Anda di halaman 1dari 16

Vol.2 No.

1 2021

KENEGARAWAN KEPEMIMPINAN PARTAI POLITIK


GUNA MEWUJUDKAN KONSOLIDASI POLITIK
PASCA PEMILU 2019

Ridwan1
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta
ridwan.fisip@upnvj.ac.id

Abstrak
Pemilu serentak 2019 dengan segala dinamikanya berpotensi konflik karena
masyarakat terbelah pada pilihannya masing-masing. KPU menjadi gunjingan di
tengah masyarakat dengan memunculnya pemberitaan adanya dugaan kesalahan
penghitungan hasil pemilihan umum. Hal ini menunjukkan besar dan menyebarnya
potensi konflik dalam pemilu 2019 Permasalahan yang dihadapi pemimpin partai
politik pasca Pemilu dengan persaingan yang sangat ketat berupa krisis kepercayaan,
konflik kepentingan, kurangnya sinergitas antara pemimpin nasional disebabkan ego
sektoral, otonomi daerah, dan multi-etnis, multi-agama, dan multi-kultural, serta
tergerusnya nilai-nilai kearifan lokal. Kesadaran berpolitik masyarakat Indonesia
masih tergolong rendah bahkan masih ada yang buta politik sehingga sangat mudah
terprovokasi sehingga kepemimpinan partai politik dituntut memiliki sifat
negarawan.
Kata kunci: kenegarawanan, kepemimpina, konsolidasi politik

Abstrac
The 2019 simultaneous elections with all their dynamics have the potential for
conflict because the community is divided on their respective choices. The KPU
became gossip in the community with the appearance of news of an alleged
miscalculation of the general election results. This shows the magnitude and spread
of potential conflicts in the 2019 elections. Problems faced by political party leaders
post-election with very tight competition in the form of a crisis of trust, conflicts of
interest, lack of synergy between national leaders due to sectoral ego, regional
autonomy, and multi-ethnic, multi-ethnic religion, and multi-culturalism, as well as
the erosion of local wisdom values. The political awareness of the Indonesian people
is still relatively low and there are even politically illiterate people who are easily
provoked so that the leadership of political parties is required to have a statesman
character.

Key word : statesmanship, leadership, political consolidation

1
Dr. Ridwan, S.Sos, M.Si. Dosen Tetap FISIP, UPN Veteran Jakarta

31
Vol.2 No.1 2021

Latar Belakang.
Masyarakat Indonesia telah menjalankan pemilihan kepemimpinan nasional
pada Pemilu serentak tanggal 17 April 2019 untuk memilih Presiden, Wakil
Presiden, dan Legislatif. Pada pemilu 2019 ini, KPU menyatakan 185.994.249
pemilih yang tersebar di 514 Kabupaten/Kota pada 34 provinsi dengan jumlah TPS
sebanyak 801.291.2 Namun demikian, persiapan pemilu 2019 tidak semulus yang
dibayangkan karena Komisi Pemilihan Umum (KPU) menyatakan 27 partai
mendaftar namun hanya 14 partai dinyatakan lolos, sedangkan sisanya menggugat.3
Kerawanan lain yang muncul bahwa pemilu bukan sekadar "pertarungan" antar caleg
dan capres, namun dalam pemilu kali ini para pemimpin partai politik berusaha keras
dan berjuang mati-matian mengerahkan mesin-mesin politiknya untuk meraih suara
nasional sebesar 4 persen agar lolos ke Senayan. Strategi politik baik secara
individual maupun koalisi partai menggaungkan “perang politik” dengan berbagai
cara seperti politik identitas, isu SARA, hoax, ujaran kebencian, kampanye hitam,
dan kampanye negatif, serta pemanfaatan isu lainnya. Hal ini berpotensi memecah
belah bangsa dan terjadinya konflik sosial sebagai dampak dari prosesi pemenangan
pemilu untuk meraih kekuasaan yang dilakukan oleh parati-partai politik. Maraknya
hoax telah mengancam kerukunan masyarakat pada pemilu 2019 dimana terjadi
“perang” di media sosial. Kekisruhan yang disebabkan oleh karena hoax tidak berdiri
tunggal dan pasti memiliki tujuan tertentu yang berpotensi memecah belah persatuan
dan kesatuan masyarakat, sehingga bila tidak diantisipasi sejak awal maka akan
menjadi salah satu sumber keretakan. PolMark Research Center menyatakan bahwa
4,3 persen responden mengaku hubungan pertemanannya rusak karena Pilpres 2014,
dan sebesar 5,7 persen responden yang mengatakan hubungan sosialnya terdampak
akibat Pilkada Jakarta 2017.4 Hal ini menunjukkan penyalahgunaan internet untuk
menyebarkan hoax menimbulkan keretakan hubungan sosial di tengah masyarakat

2 DPT Pemilu 2019 Sudah Final, Totalnya 185 Juta Pemilih. Sumber:
https://news.detik.com/berita/d-4186665/dpt-pemilu-2019-sudah-final-totalnya-185-juta-
pemilih, diakses tanggal 27 Oktober 2021.
3 Setumpuk Masalah Menjelang Pemilu 2019. Sumber:
https://investigasi.tempo.co/202/setumpuk-masalah-menjelang-pemilu-2019, diakses
tanggal 27 Oktober 2021.
4 Potensi Konflik Akibat Pemilu Terancam Meningkat karena Hoaks. Sumber:
https://nasional.kompas.com/read/2018/08/29/23592811/potensi-konflik-akibat-pemilu-
terancam-meningkat-karena-hoaks, diakses tanggal 27 Oktober 2021
32
Vol.2 No.1 2021

sehingga berpotensi mengganggu keamaan nasional. Sementara itu keamanan


nasional yang tangguh tidak terlepas dari situasi politk yang kondusif sehingga
pembangunan nasional dapat berkelanjutan.
Sejalan dengan globalisasi dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi khususnya teknologi informasi dan komunikasi menyebabkan penggunaan
internet terus mengalami peningkatan. Asosiasi Pengguna Jasa Internet Indonesia
(APJII) menyatakan bahwa tahun 2017 terdapat 143,26 juta jiwa pengguna internet,
lebih dari 83 persen berusia 19 tahun ke atas. Tingginya penggunaan internet ini
berpotensi disalahgunakan khususnya pada Pemilu 2019. Survei Daring Maste tahun
2017 menunjukkan aplikasi komunikasi situs menjadi saluran tertinggi penyebaran
hoax baik berbentuk tulisan, gambar (meme), maupun video. Polri terus berupaya
memerangi hoax dimana sampai dengan Desember 2018 konten hoax yang diselidiki
Polri sebanyak 3.884 kasus, sedangkan akun anonymous lebih banyak lagi.5 Dari
keseluruhan kasus yang ditangani Polri hanya 10 persen yang telah disidik,
selebihnya dalam proses pemblokiran, monitoring, dan pendalaman. Maraknya hoax
telah membentuk polarisasi di tengah masyarakat pada pemilu 2019. Keadaan ini
semakin diperkuat dengan adanya “Post Truth”. Post-Truth semakin populer ketika
Kamus Oxford menjadikannya sebagai “word of the year” tahun 2016.6 Post-Truth
adalah suatu keadaan dimana fakta obyektif kurang berpengaruh dalam membentuk
opini publik dibanding dengan emosi dan keyakinan pribadi. Era Post-Truth
merupakan jaman pergeseran sosial yang melibatkan media arus utama dan para
pembuat opini. Bersaing dengan hoax dan kebohongan untuk dipercaya oleh publik.
Media mainstream yang dulunya sebagai salah satu sumber kebenaran semakin
tergerus karena sulitnya membedakan antara kebenaran dan kebohongan, kejujuran
dan penipuan, fiksi dan non-fiksi. Kasus Saracen merupakan bukti bahwa fenomena
Post-Truth juga terjadi di Indonesia. Hal ini menunjukkan penyalahgunaan internet
untuk menyebarkan hoax, hate speech, provokasi, black campaign, dan sebagainya
telah menimbulkan disharmoni sosial masyarakat yang dikenal dengan “Era Post
Truth.” Pos Truth berkaitan erat dengan populisme yang menjadi suatu strategi

5 Kasatgas Nusantara: Potensi Konflik Pemilu 2019 Harus Diwaspadai Bersama! Sumber:
https://news.okezone.com/read/2019/01/17/605/2005908/kasatgas-nusantara-potensi-
konflik-pemilu-2019-harus-diwaspadai-bersama, diakses tanggal 27 Oktober 2021.
6 Media Sosial, Post Truth, dan Literasi Digital. Sumber: https://setkab.go.id/media-sosial-

post-truth-dan-literasi-digital/, diakses tanggal 27 Oktober 2021.


33
Vol.2 No.1 2021

politis “berpihak pada rakyat". Populisme terkait dengan berkomunikasi


menggunakan kata-kata yang indah, sederhana, dan membuai. Strategi dengan
menggunakan Post Truth terjadi di Ukraina, Mesir, Jerman, Filipina, dan Rusia.7
Akibat fenomena ini, Senat Amerika pernah memanggil perwakilan google,
facebook, dan twitter dalam kasus mengarahkan suara pemilih dan memecah belah
masyarakat yang diduga melibatkan Rusia. Referendum Brexit di Inggris secara
efektif menggunakan media sosial. Donald Trump menggunakan media sosial untuk
kampanye mempengaruhi pemilih dengan membuat 50-60 ribu iklan yang berbeda
di media sosial.
Pemilu serentak 2019 dengan segala dinamikanya berpotensi konflik karena
masyarakat terbelah pada pilihannya masing-masing. KPU menetapkan 7.968 calon
legislatif (4.774 caleg laki-laki dan 3.194 caleg perempuan) yang berasal dari 20
partai politik dalam Pemilu 2019.8 Selain itu, KPU juga menjadi gunjingan di tengah
masyarakat dengan menuculnya pemberitaan adanya dugaan kesalahan
penghitungan hasil pemilihan umum. Hal ini menunjukkan besar dan menyebarnya
potensi konflik dalam pemilu 2019 sehingga kepemimpinan partai politik dituntut
memiliki sifat negarawan. Kondisi sosial kemasyarakatan pasca Pemilu dengan
kompleksitas dan pluralitas masyarakat maka kepemimpinan partai politik dituntut
memiliki kenegarawanan dalam menjalankan mesin politik serta kehidupan
berbangsa dan bernegara. Pemilihan umum sebagai wadah yang digunakan partai
politik pada hakekatnya memiliki tiga tujuan yakni: Sebagai mekanisme untuk
menyeleksi para pemimpin pemerintahan dan alternatif kebijakan umum (public
policy); Sebagai pemindahan konflik kepentingan dari masyarakat kepada badan-
badan perwakilan rakyat melalui wakil-wakil yang terpilih atau partai yang
memenangkan kursi sehingga integrasi masyarakat tetap terjamin; Sebagai sarana
memobilisasi, menggerakan, atau menggalang dukungan rakyat terhadap negara
dan pemerintahan dengan jalan ikut serta dalam proses politik.9 Kepemimpinan
partai politik pasca pemilu 2019 dituntut memiliki kemampuan dan kewenangan

7 Media Sosial dan Fenomena “Post-Truth”. Sumber: http://ksp.go.id/media-sosial-dan-


fenomena-post-truth/, diakses tanggal 27 Oktober 2021.
8 INFOGRAFIK: Serba-serbi Caleg DPR RI Peserta Pileg 2019 dalam Angka. Sumber:

https://nasional.kompas.com/read/2018/09/21/09113201/infografik-serba-serbi-caleg-dpr-
ri-peserta-pileg-2019-dalam-angka, diakses tanggal 27 Oktober 2021
9 Prihatmoko, Pemilihan Kepala daerah Langsung, (Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar,

2003)
34
Vol.2 No.1 2021

untuk mengarahkan atau mengerahkan segenap potensi yang dimiliki oleh partai
politik dalam mendukung program yang dilaksanakan oleh pemerintahan yang
terpilih. Permasalahan yang dihadapi pemimpin partai politik pasca Pemilu dengan
persaingan yang sangat ketat berupa krisis kepercayaan, konflik kepentingan,
kurangnya sinergitas antara pemimpin nasional disebabkan ego sektoral, otonomi
daerah, dan multi-etnis, multi-agama, dan multi-kultural, serta tergerusnya nilai-nilai
kearifan lokal. Hal ini membutuhkan tipikal kepemimpinan partai politik negarawan
pasca Pemilu 2019 demi keberlangsungan pembangunan nasional. Kualitas
kepemimpinan (leadership) dan kenegarawan (statesmanship) sangat dibutuhkan.
Ada dua hal yang dibutuhkan dari kepemimpinan partai politik negarawan yaitu visi
dan simpati. Orang yang memiliki karakter kenegarawan merupakan a great man,
seorang yang memiliki karakter khusus dan lebih dari sekadar pemimpin (leader).
Pada kenyataannya pimpinan partai politik saling bersitegang antara satu dengan
lainnya sehingga menimbulkan kerawanan terjadi konflik antar massa partai.
Demikian juga pemerintahan yang terpilih sangat rentan ditolak oleh pihak yang
kalah dalam pemilu, dan bahkan kecurangan secara masif terjadi yang dimotori dan
disadari oleh pimpinan partai politik.
Kepemimpinan (leadership) merupakan kemampuan yang ada dari
seseorang untuk mempengaruhi, menggerakkan, dan mengarahkan orang lain untuk
mencapai suatu tujuan. Pasca Pemilu 2019 dengan segala kompleksitasnya menuntut
adanya kepemimpinan partai politik negarawan. Pada kenyataannya muncul sikap
primordialisme, komunalisme, dan provokasi selama prosesi pemilu 2019 yang
dapat mengganggu keberlangsungan pembangunan nasional. Dengan demikian
dapat dirumuskan bahwa, kenegarawan kepemimpinan partai politik guna
mewujudkan konsolidasi politik pasca Pemilu 2019 belum terwujud. Lantas
bagaimana mewujudkan kehidupan Politik yang bermartabat dan terhormat pasca
pemilu 2019?

Metode Penelitian
Penulisan ini menggunakan metode analisis kualitatif/deskriptif. Dalam
metode analisis kualitatif/deskriptif maka pengumpulan dan analisis dilakukan
melalui studi kepustakaan dan mengumpulkan data sekunder melalui referensi yang

35
Vol.2 No.1 2021

ada. Untuk mendapatkan data dan informasi dilakukan melalui studi literatur dan
dokumen sebagai sumber data penelitian. Pengujian keabsahan dan keterandalan
data dilakukan dengan teknik trianggulasi.

Tinjauan Pustaka
Partisipasi, kolaborasi antar aktor, dan keterlibatan para kader dalam
pengambilan setiap kebijakan menjadi tantangan bagi setiap parpol untuk
beradaptasi dengan proses keterbukaan yang semakin meluas dalam proses
demokrasi di Indonesia.10 Sebaliknya, elitisme partai, hierarki kepemimpinan, dan
penempatan kader hanya sebagai instrumen politik elite menjadi tanda bagi redupnya
riwayat partai dan kepemimpinan politiknya. Pandangan kita terhadap dinamika
politik masih tertumpu pada ketegangan antara kekuatan pemerintah dan oposisi.
Multi partai ditambah dengan persoalan yang muncul pasca Pemilu, atau antar
kelompok masyarakat dapat dieliminir dengan kehidupan politik yang bermartabat
dan terhormat. Perbedaan yang melebar ketika prosesi Pemilu berlangsung harus
digeser dan dipersempit jurang pemisahnya. Prosesi mempersempit jurang pemisah
ini harus dilakukan oleh pemimpin partai politik dengan sifat-sifat negarawan
sehingga persatuan dan kesatuan seluruh warga negara sebagai aset utama
keberlangsungan pembangunan nasional tetap terpelihara. dinamika politik yang
sehat dalam proses demokrasi di Indonesia tak terlepas dari performa partai politik
sebagai tulang punggung demokrasi di Indonesia. Apabila kita tarik akar
persoalannya, untuk menuju perubahan politik yang lebih baik, demokratisasi partai
adalah sebuah kebutuhan sejarah. Kerja keras dengan sikap negarawan yang
dilakukan pemimpin partai politik agar dapat menghubungkan perbedaan merupakan
wujud dari sikap kepemimpinan negarawan yang sangat dibutuhkan pasca Pemilu
2019. Pada bab ini akan dideskripsikan mengenai peraturan dan perundang-
undangan, kerangka teoretis, dan perkembangan lingkungan strategis yang
memengaruhi kepemimpinan partai politik negarawan dan hasil analisisnya guna
mewujudkan konsolidasi politik pasca Pemilu 2019.

10 Kepemimpinan Parpol. Sumber: https://www.republika.co.id/berita/koran/opini-


koran/15/03/03/nkmiif-kepemimpinan-parpol, diakses tanggal 29 Oktober 2021
36
Vol.2 No.1 2021

Hak politik warga negara mencakup hak untuk memilih dan dipilih,
penjaminan hak dipilih secara tersurat dalam UUD 1945 mulai Pasal 27 Ayat (1) dan
(2); Pasal 28, Pasal 28D Ayat (3); Pasal 28E Ayat (3). Sementara hak memilih juga
diatur dalam Pasal 1 Ayat (2); Pasal 2 Ayat (1); Pasal 6A Ayat (1); Pasal 19 Ayat (1)
dan Pasal 22C Ayat (1) UUD 1945. Perumusan pada pasal-pasal tersebut sangat jelas
bahwa tidak dibenarkan adanya diskriminasi mengenai ras, kekayaan, agama dan
keturunan. Setiap warga negara mempunyai hak-hak yang sama dan
implementasinya hak dan kewajiban pun harus bersama-sama.11
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik. Pada
Pasal 1 Ayat (y) menyatakan bahwa pendidikan politik adalah proses pembelajaran
dan pemahaman tentang hak, kewajiban, dan tanggung jawab setiap warga negara
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pasal 19 menyatakan bahwa
kepengurusan partai politik tingkat pusat berkedudukan di ibu kota negara; tingkat
provinsi berkedudukan di ibu kota provinsi; tingkat kabupaten/kota berkedudukan di
ibu kota kabupaten/kota; tingkat kecamatan berkedudukan di ibu kota kecamatan.
Dalam hal kepengurusan partai politik dibentuk sampai tingkat kelurahan/desa atau
sebutan lain, kedudukan kepengurusannya. Hal ini menunjukkan kepemimpinan
partai politik terdapat dari level terendah yang berada di daerah sampai dengan level
nasional yang berada di ibukota negara.
Pasal 29 Ayat (1) partai politik melakukan rekrutmen terhadap warga
negara Indonesia untuk menjadi: anggota partai politik; bakal calon anggota Dewan
Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah; bakal calon kepala
daerah dan wakil kepala daerah; dan bakal calon Presiden dan Wakil Presiden. Pada
Ayat (1) (a) rekrutmen dilaksanakan melalui seleksi kaderisasi secara demokratis
sesuai dengan AD dan ART dengan mempertimbangkan keterwakilan perempuan
paling sedikit 30% (tiga puluh perseratus). Rekrutmen dilakukan secara demokratis
dan terbuka sesuai dengan AD dan ART serta peraturan perundang-undangan.
Penetapan atas rekrutmen dilakukan dengan keputusan pengurus partai politik sesuai
dengan AD dan ART.

11 A.Gunawan Setiardja, Hak-Hak Asasi Manusia Berdasarkan Ideologi Pancasila,


(Yogyakarta: Kanisius, 1993). Hlm. 117.
37
Vol.2 No.1 2021

Kepemimpinan nasional memerlukan integritas, karakter bangsa,


komitmen, dan kompetensi. Integritas adalah mutu, sifat, atau keadaan yang
menunjukkan kesatuan yang utuh yang memancarkan kewibawaan dan kejujuran.
Integritas juga merupakan kesetiaan kepada yang benar. Karakter bangsa dibentuk
oleh berbagai campuran dari sifat-sifat yang ada seperti: ketakwaan, ketulusan,
kejujuran, kebanggaan, keterbukaan, kerja keras, dan tanggung jawab serta semangat
untuk berprestasi. Komitmen adalah kemampuan dan kemauan untuk menyelaraskan
perilaku pribadi dengan kebutuhan, prioritas dan tujuan organisasi. Menurut Quest
indikator-indikator perilaku komitmen adalah melakukan upaya penyesuaian,
meneladani kesetiaan, mendukung secara aktif, dan melakukan pengorbanan
pribadi.12
Kompetensi mengandung pengertian pemilikan pengetahuan, keterampilan,
dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan tertentu.13 Kompetensi merupakan
pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan
berpikir dan bertindak. Lima dimensi kompetensi yaitu: Task skills, mampu
melakukan tugas per tugas; Task management skills, mampu mengelola beberapa
tugas yang berbeda dalam pekerjaan; Contingency management skills, tanggap
terhadap adanya kelainan dan kerusakan pada rutinitas kerja; Environment skills/job
role, mampu menghadapi tanggung jawab dan harapan dari lingkungan
kerja/beradaptasi dengan lingkungan; dan Transfer skills, Mampu mentransfer
kompetensi yang dimiliki dalam setiap situasi yang berbeda (situasi yang
baru/tempat).
kepemimpinan adalah kemampuan memengaruhi suatu kelompok ke arah
pencapaian tujuan. Kaderisasi berasal dari kata kader14. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia kader memiliki pengertian orang yang diharapkan akan memegang peran
yang penting dalam pemerintahan, partai dan sebagainya.15 Kaderisasi atau
pengaderan berarti proses, cara, perbuatan mendidik, atau membentuk seseorang
menjadi kader. Kader merupakan sumber daya manusia sebagai calon anggota dalam

12 Soekidjan, Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.Wibowo,


Manajemen Kinerja, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009).
13 Wibowo, Manajemen Kinerja, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012).
14
Robbins, Stephen P. Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi Edisi ke 5. Jakarta : Erlangga. 1999
15 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Keempat,

(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), Hal. 440


38
Vol.2 No.1 2021

organisasi yang melakukan proses seleksi yang dilatih dan dipersiapkan untuk
memiliki keterampilan dan disiplin ilmu, sehingga proses seleksi dapat disebut juga
kaderisasi. Fungsi dari kaderisasi dilakukan dengan mempersiapkan calon-calon
(embrio) yang siap melanjutkan tongkat estafet perjuangan sebuah organisasi. Proses
kaderisasi, partai politik memiliki cara sendiri untuk menumbuhkan militansi, salah
satu caranya yaitu dengan penanaman ideologi atau yang biasa disebut visioning.
Penanaman ideologi adalah faktor kunci pengaderan. Pengertian kaderisasi
pemimpinan nasional adalah suatu proses mempersiapkan sumber daya manusia
Indonesia baik di pusat maupun daerah untuk menjadi pemimpin pada masanya yang
akan memikul tanggung jawab dalam kehidupan berbangsa, bermasyarakat dan
bernegara dalam upaya mewujudkan tujuan nasional berdasarkan Pancasila dan
UUD NRI 1945.
Partai dibentuk memang dimaksudkan untuk menjadi kendaraan yang sah
untuk menyeleksi kader-kader pemimpin negara. Kader-kader itu ada yang dipilih
secara langsung oleh rakyat, ada pula yang dipilih melalui cara yang tidak langsung,
seperti oleh Dewan Perwakilan Rakyat, ataupun melalui cara-cara lainnya.16 Sumber
daya manusia sebagai calon anggota atau calon kader dalam partai politik akan
menjalani proses seleksi yang disebut kaderisasi melalui pendidikan berjenjang dan
berkesinambungan agar memahami platform partai, sejarah perjuangan partai, arah
perjuangan partai, strategi perjuangan politik partai, dan memiliki militansi yang
tinggi pada partai politik.
Kualitas kepemimpinan kenegarawanan (statesmanship) juga sangat
dibutuhkan pasca Pemilu 2019. Para pemimpin harus belajar untuk memadukan
interdependence (keadaan saling bergantung) dan diversity (keragaman). Ada dua
hal yang dibutuhkan dari kepemimpinan negarawan yaitu visi dan simpati. Orang
yang memiliki karakter kenegarawanan merupakan a great man yang lebih dari
sekadar seorang pemimpin (leader). Postur negarawan meliputi: Memiliki karakter
bangsanya; Menghayati indeks kepemimpinan dan kenegarawanan yang unggul;
Sadar dan waspada terhadap bahaya keamanan yang bersifat komprehensif; Selalu
peka terhadap dinamika lingkungan strategis (nasional, regional, dan global);

16
Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, (Jakarta: Sekretariat Jenderal dan
Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, 2006), Hal. 160
39
Vol.2 No.1 2021

Mampu berpikir objektif, kritis, profesional, komprehensif, integral, dan sistemis;


Mampu bekerja sama dan berpikir serta bertindak lintas disiplin dan lintas sektoral
dalam pengambilan keputusan; Selalu menjadi penggerak proses demokrasi sebagai
karakter pemerintahan; Melihat tujuan nasional dan kepentingan negara di atas
kepentingan pribadi atau golongan; Selalu menjunjung tinggi integritas dan
kejujuran intelektual; dan Selalu beranggapan bahwa kemajuan sains dan teknologi
yang sesuai dengan nilai agama merupakan kunci peradaban bangsa. Dengan
demikian sifat negarawan sangat diperlukan dalam situasi sosial masyarakat yang
dinamis dan persaingan selama prosesi Pemilu 2019. Pasca Pemilu 2019, sifat
negarawan diperlukan pada diri individu pemimpin partai politik untuk menyatukan
persepsi dan sikap perilaku yang selama ini tersegmentasi menjadi lebih
mengutamakan kepentingan nasional.
Politik bukan hanya berkaitan dengan “decision making” (pengambilan
keputusan) dan kebijakan umum (public policy) akan tetapi mencakup tentang
kegiatan-kegiatan yang bertujuan adanya perubahan-perubahan struktur
masyarakat.17 Kartini Kartono menyatakan politik terdiri dari dua aspek yaitu: dari
struktur dan kelembagaan. Politik sebagai struktur dapat diartikan segala sesuatu
yang ada relasinya dengan pemerintahan (peraturan, tindakan pemerintah, undang-
undang, hukum, kebijakan, beleid, dan lain-lain. Kelembagaan berarti pengaturan
dan penguasaan oleh negara; cara memerintah suatu teritorium tertentu; organisasi,
pengaturan, dan tindakan negara atau pemerintah untuk mengendalikan negara
secara konstitusional dan yuridis formal.18 Berdasarkan uraian di atas maka politik
berkaitan dengan struktur dan kelembagaan yang digunakan untuk memilih
penguasa sehingga dapat menentukan kebijakan publik secara konstitusional dan
yuridis formal.
Partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk
ikut secara aktif dalam kehidupan politik. Partisipasi politik diwujudkan dengan
jalan memilih pimpinan negara dan secara langsung atau tidak langsung yang
memengaruhi kebijakan publik (public policy). Partisipasi politik dilakukan dengan
memberikan suara dalam Pemilihan Umum, menghadiri rapat umum, mengadakan

17Deliar Noer, Pengantar ke Pemikiran Politik, (Jakarta: Rajawali, 1983).


18Kartini Kartono, Pendidikan Politik Sebagai Bagian dari Pendidikan Orang Dewasa,
(Bandung: Penerbit Mandar Maju, 1989).
40
Vol.2 No.1 2021

hubungan (contacting), atau lobbying dengan pejabat pemerintah atau anggota


parlemen, menjadi anggota partai atau salah satu gerakan sosial dengan direct action-
nya, dan sebagainya.19 Partisipasi politik adalah wujud dari penyaluran aspirasi
masyarakat melalui Pemilihan Umum dan pemilihan pejabat publik. Partisipasi ini
merupakan wujud dari keinginan rakyat yang disalurkan kepada pemimpin, kader,
dan kontestan partai politik dalam Pemilihan Umum.
Demokrasi merupakan partisipasi seluruh rakyat dalam mengambil
keputusan-keputusan politik dan menjalankan pemerintahan. Keputusan politik
adalah kesepakatan yang ditetapkan menjadi sebuah aturan bagi kehidupan seluruh
rakyat itu sendiri. Demokrasi memberikan peluang yang luas kepada rakyat untuk
berpartisipasi secara efektif dalam proses pengambilan keputusan tentang kebijakan
publik. Seluruh warga negara ikut menentukan agenda dan melakukan kontrol
terhadap pelaksanaan kebijakan yang telah diputuskan bersama. Dengan demikian
partisipasi politik merupakan wujud dari aspirasi dalam berpolitik yang disalurkan
melalui partai politik yang bertarung dalam suatu Pemilihan Umum.

Pembahasan
Indonesia telah berhasil melaksanakan Pemilu Pilpres dan Pileg secara
serentak. Proses pembangunan nasional akan terus berlanjut dengan kepemimpinan
nasional yang terpilih. Tantangan kepemimpinan nasional adalah melanjutkan
rencana strategis keempat (2020-2024) yang sudah di depan mata. Di bidang politik
beberapa capaian selama dua tahun terakhir ini pada konsolidasi politik
menghasilkan perimbangan kekuatan politik di parlemen, sehingga program-
program pemerintah dapat berjalan dengan efektif karena didukung oleh DPR.
Globalisasi dan digitalisasi di era modern menyebabkan peran media sosial
semakin menguat dalam menjalin komunikasi antar individu.20 Teknologi informasi
dan komunikasi dengan menggunakan media sosial facebook, twitter, instagram,
whatsapp, telegram, dan sebagainya dimanfaatkan dengan maksimal dalam
mensosialisasikan visi, misi, dan agenda politik oleh kontestan maupun simpatisan.

19 Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008).
20 Media Baru dalam Komunikasi Politik (Komunikasi Politik di Dunia Virtual). Sumber:
https://issuu.com/yusrintosepugo/docs/media_sosial_dalam_komunikasi_polit, diakses
tanggal 1 November 2021
41
Vol.2 No.1 2021

Keberadaan media sosial ini disatu sisi sangat membantu pemerintah untuk
menyampaikan informasi-informasi yang berkaitan dengan penyelenggaraan
Pemilihan Umum kepada masyarakat dengan cepat. Namun disisi lain, media sosial
dimanfaatkan untuk membuat dan menyebarkan black campaign, provokasi, hoax,
dan hate speech. Iktikad baik pemerintah untuk memberikan edukasi kepada
masyarakat menjadi tidak maksimal dengan munculnya black campaign, provokasi,
hoax, dan hate speech. Rentang fisik batas negara yang di beberapa wilayah belum
selesai atau masih ada ketidaksepakatan dengan negara tetangga yang tentunya
berpotensi mengganggu proses pembangunan nasional. Bahkan isu perbatasan, kerap
digunakan pada masa kampanye guna menimbulkan soliditas anggota, kader, dan
simpatisan partai politik.
Kesadaran berpolitik masyarakat Indonesia masih tergolong rendah bahkan
masih ada yang buta politik sehingga sangat mudah terprovokasi. Hal ini berpotensi
menimbulkan permasalahan yang memungkinkan dapat merusak persatuan dan
kesatuan di tingkat daerah maupun nasional. Media sosial seharusnya dapat menjadi
mitra yang bisa mengedukasi masyarakat dalam berbagai bidang termasuk politik.
Informasi yang dibagikan oleh media cetak dan online berpotensi meningkatkan
kesadaran sosial masyarakat karena mereka mulai bereaksi terhadap isu-isu.21 Media
dapat memberikan edukasi kepada seluruh masyarakat di penjuru tanah air sehingga
memiliki preferensi politik yang seimbang untuk dapat secara rasional menyalurkan
aspirasi politiknya. Upaya memenangkan kompetisi di panggung politik dicapai
dengan cara-cara yang sulit diterima akal sehat.
Seharusnya kemenangan dalam Pemilu diraih karena memang dilakukan
dengan fairness (obyektif). Selain itu, kontestan memenuhi persyaratan-persyaratan
yang sesuai dengan apa yang harus dilalui dalam berpolitik dan bukan dengan black
campaign, provokasi, hoax, dan hate speech. Pemimpin nasional termasuk
kepemimpinan parpol harus dapat mengedepankan kapabilitasnya dalam
memanfaatkan media sosial untuk kembali merajut dan menghubungkan
(konektivitas) antar perbedaan yang ada di tengah simpatisan dengan terus menerus
menghimbau untuk mengurangi black campaign, provokasi, hoax, dan hate speech..

21 M. McLuhan, Understanding Media: The Extensive of Man (New York: McGraw-Hill


International Journal, 1964)
42
Vol.2 No.1 2021

Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa Indonesia dan seloka "Bhinneka


Tunggal Ika" merupakan nilai-nilai utama yang harus dipegang teguh oleh kontestan
dan simpatisan pasca Pemilu. Kebhinnekaan adalah tonggak pemersatu bangsa yang
harus dipandang dengan kebanggaan. Kontestan dan simpatisan dapat terlepas dari
paham primordialisme sempit yang menganggap ras, adat, agama lain lebih
rendah/buruk dibanding milik diri pribadi yang mengemuka antara kontestan dan
simpatisan dengan menyadari kembali nilai-nilai luhur Pancasila dan Bhinneka
Tunggal Ika. Keanekaragaman adalah sifat esensial bangsa Indonesia dengan
berbagai suku bangsa dengan budayanya masing-masing tersebar di seluruh
nusantara yang pada dasarnya merupakan kekayaan yang menjadi potensi bangsa.22
Namun di sisi lain, keanekaragaman berkombinasi dengan persoalan yang muncul
pasca Pemilu di daerah berpotensi menjadi permasalahan nasional. Perbedaan yang
melebar ketika prosesi Pemilu berlangsung harus digeser dan dipersempit jurang
pemisahnya. Prosesi mempersempit jurang pemisah ini harus dilakukan oleh
pemimpin nasional baik yang berada di pemerintahan maupun di luar pemerintahan.
Kerja keras dengan sikap yang dapat menghubungkan perbedaan dan menerima
dengan lapang dada merupakan wujud dari sikap negarawan yang sangat dibutuhkan
pasca Pemilu 2019.
Peran partai politik memberikan kontribusi yang signifikan bagi sistem
perpolitikan demokratis di tengah kehidupan masyarakat Indonesia yang dinamis
dan majemuk. Kapasitas dan kinerja partai politik berkontribusi terhadap
peningkatan kualitas demokrasi dan kinerja sistem politik. Peran partai politik perlu
ditingkatkan kapasitas, kualitas, dan kinerjanya sehingga aspirasi masyarakat
tersalurkan dan kualitas demokrasi semakin tinggi. Demokrasi yang berkualitas
tergambar dalam pelaksanaan pemilu yang jujur dan adil dalam pemilihan umu yang
diwarnai dengan peran partai politik. Setiap perhelatan demokrasi seperti pemilu
maka peran kepemimpinan partai politik menjadi dominan di tengah perebutan
konstituen untuk menjadi pemilih di dalam pemilu. Demikian juga dengan daerah
pemilihan akan sangat dipengaruhi oleh kepemimpinan partai politik dengan calon-
calon yang diusung untuk menjadi pemimpin di tingkat pusat maupun daerah.

22Menjaga Persatuan dalam Keberagaman. Sumber: http://lipi.go.id/siaranpress/menjaga-


persatuan-dalam-keberagaman/19421, diakses tanggal 1 November 2021.
43
Vol.2 No.1 2021

Kepemimpinan partai politik yang berkualitas akan mampu membawa dan


merangkul berbagai pihak untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa dalam
mencapai pembangunan nasional. Kenegarawan Kepemimpinan Partai Politik
diharapkan mampu menjadi perekat terbelahnya pesatuan anak bangsa pasca pemilu
2019. Sehingga untuk masa mendatang Pemerintah dan elit partai poltik secara
bersama-sama merumuskan peran penyelenggara pemilu dan partai politik untuk
menyusun konsep pemilu demokratis pada tahun 2024.

Simpulan
Kepemimpinan merupakan kemampuan yang ada dari seseorang untuk
mempengaruhi, menggerakkan, dan mengarahkan orang lain untuk mencapai suatu
tujuan. Pemilu 2019 telah selesai dengan segala kompleksitasnya sehingga kini elit
parpol harus lebih berperan merangkul lawan-lawan politiknya. Sikap
primordialisme, komunalisme, dan provokasi selama prosesi pemilu 2019 sudah
seharusnya dapat dieliminir untuk keberlangsungan pembangunan nasional.
Kemenangan dalam Pemilu telah diraih namun disi lain, politik masih diwarnai
dengan provokasi, hoax, dan hate speech. Pemimpin parpol harus dapat
mengedepankan kapabilitasnya dalam memanfaatkan media sosial untuk kembali
merajut dan menghubungkan (konektivitas) antar perbedaan yang ada di tengah
simpatisannya. Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa Indonesia dan seloka
"Bhinneka Tunggal Ika" merupakan nilai-nilai utama yang harus dipegang teguh
oleh kontestan dan simpatisan pasca Pemilu. Namun keanekaragaman berkombinasi
dengan konflik berpotensi menjadi permasalahan nasional. Kerja keras dengan sikap
yang dapat menghubungkan perbedaan dan menerima dengan lapang dada
merupakan wujud dari sikap negarawan yang sangat dibutuhkan pasca Pemilu 2019,
namun belum sepenuhnya terwujud. Berdasarkan uraian di atas maka simpulan
sebagai berikut:
a. Kehidupan politik yang bermartabat dan terhormat pasca pemilu 2019
belum terwujud. Pelaksanaan Pemilihan Umum sebagai perwujudan
demokrasi Pancasila merupakan wahana pemanfaatan hak politik warga
masyarakat namun masing-masing parpol masih terbawa “hawa panas” yang
telah terjadi sejak masa pemilu.

44
Vol.2 No.1 2021

b. Partisipasi dan kepercayaan masyarakat kepada partai politik pasca


pemilu 2019 belum meningkat. Pemilihan Umum merupakan sarana
demokrasi yang digunakan berbagai negara di dunia termasuk Indonesia
belum sepenuhnya mewakili aspirasi rakyat. Rendahnya partisipasi dan
kepercayaan masyarakat ditunjukkan dengan sikap apatisme terhadap elit
partai dan rencana kerja partai dalam mendukung pemerintahan terpilih.
c. Etnonasionalisme dan Komunalisme Partai Politik Pasca Pemilu
2019 terus meningkat. Pemilu menjadi salah satu indikator dalam
mewujudkan keberlangsungan kepemimpinan nasional dalam kerangka
NKRi justru menimbulkan penentangan dan bibit-bibit perpecahan.
Nasionalisme Indonesia merupakan wujud tali persatuan Indonesia seolah
tercerabut dari akarnya.
d. Konflik politik antar partai semakin meningkatnya. Masyarakat
Indonesia yang merupakan kader, simpatisan, dan anggota partai politik di
tingkat pusat maupun daerah yang mayoritas adalah pengikut tanpa
pengetahun yang mumpuni semakin memperkeruh situasi pasca Pemilu
2019. Masing-masing partai berjalan sesuai dengan kepentingan partainya
tanpa memperdulikan persatuan dan kesatuan bangsa.

Daftar Pustaka
A. Buku.
A.Gunawan Setiardja. 1993. Hak-Hak Asasi Manusia Berdasarkan Ideologi
Pancasila. Yogyakarta: Kanisius. Hlm. 117.
Deliar Noer.1983. Pengantar ke Pemikiran Politik. Jakarta : Rajawali.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. . Edisi


Keempat, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal. 440
Jimly Asshiddiqie. 2006. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Jakarta: Sekretariat
Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi. Hal. 160
Kartini Kartono. 1989. Pendidikan Politik Sebagai Bagian dari Pendidikan Orang
Dewasa. Bandung: Penerbit Mandar Maju.
M. McLuhan. 1964. Understanding Media: The Extensive of Man. New York:
McGraw-Hill International Journal.
Miriam Budiardjo. 2008. Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.

45
Vol.2 No.1 2021

Prihatmoko. 2003. Pemilihan Kepala daerah Langsung. Yogyakarta: Penerbit


Pustaka Pelajar
Robbins, S.P. 1999. Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi Edisi ke 5. Jakarta :
Erlangga.
Soekidjan. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi
Aksara.Wibowo, Manajemen Kinerja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Wibowo. 2012 Manajemen Kinerja, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

B. Peraturan Perundang-undangan
Undang-undang Dasar 1945
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik

C. Artikel, Tesis/Disertasi, dan Jurnal.


DPT Pemilu 2019 Sudah Final, Totalnya 185 Juta Pemilih. Sumber:
https://news.detik.com/berita/d-4186665/dpt-pemilu-2019-sudah-final-
totalnya-185-juta-pemilih, diakses tanggal 27 Oktober 2021.
Setumpuk Masalah Menjelang Pemilu 2019. Sumber:
https://investigasi.tempo.co/202/setumpuk-masalah-menjelang-pemilu-
2019, diakses tanggal 27 Oktober 2021.
Potensi Konflik Akibat Pemilu Terancam Meningkat karena Hoaks. Sumber:
https://nasional.kompas.com/read/2018/08/29/23592811/potensi-konflik-
akibat-pemilu-terancam-meningkat-karena-hoaks, diakses tanggal 27
Oktober 2021
Kasatgas Nusantara: Potensi Konflik Pemilu 2019 Harus Diwaspadai Bersama!
Sumber:
https://news.okezone.com/read/2019/01/17/605/2005908/kasatgas-
nusantara-potensi-konflik-pemilu-2019-harus-diwaspadai-bersama,
diakses tanggal 27 Oktober 2021.
Media Sosial, Post Truth, dan Literasi Digital. Sumber: https://setkab.go.id/media-
sosial-post-truth-dan-literasi-digital/, diakses tanggal 27 Oktober 2021.
Kepemimpinan Parpol. Sumber: https://www.republika.co.id/berita/koran/opini-
koran/15/03/03/nkmiif-kepemimpinan-parpol, diakses tanggal 29 Oktober
2021
Media Baru dalam Komunikasi Politik (Komunikasi Politik di Dunia Virtual).
Sumber:
https://issuu.com/yusrintosepugo/docs/media_sosial_dalam_komunikasi_p
olit, diakses tanggal 1 November 2021
Menjaga Persatuan dalam Keberagaman. Sumber:
http://lipi.go.id/siaranpress/menjaga-persatuan-dalam-
keberagaman/19421, diakses tanggal 1 November 2021.

46

Anda mungkin juga menyukai