Anda di halaman 1dari 6

Makalah Bioteknologi Smallpox, HIV, dan Polio

Disusun Oleh o Febrian Purwo S. o Uun Kuniyati o Helmi Al-Afghani

: (1008010043) (1008010045) (1008010047)

Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto 2012

Smallpox
a. Pengertian Dalam bahasa inggris, cacar air dikenal dengan sebutan Chickenpox / smallpox / Varicella. Cacar air merupakan infeksi sangat menular yang disebabkan oleh virus varisela zoster. Cacar air dijangkiti melalui batuk dan bersin serta sentuhan langsung dengan cairan dalam lepuh cacar air. Penyakit ini biasanya tidak parah dan hanya singkat di kalangan anak sehat; adakalanya cacar air akan menjadi penyakit yang lebih parah, misalnya infeksi bakteri pada kulit yang mengakibatkan bekas luka, radang paru-paru, atau radang otak. Orang dewasa yang menderita infeksi cacar air pada umumnya mengalami gejala yang lebih parah. Cacar air mungkin menimbulkan risiko terhadap bayi dalam kandungan jika terjangkit sewaktu hamil. Cacar air dapat menyebabkan penyakit parah, bahkan maut, pada tiap golongan usia. Waktu inkubasi untuk cacar air adalah 10 sampai 21 hari, diikuti dengan ruam berbintik merah pada mulanya, yang kemudian menjadi lepuh dalam waktu beberapa jam. Bintik-bintik ini biasanya timbul di badan, muka dan bagian tubuh yang lain. Banyak orang yang menderita infeksi cacar air mengalami demam dan merasa kurang sehat dan mungkin merasa gatal sekali. Siapapun yang belum pernah menderita cacar air dapat terjangkit. Siapapun yang pernah menderita cacar air dianggap kebal dan tidak memerlukan vaksin. Sekitar 75% dari masyarakat menderita infeksi cacar air sebelum usia 12 tahun.

b. Tanda dan Gejala Tanda awal dari penyakit ini dapat diketahui dengan demam tinggi selama 1-2 hari, lalu timbul bintik-bintik merah di tubuh yang kemudian berkembang menjadi gelembung-gelembung berisikan air. Kalau kata orang seperti jerawat. Selain itu, cacar air juga ditandai dengan sariawan, tubuh letih lesu, kerongkongan sakit, dan pusing-pusing. c. Cara Penularan Virus cacar air biasanya berkonferensi di udara pada saat memilih korban. Mereka lalu masuk ke sistem kekebalan tubuh si korban melalui alat pernafasan yaitu hidung ataupun mulut. Setelah sampai di tubuh korban, mereka tidak langsung bereaksi tapi membutuhkan waktu sekitar 21 hari untuk membuat strategi penyerangan. Dihari yang ke-22, barulah si korban dapat merasakan dampak serangan dalam rupa demam tinggi selama 1-2 hari yang lalu ditandai dengan munculnya bintik-bintik merah di dada, punggung, perut dan wajah. Jika si korban berdekatan dengan orang lain, si virus akan dengan senang hati membagikan sebagian serdadunya kepada orang lain tersebut dengan cara memaksa si korban untuk batuk atau bersin atau bersentuhan dengan si bentol si korban. Selain itu, untuk ibu-ibu yang sedang hamil, mereka dapat menulari bayi mereka yang didalam kandungan melaluiplacenta.

d. Komplikasi Ada berapa pendapat yang mengatakan bahwa cacar air tidaklah berbahaya dan dapat sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan sekalipun. Yang ditakuti adalah penyebarannya karena dapat menimbulkan penyakit ikutan antara lain infeksi kulit (Cellulitis), infeksi paru-paru (Pneumonia), infeksi otak (Encephalitis) dan pendarahan (Bleeding Disorders). Selain itu komplikasi lain yang dapat timbul baik pada anak maupun orang dewasa antara lain : 1) Infeksi tambahan pada kulit menimbulkan kerusakan dan bekas luka (yang dapat menyebabkan rasa rendah diri jika letaknya di wajah) 2) Pneumonia, ensefalitis, yang membutuhkan rawat inap di rumah sakit. 3) Kematian pada beberapa kasus e. Cara Pencegahan Cara yang paling gampang dan efektif adalah dengan memberikan vaksinasi varivax, yaitu vaksinasi antichickenpox. Menurut para ahli, 85% orang yang telah divaksin, tidak akan terkena penyakit ini.15% lagi tetap terkena cacar air, namun efeknya tidak separah orang yang tidak pernah divaksin.

Vaksin Smallpox

Vaksin cacar air berisi virus hidup yang diolah dan kurang berbahaya, serta sedikit antibiotik, neomisin.Perkembangan vaksin virus diawali dengan penemuan Edward Jenner pada tahun 1798 , bahwa inokulasi cacar sapi (cowpox) pada seseorang ternyata dapat melindungi orang tersebut dari penyakit cacar (smallpox). Sejak saat itu vaksin mengalami perkembangan baik dari cara menentukan epitop imunodominan, strategi perbanyakan protein maupun cara aplikasinya. a. Bentuk Vaksin Smallpox Vaksin smallpox merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan, yang terdapat dalam bentuk bubuk kering. Bentuk ini kurang stabil dibandingkan vaksin virus hidup lainnya, sehingga memerlukan suhu penyimpanan tertentu. b. Dosis Pemberian Vaksin Smallpox Dianjurkan agar satu dosis ( 0,5 cc ) vaksin cacar airdiberikan kepada: Anak yang berusia 18 bulan kecuali jika pernah menderita infeksi cacar air. Anak di Kelas 7 sekolah menengah, kecuali jika pernah menerima dosis vaksinasi atau menderita infeksi. Anak Remaja (14 tahun keatas) dan Orang Dewasa

Vaksin ini juga dianjurkan bagi anak remaja (14 tahun ke atas) dan orang dewasa yang belum divaksinasi untuk cacar air atau belum menderita penyakit ini. Orang dalam golongan usia ini yang

belum pernah menderita cacar air harus menjalani tes darah untuk memeriksa kekebalan. Banyak orang dewasa yang tidak pernah menderita cacar air sebenarnya kebal. Vaksin cacar air dianjurkan khususnya bagi orang yang tidak kebal dan melakukan pekerjaan berisiko tinggi, misalnya: Petugas kesehatan Guru dan karyawan di pusat penitipan anak Wanita yang tidak kebal sebelum hamil Orang tua yang tidak kebal dan mempunyai anak kecil Kontak di rumah yang tidak kebal bagi orang yang mengalami imunosupresi. Orang yang berusia 14 tahun ke atas memerlukan 2 dosis vaksin cacar air, dengan selang waktu 1 sampai 2 bulan. Cara Pemberian Vaksin Smallpox

c.

Vaksin Smallpox diberikan secara Subcutan pada lengan atas klien. Dimana ada beberapa anjuran bahwa sebaiknya diberikan kepada : Anak usia 12-18 bulan yang belum terkena cacar air harus mendapatkan satu dosis vaksinasi. Anak usia 19 bulan hingga 13 tahun yang belum terinfeksi cacar air harus mendapatkan satu dosis vaksinasi. Orang dewasa yang belum mengalami cacar air dan bekerja atau tinggal di lingkungan yang rentan penularan cacar air, seperti di sekolah, panti penitipan anak, rumah sakit, asrama, penjara, atau barak militer. Wanita usia produktif yang belum pernah terkena cacar air dan tidak sedang hamil. Orang dewasa dan remaja yang belum terkena cacar air dan tinggal dengan anak-anak. Orang yang hendak bepergian ke luar negeri dan belum mengalami cacar air.

d. Cara Penyimpanan Vaksin Smallpox Vaksin smallpox harus disimpan pada tempat dan suhu tertentu, yaitu dalam ruangan dengan suhu berkisar antara 2-8C. e. Efek Samping dari Vaksin Smallpox. Pada umumnya reaksi tidak parah dan mudah dihadapi, dan jauh lebih jarang dibandingkan dengan komplikasi dari penyakit ini. Efek Sampingan yang Umum dari Vaksin Cacar Air: Sedikit demam Sakit, merah atau bengkak di tempat suntikan Bisul kecil sementara di tempat suntikan Efek Sampingan yang Jarang:

Sekitar 2 sampai 5 bintik cacar air mungkin timbul di tempat suntikan dan adakalanya di bagian tubuh yang lain antara lima sampai 26 hari setelah vaksinasi. Dalam hal ini, timbulnya ruam setelah vaksin cacar air menunjukkan bahwa orang tersebut harus menjauhi dari orang yang mengalami imunosupresi selama jangka waktu ruam. Cacar air yang tidak parah mungkin terjadi satu tahun atau lebih lama kemudian setelah vaksinasi, karena vaksin ini tidak efektif sepenuhnya bagi setiap orang. f. Cara Mengatasi Efek Samping dari Vaksin Smallpox Jika reaksi ringan terjadi, mungkin selama 1 atau 2 hari. Efek sampingan dapat dikurangi dengan: Minum lebih banyak air Tidak berpakaian terlalu hangat Meletakkan kain dingin yang basah pada tempat suntikan yang sakit Memberikan parasetamol kepada anak Anda untuk mengurangi segala rasa kurang enak (perhatikan dosis yang dianjurkan menurut usia anak Anda) Jika reaksi parah atau berkelanjutan, atau jika Anda khawatir, silakan hubungi dokter atau rumah sakit Anda.

DAFTAR PUSTAKA Soeyitno, Hariyono, dkk. 2001. Buku Imunisasi Di Indonesia. Jakarta: Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia Wahab, Samik dan Mandaria Julia. 2002. Sistem Imun, Imunisasi, Dan Penyakit Imun. Jakarta: Widya Medika.

Anda mungkin juga menyukai