Anda di halaman 1dari 4

PELATIHAN PENGEMBANGAN AKSESORIS

DARI BAHAN KULIT JAGUNG

Emy Budiastuti1, Sri Wening2, Dian Retnasari3, Widyabakti Sabatari4,


Mohammad Adam Jerusalem5

Program Studi Pendidikan Teknik Busana, Fakultas Teknik


Universitas Negeri Yogyakarta
E-mail: emy_budiastuti@uny.ac.id

ABSTRACT

Tujuan kegiatan ini adalah melatih masyarakat untuk memanfaatkan limbah kulit jagung menjadi
aksesoris yang menarik dan bernilai jual. Pelatihan ini dilaksanakan di Sanggrahan Lor, Bendungan, Wates,
Kulon Progo pada bulan Juli 2020 dengan khalayak sasaran adalah remaja putri. Produk yang dibuat berupa bros
dan anting dengan berbagai variasi. Kegiatan telah terlaksana dengan baik dilihat dari tiga indikator berikut: 1)
antusias mengikuti kegiatan; 2) 85% remaja putri mempunyai keterampilan dalam memanfaatkan limbah kulit
jagung menjadi aksesoris; dan 3) beberapa peserta sudah mulai membuat aksesoris dari limbah kulit jagung
untuk dipasarkan.

Kata Kunci: kulit jagung, aksesoris, Sanggrahan Lor

PENDAHULUAN Melalui usaha kreatifitas dan


membangun jiwa wirausaha, limbah kulit
Penduduk dusun Sanggrahan Lor jagung dapat dimanfaatkan menjadi peluang
Wates KulonProgo Yogyakarta sebagian besar usaha bagi dusun Sanggrahan Lor terutama
adalah petani. Pada musim kemarau banyak bagi masyarakat. Peluang usaha tersebut salah
petani yang menanam jagung karena sulitnya satunya adalah mengembangkan limbah kulit
memperoleh air jika menanam padi. Berkat jagung dibuat aksesoris, seperti bros bentuk
dukungan program pemerintah Kabupaten bunga [5]. Selain bros, kulit jagung juga bisa
Kulon Progo, jagung diandalkan untuk dibuat anting, gelang dan sebagainya.
meningkatkan kesejahteraanmasyarakatnya. Berdasar analisis situasi, perlu dilakukan
Hasil jerih payah petani menanam tanaman kegiatan berupa pelatihan,melalui Pengabdian
jagung diperoleh hasil panen yang sangat Pada Masyarakat. Usaha kreatifitas dan
melimpah. Biasanya, dari hasil panen tersebut membangun jiwa wirausaha tersebut dilakukan
hanya diambil buahnya saja. Hasil bulir jagung melalui pelatihan bagi para remaja putri dusun
yang dimanfaatkan dalam bidang pangan hanya Sanggrahan Lor Bendungan , Wates Kulon
mewakili 5% dari keseluruhan tanaman jagung, Progo. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan
sedangkan 95% sisa dari tanaman jagung masuk untuk: mengurangi limbah kulit jagung menjadi
dalam kategori limbah alami yaitu batang, daun, produk yang mempunyai nilai jual;
kulit dan tongkol jagung [3]. Limbah jagung memperoleh keterampilan dengan menggali
yang juga melimpah bisa dimanfaatkan untuk kreatifitas para remaja putri dalam
pakan ternak, bahan baku pengganti plastik mengembangkan aksesoris dan membangun
serta bahan baku kerajinan tangan, seperti jiwa wirausaha dalam usaha menambah nilai
aksesoris rambut, tas, kertas kado dan bunga jual limbah kulit jagung sehingga membantu
hias [2]. Namun kenyataan yang ada didesa peningkatan perekonomian masyarakat.
Sanggrahan Lor, limbahnya hanya digunakan Kegiatan pelatihan yang dilakukan di dusun
sebagai pakan ternak dan belum dimanfaatkan Sanggrahan Lor ini adalah:bagaimana cara
sebagai limbah yang potensial jika dibuat mengolah kulit jagung mentah menjadi siap
sebuah benda yang dapat menghasilkan pundi- pakai untuk hiasan (aksesoris); cara membuat
pundi rupiah. Salah satu limbah dari tanaman aksesoris berupa bros dan anting. Sebagai tolok
jagung yang belum termanfaatkan secara ukur kegiatan pelatihan, hasil pembuatan
optimal adalah kulit jagung.
aksesoris diamati, apakah sudah sesuai kriteria HASIL DAN PEMBAHASAN
yang diharapkan
Hasil Pelatihan

METODE Kegiatan pelatihan ini ini dilaksanakan


melalui pelatihan membuat aksesori dari limbah
Kegiatan pelatihan mengembangkan kulit jagung. Pelatihan telah terlaksana dengan
aksesoris dilaksanakan oleh tim Pengabdian baik pada tanggal 25 Juli 2020 dan 26 Juli 2020
Pada Masyarakat (PPM) Prodi di desa Sanggrahan Lor, Bendungan, Wates,
PendidikanTeknik Busana, Fakultas Teknik Kulon Progo, yang diikuti oleh 15 orang
Universitas Negeri Yogyakarta. Kegiatan peserta.
dilaksanakan pada tanggal 25-26 Juli 2020 di
Dusun Sanggrahan Lor Bendungan, Wates
Kulon Progo. Peserta pelatihan adalah remaja
putri dengan jumlah peserta 15 orang. Sebelum
kegiatan diaksanakan peserta sudah
mendapatkan jobsheet yang disiapkan tim
pengabdi sebagai sumber belajar membuat
aksesoris, agar pelaksanaan pelatihan berjalan
dengan lancar dan baik.
Metode kegiatan yang digunakan dalam
pelatihan ini adalah sebagai berikut:
a. Ceramah Gambar 1. Kulit jagung sebelum diwarna
Metode ini digunakan untuk memotivasi,
menyampaikan teori dan konsep-konsep
tentang pengolahan kulit jagung sebelum
digunakan untuk membuat aksesoris dan
menyampaikan materi cara membuat
aksesoris menggunakan kulit jagung bagi
masyarakat.

b. Demonstrasi
Metode ini dipilih untuk menunjukkan suatu
proses kerja sehingga dapat memberikan
kemudahan bagi peserta pelatihan.
Demonstrasi dilakukan oleh pelatih/ Gambar 2. Proses Pewarnaan
instruktur bersama dengan mahasiswa.
Dengan demikian peserta dapat mengamati
secara sempurna teknik-teknik yang
diberikan. Demonstrasi digunakan untuk
memberikan contoh kepada peserta
mengenai cara mengolah kulit jagung dan
cara membuat aksesorisnya.

c. Praktik
Gambar 3. Hasil Pewarnaan
Metode ini digunakan untuk memberikan
kesempatan berlatih kepada remaja putri,
Sebelum kegiatan praktek, tim
menggali kratifitas dalam membuat bros dan
menjelaskan materi yang akan dipraktekkan,
anting.
mencakup: 1) persiapan (menyiapkan disain,
Hasil pembuatan aksesoris diamati berdasar
bahan dan alat); 2) proses membuat; dan 3)
kriteria yang ditetapkan yaitu: 1) bentuk; 2)
hasil yang dibuat (berdasar kriteria).
ukuran; 3) kombinasi warna; 4) penataan; 5)
teknik penyelesaian; 6) kerapian; 7)
kebersihan; dan 8) total look.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Aksesoris
No Aspek Yang Diamati Kategori
1 Bentuk Baik
2 Ukuran Baik
3 Kombinasi Warna Baik
4 Penataan Baik
5 Teknik penyelesaian Baik
6 Kerapian Baik
7 Kebersihan Sangat baik
8 Total Look Baik
Gambar 4. Penyampaian materi pembuatan aksesoris

Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui


Seluruh peserta dapat mengikuti
tingkat keberhasilan pelatihan yang dilakukan.
pelatihan hingga tuntas, mengikuti dari awal
Adapun indikator pencapaian tujuan sebagai
hingga akhir pelatihan. Aksesoris yang
tolok ukur keberhasilan pelatihan usaha ini
dihasilkan para peserta cukup beragam. Peserta
sebagaimana terdapat pada tabel 2.
sangat antusias dalam mengikuti praktik
keterampilan. Tabel 2. Indikator Pencapaian Tujuan
No Indikator Tolok Ukur Pelaksanaan
Jumlah peserta
1. pelatihan usaha 20 orang 15 orang
souvenir
100% dari 100% dari
2. Waktu pelatihan total jam total jam
pelatihan pelatihan
Jumlah variasi 2 variasi
2 variasi
3. hiasan tiap tiap
tiap peserta
peserta peserta
Gambar 5. Peserta Membuat Bros dan Anting Jumlah aksesoris
20 set 15 set
4. yang selesai
aksesoris aksesoris
dibuat
Setiap peserta membuat sepasang
aksesoris yaitu bros dan anting. Adapun hasil
Pelatihan ini telah terlaksana dengan baik
yang dibuat peserta sebagai berikut.
dilihat beberapa indikator di atas: persentase
kehadiran peserta, persentase keikutsertaan
peserta dalam pelatihan sebesar 100% (peserta
tidak meninggalkan pelatihan sebelum
pelatihan selesai), hasil hiasan dan ada peserta
yang akan mulai memanfaatkan hasil pelatihan
ini sebagai salah satu alternatif bidang
usahanya.

Pembahasan
Kegiatan pelatihan membuat aksesoris
Gambar 6. Hasil Sepasang Bros dan Anting
menggunakan kulit jagung untuk
meningkatkan keterampilan sangat dirasakan
Berdasarkan hasil pengamatan manfaatnya oleh masyarakat Sanggrahan Lor.
pembuatan aksesoris, dari 8 (delapan) aspek Manfaat yang sangat dirasakan adalah
yang diamati telah didapatkan hasil dengan tambahan pengetahuan dan wawasan
kategori baik hingga sangat baik, secara rinci pemanfaatan limbah kulit jagung sebagai bekal
tercantum pada tabel 1. Hal ini menunjukkan untuk selalu berupaya dalam rangka mencari
bahwa semua peserta telah mampu membuat peluang usaha. Para peserta sangat berharap
bros dan anting dengan baik sesuai arahan yang ada tindak lanjut pelatihan untuk lebih
telah diberikan. mengasah keterampilan dalam pengembangan
usaha dan pemasaran.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalamkegiatan ini adalah:
a. Perlu dipertimbangkan ketersediaan alat
sejumlah peserta sehingga proses praktek
dapat lebih efisien, seperti lem tembak, waktu kerja tiada mengenal hari libur resmi,
stop kontak yang tersedia. maka ada kendala/hambatan dalam
b. Perlu dipertimbangkan adanya praktek mengumpulkan peserta sejumlah target yang
ataupun tugas memasarkan sehingga dapat ditetapkan.
bermuara pada kegiatan ekonomi (masih
terbatas teori pemasaran) KESIMPULAN

Meskipun output yang ditargetkan belum Peserta pelatihan sangat merasakan


tercapai dengan optimal namun secara umum kebermanfaatan pelaksanaan kegiatan program
pelaksanaan kegiatan pelatihan dapat pengabdian masyarakat untuk peningkaan
dikategorikan baik dan berhasil, dilihat dari keterampilan guna peningkatan kesejahteraan,
terpenuhinya peserta, terpenuhinya jam mampu memahami pengetahuan dasar
pelaksanaan kegiatan, kebermanfaatan kegiatan mengolah kulit jagung menjadi alternatif bahan
bagi peserta, peningkatan keterampilan peserta untuk membuat aksesoris, dan mampu
dalam pemanfaatan kulit jagung untuk membuat aksesoris dari kulit jagung dengan
aksesoris, dan hasil produk perlu peningkatan baik.
dari sisi bentuk.
DAFTAR PUSTAKA
Faktor Pendukung Kegiatan
[1] J. Manis, “Penerapan Hasil Eksplorasi
Kegiatan PPM ini dapat berhasil Kulit,” vol. 4, no. 3, pp. 1207–1222, 2017.
karena penyelesaian permasalahan dilakukan
dengan baik. Penyelesaian permasalahan [2] A. Ginting, “Pemanfaatan Limbah
kegiatan membutuhkan dukungan kerjasama Kulit Jagung untuk Produk Modular dengan
dari berbagai pihak. Adapun pihak yang Teknik Pilin,” Din. Kerajinan dan Batik
terlibat dalam mendukung penyelesaian Maj. Ilm., vol. 32, no. 1, p. 51, 2016.
masalah sehingga kegiatan berhasil adalah:
a. Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan [3] Faesal. 2013. Pengolahan Limbah
Busana Universitas Negeri Yogyakarta Tanaman Jagung untuk Pakan Ternak Sapi
dengan daya dukung sebagai berikut: Potong. Makalah: Seminar Nasional Inovasi
memiliki dosen yang profesional dengan Teknologi Pertanian,
penguasaan Teknologi Informasi, memiliki
dosen yang profesional dan berpengalaman [4] M. Mudjiati, “Pendampingan Guru
dalam pelaksanaan kegiatan penataran dan Smplb Dalam Memanfaatkan Kulit Jagung
pelatihan, memiliki mahasiswa yang Sebagai Media Kreasikhas Kota Garut,”
mempunyai motivasi belajar dan Sarwahita, vol. 12, no. 2, pp. 97–101, 2015.
pengabdian yang tinggi, bahan dan media
pelatihan mudah didapatkan. [5] I. Y. Niode and I. R. Hambali,
b. Masyarakat Sanggrahan mempunyai “Membangun Wirausaha Melalui
kemauan kuat untuk mendapatkan Pemanfaatan Limbah Kulit Jagung Bahan
pelatihan dan pembinaan untuk Kerajinan Merangkai Bunga Kelompok
meningkatkan kompetensi dalam membuat Usaha Ibu dan Remaja Putri,” Penerapan
aksesoris dari kulit jagung. Iptek, vol. 21, no. 82, pp. 1–9, 2015.

Penghambat Kegiatan [6] B. Kering, D. I. Ukm, and G. Jaya,


“http://jiat.ub.ac.id.,” pp. 505–509, 2017.
Meskipun pelatihan dilakukan di hari
libur, namun karena mata pencaharian
masyarakat bukan pegawai negeri, dimana

Anda mungkin juga menyukai