Anda di halaman 1dari 30

PERAN KEGIATAN EKSTRA KURIKULER RISMA (REMAJA MASJID)

TERHADAP KEDISIPLINAN SHOLAT BERJAMAAH SISWA DI MTS N 1


CAMBAI KECAMATAN TULUNG SELAPAN OKI

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Penulisan Skripsi

Oleh :
Helvando
NIM : 1930203152

Program Studi Manajemen Pendidikan Islam

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
TAHUN 2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa

dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam

melalui kegiatan bimbingan, pengarahan atau latihan dengan memperhatikan

tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat

beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan kesatuan nasional.1

Kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dari pendidikan dan

pembelajaran.Pendidikan ataupun pembelajaran biasa terjadi dimana saja,

kapan saja, dan dilakukan oleh siapa saja.Pendidikan seakan sudah menjadi

suatu kebutuhan yang harus dipenuhi oleh orang yang hidup dibumi. Baik

secara sadar maupun tidak sadar manusia pasti pernah mengalami pendidikan

di dalam hidupnya. Pendidikan tersebut antara lain berkaitan dengan

pendidikan social, politik, budaya, dan juga pendidikan agama.

Pendidikan agama memiliki peranan yang sangat penting dalam sistem

pendidikan nasional.Pendidikan agama secara resmi terdapat dalam UU

Nomor 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan nasional. Dalam UU Nomor

20 tahun 2003 ini bukan hanya mengakomodasi pendidikan nasional. Dalam

pasal 1 ayat 1 UU ini mendefinisikan pendidikan nasional sebagai :

1
Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam (Jakarta : PT. Raja grafindo
Persada, 2014),h.19.
“Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”.2

Pendidikan agama Islam menjadi mata pelajaran wajib di MTS, selama

ini mata pelajaran PAI di MTS yang didapat oleh peserta didik sebanyak 3 jam,

hal tersebut menjadikan kemampuan peserta didik dalam memahami,

menghayati, dan mengamalkan ajaran islam masih minim maka dari itu, di

perlukan program ekstrakurikuler. Ekstrakurikuler merupakan kegiatan non-

pelajaran formal yang dilakukan peserta didiksekolah,

umumnya di luar jam belajar kurikulum standar. Kegiatan-kegiatan ini ada

pada setiap jenjang pendidikan dari sekolah dasar. Kegiatan ekstrakurikuler

ditujukan agar siswa dapat mengembangkan kepribadian, bakat, dan

kemampuannya di berbagai bidang di luar bidang akademik. Kegiatan ini

diadakan secara swadaya dari pihak sekolah maupun siswa-siswi itu sendiri

untuk merintis kegiatan di luar jam pelajaran sekolah.

Kegiatan dari ekstrakurikuler ini sendiri dapat berbentuk kegiatan

pada seni, olahraga pengembangan kepribadian, dan kegiatan lain yang

bertujuan positif untuk kemajuan dari siswa-siswi itu sendiri. Ekstrakurikuler

yang ada di setiap sekolah pun beragam jenis dan kegiatannya antara lain:

Pramuka, Pps, Paduan Suara, Seni, Olahraga, dan Risma (Remaja Masjid).
2
Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Pasal 1
Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan penelitian pada

ekstrakurikuler yang berbasis keagamaan. Ekstrakurikuler keagamaan

bertujuan Meningkatkan keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia peserta didik.

Meningkatkan pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran agama dalam

kehidupan sehari-hari peserta didik. Menumbuhkan keingintahuan peserta

didik terhadap hal-hal baru dan mendorong mereka untuk lebih bereksplorasi

dalam membangun kepercayaan diri. Mendorong dan membiasakan peserta

didik dalam pembinaan akhlak mulia sesuai dengan nilai-nilai agama.3

Dari observasi awal yang dilakukan terhadap penyelenggaraan

ekstrakurikuler keagamaan yang ada di MTS tersebut adalah ekstrakurikuler

Risma (Remaja Masjid). Risma (Remaja Masjid) merupakan organisasi atau

wadah perkumpulan remaja muslim yang menggunakan Masjid sebagai pusat

aktivitas. Remaja Masjid merupakan salah satu alternatif pembinaan remaja

yang terbaik. Adapun kegiatan yang dilakukan siswa yang mengikuti Risma

(Remaja Masjid) antara lain : ceramah, sholat ashar berjamaah, dan membaca

Al-Qur‟an bersama sama. Kegiatan Risma (Remaja Masjid)yang ada di MTS

N 1 Cambai dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan ketaqwaan dan

keimanan siswa kepada Allah SWT, dan untuk meningkatkan kesadaran

beribadah siswa. Namun masih ada siswa yang kurang disiplin dalam

beribadah seperti lalai dan tidak tepat waktu dalam melaksanakan sholat

3
Ibnu Salman, “Evaluasi Program Ekstrakurikuler Keagamaan Di MAN 8 Jakarta,”jurnal
penelitian keagamaan dan kemasyarakatanv 29, no.2 (September 2016): h. 12.
berjamaah dan masih ada siswa yang pulang kerumah ketika sholat berjamaah

dilaksanakan.

Sejarah telah banyak membuktikan bahwa siswa yang disiplin

cenderung memiliki prestasi yang baik. Dengan adanya kedisiplinan yang

sudah terbentuk menjadi karakter, peneliti merasa bahwa hal tersebut tentu

akan mempengaruhi perilaku juga pada sikap keagamaan siswa, pola

keagamaan yang dimaksud disini adalah sholat berjamaah. Hal tersebut karna

siswa akan lebih mampu mengontrol dan mengarahkan dirinya. Penulis

memiliki pandangan bahwa siswa yang mengikuti ekstrakulikuler risma

(remaja masjid) akan memiliki karakter disiplin yang kuat untuk kemudian

membiasakan diri dalam disiplin sholat berjamaah.

Hal tersebut tentu diperkuat dari hasil pengamatan penulis mengenai

pola perilaku disiplin dalam sholat berjamaah siswa. Dimana permasalahan

disiplin sholat berjamaah tersebut terlihat dari jumlah siswa yang mengikuti

sholat berjamaah di sekolah pada hari biasa dengan kegiatan ekstrakulikuler

Risma (Remaja Masjid) lebih banyak dari pada hari yang tidak diadakannya

ekstrakurikuler4. Perbedaan jumlah peserta sholat berjamaah dihari adanya

kegiatan ekstrakulikuler Risma (Remaja Masjid) dengan hari lain tentu menjadi

hal yang tidak biasa. Pada hari dimana kegiatan ekstrakulikuler Risma (Remaja

Masjid) siswa yang sholat mencapai sekitar 40 siswa namun apabila dihari

biasa tanpa adanya kegiatan ekstrakulikuler Risma (Remaja Masjid)

5Hasil Observasi, di MTS N 1 Cambai Kecamatan Tulung Selapan OKI.


jumlah siswa yang sholat berjamaah menjadi berkurang antara 15-20 orang

saja5.

Dari latar belakang inilah peneliti tertarik untuk meneliti permasalahan

diatas dan menjadikan sebagai judul skripsi yaitu “Peran kegiaatan

Ekstrakurikuler Risma (Remaja Masjid) Terhadap Kedisiplinan Sholat Berjamaah

Siswa di MTS N 1 CAMBAI KECAMATAN TULUNG SELAPAN OKI”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka identifikasi masalah pada

penelitian ini adalah:

1. Kurangnya kesadaran siswa untuk melaksanakan sholat berjamaah

contohnya tidak tepat waktu dalam melaksanakan sholat berjamaah.

2. Masih ada siswa yang pulang kerumah ketika sholat berjamaah

dilaksanakan.

3. Berkurangnya jumlah siswa yang sholat berjamaah pada saat hari biasa

dibandingkan pada hari kegiatan ekstrakulikuler Risma (Remaja Masjid).

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi yang telah dipaparkan di atas, maka batasan

masalah pada penelitian ini adalah:

1. Pada proses pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler Risma (Remaja Masjid)

dan sholat ashar berjamaah di MTS N 1 Cambai .

2. Peneliti meneliti siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Risma

(RemajaMasjid) di MTS N 1 Cambai.

6Hasil Observasi, di MTS N 1 Cambai Kecamatan Tulung Selapan OKI.


3. Yang ingin diteliti adalah pengaruh kegiatan ekstrakulikuler Risma (Remaja

Masjid) dalam kedisiplinan sholat berjamaah siswa di MTS N 1 Cambai.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang

menjadi fokus penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler Risma (Remaja Masjid) di

MTS N 1 Cambai ?

2. Bagaimana tingkat kedisiplinan sholat berjamaah siswa di MTS N 1 Cambai

3. Apakah ada pengaruh kegiatan ekstrakurikuler Risma (Remaja Masjid)

terhadap kedisiplinan sholat berjamaah siswa di MTS N 1 Cambai?

E. Tujuan Penelitan

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler Risma (Remaja

Masjid) di MTS N 1 Cambai.

2. Untuk mengetahui tingkat kedisiplinan sholat berjamaah siswa di MTS N 1

Cambai.

3. Untuk mengetahui pengaruh kegiatan ekstrakurikuler Risma (Remaja

Masjid) terhadap kedisiplinan sholat berjamaah siswa di MTS N 1 Cambai.


F. Manfaat Penelitian

Suatu penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi ilmu

pengetahuan pada umumnya dan juga bermanfaat bagi pembaca.

1. Secara teoritis

Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat

dijadikan sebagai referensi dalam melakukan penelitian pada topik yang

sama.

2. Secara praktis

a. Bagi guru

Dapat meningkatkan upaya kedisiplinan siswa melalui kegiatan

ekstrakurikuler Risma (Remaja Masjid).

b. Bagi siswa

Dapat membantu meningkatakan kedisiplinan siswa dalam sholat

berjamaah.

c. Bagi sekolah

Diharapkan dapat meningkatkan kedisiplinan sholat berjamaah

siswa pada kegiatan Risma (Remaja Masjid).


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

a. Pengertian ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler merupakan segala macam aktivitas di

sekolah atau lembaga pendidikan yang dilaksanakan di luar jam

pelajaran. Kegiatan ekstrakurikuler ditujukan agar siswa dapat

mengembangkan kepribadian, bakat, dan kemampuannya di berbagai

bidang di luar bidang akademik.

Pelaksanaan program ekstrakurikuler mencapai hasil baik

untuk mendukung program kurikuler maupun dalam upaya

menumbuhkan dan mengembangkan nilai-nilai kepribadian, maka

perlu diusahakan adanya informasi yang jelas mengenai arti, tujuan dan

hasil yang diharapkan, peranan dan hambatan yang ada selama ini

dengan informasi yang jelas diharapkan para pembina, pendidik, kepala

sekolah, guru, siswa, serta pihak-pihak yang terkait dapat membantu

dan melaksanakan ekstrakurikuler sesuai dengan tujuan.6

Kegiatan ekstrakurikuler bertujuan agar siswa dapat

memperdalam dan memperluas pengetahuan mengenal hubungan antar

berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat dan minat, serta

melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya, dalam arti: beriman

6
Sudiro Husodo, “Peningkatan Prestasi Sekolah Menggunakan Bimbingan Teknis
Pengelolaan Kegiatan Ekstrakurikuler,” Jurnal Pendidikan Usia Dini v 8, no.1 (April 2014):h.141
dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa; berbudi pekerti luhur;

memiliki pengetahuan dan keterampilan; sehat jasmani dan rohani;

berkepribadian yang mantap dan mandiri; memiliki rasa tanggung

jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Kegiatan ekstrakurikuler

merupakan salah satu bagian dan komponen Pengembangan Diri.

Ruang lingkup pengembangan diri meliputi kegiatan

terprogram dan tidak terprogram. Kegiatan terprogram direncanakan

secara khusus dan diikuti oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan

dan kondisi pribadinya. Kegiatan tidak terprogram dilaksanakan secara

lansung oleh pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah/madrasah

yang diikuti oleh semua peserta didik. Kegiatan pengembangan diri

secara terprogram dilaksanakan dengan perencanaan khusus dalam

kurun waktu tertentu untuk memenuhi kebutuhan peserta didik secara

individual, kelompok, dan atau klasikal melalui penyelenggaraan

layanan kegiatan pendukung konseling dan kegiatan ekstrakurikuler.7

Kegiatan pengembangan diri secara tidak terprogram dapat

dilaksanakan secara rutin, yaitu kegiatan yang dilakukan terjadwal,

seperti upacara bendera, senam, ibadah khusus keagamaan bersama,

keberaturan, pemeliharaan kebersihan dan kesehatan diri; spontan,

adalah kegiatan tidak terjadwal dalam kejadian khusus seperti

pembentukan perilaku memberi salam, membuang sampah pada


7
Sudiro Husodo, “Peningkatan Prestasi Sekolah Menggunakan Bimbingan Teknis
Pengelolaan Kegiatan Ekstrakurikuler,” Jurnal Pendidikan Usia Dini v 8, no.1 (April 2014): h. 142.
tempatnya, antri, mengatasi silang pendapat (pertengkaran);

keteladanan, adalah kegiatan dalam bentuk perilaku sehari-hari seperti

berpakaian rapi, berbahasa yang baik, rajin membaca, memujikebaikan

dan atau keberhasilan orang lain, datang tepat waktu. Sesuai dengan

panduan pengembangan diri melalui kegiatan ekstrakurikuler, tahapan

dalam melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler dimulai dengan

perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan penilaian. Kegiatan

ekstrakurikuler tidak terbatas pada program untuk membantu

ketercapaian tujuan kurikuler saja, tetapi juga mencakup pemantapan

dan pembentukan kepribadian yang utuh termasuk pengembangan

minat dan bakat peserta didik. Dengan demikian program kegiatan

ekstrakurikuler harus di rancang sedemikian rupa sehingga dapat

menunjang kegiatan kurikuler, maupun pembentukan kepribadian yang

menjadi inti kegiatan ekstrakurikuler.

Sebagai suatu ilmu tentu saja risma mempunyai tujuan yang

sangat jelas. Secara singkat tujuan risma itu dapat dirumuskan sebagai

berikut:

1) Tujuan Umum

a) Membantu individu mewujudkan dirinya menjadi manusi

seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di

akhirat.

b) Memberikan pertolongan kepada setiap individu agar sehat

secara jasmaniah dan rohaniah.


c) Meningkatkan kualitas keimanan, ke Islaman, keihsanan dan

ketauhidan dalam kehidupan sehari-hari dan nyata.

d) Mengantarkan individu mengenal, mencintai dan berjumpa

dengan esensi diri dan citra diri serta dzat yang Maha Suci yaitu

Allah SWT.

2) Tujuan Khusus

a) Membantu individu agar terhindar dari masalah.

b) Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasidan

kondisi yang baik atau yang telah baik agar tetap baik atau

menjadi lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumbermasalah

bagi dirinya dan orang lain.

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan

pelaksanaan Risma adalah untuk menuntun seseorang dalam rangka

memelihara dan meningkatkan kualitas keagamaannya baik ibadah

mahdhah maupun ghairu mahdhah. Dari sisi ini dapat dikatakan bahwa

tujuan program kegiatan ekstrakurikuler adalah untuk memperdalam

dan memperluas pengetahuan peserta didik, mengenal hubungan antar

berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat dan minat, serta

melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya.


b. Pengertian Remaja Masjid

Remaja Islam Masjid merupakan suatu organisasi atau

wadah perkumpulan remaja Islam yang menggunakan masjid

sebagai pusat aktivitasnya. Dalam buku panduan remaja masjid

dijelaskan “Bahwa Remaja Islam Masjid adalah sekelompok

remaja atau pemuda yang berkumpul di masjid dan melakukan

kegiatan-kegiatan yang ditujukanuntuk memakmurkan masjid”.

Remaja Islam Masjid adalah suatu organisasi kepemudaan

Islam untuk membina remaja dalam memahami, menghayati dan

mengamalkan ajaran islam. Menurut Drs. E.K Imam Munawir,

organisasi merupakan kerja sama diantara beberapa orang untuk

mencapai suatu tujuan dengan mengadakan pembagian dan peraturan

kerja. Yang menjadi pegangan sebagai ikatan kerja sama dalam

organisasi adalah tercapainya tujuan secara efektif dan efisien.

Dari definisi tersebut dapat diambil pengertian, bahwa

Remaja Islam Masjid adalah wadah kerja sama yang dilakukan

oleh dua orang remaja muslim atau lebih yang memiliki

keterkaitan dengan masjid untuk mencapai tujuan bersama.

c. Fungsi Remaja Islam Masjid

Memakmurkan masjid merupakan salah satu bentuk taqarrub

(upaya mendekatkan diri) kepada Allah yang paling utama.

Memakmurkan masjid memunyai arti yang sangat luas, yaitu

penyelenggaraan berbagai kegiatan yang bersifat ibadah mahdhah

(perbuatan yang sudah ditentukan syarat dan rukunnya ) hubungan

dengan Allah (hablum minallah), maupun hubungan sesama


manusia (hablum minan nass) yang bertujuan untuk meningkatkan

iman dan taqwa kecerdasan dan kesejahteraan jasmani, rohani, dan

ekonomimaupun sosial.

Adapun fungsi Remaja Islam Masjid sebagai berikut:

1) Memakmurkan Masjid

2) Pembinaan Remaja Muslim

3) Kaderisasi Umat

4) Pendukung Kegiatan Ta’mir Masjid

5) Dakwah dan Sosial

d. Indikator Ekstra Kurikuler Risma

Ada beberapa indikator yang menunjukkan seseorang

Mempunyai keinginan dalam mengikuti kegiatan ektrakurikuler risma,

yaitu sebagai berikut:

a) Mampu bersosialisasi

b) Mengenal tingkatan

c) Tidak sombong

Abdul Basit, “Strategi Pengembangan Masjid Bagi Generasi Muda,” Jurnal Dakwah
8

Dan Komunikasi V 3, No.2 (Juli-Desember 2009): h. 5.


d) Adil

e) Sederhana

f) Tingkat kehadiran dalam pertemuan kegiatan risma

g) Jabatan yang dipegang dalam risma

h) Pemberian saran, usulan, kriktik dan pendapat bagi peningkatan

organisasi risma

i) Kesediaan anggota untuk berkorban dalam risma

2. Pengertian Kedisipinan Sholat Berjamaah

a. Pengertian Disiplin Sholat

Secara mendasar, ditinjau dari sudut ajaran keagamaan,disiplin

adalah sejenis perilaku taat atau patuh yang sangat terpuji. Tetapi

agama juga mengajarkan bahwa ketaatan dan kepatuhan boleh

dilakukan hanya terhadap hal-hal yang jelas-jelas tidak melanggar

larangan Tuhan

Disiplin adalah sebuah kata yang sangat dijauhi oleh anak-anak

kita di sekolah maupun dirumah. Tentu untuk menumbuhkan

kedisiplinan diri diperlukan dari beberapa pihak. Pihak pertama adalah

si anak itu sendiri,orangtua, lingkungan (masyarakat) dan lingkungan

sekolah manakala si anak tersebut masih dalam proses pendidikan di

sekolah. Sekolah adalah tempat yang sangat baik untukmendisiplinkan

anak tentu tidak meninggalkan disiplin yang ditanamkan dari rumah.

Rumah adalah tempat yang pertama kali si


anak untuk mengenalkan bagaimana anak menjadi displin dalam

segala aspek kehidupan.

Anak akan mengenal disiplin manakala orang tua sebagai

linkungan pertama mengenalkan disiplin dalam segala aktifitasnya

dirumah yang kemudian dapat diwujudkan diluar rumah (walaupun

diluar rumah akan sangat berbeda kondisinya dan tidak sesuai dengan

apa yang diajarkan dirumah).9 Seorang anak yang dari rumah sudah

diajarkan disiplin akan merasa asing jika ada teman sebaya atau lebih

tua tetapi tidak disiplin, akan tetapi kalau penanaman karakter cukup

baik maka anak akan tetap mempertahankan yang ditanamkan oleh

orangtuanya dan ini juga tergantung kondisi masyarakatnya

mendukung atau tidak.

Kedisiplinan berasal dari kata disiplin yang mendapat awalan ke

dan akhiranan menurut kamus besar Bahasa Indonesia disiplin

mempunyai arti ketaatan dan kepatuhan pada aturan, tata tertib dan lain

sebagainya.10

Secara istilah disiplin oleh beberapa pakar diartikan sebagai

berikut:

1) Keith Davis dalam Drs. R.A. Santoso Sastropoetra mengemukakan:

Disiplin diartikan sebagai pengawasan terhadap diri pribadi untuk

Fatah Yasin, “Penumbuhan Kedisiplinan Sebagai Pembentukan Karakter Peserta Didik Di


9

Madrasah,” Jurnal El-Hikmah Fakultas Tarbiyah UIN Maliki Malang v 9, no.1 (Juni 2011): h.123.
10
Fatah Yasin, “Penumbuhan Kedisiplinan Sebagai Pembentukan Karakter Peserta Didik
Di Madrasah,” Jurnal El-Hikmah Fakultas Tarbiyah UIN Maliki Malang v 9, no.1 (Juni 2011): h.
124.
melaksanakan segala sesuatu yang telah disetujui atau diterima

sebagai tanggung jawab.

2) Julie Andrews dalam Shelia Ellison and Barbara An Barnet Ph.D

berpendapat bahwa “Discipline is a form of life training that, once

experienced and when practiced, develops an individual’s ability to

control themselves”.Disiplin adalah suatu bentuk latihan kehidupan,

suatu pengalaman yang telah dilalui dan dilakukan, mengembangkan

kemampun seseorang untuk mawas diri.

3) Mahmud Yunus dalam bukunya “At Tarbiyah wa Ta’lim”

mengatakan:

Artinya: (Disiplin adalah kekuatan yang ditanamkan oleh para

pendidik untuk menanamkan dalam jiwa tentang tingkah laku dalam

pribadi murid dan bentuk kebiasaan dalam diri mereka, tunduk dan

patuh dengan sebenar-benarnya pada aturan-aturan yang sesuai

dengan prinsip pendidikan yang sesungguhnya yaitu inti yang

dijalankan pada setiap aktivitas sekolah).

4) Soegeng Prijodarminto, S.H. dalam buku “Disiplin Kiat Menuju

Sukses” mengatakan: Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan

terbentuk melalui proses dari serangkaian prilaku yangmenunjukkan

nilai nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau

ketertiban.

Definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa disiplin

adalah suatu kondisi yang tercipta melalui proses latihan yang


dikembangkan menjadi serangkaian prilaku yang di dalamnya terdapat

unsur-unsur ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, ketertiban dan semua itu

dilakukan sebagai tanggung jawab yang bertujuan untuk mawas diri.

Konsep populer dari “Disiplin “adalah sama dengan “Hukuman”. 11

Menurut konsep ini disiplin digunakan hanya bila anak

melanggar peraturan dan perintah yang diberikan orang tua, guru atau

orang dewasa yang berwenang mengatur kehidupan bermasyarakat,

tempat anak itu tinggal. Hal ini sesuai dengan Sastrapraja yang

berpendapat bahwa: Disiplin adalah penerapan budinya kearah

perbaikan melalui pengarahan dan paksaan. Sementara itu Elizabet

B.Hurlock dalam perkembangan anak menjelaskan bahwa disiplin

berasal dari kata yang sama dengan “disciple”, yakni seorang yang

belajar dari atau secara suka rela mengikuti seorang pemimpin.

Orang tua dan guru merupakan pemimpin dan anak merupakan

murid yang belajar dari mereka cara hidup yang menuju kehidupan

yang berguna dan bahagia jadi disiplin merupakan cara masyarakat

(sekolah) mengajar anak prilaku moral yang disetujui kelompok. Lebih

lanjut Subari menegaskan bahwa disiplin adalah penurutan terhadap

suatu peraturan dengan kesadaran sendiri untuk terciptanya tujuan

peraturan itu.

Sedangkan menurut Jawes Draver “Disiplin “dapat diartikan

kontrol terhadap kelakuan, baik oleh suatu keluasan luar ataupun oleh

Fatah Yasin, “Penumbuhan Kedisiplinan Sebagai Pembentukan Karakter Peserta Didik


11

Di Madrasah,” Jurnal El-Hikmah Fakultas Tarbiyah UIN Maliki Malang v 9, no.1 (Juni 2011): h.
125.
individu sendiri. Adapun Made Pidarta mendefinisikan “Disiplin”

adalah tata kerja seseorang yang sesuai dengan aturan dan norma yang

telah disepakati sebelumnya. Jadi, seorang guru dikatakan berdisiplin

bekerja, kalau ia bekerja dengan waktu yang tepat, taat pada petunjuk

atasan, dan melakukan kewajiban sesuai dengan norma-norma yang

berlaku dalam mendidik dan mengajar dari berbagai pendapat diatas

jelaslah bahwa disiplin terkait dengan peraturan yang berlaku di

lingkungan hidup seseorang, dan seseorang dikatakan berdisiplin jika

seseorang itu sepenuhnya patuh pada peraturan atau norma-norma.12

Disiplin mencakup totalitas gerak rohani dan jasmani massa

yang konsisten terus menerus tunduk dan patuh tanpa reserve

melaksanakan segala perintah atau peraturan. Totalitas kepatuhan

meliputi niat, akal pikiran, kata-kata dan perbuatan di dalam diri setiap

insan. Penyelewengan atas garis-garis haluan manusia yang telah

ditetapkan, pasti akan mengakibatkan kekeroposan danketidakstabilan

dalam keseluruhan sistem dan struktur massa tersebut. Seseorang

dikatakan menjalankan ketertiban jika orang tersebut menjalankan

peraturan karena pengaruh dari luar misalnya guru, kepala sekolah,

orang tua dan lain-lain. Sedang seseorang dikatakan bersiasat jika orang

tersebut menjalankan peraturan yang harus dijalankan dengan

mengingat kepentingan umum dan juga

kepentingan diri sendiri.

Fatah Yasin, “Penumbuhan Kedisiplinan Sebagai Pembentukan Karakter Peserta Didik


12

Di Madrasah,” Jurnal El-Hikmah Fakultas Tarbiyah UIN Maliki Malang v 9, no.1 (Juni 2011): h.
126.

19
Menurut Singgih D Gunarsahfungsi disiplin adalah meresapkan

pengetahuan dan pengertian sosial antara lain hak milik orang lain,

Mengerti dan segera menurut, untuk menjalankan kewajiban dan secara

langsung mengerti larangan-larangan, mengerti tingkah laku baik dan

buruk, dan belajar mengendalikan keinginandan berbuat sesuatu tanpa

merasa.13

Orang biasanya mengacu konsep disiplin yang bertentangan

dengan memakai istilah “negatif” dan “positif”.Menurut konsep negatif

disiplin berarti pengadilan dengan kekuasaan luar, yang biasanya

diterapkan secara sembarangan. Hal ini merupakan bentuk

pengekangan melalui cara yang tidak disukai dan menyakitkan. Dengan

kata lain adalah hukuman. Tetapi hukuman tidak selalu melemahkan

kecenderungan individu untuk bertindak tidak sesuai dengan keinginan

masyarakat, maupun tidak menjamin bahwa kegiatan yang dihentikan

akan digantikan prilaku yang lebih dapat diterima. Konsep positif dari

disiplin sama dengan pendidikan dan bimbingan karena menekan

pertumbuhan di dalam, disiplin diri dan pengendalian diri. Ini kemudian

akan melahirkan motivasi dari dalam. Disiplin negatif memperbesar

ketidakmatangan individu, sedangkan disiplin positif menumbuhkan

kematangan. Disiplin positif akan membawa hasil yang lebih baik dari

pada disiplin negatif. Bagi umat Islam, Al-Qur‟an juga merupakan

kumpulan dari perintah-perintah

Wahyu Dkk, “Menanamkan Nilai Disiplin Anak Pada Lingkungan Keluarga Didesa
13

Sungai Pinang Lama Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar,” Jurnal Pendidikan
Kewarganegaraan v5, No.10 (November 2015): h.854.
dan larangan-larangan (peraturan). Peraturan ini harus ditaati bagiumat-Nya.

Dalam surat Asy-Syuura ayat 47:Artinya: “Patuhilah seruan Tuhanmu

sebelum datang dari Allah suatu hari yang tidak dapat ditolak

kedatangannya”.

Disiplin memang seharusnya perlu diterapkan disekolah untuk

kebutuhan belajar siswa. Hal ini perlu ditanamkan untuk mencegah

perbuatan yang membuat siswa tidak mengalami kegagalan, melainkan

keberhasilan. Disiplin yang selalu terbayang adalah usaha untuk menyekat,

mengontrol dan menahan. Sebenarnya tidak hanya demikian, disisi lain juga

melatih, mendidik, mengatur hidup berhasil dan lebih baik dalam

keteraturan.

c. Indikator Kedisiplinan sholat

Ada beberapa indikator yang menunjukkan seseorang mempunyai

kedisiplinan dalam melaksanakan sholat, yaitu sebagai berikut:

a) Melaksanakan sholat tepat waktu

b) Selalu berusaha menempati shaf paling depan

c) Melaksanakan sholat berjamaah diluar sekolah

d) Mengetahui syarat dan rukun sholat berjamaah

e) Melaksanakan sholat berjamaah dengan teladan

f) Mempersiapkan diri secara maksimal ketika hendak sholat

g) Ketepatan dalam melaksanakan sholat berjamaah

h) Konsisten dalam melaksanakan sholat

i) Menghayati makna bacaan sholat


b. Dasar Hukum Pembentukan Remaja Islam Masjid

Semua kegiatan yang dilakukan oleh Remaja Islam Masjid masuk

dalam jenis pendidikan non formal yang dapat mengarah pada

pembinaan kehidupan beragama dimasyarakat. Di dalam Undang-

undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal

13 dinyatakan bahwa jalur pendidikan terdiri atas: pendidikan formal,

pendidikan informal, pendidikan non formal.14 Maksud dari Pendidikan

formal adalah pendidikan yang diselenggarakan di sekolah melalui

kegiatan belajar-mengajar secara berjenjang dan berkesinambungan.

Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.

Sedangkan pendidikan non formal adalah bentuk pendidikan yang

diselenggarakan dengan sengaja, tertib, terarah dan berencana diluar

kegiatan persekolahan, serta pembina, peserta, cara penyampaian, dan

waktu yang dipakai disesuaikan dengan keadaan yang ada Dalam

pendidikan non formal terdiri atas pendidikan umun, pendidikan

keagamaan, pendidikan jabatan kerja, pendidikan kedinasan, dan

pendidikan kedinasan kejuruan.

Menurut Peraturan Pemerintah no 55 tahun 2007 pasal 10

dikatakan bahwa Pendidikan keagamaan diselenggarakan pada jalur

pendidikan formal, nonformal, dan informal. Pendidikan keagamaan

menyelenggarakan pendidikan ilmu-ilmu yang bersumber dari ajaran

agama. Pendidikan keagamaan dapat didirikan oleh Pemerintah,

14
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, ... h. 9
pemerintah daerah dan/atau masyarakat.15 Sedangkan menurut Undang-

Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 6 tahun 2003 babVI pasal

30 menjelaskan bahwa Pendidikan Keagamaan berfungsi

mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang dapat

memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya atau menjadi

ahli ilmu.16 Maka dari itu pendidikan keagamaan merupakan faktor

terpenting yang harus ada dalam tatanan kehidupan masyarakat. Jika

kita melihat organisasi Remaja Islam Masjid (RISMA) maka dapat

dikategorikan sebagai pendidikan informal yang senantiasa

menanamkan akhlak yang luhur dan mulia, meningkatkan kualitasilmu

pengetahuan keagamaan.

Dari penjelasan diatas sangatlah jelas bahwa dasar hukum

pembentukan organisasi Remaja Islam Masjid (RISMA) berada

dibawah payung hukum PP nomor 55 tahun 2007 dan Undang Undang

no 20 tahun 2003 bab VI pasal 30 tentang Pendidikan keagamaan

sehingga keberadaan Remaja Islam Masjid menjadi keniscayaan

sebagai wadah pendidikan informal dalam menanamkan akhlak yang

luhur dan mulia juga dalam meningkatkan kualitas ilmu pengetahuan

keagamaan bagi para remaja muslim.

15
Peraturan Pemerintah no 55 tahun 2007
16
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 6 tahun 2003
2. Pembinaan Perilaku Keagamaan

a. Pengertian

Pembinaan secara etimologi berasal dari kata bina. Menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian pembinaan adalah usaha,

tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk

memperoleh hasil yang lebih baik.17

Menurut Ahmad Tanzeh Pembinaan juga dapat diartikan

sebagai: “bantuan dari seseorang atau sekelompok orang yang ditujukan

kepada orang atau sekelompok orang lain melalui materi pembinaan

dengan tujuan dapat mengembangkan kemampuan, sehingga tercapai apa

yang diharapkan. 18 Sedangkan menurut Mathis, pembinaan adalah suatu

proses dimana orang-orang mencapai kemampuan tertentu untuk

membantu mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu, proses ini terkait

dengan berbagai tujuan organisasi, pembinaan dapat dipandang secara

sempit maupun luas.19

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pembinaan

adalah suatu usaha yang dilakukan secara teratur untuk mencapai tujuan

tertentu.

Sedangkan pengertian perilaku keagamaan dapat dijabarkan

dengan cara mengartikan perkata. Kata perilaku artinya tanggapan atau

reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan. Sedangkan kata

17
https://kbbi.web.id/bina diakses hari kamis tanggal 31 Januari 2019
18
Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian, (Yogyakarta : Teras, 2009), h.144
19
Mathis Robert, Jackson John, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta : Salemba empat
keagamaan berasal dari kata dasar agama yang berarti sistem, prinsip

kepercayaan kepada Tuhan dengan ajaran kebaktian dan kewajiban yang

bertalian dengan kepercayaan itu. Kata keagamaan itu sudah mendapat

awalan “ke” dan akhiran “an” yang mempunyai arti sesuatu (segala

tindakan) yang berhubungan dengan agama.20

Menurut Rachmad Djatnika, dalam bukunya “Sistem Etika

Islam” (Akhlak Mulia) menyebutkan perilaku manusia terbagi tiga:

1) Perbuatan yang dikehendaki atau disadari.

2) Perbuatan yang dilakukan atau dikehendaki akan tetapi perbuatan itu

di luar kemampuan sadar atau tidak sadar, dia tidak bisa mencegah

dan ini bukan perbuatan akhlak.

3) Perbuatan yang samar, tengah-tengah. Yang dimaksud dengan

perbuatan itu mungkin pada perbuatan akhlak atau tidak pada

hakikatnya perbuatan itu bukan perbuatan akhlak, akan tetapi

perbuatan tersebut juga merupakan perbuatan akhlak, sehingga

berlaku juga hukum akhlak baginya yaitu baik atau buruk.21

Sedangkan Moh. Arifin berpendapat perilaku keagamaan berasal

dari dua kata, perilaku dan keagamaan. Perilaku adalah gejala

(fenomena) dari keadaan psikologis yang terlahirkan dalam rangka usaha

memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan. Keagamaan (agama) adalah

segala yang disyariatkan oleh Allah dengan perantaraan Rasul-

20
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: PN. Balai Pustaka,
1991), h.569.
21
Rachmad Djatnika, Sistem Etika Islam (Akhlak Mulia), (Jakarta: Pustaka Panjimas,
Nya berupa perintah dan larangan serta petunjuk kesejahteraan dalam

hidup. Secara defenisi dapat diartikan bahwa perilaku beragama adalah

“bentuk atau ekspresi jiwa dalam berbuat, berbicara sesuai dengan ajaran

agama”. Defenisi tersebut menunjukkan bahwa perilaku beragama pada

dasarnya adalah suatu perbuatan seseorang baik dalam tingkah laku

maupun dalam berbicara yang didasarkan dalam petunjuk ajaran agama

Islam.22

Sedangkan perilaku keagamaan menurut Mursal dan H.M.Taher,

adalah tingkah laku yang didasarkan atas kesadaran tentang adanya

Tuhan Yang Maha Esa. semisal aktifitas keagamaan seperti shalat, zakat,

puasa dan sebagainya. Perilaku keagamaan bukan hanya terjadi ketika

seseorang melakukan perilaku ritual saja, tetapi juga ketika melakukan

aktifitas lain yang didorong oleh kekuatan supranatural, bukan hanya

yang berkaitan dengan aktifitas yang tampak dan dapat dilihat mata, tapi

juga aktifitas yang tidak tampak yang terjadi dalam seseorang.23

Terbentuknya perilaku keagamaan anak/siswa ditentukan oleh

keseluruhan pengalaman yang disadari oleh pribadi anak. Kesadaran

merupakan sebab dari tingkah laku, artinya bahwa apa yang difikirkan

dan dirasakan oleh individu itu menentukan apa yang akan diajarkan,

adanya nilai-nilai keagamaan yang dominan mewarnai seluruh ke-

22
Anwar. Pengertian-perilaku-keagamaan. (online). (http: //id.shvoong,com/ social-
sciences/ counseling/2012/05/1/ menurut. Html, diakses 20 September 2018.
23
Mursal dan H.M.Taher, Kamus Ilmu Jiwa dan Pendidikan (Bandung: Al-ma’arif,1999),
pribadian anak yang ikut serta menentukan pembentukan perilakunya.

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud

dengan pembinaan perilaku keagamaan dalam penelitian ini yaitu

bantuan yang diberikan oleh Remaja Islam Masjid (RISMA)

berupatindakan-tindakan atau kegiatan yang dilakukan secara

teratur untuk mencapai tujuan tertentu yaitu terbentuknya pribadi

remaja muslim yang didasarkan dari petunjuk ajaran agama Islam

dalam setiap ucapan

maupun perbuatannya.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian

kualitatif itu sendiri adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami

fenomena tentang sesuatu yang dialami oleh subjek penelitian misalnya

perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain lain. Secara holistik, dan dengan

mendeskripsikan dalam bentuk kata kata dan bahasa, pada suatu konteks khusu

yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Dalam penelitian kualitatif ini, peneliti pada penyajian datanya

dilakukan dengan cara mendeskripsikan data dalam bentuk kata kata dan

bahasa tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan objek penelitian.24

B. Lokasi Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di MTS Negeri 1 Cambai Kecamatan Tulung

Selapan Ogan Komering Ilir

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi penelitian

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian dan wilayahgeneralisasi

yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuanitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.Adapun populasi dalam penelitian ini adalah siswayang

mengikuti ekstrakurikuler Risma ( Remaja Masjid) yang berjumlah 4 siswa

24
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan

25
R&D, (Bandung: Alfabeta,2018).h. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan:
Pendekatan , Kualitatif, Dan R&D,(Bandung: Alfabeta,2018).h.80

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data yang di perlukan dalam penelitian ini,

penulis menggunakan metode penelitian berikut :

1. Riset kepustakaan (library research)

Yakni dengan membaca buku-buku atau sumber tulisan lain yang

erat kaitannya dengan masalah yang diteliti untuk mendapatkan gambaran

tentang dampak kegiatan ekstrakurikuler terhadap kedisiplinan sholat

berjamaah, secara faktual dan akurat.

2. Riset lapangan (field research)

Yakni dengan mengadakan penelitian khususnya di MTS N 1

Cambai. Cara pengumpulan data ditempuh melalui :

a. Observasi

Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri

spesifik bila dibandingkan dengan teknik lain, yaitu wawancara dan

kuesioner. Observasi pada dasarnya merupakan kegiatan untuk

mendapatkan informasi melalui indera penglihatan.Karena harus

melihat secara langsung ke lapangan. Pengamatan ini dimaksudkan agar

peneliti dapat melihat dan mengetahui kenyataan yang terjadi di dalam

objek penelitian. Yaitu untuk mengetahui pengaruh kegiatan

ekstrakulikuler risma terhadap kedisiplinan sholat berjamaah di MTS N

1 Cambai.
Peneliti melakukan observasi di lingkungan MTS N 1 Cambai. Hal-hal

yang diobservasi adalah kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler Risma yang ada

disekolah.

b. Dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan

menggunakan dokumen yang ada. Dengan metode ini diperoleh catatan atau

arsip yang berhubungan dengan penelitian. Dokumen dapatberupa catatan, buku

teks, jurnal, makalah, memo, surat dll.

Dokumen pada hakikatnya merupakan catatn peristiwa yang sudah

berlalu. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data-data yang berkaitan

dengan data tentang deskriptif lokasi penelitian.

Anda mungkin juga menyukai