Rian10894
Narator : pada zaman Ahasyweros, dialah Ahasyweros yang merajai seratus dua puluh tujuh
daerah, mulai dari India sampai Etiopia. Pada zaman itu, ketika raja Ahasyweros
semua pembesar dan pegawainya tentara Persia dan Media, kaum bangsawan dan
Tentara : “Yang mulia, ada berita apa sampai raja mengundang kami sumua untuk mengadiri
perjamuan ini?”
Raja : “tidak ada berita. aku hanya menghadirkan kalian semua untuk menikmati kekayaanku
dan kemualian. Makan dan minumlah hidangan yang telah ku sediakan untuk kalian.
Nikmati dan bersenang-senanglah.”
Pembesar : “terimah kasih yang mulia, atas perjamuan ini, kami mohon ijin untuk pamit pulang ke
daerah kami masing-masing.”
Narrator : disamping itu, baginda memamerkan kekayaan kemulian kerajaannya, dan keindahan
Raja : “seluruh harta kekayaan dan kebesaran yang bersemarak yaitu seratus dua puluh
tujuh daerah dari India sampai Etiopia semuanya aku yang berkuasa atasnya.”
Narrator : setelah genap hari-hari itu, maka raja mengadakan perjamuan lagi tujuh hari lamanya
bagi seluruh rakyatnya yang terdapat didalam benteng susan, dari pada orang besar
sampai kepada orang kecil, bertempat di pelataran yang ada di taman istana kerajaan.
Raja : “aku adakan perjamuan bagi rakyatku karena harta miliku adalah kepunyaan bersama
agar kalian bisa merasa kekayaan tersebut.”
Narrator : sementara itu, Disitu tirai-mirai dari pada kain lenan, mori halus dan kain ungu tua,
yang terikat dengan Tali lenan halus dan ungu muda bergantung pada tombol-tombol
perak di tiang-tiang Marmer putih, sedang katil emas dan perak ditempatkan di atas
lantai pialam, marmar Putih, gewang dan pelinggam. Minuman dihidangkan dalam piala
emas yang beraneka warna, dan anggur ialah anggur minuman raja yang berlimpah-
limpah, sebagaimana layak bagi raja
rakyat 1 :”terimah kasih atas kemurahan hati yang mulia yang telah mengundang kami untuk
Raja : “aku mengundang kalian semua agar bisa merasakan makan dam minuman ini ; tapi
ada aturan minumnya ialah tiada paksaan, supaya kamu berbuat menurut keinginan
kalian masing-masing.”
Rakyat 2 : “mengapa diperjamuan sebesar ini, hanya ada raja saja, di manakah sang ratu?”
Narator : Sementara itu, sang ratu, Wasti juga mengadakan perjamuan bagi perempuan-
perempuan di dalam kerajaan itu. Pada hari yang ketujuh, ketika raja riang gembira
hatinya karena minum anggur bertitahlah baginda kepada Mehuman, Bizta, Harbona,
Bigta, Abagta, Zetar, dan Karkas yakni ketujuh sida-sida yang bertugas dihadapan raja
ahasywero, supaya mereka membawa wasti, sang ratu, dengar memakai mahkota
kerajaan, meghadap raja untuk memperlihatkan kecantikannya kepada sekalian rakyat
dan pembesar-pembesar karena sang ratu sangat elok rupanya.
Raja : “pengawal”
7 sida-sida : “baik”
Mehuman : (sambil berlutut, memberi hormat) “ya yang mulia, ada keperluaan apa sampai yang
mulia memangil kami?”
Raja : “aku perintahkan kepada kalian untuk sampaikan perintahku kepada ratu Wasti, agar
segeralah menghadapku! Supaya ia mau memperlihatkaan kecantikannya kepada
seluruh rakyat dan pembesar-pembesar.”
7 sida-sida : “baik ya yang mulia, akan kami laksanakan perintah yang mulai.”
Narrator : segeralah ketujuh sida-sida itu, menghadap ratu untuk melaksanakan tugas dari raja.
Abagta & Zetar : “salam yang mulia ratu” (sambal membungkuk, hormat)
Abagta : “kami hanya ingin menyampaikan pesan dari raja untuk membawa ratu menghadap
sang raja.”
Zetar : “raja hanya ingin memperlihatkan kecantikan ratu kepada seluruh rakyat dan
pembesar-pembesar.”
Ratu : “sampaikan pesanku kepada raja bahwa aku tidak mau menghadapnya.”
Narrator : setelah mendengar perintah sang ratu, segeralah ketujuh sida-sida itu menyampaikan
pesan itu kepada sang raja.
Karkas : “maaf yang mulia, ratu berpesan kepada kami bahwa dia tidak mau menghadap yang
mulia raja.”
Narrator : setelah mendengar perkataan Karkas sangat geramlah raja, dan berapih-apihlah
murkanya. Maka raja pun memerintah kepada ketujuh sida-sida untuk memanggil
orang-orang arif bijaksana, orang-orang yang mengetahui kebiasaan zaman, karena
demikianlah biasanya, masalah-masalah raja dikemukakan kepada para ahli undang-
undang dan hukum.
Narrator : segerahlah mereka memanggil orang arif bijakasana. Adapun yang terdekat kepada
baginda ialah Karsena, Setar, Admata, Tarsis, Meres, Marsena, dan Memukan, ketujuh
pembesar Persia dan Media, yang boleh memandang wajah raja dan mempunyai
kedudukan yang tinggi di dalam kerajaan.
Harbona : “maaf tuan, kami datang untuk menyampaikan perintah sang raja bahwa dipanggil
tuan-tuan untuk menghadap yang mulia sekarang.”
Memukan : “baik.”
Karsena : “ya yang mulia, ada keperluan apa memanggil kami semua?”
Raja : “apakah yang harus kuperbuat atas ratu Wasti menurut undang-undang, karena tidak
dilakukannya titahku yang telah disampaikan oleh sida-sida?”
Setar : “yang mulia, Wasti, sang ratu, bukan bersalah kepada raja saja, melainkan juga kepada
semua pembesar dan segala bangsa yang di dalam segala daerah kekuasaan raja
Ahasyweros.”
Admata : “yang mulia, apabila hal ini diceritakan orang tentang baginda raja yang
memerintahkan, supaya Wasti, sang ratu, dibawah menghadap kepadamu, tetapi ia
tidak mau. Karena kelakuan sang ratu itu akan berpengaruh kepada semua perempuan,
sehingga dapat menyebabkan mereka tidak menghiraukan suaminya”
Tarsis : “yang mulia, pada hari ini juga istri para pembesar raja di Persia dan Media yang
mendengar tentang kelakuan sang ratu akan berbicara tentng hal itu kepada suaminya
sehingga berlarut-larutlah penghinaan dan kegusaran.”
Meres : “jikaulau baik pandangan raja, hendaklah dikeluarkan suatu titah kerajaan dari
hadapan baginda dan dituliskan di dalam undang-undang Persia dan Media, sehingga
tidak dapat dicabut kembali, bahwa ratu Wasti dilarang menghadap raja Ahasyweros,
dan bahwa raja akan mengaruniakan kedudukannya sebagai ratu kepada orang lain yang
lebih baik daripadanya.”
Marsena : “bila keputusan yang diambil raja kedengaran di seluruh kerajaan alangkah besarnya
kerajaan itu! Maka semua perempuan akan memberi hormat kepada suami mereka,
dari orang besar sampai pada orang kecil.”
Raja : “terimah kasih telah memberikan usul kepadaku, aku akan bertindak sesuai dengan
usul kalian itu. dan akan aku tugaskan kepada para pegawai, untuk mengirimkan surat
kepada kerajaan-kerajaan.”
Narrator : setelah itu raja pun memanggil para pegawai itu, untuk mengirimkan surat tersebut.
Raja : “berikan surat ini kepada seluruh kerajaan –kerajaan di daerah ini.” (sambil
memberikan surat tersebut kepada para pegawai istana)
Narrator : dikirimkan oleh baginda surat-surat ke segenap daerah kerajaan, tiap-tiap daerah
menurut tulisannya, dan tiap-tiap bangsa menurut bahasanya, bunyinya : “setiap laki-
laki harus menjadi kepala dalam rumah tangganya dan berbicara menurut bahasa
bangsanya.”