DI
S
OLEH
Rendi Wan Ara
(13404322255)
Cacar air (chickenpox) pernah menjadi penyakit yang umum terjadi pada anak-anak.
Namun, setelah vaksinasi cacar air dilakukan sejak tahun 1990-an, kasus cacar air
mulai berkurang secara bertahap.
Cacar air dapat menyebabkan komplikasi serius pada bayi, ibu hamil, serta orang
dengan daya tahan tubuh lemah, seperti penderita HIV/AIDS.
Gejala cacar air adalah ruam merah di wajah, dada, atau punggung, yang dapat
menyebar ke seluruh bagian tubuh. Cacar air juga ditandai dengan keluhan lain,
seperti:
Demam
Sakit kepala
Kelelahan
Hilang nafsu makan
Cacar air dalam istilah medis dikenal dengan varicella. Penyebabnya adalah virus
yang mudah menular melalui percikan ludah, atau kontak langsung dengan cairan
yang berasal dari ruam.
Penyakit ini lebih rentan menyerang anak-anak di bawah usia 12 tahun. Beberapa
faktor lain yang dapat meningkatkan risiko cacar air adalah belum pernah terkena
cacar air sebelumnya dan belum menerima vaksin cacar air.
Virus ini bisa menular dengan sangat mudah dan cepat melalui udara saat penderita
batuk atau bersin, serta kontak langsung dari lendir, air ludah, atau cairan dari ruam.
Penularan ini dapat terjadi di 1–2 hari sebelum ruam muncul dan akan tetap menular
hingga seluruh ruam lepuh mengering.
Bayi yang baru lahir dari ibu yang yang belum divaksinasi cacar berisiko terserang
penyakit ini. Risiko cacar air juga lebih tinggi pada orang dengan kondisi berikut:
Gejala ruam pada cacar air juga dapat disertai keluhan lain, berupa:
Cacar air umumnya tidak memerlukan pengobatan khusus, karena dapat sembuh
dengan sendirinya. Namun, pemeriksaan ke dokter tetap harus dilakukan bila Anda
atau anak Anda mengalami ruam dan gejala lain dari cacar air.
Selain itu, waspadai jika muncul gejala tertentu dari cacar air, berupa:
Tes darah
Dokter akan mengambil sampel darah pasien untuk diteliti di laboratorium.
Tujuannya adalah untuk memastikan keberadaan infeksi virus.
Kultur virus
Kultur virus dilakukan dengan mengambil sampel cairan dari ruam di tubuh pasien.
Sampel cairan tersebut kemudian akan diteliti di laboratorium untuk mendeteksi
keberadaan virus Varicella.
Pemberian Obat-obatan
Loratadine
Cetirizine
Fexofenade
Sedangkan untuk meredakan gejala lain, seperti sakit kepala, demam, lelah, atau
nyeri otot, dokter akan meresepkan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS)
seperti paracetamol. Namun, konsultasikan dengan dokter terlebih dahulu sebelum
menggunakan obat pereda nyeri yang dijual bebas.
Penting untuk diingat, pemberian aspirin pada penderita cacar air tidak dianjurkan,
karena dapat menyebabkan sindrom Reye. OAINS lain, yakni ibuprofen, juga tidak
disarankan untuk digunakan, karena bisa memicu infeksi sekunder atau kerusakan
jaringan.
Perlu diketahui, kebiasaan menggaruk ruam cacar air dapat menyebabkan infeksi
bakteri. Bila pasien terserang infeksi bakteri sekunder, dokter dapat meresepkan
antibiotik.
Sedangkan untuk penderita cacar air yang berisiko mengalami komplikasi, dokter
akan memberikan obat antivirus, seperti:
Valacyclovir
Acyclovir
Famciclovir
Meski tidak dapat menyembuhkan cacar air, obat-obatan untuk cacar air di atas
dapat menghambat aktivitas virus sehingga gejala yang muncul lebih ringan.
Dengan begitu, daya tahan tubuh pasien dapat pulih lebih cepat.
Perawatan Mandiri
Cacar air yang terjadi pada penderita dengan daya tahan tubuh lemah tidak
memerlukan pengobatan khusus. Namun, ada beberapa upaya mandiri yang bisa
dilakukan untuk membantu meringankan gejala. Beberapa upaya tersebut adalah:
Perbanyak minum serta mengonsumsi makanan yang lembut dan tidak asin atau
asam, terutama jika terdapat ruam cacar di mulut.
Hindari menggaruk ruam atau luka cacar air, karena meningkatkan risiko infeksi.
Guna mencegahnya, potong kuku sampai pendek atau kenakan sarung tangan,
terutama di malam hari.
Kenakan pakaian berbahan lembut dan ringan.
Mandi dengan air hangat 3–4 kali sehari, selama beberapa hari setelah timbulnya
ruam. Setelah itu, keringkan dengan cara tepuk-tepuk dengan handuk hingga kering.
Gunakan calamine lotion pada area yang gatal.
Kompres ruam atau luka dengan air dingin untuk meredakan gatal.
Beristirahat yang cukup dan hindari kontak dengan orang lain untuk mencegah
penyebaran cacar air.
Kemunculan cacar ular dapat dialami oleh orang dewasa yang sudah terkena cacar
air, terutama mereka yang memiliki daya tahan tubuh rendah.
Komplikasi penyakit cacar air rentan dialami oleh bayi yang baru lahir, ibu hamil,
orang dewasa yang belum pernah terkena cacar air, dan orang dengan daya tahan
tubuh lemah. Beberapa komplikasi tersebut meliputi:
Infeksi bakteri sekunder yang menyerang kulit, jaringan lunak, tulang, dan sendi
pada anak-anak
Infeksi aliran darah (sepsis)
Infeksi paru-paru (pneumonia), terutama pada perokok
Infeksi atau peradangan otak (ensefalitis)
Bekas bopeng atau jaringan parut
Dehidrasi
Kematian
Cacar air yang terjadi seminggu sebelum melahirkan atau beberapa hari setelah
bayi lahir, berisiko menyebabkan infeksi serius yang dapat mengancam jiwa.
Pencegahan Cacar Air
Cara efektif untuk mencegah cacar air adalah dengan menjalani vaksinasi cacar air.
Vaksinasi ini dianjurkan pada anak dan orang dewasa yang belum menerima vaksin
cacar air.
Pada anak kecil, vaksinasi cacar air pertama dilakukan di usia 12–15 bulan, dan
vaksin lanjutan diberikan ketika anak berusia 4–6 tahun. Sedangkan bagi remaja
dan orang dewasa, vaksin cacar air diberikan dalam dua dosis dengan rentang
perbedaan waktu setidaknya 28 hari.
Sementara pada orang yang pernah terserang cacar air, vaksinasi tidak perlu
dilakukan. Hal ini karena setelah sembuh, tubuhnya akan membentuk antibodi
terhadap virus Varicella sehingga kecil kemungkinan untuk terserang cacar air
kembali. Kalaupun terinfeksi lagi, gejala yang muncul akan lebih ringan.
Perlu diketahui, vaksinasi cacar air tidak dianjurkan pada ibu hamil, orang dengan
daya tahan tubuh lemah, dan orang yang alergi terhadap gelatin atau neomycin.
Pada kondisi tersebut, hindari kontak dengan penderita cacar air untuk mencegah
penularan virus.
Jika ada anggota keluarga yang terkena cacar air, ada beberapa hal yang dapat
Anda lakukan untuk mencegah penularan infeksi, yaitu: