Pendapatan-LRA Kredit
Penerimaan Pembiayaan Kredit
Estimasi Perubahan SAL Menyesuaikan

Setiap entitas akan melakukan penjurnalan atas anggaran ketika anggaran telah
ditetapkan untuk satu periode. Pejabat Penatausahaan Keuangan akan mencatat akun
estimasi pendapatan dan estimasi penerimaan pembiayaan di sisi debit sebesar nilai
anggarannya, akun apropriasi belanja dan apropriasi pengeluaran pembiayaan di sisi kredit
sebesar nilai anggarannya, dan akun estimasi perubahan SAL pencatatannya akan menjadi
penyeimbang antara sisi debit dan sisi kredit. Pencatatan akun estimasi perubahan SAL
mengikuti kebijakan anggaran dari entitas tersebut. Apabila digunakan anggaran defisit,
maka estimasi perubahan SAL akan dicatat di sisi debit. Sementara apabila anggaran
surplus yang digunakan, maka estimasi perubahan SAL akan dicatat di sisi kredit. Apabila
digunakan anggaran berimbang (balance budget policy), maka tidak ada pencatatan akun
estimasi perubahan SAL.
Selama periode berjalan, sebuah transaksi akan dicatat menggunakan jurnal
LRA jika di dalam transaksi tersebut terdapat arus kas masuk atau arus kas keluar, dan
merupakan realisasi anggaran bagi entitas bersangkutan. Adanya realisasi anggaran, baik
realisasi pendapatan, realisasi penerimaan pembiayaan, realisasi belanja, maupun realisasi
pengeluaran pembiayaan akan memengaruhi nilai estimasi perubahan SAL. Dengan
demikian, setiap terjadi penjurnalan atas realisasi anggaran, maka akun kontranya adalah
akun estimasi perubahan SAL. Dengan adanya jurnal LO dan jurnal LRA, maka setiap
kali terjadi transaksi atau aktivitas keuangan, Fungsi Akuntansi di setiap entitas harus
mencatatnya agar kebutuhan informasi untuk menyusun Laporan Operasional, Neraca,
dan Laporan Realisasi Anggaran dapat terpenuhi.

82

06.indd 82 24/01/2017 14:48:21


Berikut beberapa catatan penting yang perlu diperhatikan saat hendak melakukan

Bab 6  Siklus Akuntansi dan Konsep Resiprokal


pencatatan transaksi ke dalam jurnal.

1. Setiap transaksi atau aktivitas keuangan pasti dicatat menggunakan jurnal LO, kecuali
pencatatan anggaran yang hanya dilakukan menggunakan jurnal LRA.
2. Apabila suatu transaksi atau aktivitas keuangan menyebabkan arus kas masuk atau
arus kas keluar dan merupakan realisasi anggaran bagi entitas bersangkutan, maka
selain dicatat menggunakan jurnal LO dicatat juga menggunakan jurnal LRA.

BUKU BESAR
Apabila transaksi telah dicatat di dalam jurnal, tahap selanjutnya adalah mengklasifikasikan
transaksi berdasarkan akunnya ke dalam buku besar. Buku besar merupakan kumpulan
catatan transaksi per akun. Setiap akun memiliki satu buku besar, sehingga jumlah buku
besar yang dimiliki sebuah entitas sama banyaknya dengan jumlah akun yang dimilikinya.
Buku besar dibuat dalam sebuah format tertentu yang memiliki informasi terkait nama
akun, kode akun, tanggal, keterangan transaksi, referensi transaksi, jumlah transaksi debit,
jumlah transaksi kredit, dan saldo.
Setiap akun buku besar dimulai dengan rincian jumlah saldo awal yang merupakan
saldo akhir pada laporan keuangan tahun sebelumnya. Sebagai contoh, apabila Neraca Dinas
Pertamanan dan Tata Kota Kabupaten Delima per 31 Desember 2014 menunjukkan saldo
akun Kas di Bendahara Penerimaan sebesar Rp45.000.000, maka Fungsi Akuntansi akan
mencatat saldo awal akun tersebut di buku besar tahun 2015 sebesar Rp45.000.000.

SKPD : Dinas Pertamanan dan Tata Kota, Kabupaten Delima


Nama Akun : Kas di Bendahara Penerimaan
Kode Akun : 1.1.1.01.01

Tanggal Uraian Ref. Debit (Rp) Kredit (Rp) Saldo (Rp)


1 Januari 2015 Saldo Awal 45.000.000 45.000.000

Nomor
Tanggal Kode Akun Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)
Bukti
30 Juli 2015 003/045/ 1.1.1.02.01 Kas di Bendahara Penerimaan 120.000.000
VII/15 1.1.3.02.02 Piutang Retribusi Pelayanan
Sampah/Kebersihan 120.000.000

83

06.indd 83 24/01/2017 14:48:22


SKPD : Dinas Pertamanan dan Tata Kota, Kabupaten Delima
Akuntansi Pemerintahan Daerah

Nama Akun : Kas di Bendahara Penerimaan


Kode Akun : 1.1.1.01.01

Tanggal Uraian Ref. Debit (Rp) Kredit (Rp) Saldo (Rp)


1 Januari 2015 Saldo Awal 45.000.000
30 Juli 2015 Pelunasan Piutang Retribusi
120.000.000 165.000.000
Pelayanan Sampah/Kebersihan

Masing-masing buku besar memuat informasi terkait nama SKPD, nama akun, kode
akun, pagu APBD, dan pagu perubahan APBD sebagai kontrol dengan batas maksimal
transaksi untuk setiap akun tidak boleh melebihi pagu anggarannya. Pada kolom tanggal
diisi dengan tanggal transaksi. Kolom uraian diisi dengan keterangan yang menjelaskan
transaksi. Kolom Ref. (referensi) diisi dengan halaman jurnal transaksi. Kolom debit atau
kredit diisi dengan nilai nominal transaksi sesuai yang tertera dalam jurnal. Kolom saldo
merupakan akumulasi nilai transaksi dari akun yang terkait. Proses klasifikasi transaksi
dari jurnal ke buku besar dikenal dengan istilah posting. Sebelum melakukan posting,
terlebih dahulu masukkan seluruh nilai saldo awal untuk akun-akun aset, kewajiban, dan
ekuitas yang diperoleh dari neraca awal tahun ke dalam masing-masing buku besarnya.
Ketika transaksi periode berjalan telah dimulai, setiap transaksi yang telah dicatat dalam
jurnal kemudian diposting ke buku besar.

NERACA SALDO SEBELUM PENYESUAIAN


Nilai saldo setiap akun diakumulasi pada akhir periode akuntansi, untuk selanjutnya
dilakukan pengikhtisaran atas transaksi-transaksi tersebut ke dalam suatu neraca saldo.

SKPD : Dinas Pertamanan dan Tata Kota, Kabupaten Delima


Nama Akun : Kas di Bendahara Penerimaan
Kode Akun : 1.1.1.01.01

Tanggal Uraian Ref. Debit (Rp) Kredit (Rp) Saldo (Rp)


1 Januari 2015 Saldo Awal 45.000.000
30 Juli 2015 Pelunasan Piutang Retribusi
120.000.000 165.000.000
Pelayanan Sampah/Kebersihan
31 Desember 2015 Saldo Akhir 165.000.000

Dinas Pertamanan dan Tata Kota, Kabupaten Delima


Neraca Saldo Sebelum Penyesuaian

Kode Akun Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)


Kas di Bendahara Penerimaan 165.000.000
Kas di Bendahara Pengeluaran 130.000.000
Piutang Pajak Daerah 100.000.000
Kendaraan Dinas 900.000.000

84

06.indd 84 24/01/2017 14:48:22


JURNAL PENYESUAIAN

Bab 6  Siklus Akuntansi dan Konsep Resiprokal


Salah satu hal penting dalam penggunaan basis akrual adalah adanya jurnal penyesuaian.
Jurnal penyesuaian merupakan jurnal yang membuat laporan keuangan berada pada nilai
yang sesuai dengan keadaan pada saat tanggal pelaporan. Tipe jurnal penyesuaian terdiri
dari deferal dan akrual. Jurnal penyesuaian tipe deferal, antara lain:

a. Beban dibayar di muka adalah beban yang dibayar secara tunai, namun manfaatnya
dapat dirasakan kemudian. Contoh beban dibayar di muka adalah beban perlengkapan,
asuransi dibayar di muka, penyusutan, dan amortisasi aset tetap.
b. Pendapatan diterima di muka adalah pendapatan yang dibayar secara tunai
lebih dahulu, namun manfaat baru dirasakan oleh konsumen kemudian. Contoh
pendapatan diterima di muka adalah sewa dibayar di muka.

Sementara jurnal penyesuaian tipe akrual, antara lain:

a. Pendapatan akrual adalah pendapatan yang mana manfaatnya sudah diberikan,


namun belum dilaksanakan pembayarannya secara tunai. Contoh pendapatan
diterima di muka adalah piutang atas pemberian jasa.
b. Beban akrual adalah beban yang sudah terjadi, namun belum dibayarkan secara
tunai. Contoh beban akrual adalah beban bunga, beban gaji dan upah, serta beban
kerugian piutang.

Apabila diketahui harga perolehan kendaraan dinas milik Dinas Pertamanan dan
Tata Kota, Kabupaten Delima sebesar Rp900.000.000 dengan umur ekonomis 20 tahun
tanpa nilai sisa, maka nilai penyusutan tahunan jika menggunakan metode garis lurus
adalah Rp45.000.000. Berikut jurnal penyesuaian yang dibuat untuk mengakui adanya
penyusutan tersebut.

Nomor Kredit
Tanggal Kode Akun Uraian Debit (Rp)
Bukti (Rp)
31 1.1.1.02.01 Beban Penyusutan Kendaraan Dinas 45.000.000
Desember 1.1.3.02.02 Akumulasi Penyusutan
2015 Kendaraan Dinas 45.000.000

NERACA SALDO SETELAH PENYESUAIAN


Neraca Saldo Setelah Penyesuaian berisi akun-akun yang telah disesuaikan yang menjadi dasar utama
untuk menyiapkan laporan keuangan.

Kode Akun Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)


Kas di Bendahara Penerimaan 165.000.000
Kas di Bendahara Pengeluaran 130.000.000
Piutang Pajak Daerah 100.000.000
Kendaraan Dinas 900.000.000
Akumulasi Penyusutan Kendaraan Dinas 45.000.000

85

06.indd 85 24/01/2017 14:48:22


JURNAL PENUTUP
Akuntansi Pemerintahan Daerah

Jurnal Penutup–LO
Ilustrasi
Berikut nilai beberapa akun yang didapatkan dari data Dinas Pertamanan dan Tata Kota,
Kabupaten Delima.

Akun Nilai per Akun (Rp)


Pendapatan Retribusi Parkir Tempat Wisata 800.000.000
Pendapatan Retribusi Pelayanan Sampah/Kebersihan 400.000.000
Pendapatan Retribusi Daerah 1.200.000.000
Belanja Gaji Pokok 500.000.000
Belanja Tunjangan Keluarga 100.000.000
Belanja Tunjangan Perjalanan Dinas 120.000.000
Belanja Pegawai 720.000.000
Belanja Alat Tulis Kantor 50.000.000
Belanja Makan dan Minum Rapat 30.000.000
Belanja Barang dan Jasa 80.000.000
Belanja Peralatan dan Mesin 150.000.000
Belanja Gedung dan Bangunan 400.000.000
Belanja Modal 550.000.000

Komponen Laporan Operasional terdiri atas pendapatan-LO dikurangi beban-beban


operasi. Berdasarkan informasi tersebut, maka pendapatan retribusi daerah-LO sebesar
Rp1.200.000.000 dikurangi beban operasi sebesar Rp800.000.000 akan menghasilkan nilai
surplus/defisit-LO sebesar Rp400.000.000. Langkah selanjutnya adalah membuat jurnal
penutup-LO dengan tujuan untuk membuat saldo dari akun-akun pendapatan-LO dan
beban operasi menjadi nol pada awal periode. Jurnal penutup-LO sendiri merupakan
pencatatan yang sifatnya kontra dari pencatatan surplus/defisit-LO. PPK SKPD akan
mencatat jurnal penutup untuk Laporan Operasional sebagai berikut.

Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)


Pendapatan Retribusi Daerah-LRA 1.200.000.000
Beban Pegawai 720.000.000
Beban Barang dan Jasa 80.000.000
Beban Penyusutan 45.000.000
Surplus/Defisit-LO 355.000.000

Apabila terjadi surplus, yaitu nilai pendapatan-LO lebih besar daripada beban operasi,
maka untuk jurnal penutupnya akun surplus/defisit-LO akan dicatat di sisi kredit, sementara
jika terjadi defisit, yaitu nilai pendapatan-LO lebih kecil dari beban operasi, maka akun

86

06.indd 86 24/01/2017 14:48:22


surplus/defisit-LO akan dicatat di sisi debit. Akun surplus/defisit-LO ini termasuk ke

Bab 6  Siklus Akuntansi dan Konsep Resiprokal


dalam bagian akun ekuitas.

Jurnal Penutup–LRA
Jurnal penutup dalam Laporan Realisasi Anggaran digunakan untuk menutup perkiraan
akun-akun yang terdapat dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA) itu sendiri. Prosedur
yang digunakan sama dengan prosedur yang digunakan untuk menutup akun-akun
Laporan Operasional (LO). Namun yang berbeda, akun-akun yang ditutup dalam LRA
adalah akun belanja dan pendapatan-LRA, serta penerimaan dan pengeluaran pembiayaan.
Untuk menutup selisih antara pendapatan dengan belanja, maka digunakan akun estimasi
perubahan SAL yang mana akun ini nantinya akan menjadi bagian dari Laporan Perubahan
SAL.

Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)


Pendapatan Retribusi Daerah-LRA 1.200.000.000
Estimasi Perubahan SAL 150.000.000
Belanja Pegawai 720.000.000
Belanja Barang dan Jasa 80.000.000
Belanja Modal 550.000.000

LAPORAN KEUANGAN
Berdasarkan PSAP 1, PP Nomor 71 Tahun 2010, laporan keuangan merupakan laporan
yang terstruktur terkait posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh
suatu entitas. Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi mengenai
posisi keuangan, realisasi anggaran, saldo anggaran lebih, arus kas, hasil operasi, dan
perubahan ekuitas suatu entitas yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat
dan mengevaluasi keputusan terkait alokasi sumber daya.

Laporan Operasional
Laporan Operasional menyajikan jumlah pendapatan-LO dan beban operasi, termasuk
di dalamnya adalah beban penyesuaian. Laporan Operasional disajikan untuk periode
yang berakhir pada akhir tahun. Informasi ini nantinya akan terkait dengan Laporan
Perubahan Ekuitas.

Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) memperbandingkan anggaran dengan realisasinya.
Selisih antara anggaran dengan realisasinya selanjutnya akan dicatat dalam Laporan
Perubahan SAL.

87

06.indd 87 24/01/2017 14:48:22


Akuntansi Pemerintahan Daerah

Dinas Pertamanan dan Tata Kota, Kabupaten Delima


Laporan Realisasi Anggaran
(dalam rupiah)
Anggaran Realisasi
Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Pajak Daerah
Pendapatan Retribusi Daerah 1.200.000.000
Pendapatan Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Belanja
Belanja Operasi
Belanja Pegawai 720.000.000
Belanja Barang dan Jasa 80.000.000
Belanja Modal
Belanja Tanah
Belanja Peralatan dan Mesin 150.000.000
Belanja Gedung dan Bangunan 400.000.000
Belanja Aset Tetap Lainnya

Laporan Perubahan Ekuitas


Laporan ini menggambarkan jumlah ekuitas pada awal dan akhir periode, yang mana
kenaikan/penurunannya disebabkan oleh surplus/defisit-LO dan adanya koreksi atas
kesalahan pencatatan. Berikut jurnal penutup yang akan menutup surplus/defisit-LO ke
ekuitas.

Nomor
Tanggal Kode Akun Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)
Bukti
31 Surplus/Defisit-LO 400.000.000
Desember
2015 Ekuitas 400.000.000

Neraca
Penyusunan neraca dimulai dengan memasukkan seluruh akun, termasuk aset, kewajiban,
dan ekuitas. Akun-akun tersebut dimasukkan berdasarkan urutan kode akun Permendagri,
semakin likuid (lancar, mudah untuk dicairkan ke kas) suatu aset dan kewajiban, maka
akan diletakkan di urutan teratas dibandingkan aset dan kewajiban yang tidak likuid. Untuk
akun-akun, seperti akumulasi penyusutan dan cadangan kerugian piutang akan diletakkan
di bawah akun aset yang terkait dengan akun tersebut, dan selanjutnya akan disajikan
sesuai nilai bersihnya. Setelah penutupan Laporan Operasional, akun surplus/defisit-LO
akan menambah nilai ekuitas jika terdapat surplus dan akan mengurangi ekuitas jika
terdapat defisit.

88

06.indd 88 24/01/2017 14:48:22


Bab 6  Siklus Akuntansi dan Konsep Resiprokal
Aset Kewajiban
Aset Lancar Kewajiban Jangka Pendek
Investasi Jangka Panjang Kewajiban Jangka Panjang
Aset Tetap Ekuitas
Dana Cadangan
Aset Lainnya

Laporan Perubahan SAL


Proses penyusunan Laporan Perubahan SAL dilakukan dengan cara memasukkan nilai
Saldo Anggaran Lebih di awal tahun yang dikurangi dengan penggunaan SAL sebagai
penerimaan pembiayaan di tahun berjalan. Hasilnya selanjutnya diakumulasikan dengan
SiLPA/SiKPA tahun berjalan yang diperoleh dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA),
koreksi kesalahan pembukuan tahun sebelumnya, serta hal-hal lain yang memengaruhi
nilai SAL, sehingga kemudian akan didapatkan nilai SAL akhir.

Laporan Arus Kas


Laporan Arus Kas disusun dengan cara mengklasifikasikan arus kas masuk dan arus kas
keluar ke dalam kategori aktivitas operasi, aktivitas investasi, aktivitas pendanaan, dan
aktivitas transitoris. Terdapat dua macam metode untuk menyajikannya, yaitu metode
langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung mengungkapkan pengelompokan
utama penerimaan dan pengeluaran kas bruto. Sementara dalam metode tidak langsung,
terdapat penyesuaian nilai arus kas berdasarkan kenaikan/penurunan akun-akun yang
terkait dengan Laporan Operasional. Perbedaan antara metode langsung dengan metode
tidak langsung terletak pada kategori arus kas dalam aktivitas operasi.

HOME OFFICE and BRANCH OFFICE (HOBO)


HOBO pada Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual
HOBO (Home Office and Branch Office) merupakan struktur hubungan entitas-entitas
dalam akuntansi yang diimplementasikan di pemerintah daerah. PPKD (Pejabat Pengelola
Keuangan Daerah) merepresentasikan pemerintah daerah sebagai Kantor Pusat (Home
Office), sedangkan SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) sebagai Kantor Cabang (Branch
Office). Struktur hubungan HOBO lebih tepat untuk menggambarkan hubungan transaksi
antara PPKD dan SKPD daripada struktur hubungan induk dan anak (Parent & Subsidiary)
dengan beberapa alasan sebagai berikut.

a. PPKD-SKPD bukan entitas yang masing-masing berdiri sendiri, melainkan


merupakan satu kesatuan.
b. Antara PPKD dan SKPD tidak terjadi transfer pendapatan (dalam pengertian
profit).
c. SKPD dimiliki 100% oleh pemerintah daerah.

89

06.indd 89 24/01/2017 14:48:23


Sebagai konsekuensi dari struktur akuntansi HOBO, transaksi antara PPKD dan
Akuntansi Pemerintahan Daerah

SKPD dicatat menggunakan akun resiprokal, yaitu Rekening Koran Pejabat Pengelola
Keuangan Daerah (RK-PPKD) yang merupakan akun ekuitas di SKPD, dan akun Rekening
Koran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RK-SKPD) yang merupakan akun aset di PPKD.
Akun resiprokal ini adalah akun riil (real account). Akun RK-PPKD merupakan akun
ekuitas di tingkat SKPD karena SKPD merupakan cabang dari pemerintah daerah. Dengan
kata lain sebenarnya SKPD tidak memiliki ekuitas sendiri, namun hanya menerima ekuitas
dari pemerintah daerah melalui mekanisme transfer. Akun RK-PPKD akan bertambah bila
SKPD menerima transfer aset (seperti menerima SP2D UP dan GU, menerima aset tetap
dari pemerintah daerah, dan pelunasan pembayaran belanja LS/menerima SP2D LS), dan
akan berkurang jika SKPD mentransfer aset ke pemerintah daerah (seperti penyetoran
uang ke pemerintah daerah).
Aliran dana dari PPKD ke SKPD dianggap seperti tambahan modal atau investasi
kepada SKPD, sehingga akun RK-SKPD di bagian aset PPKD akan bertambah dan akun
RK-PPKD di bagian ekuitas SKPD juga akan bertambah. Namun sebaliknya, apabila
terdapat aliran dana dari SKPD ke PPKD, SKPD dianggap telah mengembalikan modal
atau investasi kepada PPKD, sehingga akun RK-SKPD di bagian aset PPKD akan berkurang
dan akun RK-PPKD di bagian ekuitas SKPD juga akan berkurang. Hal ini juga berlaku
untuk transaksi-transaksi keuangan SKPD yang diurus oleh PPKD.

Gambar 6.3  Struktur HOBO pada Pemerintah Daerah di Indonesia

PPKD
Dinas Pendapatan,
Pengelolaan
Keuangan, dan Aset
Daerah.

SKPD SKPD
SKPD
Contoh: Dinas Contoh: Dinas
Contoh: Dinas Sosial,
Perindustrian, Pemuda, Olahraga,
Tenaga Kerja, dan
Perdagangan, dan Kebudayaan, dan
Transmigrasi.
Koperasi. Pariwisata.

Sumber: PP Nomor 71 Tahun 2010.

90

06.indd 90 24/01/2017 14:48:23


Ilustrasi 1

Bab 6  Siklus Akuntansi dan Konsep Resiprokal


PPKD mentransfer sebagian Dana Alokasi Umum ke SKPD Pelayaran Kabupaten Delima
sebesar Rp80.000.000. Berikut pencatatannya pada PPKD (dalam ribuan rupiah).

ASET KEWAJIBAN EKUITAS


Aset Investasi Kewajiban Kewajiban
RK-SKPD Pendapatan Beban
Lancar Jangka Panjang Jangka Pendek Jangka Panjang
(80.000) 80.000

Berikut pencatatannya pada SKPD (dalam ribuan rupiah).

ASET KEWAJIBAN EKUITAS


Investasi Kewajiban Kewajiban
Aset Aset
Jangka Jangka Jangka Pendapatan Beban RK-PPKD
Lancar Tetap
Panjang Pendek Panjang
80.000 80.000

Ilustrasi 2
PPKD melakukan pembayaran atas transaksi pembelian tanah untuk keperluan
pembangunan Wisma Atlet Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Delima sebesar
Rp6.000.000.000. Berikut pencatatannya pada PPKD (dalam ribuan rupiah).

ASET KEWAJIBAN EKUITAS


Aset Investasi Kewajiban Kewajiban
RK-SKPD Pendapatan Beban
Lancar Jangka Panjang Jangka Pendek Jangka Panjang
(6.000.000) 6.000.000

Berikut pencatatannya pada SKPD (dalam ribuan rupiah).

ASET KEWAJIBAN EKUITAS


Investasi Kewajiban Kewajiban
Aset Aset
Jangka Jangka Jangka Pendapatan Beban RK-PPKD
Lancar Tetap
Panjang Pendek Panjang
6.000.000 6.000.000

Ilustrasi 3
Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Delima memperoleh pendapatan retribusi dari
sewa Gelanggang Olahraga yang dibayarkan oleh Wajib Retribusi ke rekening kas daerah
sebesar Rp400.000.000. Berikut pencatatannya pada PPKD (dalam ribuan rupiah).

91

06.indd 91 24/01/2017 14:48:23


Akuntansi Pemerintahan Daerah

ASET KEWAJIBAN EKUITAS


Aset Investasi Kewajiban Kewajiban
RK-SKPD Pendapatan Beban
Lancar Jangka Panjang Jangka Pendek Jangka Panjang
400.000 400.000

Berikut pencatatannya pada SKPD (dalam ribuan rupiah).

ASET KEWAJIBAN EKUITAS


Investasi Kewajiban Kewajiban
Aset Aset RK-
Jangka Jangka Jangka Pendapatan Beban
Lancar Tetap PPKD
Panjang Pendek Panjang
400.000 (400.000)

Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD)


PPKD adalah Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) yang mempunyai
tugas melaksanakan pengelolaan APBD dan bertindak sebagai Bendahara Umum Daerah.
Berikut tugas PPKD selaku pengelola APBD.

1. Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan keuangan daerah.


2. Menyusun rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD.
3. Melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan dengan
Peraturan Daerah.
4. Melaksanakan fungsi Bendahara Umum Daerah.
5. Menyusun laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD.
6. Melaksanakan tugas lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala
daerah.

PPKD selaku Bendahara Umum Daerah (BUD) dalam melaksanakan fungsinya


berwenang untuk:

1. Menyusun kebijakan dan pedoman pelaksanaan APBD.


2. Mengesahkan DPA-SKPD/DPPA-SKPD.
3. Melakukan pengendalian pelaksanaan APBD.
4. Memberikan petunjuk teknis terkait pelaksanaan sistem.
5. Mengelola penerimaan dan pengeluaran kas daerah.
6. Melaksanakan pemungutan pajak daerah.
7. Menetapkan Surat Penyediaan Dana (SPD).
8. Menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian pinjaman atas nama pemerintah
daerah.
9. Melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan daerah.
10. Menyajikan informasi keuangan daerah.
11. Melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan, serta penghapusan barang milik
daerah.

92

06.indd 92 24/01/2017 14:48:23


PPKD selaku BUD menunjuk pejabat di lingkungan Satuan Kerja Pengelola Keuangan

Bab 6  Siklus Akuntansi dan Konsep Resiprokal


Daerah (SKPKD) selaku kuasa BUD. Penunjukan kuasa BUD ditetapkan dengan keputusan
kepala daerah. Kuasa BUD mempunyai tugas:

a. Menyiapkan anggaran kas.


b. Menyiapkan Surat Penyediaan Dana (SPD).
c. Menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D).
d. Menyimpan seluruh bukti asli kepemilikan kekayaan daerah.
e. Memantau pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran APBD oleh bank dan/atau
lembaga keuangan lainnya yang ditunjuk.
f. Mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalam pelaksanaan APBD.
g. Menyimpan uang daerah.
h. Melaksanakan penempatan uang daerah dan mengelola/menatausahakan investasi
daerah.
i. Melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat pengguna anggaran atas
beban rekening kas umum daerah.
j. Melaksanakan pemberian pinjaman atas nama pemerintah daerah.
k. Melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah, serta melakukan penagihan
piutang daerah.

Gambar 6.4  Struktur Pengelolaan Kas Pemerintah Daerah

Kepala Daerah

Sekretaris
Daerah

Pejabat Pengelola Satuan Kerja


Keuangan Daerah Perangkat Daerah

Sumber: PP Nomor 58 Tahun 2005.

93

06.indd 93 24/01/2017 14:48:24


PPKD dapat melimpahkan kepada pejabat lainnya di lingkungan Satuan Kerja
Akuntansi Pemerintahan Daerah

Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) untuk melaksanakan tugas-tugas sebagai berikut.

a.
Menyusun rancangan APBD dan rancangan Perubahan APBD.
b.
Melakukan pengendalian pelaksanaan APBD.
c.
Melaksanakan pemungutan pajak daerah.
d.
Menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian jaminan atas nama pemerintah
daerah.
e. Melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan daerah.
f. Menyajikan informasi keuangan daerah.
g. Melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan, serta penghapusan barang milik
daerah.

PPKD dan SKPD bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada kepala daerah
melalui sekretaris daerah.

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)


Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah perangkat
daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran/pengguna barang. Untuk
melaksanakan anggaran yang dimuat dalam DPA-SKPD, kepala SKPD menetapkan pejabat
yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada SKPD sebagai Pejabat Penatausahaan
Keuangan (PPK-SKPD) dan pejabat yang melaksanakan urusan teknis pada SKPD sebagai
Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK-SKPD). Berikut beberapa tugas PPTK-SKPD.

a. Mengendalikan pelaksanaan kegiatan.


b. Melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan.
c. Menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran pelaksanaan kegiatan.

Sementara Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD mempunyai tugas, antara lain:

a. Meneliti kelengkapan SPP-LS pengadaan barang dan jasa yang disampaikan oleh
bendahara pengeluaran dan diketahui/disetujui oleh PPTK.
b. Meneliti kelengkapan SPP-UP, SPP-GU, SPP-TU, serta SPP-LS gaji dan tunjangan
PNS, dan juga penghasilan lainnya yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang diajukan oleh bendahara pengeluaran.
c. Melakukan verifikasi SPP.
d. Menyiapkan SPM.
e. Melakukan verifikasi harian atas penerimaan.
f. Melaksanakan akuntansi SKPD.
g. Menyiapkan laporan keuangan SKPD.

94

06.indd 94 24/01/2017 14:48:24


Bab 7
Akuntansi Kas dan Setara
Kas

Selesai mempelajari bab ini, Anda diharapkan mampu:

1. Menjelaskan klasifikasi kas dan setara kas di pemerintah daerah.


2. Menjelaskan jurnal standar terkait kas dan setara kas di pemerintah daerah, beserta
ilustrasinya.

95

07.indd 95 24/01/2017 14:48:46


PENDAHULUAN
Akuntansi Pemerintahan Daerah

Mengacu pada Paragraf 8 PSAP Nomor 1 tentang Penyajian Laporan Keuangan disebutkan
bahwa kas sebagai uang tunai dan saldo simpanan di bank yang setiap saat dapat digunakan
untuk membiayai kegiatan pemerintah daerah yang sangat likuid, yang siap dijabarkan/
dicairkan menjadi kas, serta bebas dari risiko perubahan nilai yang signifikan. Kas
juga meliputi seluruh Uang yang Harus Dipertanggungjawabkan (UYHD) yang wajib
dipertanggungjawabkan dan dilaporkan dalam Neraca. Pengertian kas ini juga mencakup
definisi setara kas. PSAP Nomor 1 tentang Penyajian Laporan Keuangan Paragraf 8 dengan
jelas mendefinisikan setara kas sebagai investasi jangka pendek yang sangat likuid, yang
siap dijabarkan menjadi kas, serta bebas dari risiko perubahan nilai yang signifikan. Setara
kas pada pemerintah daerah ditujukan untuk memenuhi kebutuhan kas jangka pendek
atau untuk tujuan lainnya. Agar memenuhi persyaratan menjadi setara kas, investasi jangka
pendek harus segera dapat diubah menjadi kas dalam jumlah yang dapat diketahui tanpa
ada risiko perubahan nilai yang signifikan. Oleh karena itu, suatu investasi disebut setara
kas kalau investasi yang dimaksud mempunyai masa jatuh tempo kurang dari 3 bulan
dari tanggal perolehannya.

KLASIFIKASI
Kas dan setara kas pada pemerintah daerah mencakup kas yang dikuasai, dikelola, dan
di bawah tanggung jawab Bendahara Umum Daerah (BUD), serta kas yang dikuasai,
dikelola, dan di bawah tanggung jawab selain Bendahara Umum Daerah, seperti Bendahara
Pengeluaran.

Kelompok Rekening Rincian


Kas Kas di Kas Daerah Kas di Kas Daerah
Potongan Pajak dan Lainnya
Kas Transitoris
Kas Lainnya
Kas di Bendahara Penerimaan Pendapatan yang Belum Disetor
Uang Titipan
Kas di Bendahara Pengeluaran Sisa Pengisian Kas UP/GU/TU
Pajak di SKPD yang Belum Disetor
Uang Titipan
Kas di Badan Layanan Umum Kas Tunai BLUD
Daerah (BLUD) Kas di Bank BLUD
Pajak yang Belum Disetor BLUD
Uang Muka Pasien RSUD/BLUD
Uang Titipan BLUD
Setara Kas Deposito Deposito (kurang dari 3 bulan)
Surat Utang Negara (SUN)/Obligasi Surat Utang Negara/Obligasi (kurang dari 3 bulan)

96

07.indd 96 24/01/2017 14:48:46


Berikut kas dan setara kas yang dikuasai dan di bawah tanggung jawab Bendahara

Bab 7  Akuntansi Kas dan Setara Kas


Umum Daerah.

a. Saldo rekening kas daerah, yaitu saldo rekening-rekening pada bank yang ditentukan
oleh kepala daerah untuk menampung adanya penerimaan dan pengeluaran.
b. Setara kas, antara lain berupa Surat Utang Negara (SUN)/obligasi dan deposito
kurang dari 3 bulan yang dikelola oleh Bendahara Umum Daerah.

JURNAL STANDAR
Jurnal standar terkait kas dan setara kas pada SKPD maupun PPKD mengikuti transaksi
penerimaan kas dan pengeluaran kas pada sistem akuntansi akun-akun pendapatan-LO,
beban, aset, kewajiban, dan ekuitas. Jika kas dan setara kas bertambah maka akan dicatat
di sisi debit, sedangkan jika kas dan setara kas berkurang akan dicatat di sisi kredit.

Kas dan Setara Kas saat Bertambah


Jurnal LO
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Akun
XXX XXX XXX Kas dan Setara Kas XXX
XXX Pendapatan-LO/Aset/Kewajiban/Ekuitas XXX

Kas dan Setara Kas saat Berkurang


Jurnal LO
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Akun
XXX XXX XXX Beban/Aset/Kewajiban/Ekuitas XXX
XXX Kas dan Setara Kas XXX

CONTOH KASUS
Ilustrasi 1  Kas dan Setara Kas Bertambah
Pada tanggal 30 Juni 2015, Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD)
menerima pembayaran dividen sebesar Rp200.000.000 dari PD. Pasar Niaga Kerta Raharja
dengan bukti nota kredit bank nomor CN-2510. Berdasarkan nota kredit tersebut, Fungsi
Akuntansi PPKD mencatat pengakuan pendapatan-LO dan pendapatan-LRA dengan
jurnal berikut.

97

07.indd 97 24/01/2017 14:48:47


Akuntansi Pemerintahan Daerah

Jurnal LO
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)
Bukti Akun
30 Juni CN-2510 1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah 200.000.000
2015 8.1.3.01.02 Bagian Laba yang Dibagikan kepada
Pemda (Dividen) atas Penyertaan
Modal pada BUMD-LO 200.000.000

Jurnal LRA
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)
Bukti Akun
30 Juni CN-2510 0.0.0.00.00 Perubahan SAL 200.000.000
2015 4.1.3.01.02 BUMD–PD. Pasar Niaga Kerta
Raharja 200.000.000
Keterangan: Pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening anggaran (Permendagri Nomor 64 Tahun 2013).

Ilustrasi 2  Kas dan Setara Kas Bertambah


Pada tanggal 22 Desember 2015, Bendahara Penerimaan pada Dinas Perikanan dan
Kelautan menerima pendapatan retribusi Tempat Pelelangan Ikan sebesar Rp4.500.000
dengan nomor bukti STS 2015-1330. Berdasarkan bukti transaksi tersebut, PPK-SKPD
mencatat dengan jurnal berikut.

Jurnal LO
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)
Bukti Akun
22 Desember STS 1.1.1.01.01 Kas di Bendahara Penerimaan 4.500.000
2015 2015-1330 8.1.2.17.01 Tempat Pelelangan Ikan-LO 4.500.000

Jurnal LRA
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)
Bukti Akun
22 Desember STS 0.0.0.00.00 Perubahan SAL 4.500.000
2015 2015-1330 4.1.2.02.03 Retribusi Tempat Pelelangan
Ikan 4.500.000
Keterangan: Pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening anggaran (Permendagri Nomor 64 Tahun 2013).

Ilustrasi 3  Kas dan Setara Kas Berkurang


Pada tanggal 5 April 2015, Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) membayar
bunga pinjaman kepada Bank GJS sebesar Rp200.000.000 dengan bukti berupa SP2D-LS
Nomor: 1029/LS/BPKAD/2015. Berdasarkan bukti setor tersebut, Fungsi Akuntansi PPKD
mencatat pengakuan beban bunga dan belanja bunga dengan jurnal berikut.

98

07.indd 98 24/01/2017 14:48:47


Bab 7  Akuntansi Kas dan Setara Kas
Jurnal LO
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)
Bukti Akun
5 April Utang Bunga Pinjaman–Bank
1029/LS/ 2.1.2.04.01
2015 GJS 200.000.000
BPKAD/2015
1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah 200.000.000

Jurnal LRA
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)
Bukti Akun
5 April 1029/LS/ 5.1.2.01.03 Bunga Pinjaman–Bank GJS 200.000.000
2015 BPKAD/2015 0.0.0.00.00 Perubahan SAL 200.000.000
Keterangan: Pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening anggaran (Permendagri Nomor 64 Tahun 2013).

Ilustrasi 4  Kas dan Setara Kas Berkurang


Bendahara Pengeluaran pada Kecamatan Jambe membayar tagihan telepon sebesar
Rp1.200.000 dan telah dibuatkan Surat Pertanggungjawaban (SPJ) dengan nomor: 12/SPJ/
V/15 tertanggal 9 Mei 2015. Berdasarkan bukti transaksi tersebut, PPK-SKPD mencatat
dengan jurnal berikut.

Jurnal LO
Kode
Tanggal No. Bukti Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)
Akun
5 April 12/SPJ/V/15 9.1.2.03.01 Beban Jasa Telepon 1.200.000
2015 1.1.1.01.01 Kas di Bendahara Pengeluaran 1.200.000

Jurnal LRA
Kode
Tanggal No Bukti Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)
Akun
5 April 12/SPJ/V/15 5.5.2.03.01 Belanja Jasa Telepon 1.200.000
2015 0.0.0.00.00 Perubahan SAL 1.200.000
Keterangan: Pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening anggaran (Permendagri Nomor 64 Tahun 2013).

99

07.indd 99 24/01/2017 14:48:47


Akuntansi Pemerintahan Daerah

100

07.indd 100 24/01/2017 14:48:47


Bab 8

Sistem Akuntansi Piutang

Selesai mempelajari bab ini, Anda diharapkan mampu:

1. Menjelaskan definisi piutang di pemerintah daerah.


2. Menjelaskan klasifikasi piutang di pemerintah daerah.
3. Menjelaskan jurnal standar terkait piutang di SKPD, beserta ilustrasinya.
4. Menjelaskan jurnal standar terkait piutang di PPKD, beserta ilustrasinya.

101

08.indd 101 24/01/2017 14:49:06


PENDAHULUAN
Akuntansi Pemerintahan Daerah

Piutang merupakan salah satu aset yang cukup penting bagi pemerintah daerah, baik
dari sudut pandang potensi pemanfaatannya maupun akuntabilitasnya. Seluruh standar
akuntansi menempatkan piutang sebagai aset yang penting dan memiliki karakteristik
tersendiri, baik dalam pengakuan, pengukuran, maupun pengungkapannya. Dalam Buletin
Teknis SAP Nomor 2 Tahun 2005 menjelaskan bahwa piutang adalah hak pemerintah
untuk menerima pembayaran dari entitas lain, termasuk Wajib Pajak/Wajib Bayar atas
kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah. Hal ini senada dengan berbagai teori yang
mengungkapkan bahwa piutang adalah manfaat masa depan yang diakui pada saat ini.
Aset yang berupa piutang di Neraca harus dikelola agar nilainya sama dengan nilai
bersih yang dapat direalisasi (net realizable value). Alat untuk menyesuaikannya adalah
dengan membentuk penyisihan piutang tak tertagih. Penyisihan piutang tak tertagih adalah
taksiran nilai piutang yang kemungkinan tidak dapat diterima pembayarannya di masa
akan datang dari seseorang, korporasi, dan/atau entitas lain. Nilai penyisihan piutang tak
tertagih tidak bersifat akumulatif tetapi diterapkan di setiap akhir periode anggaran sesuai
perkembangan kualitas piutang. Penilaian kualitas piutang untuk penyisihan piutang tak
tertagih dihitung berdasarkan kualitas umur piutang, jenis/karakteristik piutang, dan
diterapkan dengan melakukan modifikasi tertentu, tergantung kondisi dari debiturnya.
Mekanisme perhitungan dan penyisihan saldo piutang yang mungkin tidak dapat ditagih
merupakan upaya untuk menilai kualitas piutang.
Besarnya persentase penyisihan piutang tidak tertagih disusun berdasarkan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 73 Tahun 2015 tentang Penyisihan Piutang dan Penyisihan
Dana Bergulir pada Pemerintah Daerah berikut.

Persentase Penyisihan Piutang


Jenis Piutang
Berdasarkan Umur Piutang
< 1 tahun dari 1 s.d. 2 tahun > 2 s.d. 5 tahun > 5 tahun dari
Kriteria Piutang Pajak
tanggal jatuh dari tanggal jatuh dari tanggal jatuh tanggal jatuh
Daerah
tempo. tempo. tempo. tempo.
Piutang Pajak Daerah 0,5% 10% 50% 100%
Kriteria Piutang
0 s.d. 1 bulan 1 s.d. 3 bulan 3 s.d. 12 bulan > 12 bulan
Retribusi Daerah
Piutang Retribusi
0,5% 10% 50% 100%
Daerah
belum lunas s.d. belum lunas s.d. belum lunas s.d.
Kriteria Piutang selain belum lunas s.d.
1 bulan sejak 1 bulan sejak 1 bulan sejak
Pajak dan Retribusi tanggal jatuh
tanggal surat tanggal surat tanggal surat
Daerah tempo.
tagihan pertama. tagihan kedua. tagihan ketiga.
Piutang selain Pajak
0,5% 10% 50% 100%
dan Retribusi Daerah

102

08.indd 102 24/01/2017 14:49:07


KLASIFIKASI

Bab 8  Sistem Akuntansi Piutang


Klasifikasi
Piutang Pajak Daerah
Piutang Retribusi
Piutang Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Piutang Lain-Lain PAD yang Sah
Piutang Transfer Pemerintah Pusat
Piutang Transfer Pemerintah Lainnya
Piutang Transfer Pemerintah Daerah Lainnya
Piutang Pendapatan Lainnya
Bagian Lancar Tagihan Jangka Panjang
Bagian Lancar Tagihan Pinjaman Jangka Panjang kepada Entitas Lainnya
Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran
Bagian Lancar Tuntutan Ganti Kerugian Daerah
Uang Muka

Kode Akun Uraian Akun


1 1 3 Piutang Pendapatan
1 1 3 1 Piutang Pajak Daerah
1 1 3 1 1 Piutang Pajak Kendaraan Bermotor
1 1 3 1 2 Piutang Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
1 1 3 1 3 Piutang Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
1 1 3 1 4 Piutang Pajak Air Permukaan
1 1 3 1 5 Piutang Pajak Rokok
dan seterusnya.
1 1 3 2 Piutang Retribusi
1 1 3 2 1 Piutang Retribusi Pelayanan Kesehatan
1 1 3 2 2 Piutang Retribusi Pelayanan Sampah/Kebersihan
1 1 3 2 3 Piutang Retribusi Penggantian Biaya Cetak KTP dan Akta
1 1 3 2 4 Piutang Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat
1 1 3 2 5 Piutang Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum
dan seterusnya.
1 1 3 3 Piutang Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
1 1 3 3 1 Piutang Bagian Laba atas Penyertaan Modal pada Perusahaan Milik Daerah
dan seterusnya.
(Bersambung)

103

08.indd 103 24/01/2017 14:49:07


Akuntansi Pemerintahan Daerah

(Lanjutan)

Kode Akun Uraian Akun


1 1 3 4 Piutang Lain-Lain PAD yang Sah
1 1 3 4 1 Piutang Jasa Giro
1 1 3 4 2 Piutang Bunga Deposito
dan seterusnya.
1 1 3 5 Piutang Transfer Pemerintah Pusat-Dana Perimbangan
1 1 3 5 1 Piutang Bagi Hasil Pajak
dan seterusnya.
1 1 3 6 Piutang Transfer Pemerintah Lainnya
1 1 3 6 1 Piutang Transfer Dana BOS Kurang Salur
dan seterusnya.
1 1 3 7 Piutang Transfer Pemerintah Daerah Lainnya
1 1 3 8 Piutang Pendapatan Lainnya

1 1 4 Piutang Lainnya
1 1 4 1 Bagian Lancar Tagihan Jangka Panjang
1 1 4 2 Bagian Lancar Tagihan Jangka Panjang kepada Entitas Lainnya
1 1 4 3 Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran
1 1 4 4 Bagian Lancar Tuntutan Ganti Kerugian Daerah
1 1 4 5 Uang Muka

1 1 5 Penyisihan Piutang
1 1 5 1 Penyisihan Piutang Pendapatan
1 1 5 1 1 Penyisihan Piutang Pajak Daerah
1 1 5 1 2 Penyisihan Piutang Retribusi
1 1 5 1 3 Penyisihan Piutang Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
dan seterusnya.
1 1 5 2 Penyisihan Piutang Lainnya
dan seterusnya.

1 1 6 Beban Dibayar di Muka


1 1 6 1 Beban Pegawai Dibayar di Muka
1 1 6 1 1 Beban Gaji dan Tunjangan Dibayar di Muka
1 1 6 2 Beban Barang Dibayar di Muka
1 1 6 3 Beban Jasa Dibayar di Muka
(Bersambung)

104

08.indd 104 24/01/2017 14:49:07


Bab 8  Sistem Akuntansi Piutang
(Lanjutan)

Kode Akun Uraian Akun


1 1 6 4 Beban Pemeliharaan Dibayar di Muka
1 1 6 5 Beban Lainnya

9 1 8 Beban Penyisihan Piutang


9 1 8 1 Beban Penyisihan Piutang Pendapatan
9 1 8 1 1 Beban Penyisihan Piutang Pajak
9 1 8 1 2 Beban Penyisihan Piutang Retribusi
9 1 8 1 3 Beban Penyisihan Piutang Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan
dan seterusnya.
9 1 8 2 Beban Penyisihan Piutang Lainnya

JURNAL STANDAR DI SKPD


Berikut jurnal standar pada saat diterbitkannya Surat Ketetapan Retribusi (SKR) Daerah
oleh SKPD.

Jurnal LO
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Akun
XXX XXX XXX Piutang … XXX
XXX Pendapatan … -LO XXX

Berikut jurnal standar jika Wajib Retribusi melakukan pembayaran kepada Bendahara
Penerimaan.

Jurnal LO
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Akun
XXX XXX XXX Kas di Bendahara Penerimaan XXX
XXX Piutang … XXX
XXX Pendapatan Denda … -LO (jika ada) XXX

Jurnal LRA
Nomor
Tanggal Kode Akun Uraian Debit Kredit
Bukti
XXX XXX XXX Perubahan SAL XXX
XXX Pendapatan … -LRA XXX
XXX Pendapatan Denda … -LRA (jika ada) XXX

105

08.indd 105 24/01/2017 14:49:07


Berikut jurnal standar ketika Bendahara Penerimaan menyetorkan retribusi tersebut
Akuntansi Pemerintahan Daerah

ke kas daerah.
Jurnal LO
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Akun
XXX XXX XXX RK-PPKD XXX
XXX Kas di Bendahara Penerimaan XXX

Berikut jurnal standar saat menerima nota kredit dari bank jika Wajib Retribusi
menyetor langsung ke kas daerah, yakni ke bank yang ditunjuk.
Jurnal LO
Nomor
Tanggal Kode Akun Uraian Debit Kredit
Bukti
XXX XXX XXX RK-PPKD XXX
XXX Piutang … XXX

Jurnal LRA
Nomor
Tanggal Kode Akun Uraian Debit Kredit
Bukti
XXX XXX XXX Perubahan SAL XXX
XXX Pendapatan … -LRA XXX

CONTOH KASUS di skpd


Piutang Retribusi
BP2T mengeluarkan Surat Ketetapan Retribusi (SKR) Daerah nomor 1770/X/2015
tertanggal 18 Oktober 2015 atas retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) sebesar
Rp5.000.000. Terkait hal tersebut, Wajib Retribusi belum melakukan pembayaran atas SKR
Daerah yang dikeluarkan. Berikut ayat jurnal yang diperlukan untuk mencatat transaksi/
kejadian tersebut.

Jurnal LO
Nomor Kode Kredit
Tanggal Uraian Debit (Rp)
Bukti Akun (Rp)
18 Oktober 1770/X/2015 1.1.3.02.26 Piutang Retribusi IMB 5.000.000
2015 8.1.2.26.01 Pemberian IMB-LO 5.000.000

Selanjutnya pada tanggal 20 Oktober 2015 diterima pembayaran dari Wajib Retribusi
atas SKR Daerah, yang mana Bendahara Penerimaan SKPD telah menerima pembayaran
tersebut dengan bukti TBP 2015-1110. Berikut ayat jurnal yang diperlukan PPK-SKPD
untuk mencatat transaksi tersebut.

106

08.indd 106 24/01/2017 14:49:07


Bab 8  Sistem Akuntansi Piutang
Jurnal LO
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)
Bukti Akun
20 Oktober TBP 2015- 1.1.1.02.01 Kas di Bendahara Penerimaan 5.000.000
2015 1110 1.1.3.02.26 Piutang Retribusi IMB 5.000.000

Jurnal LRA
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)
Bukti Akun
20 Oktober TBP 2015- 0.0.0.00.00 Perubahan SAL 5.000.000
2015 1110 4.1.2.26.01 Retribusi IMB-LRA 5.000.000

Apabila Wajib Retribusi melakukan pembayaran dengan menyetorkan langsung ke


kas daerah, yang mana Bendahara Penerimaan SKPD menerima nota kredit dari bank
nomor CN-1678 atas transaksi tersebut. Berikut ayat jurnal yang diperlukan PPK-SKPD
untuk mencatat transaksi yang dimaksud.
Jurnal LO
Nomor
Tanggal Kode Akun Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)
Bukti
20 Oktober CN-1678 3.1.3.01.01 RK-PPKD 5.000.000
2015 1.1.3.02.26 Piutang Retribusi IMB 5.000.000

Jurnal LRA
Nomor
Tanggal Kode Akun Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)
Bukti
20 Oktober CN-1678 0.0.0.00.00 Perubahan SAL 5.000.000
2015 4.1.2.26.01 Retribusi IMB-LRA 5.000.000

Penyisihan Piutang SKPD


Berdasarkan data piutang pajak PBB yang dikelola Dinas Pendapatan Daerah per tanggal
31 Desember 2015 diketahui saldo piutang yang telah jatuh tempo sebesar Rp120.000.000.
Dengan saldo piutang yang telah jatuh tempo tersebut, PPK-SKPD membuat perhitungan
penyisihan piutang pajak PBB tahun 2015. Berikut rincian perhitungannya.

Jatuh Tempo Jumlah Taksiran Piutang Penyisihan Piutang


Umur Piutang (Rp) Tidak Tertagih (Rp)
< 1 tahun 50.000.000 0,5% 250.000
1 s.d. 2 tahun 40.000.000 10% 4.000.000
> 2 s.d. 5 tahun 20.000.000 50% 10.000.000
> 5 tahun 10.000.000 100% 10.000.000
Total 120.000.000 24.250.000

107

08.indd 107 24/01/2017 14:49:08


Asumsi saldo penyisihan piutang tahun 2014 adalah Rp16.500.000. Berdasarkan
Akuntansi Pemerintahan Daerah

perhitungan dengan pendekatan umur piutang diperoleh informasi bahwa beban penyisihan
piutang tahun ini sebesar Rp7.750.000 (Rp24.250.000 – Rp16.500.000). Terkait hal ini PPK-
SKPD membuat bukti memorial nomor BM-3310 untuk mencatat penyisihan piutang
tersebut. Berikut ayat jurnal yang diperlukan untuk mencatat transaksi yang dimaksud.
Jurnal LO
Nomor Kode Kredit
Tanggal Uraian Debit (Rp)
Bukti Akun (Rp)
31 Desember BM-3310 9.1.8.01.01 Beban Penyisihan Piutang Pajak 7.750.000
2015 1.1.5.01.01 Penyisihan Piutang Pajak 7.750.000

JURNAL STANDAR DI PPKD


Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD)
Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) telah menerima Surat Keputusan
Kepala Daerah atau hasil Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), namun belum menerima
pembayarannya. Berikut jurnal standar yang diperlukan Fungsi Akuntansi untuk mencatat
transaksi/kejadian tersebut.
Jurnal LO
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Akun
XXX XXX XXX Piutang … XXX
XXX Pendapatan … -LO XXX

BPKAD telah menerima nota kredit dari bank yang merupakan bukti tanda terima
pembayaran/bukti penerimaan kas/dokumen yang dipersamakan, yang mana terjadi
pemindahbukuan ke kas daerah. Berikut jurnal standar yang diperlukan Bendahara
Penerimaan untuk mencatat transaksi tersebut sebagai penerimaan kas atas pelunasan
piutang.
Jurnal LO
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Akun
XXX XXX XXX Kas di Kas Daerah XXX
XXX Piutang … XXX

Jurnal LRA
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Akun
XXX XXX XXX Perubahan SAL XXX
XXX Pendapatan … -LRA XXX

108

08.indd 108 24/01/2017 14:49:08


Dinas Pendapatan Daerah

Bab 8  Sistem Akuntansi Piutang


Dinas Pendapatan Daerah telah menerima PMK/Perpres/Keputusan Gubernur/dokumen
yang dipersamakan, namun belum menerima pembayarannya. Berikut jurnal standar yang
diperlukan Fungsi Akuntansi untuk mencatat transaksi/kejadian tersebut.

Jurnal LO
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Akun
XXX XXX XXX Piutang … XXX
XXX Pendapatan … -LO XXX

Dinas Pendapatan Daerah telah menerima nota kredit dari bank yang merupakan
bukti tanda terima pembayaran/bukti penerimaan kas/dokumen yang dipersamakan, yang
mana terjadi pemindahbukuan ke kas daerah. Berikut jurnal standar yang diperlukan
Bendahara Penerimaan untuk mencatat transaksi tersebut sebagai penerimaan kas atas
pelunasan piutang.

Jurnal LO
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Akun
XXX XXX XXX RK-PPKD BPKAD XXX
XXX Piutang … XXX

Jurnal LRA
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Akun
XXX XXX XXX Perubahan SAL XXX
XXX Pendapatan … -LRA XXX

CONTOH KASUS DI PPKD


Ilustrasi 1 Piutang Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Pada tanggal 20 Juni 2015 diterima hasil Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) BPR Yusuf
yang mana berdasarkan hasil RUPS tersebut Pemerintah Kabupaten Syuaib mendapatkan
dividen sebesar Rp100.000.000 atas laba tahun 2014 dan nilai ini belum disetorkan ke kas
daerah. Terkait hal itu Fungsi Akuntansi PPKD membuat bukti memorial nomor BM-1440
dan melakukan pencatatan dengan jurnal berikut.

109

08.indd 109 24/01/2017 14:49:08


Akuntansi Pemerintahan Daerah

Jurnal LO
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)
Bukti Akun
20 Juni BM-1440 1.1.3.03.01 Piutang Bagian Laba atas
2015 Penyertaan Modal pada
Perusahaan Daerah/BUMD 100.000.000
8.1.3.01.02 Bagian Laba yang Dibagikan
kepada Pemerintah Daerah
(Dividen) atas Penyertaan
Modal pada BUMD 100.000.000

Selanjutnya pada tanggal 20 Juli 2015 diterima nota kredit dari bank dengan nomor
CN-2990 atas dividen BPR Yusuf sebesar Rp100.000.000. Berdasarkan transaksi tersebut,
Fungsi Akuntansi PPKD BPKAD melakukan pencatatan dengan jurnal berikut.
Jurnal LO
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)
Bukti Akun
20 Juli 2015 CN-2990 1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah 100.000.000
1.1.3.03.01 Piutang Bagian Laba atas
Penyertaan Modal pada
Perusahaan Daerah/BUMD 100.000.000

Jurnal LRA
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)
Bukti Akun
20 Juli 2015 CN-2990 0.0.0.00.00 Perubahan SAL 100.000.000
4.1.3.01.02 BUMD – BPR Yusuf 100.000.000
Keterangan: Pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening anggaran (Permendagri Nomor 64 Tahun 2013).

Ilustrasi 2  Piutang Transfer Pemerintah Pusat


Pada tanggal 1 Oktober 2015 Dinas Pendapatan Daerah menerima dokumen berupa
Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK/11/X/2015 tentang Kurang Salur Dana Alokasi
Khusus Bidang Infrastruktur Jalan dengan nilai sebesar Rp2.250.000.000, yang mana
dana tersebut belum diterima dari pemerintah pusat. Berdasarkan hal tersebut, Fungsi
Akuntansi melakukan pencatatan dengan jurnal berikut.
Jurnal LO
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)
Bukti Akun
1 Oktober PMK/11/ 1.1.3.05.03 Piutang DAK Kurang Salur 2.250.000.000
2015 X/2015 8.2.1.04.01 DAK Bidang Infrastruktur
Jalan-LO 2.250.000.000

110

08.indd 110 24/01/2017 14:49:08


Pada tanggal 20 November 2015, Bendahara Penerimaan menerima nota kredit dari

Bab 8  Sistem Akuntansi Piutang


bank dengan nomor CN-1870, yang mana ada pemindahbukuan ke rekening kas daerah
sebesar Rp2.250.000.000 atas penerimaan kurang salur Dana Alokasi Khusus tersebut.
Berdasarkan hal tersebut, Fungsi Akuntansi PPKD Dinas Pendapatan Daerah melakukan
pencatatan dengan jurnal sebagai berikut.

Jurnal LO
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)
Bukti Akun
20 November CN-1870 3.1.3.01.01 RK PPKD – BPKAD 2.250.000.000
2015 1.1.3.05.03 Piutang DAK Kurang
Salur 2.250.000.000

Jurnal LRA
Nomor
Tanggal Kode Akun Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)
Bukti
20 November CN-1870 0.0.0.00.00 Perubahan SAL 2.250.000.000
2015 4.2.3.01.01 Dana Alokasi Khusus 2.250.000.000
Keterangan: Pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening anggaran (Permendagri Nomor 64 Tahun 2013).

Ilustrasi 3  Piutang Pemerintah Daerah Lainnya


Pada tanggal 20 Oktober 2015 Pemerintah Daerah Kabupaten Syuaib menerima Berita Acara
Rekonsiliasi Bagi Hasil Pajak Daerah, yang mana dalam dokumen tersebut mencantumkan
yang menjadi hak Pemerintah Kabupaten Syuaib sebesar Rp500.000.000. Berdasarkan hal
tersebut, Fungsi Akuntansi PPKD Dinas Pendapatan Daerah membuat bukti memorial
dengan nomor BM-300 dan melakukan pencatatan dengan jurnal berikut.

Jurnal LO
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)
Bukti Akun
20 Oktober BM-300 1.1.3.07.01 Piutang Bagi Hasil Pajak
2015 Daerah 500.000.000
8.2.3.01.01 Pendapatan Bagi Hasil
Pajak-LO 500.000.000

Pada tanggal 21 November 2015 diterima nota kredit dari bank nomor CN-1234,
yang mana ada pemindahbukuan ke rekening kas daerah sebesar Rp500.000.000 untuk
pelunasan/pencairan atas Berita Acara Rekonsiliasi Bagi Hasil Pajak Daerah. Berdasarkan
hal tersebut, Fungsi Akuntansi akan melakukan pencatatan dengan jurnal berikut.

111

08.indd 111 24/01/2017 14:49:08


Akuntansi Pemerintahan Daerah

Jurnal LO
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)
Bukti Akun
21 November CN-1234 1.1.1.01.01 RK PPKD – BPKAD 500.000.000
2015 1.1.3.07.01 Piutang Bagi Hasil Pajak Daerah 500.000.000

Jurnal LRA
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)
Bukti Akun
21 November CN-1234 0.0.0.00.00 Perubahan SAL 500.000.000
2015 4.3.3.01.01 Bagi Hasil dari Pajak-
LRA 500.000.000
Keterangan: Pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening anggaran (Permendagri Nomor 64 Tahun 2013).

Ilustrasi 4  Penyisihan Piutang PPKD


Berdasarkan data piutang Tuntutan Ganti Rugi (TGR) yang dikelola BPKAD didapatkan
informasi bahwa saldo piutang yang telah jatuh tempo sebesar Rp240.000.000. Dari
saldo piutang yang telah jatuh tempo tersebut, Fungsi Akuntansi PPKD BPKAD
membuat perhitungan penyisihan piutang TGR selama tahun 2015. Berikut rincian
perhitungannya.

Jatuh Tempo Umur Piutang Jumlah (Rp) Penyisihan Jumlah (Rp)


Belum lunas s.d. tanggal jatuh tempo. 100.000.000 0,5% 500.000
Belum lunas s.d. 1 bulan sejak tanggal surat tagihan pertama. 80.000.000 10% 8.000.000
Belum lunas s.d. 1 bulan sejak tanggal surat tagihan kedua. 40.000.000 50% 20.000.000
Belum lunas s.d. 1 bulan sejak tanggal surat tagihan ketiga. 20.000.000 100% 20.000.000
Total 240.000.000 48.500.000

Saldo awal penyisihan piutang Tuntutan Ganti Rugi (TGR) tahun 2015 adalah
Rp28.000.000. Berdasarkan perhitungan dengan pendekatan umur piutang diketahui
beban penyisihan piutang tahun ini sebesar Rp20.500.000 (Rp48.500.000 – Rp28.000.000).
Terkait hal tersebut, Fungsi Akuntansi PPKD BPKAD membuat bukti memorial dengan
nomor BM-211 dan mencatat penyisihan piutang dengan jurnal berikut.

Jurnal LO
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)
Bukti Akun
31 Desember BM-211 9.1.8.01.01 Beban Penyisihan Piutang TGR 20.500.000
2015 1.1.5.01.01 Penyisihan Piutang TGR 20.500.000

112

08.indd 112 24/01/2017 14:49:09


Bab 9
Sistem Akuntansi
Investasi

Selesai mempelajari bab ini, Anda diharapkan mampu:

1. Menjelaskan klasifikasi investasi di pemerintah daerah.


2. Menjelaskan jurnal standar terkait investasi di pemerintah daerah, beserta ilustrasinya.

113

09.indd 113 24/01/2017 14:49:25


PENDAHULUAN
Akuntansi Pemerintahan Daerah

Investasi merupakan aset yang dimaksudkan untuk memperoleh manfaat ekonomis,


seperti bunga, dividen, royalti, dan/atau manfaat sosial, sehingga dapat meningkatkan
kemampuan pemerintah daerah dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. Investasi
merupakan instrumen yang dapat digunakan pemerintah daerah untuk memanfaatkan
surplus anggaran agar memperoleh pendapatan dalam jangka panjang dan memanfaatkan
dana yang belum digunakan untuk investasi jangka pendek dalam rangka manajemen
kas.

KLASIFIKASI
Investasi dikategorikan berdasarkan jangka waktunya, yaitu investasi jangka pendek dan
investasi jangka panjang. Pos-pos investasi menurut PSAP Nomor 6 tentang Investasi
antara lain:

a. Investasi Jangka Pendek


Investasi jangka pendek merupakan investasi yang memiliki karakteristik dapat
segera diperjualbelikan/dicairkan dalam waktu 3 bulan sampai dengan 12 bulan.
Investasi jangka pendek biasanya digunakan untuk tujuan manajemen kas, yang
mana pemerintah daerah dapat menjual investasi tersebut jika muncul kebutuhan
atas kas. Investasi jangka pendek biasanya berisiko rendah. Investasi jangka pendek
berbeda dengan kas dan setara kas. Suatu investasi masuk klasifikasi kas dan setara
kas jika investasi yang dimaksud mempunyai masa jatuh tempo kurang dari 3 bulan
dari tanggal perolehannya.
b. Investasi Jangka Panjang
Investasi jangka panjang merupakan investasi yang pencairannya memiliki jangka
waktu lebih dari 12 bulan. Investasi jangka panjang dibagi menurut sifatnya, yaitu:

1) Investasi Jangka Panjang Nonpermanen


Investasi jangka panjang nonpermanen merupakan investasi jangka panjang
yang dimaksudkan untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan atau suatu waktu
akan dijual atau ditarik kembali.
2) Investasi Jangka Panjang Permanen
Investasi jangka panjang permanen merupakan investasi jangka panjang
yang dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan atau tidak untuk
diperjualbelikan atau ditarik kembali.

114

09.indd 114 24/01/2017 14:49:26


Berikut klasifikasi investasi dalam bagan akun standar.

Bab 9  Sistem Akuntansi Investasi


Investasi dalam Saham
Investasi dalam Deposito
Investasi dalam Surat Utang Negara (SUN)
Investasi Jangka Pendek Investasi dalam Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
Investasi dalam Surat Perbendaharaan Negara (SPN)
Investasi Jangka Pendek Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)
Investasi Jangka Pendek Lainnya
Investasi kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
Investasi kepada Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)
Investasi kepada Badan Usaha Milik Swasta (BUMS)
Investasi Jangka Panjang Investasi dalam Obligasi
Nonpermanen Investasi dalam Proyek Pembangunan
Dana Bergulir
Deposito Jangka Panjang
Investasi Nonpermanen Lainnya
Penyertaan Modal kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
Investasi Jangka Panjang Penyertaan Modal kepada Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)
Permanen Penyertaan Modal kepada Badan Usaha Milik Swasta (BUMS)
Investasi Permanen Lainnya

JURNAL STANDAR
Perolehan Investasi
Perolehan Investasi Jangka Pendek
Berikut jurnal standar yang diperlukan Fungsi Akuntansi PPKD saat pemerintah daerah
melakukan pembentukan/pembelian investasi jangka pendek dalam rangka manajemen kas.

Jurnal LO
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Akun
XXX XXX XXX Investasi Jangka Pendek XXX
XXX Kas di Kas Daerah XXX

Perolehan Investasi Jangka Panjang


Perolehan investasi dicatat ketika penyertaan modal dalam peraturan daerah direalisasikan.
Pencatatan dilakukan oleh Fungsi Akuntansi PPKD berdasarkan SP2D-LS (jika tunai) yang
selanjutnya menjadi dasar pencairan pengeluaran pembiayaan untuk investasi tersebut.

115

09.indd 115 24/01/2017 14:49:26


Berikut jurnal standar yang diperlukan Fungsi Akuntansi PPKD untuk mencatat perolehan
Akuntansi Pemerintahan Daerah

investasi jangka panjang tersebut.

1. Investasi Jangka Panjang Nonpermanen


Jurnal LO
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Akun
XXX XXX XXX Investasi Jangka Panjang Nonpermanen XXX
XXX Kas di Kas Daerah XXX

Jurnal LRA
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Akun
XXX XXX XXX Pengeluaran Pembiayaan–Dana Bergulir XXX
XXX Perubahan SAL XXX

2. Investasi Jangka Panjang Permanen


Jurnal LO
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Akun
XXX XXX XXX Investasi Jangka Panjang Permanen XXX
XXX Kas di Kas Daerah XXX

Jurnal LRA
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Akun
XXX XXX XXX Pengeluaran Pembiayaan–Penyertaan
Modal/Investasi Pemerintah Daerah XXX
XXX Perubahan SAL XXX

Hasil Investasi
Hasil Investasi Jangka Pendek
Hasil investasi jangka pendek berupa pendapatan bunga, yang mana biasanya diperoleh
bersamaan dengan pelepasan investasi jangka pendek tersebut, sehingga pembahasannya
akan digabungkan dengan pembahasan terkait pelepasan investasi.
Jurnal LO
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Akun
XXX XXX XXX Kas di Kas Daerah XXX
XXX Pendapatan Bunga … -LO XXX

116

09.indd 116 24/01/2017 14:49:26


Bab 9  Sistem Akuntansi Investasi
Jurnal LRA
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Akun
XXX XXX XXX Perubahan SAL XXX
XXX Pendapatan Bunga … -LRA XXX

Hasil Investasi Jangka Panjang


Berikut beberapa metode yang digunakan terkait hasil investasi jangka panjang.

1. Metode Biaya
Dalam metode biaya, keuntungan/kerugian perusahaan tidak memengaruhi investasi
yang dimiliki pemerintah daerah. Pemerintah daerah hanya menerima dividen yang
dibagikan oleh perusahaan. Berdasarkan pengumuman pembagian dividen yang
dilakukan oleh perusahaan penerima investasi (investee company), PPKD dapat
mengetahui jumlah dividen yang akan diterima pada periode berjalan. Berikut
jurnal standar yang diperlukan Fungsi Akuntansi PPKD untuk mencatat transaksi
tersebut.
Jurnal LO
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Akun
XXX XXX XXX Piutang Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan XXX
XXX Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan-LO XXX

Berikut jurnal standar yang diperlukan Fungsi Akuntansi PPKD saat perusahaan
penerima investasi membagikan dividen tunai kepada pemerintah daerah.

Jurnal LO
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Akun
XXX XXX XXX Kas di Kas Daerah XXX
XXX Piutang Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan XXX

Jurnal LRA
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Akun
XXX XXX XXX Perubahan SAL XXX
XXX Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan-LRA XXX

117

09.indd 117 24/01/2017 14:49:26


2. Metode Ekuitas
Akuntansi Pemerintahan Daerah

Berdasarkan laporan keuangan dari perusahaan tempat pemerintah daerah


berinvestasi, PPKD dapat mengetahui jumlah keuntungan perusahaan pada periode
berjalan. Dengan metode ekuitas, keuntungan yang diperoleh perusahaan akan
memengaruhi jumlah investasi yang dimiliki pemerintah daerah. Berikut jurnal
standar yang diperlukan Fungsi Akuntansi PPKD saat perusahaan yang dimaksud
mengumumkan perolehan labanya.
Jurnal LO
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Akun
XXX XXX XXX Investasi Jangka Panjang XXX
XXX Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan-LO XXX

Berikut jurnal standar yang diperlukan Fungsi Akuntansi PPKD untuk mencatat
penerimaan dividen (secara tunai) saat perusahaan yang dimaksud membagikan
dividen.
Jurnal LO
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Akun
XXX XXX XXX Kas di Kas Daerah XXX
XXX Investasi Jangka Panjang XXX

Jurnal LRA
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Akun
XXX XXX XXX Perubahan SAL XXX
XXX Pendapatan Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan-LRA XXX

3. Metode Nilai Bersih yang Dapat Direalisasikan


Berikut jurnal standar yang diperlukan Fungsi Akuntansi PPKD untuk mencatat
penerimaan bunga saat pendapatan bunga dari investasi jangka panjang nonpermanen
(misalnya, pendapatan bunga dari deposito jangka panjang) telah diterima.
Jurnal LO
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Akun
XXX XXX XXX Kas di Kas Daerah XXX
XXX Pendapatan Bunga Deposito Jangka
Panjang-LO XXX

118

09.indd 118 24/01/2017 14:49:26


Bab 9  Sistem Akuntansi Investasi
Jurnal LRA
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Akun
XXX XXX XXX Perubahan SAL XXX
XXX Pendapatan Bunga Deposito
Jangka Panjang-LRA XXX

Pelepasan Investasi
Pelepasan Investasi Jangka Pendek
Berikut jurnal standar yang diperlukan Fungsi Akuntansi PPKD untuk mencatat pelepasan
investasi jangka pendek berdasarkan dokumen transaksi yang dimiliki PPKD.

Jurnal LO
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Akun
XXX XXX XXX Kas di Kas Daerah XXX
XXX Pendapatan … -LO XXX
XXX Investasi Jangka Pendek XXX

Jurnal LRA
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Akun
XXX XXX XXX Perubahan SAL XXX
XXX Pendapatan … -LRA XXX

Pelepasan Investasi Jangka Panjang


Berikut jurnal standar yang diperlukan Fungsi Akuntansi PPKD untuk mencatat pelepasan
investasi jangka panjang (misalnya, saham) berdasarkan dokumen transaksi yang dimiliki
PPKD.
Apabila terjadi surplus atas pelepasan investasi jangka panjang.

Jurnal LO
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Akun
XXX XXX XXX Kas di Kas Daerah XXX
XXX Investasi Jangka Panjang XXX
XXX Surplus Pelepasan Investasi Jangka
Panjang-LO XXX

119

09.indd 119 24/01/2017 14:49:27


Akuntansi Pemerintahan Daerah

Jurnal LRA
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Akun
XXX XXX XXX Perubahan SAL XXX
XXX Penerimaan Pembiayaan–Hasil
Penjualan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan XXX

Apabila terjadi defisit atas pelepasan investasi jangka panjang.


Jurnal LO
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Akun
XXX XXX XXX Kas di Kas Daerah XXX
XXX Defisit Pelepasan Investasi Jangka
Panjang-LO XXX
XXX Investasi Jangka Panjang XXX

Jurnal LRA
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Akun
XXX XXX XXX Perubahan SAL XXX
XXX Penerimaan Pembiayaan–Hasil Penjualan
Kekayaan Daerah yang Dipisahkan XXX

Berikut jurnal standar yang diperlukan Fungsi Akuntansi PPKD untuk mencatat
transaksi-transaksi terkait investasi pemerintah daerah.

Pencatatan oleh PPKD


No. Transaksi
Uraian Debit Kredit
1. Perolehan Investasi
Investasi Jangka Pendek Investasi Jangka Pendek XXX
Kas di Kas Daerah XXX
Investasi Jangka Panjang Investasi Jangka Panjang Nonpermanen XXX
Nonpermanen Kas di Kas Daerah XXX
Pengeluaran Pembiayaan–Dana Bergulir XXX
Perubahan SAL XXX
Investasi Jangka Panjang Investasi Jangka Panjang Permanen XXX
Permanen Kas di Kas Daerah XXX
Pengeluaran Pembiayaan–Penyertaan
Modal/Investasi Pemerintah Daerah XXX
Perubahan SAL XXX
(Bersambung)

120

09.indd 120 24/01/2017 14:49:27


Bab 9  Sistem Akuntansi Investasi
(Lanjutan)

Pencatatan oleh PPKD


No. Transaksi
Uraian Debit Kredit
2. Hasil Investasi
Hasil Investasi Jangka Kas di Kas Daerah XXX
Pendek Pendapatan Bunga … -LO XXX
Perubahan SAL XXX
Pendapatan Bunga … -LRA XXX
Hasil Investasi Jangka
Panjang–Metode Biaya
Pengumuman Pembagian Piutang Hasil Pengelolaan Kekayaan
Dividen Daerah yang Dipisahkan XXX
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan-LO XXX
Pembagian Dividen Tunai Kas di Kas Daerah XXX
Piutang Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan XXX
Perubahan SAL XXX
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan-LRA XXX
Hasil Investasi Jangka
Panjang–Metode Ekuitas
Pengumuman Pembagian Investasi Jangka Panjang XXX
Dividen Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan-LO XXX
Pembagian Dividen Tunai Kas di Kas Daerah XXX
Investasi Jangka Panjang XXX
Perubahan SAL XXX
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan-LRA XXX
Metode Nilai Bersih yang Kas di Kas Daerah XXX
Dapat Direalisasikan Pendapatan Bunga Deposito Jangka
Panjang-LO XXX
Perubahan SAL XXX
Pendapatan Bunga Deposito Jangka
Panjang-LRA XXX
(Bersambung)

121

09.indd 121 24/01/2017 14:49:27


Akuntansi Pemerintahan Daerah

(Lanjutan)
Pencatatan oleh PPKD
No. Transaksi
Uraian Debit Kredit
3. Pelepasan Investasi
Pelepasan Investasi Jangka Kas di Kas Daerah XXX
Pendek Pendapatan … -LO XXX
Investasi Jangka Pendek XXX
Perubahan SAL XXX
Pendapatan … -LRA XXX
Pelepasan Investasi Jangka
Panjang
Surplus atas Pelepasan Kas di Kas Daerah XXX
Investasi Jangka Panjang Investasi Jangka Panjang XXX
Surplus Pelepasan Investasi Jangka
Panjang-LO XXX
Perubahan SAL XXX
Penerimaan Pembiayaan–Hasil
Penjualan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan XXX
Defisit atas Pelepasan Kas di Kas Daerah XXX
Investasi Jangka Panjang Defisit Pelepasan Investasi Jangka Panjang-
LO XXX
Investasi Jangka Panjang XXX
Perubahan SAL XXX
Penerimaan Pembiayaan–Hasil
Penjualan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan XXX

CONTOH KASUS
Investasi Jangka Pendek
Perolehan Investasi
Pada tanggal 1 April 2015, Pemerintah Daerah Kabupaten Syuaib menempatkan dananya
sebesar Rp100.000.000 pada deposito berjangka 6 bulan di Bank BJB dengan tingkat
bunga 18% per tahun dan nota debit bank nomor DN-1555. Bunga dibayarkan per tanggal
1 setiap bulannya mulai dari bulan Mei 2015. Berdasarkan transaksi tersebut, Fungsi
Akuntansi PPKD BPKAD akan melakukan pencatatan dalam jurnal berikut.

122

09.indd 122 24/01/2017 14:49:27


Bab 9  Sistem Akuntansi Investasi
Jurnal LO
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)
Bukti Akun
1 April 2015 DN-1555 1.1.2.02.01 Investasi Jangka Pendek–Deposito 100.000.000
1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah 100.000.000

Hasil Investasi
Pada tanggal 1 Mei 2015, Pemerintah Daerah Kabupaten Syuaib menerima bunga
deposito dari Bank BJB sebesar Rp1.500.000 dengan nota kredit dari bank nomor CN-
0990. Berdasarkan transaksi tersebut, Fungsi Akuntansi PPKD BPKAD akan melakukan
pencatatan dalam jurnal berikut.

Jurnal LO
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)
Bukti Akun
1 Mei 2015 CN-0990 1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah 1.500.000
8.1.4.04.01 Pendapatan Bunga Deposito-LO 1.500.000

Jurnal LRA
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)
Bukti Akun
1 Mei 2015 CN-0990 0.0.0.00.00 Perubahan SAL 1.500.000
4.1.4.03.01 Pendapatan Bunga Deposito-LRA 1.500.000
Keterangan: Pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening anggaran (Permendagri Nomor 64 Tahun 2013).

Pelepasan Investasi
Pada tanggal 1 Oktober 2015, Pemerintah Daerah Kabupaten Syuaib mencairkan seluruh
depositonya dan menerima bunga deposito yang telah masuk ke kas daerah dengan nota
kredit bank nomor CN-1880. Berdasarkan transaksi tersebut, Fungsi Akuntansi PPKD
BPKAD akan melakukan pencatatan dalam jurnal berikut.

Jurnal LO
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)
Bukti Akun
1 Oktober CN-1880 1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah 101.500.000
2015 Investasi Jangka Pendek–
1.1.2.02.01
Deposito 100.000.000
8.1.4.04.01 Pendapatan Bunga Deposito-LO 1.500.000

123

09.indd 123 24/01/2017 14:49:28


Akuntansi Pemerintahan Daerah

Jurnal LRA
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)
Bukti Akun
1 Oktober CN-1880 0.0.0.00.00 Perubahan SAL 1.500.000
2015 4.1.4.03.01 Pendapatan Bunga Deposito-LRA 1.500.000
Keterangan: Pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening anggaran (Permendagri Nomor 64 Tahun 2013).

Investasi Jangka Panjang–Metode Biaya


Perolehan Investasi
Pada tanggal 2 Februari 2015, Pemerintah Daerah Kabupaten Syuaib melakukan penyertaan
modal kepada Bank BJB sebesar Rp5.000.000.000 dengan dokumen pencairan berupa
SP2D-LS nomor 0330/LS/BPKAD/2015. Atas penyertaan modal yang dilakukan ini,
Pemerintah Kabupaten Syuaib memiliki 5% kepemilikan pada Bank BJB. Berdasarkan
transaksi tersebut, Fungsi Akuntansi PPKD BPKAD akan melakukan pencatatan dalam
jurnal berikut.

Jurnal LO
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)
Bukti Akun
2 Februari 0330/LS/ 1.2.2.01.02 Penyertaan Modal kepada BUMD 5.000.000.000
2015 BPKAD/
1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah 5.000.000.000
2015

Jurnal LRA
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)
Bukti Akun
2 Februari 0330/LS/ 6.2.2.03.01 Pengeluaran Pembiayaan–
2015 BPKAD/ Penyertaan Modal kepada BUMD 5.000.000.000
2015 0.0.0.00.00 Perubahan SAL 5.000.000.000
Keterangan: Pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening anggaran (Permendagri Nomor 64 Tahun 2013).

Hasil Investasi
Pada tanggal 5 Juni 2015, Bank GJS mengumumkan perolehan laba tahun 2014 sebesar
Rp1.000.000.000. Selain itu, diumumkan juga bahwa 20% dari laba tersebut akan dibagikan
sebagai dividen tunai yang mana pembagiannya akan dilakukan pada tanggal 9 Juni 2015.
Berdasarkan transaksi tersebut, Fungsi Akuntansi PPKD BPKAD membuat bukti memorial
dengan nomor BM-219 dan akan melakukan pencatatan dalam jurnal berikut.

124

09.indd 124 24/01/2017 14:49:28


Bab 9  Sistem Akuntansi Investasi
Jurnal LO
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)
Bukti Akun
5 Juni BM-219 1.1.3.03.01 Piutang Bagian Laba atas Penyertaan
2015 Modal kepada BUMD 10.000.000
8.1.3.01.02 Bagian Laba yang Dibagikan kepada
Pemerintah Daerah (Dividen) atas
Penyertaan Modal kepada BUMD-
LO 10.000.000
Dividen tunai yang dibagikan = (Rp1.000.000.000 × 20% dari laba × 5% kepemilikan) = Rp10.000.000.

Pada tanggal 9 Juni 2015, kas daerah telah menerima pembagian dividen dari
Bank BJB sebesar Rp10.000.000 dengan nota kredit bank nomor CN-1750. Berdasarkan
transaksi tersebut, Fungsi Akuntansi PPKD BPKAD akan melakukan pencatatan dalam
jurnal berikut.

Jurnal LO
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)
Bukti Akun
9 Juni CN-1750 1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah 10.000.000
2015 8.1.3.01.02 Piutang Bagian Laba atas Penyertaan
Modal kepada BUMD 10.000.000

Jurnal LRA
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)
Bukti Akun
9 Juni CN-1750 0.0.0.00.00 Perubahan SAL 10.000.000
2015 4.1.3.01.02 Bagian Laba yang Dibagikan kepada
Pemerintah Daerah (Dividen) atas
Penyertaan Modal kepada BUMD-
LRA 10.000.000
Keterangan: Pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening anggaran (Permendagri Nomor 64 Tahun 2013).

Pelepasan Investasi
Pada tanggal 5 Oktober 2021, Pemerintah Daerah Kabupaten Syuaib memutuskan untuk
menjual seluruh kepemilikan sahamnya di Bank BJB senilai Rp5.600.000.000 dan telah
masuk ke kas daerah dengan nota kredit bank nomor CN-1280. Berdasarkan transaksi
tersebut, Fungsi Akuntansi PPKD BPKAD akan melakukan pencatatan dalam jurnal
berikut.

125

09.indd 125 24/01/2017 14:49:28


Akuntansi Pemerintahan Daerah

Jurnal LO
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)
Bukti Akun
5 Oktober CN-1280 1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah 5.600.000.000
2021 1.2.2.01.02 Penyertaan Modal kepada
BUMD 5.000.000.000
8.4.1.01.06 Surplus Pelepasan Investasi
Jangka Panjang-LO 600.000.000

Jurnal LRA
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)
Bukti Akun
5 Oktober CN-1280 0.0.0.00.00 Perubahan SAL 5.600.000.000
2021 Penerimaan Pembiayaan–Hasil
Penjualan Kekayaan Daerah
kepada BUMD 5.600.000.000
Keterangan: Pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening anggaran (Permendagri Nomor 64 Tahun 2013).

Investasi Jangka Panjang–Metode Ekuitas


Perolehan Investasi
Pada tanggal 28 Februari 2015, Pemerintah Daerah Kabupaten Syuaib menerbitkan
peraturan daerah tentang penanaman modal atas penyertaan modal yang dilakukan pada
PDAM Tirta Yusuf (TKR) senilai Rp9.000.000.000. SP2D-LS atas penanaman modal
ini diterbitkan BUD pada tanggal 10 Maret 2015 dengan nomor 0311/LS/BPKAD/2015.
Atas penyertaan modal yang dilakukan ini, Pemerintah Daerah Kabupaten Syuaib
memiliki 100% kepemilikan di PDAM Tirta Yusuf. Berdasarkan transaksi tersebut, Fungsi
Akuntansi PPKD BPKAD akan melakukan pencatatan dalam jurnal berikut.
Jurnal LO
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)
Bukti Akun
28 Februari 0311/LS/ 1.2.2.01.02 Penyertaan Modal kepada
2015 BPKAD/ BUMD 9.000.000.000
2015 1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah 9.000.000.000

Jurnal LRA
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)
Bukti Akun
28 Februari 0311/LS/ 6.2.2.02.01 Pengeluaran Pembiayaan–
2015 BPKAD/ Penyertaan Modal kepada BUMD 9.000.000.000
2015 0.0.0.00.00 Perubahan SAL 9.000.000.000
Keterangan: Pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening anggaran (Permendagri Nomor 64 Tahun 2013).

126

09.indd 126 24/01/2017 14:49:28


Hasil Investasi

Bab 9  Sistem Akuntansi Investasi


Pada tanggal 25 April 2015, PDAM TY mengumumkan perolehan laba tahun 2014 sebesar
Rp700.000.000. Selain itu, diumumkan juga bahwa 20% dari laba tersebut akan dibagikan
sebagai dividen tunai yang mana pembagiannya akan dilakukan pada tanggal 7 Mei 2015.
Berdasarkan transaksi tersebut, Fungsi Akuntansi PPKD BPKAD membuat bukti memorial
dengan nomor BM-034 dan akan melakukan pencatatan dalam jurnal berikut.

Jurnal LO
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)
Bukti Akun
25 April BM-034 1.2.2.01.01 Penyertaan Modal kepada
2015 BUMD 700.000.000
8.1.3.01.02 Bagian Laba yang
Dibagikan kepada
Pemerintah Daerah
(Dividen) atas Penyertaan
Modal kepada BUMD 700.000.000

Jurnal LRA
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)
Bukti Akun
25 April BM-034 1.1.3.03.01 Piutang Bagian Laba atas
2015 Penyertaan Modal kepada
BUMD 140.000.000
1.2.2.01.01 Penyertaan Modal kepada
BUMD 140.000.000
Dividen tunai yang dibagikan = (Rp700.000.000 × 20% dari laba × 100% kepemilikan) = Rp140.000.000.
Keterangan: Pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening anggaran (Permendagri Nomor 64 Tahun 2013).

Pada tanggal 7 Mei 2015, kas daerah telah menerima pembagian dividen dari PDAM
TY sebesar Rp140.000.000 dengan nota kredit bank nomor CN-1410. Berdasarkan
transaksi tersebut, Fungsi Akuntansi PPKD BPKAD akan melakukan pencatatan dalam
jurnal berikut.

Jurnal LO
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)
Bukti Akun
7 Mei CN-1410 1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah 140.000.000
2015 8.1.3.01.02 Piutang Bagian Laba atas
Penyertaan Modal kepada
BUMD 140.000.000

127

09.indd 127 24/01/2017 14:49:28


Akuntansi Pemerintahan Daerah

Jurnal LRA
Kode
Tanggal Nomor Bukti Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)
Akun
7 Mei CN-1410 0.0.0.00.00 Perubahan SAL 140.000.000
2015 4.1.3.01.02 Bagian Laba yang Dibagikan
kepada Pemerintah Daerah
(Dividen) atas Penyertaan
Modal kepada BUMD-LRA 140.000.000
Keterangan: Pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening anggaran (Permendagri Nomor 64 Tahun 2013).

Pelepasan Investasi
Pada tanggal 3 Juli 2018, Pemerintah Daerah Kabupaten Kabupaten Syuaib memutuskan
untuk menjual seluruh kepemilikan sahamnya di PDAM TKR. Harga penjualan seluruh
saham adalah Rp14.000.000.000 dan telah masuk ke kas daerah dengan nota kredit bank
nomor CN-2200. Diasumsikan pada rentang waktu tanggal 28 April 2015 s.d. 3 Juli 2018,
PDAM TKR tidak mendapatkan keuntungan maupun kerugian. Berdasarkan transaksi
tersebut, Fungsi Akuntansi PPKD BPKAD akan melakukan pencatatan dalam jurnal
berikut.
Jurnal LO
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)
Bukti Akun
3 Juli 2018 CN-2200 1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah 14.000.000.000
1.2.2.01.02 Penyertaan Modal kepada
BUMD 9.560.000.000*
8.4.1.01.06 Surplus Pelepasan Investasi
Jangka Panjang-LO 4.440.000.000
*Penyertaan modal kepada BUMD = (Rp9.000.000.000 + Rp700.000.000 – Rp140.000.000) =
Rp9.560.000.000.

Jurnal LRA
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)
Bukti Akun
3 Juli 2018 CN-2200 0.0.0.00.00 Perubahan SAL 14.000.000.000
Penerimaan Pembiayaan–
Hasil Penjualan Kekayaan
Daerah kepada BUMD 14.000.000.000
Keterangan: Pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening anggaran (Permendagri Nomor 64 Tahun 2013).

128

09.indd 128 24/01/2017 14:49:28


Investasi Jangka Panjang–Metode Nilai

Bab 9  Sistem Akuntansi Investasi


Bersih yang Dapat Direalisasikan
Perolehan Investasi
Pada tanggal 1 Juli 2015, Pemerintah Daerah Kabupaten Syuaib membeli obligasi berjangka
waktu 2 tahun senilai Rp500.000.000 dengan SP2D nomor 1207/LS/BPKAD/2015. Bunga
obligasi 12% per tahun dan akan dibayarkan setiap tanggal 31 Desember dan 30 Juni.
Berdasarkan transaksi tersebut, Fungsi Akuntansi PPKD BPKAD akan melakukan
pencatatan dalam jurnal berikut.

Jurnal LO
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)
Bukti Akun
1 Juli 2015 1207/LS/ 1.2.1.02.01 Investasi dalam Obligasi 500.000.000
BPKAD/
1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah 500.000.000
2015

Jurnal LRA
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)
Bukti Akun
1 Juli 2015 1207/LS/ Pengeluaran Pembiayaan–
6.2.1.01.01
BPKAD/ Pembelian Obligasi 500.000.000
2015 0.0.0.00.00 Perubahan SAL 500.000.000
Keterangan: Pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening anggaran (Permendagri Nomor 64 Tahun 2013).

Hasil Investasi
Pada tanggal 31 Desember 2015 telah diterima bunga dari deposito jangka panjang sebesar
Rp30.000.000 (Rp500.000.000 × 12% per tahun × 6/12 bulan) dengan nota kredit bank
nomor CN-1303. Berdasarkan transaksi tersebut, Fungsi Akuntansi PPKD BPKAD akan
melakukan pencatatan dalam jurnal berikut.
Jurnal LO
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)
Bukti Akun
31 Desember CN-1303 1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah 30.000.000
2015 8.3.1.04.01 Pendapatan Bunga
Obligasi-LO 30.000.000

129

09.indd 129 24/01/2017 14:49:29


Akuntansi Pemerintahan Daerah

Jurnal LRA
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)
Bukti Akun
31 Desember CN-1303 0.0.0.00.00 Perubahan SAL 30.000.000
2015 4.1.4.14.01 Pendapatan Bunga
Obligasi-LRA 30.000.000
Keterangan: Pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening anggaran (Permendagri Nomor 64 Tahun 2013).

Pelepasan Investasi
Pada tanggal 1 Juli 2016, Pemerintah Daerah Kabupaten Syuaib menjual obligasi tersebut
seharga Rp650.000.000 dan pembayarannya telah masuk ke kas daerah dengan nota kredit
bank nomor CN-1780. Berdasarkan transaksi tersebut, Fungsi Akuntansi PPKD BPKAD
akan melakukan pencatatan dalam jurnal berikut.
Jurnal LO
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)
Bukti Akun
1 Juli 2016 CN-1780 1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah 650.000.000
1.2.1.02.01 Investasi dalam Obligasi 500.000.000
8.4.1.01.06 Surplus Pelepasan Investasi
Jangka Panjang-LO 150.000.000

Jurnal LRA
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)
Bukti Akun
1 Juli 2016 CN-1780 0.0.0.00.00 Perubahan SAL 650.000.000
6.1.7.06.02 Penerimaan Pembiayaan
Daerah–Penerimaan Kembali
Investasi Jangka Panjang 650.000.000
Keterangan: Pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening anggaran (Permendagri Nomor 64 Tahun 2013).

130

09.indd 130 24/01/2017 14:49:29


Bab 10
Sistem Akuntansi
Persediaan

Selesai mempelajari bab ini, Anda diharapkan mampu:

1. Menjelaskan klasifikasi persediaan di pemerintah daerah.


2. Menjelaskan jurnal standar terkait persediaan di pemerintah daerah, beserta ilustrasinya.

131

10.indd 131 24/01/2017 14:49:47


PENDAHULUAN
Akuntansi Pemerintahan Daerah

Persediaan adalah aset dalam bentuk barang atau perlengkapan (supplies) yang diperoleh
dan dimiliki dengan maksud untuk digunakan mendukung kegiatan operasional
pemerintah daerah, serta barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual atau digunakan
dalam proses produksi dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat
dalam waktu 12 bulan dari tanggal pelaporan. Dengan demikian yang termasuk persediaan
adalah:

1. Barang atau perlengkapan yang dibeli untuk digunakan.


2. Bahan atau perlengkapan yang digunakan dalam proses produksi, dijual atau
diserahkan kepada masyarakat, misalnya barang habis pakai, seperti bahan bangunan
dan obat-obatan.
3. Barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat dalam rangka
kegiatan pemerintahan.

KLASIFIKASI
Berikut klasifikasi persediaan dalam bagan akun standar pemerintah daerah.

Persediaan Bahan Habis Pakai Persediaan Alat Tulis Kantor


Persediaan Dokumen/Administrasi Tender
Persediaan Alat Listrik dan Elektronik (Lampu Pijar, Baterai Kering)
Persediaan Perangko, Materai, dan Benda Pos Lainnya
Persediaan Peralatan Kebersihan dan Bahan Pembersih
Persediaan Bahan Bakar Minyak/Gas
Persediaan Isi Tabung Pemadam Kebakaran
Persediaan Isi Tabung Gas
Persediaan Barang Cetakan
Persediaan Bahan/Material Persediaan Bahan Baku Bangunan
Persediaan Bahan/Bibit Tanaman
Persediaan Bibit Ternak
Persediaan Bahan Obat-Obatan
Persediaan Bahan Kimia
Persediaan Bahan Makanan Pokok
Persediaan Alat Kesehatan
Persediaan Pakaian
Persediaan Barang Lainnya Persediaan Barang yang akan Diberikan kepada Pihak Ketiga

132

10.indd 132 24/01/2017 14:49:47


Bab 10  Sistem Akuntansi Persediaan
Kode Akun Uraian Akun
1 1 7 Persediaan
1 1 7 1 Persediaan Bahan Habis Pakai
1 1 7 1 1 Persediaan Alat Tulis Kantor
1 1 7 1 2 Persediaan Dokumen/Administrasi Kantor
1 1 7 1 3 Persediaan Alat Listrik dan Elektronik
1 1 7 1 4 Persediaan Perangko, Materai, dan Benda Pos Lainnya
1 1 7 1 5 Persediaan Peralatan Kebersihan dan Bahan Pembersih
1 1 7 1 6 Persediaan Bahan Bakar Minyak/Gas
1 1 7 1 7 Persediaan Isi Tabung Pemadam Kebakaran
1 1 7 1 8 Persediaan Isi Tabung Gas
dan seterusnya.
1 1 7 2 Persediaan Bahan/Material
1 1 7 2 1 Persediaan Bahan Baku Bangunan
1 1 7 2 2 Persediaan Bahan/Bibit Tanaman
1 1 7 2 3 Persediaan Bibit Ternak
1 1 7 2 4 Persediaan Bahan Obat-Obatan
1 1 7 2 5 Persediaan Bahan Kimia
1 1 7 2 6 Persediaan Bahan Makanan Pokok
dan seterusnya.
1 1 7 3 Persediaan Barang Lainnya
1 1 7 3 1 Persediaan Barang yang akan Diberikan kepada Pihak Ketiga
dan seterusnya.

JURNAL STANDAR
Pencatatan persediaan di SKPD dilakukan menggunakan metode periodik dengan
pendekatan pengakuan beban dan metode penilaian harga pembelian terakhir. Dalam
metode periodik, Fungsi Akuntansi tidak langsung memutakhirkan (memperbarui) nilai
persediaan ketika terjadi pemakaian persediaan. Jumlah persediaan akhir diketahui dengan
perhitungan fisik (stock opname) di akhir periode, yang mana di akhir periode inilah
dibuat jurnal penyesuaian untuk memutakhirkan (memperbarui) nilai persediaan. Setiap
pembelian persediaan dengan pendekatan pengakuan beban akan langsung dicatat sebagai
beban, yakni beban persediaan. Berbekal bukti belanja persediaan, Fungsi Akuntansi akan
mencatat akun beban persediaan di debit dan akun kas atau utang di kredit. Pendekatan
pengakuan beban digunakan untuk persediaan-persediaan yang maksud penggunaannya
untuk waktu yang segera atau tidak dimaksudkan selama satu periode.
Nilai persediaan dengan metode penilaian harga pembelian terakhir dihitung
berdasarkan harga pembelian terakhir. Pembelian persediaan dapat dilakukan dengan
menggunakan UP (Uang Persediaan) maupun LS (Langsung). Ketika SKPD melakukan

133

10.indd 133 24/01/2017 14:49:48


pembelian persediaan dengan menggunakan UP, Bendahara Pengeluaran SKPD akan
Akuntansi Pemerintahan Daerah

menyerahkan bukti belanja persediaan kepada PPK SKPD. Bukti transaksi ini akan menjadi
dasar bagi PPK SKPD untuk melakukan pengakuan persediaan. Berikut ayat jurnal yang
diperlukan PPK SKPD untuk mencatat transaksi tersebut.
Jurnal LO
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Akun
XXX XXX XXX Beban Persediaan XXX
XXX Kas di Bendahara Pengeluaran XXX

Jurnal LRA
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Akun
XXX XXX XXX Belanja Persediaan XXX
XXX Perubahan SAL XXX

Jika SKPD melakukan pembelian persediaan menggunakan LS, maka pengakuan


persediaan dilakukan berdasarkan Berita Acara Serah Terima Barang. Berita Acara Serah
Terima Barang tersebut menjadi dasar bagi PPK SKPD untuk melakukan pencatatan
dengan ayat jurnal berikut.
Jurnal LO
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Akun
XXX XXX XXX Beban Persediaan XXX
XXX Utang Belanja Barang dan Jasa XXX

Ketika SP2D LS untuk pembayaran persediaan telah terbit, PPK SKPD akan
menghapus utang belanja dengan ayat jurnal berikut.
Jurnal LO
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Akun
XXX XXX XXX Utang Belanja Barang dan Jasa XXX
XXX RK-PPKD XXX

Jurnal LRA
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Akun
XXX XXX XXX Belanja Persediaan XXX
XXX Perubahan SAL XXX

134

10.indd 134 24/01/2017 14:49:48


Sebelum menyusun laporan keuangan di akhir periode (bulanan/triwulanan/

Bab 10  Sistem Akuntansi Persediaan


semesteran), Bagian Gudang akan melakukan stock opname untuk mengetahui sisa
persediaan yang dimiliki. Berdasarkan Berita Acara Hasil Perhitungan Persediaan Akhir
Periode, PPK SKPD akan melakukan pencatatan dengan ayat jurnal berikut.

Jurnal LO
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Akun
XXX XXX XXX Persediaan XXX*
XXX Beban Persediaan XXX*
*Sebesar saldo persediaan.

CONTOH KASUS
Ilustrasi Pengakuan Beban Persediaan
Pada tanggal 1 Februari 2015, SKPD membeli persediaan berupa 10 rim kertas HVS dan
10 pak spidol untuk kebutuhan SKPD. Harga kertas HVS adalah Rp50.000/rim dan harga
spidol adalah Rp100.000/pak. Pembayaran dengan mekanisme UP dengan kuitansi nomor
KW/12/15. Berdasarkan bukti belanja tersebut, berikut ayat jurnal yang diperlukan Fungsi
Akuntansi untuk mencatat transaksi tersebut.

Jurnal LO
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)
Bukti Akun
1 Februari KW/12/15 9.1.2.01.01 Beban Persediaan Alat Tulis Kantor 1.500.000
2015 1.1.1.02.01 Kas di Bendahara Pengeluaran 1.500.000

Jurnal LRA
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)
Bukti Akun
1 Februari KW/12/15 5.2.2.01.01 Belanja Alat Tulis Kantor 1.500.000
2015 0.0.0.00.00 Perubahan SAL 1.500.000
Keterangan: Pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening anggaran (Permendagri Nomor 64 Tahun 2013).

Ilustrasi Sistem Pencatatan Persediaan


Pada tanggal 1 Desember 2015, Dinas Kesehatan membeli obat-obatan senilai Rp30.000.000
dengan mekanisme UP dan bukti pembayaran 05/KW/15. Berdasarkan transaksi tersebut,
PPK SKPD akan mencatat dalam jurnal berikut.

135

10.indd 135 24/01/2017 14:49:48


Akuntansi Pemerintahan Daerah

Jurnal LO
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)
Bukti Akun
1 Desember 05/KW/15 9.1.2.02.04 Beban Persediaan Bahan Obat-
2015 Obatan 30.000.000
1.1.1.02.01 Kas di Bendahara Pengeluaran 30.000.000

Jurnal LRA
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)
Bukti Akun
1 Desember 05/KW/15 5.2.2.02.04 Belanja Bahan Obat-Obatan 30.000.000
2015 0.0.0.00.00 Perubahan SAL 30.000.000
Keterangan: Pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening anggaran (Permendagri Nomor 64 Tahun 2013).

Pada tanggal 18 Desember 2015 terjadi pemakaian obat-obatan senilai Rp10.000.000.


Berdasarkan transaksi/kejadian tersebut, PPK SKPD tidak melakukan pencatatan. Namun
saat dilakukan stock opname pada tanggal 31 Desember 2015 diketahui bahwa obat-obatan
yang tersisa di gudang senilai Rp20.000.000. Berdasarkan hasil stock opname tersebut, PPK
SKPD membuat bukti memorial nomor BM-220 dan melakukan pencatatan dengan ayat
jurnal berikut.
Jurnal LO
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit (Rp) Kredit (Rp)
Bukti Akun
31 Desember BM-220 1.1.7.02.04 Persediaan Bahan Obat-Obatan 20.000.000
2015 9.1.2.02.04 Beban Persediaan Bahan
Obat-Obatan 20.000.000

Ilustrasi Pengukuran Persediaan


Nilai persediaan termasuk seluruh biaya yang harus dikeluarkan sampai akhirnya barang
tersebut dapat digunakan. PSAP Nomor 5 menyebutkan tiga alternatif untuk mengukur
nilai persediaan, yaitu:

a. Biaya perolehan jika diperoleh dengan pembelian.


Biaya perolehan termasuk harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya penanganan,
dan biaya-biaya lainnya yang secara langsung dapat dibebankan pada biaya perolehan
persediaan. Potongan harga, rabat, dan komponen lain yang serupa mengurangi
biaya perolehan persediaan tersebut.

Contoh:
Pada tanggal 1 Februari 2015, dinas kesehatan membeli obat-obatan senilai
Rp100.000.000. Untuk aktivitas pembelian tersebut terdapat biaya lelang sebesar
Rp2.000.000, sehingga PPK SKPD akan melakukan perhitungan sebagai berikut.

136

10.indd 136 24/01/2017 14:49:48


Bab 10  Sistem Akuntansi Persediaan
Biaya Perolehan Persediaan = Harga Pembelian + Biaya Lelang
= Rp100.000.000 + Rp2.000.000
= Rp102.000.000

b. Harga pokok produksi jika diperoleh dengan memproduksi sendiri.
Harga pokok produksi persediaan termasuk biaya langsung yang terkait dengan
persediaan yang diproduksi dan biaya tidak langsung yang dialokasikan secara
sistematis. Biaya langsung dan tidak langsung dalam konteks ini berbeda dengan
belanja langsung dan belanja tidak langsung dalam APBD. Dalam konteks harga
pokok produksi, biaya langsung adalah biaya yang langsung dapat ditelusuri ke setiap
unit produk, misalnya biaya tenaga kerja yang utama dan biaya bahan baku yang
utama. Sementara biaya tidak langsung (biaya overhead) adalah biaya yang tidak
dapat langsung ditelusuri ke setiap unit produk, misalnya biaya air, biaya listrik,
biaya penyusutan gedung untuk tempat produksi.

Harga Pokok Produksi = Biaya Langsung + Biaya Tidak Langsung



c. Nilai wajar jika diperoleh dengan cara lainnya, seperti donasi/rampasan.
Harga/nilai wajar persediaan termasuk nilai tukar aset atau penyelesaian kewajiban
antarpihak yang memahami dan berkeinginan melakukan transaksi wajar (arm
length transaction).

Contoh:
Dinas Pertanian dan Peternakan menerima donasi pupuk dari Pabrik Pupuk Sejahtera
sebanyak 100 ton. Berdasarkan hasil survei harga di pasar komersial, harga pupuk
per ton adalah Rp1.000.000. Berdasarkan informasi tersebut, Fungsi Akuntansi akan
mencatat nilai persediaan pupuk sebesar Rp100.000.000 (100 ton × Rp1.000.000).

Ilustrasi Penilaian Persediaan


Pemerintah daerah dalam satu periode mungkin melakukan beberapa kali transaksi
pembelian persediaan dengan tingkat harga yang berbeda antara pembelian yang satu
dengan pembelian yang lain.

Contoh:
Berikut merupakan data pembelian dan penggunaan obat-obatan pada dinas kesehatan
setempat tanpa adanya persediaan awal.

Tanggal Pembelian Penggunaan Jumlah


10 Februari 2015 100 dus @ Rp100.000 100 dus
22 Mei 2015 200 dus @ Rp150.000 300 dus
12 Juni 2015 150 dus 150 dus
10 Agustus 2015 300 dus @ Rp200.000 450 dus
19 September 2015 100 dus 350 dus

137

10.indd 137 24/01/2017 14:49:48


Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa persediaan obat-obatan yang
Akuntansi Pemerintahan Daerah

dimiliki oleh dinas kesehatan adalah 350 dus. Jika persediaan dicatat menggunakan metode
periodik dan dinilai menggunakan metode penilaian harga pembelian terakhir, maka nilai
persediaan akhir untuk obat-obatan yang dimiliki dinas kesehatan selama tahun 2015
adalah Rp70.000.000 (350 dus × Rp200.000).
Berikut perhitungan beban persediaan untuk obat-obatan yang telah digunakan.
Beban Persediaan = Persediaan Awal + Pembelian – Persediaan Akhir
= 0 + {(100 × Rp100.000) + (200 × Rp150.000) + (300 × Rp200.000)} – Rp70.000.000
= Rp30.000.000

Ilustrasi Penyajian dan Pengungkapan


Ilustrasi Penyajian
Persediaan disajikan sebagai bagian dari aset lancar dalam Neraca pemerintah daerah.

Ilustrasi Pengungkapan
Selain penyajian, berikut hal-hal yang dinilai perlu untuk diungkapkan dalam laporan
keuangan terkait persediaan.

1. Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan.


2. Penjelasan lebih lanjut terkait persediaan, seperti barang atau perlengkapan yang
digunakan dalam pelayanan masyarakat, barang atau perlengkapan yang digunakan
dalam proses produksi, barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada
masyarakat, dan barang yang masih dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk
dijual atau diserahkan kepada masyarakat.
3. Kondisi persediaan. Persediaan dengan kondisi rusak atau usang tidak dilaporkan
di dalam Neraca, tetapi diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

138

10.indd 138 24/01/2017 14:49:49


Daftar Pustaka

Adams, Michael B. 1994. “Agency Theory and The Internal Audit.” Managerial Auditing
Journal. Vol. 9, No. 8, hlm. 8−12. Inggris: Emerald Group Publishing Limited.
Allen, Mark., Christoph Rosenberg, Christian Keller, Brad Setser, dan Nouriel Roubini.
2002. “A Balance Sheet Approach to Financial Crisis.” IMF Working Paper WP/02/210.
Washington D.C.: International Monetary Fund.
Aronson, J.R. dan Eli Schwartz. 1981. Management Policies in Local Government Finance.
Washington D.C.: International City Management Association.
Belkaoui, A. R. 1996. Accounting Theory. Edisi Ketiga. Boston: Hartcourt Brace
Jovanovich.
Bendor, Jonathan. 1998. “Review Article: Formal Models of Bureaucracy.” British Journal
of Political Science. No. 18, hlm. 337−375. Inggris: Cambridge University Press.
Catherwood, Hugh R. Musim Dingin 1998. “The Unified Budget.” The Government
Accountants Journal. Vol. 47, No. 4. Alexandria, Virginia: Association of Government
Accountants.
Cavalluzzo, Ken S. dan Christoper D. Itner. Januari 2003. “Implementing Performance
Measurement Innovation: Evidence from Government.” Working Paper: AAA
Management Accounting Confrence. http://papers.ssrn.com/ abstract=220689: 2003.
29 Oktober 2015.
Chambers, R.L. dan C. J. Skinners. 2003. Analysis of Survey Data. Wiley Series in Survey
Methodology. Hoboken, New Jersey: John Wiley & Sons, Ltd.
Chauduri, Arijit dan Horst Stenger. 2005. Survey Sampling: Theory and Methods. Edisi
Kedua. Boca Raton, Florida: CRC Press, Taylor & Francis Group.

D_1

Daftar Pustaka.indd 1 24/01/2017 14:50:10


Demski, J.S. 1998. Information Analysis. Boston, MA: Addison-Wesley Publishing.
Akuntansi Pemerintahan Daerah

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Keempat.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Diamond, Jack. 2002. “The New Russian Budget System: A Critical Assessment and
Future Reform Agenda.” OECD Journal on Budgeting. Vol. 2, No. 3. Paris, Perancis:
OECD.
Drebin, A.R., J.L. Chan, dan L.C. Ferguson. 1981. Objectives of Accounting and Financial
Reporting for Governmental Units: A Research Study. Volume 1. Chicago: National
Council on Governmental Accounting.
Edralin, J.S. 1997. “The New Local Governance and Capacity Building: A Strategic
Approach: Examples from Africa, Asia, and Latin America.” Urban & Regional
Development Studies. Vol. 3. Hoboken, New Jersey: John Wiley & Sons, Ltd.
Fenno, Richard F., Jr. 1966. The Power of the Purse: Appropriation Politics in Congress.
Boston: Little Brown.
Forrester, John. 2002. “The Principal Agent Model and Budget Theory.” Dalam Aman
Khan dan W. Bartley Hildreth. 2002. Budget Theory in The Public Sector. Westport
Connecticut, Amerika Serikat: Quorum Books.
Frank, Howard A. 2007. “Budget Theory: New Perspectives for A New Millenium.”
Dalam Jack Rabin, W. Bartley Hildreth, dan Gerald J. Miller, Handbook of Public
Administration. Edisi Ketiga. Boca Raton, Florida: CRC Press, Taylor & Francis
Group.
Gildenhuys, J.S.H. 1997. Public Financial Management. Edisi Kedua. Hatfield, Perancis:
Van Schaik Publishers/Uitgewers.
Granof, Michael H. 2005. Government and Not-for-Profit Accounting: Concepts and
Practices. Hoboken, New Jersey: John Wiley & Sons, Ltd.
Grewal, Bhajan S. November 2005. “Professorial Fellow, Center for Strategic Economic
Studies Victoria University, Melbourne.” Public Finance and Expenditure Management
Course Session 7, Medium-Term Expenditure Framework. Tokyo, Jepang: ADB
Institute.
Hackbart, Merl dan Jim Ramsey. Musim Panas 1999. “Managing Public Resources: Budget
Execution.” Journal of Public Budgeting, Accounting, and Financial Management. Hlm.
258. Florida, Amerika Serikat: PrAcademics Press.
Hill, Hal dan Takashi Shiraishi. 2007. “Indonesia After the Asian Crisis.” Asian Economic
Policy Review. Vol. 2, hlm. 123-141. Hoboken, New Jersey: John Wiley & Sons,
Ltd.
Holmes, Malcolm dan Alison Evans. 2003. A Review of Experience in Implementing MTEF in
PRSP Context: A Synthesis of 8 Country. London: Overseas Development Institute.
Houerou, Philippe Le dan Robert Taliercio. Februari 2002. “Medium Term Expenditure
Frameworks: From Concept to Practice Preliminary Lessons from Africa.” Africa
Region Working Paper Series No. 28. Washington D.C.: The World Bank.
Hyde, Albert C. 1992. “The Development of Budgeting and Budget Theory: The Threads of
Budget Reform.” Dalam A.C. Hyde (editor), Government Budgeting: Theory, Process,
Politics. Pacific Grove, CA, Amerika Serikat: Brooks/Cole Publishing.
International Federation of Accountant. 2002. Transition to the Acrual Basis of Accounting.
New York: Public Sector Committee.

D_2

Daftar Pustaka.indd 2 24/01/2017 14:50:10


International Monetary Fund (IMF). Agustus 2007. Indonesia: Selected Issues, IMF Country

  Daftar Pustaka
Report No. 07/273. New Hampshire, Amerika Serikat: IMF.
Irmansyah. Mei 2003. “Study on The Existing Central and Local Government Budgeting
and Accounting Practices.” Laporan Riset. Jakarta: KSAP.
Jacobs, Davina F. 2008. “A Review of Capital Budgeting Practices.” IMF Working Paper
WP/08/160. New Hampshire, Amerika Serikat: IMF.
Jensen, Michael C., dan William H. Meckling. 1976. “Theory Of The Firm: Managerial
Behavior, Agency Costs And Ownership Structure.” Journal of Financial Economics.
Dokumen ini tersedia pada the Social Science Research Network (SSRN) Electronic
Library, http://papers.ssrn.com/sol3/paper.taf?ABSTRACT_ID=94043.
Jones, Rowan dan Maurice Pendlebury. 1996. Public Sector Accounting. Edisi Keempat.
London: Pitman Publishing.
Kaufmann, Daniel., Aart Kraay, dan Massimo Mastruzzi. Juli 2007. “Governance Matters
VI: Aggregate and Individual Governance Indicators 1996–2006.” Policy Research
Working Paper No. 4280. Washington D.C.: The World Bank.
Kaufmann, Daniel., Aart Kraay, dan Pablo Zoido-Lobaton. Oktober 1999. “Governance
Matters.” Policy Research Working Paper No. 2196. Washington D.C.: The World
Bank.
Khan, Aman dan W. Bartley Hildreth. 2002. Budget Theory in The Public Sector. Westport
Connecticut, Amerika Serikat: Quorum Books.
Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, dan Terry D. Warfield. 2016. Intermediate Accounting.
Edisi Internasional. Hoboken, New Jersey: John Wiley & Sons, Ltd.
Kinuthia-Njenga. 1999. “Good Governance: Common Definitions.” United Nations Human
Settlement Programme. Diakses dari http://www.unhabitat.org/HD/hdv5n/intro2.
htm, 29 Oktober 2015.
Kloot, Louise dan John Martin. 2000. “Strategic Performance Management: A Balanced
Approach to Performance Management Issues in Local Government.” Management
Accounting Research. Vol. 11, hlm. 231-251. Amsterdam, Belanda: Elsevier.
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP). 2006. Modul Training of Trainers
Standar Akuntansi Pemerintahan. Jakarta: KSAP
Lacasse, Francois. 1996. “Budget and Policy Making: Issues, Tensions, and Solutions.”
Dalam Budgeting and Policy Making. Paris, Perancis: Sigma Papers.
Lapsley, Irvine dan June Pallot. 2000. “Accounting, Management, and Organizational
Change: A Comparative Study Of Local Government.” Management Accounting
Research. Vol. 11, hlm. 213−229. Amsterdam, Belanda: Elsevier.
LeLoup, Lance T. Musim Panas 1978. “The Myth of Incrementalism: Analytical Choices in
Budgetary Theory.” Polity. Vol. X, No. 4, hlm. 488-509. Inggris: Polity Editorial.
Lewis, Carol W. 2007. “The Field of Public Budgeting and Financial Management, 1789–
2004.” Dalam Jack Rabin, W. Bartley Hildreth, dan Gerald J. Miller, Handbook of
Public Administration. Edisi Ketiga. Boca Raton, Florida: CRC Press, Taylor & Francis
Group.
Mardiasmo. 2002a. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Mardiasmo. 2002b. Serial Otonomi Daerah: Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah.
Yogyakarta: Penerbit Andi.

D_3

Daftar Pustaka.indd 3 24/01/2017 14:50:10


Martin, Lawrence. 2002. “Budgeting for Outcomes.” Dalam Aman Khan dan W. Bartley
Akuntansi Pemerintahan Daerah

Hildreth. Budget Theory in The Public Sector. Westport Connecticut, Amerika Serikat:
Quorum Books.
Merriam-Webster’s. 2003. Merriam Webster’s Collegiate Dictionary. Edisi Kesebelas.
Springfield, Massachusetts: An Encyclopedia Britannica Company.
Mikesell, John L. 1991. Fiscal Administration: Analysis and Applications for the Public Sector,
Pacific Grove, California: Brooks/Cole Publishing Company.
Mullins, Daniel R. 2007. “Local Budget Process.” Dalam Anwar Shah (editor), Local
Budgeting, Public Sector Governance and Accountability Series. Washington D.C.:
The World Bank.
Murwanto, Rahmadi., Adi Budiarso, dan Fajar Hasri Ramadhana. 2008. Audit Sektor
Publik: Suatu Pengantar bagi Pembangunan Akuntansi Pemerintah. Jakarta: Lembaga
Pengkajian Publik dan Akuntansi Pemerintah, Badan Pendidikan dan Pelatihan
Keuangan, Departemen Keuangan.
National Advisory Council on State and Local Budgeting (NACSLB). 1998. Recommended
Budget Practices: A Framework for Improved State and Local Government Budgeting.
Chicago: Government Finance Officers Association.
Osborne dan Gaebler. 1993. Reinventing Government: How the Entrepreneurial Spirit is
Transforming the Public Sector. New York: Plume.
Pattinasarany, Daan dan Candra Kusuma. 2007. Transparansi, Partisipasi, dan Pelayanan
Publik di Kabupaten P2TPD: Temuan GDS Tahun 2006. Jakarta: Decentralization
Support Facility.
Pemerintah Republik Indonesia. 2000. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000
tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Kepala Daerah. Jakarta:
Sekretariat Negara.
Pemerintah Republik Indonesia. 2000. Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000
tentang Pertanggungjawaban Kepala Daerah. Jakarta: Sekretariat Negara.
Pemerintah Republik Indonesia. 2002. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun
2002 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Jakarta: Sekretariat Negara.
Pemerintah Republik Indonesia. 2003. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 579/
KMK.02/2003 tentang Pinjaman Daerah. Jakarta: Sekretariat Negara.
Pemerintah Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara. Jakarta: Sekretariat Negara.
Pemerintah Republik Indonesia. 2004. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 337/
KMK.01/2004 tentang Sistem Akuntansi Laporan Keuangan Pusat. Jakarta: Sekretariat
Negara.
Pemerintah Republik Indonesia. 2004. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang
Rencana Kerja Pemerintah. Jakarta: Sekretariat Negara.
Pemerintah Republik Indonesia. 2004. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang
Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran. Jakarta: Sekretariat Negara.
Pemerintah Republik Indonesia. 2004. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Jakarta: Sekretariat Negara.
Pemerintah Republik Indonesia. 2004. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2004 tentang
Pinjaman Daerah. Jakarta: Sekretariat Negara.

D_4

Daftar Pustaka.indd 4 24/01/2017 14:50:11


Pemerintah Republik Indonesia. 2004. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2004 tentang

  Daftar Pustaka
Dana Perimbangan. Jakarta: Sekretariat Negara.
Pemerintah Republik Indonesia. 2004. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2004 tentang
Sistem Informasi Keuangan. Jakarta: Sekretariat Negara.
Pemerintah Republik Indonesia. 2004. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2004 tentang
Hibah kepada Daerah. Jakarta: Sekretariat Negara.
Pemerintah Republik Indonesia. 2004. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2004 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah. Jakarta: Sekretariat Negara.
Pemerintah Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara. Jakarta: Sekretariat Negara.
Pemerintah Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Jakarta: Sekretariat Negara.
Pemerintah Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah. Jakarta: Sekretariat Negara.
Pemerintah Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah. Jakarta: Sekretariat Negara.
Pemerintah Republik Indonesia. 2005. Pedoman Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja.
Jakarta: Sekretariat Negara.
Pemerintah Republik Indonesia. 2006. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Jakarta: Sekretariat Negara.
Pemerintah Republik Indonesia. 2006. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 26 Tahun
2006 tentang Pedoman Penyusunan APBD Tahun 2007. Jakarta: Sekretariat Negara.
Pemerintah Republik Indonesia. 2007. Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2007. Jakarta: Sekretariat Negara.
Pemerintah Republik Indonesia. 2007. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun
2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Jakarta: Sekretariat Negara.
Pemerintah Republik Indonesia. 2007. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 65 Tahun 2007
tentang Pedoman Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Pertanggungjawaban
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan Rancangan Peraturan
Kepala Daerah tentang Penjabaran Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah. Jakarta: Sekretariat Negara.
Pemerintah Republik Indonesia. 2007. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 80/
PMK.05/2007 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan
Anggaran Kementerian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan, Pengesahan,
dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun Anggaran 2008. Jakarta:
Sekretariat Negara.
Pemerintah Republik Indonesia. 2007. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 153/
PMK.07/2007 tentang Peta Kapasitas Fiskal dalam Rangka Penerusan Pinjaman LN
kepada Daerah dalam Bentuk Hibah. Jakarta: Sekretariat Negara.
Pemerintah Republik Indonesia. 2008. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 224/
PMK.07/2008 tentang Peta Kapasitas Fiskal Daerah. Jakarta: Sekretariat Negara.
Pemerintah Republik Indonesia. 2010. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan sebagai pengganti Peraturan Pemerintah No. 24
Tahun 2005. Jakarta: Sekretariat Negara.

D_5

Daftar Pustaka.indd 5 24/01/2017 14:50:11


Pemerintah Republik Indonesia. 2013. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun
Akuntansi Pemerintahan Daerah

2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada


Pemerintah Daerah. Jakarta: Sekretariat Negara.
Reddick, Christoper G. Musim Panas 2007. “State Resource Allocation and Budget Formats:
Towards a Hybrid Model.” Journal of Public Budgeting, Accounting and Financial
Management. Florida, Amerika Serikat: PrAcademics Press.
Rohdewohld, Rainer. 15 Mei 2000. Decentralization in Indonesia–The Framework for
Local Governance. A Discussion Paper, Capacity Building Needs Assessment for Lokal
Government and Legislature. Jakarta: GTZ (German Technical Cooperation)−CLEAN
Urban Project USAID.
Schiavo-Campo, Salvatore dan Daniel Tommasi. 1999. Managing Government Expenditure.
Manila, Filipina: Asian Development Bank.
Schiavo-Campo, Salvatore dan Pachampet Sundaram. 2000. Improving Public Administration
in a Competitive Word. Manila, Filipina: Asian Development Bank.
Schick, Allen. 1995. The Federal Budget, Politics, Policy, and Process. Washington D.C.: The
Brookings Institution.
Sevilla, 1997. Research Method. Edisi Revisi. Manila, Filipina: Manila Printing Company.
Shah, Anwar. 2007. Local Budgeting: Public Sector Governance and Accountability Series.
Washington D.C.: The World Bank.
Shah, Anwar dan Chunli Shen. 2007. “Citizen–Centric Performance Budgeting at The
Local Level.” Dalam Anwar Shah (editor), Local Budgeting, Public Sector Governance
and Accountability Series. Washington D.C.: The World Bank.
Spackman, Michael. 2002. Multi-Year Perspective in Budgeting and Public Investment
Planning. Draft background paper for discussion at Session III.1 of the OECD Global
Forum on Sustainable Development. Paris, Perancis: OECD.
Sumarto, Sudarno., Asep Suryahadi, dan Alex Arifianto. Maret 2004. “Governance and
Poverty Reduction: Evidence from Newly Decentralized Indonesia.” Working Paper.
Jakarta: Social Monitoring and Early Response Unit (SMERU).
Supomo, Bambang dan Nur Indriantoro. 1998. “Pengaruh Struktur dan Kultur
Organisasional terhadap Keefektifan Anggaran Partisipatif dalam Peningkatan
Kinerja Manajerial: Studi Empiris Perusahaan Manufaktur di Indonesia.” Kelola
Gadjah Mada University Business Review. Yogyakarta: UGM.
Suwardi, Herman. 2001. Roda Berputar Dunia Bergulir: Kognisi Baru tentang Timbul
Tenggelamnya Sivilisasi. Bandung: Bakti Mandiri.
Suwardjono. 2005. Teori Akuntansi, Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Edisi Ketiga.
Yogyakarta: BPFE.
Usman, Syaikhu. September 2001. “Indonesia’s Decentralization Policy: Initial Experiences
and Emerging Problems.” Working Paper. London: The Smeru Research Institute.
Usman, Syaikhu. Juni 2002. “Regional Autonomy in Indonesia: Field Experiences and
Emerging Challenges.” Working Paper. Bali: The Smeru Research Institute.
Tricker, Robert I. 1994. International Corporate Governance: Text, Reading, and Cases.
Amerika Serikat: Simon & Schuster Inc.
Turkewitz, Joel. Juni 2002. “Governance, Poverty, and Financial Management.” Dokumen
Presentasi. Diakses di http://poverty.worldbank.org/files/12429_ Turkewitz.pdf, 29
Oktober 2015.

D_6

Daftar Pustaka.indd 6 24/01/2017 14:50:11


United Nations Development Program (UNDP). Januari 1997. “Governance for Sustainable Human

  Daftar Pustaka
Development.” A UNDP Policy Document. Diakses di http://magnet.undp.org/policy/default.htm,
29 Oktober 2015.
United States General Accounting Office (US GAO). 1997. The Government Performance Results Act (The
GPRA). 1997 Governmentwide will be uneven. Report to Congressional Committee. Juni, USA.
Welsch, Glenn A., Ronald W. Hilton, dan Paul N. Gordon. 1988. Budgeting: Profit Planning and Control.
New Jersey, Amerika Serikat: Prentice Hall.
Wildavsky, Aaron. 1964. The Politics of the Budgetary Process. Boston: Little Brown.
Wildavsky, Aaron dan Naomi Caiden. 1997. The New Politics of the Budgetary Process. Edisi Ketiga. Boston,
Amerika Serikat: Addison Wesley Longman, Inc.
Wilson, Earl Ray dan Susan C. Katellus. 2004. Accounting form Governmental and Non Profit Entities.
Edisi Ketiga Belas. New York: McGraw Hill.
World Bank. 1992. Governance and Development. Washington D.C.: The World Bank.
World Bank. 1998. “Linking Policy, Planning, and Budgeting in a Medium Term Framework.” Public
Expenditure Management Handbook. Washington D.C.: The World Bank.
Wyplosz, Charles. 2007. “Is East Asia Safe from Financial Crises?” HEI Working Paper No. 2/2007. Genewa:
Graduate Institute of International Studies.

D_7

Daftar Pustaka.indd 7 24/01/2017 14:50:11


Akuntansi Pemerintahan Daerah

D_8

Daftar Pustaka.indd 8 24/01/2017 14:50:11

Anda mungkin juga menyukai