ARTIKEL
*) Dosen Program Studi Pendidikan Seni Rupa Fakultas Seni dan Desain Universitas Negeri Makassar.
**) Dibiayai oleh Dana DIPA PNBP Universitas Negeri Makassar Tahun 2015, Kontrak Nomor:
PENDAHULUAN
382/UN36.10/PM./2015, tanggal 13 Mei 2015.
Industri kerajinan gerabah di wilayah Sandi Kabupaten Takalar adalah salah satu diantara
sekian banyak industri kecil yang perlu mendapat perhatian secara serius. Ini didasarkan atas
pertimbangan bahwa usaha kerajinan gerabah tersebut merupakan salah satu industri rumah
2
tangga andalan daerah setempat yang diharapkan mampu terus menyokong pertumbuhan
ekonomi masyarakat perajin. Namun pada kenyataannya kinerja usaha kerajinan tersebut untuk
menjadi sebuah industri yang mampu secara maksimal memenuhi harapan masyarakatnya masih
sangat lamban untuk mengikuti perkembangan pasar.
Permasalahan utama yang tampak pada sentra-sentra usaha kerajinan gerabah di daerah
ini antara lain ialah kurangnya wawasan pengetahuan perajin terhadap aspek desain, masalah
kualitas produk dan manajemen produksi. Dalam kegiatan produksi, tampaknya perajin lebih
mengutamakan kuantitas dan kurang memperhatikan kualitas produk. Kurangnya pemahaman
terhadap pentingnya pengembangan aspek desain dan kualitas produk sehingga produk yang
dihasilkan tidak berkembang dan cenderung menoton. Upaya untuk mengembangkan citra dan
desain produk untuk kebutuhan pasar secara lebih luas belum menjadi perioritas utama.
Permasalahan lainnya adalah keterbatasan modal usaha (Yabu M., dkk, 2009).
Pemberdayaan industri/pengusaha kecil merupakan salah satu hal penting yang patut
mendapat perhatian dalam rangka membangun perekonomian nasional, termasuk di dalamnya
usaha kerajinan gerabah di daerah Sandi Kabupaten Takalar. Hanya saja kinerja usaha kerajinan
gerabah tersebut untuk menjadi sebuah industri yang mampu memenuhi harapan masyarakatnya
dan mengikuti perkembangan pasar masih sangat lamban. Hal ini antara lain disebabkan oleh
kemampuan perajin dalam mengembangkan desain produk masih terbatas yang disebabkan oleh
kurangnya wawasan dan pengetahuan mereka untuk meningkatkan citra produk. Produk yang
dihasilkan kurang inovatif (cenderung monoton) dan kurang menyentuh selera estetik
masyarakat menengah ke atas. Hal ini terjadi karena ketidakmampuan para perajin melakukan
inovasi, tidak memiliki kepekaan estetik untuk mengembangkan desain. Selain itu, perajin
kurang mendapatkan dukungan dan perhatian dari pihak lain, baik dari pemerintah maupun dari
pihak swasta.
Fenomena menunjukkan bahwa kondisi desain produk yang dihasilkan oleh perajin dari
tahun ke tahun cenderung statis. Ini antara lain disebabkan karena kondisi desain produk yang
dihasilkan selama ini kurang berkualitas, baik dilihat dari sisi teknik dan teknologinya maupun
dari sisi estetiknya. Keterbatasan industri kerajinan gerabah di daerah Sandi dan sekitarnya
sangat disayangkan karena jika dilihat dari segi sumberdaya (tenaga perajin dan bahan baku
tanah liat) sesungguhnya di daerah ini memiliki potensi untuk berkembang menjadi industri
kerajinan gerabah yang lebih maju. Sayangnya perkembangan industri kerajinan gerabah di
daerah ini belum bisa maju seperti halnya dengan industri gerabah yang ada di daerah-daerah
lain di Indonesia (Yabu M., dan Irfan, 2013). Hal inilah yang dipandang krusial untuk
mendapatkan perhatian dari pihak-pihak yang terkait, termasuk dari pihak perguruan tinggi.
3
Kegiatan ini dilaksanakan oleh tim pelaksana kegiatan IbM Universitas Negeri
Makassar bekerjasama dengan kelompok perajin mitra, yaitu Kelompok Usaha Keramik Kube
Anggrek III dan Kelompok Usaha Bersama (KUB) Tunas Muda. Jenis produk/prototip/desain
yang telah dikembangkan adalah: pot tanaman, guci-guci, vas bunga, piring, mangkok, asbak
rokok, dan tungku bentuk slindris.
Hasil yang dicapai adalah pada umumnya peserta pelatihan cukup antusias mengikuti
pelatihan, yakni: ada sekitar 50% diantara peserta mampu mengembangkan desain-desain yang
ditawarkan dan telah berhasil menerapkannya selama kegiatan pelatihan berlangsung. Untuk
mengukur keberhasilan kegitan pealtihan IbM ini dilakukan evaluasi kegiatan dengan cara
mengamati seluruh rangkaian proses aktivitas selama pelatihan berlangsung dan terhadap
sampel produk yang dibuat dalam rangka kegiatan selama pelatihan.
Evaluasi dan hasil yang dicapai oleh kelompok mitra sasaran dalam kegiatan pelatihan
ini adalah peserta pelatihan memperoleh pengetahuan tambahan tentang pengembangan desain
produk dan mampu menerapkannya selama pelatihan. Partisipasi peserta pelatihan perajin
dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah: peserta tampak aktif mengikuti seluruh rangkaian
pelatihan, berperan aktif dalam menentukan permasalahan perioritas yang dihadapi oleh
kelompok perajin dan memberi masukan dalam diskusi dengan tim pelaksana kegiatan guna
menemukan solusi untuk mengatasi persoalan yang dihadapi oleh mitra. Mereka juga ikut aktif
membantu tim pelaksana untuk menyiapkan tempat pelaksanaan kegiatan serta menyediakan
alat dan bahan yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan pelatihan.
Faktor-faktor sebagai pendorong terlaksananya kegiatan IbM ini adalah: (1) kesediaan
kelompok perajin untuk bekerja sama dengan tim pelaksana; (2) ketersediaan bahan dan
peralatan di lokasi IbM yang sebelumnya telah disiapkan oleh perajin mitra; (3) peserta
pelatihan memiliki motivasi yang cukup tinggi yang ditandai dengan tingkat keseriusan
mengikuti pelatihan dengan frekuensi kehadiran rata-rata 50% setiap pertemuan. Ini ditunjukkan
dengan aktivitas diskusi terkait masalah-masalah pengembangan desain produk. Sedangkan
faktor-faktor yang menjadi kendala atau penghambat pada kegiatan ini antara lain: (1) tempat
pelatihan yang kurang memadai (tidak tersedia tempat kerja yang refrensentatif yang dirancang
secara khusus) sehingga para perajin hanya bekerja di kolom rumah masing-masing; (2) proses
produksi mengalami keterlambatan jika cuaca tidak memungkinkan dan oleh kesibukan yang
berkaitan dengan urusan keluarga, misalnya jika ada keluarga yang mengadakan pesta dan
sebagainya; (3) peserta pelatihan kurang percaya diri karena sampel produk yang ditawarkan
dalam pelatihan belum yakin diminati oleh konsumen; (4) pada umumnya perajin mitra bekerja
hanya berdasarkan pesanan; (5) tim pelaksana kegiatan mengalami kesulitan karena antara
6
lokasi pelatihan cukup jauh kampus sehingga sulit memberikan bimbingan secara langsung pada
saat mereka membuat desain prototip yang ditawarkan.
KESIMPULAN
Dengan selesainya kegiatan pelatihan IbM ini disampaikan ucapan terima kasih yang
setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah ikut berpartisipasi demi terlaksananya
kegiatan ini. Ucapan terima kasih terutama disampaikan masing-masing kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Makassar.
2. Ketua Lembaga Pengabdian kepada Msayarakat Universitas Negeri Makassar.
3. Dekan Fakultas Seni dan Desain Universitas Negeri Makassar.
4. Pemerintah Kabupaten Takalar.
5. Kelompok Usaha Keramik, khususnya KUB Kube Anggrek III dan KUB Tunas
Muda yang telah mengikuti pelatihan melalui kegiatan ini yang dilaksanakan oleh
tim pelaksana program IbM Universutas Negeri Makassar.
7
6. Kepada anggota tim pelaksana dan tenaga pembantu yang telah ikut mensukseskan
kegiatan pelatihan ini.
DAFTAR PUSTAKA
A. M, Khalil. 1996. Potensi dan penggunaan bahan keramik hias di Sulawesi Selatan,
Makalah hasil penelitian tanah liat di beberapa daerah di Sulawesi Selatan. Makassar:
Departemen Pertambangan dan Energi.
Bochari, Imam Z, (Agus Zachri, editor). 1986. Peranan Disain dalam Meningkatkan Mutu
Produk (Dalam Paradigma Desain Indonesia) CV. Rajawali Jakarta.
Budiwiwaramulja, Dwi, 1998. Gerabah Kasongan., Tesis Magister Bidang Khusus Seni Murni,
Program Magister Seni Rupa dan Desain Program Pasca Sarjana Institut Teknologi
Bandung.
Departemen Perindustrian, 1987. Proses Pembuatan Keramik Rumah Tangga, Bandung: Badan
Penelitian dan Pengembangan Industri Keramik.
Irfan, 2004. Perkembangan Desain Gerabah Jipang Kabupaten Gowa dalam Konteks
Perubahan Sosial Budaya Masyarakatnya, Tesis Magister Bidang Desain,
Pascasarjana, ITB, Bandung.
Sakti, S.M., dkk., Yabu M. dan Abdoellah MS. 1996. Studi Deskriktif tentang Kerajinan
Keramik di Pattallassang Kabupaten Takalar, Laporan Penelitian: Lembaga Penelitian
IKIP Ujung Pandang.
Suptandar, J. Pamudji. 1999. Pelestarian Seni Kerajinan dalam Era Informasi dan
Komunikasi, Makalah Seminar Kria dan Rekayasa ITB, Bandung, 26 November.
Yabu M. dan Irfan, 2013. Kajian Perkembangan Desain Gerabah melalui Pendekatan Sosial
Budaya (Studi Kasus pada Gerabah Takalar), Laporan Penelitian Fundamental,
Lembaga Penelitian Universitas Negeri Makassar.
8
LAMPIRAN
9