Anda di halaman 1dari 5

Machine Translated by Google

Protobiont (2015) Vol. 4 (1) : 213-217

Struktur Anatomi Batang Empat Spesies


Bambusa (B. maculata Widjaja, B. uetuldoide Widjaja, B.
glaucophylla Widjaja dan B. multiplex Widjaja) di Kalimantan Ba
, Mukarlina1
Ica Adrianita Rahmi1 , Riza Linda1
1Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi,
Pontianak Email korespondensi: icaadrianita@yahoo.co.id

Abstrak
Kalimantan Barat merupakan salah satu Provinsi dengan persebaran tanaman bambu salah satunya
adalah jenis Bambusa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur anatomi batang empat
spesies Bambusa (B. maculata Widjaja,multiplex
B. uetuldoide
Widjaja).
Widjaja
Penelitian
, B. glaucophylla
ini dilaksanakan
Widjajapada
dan bulan
B.
Juni 2014 hingga Oktober 2014. Penelitian menggunakan dua sampel uji yaitu rebung dan batang
bambu. Batang bambu yang digunakan adalah ruas dan ruas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
keempat rebung dan batang bambu memiliki struktur jaringan yang sama yang mengandung
epidermis, korteks dan berkas pembuluh. Dua jenis berkas yang ditemukan adalah berkas
pembuluh darah tipe III dan tipe IV. Berkas pengangkut tipe III merupakan jenis berkas pengangkut
yang terdiri dari dua bagian yaitu berkas pembuluh dan satu berkas serat yang terdapat pada B.
maculata, B. uetoldoide dan B. multipleks. Berkas pengangkut tipe IV merupakan jenis berkas
pengangkut yang terdiri dari satu berkas pengangkut dan dua berkas serat yang terdapat pada B.
glaucophylla. Sayatan melintang batang bambu pada bagian ruas menunjukkan adanya spathe
sclerenchymatic dan pada bagian node tidak terdapat spathe sclerenchymatic dan memiliki dua serat yang me

Kata kunci: Anatomi, Batang Bambu, Ruas, Ruas

ÿ untuk membedakan jenis, tetapi karena


bambu jarang berbunga, dapat digunakan
Bambu banyak digunakan oleh masyarakat cara lain untuk mengidentifikasi bambu. Ciri-
secara luas karena memiliki struktur batang ciri morfologi lain, seperti rebung, batang,
yang kuat, fleksibel, lurus dan ringan daun, sistem percabangan dan ciri anatomi
sehingga mudah diolah untuk berbagai yang dapat memperjelas perbedaan masing-
produk seperti alat musik, kerajinan tangan masing jenis bambu melalui saluran dan
dan rebung (batang bambu muda) dapat dimensi serat (Widjaja, 2001).
dikonsumsi sehari-hari. Bambu juga
merupakan tumbuhan yang memiliki sifat Studi anatomi batang bambu yang terdapat
dan pemanfaatan yang sangat cocok untuk berbagaidikeperluan (Resosoedarmo
Kalimantan et al., 1989).
Barat pernah dilakukan oleh
Sari (2012) di Dusun Petai Desa Saham
Kalimantan Barat merupakan salah satu Kecamatan Sengah Temila Kabupaten
provinsi yang menjadi tempat penyebaran Landak. Batang bambu yang digunakan
tumbuhan bambu, tetapi belum diketahui berasal dari 5 genus yang berbeda yaitu
secara pasti tentang data jumlah jenis dari Dendrocalamus, Bambusa, Gigantochloa,
keseluruhan bambu yang terdapat di Schizostachyum dan Thyrsostachyum. Hasil
Kalimantan Barat. Berdasarkan hasil penelitian pada sayatan transversal batang
penelitian Yuyun (2010) di hutan Gunung dewasa lima jenis bambu tersebut
Semahung Dusun Petai Kecamatan Sengah menceritakan perbedaan susunan jaringan
Temila Kabupaten Landak, diperoleh 12 jenis jaringan. Penelitian tentang anatomi empat spesies Bam
tumbuhan bambu yang terdiri dari 5 genus,
BAHAN
yaitu genus Bambusa, Dendrocalamus, Schizostachyum, DAN METODEdan Thyrsostachs.
Gigantochloa,

Bambu merupakan tumbuhan yang sulit Waktu dan Tempat Penelitian


dibedakan antar jenisnya karena ciri ciri ini dilaksanakan selama 5 bulan, mulai dari
morfologi. Menurut pakar taksonomi, Juni 2014 hingga Oktober 2014. Pembuatan
perbungaan tetap merupakan bagian terpenting preparat rebung dilakukan di Laboratorium

213
Machine Translated by Google

Protobiont (2015) Vol. 4 (1) : 213-217

Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu HASIL DAN PEMBAHASAN


Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura
Pontianak dan Pembuatan preparat batang Hasil
bambu dewasa dilakukan di Laboratorium Hasil sayatan melintang rebung dari empat
Mikroteknik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. spesies Bambusa (B. maculata Widjaja, B.
uetudoide Widjaja, B. glaucophylla Widjaja
Metode Penelitian dan B. multiplex Widjaja) menunjukkan adanya
Pembuatan persiapan sayatan melintang jaringan epidermis, jaringan korteks, jaringan
rebung bambu menggunakan metode pembuluh yang terdiri atas xilem, floem dan serat (Gamba
penyisipan. pembuatan preparat batang
bambu dewasa menggunakan metode non Jaringan pada internodus batang bambu
embedding (Preece, 1959). terlihat pada sayatan melintang terdiri dari
jaringan epidermis, korteks, pembuluh yang
terdiri dari floem,metaxilem, protoxilem, serat
Prosedur Kerja
dan seludang sklerenkim (Gambar 2).
Bambu yang digunakan sebagai sampel uji
adalah rebung (tunas bambu muda) dan
Sayatan melintang batang bambu dewasa
batang bambu dewasa dari spesies empat
empat spesiesambu Bsa dapat dibedakan
Bambusa (B. maculata Widjaja, Widjaja
B. uetuldoide
, B.
antara metaxilem , floem, protoxilem, serat
glaucophylla Widjaja dan B. multiplex Widjaja).
dan seludang sklerenkim (Gambar 3).
Pengambilan sampel uji yaitu pada bagian
nodus (buku) dan internodus (ruas).
Ikatan jaringan yang berbeda terdapat pada
batang bambu tampak antara bagian mendekati
Parameter yang diamati yaitu pengamatan epidermis ke bagian yang menghambat epidermis.
jaringan rebung dan batang bambu dewasa Hasil sayatan melintang batang bambu
pada internodus dan nodus empat spesies dewasa mendekati epidermis ukurannya lebih
Bambusa (B. maculata Widjaja, B. uetuldoide kecil dibandingkan dengan yang memiliki
Widjaja , B. multiplex
glaucophylla
Widjaja).
WidjajaData-data
dan B. yang epidermis dengan susunan yang rapat (Gambar 4).
diperoleh dari hasil pengamatan disajikan
secara deskriptif dalam bentuk visual (foto)
mikroskopis.

214
Machine Translated by Google

Protobiont (2015) Vol. 4 (1) : 213-217

Sayatan melintang batang bambu dewasa bagian melintang pada rebung bambu B. maculata, B.
nodus menunjukkan serat di bagian luar yang uetuldoide dan B. multiplex (Gambar 1 A, B dan D)
mengapit pembuluh, ukuran pembuluh relatif sama menunjukkan jaringan epidermis, jaringan korteks,
besar, memiliki jaringan korteks dan tidak memiliki protoxilem dan metaxilem serta memiliki
seludang sklerenkim (Gambar 5). Ikatan serat antara serat.
internodus dan nodus berbeda, bagian internodus
hanya memiliki satu serat dan bagian nodus
Sayatan melintang pada B. glaucophylla (Gambar
memiliki dua serat yang mengapit pembuluh.
Jaringan dapat dibedakan antara metaxilem, 1 C) menunjukkan adanya jaringan epidermis,
protoxilem dan floem (Gambar 6). jaringan korteks, protoxilem dan metaxilem dan
memiliki serat yang mengapit pembuluh.
Sayatan melintang empati spesies Bambusa adanya
Penjelasan beberapa perbedaan pada tipe hubungan (Gambar
Hasil Rebung Bambu pada empat Bambusa dilihat 1 A dan C).
pada sayatan melintang pada jaringan epidermis, Bambu memiliki 4 tipe pembuluh yaitu tipe I, tipe II,
korteks dengan sel yang tersusun rapat dan tipe III dan tipe IV (Zamuco, 1972).
tersebar pada jaringan korteks (Gambar 1). Hasil
sayatan

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan merupakan tipe lapisan yang terdiri atas dua bagian
diperoleh 2 tipe hubungan yang berbeda, yaitu tipe yaitu lapisan (xilem dan floem) dan satu lapisan di
III dan tipe IV. Menurut Liese (1985) tipe pembuluh sebelah luar lapisan ( 1972). Penelitian Nuriyatin
yang sering ditemukan Bambusa, Dendrocalamus (2000) juga menemukan hasil hubungan tipe III
dan Gigantochloapadaadalah tipe III dan tipe IV
spesies sedangkan yang terdapat pada genus Gigantochloa (G.
untuk tipe pembuluh IV ditemukan pada Arundinaria pseudoarundinacea, G. atter, G. apus dan G.
dan tipe pembuluh II pada Schizostachyum. atroviolacea).

Ikatan pembuluh tipe IV terdapat pada B.


Ikatan pembuluh tipe III terdapat pada B. maculata, glaucophylla (Gambar 1 C). Ikatan tipe IV merupakan
B. uetoldoide dan B. multiplex (Gambar 1 A, B dan tipe ikatan yang terdiri atas satu ikatan (xilem dan
D). Ikatan pembuluh tipe III floem) dan

215
Machine Translated by Google

Protobiont (2015) Vol. 4 (1) : 213-217

dua serat yang terletak di sebelah dalam dan


luar dari pembuluh (Zamuco, 1972). Tipe pembuluh pada batang bambu dewasa
Hasil penelitian Sari (2012) pembuluh tipe IV sama dengan tipe pada rebung bambu.
juga terdapat pada B. balcoa, Dendrocalmus Sayatan melintang batang bambu dewasa
Thyrsostachys
Schizostachyum
siamensis. zollingeri
asper, dan menunjukkan perbedaan tipe hubungan
Liese (1998) antara tipe III dan tipe IV. Menurut Fahn (1991)
menemukan tipe IV pada B. polymorpha, bahwa spesialisasi pipa mengikuti pola yang
Dinochloa scandens dan S. diffisum. sama, baik saat tumbuhan muda maupun
saat tumbuhan tersebut tua.
Struktur anatomi batang bambu dapat dilihat
pada dua bagian yang berbeda yaitu Ikatan pembuluh pada bagian internodus dan
internodus dan nodus (Gambar 2 dan Gambar nodus tampak dalam ukuran yang berbeda.
5). Epidermis yang terdapat pada semua Ikatan pembuluh pada bagian internodus
Spesies Bambusa memiliki satu lapis sel lebih besar dari bagian nodus. Hal ini
yang rapat (Gambar 4). Hidayat (1995) disebabkan karena internodus tumbuh ke
mengatakan bahwa epidermis terdiri dari arah aksial dan bagian nodus tumbuh ke arah
satu lapisan sel dengan susunan sel yang radial yang mana merupakan tempat tumbuh
rapat tanpa ruang antar sel. Epidermis pada daun atau percabangan yang menyebabkan
batang bambu tersusun atas satu sel suatu struktur pembuluh lebih rapat daripada
epidermis tanpa ruang antar sel dan bekerja internodus (Fahn, 1995).
untuk pelindung jaringan yang ada di
bawahnya, semakin tebal epidermis yang
terdapat pada batang, akan lebih baik lagi
agar jaringan di bagian dalam tidak cepat rusak oleh aktivitas pertumbuhan (Razak et al ., 2007).

Jaringan xilem terdiri atas dua bagian yaitu dan tidak ada pilihan protoxilem dengan
protoxilem yang kemudian menjadi metaxilem ukuran lebih kecil dari metaxilem. Menurut
(Gambar 3 a dan d). Protoxilem berdiferensiasi Hidayat (1995) protoxilem pada batang bambu
dalam bagian tubuh primer yang pertumbuhan muda akan mengalami aktivitas pemanjangan
dan diferensiasinya belum selesai. Hasil dewasa karena tekanan yang dipengaruhi
sayatan melintang batang bambu pada bagian internodus
oleh jaringan yang aktif memanjang.

216
Machine Translated by Google

Protobiont (2015) Vol. 4 (1) : 213-217

Ikatan koneksi yang berbeda dengan koneksi Liese, W, 1985, Biologi


IG, Variabilitas Bambu,
Kaki Serat dalamSifat Silvics, Zamuco,
Hubungannya
epidermis yang tampak dari perbedaan ukuran. dengan
StrukturPemanfaatan.
Gesellschaft
Anatomi fur Technische
Bambu, FPRDI
Mendekati epidermis ukurannya lebih kecil Zusammenarbeit Schriftenreihe,
press Tech. Catatan, Eschborn
tidak. 115, FPRDI Library,
college,Dasar
Nuriyatin, N, 2000,
Laguna, Studi Analisa
Philippines BambuSifat-Sifat
pada
dengan yang membuat epidermis dengan
Beberapa Tujuan Penggunaan, Tesis, Program
susunan yang rapat (Gambar 4).
Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor Preece,
A, 1959, A Manual For Histologic Technicians,
Brown and Company, Boston Razak, W, Janshah, M,
Jaringan pembuluh pada batang bambu Hashim, WS & Shirley, B, 2007, Karakteristik
diselubungi oleh seludang sklerenkim (Gambar Morfologi dan Anatomi Pengelolaan Tegakan Bambu
3e). Hasil Berdasarkan penelitian dari keempat Alami (Gigantochloa scortechinii), Jurnal
spesies Bambusa, tidak semuanya memiliki Bambu dan Rotan vol 6, no 2, hal, 115 -122
seludang sklerenkim. Seludang sklerenkim Resosoedarmo, S Kartawinata, KA & Sugiarto,
hanya terdapat di bagian internodus pada B. 1989, 'Pengantar Ekologi', Remadja Karya,
Bandung Sari, YS, 2012, Studi Anatomi Batang Lima
maculata, B. uetuldoide, B. glaucophylla dan B. multiplex.
Jenis Bambu dari Dusun Petai Desa Saham
Hasil penelitian pada bagian nodus tidak
Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak,
memiliki seludang sklerenkim pada semua spesies Bambusa.Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Nodus merupakan tempat tumbuh maupun Alam, Skripsi, Universitas Tanjungpura,
daun, sklerenkim yang terdapat di bagian nodus Pontianak Widjaya, EA, 2001, 'Identikit Jenis-
sangat tipis dan akan segera menghilang ke Jenis Bambu di Kepulauan Sunda Kecil',
dalam korteks dekat buku-buku batang Puslitbag Biologi, Bogor Yuyun, 2010,
(Chandurkar, 1971). Inventarisasi Jenis-Jenis Bambu di Hutan Gunung
Semahung Dusun Petai Desa Saham Kecamatan
DAFTAR PUSTAKA Sengah Temila Kabupaten Landak, Skripsi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Chandurkar, PJ, 1971, Plant Anantomy, Four Edition, Pontianak Zamuco, IG, Variabilitas Kaki Serat
Oxford and Publishing Co Fahn, A, 1995, Dalam Hubungannya Dengan Struktur Anatomi
Anatomi Tumbuhan, Edisi Ketiga, Gadjah Mada Bambu, FPRDI Tech.
University Press,
Anatomi
Yogyakarta
Tumbuhan
Bandung
Hidayat,
Berbiji,
Liese,
1995,
W,
1985
ITB, ,
Biologi Bambu, Sifat Silvic, Pemanfaatan.

Catatan, tidak. 115, Perpustakaan FPRDI, perguruan


tinggi, Laguna, Filipina
Gesellschaft fur Technische
Zusammenarbeit Schriftenreihe, Eschborn press
Nuriyatin, N, 2000, Studi Analisa Sifat-Sifat Dasar Bambu
pada Beberapa Tujuan Penggunaan, Tesis,
Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor
Preece, A, 1959, A Manual For Histologic Technicians,
Brown and Company , Boston Razak, W, Janshah,
M, Hashim, WS & Shirley, B, 2007, Karakteristik Morfologi
dan Anatomi Pengelolaan Tegakan Bambu Alami
(Gigantochloa scortechinii), Jurnal Bambu dan
Rotan vol 6, no 2, hal, 115-122 Resosoedarmo, S
Kartawinata, KA & Sugiarto, 1989, 'Pengantar
Ekologi', Remadja Karya, Bandung Sari, YS, 2012, Studi
Anatomi Batang Lima Jenis Bambu dari Dusun
Petai Desa Saham Kecamatan Sengah Temila Kabupaten
Landak, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Skripsi, Universitas Tanjungpura, Pontianak
Widjaya, EA, 2001, 'Identikit Jenis-Jenis Bambu di
Kepulauan Sunda Kecil', Puslitbag Biologi, Bogor.

Yuyun, 2010, Inventarisasi Jenis-Jenis Bambu di Hutan


Gunung Semahung Dusun Petai Desa Saham
Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak,
Skripsi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Pontianak

217

Anda mungkin juga menyukai