Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH TERKAIT SIMPANG TAK

SEBIDANG
(TUGAS PERENCANAAN GEOMETRI JALAN)

Dosen Pengampu : Fisika Prasetyo Putra, S.T., M.T.

Disusun Oleh :
Novelin Adriana Fransisca Tumatar
1970110007

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA


FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK SIPIL
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur bagi Tuhan yang Maha Eesa yang telah memberikan saya kemudahan
dalam menyusun makalah ini. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, saya
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi, serta makalah ini nantinya dapat dijadikan acuan dalam
pembelajaran yang berhubungan dengan mata kuliah Perencanaan Geometri Jalan khususnya
mengenai “Simpang Sebidang”

Jakarta, 21 Juli 2021


Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang ..............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................................1

1.3 Tujuan ..........................................................................................................................1

1.4 Manfaat.........................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................2

2.1 Pengertian Simpang Tak Sebidang ................................................................................2

2.2 Jalur Utama dan Jalur Penghubung (Ramp) ...................................................................2

2.3 Jenis-Jenis Persimpangan Tak Sebidang ........................................................................3

2.3.1 Kaki Tiga ...............................................................................................................3

2.3.2 Diamond ................................................................................................................6

2.3.3 Single Point Urban Interchange (SPUI) / Single Point Diamond Interchange (SPDI)
10

2.3.4 Full Cloverleaf ..................................................................................................... 11

2.3.5 Partial Cloverleaf (Parclo) / Semanggi Parsial ...................................................... 12

2.3.6 Directional (Langsung) ........................................................................................ 17

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................................... 19

3.1 Kesimpulan ................................................................................................................. 19

3.2 Saran........................................................................................................................... 19

BAB IV PENUTUP .................................................................................................................. 20

4.1 Penutup ....................................................................................................................... 20

ii
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persimpangan jalan (intersection) adalah suatu daerah umum dimana dua atau lebih ruas
jalan saling bertemu (berpotongan) yang mencakup fasilitas jalur jalan (roadway) dan tepi jalan
(roadside), dimana lalu lintas dapat bergerak didalamnya. Ada dua jenis persimpangan di dalam
perencanaan pertemuan dua ruas jalan atau lebih yaitu simpang sebidang dan simpang tak
sebidang. Persimpangan sebidang adalah persimpangan dimana ruas jalan saling bertemu dalam
satu bidang, sementara pada simpang tak sebidang ruas jalan tidak saling bertemu dalam satu
bidang melainkan salah satu ruas jalan berada di atas atau di bawah ruas jalan yang lain.
Persimpangan merupakan bagian yang terpenting dari sebuah jalan karena sebagian besar dari
efesiensi, kapasitas lalu lintas, kecepatan, biaya operasi, waktu perjalanan, keamanan dan
kenyamanan dari sebuah jalan tergantung dari perencanaan persimpangan.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang dapat diuraikan adalah.
1. Apa yang dimaksud dengan simpang tak sebidang?
2. Apa saja jenis-jenis dari simpang jalan tak sebidang?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah.
1. Untuk mengetahui pengertian dari simpang tak sebidang
2. Untuk mengetahui jenis-jenis dari simpang tak sebidang

1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang bisa didapat pada makalah ini adalah memberikan informasi
mengenai simpang tak sebidang, serta sebagai bahan referensi dalam pembelajaran kedepan
terkait pembahasan simpang sebidang.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Simpang Tak Sebidang


Persimpangan tidak sebidang adalah suatu sistem penghubung jalan raya yang
diperbantukan dengan satu atau lebih pemisah bidang untuk melayani pergerakan lalu lintas
antara dua atau lebih jalan raya atau jalan bebas hambatan pada ketinggian yang berbeda. Dapat
diartikan juga sebagai suatu simpang dimana jalan yang satu dengan jalan yang lainnya tidak
saling bertemu dalam satu bidang. Tujuan dari pembangunan simpang tidak sebidang ini adalah
untuk menghilangkan konflik dan mengurangi volume lalu lintas yang menggunakan daerah
yang digunakan secara bersama-sama (shared area), mengurangi hambatan, memperbesar
kapasitas, menambah keamanan dan kenyamanan.

Ketentuan pemilihan jenis persimpangan jalan tidak sebidang :


1. Perlu memperhatikan aspek biaya dan manfaat.
2. Perlu memperhatikan keserasian dengan lingkungan sekitarnya, dan dilengkapi dengan
lansekap yang mana harus memperhatikan topografi, kondisi tanah dan vegetasi dan
kesesuaian dengan geometrik.
3. Perlu memperhatikan peran, fungsi dan kelas dari jalan-jalan yang dihubungkan.
4. Perlu memperhatikan faktor ketersediaan lahan.
5. Perlu memperhatikan rencana pembangunan secara bertahap.
6. Memberi kebebasan kepada perencana untuk memilih tipe yang pali sesuai di antara yang
memenuhi persyaratan.

2.2 Jalur Utama dan Jalur Penghubung (Ramp)


Jalur penghubung dapat berupa hubungan langsung (direct) untuk arus lalu lintas yang
relatif besar sedangkan semi-langsung (semi-direct) dan tidak langsung (indirect) untuk arus
yang relatif kecil.

2
Gambar 2.1 Jalur Penghubung

2.3 Jenis-Jenis Persimpangan Tak Sebidang


Jenis persimpangan tak sebidang memiliki beberapa jenis yang di dalamnya juga
memiliki berbagai tipe, sebagai berikut :
- Kaki Tiga
- Diamond
- Single Point Urban Interchange (SPUI) / Single Point Diamond Interchange (SPDI)
- Full Cloverleaf
- Partial Cloverleaf (Parclo) / Semanggi Parsial
- Directional (Langsung)

2.3.1 Kaki Tiga


A. Trumpet (Terompet)

Gambar 2.2 Trumpet (Trompet)


- Persimpangan ini diperuntukan untuk simpang dengan tiga kaki

3
- Pergerakan arus lalu lintas dari pendekat a ke b relatif lebih besar dan diberi hubungan
semi langsung
- Jalurdari a menuju c dapat juga berada di atas, yaitu pada jembatan
- Bila pergerakan arus lalu lintas dari b ke c lebih besar, kuping dibalik ke kanan,
menjadi hubungan semi langsung
- Kebutuhan luas lahan persimpangan tidak sebidang relatif sedang
- Bentuk ini dapat dioperasikan pada jalan tol (pintu masuk/keluar)
- Kelas dan peran jalan pada ruas jalan arah pergerakan lurus lebih tinggi daripada ruas
jalan lainnya
- Tidak terdapat simpang bersinyal pada jalan minor
- Kecepatan operasi kendaraan di jalan relatif sedang
B. Doble Trumpet (Terompet Ganda)

Gambar 2.3 Double Trumpet (Terompet Ganda)


- Pada dasarnya tipe ini adalah persimpangan dengan empat kaki
- Kelas dan peran jalan pada ruas jalan arah pergerakan lurus lebih tinggi daripada ruas
jalan lainnya
- Arus lalu lintas pergerakan lurus pada jalan utama jauh lebih besar dari pergerakan
belok
- Kebutuhan luas lahan persimpangan tidak sebidang relatif tinggi
- Memiliki kapasitas relatif sedang
- Biaya konstruksi yang dikeluarkan relatif sedang
- Bentuk ini dapat dioperasikan pada jalan tol

4
- Tidak terdapat simpang bersinyal pada jalan minor
- Kecepatan operasi kendaraan di jalan relatif sedang
C. Segitiga Langsung

Gambar 2.4 Segitiga Langsung


- Persimpangan diperuntukan untuk simpang dengan tiga kaki
- Arus lalu lintas dari pendekat a, b dan c relatif sama besar dan diberik hubungan
langsung (direct)
- Kebutuhan luas lahan persimpangan tidak sebidang relatif sedang
- Memiliki kapasitas relatif tinggi
- Biaya konstruksi yang dikeluarkan relatif sedang
- Bentuk ini dapat dioperasikan pada jalan tol
- Kelas dan peran jalan sama pada ketiga ruas jalan
- Kecepatan operasi kendaraan di jalan relatif tinggi

5
2.3.2 Diamond
A. Conventional Diamond (Diamond Biasa)

Gambar 2.5 Conventional Diamond (Diamond Biasa)


- Persimpangan diperuntukkan untuk simpang dengan empat kaki
- Pergerakan arus lalu lintas menerus dan belok kiri dari setiap pendekat relatif lebih
besar daripada pergerakan belok kanan
- Pergerakan belok kanan tersebut diakomodasi dengan adanya 2 simpang bersinyal
pada jalan minor
- Kebutuhan luas lahan persimpangan jalan tidak sebidang relatif kecil
- Memiliki kapasitas relatif sedang
- Biaya konstruksi yang dikeluarkan relatif rendah
- Kelas dan peran jalan pada kedua jalan yang berpotongan berbeda
- Kecepatan operasi kendaraan di jalan relatif tinggi
B. Compressed Diamond (Diamond Rapat)

Gambar 2.6 Compressed Diamond (Diamond Rapat)

6
- Persimpangan diperuntukkan untuk simpang dengan empat kaki
- Pergerakan arus lalu lintas menerus dan belok kiri dari setiap pendekat relatif lebih
besar daripada pergerakan belok kanan
- Pergerakan belok kanan tersebut diakomodasi dengan adanya 2 simpang bersinyal
pada jalan minor
- Kebutuhan luas lahan persimpangan relatif lebih kecil daripada tipe 4 (conventional
diamond)
- Memiliki kapasitas relatif rendah
- Biaya konstruksi yang dikeluarkan relatif rendah
- Kelas dan peran jalan pada kedua jalan yang berpotongan berbeda
- Kecepatan operasi kendaraan di jalan relatif sedang
C. Diamond Terpisah

Gambar 2.7 Diamond Terpisah


- Persimpangan diperuntukkan untuk simpang dengan empat kaki
- Pergerakan arus lalu lintas menerus dan belok kiri dari setiap pendekat relatif lebih
besar daripada pergerakan belok kanan
- Pergerakan belok kanan tersebut diakomodasi dengan adanya 2 simpang bersinyal
pada jalan minor
- Kebutuhan luas lahan persimpangan jalan tidak sebidang relatif kecil
- Memiliki kapasitas relatif rendah
- Biaya konstruksi yang dikeluarkan relatif rendah
- Kelas dan peran jalan pada kedua jalan yang berpotongan berbeda
- Kecepatan operasi kendaraan di jalan relatif sedang

7
D. Diamond Terpisah dengan Jalur Lambat

Gambar 2.8 Diamond Terpisah dengan Jalur Lambat


- Persimpangan diperuntukkan untuk simpang dengan empat kaki
- Pergerakan arus lalu lintas menerus dan belok kiri dari setiap pendekat relatif lebih
besar daripada pergerakan belok kanan
- Pergerakan belok kanan tersebut diakomodasi dengan adanya 2 simpang bersinyal
pada jalan minor
- Terdapat jalur lambat dengan posisi sejajar dengan jalan utama
- Kebutuhan luas lahan persimpangan jalan tidak sebidang relatif kecil
- Memiliki kapasitas relatif rendah
- Biaya konstruksi yang dikeluarkan relatif rendah
- Kelas dan peran jalan pada kedua jalan yang berpotongan berbeda
- Kecepatan operasi kendaraan di jalan relatif sedang
E. Diamond Biasa dengan Jalur Lambat

Gambar 2.9 Diamond Biasa dengan Jalur Lambat

8
- Persimpangan diperuntukkan untuk simpang dengan empat kaki
- Arus pergerakan belok kanan lebih kecil dari arus lalu lintas arah lainnya
- Pergerakan belok kanan tersebut diakomodasi dengan adanya 2 simpang bersinyal
pada jalan minor
- Terdapat jalur lambat dengan posisi sejajar dengan jalan utama
- Kebutuhan luas lahan persimpangan jalan tidak sebidang relatif kecil
- Memiliki kapasitas relatif rendah
- Biaya konstruksi yang dikeluarkan relatif rendah
- Kelas dan peran jalan pada kedua jalan yang berpotongan berbeda
- Kecepatan operasi kendaraan di jalan relatif sedang
F. Diamond dengan Pola X

Gambar 2.10 Diamond dengan Pola X


- Persimpangan diperuntukkan untuk simpang dengan empat kaki
- Arus pergerakan belok kanan lebih kecil dari arus lalu lintas arah lainnya
- Pergerakan belok kanan tersebut diakomodasi dengan adanya 2 simpang bersinyal
pada jalan minor
- Terdapat jalur lambat dengan posisi sejajar dengan jalan utama
- Kebutuhan luas lahan persimpangan jalan tidak sebidang relatif kecil
- Memiliki kapasitas relatif rendah
- Biaya konstruksi yang dikeluarkan relatif rendah
- Kelas dan peran jalan pada kedua jalan yang berpotongan berbeda
- Kecepatan operasi kendaraan di jalan relatif sedang

9
2.3.3 Single Point Urban Interchange (SPUI) / Single Point Diamond Interchange (SPDI)

Gambar 2.11 SPUI/SPDI


- Persimpangan diperuntukkan untuk simpang dengan empat kaki
- Kebutuhan luas lahan persimpangan tidak sebidang relatif kecil
- Terdapat sebuah simpang bersinyal pada jalan minor
- Memiliki kapasitas relatif sedang
- Biaya konstruksi yang dikeluarkan relatif sedang
- Kelas dan peran jalan pada kedua jalan berbeda
- Kecepatan operasi kendaraan di jalan relatif sedang – tinggi
- Akomodasi bagi pedestrian sulit

10
2.3.4 Full Cloverleaf

Gambar 2.12 Daun Semanggi Baku


- Persimpangan diperuntukkan untuk simpang dengan empat kaki
- Arus lalu lintas pergerakan belok kanan relatif lebih kecil dari arah lainnya, diberi
hubungan tidak langsung (indirect)
- Arus menerus agak terganggu oleh adanya pergerakan jalinan
- Tingkat keselamatan/keamanan lebih tinggi akibat adanya ramp/jalan penghubung
tidak langsung tersebut
- Kebutuhan luas lahan persimpangan tidak sebiang relatif tinggi
- Memiliki kapasitas relatif sedang
- Biaya konstruksi yang dikeluarkan relatif tinggi
- Bentuk ini dapat dioperasikan pada jalan tol (pintu masuk/keluar)
- Kelas dan peran jalan sama pada setiap ruas jalan
- Tidak diperlukan kontrol sinyal
- Kecepatan operasi kendaraan di jalan relatif tinggi

11
2.3.5 Partial Cloverleaf (Parclo) / Semanggi Parsial
A. Semanggi Parsial A – 2 Kuadran

Gambar 2.13 Semanggi Parsial A – 2 Kuadran


- Persimpangan diperuntukkan untuk simpang dengan empat kaki
- Arus lalu lintas pergerakan belok kanan dari jalan mayor menuju jalan minor relatif
tidak besar, diberi hubungan semi-langsung
- Pintu keluar dari jalan utama dengan ramp. Pintu masuk ke jalan utama dengan loop
- Pada dasarnya tidak diperlukan kontrol sinyal. Tetapi pada bentuk lain, arus lalu lintas
menerus jalan minor harus berhenti dua kali, yang mana tiap pemberhentian diatur
dengan sinyal dua fase
- Kebutuhan luas lahan persimpangan relatif tinggi
- Memiliki kapasitas tinggi
- Biaya konstruksi yang dikeluarkan relatif tinggi
- Kelas dan peran jalan pada kedua jalan yang berpotongan berbeda (tidak sama)
- Kecepatan operasi kendaraan di jalan relatif tinggi
- Terjadi manuver di daerah jalinan

12
B. Semanggi Parsial A – 4 Kuadran

Gambar 2.14 Semanggi Parsial A – 4 Kuadran


- Persimpangan diperuntukkan untuk simpang dengan empat kaki
- Arus lalu lintas pergerakan belok kanan dari jalan mayor menuju jalan minor relatif
kecil, diberi hubungan semi-langsung (semi-direct) dan tidak langsung (indirect)
- Pintu keluar dari jalan utama dengan ramp. Pintu masuk ke jalan utama dengan loop
dan ramp
- Pada dasarnya tidak diperlukan kontrol sinyal. Tetapi pada bentuk lain, arus lalu lintas
menerus jalan minor harus berhenti dua kali, yang mana tiap pemberhentian diatur
dengan sinyal dua fase
- Kebutuhan luas lahan persimpangan relatif tinggi
- Memiliki kapasitas tinggi
- Biaya konstruksi yang dikeluarkan relatif tinggi
- Kelas dan peran jalan pada kedua jalan yang berpotongan berbda (tidak sama)
- Kecepatan operasi kendaraan di jalan relatif tinggi
- Terjasi manuver di daerah jalinan

13
C. Semanggi Parsial B – 2 Kuadran

Gambar 2.15 Semanggi Parsial B – 2 Kuadran


- Persimpangan diperuntukkan untuk simpang dengan empak kaki
- Arus lalu lintas pergerakan belok kanan dari jalan mayor menuju jalan minor relatif
kecil, diberi hubungan tidak langsung (indirect)
- Pintu keluar dari jalan utama dengan loop. Pintu masuk ke jalan utama dibuat melalui
ramp
- Pada dasarnya tidak diperlukan kontrol sinyal. Tetapi pada bentuk lain, arus lalu lintas
menerus jalan minor harus berhenti dua kali, yang mana tiap pemberhentian diatur
dengan sinyal dua fase
- Kebutuhan luas lahan persimpangan relatif tinggi
- Memiliki kapasitas tinggi
- Biaya konstruksi yang dikeluarkan relatif tinggi
- Kelas dan peran jalan pada kedua jalan yang berpotongan berbeda (tidak sama)
- Kecepatan operasi kendaraan di jalan relatif tinggi
- Terjadi manuver di daerah jalinan

14
D. Semanggi Parsial B – 4 Kuadran

Gambar 2.16 Semanggi Parsial B – 4 Kuadran


- Persimpangan diperuntukkan untuk simpang dengan empat kaki
- Arus lalu lintas pergerakan belok kanan dari jalan mayor menuju minor relatif kecil,
diberi hubungan tidak langsung (indirect)
- Pintu keluar dari jalan utama dengan loop. Pintu masuk ke jalan utama dibuat melalui
ramp
- Pada dasarnya tidak diperlukan kontrol sinyal. Tetapi pada bentuk lain, arus lalu lintas
menerus jalan minor harus berhenti sekali, yang mana tiap pemberhentian diatur
dengan sinyal dua fase
- Kebutuhan luas lahan persimpangan relatif tinggi
- Memiliki kapasitas tinggi
- Biaya konstruksi yang dikeluarkan relatif tinggi
- Kelas dan peran jalan pada kedua jalan yang berpotongan berbeda (tidak sama)
- Kecepatan operasi kendaraan di jalan relatif tinggi
- Terjadi manuver di daerah jalinan

15
E. Semanggi Parsial AB / Diamond Terlipat

Gambar 2.17 Semanggi Parsial AB / Diamond Terlipat


- Persimpangan diperuntukkan untuk simpang dengan empat kaki
- Simpang tipe ini memiliki satu loop keluar, satu ramp keluar, satu loop masuk dan satu
ramp masuk
- Pada dasarnya tidak diperlukan kontrol sinyal. Tetapi pada bentuk lain, arus lalu lintas
menerus jalan minor harus berhenti 2 kali, yang mana tiap pemberhentian diatur
dengan sinyal dua fase
- Karena loop-loop tersebut berada pada kuadran yang besisian, pergerakan jalinan
menjadi masalah. Untuk itu loop-loop tersebut harus diorientasi sedemikian rupa
sehingga jalinan yang terjadi hanya pada jalan minor sehingga pergeraan belok yang
terjadi hanya menghasilkan ganggiuan yang kecil bagi arus lalu lintas jalan utama
- Kebutuhan luas lahan persimpangan relatif tinggi
- Memiliki kapasitas tinggi
- Biaya konstruksi yang dikeluarkan relatif tinggi
- Kelas dan peran jalan pada kedua jalan yang berpotongan berbeda (tidak sama)
- Kecepatan operasi kendaraan di jalan relatif tinggi
- Terjadi manuver di daerah jalinan
- Satu sisi jalan minor tidak dimanfaatkan
- Mudah ditingkatkan menjadi tipe full cloverleaf
16
2.3.6 Directional (Langsung)
A. Langsung

Gambar 2.18 Langsung


- Persimpangan diperuntukkan untung simpang dengan empat kaki
- Pada beberapa pendekat dimana terdapat arus belok kanan yang sangat besar, diberi
hubungan langsung (direct), sementara pergerakan dengan arus belok kanan yang
kecil, hanya diberi hubungan tidak langsung (indirect)
- Kebutuhan luas lahan persimpangan relatif tinggi
- Memiliki kapasitas tinggi
- Biaya konstruksi yang dikeluarkan sangat tinggi
- Kelas dan peran jalan sama pada kedua jalan yang berpotongan
- Kecepatan operasi kendaraan di jalan relatif tinggi
B. Semi Langsung atau Turbine

Gambar 2.19 Semi Langsung atau Turbine

17
- Persimpangan diperuntukkan untung simpang dengan empat kaki
- Pada beberapa pendekat dimana terdapat arus belok kanan yang tidak terlalu besar,
diberi hubungan semi-langsung (semi-direct), sementara pergerakan dengan arus belok
kanan yang kecil, hanya diberi hubungan tidak langsung (indirect)
- Kebutuhan luas lahan persimpangan tinggi
- Memiliki kapasitas tinggi
- Biaya konstruksi yang dikeluarkan sangat tinggi
- Kelas dan peran jalan sama pada kedua jalan yang berpotongan
- Kecepatan operasi kendaraan di jalan relatif tinggi
C. Sanngat Langsung

Gambar 2.20 Sangat Langsung


- Persimpangan diperuntukkan untung simpang dengan empat kaki
- Kebutuhan luas lahan persimpangan tinggi
- Arus lalu lintas pergerakan belok kanan sangat besar dan hampir sama besarnya pada
setiap pendekat, sehingga diberi hubungan langsung (direct)
- Memiliki kapasitas tinggi
- Biaya konstruksi yang dikeluarkan sangat tinggi
- Kelas dan peran jalan sama pada kedua jalan yang berpotongan
- Kecepatan operasi kendaraan di jalan relatif tinggi

18
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil pembahasan pada Bab II adalah.
1. Persimpangan tidak sebidang adalah suatu sistem penghubung jalan raya yang
diperbantukan dengan satu atau lebih pemisah bidang untuk melayani pergerakan lalu
lintas antara dua atau lebih jalan raya atau jalan bebas hambatan pada ketinggian yang
berbeda.
2. Tujuan dari pembangunan simpang tidak sebidang ini adalah untuk menghilangkan
konflik dan mengurangi volume lalu lintas yang menggunakan daerah yang digunakan
secara bersama-sama (shared area), mengurangi hambatan, memperbesar kapasitas,
menambah keamanan dan kenyamanan.
3. Jenis persimpangan tak sebidang memiliki beberapa jenis yang di dalamnya juga
memiliki berbagai tipe, sebagai berikut :
- Kaki Tiga
- Diamond
- Single Point Urban Interchange (SPUI) / Single Point Diamond Interchange (SPDI)
- Full Cloverleaf
- Partial Cloverleaf (Parclo) / Semanggi Parsial
- Directional (Langsung)

3.2 Saran
Dari kesimpulan yang telah dijabarkan di atas, saran yang bisa penulis berikan adalah
bahwa persimpangan tak sebidang bertujuan untuk menghilangkan konflik serta mengurangi
volume lalu lintas. Tentunya hal tersebut harus dikembangkan serta dikaji lebih dalam lagi untuk
menciptakan upaya yang lebih baik dalam penanganan konflik yang tejadi di jalan.

19
BAB IV
PENUTUP

4.1 Penutup
Demikian makalah terkait “Simpang Tak Sebidang” ini telah dibuat, kurang lebihnya
mohon maaf, dan semoga makalah ini nantinya dapat menjadi referensi untuk para pembaca
khususnya kepada pembaca yang sedang mengambil mata kuliah Perencanaan Geometri Jalan.
Sekian dan terima kasih.

20
DAFTAR PUSTAKA

Prasetyo, Fisika. (2021). “Materi Perencanaan Persimpangan Jalan Tak Sebidang” Universitas
17 Agustus 1945 : Jakarta. Diakses pada tanggal : 21 Juli 2021

Microsoft Word - BAB I.docx (undip.ac.id)


1219151044-3-BAB II KASUMADEWI PDF.pdf (unud.ac.id)

21

Anda mungkin juga menyukai