Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagai


payung hukum dan dijabarkan dalam peraturan dan pelaksanaannya untuk penyelenggaraan
pemerintah di daerah, maka diharpakan pada masing-masing daerah mampu melakukan perbaikan
serta peningkatan kinerja dan kualitas sumber daya manusia atau aparatur melalui peningkatan
kemampuan bekerja, berfikir dan keterampilan-keterampilan lainnya.

Pada peraturan mentri pendayagunaan aparatur negara di reformasi birokrasi republik indonesia
nomor 35 tahun 2012, tujuan kebijakan reformasi birokrasi di indonesia adalah untuk membangun
profil dan prilaku aparatur negara yang memiliki integritas, produktifitas dan bertanggungjawab
serta memiliki kemampuan memberikan pelayanan yang prima melalui perubahan pola pikir (mind
set) dan budaya kerja (culture set) dalam sistem manajemen pemerintahan. Reformasi Birokrasi
mencakup delapan area perubahan utama pada instansi pemerintah di pusat dan daerah, meliputi:
organisasi, tata laksana, peraturan perundang-undangan, sumber daya manusia aparatur,
pengawasan, akuntabilitas, pelayanan publik, pola pikir dan budaya kerja aparatur. Reformasi
birokrasi Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah selama ini lebih diarahkan pada upaya-
upaya pembentukan karakter birokrasi yang efisien, mampu, tanggap dan dinamis terhadap
tuntutan-tuntutan yang ditujukan kepada birokasi itu sendiri yang berdasarkan pada prinsip-
prinsip tata kelola pemerintah yang baik (good governance) terutama prinsip transparansi, dan
akuntabilitas dalam pemberian pelayanan publik. Dimana good governance memiliki empat prinsip
utama, yaitu akuntabilitas, transparansi, kerangka hukum (rule of law) dan informasi (Widodo,
2001: 26). Prinsip transparansi yaitu pemerintah harus terbuka mengenai prosedur pelayanan,
persyaratan administratif, rincian biaya, dan waktu penyelesaian. Sedangkan untuk aspek
akuntabilitas, yaitu pegawai dituntut untuk bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas dan
kewenangan sesuai fungsinya.
Salah satu alat yang dapat digunakan untuk memacu terciptanya transparansi dan
akuntabilitas dalam pelayanan publik adalah dengan penggunaan Standar Operasional Prosedur
(SOP). SOP adalah pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi
dan alat penilaian kinerja instansi pemerintah berdasarkan indikator-indikator teknis, administrasif
dan prosedural sesuai dengan tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit kerja yang
bersangkutan.
Tujuan SOP adalah menciptakan komitmen mengenai apa yang dikerjakan oleh satuan unit
kerja instansi pemerintah untuk mewujudkan good governance. SOP tidak saja bersifat internal
tetapi juga eksternal, karena SOP selain dapat digunakan untuk mengukur kinerja organisasi publik,
juga dapat digunakan untuk menilai kinerja organisasi publik di mata masyarakat berupa
responsivitas, responsibilitas, dan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.
Dengan demikian SOP merupakan pedoman atau acuan untuk menilai pelaksanaan kinerja
instansi pemerintah berdasarkan indikator-indikator teknis, administratif dan prosedural sesuai
dengan tata hubungan kerja dalam organisasi yang bersangkutan.
SOP (Standard Operasional Prosedur) merupakan langkah-langkah kerja yang tertib. Pada
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia
No. 35 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Standar Operasional Prosedur Administrasi
Pemerintahan, Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah Standar Operasional Prosedur adalah
serangkaian instruksi tertulis yang dibakukan mengenai berbagai proses penyelenggaraan aktivitas
organisasi, bagaimana dan kapan harus dilakukan, dimana dan oleh siapa dilakukan. Kemudian
beradasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 52 Tahun 2011 tentang Standar Operasional
Prosedur di Lingkungan Pemerintah Provinsi Dan Kabupaten/Kota, Standar Operasional Prosedur
(SOP) adalah serangkaian petunjuk tertulis yang dibakukan mengenai proses penyelenggaraan
tugas-tugas Pemerintah Daerah.
SOP berfungsi membentuk sistem kerja & aliran kerja yang teratur, sistematis, dan dapat
dipertanggung jawabkan; menggambarkan bagaimana tujuan pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan
kebijakan dan peraturan yang berlaku; menjelaskan bagaimana proses pelaksanaan kegiatan
berlangsung; sebagai sarana tata urutan dari pelaksanaan dan pengadministrasian pekerjaan harian
sebagaimana metode yang ditetapkan; menjamin konsistensi dan proses kerja yang sistematik; dan
menetapkan hubungan timbal balik antar Satuan Kerja.
SOP sebagai suatu dokumen/instrumen memuat tentang proses dan prosedur suatu kegiatan
yang bersifat efektif dan efisisen berdasarkan suatu standar yang sudah baku. Dengan adanya SOP
diharapkan pekerjaan dapat terlaksana dengan baik, tepat waktu, dan dapat dipertanggung jawabkan
(Dwiyanto, 1999). Selain itu SOP juga menyeragamkan tindakan-tindakan dari para pejabat dalam
organisasi-organisasi. Kemudian Winarno (2012: 209) menyatakan juga bahwa SOP memiliki
manfaat bagi organisasi-organisasi dengan prosedur-prosedur perencanaan yang luwes dan kontrol
yang besar atas program-programnya.
Salah satu aspek penting sebagai tolok ukur dalam menilai kinerja instansi pemerintah yang
profesional, efektif dan efisien dalam melaksanakan program kerjannya adalah dengan pelaksanaan
SOP di seluruh proses penyelenggaraan administrasi pemerintahan (Wulandari, 2013). Pelaksanaan
SOP dalam lembaga pemerintah diharapkan dapat mengubah citra lembaga pemerintah yang selama
ini dianggap selalu lamban dan berbelit-belit dalam hal pelayanan pada masyarakat. Selain itu,
diharapkan juga dapat memberbaiki kinerja jajaran birokrasi pemerintahan yang ada di Indonesia ini
agar tidak tertinggal dengan negara-negara lain dalam berbirokrasi (Tjipto, 2010). Pelaksanaan SOP
dalam proses penyelenggaraan administrasi pemerintahan dinilai penting karena SOP dapat menjadi
pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsinya. Standar
operasional prosedur juga dapat dijadikan alat penilaian kinerja instansi pemerintah (Wulandari,
2013).
Tujuan dengan adanya SOP adalah untuk mewujudkan birokrasi pemerintahan yang efektif,
efisien, dan ekonomis dan menjadi pedoman bagi setiap instansi pemerintah daerah dalam
penyelenggaraan tugas pokok dan fungsinya. Selain itu tujuannya untuk memacu persaingan positif
antara unit penyelenggara pelayanan dalam upaya peningkatan kinerja pelayanan. Termasuk untuk
mengetahui kelemahan dan kelebihan setiap unit pelayanan pada OPD (Organisasi Perangkat
Daerah).
Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Palembang menjadi salah satu dinas yang
melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan. Dinas Lingkungan
Hidup dan Kebersihan merupakan unsur pelaksana urusan pemerintahan bidang Lingkungan Hidup
serta sub urusan Persampahan. Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Palembang telah
menyusun dan melaksanakan kerja sesuai dengan SOP yang ada. SOP pada setiap bidang dan seksi-
seksi di Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Palembang sangat dijadikan pedoman atau
acuan dalam melaksanakan aktifitas tugas dan fungsi pokok yang dijalankan. Tugas pokok dan
fungsi (Tupoksi) Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Palembang telah dijelaskan dalam
Peraturan Walikota Palembang Nomor 54 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi,
Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Palembang.
Bidang sarana dan prasarana kebersihan menjadi salah satu bidang yang ada di Dinas
Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Palembang. Berdasarkan Peraturan Walikota Palembang
Nomor 54 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja
Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Palembang bahwa tugas pokok bidang sarana dan
prasarana adalah melakukan segala kegiatan penyediaan, penyimpanan, penyaluran, pemeliharaan
atau perawatan kendaraan angkutan sampah serta sarana dan prasarana kebersihan lainnya. Bidang
Sarana dan Prasarana Kebersihan membawahi tiga seksi yaitu: Seksi Kebutuhan, Seksi
Penyimpanan dan Penyaluran serta Seksi Pemeliharaan dan Perawatan.

Dalam Peraturan Walikota tersebut di atas tertera dalam Pasal 318, bidang bina sarana dan prasarana
kebersihan mempunyai fungsi :

a. Penyusunan rencana program dan petunjuk tekhnis dibidang bina sarana dan prasarana
kebersihan.
b. Pelaksanaan program dan petunjuk tekhnis dibidang bina sarana dan prasarana kebersihan.
c. Pengawasaan, pembinaan dan pengendalian dibidang bina sarana dan prasarana kebersihan.

Selanjutnya tertera pula dalam pasal 319, dalam bidang sarana dan prasarana kebersihan yakni Seksi
kebutuhan sarana dan prasarana kebersihan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas
bidang bina sarana dan prasarana kebersihan dalam menyediakan sarana dan prasarana kebersihan
yang dibutuhkan. Untuk melaksanakan tugas pokoknya seksi kebutuhan sarana dan prasarana
kebersihan mempunyai fungsi :

a. Penyusunan rencana program dan petunjuk teknis dibidang kebutuhan sarana dan prasarana
kebersihan.
b. Pelaksanaan program dan petunjuk teknis dibidang kebutuhan sarana dan prasarana
kebersihan.
c. Pengawasan, pembinaan dan pengendalian dibidang kebutuhan sarana dan prasarana
kebersihan.

Di dalam Pasal 320, dimana seksi penyimpanan dan penyaluran sarana mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas bidang bina sarana dan prasarana kebersihan dalam penyimpan
menyalurkan sarana kebersihan yang dibutuhkan. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana
dimaksud, seksi penyimpanan dan penyaluran sarana mempunyai fungsi :

a. Penyusunan rencana program dan petunjuk teknis dibidang penyimpanan dan penyaluran
sarana.
b. Pelaksanaan pogram dan petunjuk teknis dibidang penyimpanan dan penyaluran sarana.
c. Pengawasan, pembinaan dan pengendalian dibidang penyimpanan dan penyaluran sarana

Berdasarkan acuan tujuan pokok dan fungsi inilah bidang sarana dan prasarana kebersihan
membuat SOP pada setiap seksi sebagai dasar dan batasan dalam melaksanakan tugas dan fungsi
masing-masing. Prosedur kerja merupakan salah satu komponen penting dalam pelaksanaan tujuan
organisasi sebab prosedur memberikan beberapa keuntungan antara lain memberikan pengawasan
yang lebih baik mengenai apa yang dilakukan dan bagaimana hal tersebut dilakukan; mengakibatkan
penghematan dalam biaya tetap dan biaya tambahan; dan membuat koordinasi yang lebih baik di
antara bagian-bagian yang berlainan.
Namun pelaksanaan SOP pada bidang sarana dan prasarana kebersihan di Dinas Lingkungan
Hidup dan Kebersihan Kota Palembang masih mengalami beberapa kendala yaitu SOP terlalu
panjang sehingga proses penyaluran sarana dan prasarana kebersihan menjadi lamban. Selama ini,
SOP yang telah dijalankan oleh bidang Sarana dan Prasarana Kebersihan ini dipandang rumit
sehingga pelaksaan tugas dan aktfitasnya berjalan dengan lambat dan kurang efektif. Salah satu
contohnya adalah jika ada alat berat yang mengalami kerusakan harus melalui prosedur yang sangat
panjang sehingga proses pengerjaan perbaikan ataupun pengadaan kebutuhan suku cadang yang
rusak cenderung terhambat. Terkadang jika satu pejabat yang berkepentingan tidak berada di
tempat atau kantor. Hal ini berakibat pada pengelolaan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
dan proses Jumping mobil angkutan sampah di TPA tersebut. Dan berakibat juga pada rendahnya
akuntabilitas kinerja bidang Sarana dan Prasarana Kebersihan. Sehingga visi dan misi Dinas
Lingkungan Hidup dan Kebersihan secara umum dalam hal pengelolaan sampah Kota Palembang
tercapai tidak maksimal.
Kendala dalam pelaksanaan SOP pada bidang sarana dan prasarana kebersihan di Dinas
Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Palembang lainnya adalah alur SOP pengadaan kebutuhan
sarana dan prasarana tidak melalui proses yang jelas. Masih panjangnya alur SOP penyaluran barang
sarana dan prasarana mengakibatkan alur kegiatan pengeluaran barang menjadi terpaksa
didahulukan sebelum proses adminitrasi selesai. Hal ini sering menimbulkan masalah jika ada
pemeriksaan atau stock opname antara jumlah fisik barang di gudang dengan laporan penyaluran
barang. Serta antara seksi-seksi dalam bidang tersebut kurang terciptanya tranparansi dan
koordinasi.
Kendala lain yang ditemukan adalah pelaksanaan SOP yang kurang optimal dan cukup
panjang pada bidang sarana dan prasraana kebersihan di Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan
Kota Palembang sehingga lambatnya pencairan dana untuk pengadaan sparepart, servis kendaraan
operasional dan juga sering terjadi keterlambatan dalam proses penyaluran kupon Bahan Bakar
Minyak (BBM). Hal ini tentunya sangat berpengaruh terhadap hasil kinerja pelaksanaan fungsi
bidang sarana dan prasarana serta menghambat pencapaian tujuan Dinas dalam pengelolaan
Kebersihan dan Persampahan di lapangan. Kondisi sarana dan prasarana yang kurang baik akan
bedampak pada proses pekerjaan dan hasil yang kurang optimal. Contohnya, untuk perbaikan alat
berat sangat membutuhkan waktu yang cepat dan biaya yang cukup besar sedangkan seringkali
pengajuan pencairan mengalami keterlambatan karena banyaknya pertimbangan kebutuhan dana-
dana lainnya yang sama pentingnya seperti upah Pekerja Harian Lepas (PHL) mingguan Dinas.
Kendala selanjutnya adalah seringnya terjadi keterlambatan dalam pelaporan. Hal ini disebabkan
karena sistem pelaporan yang belum cukup memadai sehingga ketepatan dan kecepatan informasi
dalam pelaksanaan tugas bidang Sarana dan Prasaran belum tercapai secara maksimal.
Berdasarkan permasalahan yang muncul pada pelaksanaan Standar Operasional Prosedur
(SOP) bidang Sarana dan Prasarana Kebersihan, penulis merasa penting untuk melakukan penelitian
dengan tujuan menganalisis pelaksanaan Standar Operasional Prosedur (SOP) pada Bidang Sarana
dan Prasarana, Pengkajian ini menelaah informasi yang dapat dijadikan dasar yang kuat bagi
pengambil keputusan-keputusan yang berkaitan dengan peningkatan kualitas kinerja bidang Sarana
dan Prasarana serta visi misi Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Palembang. Dimana
analisis ini akan dijadikan dasar dalam meningkatkan analisis pelaksanaan Standar Operasional
Prosedur (SOP) pada bidang Sarana dan Prasarana Kebersihan pada Dinas Lingkungan Hidup dan
Kebersihan Kota Palembang.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah


1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang maka beberapa masalah
diidentifikasikan sebagai berikut:
a. Sering terhambatnya dalam proses pengadaan Sarana dan Prasarana Kebersihan
seperti cadangan alat atau alat kebersihan lainnya.
b. Kegiatan penyaluran sarana prasarana kebersihan yang seringkali mengalami
keterlambatan waktu karena proses adminitrasi yang belum selesai.
2. Rumusan Masalah
Sehubungan dengan permasalahan yang telah teridentifikasi, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah ”Bagaimana pelaksanaan Standar Operasional Prosedur
bidang sarana dan prasarana kebersihan pada Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan
Kota Palembang?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pelaksanaan Standar Operasional Prosedur Bidang
Sarana dan Prasarana Kebersihan pada Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Palembang.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk menambah kajian atau
ilmu yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu administrasi publik yang berkaitan dengan
konsep manajemen sumber daya manusia khususnya pada pelaksanaan Standar Operasional
Prosedur.
2. Manfaat Praktis
Secara praktiknya hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan dan manfaat
sebagai kontribusi pemikiran kepada Pemerintah Daerah Kota Palembang khususnya Dinas
Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Palembang dalam menyusun kebijakan upaya
pelaksanaan Standar Operasional Prosedur bidang sarana dan prasarana kebersihan pada
Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Palembang serta melakukan penyempurnaan
bagi upaya-upaya perbaikan sistem. Selanjutnya penelitian ini diharapkan dapat berguna
sebagai bahan referensi dalam penulisan karya ilmiah atau penelitian bidang penelitian yang
sejenis.

Anda mungkin juga menyukai