November 4, 2015Anthropology
Antropologi berasal dari kata anthropos yang berarti “manusia”, dan logos yang berarti
ilmu. Menurut Koentjaraningrat (1981 : 11) antropologi berarti “ilmu tentang manusia.”
Antropologi kesehatan adalah studi tentang pengaruh unsur-unsur budaya terhadap
penghayatan masyarakat tentang penyakit dan kesehatan (Solita Sarwono, 1993).
Antropologi Kesehatan adalah disiplin yang memberi perhatian pada aspek-aspek biologis
dan sosio-budya dari tingkahlaku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara
keduanya disepanjang sejarah kehidupan manusia, yang mempengaruhi kesehatan dan
penyakit pada manusia (Foster/Anderson, 1986; 1-3).
Tahun 1849
Rudolf Virchow, ahli patologi Jerman terkemuka, yang pada tahun 1849 menulis apabila
kedokteran adalah ilmu mengenai manusia yang sehat maupun yang sakit, maka apa pula
ilmu yang merumuskan hukum-hukum sebagai dasar struktur sosial, untuk menjadikan
efektif hal-hal yang inheren dalam manusia itu sendiri sehingga kedokteran dapat melihat
struktur sosial yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit, maka kedokteran dapat
ditetapkan sebagai antropologi. Namun demikian tidak dapat dikatakan bahwa Vichrow
berperan dalam pembentukan asal-usul bidang Antropologi Kesehatan tersebut.,
munculnya bidang baru memerlukan lebih dari sekedar cetusan inspirasi yang cemerlang.
Tahun 1953
Sejarah pertama tentang timbulnya perhatian Antropologi Kesehatan terdapat pada
tulisan yang ditulis Caudill berjudul “Applied Anthropology in Medicine”. Tulisan ini
merupakan tour the force yang cemerlang , tetapi meskipun telah menimbulkan
antusiasme, tulisan itu tidaklah menciptakan suatu subdisiplin baru.
Tahun 1963
Budaya merupakan hasil karya manusia. Budaya lahir akibat adanya interaksi dan
pemikiran manusia. Manusia akan selalu berkembang seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang mereka hasilkan. Budaya manusia juga akan ikut
berkembang dan berubah dari masa ke masa. Hal ini terjadi pula pada budaya kesehatan
yang ada pada masyarakat. Budaya kesehatan akan mengalami perubahan. Dengan
kemajuan ilmu pengetahuan yang pesat dan teknologi yang semakin canggih, budaya
kesehatan di masa lalu berbeda dengan kebudayaan kesehatan di masa sekarang dan
mendatang.
Perkembangan teknologi menjadi salah satu faktor perubahan budaya kesehatan
dalam masyarakat. Sebagai contoh, masyarakat dahulu saat akan melakukan persalinan
minta bantuan oleh dukun bayi dengan peralatan sederhana, namun saat ini masyarakat
lebih banyak yang mendatangi bidan atau dokter kandungan dengan peralatan yang serba
canggih. Bahkan mereka bisa tahu bagaimana keadaan calon bayi mereka di dalam
kandungan melalui USG. Saat ini masyarakat lebih memaknai kesehatan. Banyaknya
informasi kesehatan yang diberikan melalui penyuluhan dan promosi kesehatan membuat
masyarakat mengetahui pentingnya kesehatan. Dengan kesehatan kita bisa melakukan
berbagai macam kegiatan yang bermanfaat, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.
PALEOPATOLOGI
Ahli-ahli patologi, anatomi dan ahli-ahli antropologi fisik sudah mempelajari banyak
mengenai penyakit-penyakit dan luka-luka pada manusia purba. Pada umumnya, hanya
penyakit-penyakit yang menunjukkan bukti-bukti yang nyata pada tulang saja yang dapat
di identifikasikan. Teknik terbaru dalam penyaki-penyakit manusia purba adalah
penggunaan kotoran manusia (coprolites) yang apabila disusun kembali dapat memberikan
informasi yang tiada ternilai mengenai ada atau tidaknya parasit-parasit
intestin. Coprolite juga memberikan informasi yang menarik mengenai jenis makanan
manusia purba, terutama mengenai biji-bijian dan jenis gandum lain yang dimakannya.
Penyebab timbulnya sakit dari manusia purba yaitu oleh jenis-jenis patogen dan faktor-
faktor lingkungan yang jumlahnya lebih sedikit dari yang dialami manusia modern. Dan
juga disebabkan oleh hubungan manusia yang akrab dengan ternak-ternak, yang mungkin
sekali menularkan patogen baru.
Pada tahun-tahun terakhir, orang Amerika telah membaca penyakit baru bagi mereka
yang dikenal sebagai anemia sel-sabit (sickle-cell anemia). Penyakit tersebut di tandai oleh
sel darah merah yang mengambil bentuk sabit (sickle), tidak bulat seperti biasanya dan
bersifat genetik.
Di desa Heliconia yang di teliti di Colombia, menemukan bahwa manusia baru mencapai
tinggi maksimum setelah umur 26 tahun (Stini 1971 : 1025). Walaupun laki-laki maupun
wanita mencapai proporsi tubuh yang normal, penduduk tersebut di tandai oleh
“miniaturisasi umum” yaitu pengurangan yang proporsional dalam ukuran tubuh pada
semua warga populasi yang mempunyai sumber-sumber protein yang amat terbatas akan
bersifat adaptif. Berkurangnya ukuran tubuh sperti yang terdapat di kalangan banyak
petani di daerah tropik. “lebih nampak sebagai suatu contoh dari evolusi yang sedang
dalam proses, yakni suatu contoh tentang penyesuaian atau plastisitas manusia, dari pada
sebagai adaptasi murni dalam artian genetik” (Ibid, 1027).
EPIDEMIOLOGI
MISTERI KURU
Penyakit kuru ditandai oleh deteriorisasi progresif pada pusat sistem syaraf yang
mengarah pada kelumpuhan total, dan sering kali, ketidakmampuan untuk menelan.
Kematian umumnya terjadi antara 6 hingga 12 bulan setelah munculnya gejala-gejal
pertama. Belum ditemukan pengobatan yang akan menahan atau menyembuhkan
penyakit kuru. Pemecahan penyakit kuru ditemukan oleh suatu gabungan penelitian yaitu
Carleton Gajdusek. Dengan demikian kuru mempunyai ciri sebagai penyakit makhluk
manusia pertama yang disebabkan oleh virus yang bekerja secara lamban.
Kebudayaan adalah sistem keseimbangan yang rumit yang tidak akan berubah begitu
saja, sehingga inovasi yang nampaknya baik bagi suatu bidang (misalnya pertanian)
kemudian menimbulkan perubahan-perubahan kedua dan ketiga di bidang lain (misalnya
kesehatan) yang dampaknya melebihi keuntungan yang diharapkan. Hampir selalu
terdapat konsekuensi-konsekuensi yang tak terduga pada inovasi yang terencana” (Foster
1962 : 79 – 86), beberapa diantaranya ada yang baik, namun banyak yang kemudian
menjadi tidak di inginkan.
Du Bos menyatakan model “ konsekuensi yang tak terduga” yang berorientasi budaya ini
dengan istilah ekologi. Derajat kesehatan yang umumnya rendah dan penyakit-penyakit
khusus, yang menghambat pembangunan secara serius.
Kepercayaan terhadap penyakit pada banyak masyarakat sangat terjalin erat dengan
magic dan religi sehingga tidak mungkin untuk memisahkan keduanya. Mitologi mungkin
penting untuk menjelaskam kosmologi, dewa-dewa supranatural dan makhluk-makhluk
lain yang di duga mendatangkan penyakit. Pranata-pranata sosial tercermin dalam
peranan dukun serta hubungan mereka dengan pasien dan keluarganya. Singkatnya,
sistem medis tidak dapat dimengerti semata-mata hanya dari artinya sendiri, hanya
apabila mereka dilihat sebagai bagian dari keseluruhan pola-pola kebudayaan barulah
sistem medis dapat diapahami. Sitem medis adalah bagian-bagian dari kebudayaan pada
tingkatan yang lebih abstrak, yang dalam isi maupun bentuknya mencerminkan pola-pola
dan nilai-nilai yang kurang nampak.
“Apakah fungsi dari suatu sistem medis? “ adalah untuk memulihkan kesehatan pasien
kembali, jika mungkin. Dengan sistem-sistem budaya yang kompleks lainnya dalam suatu
masyarakat, sistem medis memenuhi sejumlah fungsi yang penting bagi kesejahteraan
kebudayaan, dimana meraka menjadi bagian darinya; fungsi-fungsi yang sering tidak
dikenal oleh anggota-anggota masyarakat itu sendiri, tetapi yang adaptif dari dalam arti
bahwa hal itu meningkatkan kesejahteraan kelompok yang bersangkutan. Sistem teori
penyakit adalah lebih jauh dari sekedar penjelasan yang sederhana mengenai sebab-sebab
penyakit. seperti halnya