Anda di halaman 1dari 43

ANALISIS PENINGKATAN KUALITAS PRODUK MELALUI

PERANCANGAN PRODUK UNGGULAN KURSI ROTAN


DENGAN PENDEKATAN QUALITY FUNCTION
DEPLOYMENT (QFD) DI PT. INIZIO

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Studi pada


Program Studi Teknik Industri Jenjang Program Strata 1

Oleh:
MUHAMMAD MALIKI ASY’ARI
NIM : 10317022

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNIK DAN REKAYASA

UNIVERSITAS SELAMAT SRI

KENDAL
2022
HALAMAN PERSETUJUAN

Kendal, 02 Agustus 2022

Kepada Yth.
Bapak/lbu Ketua Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik dan Rekayasa Uniss
Di Kendal.

Dengan hormat.
Yang bertanda tangan di bawah ini saya :
NIM : 10317022
Nama : Muhammad Maliki Asy’ari
Judul : Analisis Peningkatan Kualitas Produk Melalui Perancangan
Produk Unggulan Kursi Rotan Dengan Pendekatan Quality Function Deployment
(Qfd) Di Pt. Inizio

Mengajukan proposal skripsi yang telah saya buat dan telah dilakukan perbaikan.
Mohon kepada Kaprodi Teknik Industri mempertimbangkan untuk dapat disetujui
sebagai skripsi. Terima kasih.

Menyetujui, Hormat kami


Pembimbing

………..…………. Muhammad Maliki Asy’ari

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Telah dipertahankan di depan tim dosen penguji Skripsi Program Studi S-1
Teknik Industri Fakultas Teknik dan Rekayasa Universitas Selamat Sri
Kendal dan diterima sebagai salah satu syarat guna menyelesaikan Jenjang
Program Strata 1 Program Studi Teknik Industri.

Kendal, 02 Agustus 2022

Ketua,

( ……………..………… )

Sekretaris,

( ……………..………… )

Anggota,

( ……………..………… )

Mengetahui,

Universitas Selamat Sri

Fakultas Teknik Dan Rekayasa

Dekan

( ……………..………… )

iv
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT,


karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga memberikan kekuatan kepada
penulis selama menyusun tugas akhir ini sebagai pemenuh salah satu syarat
kelulusan di Universitas Selamat Sri Kendal dengan judul “Peningkatan Kualitas
Produk Di PT.Inizio Melalui Perancangan Produk Unggulan Kursi Rotan Dengan
Pendekatan Quality Function Deployment (QFD) ” dapat diselesaikan dengan
baik.

Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini tidak akan terselesaikan


tanpa dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Rektor Universitas Selamat Sri Kendal beserta seluruh jajarannya.


2. Ibu Dewi Bussania G, S.T., M.T., selaku Dekan Fakultas Teknik dan
Rekayasa Universitas Selamat Sri Kendal.
3. Ibu Hurun’in, S.T., M.T., selaku Ketua Program Studi Teknik Industri.
4. Ibu Ermayana Megawati, S.T., M.T. dan Ibu Hurun’in, S.T., M.T. selaku
Dosen Pembimbing memberikan bimbingan dan pengarahan dalam
penyusunan Tugas Akhir ini.
5. Kedua Orang Tua tercinta yang sudah memberikan dorongan dan doa demi
menyelesaikan tugas akhir ini.
6. PT. Inizio yang sudah memberikan tempat untuk penelitian skripsi saya.
7. Sahabat-sahabatku Program Studi Teknik Industri yang selalu memberi
semangat.
8. Saudara-saudara yang telah banyak memberikan bantuan berupa moril dan
material yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu persatu.
Akhirnya, diharapkan agar penelitian ini dapat bermanfaat dan menambah
khasanah ilmu pengetahuan. Amin.
Kendal, 02 Agustus 2022

v
Penulis,

Muhammad Maliki Asy’ari

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Semua aktivitas yang terjadi di dunia ini, seluruhnya selalu berhubungan
dengan kepentingan manusia. Manusia selalu dijadikan objek dalam
mengembangkan setiap produk yang dihasilkan. Produk-produk tersebut
diharapkan dapat memuaskan dan memenuhi kebutuhan manusia. Akan tetapi
banyak produk yang digunakan manusia dinilai kurang memuaskan, dan manusia
juga selalu berkembang dalam hal kebutuhan suatu produk, maka produk yang
digunakan hanya dapat memberikan sedikit kepuasan dan akan membuat manusia
sebagai pengguna produk merasa tidak puas.
Pada era sekarang ini persaingan dunia bisnis semakin meningkat,
persaingan tidak hanya terjadi di pasar domestik, pesaingan juga terjadi di pasar
internasional. Setiap usaha dalam persaingan yang tinggi dituntut untuk selalu
berkompetisi dengan perusahaan lain di dalam industri yang sejenis. Salah satu
cara untuk memenangkan atau paling tidak dapat bertahan di dalam kompetisi
yang tinggi adalah memberikan perhatian penuh terhadap kualitas produk yang
dihasilkan perusahaan. Sehingga, bisa mengungguli produk yang dihasilkan oleh
pesaing.
PT. Inizio merupakan perusahaan yang memproduksi furniture rotan
sintetis yang berskala ekspor. Perancangan dan pengembangan produk adalah
semua proses yang berhubungan dengan keberadaan produk yang meliputi segala
aktivitas mulai dari identifikasi keinginan konsumen sampai fabrikasi, penjualan
dan pengiriman dari produk. Perancangan dan pengembangan produk inilah yang
menjadi suatu bagian dari perubahan abstrak yang ada dalam dunia usaha. QFD
adalah metodologi terstruktur yang digunakan dalam proses perancangan dan
pengembangan produk suntuk menetapkan spesifikasi kebutuhan dan keinginan
konsumen, serta mengevaluasi secara sistematis kapabilitas produk atau jasa
dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen (Cohen, 1995). Sedangkan
menurut Djati (2003) QFD adalah sebuah sistem pengembangan produk yang

1
dimulai dari merancang produk, proses manufaktur, sampai produk tersebut ke
tangan konsumen, dimana pengembangan produk berdasarkan keinginan
konsumen.
Metode Quality Function Deployment (QFD) di gunakan untuk
mempertemukan apa yang konsumen inginkan kemudian apa yang dapat
dilakukan produsen untuk memenuhi keinginan konsumen. Penelitian
pengembangan desain produk ini menggunakan kuesioner sebagai alat
pengumpulan data. Data tersebut didapat dari konsumen kemudian diolah. Setelah
mengetahui hasil olah data dari data yang telah dikumpulkan kemudian dibuat
rumah mutu atau House of Quality. Setelah dilakukan analisa diketahui bahwa
diperlukan pengembangan variasi bahan baku guna memacu pengembangan
desain produk, sehingga konsumen memiliki banyak pilihan menentukan jenis
produk yang akan di beli. Dengan demikian memperbesar peluang memenuhi
kepuasan pelanggan
Mengacu pada urian diatas dapat diketahui masalah perancangan merupakan
suatu hal sangat penting dan membutuhkan kajian yang lebih mendalam. Oleh
karena itu, peneliti menganggap penelitian dibidang perancangan dan
pengembangan produk ini sangat penting dalam mendukung perusahaan untuk
memiliki daya saing dengan produk perusahaan lain.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut diatas, maka dalam
penelitian ini peneliti merumuskan masalah peningkatan produk dengan
menggunakan QFD sebagai fokus utama penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana penilaian konsumen mengenai produk kursi rotan Sintesis di
PT. Inizio ?
2. Bagaimana proses peningkatan mutu perancangan produksi di PT. Inizio ?

1.3 Tujuan Penelitian


Sesuai dengan perumusan masalah di atas, tujuan penulisan laporan kerja
praktek ini sebagai berikut:
1. Mengetahui, hal - hal apa yang diinginkan konsumen untuk dapat
mencapai tingkat kepuasan terhadap produk kursi rotan sintesis.

2
2. Menyusun perencanaan untuk mengetahui tindakan apa saja yang
dilakukan PT. Inizio guna meningkatkan kualitas produk.

1.4 Manfaat Kerja Praktek


1. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini perusahaan dapat
meningkatkan kehandalan, kualitas, serta pengembangan desain untuk
memenuhi kepuasan konsumen.
2. Selain itu penelitian ini di harapkan memberikan tambahan kepuasan
pelanggan terhadap produk yang di ukur berdasarkan konsep Quality
Function Deployment (QFD).

1.5 Batasan Kerja Praktek


Batasan-batasan penulisan laporan kerja praktek mengenai produksi di PT.
Inizio dalam upaya meningkatkan kualitas produk menggunakan metode Quality
Function Deployment agar pembahasan tidak menyimpang dari permasalahan
yang ada.
Batasan masalah adalah hal yang termasuk penting karena mampu
digunakan dalam mengarahkan analisis dan pengumpulan data. Dalam hal ini
dapat memperkecil dan menghindari adanya kesalahan dalam pembahasan judul.
Maka dari itu penelitian ini dibatasi masalah dalam kualitas bahan baku, kegiatan
produksi, kualitas produk, dan memperkecil resiko yang tidak bisa dijangkau
sepenuhnya oleh perusahaan atau pihak pihak tertentu dalam perusahaan. Batasan
penelitian pada laporan kerja praktek sebagai berikut:
1. Penelitian hanya melakukan analisis perancangan produk kursi rotan di
PT. Inizio.
2. Metode yang digunakan hanya menggunakan metode Quality Function
Deployment (QFD).
3. Penelitian menggunakan data yang diperoleh dari sumber-sumber yang
bisa dipertanggung jawabkan dan dianalisis sesuai metode penelitian.
4. Penelitian ini hanya berfokus pada kualitas mutu dan bahan produk dari
kursi rotan Sintesis.

3
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika yang digunakan dalam penulisan laporan ini mengikuti standar
baku penulisan laporan kerja praktek. Penulisan laporan ini, dibuat dalam enam
bab yang memberikan gambaran sistematis sejak awal penulisan hingga
tercapainya tujuan. Adapun penjabaran kelima bab tersebut adalah sebagai
berikut:

Bab I Pendahuluan
Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,
serta sistematika penulisan laporan kerja praktek. Dalam bab ini dibahas tentang
masalah yang dihadapi dan tujuan diadakannya penelitian ini.

Bab II Data Umum Perusahaan


Berisi sejarah perusahaan serta visi dan misi perusahaan.

Bab III Tinjauan Pustaka


Berisi landasan teori yang berhubungan dengan penelitian serta hasil penelitian
terdahulu tentang pengendalian kualitas. Bab ini dimuat kerangka pemikiran
yang menggambarkan pola pikir dan sistematika pelaksanaan penelitian.
data dan mekanisme alat analisis yang di gunakan dalam penelitian.

Bab IV Pengumpulan dan Pengolahan Data


Berisi gambaran atau diskripsi objek yang diteliti, analisis data yang diperoleh
dan pembahasan tentang hasil analisis.

Bab V Penutup
Berisi kesimpulan tentang analisis data dan pembahasan serta saran yang dapat
diberikan kepada pembaca dan perusahaan.

4
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Produksi


Produksi adalah kegiatan dalam menciptakan dan menambah kegunaan
(utility) sesuatu barang atau jasa, untuk kegiatan yang mana dibutuhkan faktor-
faktor produksi dalam ilmu ekonomi berupa tanah, tenaga kerja dan skill
(oragization, management and skill) (Assuari, 1999). Secara umum produksi
memang memerlukan beberapa faktor pendukung yang sangat penting guna
menghasilkan produk yang layak jual dan memiliki kualitas yang baik, dimana
memang faktor faktor ini sangat perlu untuk diperhatikan sehingga konsumen
merasa puas dalam membeli produk. Dalam dunia bisnis produksi
bertanggungjawab atas pengelolaan dan persediaan, sehingga ketersediaan produk
memang bergantung pada produsen termasuk juga kualitas/jaminan mutu suatu
produk.
Produsen memang yang sangat berperan penting dalam dunia bisnis, adanya
pemasar dan konsumen ialah beberapa komponen penting untuk produsen,
sehingga produk yang telah dibuat dapat dinikmati oleh semua kalangan sesuai
dengan kebutuhan masing-masing. Sementara beberapa produk pasti memiliki
kekurangan dan kelebihan masing-masing sehingga dapat dimanfaatkan
semaksimalnya dan sesuai kapasitas yang ada sehingga tidak ada yang dirugikan
dalam suatu produksi dan kegiatan konsumsi.

2.2 Perancangan Produk


Perancangan Produk Dalam kegiatan yang berkaitan dengan teknik,
perancangan dan pembuatan suatu produk merupakan bagian yang sangat besar
perannya. Kegiatan perancangan dimulai dengan pemikiran manusia tentang
kebutuhan yang ada, kemudian dengan pembuatan konsep awal dari hasil
pemikiran tersebut, dan selanjutnya masuk dalam tahap perancangan, tahap
pengembangan, dan tahap penyempurnaan produk. Setelah disempurnakan, maka
akan masuk tahap pembuatan dan berakhir pada tahap pendistribusian produk.
Suatu produk bisa sampai ke tangan konsumen pasti melalui beberapa tahap
kegiatan sebelumnya. Kegiatan awal dari proses pembuatan produk adalah

5
perancangan. Dalam tahap perancangan ini terdapat banyak keputusan yang
mempengaruhi tahap kegiatan lainnya. Diantara banyak keputusan tersebut, akan
ada keputusan yang membawa pengaruh dalam industri dalam negeri apakah
dapat berpartisipasi atau tidak dalam suatu pembangunan proyek. Hal tersebut
menandakan bahwa keahlian merancang sangat diperlukan. (Harsokoesoemo,
2004)

2.3 Fase Perancangan Produk


Fase perancangan Produk Kebutuhan akan suatu produk pada umumnya
tidak ditemukan oleh perancang, namun ditemukan oleh bagian pemasaran dan
bagian bagian lainnya di perusahaan. Kebutuhan tersebut dapat berupa pesanan
dari perusahaan lain atau instansi lain untuk dibuatkan suatu produk, atau
ditemukan ketika melakukan survei pasar yang menghasilkan kesimpulan
perlunya dibuat suatu produk yang dapat dijual di pasar. Kebutuhan akan produk
tersebut kemudian diberikan ke tim perancang untuk membuat rancangan
produknya. Pada proses perancangan tersebut berlangsung dengan melalui
kegiatan-kegiatan dalam fase-fase yang berurutan, yaitu :
1. Fase definisi proyek, perencanaan proyek, analisis masalah, dan
penyusunan spesifikasi teknis produk.
2. Fase perancangan konsep produk.
3. Fase perancangan produk. 4. Fase penyusunan dokumen untuk pembuatan
produk. (Harsokoesoemo, 2004)

2.4 Desain Produk


Desain produk dapat didefinisikan sebagai generasi ide, pengembangan
konsep, pengujian dan pelaksanaan manufaktur (objek fisik) atau jasa. Desainer
produk konsep dan mengevaluasi ide-ide, membuat mereka nyata melalui produk
dalam pendekatan yang lebih sistematis. Peran seorang desainer produk meliputi
berbagai karakteristik manajer pemasaran, manajer produk, industri dan desain
insinyur perancang. Istilah ini kadang-kadang membingungkan dengan desain
industri, yang mendefinisikan bidang spektrum yang lebih luas kegiatan desain,
layanan seperti desain, desain sistem, desain interaksi serta peran design.

6
Produk perancang menggabungkan seni, ilmu pengetahuan dan teknologi
untuk menciptakan barang-barang tiga dimensi. Peran yang berubah ini telah
difasilitasi oleh perangkat digital yang memungkinkan para desainer untuk
berkomunikasi, memvisualisasikan dan menganalisa ide-ide dalam suatu cara
yang akan diambil tenaga kerja lebih besar di masa lalu.
Desainer produk dilengkapi dengan keterampilan yang dibutuhkan untuk
membawa produk dari konsepsi ke pasar. Mereka harus memiliki kemampuan
untuk mengelola proyek desain, dan subkontrak daerah untuk sektor lain dalam
industri desain. Estetika dianggap penting dalam Desain Produk tapi desainer juga
menangani aspek-aspek penting termasuk teknologi, ergonomi, kegunaan, stres
bahan analisis dan rekayasa. Seperti sebagian besar bidang desain ide untuk
desain produk muncul dari suatu kebutuhan dan memiliki fungsi. Ini mengikuti
metode tertentu dan terkadang dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang lebih
kompleks seperti asosiasi dan Telesis. Juga digunakan untuk menggambarkan
produk yang kompeten secara teknis perancang atau desainer industri adalah
istilah Industrial Design Engineer. The Cyclone vacuum cleaner penemu James
Dyson misalnya dapat dianggap dalam kategori ini.
Beberapa perusahaan atau individu yang memiliki perasaan yang kuat
terutama untuk mengembangkan produk-produk baru daripada yang lain. Dalam
dunia modern ini termasuk teknologi terutama perusahaan-perusahaan seperti
iRobot, Google atau Nokia. Banyak desainer produk aset strategis kepada
perusahaan-perusahaan yang perlu untuk mempertahankan keunggulan kompetitif
dalam inovasi.

2.5 Perancangan dan Pengembangan Produk


Kesuksesan ekonomi sebuah perusahaan manufaktur tergantung pada
kemampuan untuk mengidentifikasi kebutuhan pelanggan, kemudian secara tepat
menciptakan produk yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut dengan biaya yang
rendah. Hal ini bukan merupakan tanggung jawab bagian pemasaran, bagian
desain, melainkan tanggung jawab yang melibatkan banyak fungsi dalam suatu
perusahaan.

7
2.6 Metode QFD (Quality Function Deployment)
QFD adalah metode untuk mengembangkan kualitas desain yang bertujuan
untuk memuaskan konsumen dan kemudian menerjemahkan permintaan
konsumen menjadi target desain dan poin utama kualitas jaminan untuk
digunakan di seluruh tahap produksi. QFD adalah cara untuk menjamin kualitas
desain sedangkan produk yang masih dalam tahap desain merupakan sisi yang
sangat penting. Manfaat produk ditunjukan ketika tepat diterapkannya QFD yang
telah menunjukkan pengurangan pembangunan waktu dengan satu-setengah
sampai sepertiga. (Akao, 1990) Fungsi QFD antara lain:
a. Meningkatkan keandalan produk.
b. Meningkatkan kualitas produk.
c. Meningkatkan kepuasan konsumen.
d. Memperpendek time to market.
e. Mereduksi biaya perancangan.
f. Meningkatkan komunikasi.
g. Meningkatkan produktivitas.
h. Meningkatkan keuntungan perusahaan.
Tujuan dari prinsip QFD adalah untuk memastikan bahwa kebutuhan
dan keinginan pelanggan dapat terpenuhi dalam proses penurunan suatu produk.
Karena itulah dikatakan mengapa QFD bermula dari suara pelanggan (VOC =
voice of customer) dan sering dalam bahasa Inggris QFD disebut sebagai
customer-driven product development atau customer-fucosed design. Sasaran
pertama dari QFD adalah selalu menghindari marketing misses produk jatuh
dipasarkan akibat kalah bersaing. Sasaran kedua QFD adalah untuk meningkatkan
laju dan effisiensi dan proses pengembangan produk. Beberapa penelitian
sebelumnya misalnya, “Mengembangkan fungsi kualitas dengan pendekatan (E-
QFD) dari perencanaan produk ke part deployment. Metode clustering diusulkan
untuk mengklasifikasikan berbagai hambatan (atau kepentingan) kelompok part
characteristics ke part deployment” (Zhai et al., 2009). “Pendekatan optimasi
QFD yang dikombinasikan dengan model MILP (Mix Integer Linear
Programming) dan model Kano untuk memperoleh maximize customer
satisfaction” (Kilic dan Gungor, 2009).

8
Perancangan dari pengembangan produk yaitu adalah HOQ, pembuatan
HOQ terdiri dari beberapa proses. Pengolahan dari hasil observasi yang akan
dijabarkan dalam pembahasan, wawancara beberapa konsumen dan karyawan,
dan penyebaran kuisioner merupakan data yang dibutuhkan untuk membangun
matris House of Quality (HOQ). Observasi dilakukan dengan mengamati perilaku
pengguna dapur dan wawancara pada pengguna dapur merupakan sebuah
kerangka untuk membangun atribut HOQ. Proses untuk membangun HOQ dapat
membantu perancangan meja dapur sesuai dengan kebutuhan pengguna dapur.
Hasil dari pengolahan merupakan target spesifikasi produk yang akan menjadi
dasar dalam perancangan produk meja dapur. Berikut langkah-langkah pengisian
house of Quality (HOQ). (Damayanti, 2002).
Menurut Cohen (1995) QFD adalah metode terstruktur yang digunakan
dalam proses perencanaan dan pengembangan produk untuk menetapkan
spesifikasi kebutuhan suatu produk atau jasa dalam memenuhi kebutuhan dan
keinginan konsumen. Implementasi QFD mempunyai beberapa fase, dimana
seluruh kegiatan yang dilakukan pada masing-masing fase dapat diterapkan
seperti layaknya suatu proyek, yaitu: 1) Fase Pengumpulan Voice of Custumer, 2)
Fase pembuatan Rumah Kualitas (House of Quality), dan 3) Fase perancangan dan
pengembangan produk). Dalam fase ke 3 adalah fase yang dianggap memiliki
pengaruh yang sangat besar untuk obyek yang akan diteliti.

2.7 House of Quality (HoQ)


Quality Function Deployment (QFD) merupakan suatu metode untuk
menjaring permintaan dari user melalui Voice Of Customer (VOC) dan kemudian
meng aplikasikannya sehingga menjadi sebuah produk dengan fungsi yang baik.
Agar QFD ini bisa diterapkan dibutuhkan kerangka kerja yang dinamakan House
of Quality (HoQ). House of Quality (HoQ) digunakan dengan menerjemahkan
kebutuhan atau permintaan pelanggan, berdasarkan riset pasar dan benchmarking
data, dalam jumlah yang sesuai target yang harus dipenuhi oleh desain produk
baru. Metode HoQ ini didesain untuk membantu perusahaan agar dapat fokus
pada karakteristik dari sebuah produk atau layanan yang ada dengan
memperhatikan segmentasi pasar dan kebutuhan pengembangan teknologi. Setiap
perusahaan selalu menggunakan data dan informasi untuk membantu dalam

9
proses perencanaan sebuah produk. Metode House of Quality (HoQ) ini
menggunakan format matriks untuk menangkap sejumlah isu yang sangat penting
untuk proses perencanaan. Format umum HoQ terdiri dari enam komponen utama,
yaitu sebagai berikut :

1. Customer Needs and Benefits.


Bagian pertama dari HoQ adalah Customer Needs and Benefits, atau
sering disebut sebagai suara pelanggan (Voice of Customer) dimana
perusahaan mendapatkan umpan balik mengenai kebutuhan dan keinginan
pelanggan. Tool ini menghasilkan data atau informasi yang terstruktur
mengenai kebutuhan dan keinginan pelanggan berdasarkan hasil riset
pasar. Data tersebut kemudian diungkapkan dalam bahasa pelanggan dan
bersifat kualitatif. Hal ini penting disampaikan untuk menerjemahkan
keinginan masing-masing dari setiap pelanggan ke beberapa nilai nyata.
Dengan demikian, pelanggan membeli manfaat dari sebuah produk dan
produsen menawarkan fitur.
2. Planning Matrix.

10
Bagian kedua dari HOQ adalah planning matrix. Bagian ini merupakan
tempat penentuan sasaran/tujuan produk, didasarkan pada hasil interpretasi
tim terhadap data riset pasar. Riset pasar merupakan tahapan penting
dalam perencanaan sebuah produk. Data riset pasar diperoleh dari
gabungan antara prioritas-prioritas bisnis perusahaan dengan prioritas-
prioritas kebutuhan pelanggan. Setelah menentukan setiap item prioritas
apa yang paling penting bagi pelanggan, perusahaan harus menentukan
setiap aspek dari item yang dibutuhkan. Perusahaan dapat menggunakan
data yang diketahui dari riset pasar tersebut untuk mengetahui posisi relatif
produk terhadap produk pesaing. Perencanaan matrix ini mensyaratkan
perusahaan untuk mendapatkan tiga tipe informasi sebagai berikut:
 Data kuantitatif pangsa pasar meliputi tingkat permintaan, penawaran,
posisi perusahaan dalam persaingan dan program pemasaran
perusahaan.
 Pengaturan capaian (Goal setting) untuk poduk atau jasa yang akan
diluncurkan.
 Perhitungan untuk pengurutan keinginan dan kebutuhan pelanggan.
3. Technical Response.
Bagian ketiga dari HOQ adalah technical response, sering juga disebut
Substitute Quality Characteristic (SQCs). Pada bagian ini terjadi proses
penerjemahan dari kebutuhan pelanggan (voice of customer) ke dalam
bahasa pengembang (voice of developer). Proses technical response ini
akan mencari jawaban dari pertanyaan how (bagaimana) kebutuhan
pelanggan dapat dipenuhi. Karyawan melakukan brainstorming, yaitu
dengan mencari cara-cara yang perlu dilakukan oleh pihak perusahaan
untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Tools yang biasa digunakan dalam
proses ini diantaranya adalah afinity diagram, fish bone diagram, dan tree
diagram.
4. Relationship Matrix.
Bagian keempat dari HoQ adalah pengisian bagian matrik hubungan
(relationships matrix). Dengan menempatkan keinginan pelanggan
(customer needs and benefits) pada badan kiri dan karakteristik teknis

11
pada bagian atas dari HoQ, maka dapat dievaluasi hubungan keduanya
secara sistematis.
Fungsi utama dari relationship matrix adalah untuk membangun hubungan
antara pelanggan dan ukuran kinerja yang dirancang untuk meningkatkan
produk. Pada bagian ini akan dicari hubungan sebab akibat (impact) yang
ditimbulkan oleh masing-masing karakteristik teknis terhadap kebutuhan
pelanggan dari produk tertentu. Tahapan ini dilakukan untuk menentukan
aspek apa yang perlu diperbaiki untuk melampaui kompetitor. Dengan
gambaran pelanggan, perusahaan dapat mulai merumuskan strategi untuk
meningkatkan produk mereka.
5. Technical Correlations.
Bagian kelima dari HoQ adalah technical correlations, matriks yang
terletak paling atas dan bentuknya menyerupai atap. Tahapan ini dilakukan
untuk membantu tim dalam menentukan desain yang
mengalami bottleneck, dan menentukan kunci komunikasi diantara para
perencana. Selain itu, matriks ini juga menggambarkan hubungan dan
ketergantungan antar karakteristik teknik yang satu dengan karakteristik
teknik yang lainnya. Antar elemen karakterisik teknik tersebut, mungkin
saling mempengaruhi, baik positif (saling mendukung) ataupun negatif
(saling bertentangan). Dengan melihat direction of improvement dan tiap
karakteristik teknis, kemudian didiskusikan dan ditetapkan bersama tim
pengembang mengenai tingkat hubungan dari setiap karakteristik teknis.
6. Technical Matrix.
Bagian terakhir ini adalah technical matrix dimana perusahaan
mengumpulkan tiga jenis data, yaitu sebagai berikut:
 Technical response priorities, yaitu tingkat kepentingan (ranking)
persyaratan teknis.
 Competitive technical benchmarks, yaitu technical benchmarking
yang menguraikan informasi mengenai keunggulan technical
response dari competitor.
 Technical targets, yaitu target kinerja karakteristik teknis dari
produk yang dikembangkan.

12
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Waktu pelaksanaan penelitian ini dimulai pada tanggal 15 Juni s/d 15 Juli
2022. Tempat pelaksanaan penelitian ini di PT. Inizio. Penentuan topik utama
yang menjadi fokus penelitian tahap ini. Penentuan topik ditentukan berdasarkan
latar belakang permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian, tinjauan
terhadap penelitian-penelitian yang telah dilakukan, diskusi dengan pembimbing
dari pihak terkait. Topik penelitian yang diangkat adalah menganalisis kursi rotan
produk dari PT. Inizio terhadap kepuasan Konsumen. Ruang lingkup ditetapkan
agar penelitian lebih terstruktur dan sesuai yang diharapkan.

3.2 Pendalaman Dasar Teori


Tahap selanjutnya yaitu melakukan pendalaman mengenai landasan teori
yang akan digunakan. Landasan teori ini berbentuk jurnal penelitian-penelitian
terdahulu, pengertian dasar dari tema yang diangkat, serta teori dasar dari
metode-metode yang hendak digunakan pada proses pengolahan data.
Mengembangkan kualitas desain yang bertujuan untuk memuaskan konsumen
dan kemudian menerjemahkan permintaan konsumen menjadi target desain dan
poin utama kualitas jaminan untuk menggunakan Metode QFD (Quality Function
Deployment) adalah landasan teori yang sesuai dengan penelitian ini.

3.3 Jenis Data dan Sumber Data


1. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan menyebarkan kuesioner
kepada responden. Penyebaran kuesioner ini dilakukan untuk
mendapatkan informasi yang benar-benar akurat dari para responden.
2. Dokumentasi, yaitu memperoleh data dengan membaca, mencatat, dan
mempelajari dokumen yang berhubungan dengan masalah yang diteliti
untuk memperoleh data yang diperlukan.
3. Metode dokumentasi adalah suatu teknik yang digunakan untuk
mengumpulkan data dari sumber noninsani, sumber ini terdiri dari

13
dokumen, dan rekaman seperti surat kabar, buku harian, naskah pribadi,
foto-foto, catatan kasus, dan lain sebagainya” (Arifin, 1994). Melalui
teknik dokumentasi ini peneliti mengumpulkan data-data yang diperlukan
yang ada di tempat atau lokasi penelitian.

3.4 Variable Penelitian


Variabel yang hendak diteliti dalam penelitian ini yaitu strategi
pengembangan produk berdasarkan kebutuhan dan keinginan nasabah (Voice of
Costumer/ VOC).

3.5 Pengolahan Data dan Analisis


Akao (2000) mendefinisikan Quality Function Deployment (QFD) sebagai
sebuah metode untuk menghasilkan kebijakan berdasarkan evaluasi konsumen
untuk mencapai kepuasan konsumen. Quality Function Deployment (QFD) adalah
sebuah metode yang dapat membawa suatu produk sesuai dengan kebutuhan
konsumen (Dale, 2000). Cohen (2005) menyatakan QFD adalah suatu metode
perencanaan dan pengembangan produk yang terstruktur dengan mengikuti
keinginan dan kebutuhan konsumen, dan melakukan evaluasi secara sistematis
tentang kemampuannya dalam menghasilkan produk untuk memuaskan
konsumen. Metode ini digunakan untuk mengetahui kinerja departemen
pendukung produksi terhadap kepuasan layanan pada departemen produksi yang
dilakukan dengan membuat rumah kualitas (House of Quality).

Dalam QFD adalah House of Quality (HOQ). Matriks ini mendeskripsikan


proses dasar dalam QFD, yaitu mempertemukan kebutuhan pelanggan (whats)
dengan pertimbangan persyaratan teknis (hows) (Franceschini, 2002). Purba
(2008) menyatakan bahwa struktur bagan QFD memiliki kemiripan dengan
kerangka rumah. HOQ memiliki beberapa sub-matriks yang terhubung dalam
beberapa cara, masing-masing memiliki informasi yang saling berhubungan.
Matrik-matrik tersebut merupakan alat pembantu praktisi QFD memprioritaskan
ulang atribut konsumen (Tan and Shen, 2000). Setelah ditentukan data tentang
atribut-atribut dari permasalahan, maka disusun matrik perencanaan yang berisi
tentang informasi penting, yaitu : Korelasi Teknis Respon Teknis Matrik Korelasi
Benchmaking Keinginan Konsumen Importance to Customer Competitive

14
Satisfaction performance Customer Satisfaction performance Goal Improvement
Ratio Sales point Raw Weight Normalized Raw Weight Prioritas Target:

1. Importance To Customer
Menyatakan seberapa besar tingkat kepentingan bagi setiap atribut yang
ada bagi konsumen.
2. Customer Satisfaction performance
Merupakan suatu penilaian dari konsumen tentang seberapa baik
pelayanan yang diberikan perusahaan. Ke(tidak)puasan didefinisikan
sebagai sikap atau respon keseluruhan konsumen terhadap suatu barang
atau jasa setelah merekan mendapat dan menggunakannya (Kristianto et
al., 2012)
3. Competitive Satisfaction Performance
Merupakan penilaian kepuasan kinerja pesaing yang akan dibandingkan
dengan kepuasan kinerja perusahaan.
4. Goal
Menyatakan seberapa besar tingkat kinerja kepuasan yang diharapkan
dapat dicapai oleh perusahaan untuk memenuhi setiap keinginan
konsumen. Goal ditetapkan dari nilai terbaik antara Competitive
Satisfaction Performance dan Customer Satisfaction performance.
5. Improvement Ratio
Merupakan suatu ukuran seberapa besar yang harus dilakukan oleh pihak
perusahaan dalam usaha meningkatkan kualitas pelayanan. Semakin
tinggi Improvement Ratio, semakin keras usaha yang harus dilakukan oleh
perusahaan untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Diperoleh dari
perbandingan antara tingkat performansi yang dicapai (goal) dengan
tingkat performansi yang dirasakan saat ini.
6. Sales Point
Mengubah kemampuan perusahaan untuk memenuhi atribut pelayanan
yang diinginkan oleh pelanggan. Dalam menentukan sales point
berdasarkan pada Importance To Customer.
7. Raw Weight dan Normalized Raw Weight

15
Merupakan bagian dari keseluruhan teknik dalam HOQ ini berisi
perhitungan dari data dan keputusan yang dibuat selama matrik
perencanaan, yang akan menyatakan bobot pada masing-masing atribut
pelayanan sehingga dapat digunakan untuk mengisi HOQ.

3.6 Alur Penelitian


Alur dari penelitian ini didasarkan pada usaha untuk mengembangkan
produk kursi. Metode Quality Function Deployment (QFD) Mengembangkan
perencanaannya berdasarkan pada identifikasi keinginan dan kebutuhan
konsumen. Penelitian ini dimulai dengan studi pendahuluan, hasil dari studi
pendahuluan, peneliti kemudian merumuskan masalah. Langkah selanjutnya
adalah menetapkan tujuan penelitian serta memperdalam dengan studi pustaka
melalui jurnal, buku, serta penelitian terdahulu yang berkaitan dengan metode
QFD.

Penelitian lapangan dimulai dengan menyusun dan menyebarkan kuesioner


awal yang bersifat terbuka untuk mengidentifikasi kebutuhan konsumen yang
berkaitan dengan kualitas produk kursi rotan. Hasil dari kuesioner awal, data
bersifat kualitatif yang berupa suara konsumen (Voice of Customer/ VOC). Data
tersebut kemudian diterjemahkan kedalam artibut-artibut kualitas produk yang
dipentingkan dan dibutuhkan oleh konsumen. Artibut-artibut tersebut kemudian
digunakan untuk menyusun kuesioner penelitian selanjutnya guna mengukur
tingkat kepentingan, kinerja/kepuasaan dan harapan / goal.

Hasil dari kuesioner penelitian yang telah diolah, digunakan untuk


menyusun House of Quality (HOQ). Hasil dari HOQ dianalisa guna menentukan
prioritas pengembangkan produk sehingga dapat diambil beberapa atribut yang
perlu ditingkatkan dan diperhatikan. Langkah terakhir adalah menentukan
kesimpulan dan saran.

Studi Pendahuluan

Rumusan Masalah

16
Studi Pustaka Tujuan Penelitian

Penyusunan kuesioner awal


(Identifikasi kebutuhan konsumen)

Penyebaran quisioner awal

Fase 1 Penyusunan kuesioner, penelitian/
tertutup (kualitas bahan baku,
kepuasan konsumen)
Voice of Costumer ↓
Fase II
Menyusun Rumah Kualitas (House of Quality)
1. Menentukan tingkat kepentingan
2. Evalusi kinerja artibut jasa yang ada (kepuasaan)
3. Menentukan nilai goal, improvement rasio (rasio perbaikan), sales
point, bobot dari setiap artibut.
4. Normalisasi terhadap bobot
5. Parameter teknik / technical response
6. Menentukan hubungan antara parameter teknik dengan kebutuhan dan
keinginan konsumen
7. Menentukan hubungan antar technical response
8. Menghitung nilai matrik interaksi dengan technical response
9. Menetukan prioritas dari setiap technical response
10. Pengambaran dalam House of Quality

Fase III Analisis matrik House of Quality


Kesimpulan dan saran

17
Gambar 1. Alur Penelitian

3.7 Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptif dimana metode ini dilakukan dengan deskripsi dan analisis
permasalahan dari keadaan nyata untuk mendapatkan solusi permasalahan dan
usulan perbaikan. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah QFD
dengan fokus penelitian adalah perancangan ulang kursi rotan yang merupakan
produk unggulan dari PT. INIZIO yang diamati.

Menurut Ulrich dan Eppinger (2001), langkah-langkah dalam penelitian ini


dijelaskan sebagai berikut:

1) Identifikasi berbagai jenis peluang yang mungkin muncul terkait dengan


produk yang dikembangkan melalui studi pasar dan pengambilan voice of
customer dengan kuesioner terbuka. Selanjutnya juga dilakukan
identifikasi kebutuhan konsumen dengan pembuatan daftar pernyataan
kebutuhan dan kuesioner tertutup.
2) Penetapan spesifikasi produk menggunakan House of Quality (HOQ).
HOQ merupakan upaya untuk mengkonversi voice of customer menjadi
karakteristik teknis atau spesifikasi dari sebuah produk yang dihasilkan
(Cohen, 1995). Dalam tahap ini dilakukan pembuatan HOQ secara
keseluruhan dengan menggunakan software QFD Designer.
3) Pengembangan konsep dilakukan dengan eksplorasi dari hasil HOQ yang
paling signifikan untuk dikembangkan. Dalam tahap ini dilakukan
pengembangan konsep menggunakan FAST diagram dan morphological
chart.
4) Pemilihan konsep dilakukan dengan pendekatan pugh matrix dengan
analisis untuk konsep terpilih melalui screening dan scoring method.
5) Arsitektur produk dan desain industri merupakan perancangan desain dari
produk yang dimulai dengan pembuatan Bill of Material (BOM) Tree dan

18
investigasi kebutuhan konsumen untuk desain industri dari segi ergonomi
dan estetika. Pemodelan dan prototyping dari desain produk
6) Pengujian desain produk dilakukan untuk mengetahui apakah keinginan
dan kebutuhan pelanggan sudah terpenuhi, serta mengetahui kelemahan
dari produk agar dapat diperbaiki untuk pengembangan berkelanjutan.

19
BAB IV
PENGOLAHAN DAN PENGUMPULAN DATA

Bagian ini merupakan hasil dari analisis pengembangan produk


menggunakan pendekatan QFD yang meliputi identifikasi peluang dan kebutuhan
pelanggan, penetapan spesifikasi produk, pengembangan konsep, pemilihan
konsep, arsitektur produk, desain industri, pemodelan dan pembuatan prototype,
serta pengujian desain produk.

4.1 Identifikasi Peluang dan Kebutuhan Pelanggan


Tahap ini dilakukan melalui studi pasar terhadap pelanggan dengan
penyebaran kuesioner terbuka kepada responden yang merupakan pelanggan dari
produk kursi rotan. Kuesioner ditujukan kepada 30 pelanggan berdasarkan
penentuan jumlah sampel untuk penelitian deskriptif korelasional (Gay dan
Diehl, 1992). Pada kuesioner terbuka terdapat pertanyaan- pertanyaan yang
bertujuan untuk menggali kebutuhan pelanggan akan produk yang didesain,
seperti alasan responden menggunakan produk kursi rotan, kelebihan dan
kekurangan dari produk kursi rotan, serta inovasi yang diinginkan untuk produk
kursi rotan. Tabel 1 merupakan interpretasi pernyataan kebutuhan pelanggan
berdasarkan rekap dari kuesioner terbuka.
Pernyataan kebutuhan pelanggan selanjutnya digunakan dalam penyusunan
kuesioner tertutup pada tahap identifikasi kebutuhan pelanggan. Penyebaran
kuesioner tertutup dilakukan kepada responden yang sama dan hasilnya menjadi
masukkan dalam tahap penetapan spesifikasi produk.

Tabel 1. Interpretasi pernyataan kebutuhan pelanggan


No. Pernyataan Pelanggan Pernyataan Kebutuhan Pelanggan
1. Memiliki Nilai Estetika Kursi rotan memiliki nilai estetika

20
2. Memiliki bentuk yang bagus Kursi rotan memiliki bentuk yang bagus
3. Memiliki Warna Yang bagus Kursi rotan memiliki warna yang bagus
4. Memiliki bentuk sederhana Kursi rotan memiliki bentuk yang
sederhana
5. Kursi Ringan Kursi rotan terbuat dari material yang
ringan
6. Terbuat dari material yang kuat Kursi rotan terbuat dari material yang
kuat
7. Kursi Tahan Lama Kursi rotan memiliki umur pakai yang
lama
8. Terbuat dari bahan yang lunak Kursi rotan terbuat dari material yang
lunak
9. Kursi mudah diperbaiki Kursi rotan mudah untuk diperbaiki
10. Bentuk ergonomis Kursi rotan memiliki bentuk yang
ergonomis
11. Nyaman untuk digunakan Kursi rotan nyaman untuk digunakan
12. Kursi diberi bantal Kursi rotan memiliki bantalan
13. Tekstur kursi halus Kursi rotan memiliki tekstur permukaan
yang halus
14. Kursi aman untuk digunakan Kursi rotan aman untuk digunakan
15. Material Kerangka dibuat dari Kursi rotan terbuat dari besi untuk bagian
besi kerangka
16. Rotan dicampur dengan material Kursi rotan terbuat dari material
lain campuran antara rotan dengan bahan lain
17. Mudah dipindahkan Kursi rotan mudah untuk dipindahkan
18. Kursi bisa diputar Kursi rotan bisa diputar
19. Kursi ramah lingkungan Kursi rotan ramah lingkungan
20. Kursi memiliki harga terjangkau Kursi rotan memiliki harga yang
terjangkau

21
4.2 Penetapan Spesifikasi Produk
Pada tahap penetapan spesifikasi produk dibuat house of quality (HOQ)
untuk mengkonversikan voice of customer menjadi spesifikasi teknis, sehingga
dapat menjelaskan detail yang terukur dan tepat tentang apa yang seharusnya
dilakukan untuk mendesain suatu produk. Gambar 3 menunjukkan HOQ secara
keseluruhan untuk produk kursi rotan, sedangkan untuk analisis HOQ dijelaskan
sebagai berikut:

22
Gambar 2. HoQ untuk produk kursi rotan

23
1) Room 1: Voice of Customer. Room 1 berisi informasi yang diperoleh dari
hasil penelitian tentang kebutuhan dan keinginan konsumen melalui
kuesioner tertutup. Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa terdapat 20
pernyataan pelanggan yang merupakan kebutuhan dan keinginan dari
konsumen seperti yang telah ditampilkan sebelumnya pada Tabel 1.
2) Room 2: Technical Response. Room 2 berisi respon teknis yang menjawab
pernyataan kebutuhan dari room 1. Dalam setiap technical response harus
mengandung metrik dan satuan. Sesuai dengan Gambar 2, terdapat 14 respon
teknis, yaitu material kerangka, material bantalan, bentuk bantalan, tinggi
kaki, lebar kursi, massa kursi, panjang kursi, material jenis rotan, beban
maksimum, desain bantalan, warna bantalan, ukuran bantalan, dan tinggi
senderan kursi rotan. Sebagai contoh, pada respon teknis yang pertama dapat
diketahui jika metriknya adalah material kerangka kursi rotan dan satuannya
adalah jenis material. Material kerangka kursi rotan sendiri digunakan sebagai
respon teknis untuk menjawab pernyataan kebutuhan pelanggan 5, 6, 7, 8, 10,
11, 14, 15, 16, 17, 18, 19, dan 20.
3) Room 3: Relationship Matrix. Room 3 menjelaskan hubungan antara atribut
keinginan yang dianggap penting oleh responden dengan respon teknis yang
telah ditentukan. Hubungan tersebut digambarkan dengan menggunakan
simbol atau relationship symbol dan masing- masing mempunyai nilai. Kuat
dengan nilai 9, cukup dengan nilai 3, dan lemah dengan nilai 1. Sebagai
contoh respon teknis kebutuhan pelanggan kursi rotan memiliki bantalan
berhubungan kuat dengan respon teknis material bantalan kursi rotan, bentuk
bantalan kursi rotan, dan ukuran bantalan kursi rotan.
4) Room 4: Benchmarking. Room 4 merupakan perbandingan produk yang
didesain (nilai harapan) dengan desain produk kompetitor berdasarkan hasil
kuesioner tertutup. Pada produk kursi rotan terdapat tiga kompetitor, yaitu
Sakura Indah Furniture, TEQ Production, dan Gehee Rotan. Pada
perbandingan tersebut produk baru hanya unggul dari 2 kompetitor, yaitu
Sakura Indah Furniture dan Gehee Rotan, sedangkan TEQ Production masih
unggul diatas produk baru karena harganya yang lebih rendah.

24
5) Room 5: Technical Correlation. Room 5 menggambarkan hubungan antar
karakteristik atribut produk yang dikembangkan berdasarkan room 1.
Hubungan digambarkan dengan tanda positif (+) dan negatif (-). Sebagai
contoh, material kerangka kursi rotan memiliki korelasi positif dengan massa
kursi rotan.
6) Room 6: Technical Matrix. Room 6 terdiri atas kolom technical
benchmarking, importance of technical, dan performance standar/technical
targets. Technical benchmarking digunakan untuk menentukan spesifikasi
target dengan melakukan perbandingan terhadap produk kompetitor. Pada
kolom importance of technical dilakukan perhitungan untuk mengetahui
respon teknis yang menjadi prioritas untuk dikembangkan selanjutnya. Hasil
analisis menunjukan tingkat kepentingan produk mempunyai tiga hal
terpenting, yaitu material kerangka, material jenis rotan, dan beban
maksimum kursi rotan. Sedangkan untuk performance standard diambil dari
technical benchmarking. Contohnya untuk material kerangka kursi rotan
memiliki performance standard rotan alami dan kayu mahoni.

4.3 Pengembangan Konsep


Uraian dari bentuk, fungsi, dan tampilan suatu produk serta biasanya
dilengkapi juga dengan spesifikasi, benchmarking produk dengan kompetitor, dan
pertimbangan ekonomis disebut dengan konsep (Andriani dkk, 2018). Pada tahap
ini dilakukan studi spesifikasi dari alternatif konsep berdasarkan hasil analisis
HOQ yang paling signifikan untuk dikembangkan lebih lanjut.
1) FAST (Function Analysis System Technique) diagram mampu memberikan
gambaran grafis mengenai fungsi setiap bagian produk beserta interaksinya
dalam suatu sistem (produk atau proses) untuk memperoleh barang yang
diinginkan. Gambar 3 adalah FAST diagram untuk produk kursi rotan pada
penelitian ini.

25
2) Alternatif konsep merupakan sebuah alternatif yang dimunculkan dari setiap
fungsi yang dibuat sebelumnya. Dalam alternatif konsep digunakan tabel

TINGGI
KAKI KURSI
TINGGI
KURSI
TINGGI
LEBAR SENDERAN
UKURAN YANG
ERGONOMIS AGAR KUSI
DIMENSI KURSI
KURSI
NYAMAN SAAT DI
ROTAN PANJANG
GUNAKAN UNTUK DUDUK
KURSI
BEBAN
MAKSIMAL

MATERIAL
KERANGKA
KURSI
MATERIAL
KURSI
KURSI YANG MATERIAL
DI MATERIAL KURSI UNTUK
KURSI JENIS ROTAN
GUNAKAN KETAHANAN KURSI
ROTAN ROTAN
UNTUK
DUDUK BANTALAN MATERIAL
KURSI BANTALAN

BENTUK
BANTALAN

UKURAN
BANTALAN

ESTETIKA KURSI UNTUK KEINDAHAN WARNA


BANTALAN
VISUAL DARI KURSI ROTAN

DESAIN
BANTALAN

WARNA
KURSI
ROTAN

kombinasi berupa morphological chart untuk mempertimbangkan kombinasi


secara sistematis. Tabel 2 adalah ringkasan dari alternatif konsep yang dapat
disusun pada penelitian ini.

26
27
Tabel 2. Alternatif Konsep Kursi Rotan yang Dibuat

Kriteria Seleksi Konsep


A B C D E
Tinggi Kaki 45 cm 40 cm 40 cm 45 cm 45 cm
Kursi (A)
Lebar Kursi (B) 50 cm 40 cm 40 cm 50 cm 50 cm
Panjang Kursi 65 cm 62 cm 62 cm 65 cm 65 cm
(C)
Beban 100 kg 120 kg 120 kg 120 kg 100 kg
Maksimum
(D)
Tinggi Senderan 40 cm 40 cm 40 cm 40 cm 40 cm
(E)
Material Rotan Rotan Rotan Rotan Rotan
Kerangka Kursi Alam+Kayu Alam+Kayu Alam+Kayu Alam+Kayu Alam+Kayu
(F) Mahoni Ulin Mahoni Mahoni Mahoni
Material Jenis Rotan Sintetis Rotan Alam Rotan Sintetis Rotan Sintetis Rotan Sintetis
Rotan (G)
Material Busa Kapuk Kapuk Kapuk Kapuk
Bantalan
(H)
Bentuk Bantalan Bulat Bulat Bulat Kotak Bulat
(I)
Ukuran Bantalan Diameter 30 Diameter 30 Diameter 30 Mengikuti Diameter 30
(J) cm cm cm ukuran kursi cm
ketebalan 10 ketebalan 10 ketebalan 10 ketebalan 10
cm cm cm cm
Warna Bantalan Berwarna Tidak Berwarna Berwarna Berwarna
(K) Berwarna
Desain Bantalan Pola Malang Tidak Berpola Pola Malang Pola Malang Pola Malang
(L)
Warna Kursi Berwarna Berwarna Berwarna Berwarna Tidak
Rotan (M) Berwarna

28
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Pemilihan Konsep


Setelah menentukan beberapa alternatif konsep, maka dapat dilakukan
pemilihan konsep dengan menggunakan pendekatan pugh matrix yang memiliki 2
tahapan, screening dan scoring stage. Tabel 3 merupakan tabel pugh matrix untuk
screening stage dimana diketahui terdapat peringkat untuk mengetahui konsep
yang dapat dilanjutkan, dihentikan, dan diperbaiki. Dari matrix ini terdapat 3
kriteria seleksi dan 5 alternatif konsep dengan nilai yang terdiri dari +, 0, dan –
dimana masing-masing berarti lebih baik, sama dengan, dan lebih buruk. Nilai-
nilai tersebut selanjutnya dijumlahkan untuk mendapatkan peringkat tiap alternatif
konsep. Berdasarkan hasil analisis yang dilanjutkan konsepnya adalah konsep A
dan D.
Pada tahap pemilihan konsep produk selanjutnya dilakukan scoring
method untuk mengetahui konsep mana yang mempunyai nilai terbaik sebagai
konsep terpilih (Tabel 4). Dalam scoring method, untuk mendapatkan nilai bobot
dilakukan perhitungan bobot (%) dikalikan dengan rating dengan skala 1-5
dimana 1 berarti sangat buruk, sedangkan 5 berarti sangat baik. Sebagai contoh
pada kriteria ukuran yang ergonomis untuk konsep 1, bobot 33,8% dikalikan
dengan rating 4 dan mendapatkan hasil 1,352. Dari nilai beban tiap kriteria
dijumlahkan untuk mendapatkan nilai total untuk menentukan peringkat. Dari
tahap ini didapatkan konsep D yang mendapatkan total nilai paling besar,
sehingga selanjutnya menjadi konsep terpilih untuk dikembangkan lebih lanjut.
Pada konsep D diketahui konsep kursi rotan dibuat dengan ukuran 45 cm
untuk tinggi kaki dengan harapan dapat menyesuaikan tinggi kaki saat duduk.
Dengan ukuran lebar 50 cm akan memiliki kekuatan yang lebih untuk menahan
beban. Panjang kursi rotan sebesar 65 cm dan beban maksimum 120 kg
menyesuaikan dengan dimensi kursi. Tidak hanya itu, kursi rotan juga memiliki
tinggi senderan 40 cm agar lebih memberikan kenyamanan sesuai antropometri.
Pada konsep ini kursi rotan menggunakan material rotan alami dan kayu
mahoni karena material memiliki daya tahan yang lebih lama. Material jenis rotan

29
yang dipilih adalah rotan sintetis. Kursi rotan menggunakan bantalan dari bahan
dasar kapuk dikarenakan kapuk memiliki tekstur yang empuk sehinggan
diharapkan akan lebih memberikan kenyamanan. Bentuk dari bantalan kursi rotan
adalah kotak diharapkan akan menammbahkan nilai keunikan dari kursi rotan
tersebut. Bantalan tersebut memiliki ukuran yang menyesuaikan dengan ukuran
kursi juga diharapkan akan menambahkan kenyamanan saat duduk dengan
menggunakan bantalan. Tidak hanya itu, bantalan juga menggunakan pola
malang dikarenakan ingin menambahkan kesan nilai estetika yang tinggi pada
kursi rotan dan memiliki ciri khas tersendiri bagi produk kursi rotan. Kursi rotan
juga diberikan warna agar memberikan nilai estetika dan juga memberikan
ketahanan kursi rotan agar lebih lama karena ada pelapisan kursi rotan dengan
menggunakan cat.
Tabel 3. Pugh Matrix untuk Screening Stage Produk Kursi Rotan

Kriteria Seleksi Konsep Reference


A B C D E
Ukuran yang ergonomis + 0 0 + 0 0
Untuk kenyamanan + + + + + 0
Estetika Kursi + 0 + + + 0
Jumlah + 3 1 2 3 2
Jumlah 0 (sama) 0 2 1 0 1
Jumlah - 0 0 0 0 0
Nilai Akhir 3 1 2 3 2
Ranking 2 5 3 1 4
Lanjutkan? Ya Tidak Tidak Ya Tidak

Tabel 4. Pugh Matrix untuk Scoring Stage Produk Kursi Rotan

Kriteria Seleksi Bobot A D


Rating Nilai Rating Nilai

Ukuran yang 33,8% 4 1,352 4 1,352


ergonomis
Untuk kenyamanan 39,2% 4 1,568 5 1,96

30
Estetika Kursi 20,4% 5 1,02 5 1,02

Total nilai peringkat 3,94 4,332

Lanjutkan ? Tidak Kembangkan

4.2 Arsitektur Produk dan Desain Industri


Tahap arsitektur produk, dibuat perancangan skema dari produk dengan
membuat Bill of Material (BOM) Tree yang ditunjukkan pada Gambar 4. Dari
BOM Tree tersebut diketahui terdapat 5 level yang terdiri dari level 0, 1, 2, 3, dan
4.

KURSI ROTAN

2
1
Bagian Bawah
Bagian Atas (1)
(1)

2.1
1.1 1.2 2.2
Kaki Kursi
Sandaran (1) Alas Duduk (1) Bantalan (1)
Rotan (1)

1.1.1 1.1.2 2.1.1 2.1.2 2.2.1


1.2.1 1.2.2 2.2.2
Kerangka Lapisan Luar Kerangka Kaki Lapisan Luar Lapisan
Pegangan (2) Alas (1) Isi Bantalan
Sandar (1) Sandaran (1) (1) Kaki (1) Bantalan

1.2.1.1 1.2.1.2 1.2.2.1 1.2.2.2


Kayu Mahoni Rotan Sintesis Kerangka Lapisan Luar Kerangka Alas Kerangka Luar Kayu Mahoni Rotan Sintesis Kain Kapuk
Pegangan (2) Pegangan (2) (1) Alas (1)

Kayu Mahoni Rotan Sintesis Kayu Mahoni Rotan Sintesis

Gambar 4. BOM Tree Produk Kursi Rotan

Sedangkan pada desain industri dibuat analisis dari aspek ergonomi dan
estetika (Nurmianto, 2003). Investigasi kebutuhan konsumen diaplikasikan pada
konsep produk yang sedang dikembangkan dan memperbaiki hingga mencapai
konsep akhir yang digunakan sebagai desain usulan. Tabel 5 adalah desain
industri untuk produk kursi rotan yang diusulkan, sedangkan Gambar 5
merupakan desain dari konsep terpilih.

Tabel 5. Desain Industri Produk Kursi Rotan Berdasarkan Aspek Ergonomis dan
Estetika

Aspek Penjelasan

31
Aspek Ergonomis
Visual Diberikan nilai 8 (tinggi) karena kursi rotan pada umumnya
ergonomis banyak yang menarik perhatian
dengan warnanya.
Cultural Diberikan nilai 8 (tinggi) karena selain sebagai tempat untuk
Ergonomis duduk, juga digunakan untuk mengenalkan budaya kearifan
lokal melalui atribut yang dimiliki.
Postur Kerja dan Diberikan nilai 8 (tinggi) dengan antropometri yang digunakan
Antropometri adalah D16 (tinggi kursi rotan), D19 (panjang kursi rotan), D14
(lebar kursi rotan), D10 (sandaran kursi rotan), dan
D22 (tinggi sisi bahu sampai bagian atas pegangan).
Coupling Diberikan nilai 2 (Fair) karena pegangan tidak terlalu
dibutuhkan.
Keselamatan dan Diberikan nilai 9 (tinggi), karena penggunaan posisi duduk dari
Kesehatan kursi yang dilakukan terus
Penggunaan menerus dan berulang-ulang akan mempengaruhi tingkat
kesehatan pengguna.
Aspek Estetika
Diferensial Diberikan nilai 9 karena kursi rotan dibuat agar produk lebih
Produk dikenal dan memiliki ciri kas dibandingkan dengan produk yang
lain dengan pola malang pada bantalannya.
Mode/Kesan Diberikan nilai 8 karena nilai estetika yang terkandung dalam
kursi rotan dan juga tingkat kenyamanan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan produk kursi rotan yang lain.

32
Gambar 5. Desain Kursi Rotan Berdasarkan Konsep Terpilih

4.3 Pengujian Desain Produk


Setelah merancang desain produk berdasarkan konsep terpilih, selanjutnya
dilakukan pengujian desain produk untuk mengetahui apakah keinginan dan
kebutuhan pelanggan sudah terpenuhi dan mengetahui kelemahan dari produk
agar dapat diperbaiki untuk pengembangan selanjutnya. Pengujian dilakukan
berdasarkan tanggapan dan seberapa banyak pelanggan tertarik untuk
menggunakan produk tersebut.
Dengan responden yang sama seperti pada tahapan-tahapan sebelumnya
dilakukan survey melalui rendering dan uraian verbal agar responden dapat
membayangkan dan membandingkan produk kursi rotan yang didesain dengan
produk kursi rotan yang sudah ada saat ini (eksisting). Gambar 6 menunjukkan
perbandingan skala pengukuran keinginan pelanggan untuk membeli terhadap
produk eksisting dan produk yang didesain.
Berdasarkan Gambar 6 dapat diketahui bahwa konsumen lebih memilih
produk kursi rotan usulan dibandingkan dengan produk kursi rotan yang dimiliki
oleh PT. Inizio saat ini. Dari 30 responden, 7 orang tidak akan membeli produk
kursi eksisting, sedangkan untuk kursi rotan usulan hanya 1 orang memilih tidak
membeli produk. Untuk kemungkinan membeli, produk kursi eksisting
mendapatkan 23 pelanggan yang memilih pilihan ini, sedangkan pada kursi rotan
usulan ada 29 pelanggan. Oleh karena itu, usulan desain kursi rotan pada
penelitian ini dapat diterima oleh konsumen dan dapat dipertimbangkan oleh PT.
Inizio untuk dikembangkan lebih lanjut.

33
Gambar 6. Perbandingan Kemungkinan Membeli Produk Eksisting dan Produk
Usulan Kursi Rotan.
BAB VI
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dengan menggunakan pendekatan QFD diketahui hasil identifikasi
kebutuhan pelanggan untuk produk kursi rotan yang merupakan produk unggulan
PT. INIZIO sebanyak 20 kebutuhan dan untuk menjawabnya disusun 14 respon
teknis. Hasil analisis HOQ menyebutkan bahwa material kerangka, material jenis
rotan, dan beban maksimum kursi rotan menjadi prioritas dalam pengembangan
desain kursi rotan.
Pada tahapan pengembangan konsep didapatkan 5 konsep yang konsep
terpilih adalah dengan kriteria tinggi kaki 45 cm, lebar kursi 50 cm, panjang kursi
65 cm, beban maksimum 120 kg, tinggi senderan 40 cm, material rotan alami dan
kayu mahoni, material jenis rotan yaitu rotan sintetis, material bantalan dengan
bahan dasar kapuk, bentuk bantalan kotak, bantalan sesuai ukuran kursi, bantalan
dengan warna, bantalan dengan pola malang, dan kursi rotan diwarna dengan cat.
Dengan konsep tersebut selanjutnya dikembangkan arsitektur produk dan desain
industrinya sebagai masukkan untuk pembuatan desain. Hasil pengujian desain
menunjukkan bahwa produk kursi rotan usulan lebih diminati dibandingkan kursi
rotan PT. Inizio yang saat ini, sehingga PT. Inizio diharapkan dapat
mengembangkan desain kursi rotan lebih lanjut.

34
DAFTAR PUSTAKA

Silvida, F. R. (2012). Analisis Keberadaan Industri Kerajinan Rotan dalam


Penyerapan Tenaga Kerja (Study Kasus Industri Kerajinan Rotan Kelurahan
Balearjosari Kecamatan Blimbing Kota Malang). Skripsi, Jurusan Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang.
Ulrich, K. T., dan Epingger, S.D. (2001). Perancangan dan Pengembangan
Produk. Penerbit Salemba. Jakarta.
Andriani, D.P., Choiri, M., Desrianto, F.X.B. (2018). Redesain Produk Berfokus
Pada Customer Requirements Dengan Integrasi Axiomatic Design dan House
of Quality. Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 17, No. 1, pp. 71-82.
Evan, J. 2012. Perencanaan dan pengembangan produk dengan Quality Function
Deployment (QFD). Jurnal Sains Manajemen & Akuntansi. IV (1).
Susanti, L., & Andriyama, R. (2010). Perancangan Meja Komputer Ergonomis
Dengan Konsep Modular Dan Mempertimbangkan Voice of Customer,
National Confrence on Applied Ergonomic, (Padang, 2010).
Widodo, I. D. (2003). Perancangan Dan Pengembangan Produk. UII Press.
Yogyakarta.

35
LAMPIRAN

6.1 Dokumentasi

Figure 2. bahan rotan sintesis

Figure 1. Kerangka kursi

36
Figure 4. proses anyam

Figure 3. operator anyam

37

Anda mungkin juga menyukai