Ronggeng Dukuh Paruk Kel 1
Ronggeng Dukuh Paruk Kel 1
Nama Anggota :
Andreas Windar / 01
Christian Effendi / 06
Hendrykus Alois / 14
Leoni Iskandar / 19
Nadhif Aryadhito / 24
Patricia Aurelia / 26
Vincentius Viorent / 30
1. Rasus
2. Srintil
4. Istri Santayib
- Keibuan => “Srintil bayi yang tahu diri. Rupanya dia tahu aku harus
melayani sampean setiap pagi.” (Tohari,Ahmad:18).
- Prihatin => “Srintil, Kang. Bersama siapakah nanti anak kita,
Kang?” (Tohari,Ahmad:25).
6. Nyai Sakarya
- Penyayang
- Penyabar
- Peduli
- Menerima nasibnya sebagai rakyat kecil
7. Nenek rasus
- Linglung => “Ah, semakin tua nenekku. Kurus dan makin bungkuk.
Kasian, Nenek tidak bisa banyak bertanya kepadaku. Linglung dia.”
(Tohari,Ahmad:104).
8. Ki Kartareja dan Nyai Kartareja
9. Sakum
12. Dower
13. Sulam
14. Siti
15. Darsun
- Bersahabat => “Di tepi kampung, tiga orang anak laki-laki sedang
bersusah payah mencabut sebatang singkong.” (Tohari,Ahmad:5).
16. Warta
Latar
1. Waktu
- 1960 => Tahun 1960 wilayah kecamatan Dawuan tidak aman.
(Tohari,Ahmad:90) Dimana di tahun ini diceritakan terjadinya
fenomena berupa kematian akibat tempe bongkrek dan juga
perampokan di Dawuan.
- Sore hari => Ketiganya patuh. Ceria di bawah pohon nangka itu
berlanjut sampai matahari menyentuh garis cakrawala.
(Tohari,Ahmad:9)
- Tengah malam => Seandainya ada seorang di Dukuh Paruk yang
pernah bersekolah, dia dapat mengira-ngira saat itu hampir pukul
dua belas tengah malam, tahun 1946. (Tohari,Ahmad:16)
- Siang hari => Namun semuanya berubah menjelang tengah hari.
(Tohari,Ahmad:20)
- Pagi hari => Matahari mulai kembali pada lintasannya di garis
khatulistiwa. (Tohari,Ahmad:39)
2. Tempat
- Desa kecil Dukuh Paruh => Dua puluh tiga rumah berada di
pendukuhan itu, di huni oleh orang-orang seketurunan. Di Dukuh
Paruk inilah akhirnya Ki Secamenggala menitipkan darah dagingnya
(Tohari,Ahmad:4). Disebutkannya 23 rumah menandakan bahwa
Dukuh Paruh merupakan pemukiman kecil yang terpencil.
- Tepi kampung => “Di tepi kampung, tiga orang anak laki-laki
sedang bersusah payah mencabut sebatang singkong.”
(Tohari,Ahmad:5).
- Pelantaran yang membatu di bawah pohon nangka => tempat
Srintil bermain dengan mendedangkan / menyanyikan lagu
kebanggaan para ronggeng serta menari. (Tohari,Ahmad,2008:6)
- Halaman rumah Kartareja => tempat berkumpulnya warga
sebelum dilakukannya upacara pemandian seorang ronggeng
(Tohari,Ahmad:40). Juga dilakukannya upacara sakral untuk leluhur
Dukuh Paruk sebelum menuju pekuburan Dukuh Paruk.
(Tohari,Ahmad:41)
- Pekuburan Ki Secamenggala => tempat yang menjadi salah satu
syarat untuk menjadi seorang ronggeng dengan upacara
pemandian. (Tohari,Ahmad:40)
- Pasar Dawuan => tempat Rasus menghabiskan hari-harinya ketika
meninggalkan Dukuh Paruk sebagai pengupas singkong.
(Tohari,Ahmad:84)
3. Suasana
- Terkesima => penonton menunda kedipan mata ketika Srintil
bangkit. (Tohari,Ahmad:15)
- Kepanikan => Seorang anak berlari-lari dari sawah sambil
memegangi perut. Di depan pintu rumahnya dia muntah,
terhuyung dan jatuh pingsan. Ibunya yang sudah mulai merasakan
sakit menyengat kepalanya, menjerit dan memanggil para
tetangga. Sebelum para tetangga datang, anak itu telah meregang
nyawa. Bahkan ibunya pun jatuh tak sadarkan diri dengan rona
biru di wajahnya. Ibu dan anak terkulai di tanah. Jerit dari rumah
pertama memulai kepanikan di Dukuh Paruk. (Tohari,Ahmad:20)
Masalah
Peristiwa keracunan tempe Bongkrek yang membunuh sebagian
masyarakat Dukuh Paruh termasuk ronggeng terakhir di desa
tersebut serta penabuh gendang.
2 Komplikasi Sering terjadi perampokan oleh sekelompok orang bersenjata tajam pada
tahun 1990. Terdapat seorang anak muda bernama Rasus yang bertemu
dengan tentara dan kemudian bergabung menjadi anggota tentara,
berminggu-minggu ia membantu para tentara dan berkat kegigihannya dan
kejujuran pada dirinya ia akhirnya diangkat menjadi seorang prajurit yang
bertugas menjaga Dukuh Paruk dari serangan 5 orang perampok yang
hendak merampas emas di rumah Srintil. Pada awalnya Rasus bertugas
memata-matai tetapi pada akhirnya ia memutuskan untuk melawan
perampok tersebut, dengan hati-hati ia dapat membunuh 1 dari 5
perampok. Dari kejadian tersebut membuat Rasus ingin sekali mengabdi
menjadi seorang tentara dan meninggalkan perkawinan yang hendak
diadakan oleh Srintil.
3 Resolusi Sebagai resolusi, Rasus telah menemukan jati dirinya, sebuah arah dalam
menempuh kehidupannya. Walaupun terdapat rasa asmara di antara Rasus
dan juga perempuan yang ia cintai, Srintil, Keputusan yang Rasus pilih
tetaplah sama semenjak ia mengotori tangannya dengan darah demi
melindungi orang yang ia sayangi. Pada pagi buta, Rasus sudah bersiap
meninggalkan Dukuh Paruk untuk melanjutkan tujuan hidupnya sebagai
tentara. Rasus bahagia karena segalanya masih utuh disana ; keramat Ki
Secamenggala, kemelaratan, sumpah serapah, irama calung dan seorang
ronggeng yang ia cintai.